Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT


“PEMBUTAN TABLET CTM DENGAN METODE GRANULASI BASAH”

Dosen Pengampu : 1. Apt. Erni Rustiani, M.Farm


2. Apt. Septia Andini, M.Farm
3. Apt. Dra. Dwi Indriati, M.Farm
4. Apt. Wilda Nurhikmah, M.Farm
5. Apt. Rini Ambarwati, M.Si
6. Apt. Cyntia Wahyuningrum, M.Farm

Asisten Dosen : 1. Shinta Mustikafebriana 3. Siti Mariyam Rangkuty


2. Suci Puspa 4. Nuha Dzikri Devikasari
Kelompok/Kelas : 4/G
Nama ketua : Kania Hidayanti (066119222)
Nama anggota : 1.Yolanda Eka Sekar Sari (066119211)
2. Firdza Nurazizah (066119226)
3. Angga Widianto (066119230)
4. Cindy Monica (066119220)

5. M. Dzikri Rahman A. (066119216)

LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
teknologi sediaan padat ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu dan asisen dosen praktikum teknologi farmasi sediaan padat karena
telah membantu kelancaran dalam pembuatan laporan praktikum mengenai
pembuatan tablet CTM menggunakan granulasi.
Pembuatan laporan ini diajukan dalam rangka pemenuhan tugas laporan
mata kuliah Teknologi Farmasi Sediaan Padat. Laporan ini dibuat agar kami juga
para pembaca dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan tablet CTM dengan
menggunakan metode granulasi.
Melalui kata pengantar ini, kami lebih dahulu meminta maaf dan
memohon pemakluman bila mana isi laporan ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Kami berharap adanya
kritik dan saran dari para pembaca jika ada kesalahan yang terdapat di dalamnya,
karena kami yakin laporan ini masih jauh dari sempurna. Kami juga sangat
berharap laporan ini dapat sangat bermanfaat bagi kalian yang membacanya.

Bogor, 14 Maret 2021

Penyusun
Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumus Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................3
BAB III DATA PREFORMULASI............................................................5
BAB IV METODOLOGI KERJA..............................................................8
4.1 Alat dan Bahan.......................................................................................
4.2 Formulasi...............................................................................................
4.3 Prosedur Pembuatan...............................................................................
4.4 Prosedur Evaluasi Granul......................................................................
4.5 Prosedur Evaluasi Tablet.......................................................................
4.6 Prosedur Penepatan Kadar.....................................................................
BAB V HASIL DAN PENGAMATAN......................................................
5.1 Data Pengamatan...................................................................................
5.2 Perhitungan dan Penimbangan...............................................................
5.3 Evaluasi Granul......................................................................................
5.4 Pembahasan............................................................................................
BAB VI KESIMPULAN..............................................................................

ii
BAB I

1.1 Latar Belakang

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa
dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja (Ditjen POM, 1995).

Dewasa ini sediaan tablet semakin popular pemakaiannya dan merupakan


sediaan yang paling banyak diproduksi. Tablet merupakan salah satu sediaan
yang banyak mengalami perkembangan baik formulasi maupun cara
penggunaannya. Beberapa keuntungan sediaan tablet diantaranya adalah
sediaan lebih kompak, biaya pembuatannya lebih sederhana, dosisnya tepat,
mudah pengemasannya, sehingga penggunaannya lebih praktis jika
dibandingkan dengan sediaan yang lain (Lachman, et al., 1994). Tablet dibuat
dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau
mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah
untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa (Ditjen
POM, 1995). Butiran granulat yang diperoleh, partikel-partikelnya
mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik sehingga pengisian
ruang cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan homogen.

Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum


adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin
sehingga berguna dalam menekan alergi yang disebabkan oleh timbulnya
simptom karena histamin (Ansel, 1989). Antihistamin bekerja dengan
menempati tempat pada sel yang biasanya ditempati oleh histamin,dengan
demikian akan menghilangkan kemampuan histamin untuk menimbulkan
reaksi alergi (Harkness, 1989). Untuk interaksi obatnya antihistamin akan
menekan sistem syaraf pusat. Obat ini menekan atau mengurangi sejumlah
fungsi tubuh seperti koordinasi dan kewaspadaan, depresi berlebihan dan
hilangnya fungsi tubuh dapat terjadi jika antihistamin di gunakan bersama

1
dengan sistem syaraf pusat lainnya (Harkness, 1989).

