Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN RESMI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA

JUDUL PRAKTIKUM 2 : FORMULASI VITAMIN C

NAMA MAHASISWA:

PETRUS YENDI SAPUTRA ( 181148201053 )

DOSEN PEMBIMBING:

SUMARTI BINTI AMRIN, M.Si.,Apt

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Formulasi vitamin c

Nama Mahasiswa : Petrus Yendi Saputra NIM : 181148201053

Telah mengumpulkan laporan pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

NAMA MAHASISWA DOSEN PEMBIMBING

PETRUS YENDI SAPUTRA SUMARTI BINTI AMRIN, M.Si., Apt

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karuniaNya sehingga saya dapat menyusun laporan ini dengan baik dan benar
serta tepat pada waktunya. Dalam laporan ini kami akan membahas mengenai
“FORMULASI VITAMIN C “

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan
ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan saran-saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk menyempurnakan laporan selanjutnya.

Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Samarinda, 15 Juli 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Tujuan........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................2

A. Definisi Tablet............................................................................2

B. Syarat Tablet..............................................................................2

C. Komponen Tablet.......................................................................2

D. Cara Pembuatan Tablet..............................................................3

E. Macam-Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet.................5

BAB III METODOLOGI.............................................................................6

A. Formulasi....................................................................................6

B. Uraian Bahan..............................................................................6

C. Alat dan Bahan……………………………………………….15

D. Perhitungan Formula Sediaan dan Penimbangan……………16

iii
E. Cara Kerja……………………………………………………17

F. Pembahasan…………………………………………………18

BAB IV PENUTUP………………………………………………………21

A. Kesimpulan………………………………………………….21

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………22

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu


pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan lebih banyak
lagi studi teknik pembuatan sediaan obat. Diharapkan studi ini akan didapatkan produk
yang lebih baik dan efisien.

Tablet bisa digunakan untuk tujuan lokal ataupun sistemik. Metode pembuatan
tablet ada tiga macam yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan cetak langsung.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet parasetamol ini adalah metode
granulasi basah. Obat-obat yang dibuat dengan metode granulasi basah adalah obat
yang tidak memiliki sifat alir yang baik. Karakteristik utama dari metode granulasi
basah adalah pencampuran bahan aktif, bahan pembantu atau bahan tambahan dan
bahan pengikat sehingga akan membentuk massa elastis selanjutnya diayak dengan
ayakan yang sesuai sehingga terbentuk granul basah yang dikeringkan (Hermawan dan
Heru, 2012).

Tablet merupakan suatu sediaan farmasetis yang sangat digeari oleh kalangan
masyarakat. Karena penggunaannya yang praktis. Beberapa keuntungan tablet antara
lain : 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara pemakaiannya, 3) stabil dalam penyimpanan 4)
mudah dalaam transportasi , 5) dari segi ekonomi relatif murah dibandingkan dengan
bentuk sediaan lainnya.

Vitamin C merupakan senyawa turunan gula yang bersifat higroskopis, karena


masalah stabilitasnya yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab maka kempa
langsung adalah metode yang cocok untuk membuat tablet vitamin C. Namun menurut
Armita et al (2012) vitamin C memiliki sifat alir yang buruk yang tidak memungkinkan
untuk kempa langsung, sehingga harus memilih bahan tambahan dengan sifat alir yang
baik.

Avicel 102 digunakan sebagai fillerbinder karena Avicel PH 102 memiliki


memiliki kompresibilitas yang baik, namun sifat alirnya kurang baik (Rowe et al.
2006). Avicel atau selulosa mikrokristal memiliki daya alir yang kurang baik akibat
5
terbentuknya jembatan hidrogen (Voigt, 1984). Selain itu Avicel memiliki kekurangan
yaitu pada tekanan kompresi yang rendah cenderung mengalami deformasi elastic
sedangkan pada tekanan kompresi yang tinggi mengalami deformasi plastik yang akan
mempengaruhi kompaktibilitasnya (Bolhuis et al. 1996).

B. Tujuan

- Mahasiswa berikan pengetahuan dan keterampilan tentang formulasi sediaan tablet.

