MODUL VI
FORMULASI SEDIAAN KAPSUL
Penyusun :
LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................3
A. Preformulasi.............................................................................................................................3
1. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat.............................................................................3
2. Tinjauan Sifat Fisiko-Kimia Bahan Obat....................................................................3
3. Bentuk Sediaan............................................................................................................5
B. Formulasi.................................................................................................................................5
1. Permasalahan...............................................................................................................6
2. Pengatasan permasalahan............................................................................................6
3. Formula yang digunakan.............................................................................................6
4. Perhitungan Bahan.......................................................................................................6
C. Pelaksanaan..............................................................................................................................6
1. Cara Kerja....................................................................................................................6
2. Desain Kemasan, Brosur, dan Etiket.........................................................................10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................12
A. Hasil........................................................................................................................................12
B. Pembahasan...........................................................................................................................14
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................17
A. Kesimpulan............................................................................................................................17
B. Saran.......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
LAMPIRAN....................................................................................................................................19
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam penulisan resep, permintaan dokter kepada apoteker untuk membuat bentuk
sediaan yang dikehendaki harus disertai jumlah yang diberikan (Scott, 2000). Cara visual
merupakan metode pembagian yang paling banyak dilakukan di apotek karena cepat dan
praktis. Namun cara ini memiliki banyak kelemahan, antara lain kurang dapat menjamin
keseragaman dalam tiap kapsul (O'Connor et al., 2000). Karena itu jumlah kapsul yang
diinginkan akan mempengaruhi pembagian serbuk dalam kapsul racikan sehingga
diperoleh bobot sediaan yang seragam. (Syamsuni, 2007)
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang kapsul umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. (Depkes RI,1995).
Kapsul adalah bentuk kesediaan padat, dimana satu bahan macam obat atau lebih
dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan kedalam cangkang atau wadah kecil
umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai. Tergantung pada formulanya kapsul dari
gelatin bisa lunak dan bias juga keras. Kebanyakan kapsul-kapsul yang sudah diedarkan
dipasaran adalah kapsul yang semuanya dapat ditelan oleh pasien, untuk keuntungan
dalam pengobatan.
Dibandingkan tablet, kapsul mempunyai beberapa kelemahan, salah satu diantaranya
kapsul memerlukan biaya yang cukup tinggi dalam hal ongkos pembuatan terutama
cangkang kapsul. Berbeda dengan tablet yang tidak menggunakan cangkang, tablet
merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah; bentuk sediaan
oral yang paling ringan dan kompak; mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim;
serta mudah untuk diproduksi secara besar-besaran (Banker and Anderson, 1989).
Kapsul dapat berisi campuran serbuk atau serbuk yang digranulasi. Granulasi artinya
partikel-partikel serbuk diubah menjadi butiran granulat, dimana partikel-partikel
serbuknya memiliki daya lekat, dan sifat alirnya lebih baik. Dengan daya alir lebih baik,
pengisian ke ruang kapsul dapat berlangsung secara kontinu serta homogen sehingga
akan dihasilkan bobot kapsul yang konstan dan ketetapan dosis yang baik (Voigt, 1995).
Volume sediaan kapsul ditentukan oleh bahan aktif yang dimasukkan ke dalam
sebuah cangkang kapsul dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan adalah zat-
zat yang diperlukan untuk membentuk sediaan sehingga diperoleh konsistensi, bobot,
1
bentuk dan rupa yang dikehendaki. Bahan tambahan juga memegang peranan yang
sangat penting pada pengisian kapsul dan juga merupakan faktor yang sangat
menentukan hasil akhir dari kapsul. Bahan tambahan dapat berupa pengisi, pelincir,
penghancur dan bahan tambahan lain. Bahan pengisi umum digunakan untuk memenuhi
bobot sediaan kapsul. Selain itu bahan pengikat juga sangat umum dan sering digunakan.
Adanya bahan pengikat membuat partikel-partikel diikat menjadi suatu massa granul
yang nantinya akan dimasukkan ke dalam kapsul. Jumlah bahan pengikat yang
digunakan sangat mempengaruhi pelepasan bahan berkhasiat.