Tablet dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai. Bahan


tambahan berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, bahan
penghancur, dan bahan pelicin. Bahan penghancur dapat membantu
penghancuran tablet setelah pemberian sampai menjadi partikel yang lebih
kecil, sehingga mudah diabsorpsi (Ansel, 1989). Bahan penghancur dapat
ditambahkan langsung pada kempa langsung.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana evaluasi granul tablet CTM menggunakan metode granulasi yang


dilakukan menggunakan alat seadanya di rumah?

1.3 Tujuan

Mahasiswa diharapkan mampu membuat sediaan tablet CTM menggunakan


metode granulasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pembuatan tablet CTM yang paling menguntungkan adalah dengan


metode kempa langsung. Metode ini dinilai sangat memuaskan karena hemat
waktu, peralatan, energi yang digunakan dan sangat sesuai untuk zat aktif yang
tidak tahan panas dan kelembaban tinggi sehingga dapat menghindari
kemungkinan terjadi perubahan zat aktif akibat pengkristalan kembali yang tidak
terkendali selama proses pengeringan pada metode granulasi basah. Selain itu
dapat menghindari zat aktif dari tumbukan mekanik yang berlebihan jika di
gunakan metode granulasi kering (Voigt, 1984).
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat,
penghancur dan pelicin (Sheth dkk.,1980)
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet -
tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, dan
daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet
dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-
obatan secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat
warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain
yang penggunaannya dengan cara sublingual, bukal, atau melalui vagina, tidak
boleh mengandung bahan tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara
oral (Ansel, 1989).
Sediaan obat dalam bentuk tablet mempunyai keuntungan dibanding
bentuk sediaan yang lain, yaitu pertama, mempunyai ketepatan dosis yang
lebihnterjamin karena tiap tablet mempunyai ukuran tertentu. Kedua, sifat
fisiknya stabil untuk jangka waktu penyimpanan yang lama. Ketiga, aktifitas dari
obat tersebut stabil sewaktu digunakan. Keempat, cara pemberian yang mudah

3
(Gunsel dan Kanig, 1976).
Bahan-bahan yang akan dikempa menjadi tablet harus mempunyai sifat
yang baik sehingga dapat menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan.
Sifat,bahan tersebut antara lain, mudah mengalir (free flowing), mudah kompak
bila dikempa (compactible) serta tablet harus mudah lepas dari cetakan dan tidak
ada bagian yang melekat pada cetakan sehingga permukaan tablet halus dan licin
(Sheth dkk.,1980)

4
BAB III
DATA PREFORMULASI

3.1 CTM (Chlorpheniramine Maleate) ( FI Ed IV hal. 210, Martindale Ed


36 hal. 571 )

- Rumus molekul : C16H19ClN2.C4H4O4

- Berat Molekul : 390,87

- Pemerian : serbuk Hablur putih, tidak berbau. Larutan mempunyai


pH antara 4 dan 5.

- Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan kloroform;
sukar larut dalam eter dan dalam benzena..

- Titik Lebur : Antara 1300 dan 1350 C.

- Stabilitas : Mengalami peruraian pada suasana asam.

- OTT : Inkompatibel dengan kalsium klorida, kanamisin sulfat,


noradrenalin acid tartrat, pentobarbital sodium, dan
meglumine adipiodone

- Dosis : Larutan oral 2 mg/5ml (BNF 54 h.166)

Anak 6-12 tahun: 2 mg setiap 4-6 jam, maks 12 mg/hr.

Dewasa: 4mg setiap 4-6 jam, maks. 24mg/hr

- Khasiat : Antihistamin, sedative

- PKa & koefisien partisi = 9,2

- Penyimpanan : Wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya.