- Mahasiswa dapat membuat sediaan tablet dengan metode granulasi basah dan
evaluasinya

- Mahasiswa mengetahui dan memahami pengaruh eksipien terhadap karakteristik


fisik tablet.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Tablet

Menurut FI edisi III,tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat, dengan atau
bahan pengisi. Tablet berbentuk kapsul,pada umumnya disebut kaplet.Bolus adalah tablet
besar yang digunakan untuk hewan besar (Syamsuni,2006)

Tablet (compressi) merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa


cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata atau cembung
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. (Anonim,
1995).
Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena secara fisik
stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif dibandingkan bentuk cair,
mudah dikemas, praktis, mudah digunakan, homogen, dan reprodusibel. Massa tablet
harus mengalir dengan lancar agar dapat menjamin homogenitas dan reprodusibilitas
Sediaan dan harus dapat terkompresi dengan baik agar diperoleh tablet yang kuat,
kompak, dan stabil selama penyimpanan dan distribusi. Metode granulasi banyak
dipilih dengan tujuan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas massa tablet.
Komponen tablet terdiri atas zat aktif dan bahan tambahan yang dibutuhkan tablet.

Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan
sebagai tablet atau tablet kompresi .(USP 26, Hal 2406)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa. (FI IV, Hal 4)
7
Tablet adalah sediaan  padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu
jenis obatatau lebih dengan atau  tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan
dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat
pembasah atau zat lain yang cocok (FI III,1979).

Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu
atau lebih zat aktif dengan atau tampa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu
sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan desintegrasi,
dan sifat anti lekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin
tablet ( Siregar dan Wikarsa, 2010). Definisi kedua dari tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tampa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar
tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling
banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai
ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan (Depkes,
1995).

B. Syarat Tablet

Menurut FI III persyaratan tablet yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Memenuhi keseragaman ukuran

 Memenuhi keseragaman bobot

 Memenuhi waktu hancur

 Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat

 Memenuhi waktu hancur (dissolution test)

A. Komponen Tablet

8
Komponen/formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat,
desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (bahan warna
yang diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan
pengaroma dan bahan pemanis.

1) Zat aktif, harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope

2) Bahan excipient / bahan tambahan

Bahan pengisi (diulent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah
dicetak atau dibuat. Contoh : laktosa, pati, kalsium fosfat base dan selulosa
mikrokrista

Bahan pengikat (binder) berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk
sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi misalnya gom
akasia, gelatin, sukrosa, providon, metil selulosa, cmc, pasta pati terhidrolisa,
selulosa mikrokristal.

Bahan penghancur / pengembang (desintegran) berfungsi membantu hancurnya


tablet setelah ditelan. Misaknya pati, pati dan selulosa yang termodifikasi secara
kimia, asam alginat

Bahan pelicin (lubrikan / lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses


pengempaan tablet dan juga untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan.
Misalnya asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talk.

Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya serbuk,


misalnya silika pirogenik koloidal.

Bahan penyalut (coating agent)

3) Ajuvans

Bahan pewarna (colour) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk
identitas produk.

Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak
enak, biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama dimulut
9
A. Cara Pembuatan Tablet

Pembuatan sediaan tablet memiliki 3 metode yaitu :

- Metode granulasi basah

Metode granulasi basah merupakan metode pembuatan sediaan tablet yang biasa
digunakan untuk bahan obat atau zat aktif yang tahan terhadap pemanasan dan
kelembaban.

Tahapan pembuatannya adalah sebagai berikut :

 Masing-masing bahan ditimbang sesuai yang dibutuhkan

 Zat aktif, zat pengisi dan zat penghancur dicampur

 Dibuat larutan bahan pengikat

 Kemudian basahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan
pewarna.

 Campuran dihomogenkan hingga terbentuk granul yang sesuai

 Granul diayak dengan ukuran mesh 14 mesh

 Granul dikeringkan dengan oven atau FBD

 Setelah kering diayak lagi dengan mesh berukuran 12 mesh

 Diuji sifat alirnya, jika sudah sesuai tambahkan bahan pelicin dan
penghancur, kemudian dihomogenkan

 Lalu dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet

- Metode granulasi kering

Metode granulasi kering merupakan metode pembuatan sediaan tablet yang biasa
digunakan untuk bahan obat atau zat aktif yang tidak tahan terhadap adanya
pemanasan dan kelembaban.

10
Tahapan pembuatannya adalah sebagai berikut :

 Bahan bahan yang diperlukan ditimbang sesuai kebutuhan

 Zat aktif dan zat tambahan (zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat
pengikat dan zat pelicin) dicampur hingga homogen

 Dislugging dengan mesin heavy duty atau dibuat lembaran

 Diayak menjadi butiran-butiran granul

 Dicampur dengan bahan pelincir dan penghancur

 Dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet

- Metode kempa langsung

Metode kempa langsung merupakan metode pembuatan tablet yang dilakukan


dengan cara langsung dicetak dengan persyaratan zat aktif atau bahan obat tersebut
mempunyai sifat alir yang baik, kompressibilitas dan kompresibilitas tinggi serta
mempunyai efek lubrikan yang baik.