Sebagai alasan digunakan laktosa dalam penelitian ini adalah sifatnya yang baik
sebagai pengisi sediaan kapsul dan juga bersifat mudah mengalir sehingga dapat
memperbaiki waktu alir granul. Konsentrasi laktosa terendah yang digunakan adalah
20% dan yang tertinggi adalah 80%.
Parasetamol dipilih sebagai bahan aktif yang akan digunakan. Parasetamol
merupakan derivat para aminofenol yang berfungsi sebagai analgesik, yaitu untuk
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang; dan sebagai
antipiretik, yaitu untuk menurunkan suhu tubuh (Sweetman, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaplikasian pembuatan kapsul paracetamol?
2. Baimana melakukan evaluasi sediaan kapsul paracetamol?
C. Tujuan
1. Mengetahui cara pengaplikasian pembuatan kapsul paracetamol?
2. Dapat melakukan evaluasi sediaan kapsul paracetamol?
D. Manfaat
Mahasiswa dapat melakukan pembuatan dan evaluasi sediaan kapsul paracetamol
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Preformulasi
1. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
Paracetamol
a. Farmakokinetika
Paracetamol di absorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapaidalam waktu ½ jam dan waktu
paruh plasma 1-3 jam. Dalam plasma 25% paracetamol terikat protein
plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian
paracetamol (80%) dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil
lainnya dengan asam sulfat.
b. Indikasi
Meringankan rasaa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan
menurunkan demam.
c. Kontra Indikasi
Parasetamol jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi
terhadap parasetamol. Penderita gangguan fungsi hati berat.
d. Efek Samping
Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan
hati, reaksi hipersensitifitas. II. Tinjauan Sifat Fisiko- Kimia Bahan Obat.
2. Tinjauan Sifat Fisiko-Kimia Bahan Obat
a. Paracetamol
Organoleptis Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit
Struktur kimia
3
P, dalam 13 bagian asetin P, dalam 40 bagian
gliserol P, dan dalam 9 bagian propilenglikol P,
larut dalam larutan alkali hidroksida
Stabilitas Peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi
obat
Tittik lebur 168-172℃
Higroskopis
Inkompatibilitas
Tidak bercampur dengan senyawa
yang memiliki ikatan hydrogen
dan beberapa antasida.
Parasetamol menyerap uap air
dalam jumlah yang tidak
signifikan dalam suhu 26oC pada
kelembapan relatif meningkat
sekitar 90%.
b. Magnesium Stearat
4
Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan asam kuat, garam alkali dan
garam besi. Hindari pencampuran dengan bahan
pengoksidadi kuat. Magnesium stearate tidak dapat
digunakan pada produk yang mengandung aspirin,
beberapa vitamin, dan kebanyakan garam alkaloid
c. Laktosa
Organoleptis Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem,
tidak berbau dan rasa sedikit manis
Struktur kimia
3. Bentuk Sediaan
a. Bentuk Sediaan : Kapsul
b. Dosis : 2x sehari, 1 kapsul
c. Cara pemberian : Diberikan secara peroral
B. Formulasi
1. Permasalahan
Parasetamol memiliki sifat sukar larut dalam air, sehingga air yang tersedia
tidak cukup untuk melarutkan parasetamol yang diperlukan. Parasetamol juga
5
memiliki rasa yang pahit sehingga tidak acceptable untuk anak-anak serta
parasetamol memiliki range pH yang sempit. Laktosa merupakan pengisi yang
paling sering digunakan dalam fomulasi sediaan kapsul.
2. Pengatasan permasalahan
Dari permasalahan yang ada, sifat sukar larut parasetamol dalam air dapat
diatasi dengan menambahkan kosolven yang mampu membantu melarutkan
parasetamol. Rasa yang pahit juga dapat ditutupi dengan menambahkan pemanis
yang cukup banyak dan pH yang sempit dapat diatasi dengan menambahkan zat
pendapar untuk menjaga stabilitas pH parasetamol.