3.2 Laktosa ( FI Ed IV hal. 488-489)

- Pemerian : Serbuk atau masa, keras, putih atau putih krem. Tidak

5
berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi
mudah menyerap bau

- Kelarutan : Mudah dan pelan-pelan larut dalam air dan lebih mudah
larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol,
tidak larut dalam kloroform dan dalam eter

- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

- Kegunaan : Pemanis

3.3 Air suling (aquadest) (Farmakope Indonesia III halaman 96)

- BM : 18,02.

- Rumus molekul : H2O

- Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

- Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam
bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai.
Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi dari
kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan organik yang dapat menaikan
konduktivitas dan jumlah karbon organik.

- Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan mikroorganisme yang
dapat tumbuh dan merusak fungsi air.

- OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient


lainya yang mudah terhidrolisis.

3.4 Mg Stearat (FI IV hal 115, excipients ed V hal 432 )

- Rumus Molekul : C16H70MgO4

- Pemerian : Serbuk halus licin, mudah melekat pada kulit ,

6
mempunyai bau rasa khas lemah

- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air

- Stabilitas : Stabil dan simpan di tempat kering

- OTT : Dengan asam kuat, garam – garam besi dan hindari


pencampuran dengan oksidator kuat

- Konsentrasi : 0,25 – 5,0 %

- Kegunaan : Lubrikan/ zat pelican

- Penyimpanan : Dalam wadah tertutp rapat dan tempat sejuk

3.5 Talk ( Excipient edisi II hal 519, FI IV hal 771 )

- Rumus Molekul : Mg6(SiO5)(OH)4

- Pemerian : Serbuk hablur sangat halus putih atau putih keabuan ,


berkilat ,mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.

- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, asam dan basa lemah dan
pelarut organik.

- Stabilitas : Stabil dan dapat disterilkan dengan pemanasan 160 derajat


selama tidak kurang selama 1 jam

- OTT : Dengan komponen ammonium kuarterner

- Konsentrasi : 1 – 10 %

- Kegunaan : Glidan

- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3.6 AVICEL PH 102 ( MICROCRYSTALINE CELULOSE)

- Pemerian : Serbuk kristalin dengan partikel berpori ; berwarna putih ;


tidak berbau ; dan tidak berasa

7
- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larutan asam dan sebagian
besar pelarut organic

- Luas permukaan : 1,21 1,30 m²/g (avicel PH 102)

- Bobot jenis : 0,337 g/cm (baik), 0.478 g/cm (tapped), 1,512 - 1.668
g/cm (true)

- Stabilitas : Material higroskopis yang stabil. Disimpan di wadah


tertutup rapat pada tempat yang sejuk dan kering

- Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen pengoksidasi yang kuat

- Kegunaan : Pengisi atau pengikat pada sediaan tablet dan kapsul,


mempunyai kegunaan sebagai lubrikan dan disentegrant

- Konsentrasi : 20-50% (pengisi) ; 5-15% (penghancur): 5-20% (anti


lengket) (Rowe. 2009. Hal : 129)

8
BAB IV
METODOLOGI KERJA

4.1 Alat dan Bahan

a. Alat
 Ayakan mesh 8  Mortir dan Stamper
(saringan teh)  Oven
 Ayakan mesh 30  Panci
(saringan minyak)  Penjepit kayu
 Baskom  Pipet tetes
 Batang Pengaduk  Sarung tangan
 Corong  Spatel
 Gelas Ukur 100 ml  TimbanganAnalitik
 Kertas perkamen

b. Bahan
 Pewarna Kuning
 Amilum
 Talk
 Avicel (dalam)
 Avicel (luar )  Mg steart

 CTM  Aquadest

4.2 Formulasi

NO JENIS ZAT NAMA ZAT JUMLAH ZAT


1 Zat aktif CTM 4 Mg
2 Pengikat Amilum 3%
4 Penghancur Dalam Avicel pH 102 20%
5 Penghancur Luar Avicel pH 102 10%
6 Pengisi Laktosa **
7 Glidan Talkum 2%
8 Anti Adheren Mg Stearat 0,8%
9 - Aquadest q.s