Tahapan pembuatannya adalah sebagai berikut :

 Ditimbang semua bahan yang diperlukan

 Dicampur zat aktif dan zat tambahan kemudian lakukan pengayakan

 Lakukan pencampuran akhir

 Dicetak menjadi tablet menggunakan mesin cetak tablet

A. Macam- Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet

Adapun kerusakan pada pembuatan tablet antara lain adalah:

- Binding. Kerusakan tablet yang disebabkan karena massa yang akan dicetak
melekat pada dinding ruang cetakan.

11
- Sticking/Picking. Kerusakan ini terjadi karena pelekatan tablet pada punch atas dan
bawah yang disebabkan permukaan punch tidak licin, pencetak masih ada
lemaknya, zat pelicin kurang, atau massanya basah.

- Whiskering. Kerusakan ini terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan
dan terjadi pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya, pada
penyimpanan dalam botol-botol, sisi-sisi yang berlebih akan lepas menghasilkan
serbuk/bubuk.

- Splitting/Capping. Splitting merupakan peristiwa lepasnya lapisan tipis dari


permukaan tablet terutama pad bagian tengah, sedangkan Capping adalah
membelahnya bagian atas tablet.

- Motling. Terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet..

- Crumbling, Tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah karena kurangnya
tekanan pada saat pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.

12
BAB III

METODOLOGI

A. Formulasi

Vitamin c 75 mg

Nama zat aktif : Vitamin c

Kekuatan sediaan : 250 mg

Jumlah sediaan :-

Alasan pemilihan formulasi :

Metode : metode yang dilakukan adalah granulasi basah


dikarenakan dilihat dari kompaktibilitas paracetamol buruk dan sifat alirnya baik serta
stabilitas terhadap suhu dan air baik.
13
B. Uraian Bahan

Vitamin C (FI III HAL. 47)

Nama kimia : Asam Askorbat

Rumus kimia : C6H8O6

Sinonim : Acidum Ascorbat

Pemerian : Serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau; rasa asam.

Kelarutan : mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis
tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam benzene P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Antiskorbut

Konsentrasi :-

Dosis penggunaan : -

pH stabil :-

Inkompatibilitas :-

Alasan pemilihan bahan : -

Avicel (Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI. 2009. Hal : 129-132)

Nama kimia : -

Rumus kimia : -

Sinonim : Mikrokristalin Selulosa , Selulosa

Pemerian : Digunakan dalam ukuran partikel yang berbeda-beda, tingkat


kelembaban berbeda, serbuk warna putih, tidak berbau, tidak berasa.
14
Kelarutan : Mudah larut dalam 5% b/v larutan hidroksida praktis tidak larut dalam
air, larutan asam dan beberapa pelarut organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Pengisi dan Pengikat, karena menunjukkan kekerasan yang baik dan
friabilitas serta sifat alir yang baik.

Konsentrasi : 6% , 5% , 4%

Dosis penggunaan : -

pH stabil : 5,0 – 7,5

Inkompatibilitas : dengan Fe

Alasan pemilihan bahan : Karena sebagai pengisi dan pengikat dipilih karena av…

Talk ( FI III Hal 591 )

Nama kimia :-

Rumus kimia : -

Sinonim : Talcum

Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari
butiran; warna putih atau putih kelabu

Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Zat tambahan ( bahan pelicin )

Konsentrasi : 1% - 10%

Dosis penggunaan : -

pH stabil :-

15
Inkompatibilitas :-

Alasan pemilihan bahan : Talk digunakan untuk memperbaiki sifat alir dari
paracetamol dan laktosa yang buruk. Talk 2% dipilih dengan alasan apabila digunakan
dengan konsentrasi terlalu besar maka akan mengakibatkan tablet menjadi keras dan
susah terdisintegrasi.