Karena laktosa mempunyai dua bentuk yaitu anhidrat dan hidrat.Bentuk hidrat
dapat memberikan reaksi menjadi berubah warna kecoklatan dengan adanya
senyawa amin dan senyawa alkali, sementara bentuk anhidrat tidak memberikan
reaksi ini. Stabilitas baik dalam pencampuran dengan bahan aktif yang hidrat
maupun anhidrat. Pelepasan bahan aktif sangat cepat
3. Formula yang digunakan
Bahan Rentang Fungsi
Parasetamol 250 mg Zat aktif
Mg stearat 1% Pelicin
2) Pengisian Serbuk
Ditimbang cangkang kapsul kosong, dicatat bobotnya >> nomor
cangkang kapsul yang muat 500 mg per kapsul
b. Evaluasi Granul
1) Uji Waktu Alir
Sebanyak 25 g granul dimasukkan ke dalam corong yang sebelumnya
sudah ditutup bagian bawahnya
7
2) Uji Sudut Diam
Granul seberat 50 gram dimasukkan secara perlahan ke dalam alat,
lubang bagian bawah tertutup.
8
c. Evaluasi Kapsul
1) Uji Keseragaman Bobot
Timbang seksama 10 kapsul satu persatu, beri identitas tiap kapsul
3) Uji Higroskopis
Sejumlah 3 kapsul ditempatkan di dalam botol coklat dan disimpan
9
2. Desain Kemasan, Brosur, dan Etiket
a. Desain Kemasan
PARACETAMOL
Kapsul
KOMPOSISI
Tiap tablet mengandung :
Paracetamol………….……… 250 mg
Mg strearat ………………… .1%
Laktosa……………………….500 mg
INDIKASI
Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang
seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot serta menurunkan deman.
KONTRAINDIKASI
Penderita Hipersensitif/alergi terhadap paracetamol, penderita
gangguan fungsi hati berat.
EFEK SAMPING
Mengatuk, pusing, sembelit, gangguan kecemasan, mual,
penglihatan kabur, gelisaj, penurunan koordinasi, mulut kering, sulit
buang air kecil, iritabilitas, 10
masalah konsentrasi.
ATURAN PAKAI
Dewasa : 1-2 tablet, diminum 3-4 kali per hari
Gambar 5. Desain Brosur
c. Desain Etiket
APOTEK UNIMUGO
Jl. Yos Sudarso No. 461 Gombong, Kebumen
Apoteker : Budi, S.Farm, Apt.
SIPA : 120/PER/XII/2022
No. :6 Tgl : 20 Mei 2022
ED :
A. Hasil
1. Evaluasi Granul
a. Uji waktu alir
Replikasi Waktu (s)
1 11,05
2 17,16
3 9,65
Jumlah 37,86
37 , 86 s
Rata-rata = = 12,62 detik
3
b. Uji sudut diam
Replikasi Tinggi (cm) Jari-jari (cm)
1 1,5 4,15
2 2 5,25
3 1,4 4,75
Perhitungan =
1) Replikasi 1 2) Replikasi 2
11
t 1 , 5 cm t 2 cm
Tan β = = Tan β = =
r 4 ,15 cm r 5 ,25 cm
= 0,361 = 20,381
= 19,85⁰ = 20,86⁰
12
8 562 131 431 Sesuai
9 571 129 442 Sesuai
10 534 131 403 Sesuai
% penyimpangan =
Kapsul > 300 mg = 7,5%
7,5
(B) = x rata-rata
100
7,5
= x 564,32 mg
100
= 42,324 mg
Penyimpangan atas (C atas) = A + B = 564,32 mg + 42,324 mg
= 606,644 mg
Penyimpangan bawah (C bawah) = A – B = 564,32 mg – 42,324 mg
= 521,996 mg
Range bobot kapsul = 521,996 mg – 606,644 mg
b. Waktu hancur
Kapsul ke-
Waktu (menit)
1 12,00
2 18,20
3 18,47
4 21,38
5 22,48
6 24,48
jumlah 116,63
116 , 63 menit
Rata-rata waktu hancur =
6
= 19,438 menit
c. Uji higroskopis
Uji kapsul
Hari ke- Kapsul ke-
Bobot Bentuk Isi
1 0,5281 Lonjong Serbuk putih
0 2 0,5780 Lonjong Serbuk putih
3 0,6270 Lonjong Serbuk putih
1 1 0,5181 Lonjong Serbuk putih
13
2 0,5491 Lonjong Serbuk putih
3 0,6121 Lonjong Serbuk putih
1 0,5174 Lonjong Serbuk putih
2 2 0,5484 Lonjong Serbuk putih
3 0,6105 Lonjong Serbuk putih
1 0,5176 Lonjong Serbuk putih
3 2 0,5486 Lonjong Serbuk putih
3 0,6079 Lonjong Serbuk putih
B. Pembahasan
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang kapsul umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari
pati atau bahan lain yang sesuai. (Depkes RI,1995).