9
4.3 Prosedur Pembuatan

a. Pembuatan Larutan Pengikat

1. Dituangkan air kedalam panci, masukkan baskom stainless steel


kedalam panci

2. Dimasukkan air mendidih 95°C (1:1) dan bahan pengikat aduk ad


pasta

3. Diteruskan pengadukan hingga diperoleh cairan jernih

4. Ditambahakan zat pewarna

b. Granulasi

1. Diayak zat aktif, bahan penghancur, dan pengisi sebelum dicamur


menggunakan mesh 30 (saringan teh), kemudiaan dituangkan kedalam baskom

2. Diaduk hingga homogen selama 5 menit

3. Ditambahakan larutan pengikat denagn suhu 60°C(hangat)

4. Diaduk hingga masa kompak, bila perlu ditambahakan air hangat

5. Diayak dengan mesh 8 atau 12(saringan minyak) hingga terbentuk granul


yang baik

6. Dikeringkan granul dalam oven, dialasi kain batis (40°-50°C) semalaman

c. Pencampuran Akhir
1. Diayak granul yang telah dikeringkan dengan ayakan mesh 12 atau16 (ayakan
minyak )

2. Dimasukan granul dalam kantong plastik

3. Ditambahkan bahan penghancur , glidan dan anti adheren yang telah diayak
dengan mesh 30 (ayakan teh)

4. Dikocok kantung plastik selama 5 menit

10
4.4 Prosedur Evaluasi Granul

a. Uji Organoleptik

Dilakukan dengan organ tubuh manusia dengan mengamati warna, bentuk,


dan aroma granul
b. Uji alir

1. Ditimbang massa granul sebanyak 20-30 gram

2. Dimasukan granul kedalam corong

3. Dicatat waktu selama granul melewati corong

Massa
4. Dihitung menggunakan rumus = ... g/s (Dilakukan Duplo)
Waktu

c. Uji pemampatan

1. Ditimbang massa granul sebnayk 20-30 gram

2. Dimasukan kedalam gelas ukur (catat tinggi awal granul pada gelas
ukur)

3. Diketukan gelas sebanyak 100x

4. Dicatat tinggi akhir granul

T 0 −T 1
5. Dihitung menggunakan rumus = x 100%
T0

d. Uji sudut istirahat

1. Granul yang telah dilakukan uji alir dihitung tinggi granul


(menggunakan penggaris)

2. Dibuat lingkaran disisi granul dan dihitung diameter granulnya

h
Menggunakan rumus = tan α=
r
e. Uji hasil akhir granul
1. Ditimbang berat akhir granul

11
Berat Akhir Granul
2. Dilakukan perhitungan dengan rumus x 100 %
Berat Teoritis Granul

12
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Pengamatan

a. Uji Organoleptik

warna Kuning muda


Bentuk serbuk

Aroma aroma sesuai dengan spesifikasi bahan baku

b. Uji Aliran Granul


Perlakuan Waktu (s) F ( g/ s)
1 1,24 2,0898 g/s
2 1,24 2,064 g/ s

c. Uji Sudut Istirahat


Perlakuan D1 D2 D3 H1
1 7 7,2 7,4 0,7
2 7,7 7,4 7,3 0,5

d. Uji Pemampatan Granul (syarat <20%)

Bobot
Volume awal Volume akhir
granul
2 gr 2 ml 1,8 ml

e. Uji Hasil Akhir Granul


2,8 g
Berat Teoritis
2g
Berat Akhir Granul

13
5.2 Perhitungan dan Penimbangan

Jumlah per-
No Jenis Zat NamaZat Formula Jumlah per-tablet
batch
(4 x 50 + 5% =
1 ZatAktif CTM 4 mg 50mg/tab 210 mg = 0,21
gr
(1,5 X 50) X 2
3
x 300 = 1,5 = 75 mg =
Amilum 3% 100
0,075 gr x 2 =
mg
2 Pengikat 0,15 gr
0,15 x 3 = 0,45
Aquadest qs 3 x pengikat ml x 20 tetes =
9 tetes