Aerosil (Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI, hal 185-188)

Nama kimia :Mg Stearat ( FI III Hal 354 )

Nama kimia : Magnesium stearat

Rumus kimia : C36H70MgO4

Sinonim : Magnesium Stearat

Pemerian : Serbuk halus; putih;licin; dan mudah melekat pada kulit; bau lemah
khas

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam , dalam etanol (95%) P dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Antasidum, Zat tambahan ( bahan pelicin )

Konsentrasi : 0,25% - 5,0%

Dosis penggunaan : -

pH stabil :-

Inkompatibilitas : Magnesium stearat kompatibel dengan asam kuat, alkali dan


garam besi. Hindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat. Magnesium stearat
tidak dapat digunakan dalam produk yang mengandung aspirin beberapa vitamin dan
paling alkaloid garam.

Alasan pemilihan bahan : Karena Mg Stearat sangat cocok digunakan dalam formulasi
farmasetik dan memiliki fungsi sebagai bahan pelicin pada pembuatan kapsul dan tablet
16
dengan konsentrasi antara 0,25%-5,0% serta digunakan sebagai bahan pembawa dalam
krim. (Kuncahyo, 2010).

Explotab

Nama dagang : Natrium Amilum Glicolate

Nama Lain : Sodium Starch Glycolat

Pemerian : serbuk, berwarna putih

Konsentrasi : Serbuk bebas mengalir mengandung sodium Na 2,8 %

sampai 4,2 %, pH antara 5,8 dan 7,5 mengandung natrium klorida tidak

lebih dari 0,002 %, berwarna putih tidak berbau.

C. Alat dan Bahan

Bahan :

- Vitamin c 50 %

- Explotap 5%

- Avicel 102 qs

- Aerosil 0,5%

- Talk 3%

- Mg.stearat 2%

Alat :

A. Perhitungan Formula Sediaan dan Penimbangan Bahan

Formulasi yang digunakan :

Dibuat 250 tablet = 400mg


Berat total = 100 g
17
Komponen dalam = Vitamin C,Talk
Komponen luar =75 mg X 500mg
=37.500mg X37.5g
Vitamin C = 500 x 37.5=18.75 g
100
Explotab = 5
x 37.5=1.875 g
100
Avicel 102 =  QS

Talk = 3 x 37.5=1.125 g
100

Aerosil = 0.5 x 37.5=0.1875 g


100
Mg stearat = 2 x 37.5=2.75 g
100
Avicel 102 = 100−( 18.75+1.875+1.125+0.1875+2.75

=100- 22.6975 = 77.3125gram

18
B. Cara Kerja

a. Timbang semua bahan sesuai dengan formula.

b. Acetosal/ Vitamin C ditambahkan dengan Avicel 102, Explotab, Aerosil aduk ad


homogeny selama 15 Menit, ayak melalui ayakan mesh 40.

c. Tambahkan Talcum dan Mg. Stearat melalui mesh 40, aduk hingga homogeny selama
5 menit.

d. Lakukan evaluasi terhadap campuran masa 3, meliputi uji aliran granul dan uji
kompresibilitas.

e. Cetak dengan mesin tablet single punch dengan bobot rata-rata tablet 300 mg dan
diameter 10 mm.

f. Lakukan evaluasi terhadap tablet, meliputi uji kekerasan, kerenyahan, waktu hancur
dan keseragaman ukuran (ketebalan dan diameter).

g. Buat desain kemasan tablet, brosur dan etiket.