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan kapsul. Adapun tujuan dari praktikum ini
yaitu Mengetahui cara pengaplikasian pembuatan kapsul paracetamol, Dapat melakukan
evaluasi sediaan kapsul paracetamol, Tujuan digunakannya bahan pelicin pada kapsul
yaitu untuk memacu aliran serbuk dengan jalan mengurangi gesekan diantara partakel-
partikel. Pada praktikum ini bahan pelicin yang digunakan yaitu Mg Stearat, alasan
menggunakan Mg Stearat karena sifatnya yang tidak higroskopis maka cocok
ditambahkan dalam formula kapsul. Sedangkan tujuan ditambahkannya bahan pengisi
yaitu untuk meningkatkan massa agar mencukupi jumlah massa campuran. Pada
praktikum ini bahan pengisi yang digunakan yaitu laktosa, alasan penggunaan laktosa
pada kapsul adalah merupakan eksipien yang sangat baik, diperoleh laju pelepasan obat
yang baik, serta seerbuk yang diperoleh cepat kering. Pada pembuatan kapsul digunakan
alat pencetak kapsul karenadalam praktikum ini kapsul yang dibuat tidak sedikit jadi tidak
efektif jika dibuat denga cara manual.
Paracetamol adalah obat penurun demam dan Pereda nyeri yang memiliki cara kerja
dengan cara mengurangi produksi zat penyebab radang yaitu prostaglandin, dengan
penurunan kadar prostaglandin dalam tubuh, maka tanda peradangan seperti demam dan
nyeri akan berkurang.
14
Pada formulasi kapsul paracetamol diperoleh organoleptis serbuk putih yang homogenya.
Pada pemeriksaam sifat fisik granul dilakukan uji waktu alir, uji sudut diam, dan uji
pengetapan.
Uji waktu alir merupakan waktu yang dibutuhkan sejumlah serbuk untuk mengalir.
Mudah tidaknya mengalir dipengaruhi oleh bentuk partikel, sifat permukaan, ukuran
partikel, penambahan bahan pelicin dan kelembaban granul. Jika granul memiliki waktu
alir baik maka pengisian pada ruang kempa akan konstan, sehingga sediaan yang
dihasilkan mempunyai bobot yang seragam (Parrott, 1971). Dari hasil uji waktu alir yang
telah dilakukan didapatkan rata-rata 12,62 detik. Hal tersebut menunjukkan uji waktu alir
tidak sesuai syarat waktu alir yang telah ditetapkan yaitu < 10 gram/detik (Voight, 1995).
Hal tersebut disebabkan karena sulitnya serbuk saat mengalir pada corong.
Uji sudut diam adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut
dengan bidang horizontal. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi bentuk, ukuran dan
kelembaban serbuk. Apabila sudut diam lebih kecil dari 30 0 maka bahan dapat mengalir
bebas, tetapi apabaila sudut diam lebih besar atau sama dengan 40 0 maka mengalirnya
kurang baik (Banker dan Anderson, 1986). Syarat antara sudut diam dengan waktu alir
serbuk sebagai berikut : <250 tipe aliran sangat baik, 25-300 tipe aliran baik, 30-400 tipe
aliran sedang, dan >400 tipe aliran sangat buruk. Hasil rata-rata uji sudut diam pada
percobaan yaitu 19,05⁰. Bila dibandingkan dengan literature maka serbuk kapsul
paracetamol memiliki tipe aliran sedang.
Uji pengetapan adalah kemampuan serbuk untuk tetap kompak dengan adanya tekanan,
Rasio Housner dapat dihubungkan dengan kerapatan, Rasio Housner adalah kerapatan
serbuk (porositas) dinyatakan dalam persen yaitu perbandingan antar volume dengan
volume total suatu serbuk. 25% Dari data yang diperoleh granul memenuhi persyaratan
pengetapan yang baik.