20
Penghancu Avicel pH x 50 = 10 (10mg x 50 ) =
3 20% 100
rDalam 102 500 mg= 0,5 gr
mg

2500 - (210 + 75
+ 500 + 50 + 20 + 1.395 x 50 mg
4 Pengisi Laktosa **
250) = 2500 – = ml
1.105= 1.395 mg

(5 Mg X 50) =
Penghancu Avicel pH 10
5 10% x 50= 5 mg 250 mg = 0,25
rluar 102 100
gr

(1 mg x 50)
2
Talk 2% x 50 = 1 mg =50 mg
100
Glidan/anti =0,05gr
6
adheren 0,8 0,4 mg x 50 mg
x 50 = 0,4
Mg stearate 0,8% 100 = 20 mg = 0.02
mg gr

14
5.3 Evaluasi Granul

5.4 Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu pembuatan tablet CTM, metode yang
digunakan dalam pembuatan tablet CTM ini adalah dengan metode granulasi
basah. Granulasi basah adalah metode pembuatan tablet dengan pencampuran
fase dalam tablet terlebih dahulu dengan pengikat yang basah, digranulasi
lalu dicampurkan dengan fase luar tablet, kemudian dicetak menjadi tablet.
Pembagian fase luar dan fase dalam berdasarkan fungsi dan karakteristik
setiap zat. Fase dalam biasanya terdiri dari zat aktif, zat pengisi, dan zat
pengikat yang tahan terhadap suhu tinggi dalam waktu lama karena pada
proses pembuatan granulasi basah, pemanasan dalam oven untuk
menghilangkan air dilakukan setelah terbentuk granul. Fase luar adalah zat
eksipien yang berfungsi untuk membantu proses pengempaan tablet, yaitu zat
pelincir dan zat eksipien lain yang tidak tahan pemanasan dalam waktu lama.

Metode granulasi basah hanya dapat dilakukan pada pembuatan tablet


yang mengandung zat aktif tahan terhadap lembab dan pemanasan. Karena
pada metode ini zat aktif akan dicampur dengan eksipien dan juga cairan
pengikat untuk membentuk masa lembab, kemudian masa lembab tersebut
akan dikeringkan dengan proses pemanasan. Alasan pemilihan metode
granulasi basah dikarenakan CTM memiliki sifat tahan terhadap pemanasan
dan tahan terhadap lembab. Selain itu, dengan menggunakan metode
granulasi basah akan menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan
lebih lama dibandingkan dengan cara granulasi kering.

Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil


membentuk padatan yang lebih besar atau agregat permanen melalui
penggumapalan massa, sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari
segi kadar, massa jenis, ukuran, serta bentuk partikel. Fungsi dari granulasi
yaitu untuk memperbaiki sifat aliran dan kompressibilitas dari massa cetak

15
tablet, memadatkan bahan-bahan, menyediakan campuran seragam yang tidak
memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu,
dan memperbaiki penampakan tablet. Formula yang digunakan untuk
pembuatan tablet CTM adalah CTM, Amilum, Avicel pH 102, Aqua,
Laktosa, Talk dan Magnesium Stearat. CTM sebagai zat aktif berfungsi
sebagai antihistamin dan sedative. Amilum dan aqua berfungsi sebagai zat
pengikat yang akan memberi daya adhesi pada massa serbuk serta untuk
menambah daya kohesi, selain itu berfungsi untuk mengikat zat aktif dan zat
pengisi sehingga dapat tercampur dengan homogen.