19
A. Pembahasan

Menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi .
Dalam pembuatan tablet yang dilakukan, selain bahan aktif Vitamin C maka
ditambahkan juga bahan eksipien yaitu Avicel 102 sebagai pengisi dan pengikat, Explotab
sebagai penghancur, mg stearate dan talk sebagai pelican dan aerosol sebagai pelincir
Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan metode cetak langsung dan metode granulasi.
Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan partikel-
partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar . Metode granulasi ini
terdiri dua metode yaitu metode granulasi basah dan metode granulasi kering. Metode yang
digunakan pada praktikum pembuatan sediaan tablet parasetamol yaitu dengan metode granulasi
basah. Pembuatan sediaan tablet dengan menggunakan prinsip granulasi basah pada prinsipnya
partikel bahan aktif yang terlebih dahulu dicampur dengan pengencer atau pengisi akan
bersatu/lengket dengan adanya pengikat (adhesif) dengan pembawa pada umumnya air.(Goeswin
Agoes halaman : 306)Metode granulasi dipilih karena dosis bahan aktif pada 1 tablet lebih besar
dari 5 % .
Prosedur kerja yang dilakukan yaitu Ditimbang semua bahan sesuai formula, berikutnya
buat larutan pengikat Avicel 102 dengan menambahkan sejumlah tertentu (qs) air panas, aduk
hingga bening/jernih diatas water bath. Binders atau bahan pengikat berfungsi memberi daya
adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya
kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk
kering dan bentuk larutan (lebih efektif). Bahan pengikat secara umum dapat dibedakan menjadi:
pengikat dari alam, polimer sintetik/semisintetik dan gula. Berikutnya Vitamin C ditambahkan
explotab, aduk homogeny, tambahkan larutan pengikat sedikit demi sedikit, aduk hingga menjadi
massa yang baik. Zat-zat yangdigunakan seperti: talcum, magnesii stearat, asam stearat. Dalam
20
pembuatan tablet, zat berkhasiat dan bahan tambahan, kecuali bahan pelicin dibuat granul
(butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan dengan baik. Dengan dibuat
granul akan terjadi free flowing, mengisi cetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi
capping (retak) (Anief,1987). Berikutnya ayak massa 3 dengan ayakan mesh 12 keringkan di
dalam oven suhu 600C hingga kadar air 2-4 %. Pengayakan pada metode ini bertujuan untuk
mencegah rasa kasar dari sediaan yang disebabkan oleh bahan obat yang padat dan kasar, selain
itu untuk membentuk suatu campuran serbuk yang rata sehingga memiliki distribusi normal dan
diharapkan kandungan zat aktif dalam sediaan menjadi seragam. Dan untuk melakukan
pengeringan dengan suhu yang tinggi digunakan lemari pengering (oven). Jenis bangunnya
sangat bervariasi dan dapat dipanaskan secara eliktri, memiliki alat pengatur suhu udara panas
akan bergerak keruang sebelah dalam diatas nampan yang berisi bahan yang akan dikeringkan.
Berikutnya lakukan evaluasi terhadap granul, meliputi uji aliran granul dan uji kompresibilitas.
Dan berikutnya cetak dengan mesin tablet single punch dengan bobot rata-rata tablet 650 mg dan
diameter 12 mm.
Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam bentuk larutan (dibuat
solution, musilago atau suspensi), namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah
dicampur dengan massa yang akan digranul baru ditambahkan pelarut.Pada proses granulasi,
dengan adanya bahan pengikat dalam bentuk cair maka bahan pengikat akan membasahi
permukaan partikel, selanjutnya terbentuk jembatan cair (liquid bridges) antar partikel.
Selanjutnya partikel yang berikatan akan semakin banyak sehingga terjadi pertumbuhan/
pembesaran granul. Setelah proses pengayakan dilakukan proses pengeringan yang
mengakibatkan terbentuknya jembatan padat antara partikel yang saling mengikat membentuk
granul. Banyaknya larutan pengikat yang dibutuhkan dalam proses granulasi bervariasi
tergantung pada: jumlah bahan, ukuran partikel, kompresibilitas, luas permukaan, porositas,
hidrofobisitas, kelarutan dalam larutan pengikat, dan cara/metode penggranulan. Pada tabel IV
terlihat perkiraan volume larutan pengikat yang dibutuhkan untuk menggranul berbagai bahan
pengisi..
Bahan pelicin berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, dan bahan pemisah hasil cetakan.
Bahan pelicin mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet. Pada umumnya bahan
pelicin bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi
21
tablet, oleh karena itu kadarpelicinyang berlebihan harus dihindari. Bahan pelicin yang biasa
digunakan antara lain talk, magnesium stearat, aluminium stearat, asam stearat, asam palmitat,
dan pati (Siregar, 2010).
Bahan pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung disebut dengan filler-
binders. Filler-binders adalah bahan pengisi yang sekaligus memiliki kemampuan meningkatkan
daya alir dan kompaktibilitas massa tablet. Filler binders digunakan dalam kempa langsung.
Persyaratan suatu material dapat berfungsi sebagai filler-binders adalah mempunyai fluiditas dan
kompaktibilitas yang baik. Material yang mempunyai sifat demikian biasanya mempunyai
ukuran partikel yang relatif besar (bukan fines) dengan bentuk yang sferis. Bahan pengisi yang
dapat berfungsi sebagai filler-binders biasanya hasil modifikasi, termasuk co-processed diluents.
Co-processed diluents merupakan material hasil modifikasi dan kombinasi 2 atau lebih material
dengan proses yang sesuai. Material co-processed diluents lebih baik untuk kempa langsung
dibandingkan hasil modifikasi 1 macam diluents saja.
uji Laju alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan tablet. Apabila granul
mudah mengalir, tablet yang dihasilkan mempunyai keseragaman bobot yang baik. Laju alir ini
dapat ditentukan dengan menentukan sudut istirahat dari granul dengan menggunakan metode
corong, Sudut istirahat ini merupakan sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap
bidang datar setelah serbuk atau granul tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah
sempit dalam hal ini adalah corong. Jadi, sudut istirahat diperoleh dengan memasukan sekitar
15gr serbuk ke dalam corong yang ditutup, kemudian tutup tersebut dibuka, dan dihitung waktu
alir serta tinggi dan diameter dari tumpukan granul yang dihasilkan.
Uji kompresibilitas dari granul dengan menggunakan alat tap density. Sebanyak 15gr
granul dimasukan ke dalam gelas ukur yang ada pada alat, kemudian dicatat volume awal nya.
Selanjutnya alat dinyalakan selama 4 menit dan kemudian volume akhir nya dicatat.suatu granul
yang baik memiliki nilai % kompresibilitas dibawah 20 %.
Uji kekerasan tablet untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan bahan pengikat terhadap
tablet. uji ini ditujukan untuk mengukur kekuatan tablet dalam menghadapi benturan pada saat
distribusi ataupun penyimpanan. Tablet yang baik adalah tablet yang memiliki kekuatan yang
optimum sehingga tidak mudah hancur dan lebih tahan dengan segala kondisi. Hasil yang
didapat adalah dari rata-rata hasil pengukuran dengan menggunakan Stokes Monsanto Hardness
22
Tester. Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan tablet pada ujung alat dengan posisi vertikal
kemudian tablet ditekan hingga pecah dan dilakukan sebanyak 5 kali.
Uji waktu hancur yang mana dapat memberikan gambaran waktu yang dibutuhkan tablet
untuk hancur. Waktu hancur ini dapat dianalogikan sebagai kecapatan obat hancur di dalam
tubuh. Kecepatan waktu hancur berpengaruh pada kecepatan efek yang ditimbulkan dari obat,
semakin cepat hancur maka obat akan lebih cepat diabsorsi dan kemungkinan akan semakin
cepat pula menimbulakan efek terapinya. Dalam pengujian ini digunakan alat disintegrator tester
dengan cara 5 tablet dimasukkan ke dalam alat uji dengan pengaturan suhu sebesar 37oC.
Pesyaratan waktu hancur tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit tetapi hasil tablet uji
kami diperoleh waktu hancurnya lebih dari 15 menit. Hal ini dikarenakan banyaknya bahan
pengikat yang digunakan sehingga ikatan antar partikel komponen lebih merekat satu sama lain
sehingga tablet uji membutuhkan waktu yang lebih untuk hancur.