Pada evaluasi kapsul paracetamol dilakukan beberapa uji, yaitu diantaranya uji
keseragaman bobot, uji waktu hancur, dan uji higroskopisitas.
Uji keseragaman bobot kapsul di tentukan berdasarkan banyaknya penyimpangan bobot
pada tiap kapsul terhadap bobot rata-rata dari semua kapsul sesuai syarat yang di tentukan
dalam Farmakope Indonesia edisi III. Campuran serbuk yang tidak mengalir dengan baik,
dapat mengakibatkan bobot pada kapsul tidak seragam (Depkes RI, 1979). Pada
praktikum kali ini dilakukan uji keseragaman bobot sebanyak 10 kapsul dihasilkan rata-
rata bobot kapsul 564,32 mg. Kemudian, dilakukan perhitungan % penyimpangan
15
dihasilkan 42,324 mg. Pada penyimpangan atas dihasilkan 606,644 mg sedangkan pada
penyimpangan bawah dihasilkan 521,996 mg.
Uji waktu hancur adalah waktu yang diperlukan kapsul untuk hancur di bawah
kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel. Uji ini tidak memberi jaminan
bahwa partikel partikel akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang
seharusnya. Hancurnya kapsul tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam kapsul.
Dari hasil rata-rata yang diperoleh waktu hancur kapsul yaitu 19,438 menit. Hasil tersebut
jika dibandingkan dengan literature maka memiliki waktu hancur kapsul yang baik,
karena syarat yang telah ditetapkan untuk waktu hancur kapsul yang baik yaitu <15
menit.
Uji higroskopisitas adalah cara menguji kemapuan bahan obat untuk menyerap uap
dari udara setelah dibiarkan dalam kondisi dan waktu yang diamati. Sejumlah kapsul
ditempatkan perlakuan kelembaban tertentu pada temperature kamar. Pada praktikum kali
ini dilakukan sebanyak 3 kapsul kemudian diamati bentuk dan isinya selama 3 hari
berturut-turut dihasilkan bentuk lonjong dengan isi serbuk putih.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahan yang digunakan yaitu paracetamol sebagai zat aktif, Mg Stearat sebagai
pelicin, dan laktosa sebagai bahan pengisi. Pada formulasi kapsul paracetamol
diperoleh organoleptis serbuk putih yang homogeny. Uji waktu alir didapat hasil uji
waktu alir yang telah dilakukan didapatkan rata-rata 12,62 detik, hal tersebut tidak
memenuhi syarat waktu alir yaitu < 10 detik/gram. Uji sudut diam didapat
hasil19,05⁰., hal tersebut menunjukka sudut diam sedang jikadibandingkan literatur.
Hasil uji pengetapan yang telah dilakukan yaitu 25%, hasilnya memenuhi syarat uji
pengetapan yaitu ≤ 20%. Pada hasil uji keseragaman bobot terjadi penyimpangan
yang melebihi ketentuan. Uji waktu hancur didapat hasil 19,438 menit. Hasil tersebut
jika dibandingkan dengan literature maka memiliki waktu hancur kapsul yang baik.
Uji higroskopisitas dilakukan pengamataan selama 3 hari dengan bentuk lonjong dan
hasilnya serbuk putih.
B. Saran
Perlu diuji ulang untuk uji waktu alir karena saat praktikum ini dilakukan
masih belum memenuhi syarat disebabkan kurang efektifnya alat yang digunakan uji.
17
DAFTAR PUSTAKA
Banker, S.G., and Anderson, R.N., 1986, Tablet In Lachman, L. Lieberman, The
Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3 rd ed., Lea and Febiger,
Philadelphia. 643-704.
Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, 551, 713 Jakarta.
Parrott, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, Edisi
III, 92-108, 158, Burgess Publishing Company, Minneapolis.
Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London
Syamsuni, H.A. (2007). Ilmu Resep, Kedokteran EGC, Jakarta.
Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh
Soendari Noerono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 566-567
18
LAMPIRAN
A. Lembar Kerja
Lembar ACC
Evaluasi Granulasi Kering
19
B. Evaluasi Granul
C. Evaluasi Kapsul
Uji Higrskopis
20