Pada percobaan kali ini, bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk


larutan yaitu pencampuran amilum dan aqua karena jika dalam bentuk larutan
hasilnya akan lebih efektif. Avicel pH 102 berfungsi sebagai penghancur
dalam dan penghancur luar yang dapat mempercepat disintegrasi tablet.
Bahan penghancur akan membantu hancurnya tablet menjadi granul, lalu
menjadi partikel-partikel penyusun yang akan meningkatkan kecepatan
disolusi tablet. Laktosa sebagai bahan pengisi berfungsi untuk memperbesar
volume massa agar mudah dicetak. Talk dan magnesium stearat sebagai
glidan/anti adheren atau pelincir yang berfungsi sebagai bahan pengatur
aliran dan bahan pemisah hasil cetakan. Glidan ditambahkan dalam formulasi
fungsinya untuk meningkatkan fluiditas massa, menurunkan disintegrasi dan
disolusi tablet. Sedangkan anti adheren adalah bahan yang dapat mencegah
melekatnya permukaan tablet. Sedangkan fungsi dari bahan pewarna yaitu
untuk menutupi warna obat yang kurang baik dan membuat suatu produk
lebih menarik.

Pada tablet CTM kadar bahan pengisi jumlahnya lebih mendominasi.


Oleh karena itu peranan bahan pengisi sangat penting untuk menghasilkan
tablet yang memenuhi syarat tablet yang baik. Selain peranan bahan pengisi,
metode yang digunakan dalam pembuatan tablet juga berpengaruh terhadap
kualitas tablet yang dihasilkan. Pemilihan metode pembuatan tablet
tergantung pada sifat bahan yang digunakan, salah satunya adalah sifat dari

16
amilum yang sering digunakan dalam tablet. Amilum batang kelapa sawit
berupa serbuk halus dan mempunyai kelembaban yang cukup tinggi, sehingga
akan berpengaruh pada sifat alirnya menjadi tidak baik. Kecepatan aliran
granul sangat penting karena berpengaruh pada keseragaman bobot tablet.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, hal ini
disebabkan karena tablet memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh sediaan
farmasi yang lain, baik dari segi produksi, penyimpanan, distribusi maupun
pemakainnya. Untuk menghasilkan tablet dengan kualitas yang baik dan
memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi bahan tambahan memegang
peranan yang sangat penting dalam proses pembuatanya. Salah satunya
adalah peranan amilum sebagai bahan pengisi pada tablet. Amilum dalam
bidang farmasi, merupakan bahan yang paling sering digunakan sebagai zat
pengisi dalam pembuatan tablet. Penambahan amilum juga dapat berfungsi
sebagai bahan pengatur aliran, bahan pengikat, dan bahan penghancur.
Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk menjamin tablet memiliki
ukuran atau massa yang dibutuhkan. Selain itu bahan pengisi juga ditambah
untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk
memacu aliran. Bahan pengisi sangat penting terutama untuk obat dengan zat
aktif kecil. Contohnya klorfeniramin maleat (CTM) yang dosisnya hanya 4
mg sehingga tidak cukup membuat bulk atau sulit dikempa.
Bahan penghancur yang dicampur secara ekstragranular menyebabkan
pemerataan zat penghancur yang lebih baik karena menyebar di bagian
permukaan tablet sehingga proses penghancuran tablet lebih cepat karena
mampu menyerap cairan medium disolusi yang dapat mempercepat pecahnya
sediaan tablet. Tablet yang dihasilkan dari kombinasi penambahan
penghancur secara intragranular dan ekstragranular memiliki waktu hancur
yang efektif sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Granul yang dihasilkan selanjutnya di evaluasi. Evaluasi granul ini
dilakukan untuk mengetahui kualitas granul yang dihasilkan sehingga
diharapkan akan menghasilkan tablet dengan kualitas yang baik. Evaluasi
granul meliputi uji organoleptik, uji kadar air, uji alir granul, uji sudut