23
B. Kesimpulan

 Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil membentuk padatan yang


lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat granul yang
lebih homogen dari segi kadar, massa jenis,ukuran serta bentuk partikel.
 Percobaan ini yaitu dibuat 500 tablet dalam 75 mg dengan berat total yang didapatkan yaitu 37,5 g.
Lalu Vitamin C dikalikan dengan jumlah yang dibuat sedangkan Bahan tambahan dikalikan dengan
berat total semua sedangkan untuk Avicel yaitu berat total dikurangkan dengan seluruh bahan dengan
menghasilkan 37,5g – 28,95 g = 8,55 g
 Fungsi granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompresibilitas dari massa cetak
tablet, memadatkan bahan, menyediakan campuran seragam yang tidak memisah,
mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu, dan memperbaiki penampakan tablet.
 Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran
serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan

granul. Metode ini dapat digunakan untuk zat aktif yang sukar larut dalam air atau pelarut yang

digunakan tahan terhadap pemanasan dan kelembaban. Umumnya digunakan untuk zat aktif yang
sulit dicetak karena mempunyai sifat aliran dan kompressibilitas yang jelek.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia , Edisi III , Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta

Moh,Anief, 2007, Farmasetika, Ghalia Indonesia, Jakarta

Moh,Anief, 1998. Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wade and Paul.J.Weller, 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient, London.

25
Kuncahyo,Ilham, 2010, Petunjuk Praktikum dan Teknologi Sediaan Padat, Fakultas Farmasi,
Universitas Setia Budi, Surakarta

Lachman,Leon; Lieberman; et all, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi Ketiga, UI
Press: Jakarta

26

Anda mungkin juga menyukai