17
istirahat, uji pemampatan, dan uji hasil akhir granul.
Pada praktikum pembuatan tablet CTM setelah proses pembuatan granul
atau granulasi menggunakan metode granulasi basah dilakukan proses uji
evaluasi granul, untuk menguji apakah granul layak dijadikan tablet atau
tidak, namun karena peralatan yang digunakan terbatas maka, uji evaluasi
granul ini tidak terlalu akurat hasilnya, karena menggunakan alat-alat yang
bukan alat laboratorium namun prinsip kerja alatnya mirip dengan yang ada
di laboratorium.
Untuk uji yang pertama, yaitu uji organoleptic, yaitu pengamatan
menggunakan panca indra untuk mengetahui bentuk dan warna dari granul
CTM ini, warna yang dihasilkan adalah kuning, karena pada umumnya tablet
CTM yang beredar dipasaran berwarna kuning, jadi pada saat pembuatan
digunakan pewarna makanan berwarna kuning. Lalu selanjutnya pengamatan
bentuk, granul yang dihasilkan setelah proses pembuatan tidak sepenuhnya
berbentuk granul, namun terdapat yang masih serbuk sekitar 60%, dan granul
sisanya, yaitu 40%, hal ini disebabkan karena pada saat proses pembuatan
granul atau granulasi, saat pencampuran zat pengikat kelompok kami tidak
sepenuhnya menggunakan air mendidih, melainkan campuran air mendidih
dan air dengan suhu normal tidak panas dan tidak dingin, dalam prosedur
pembuatan dikatakan harusnya pencampuran zat pengikat menggunakan air
mendidih dengan suhu 95˚C.
Pengujian berikutnya yang dilakukan adalah uji alir granul untuk,
menentukan sifat alir granul, pengujian dilakukan sebanyak 2x dengan
menggunakan corong plastic sebagai pengganti alat uji alir, pergantian alat ini
sangat berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan karena lubang corong
yang besar dan permukaan plastic yang licin sehingga memudahkan granul
untuk mengalir, dari hasil pengujian sebanyak 2x atau duplo didapatkan sifat

g g
aliran granul, yaitu 2,098 dan 2,064 , kedua pengujian hasilnya tidak
s s

g
berbeda jauh, hanya selisih 0,034 , dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
s

18
sifat aliran granul kohesif, ini hasilnya kurang baik, dan dipengaruhi bobot
yang berkurang serta alat yang tidak akurat, mungkin apabila di uji ulang di
laboratorium hasilnya akan berbeda.
Pengujian berikutnya adalah uji sudut istirahat, uji sudut istirahat atau uji
sudut diam merupakan uji granul yang paling penting untuk mengetahui sifat
alir dari granul. Serbuk akan membentuk kerucut, semakin datar kerucut yang
dihasilkan maka sudut diamnya makin kecil (Voight, 1995:161), dari
pengujian sudut istirahat didapatkan hasil sebesar 3,667 untuk simplo dan
3,763 untuk duplo, hasilnya tidak terlalu jauh antara simplo dan duplo, hanya
selisih 0,096. Dari hasil yang telah didapatkan, hasil tersebut menunjukkan
hasil yang sangat baik karena kurang dari 20.
Pengujian yang berikutnya adalah uji pemampatan dan menghitung
persen kompresibilitas, digunakan gelas ukur volume 100 ml, dan
dimasukkan granul, granul yang kami dapat sekitar 2 gram, di masukkan dan
diketuk sebagai pengganti mesin tap density tester sebanyak 100x, volume
sebelum pengetukkan didapat 2 ml, dan setelah pengetukkan 1,8 ml, sehingga
didapatkan % kompresibilitas sebesar 9,90% dengan akurasi yang tidak
terlalu tinggi, dan dari % kompresibilitas dapat disimpulkan bahwa %
kompresibilitasnya sangat baik (5-12), dengan rasio hauster nya didapat
0,9009.
Pada pengujian terakhir dilakukan uji hasil akhir granul, yaitu dengan
menggunakan bobot teoritis dan bobot hasil akhir granul, dan didapatkan
hasil akhir sebesar 71,428%, bobot teoritis didapatkan 2,8 gram sedangkan
bobot akhir 2 gram, ini terjadi karena pada saat pengujian granul tertinggal
pada wadah atau tempat pengujian karena dilakukan beberapa kali
perpindahan wadah, lalu juga saat pengujian dilakukan di ruangan yang agak
terbuka sehingga granul yang beberapa masih seperti serbuk tertiup angin
sehingga dari kesalahan-kesalahan tersebut bobotnya berkurang sekitar 800
mg.

19

Anda mungkin juga menyukai