Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT


“PEMBUATAN TABLET VITAMIN B1 DENGAN METODE GRANULASI
KERING”

Dosen Pengampu : 1. apt. Erni Rustiani, M.Farm


2. apt. Septia Andini, M.Fram
3. apt. Dra. Dwi Indriati, M.Farm
4. apt. Wilda Nurhikmah, M.Farm
5. apt. Rini Ambarwati, M.Si
6. apt. Cyntia Wahyuningrum, M.Farm
Asisten Dosen : 1. Shinta Mustika Febriana 3. Siti Maryam Rangkuty
2. Suci Puspa 4. Nuha Dzikri Devikasari
Kelompok / Kelas : 3/G
Nama Ketua : Siti Hana Rudianti (066119206)
Nama Anggota : 1. Syafa Zalfa Nur Afro (066119213)
2. Nena Uswatun Hasanah (066119215)
3. Syntia Nanda (066119219)
4. Dinda Nadia Qotrunnada (066119228)

LABORATORIUM FARMASI

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr, wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan laporan ini yang berjudul Pembuatan
Tablet CTM dengan Metode Granulasi Basah. Shalawat serta salam semoga selalu
dicurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Melalui laporan ini, kami berharap dapat memberikan informasi kepada pembaca
tentang Pembuatan Tablet CTM dengan Metode Granulasi Basah. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas praktikum Teknologi Sediaan Padat.

Proses penulisan Laporan ini tidak luput dari berbagai hambatan, namun dapat dilalui
berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Wassalamualaikum wr, wb.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………….

Daftar Isi………………………………………………………………………………………...

BAB I

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………...


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………….

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………………...

BAB III

DATA PREFORMULASI……………………………………………………………………...

BAB IV METODOLOGI KERJA

4.1 Alat dan Bahan……………………………………………………………………………...

4.2 Formulasi……………………………………………………………………………………

4.3 Prosedur Pembuatan………………………………………………………………………...

4.4 Prosedur Evaluasi Granul…………………………………………………………………...

4.5 Prosedur Evaluasi Tablet……………………………………………………………………

4.6 Prosedur Penetapan Kadar…………………………………………………………………..

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Pengamatan……………………………………………………………………………

5.2 Perhitungan dan Penimbangan……………………………………………………………...

5.3 Evaluasi Granul……………………………………………………………………………..

5.4 Pembahasan…………………………………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti telah diketahui, dari sediaan obat yang beredar dan digunakan saat ini, sediaan
tablet semakin populer pemakaiannya dan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter
dan pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain sehingga merupakan yang paling
banyak di produksi. Hal ini disebabkan karena mudah cara pembiatan dan penggunaannya,
dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi
oleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai.
Secara ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat dari
segi kimianya, bentuknya kompak dan mudah transportasi, memberikan kestabilan pada
unsur-unsur aktifnya.

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang
paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran,
bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan ( Depkes RI, 1945).

Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi persyaratan,
pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang peranan yang sangat penting dalam
proses pembuatannya.

Vitamin B1 (thiamyne) adalah salah satu dari macam vitamin yang mempunyai
tingkat kestabilan yang kurang. Berbagai operasi pengolahan makanan dapat sangat
mereduksi kandungan vitamin B1 dalam bahan pangan. Panas, oksigen, belerang dioksida
dan pH netral atau basa dapat mengakibatkan perusakan vitamin B1 ini sedangkan cahaya
tidak mengurangi vitamin ini. Disamping itu, vitamin B1 juga juga membantu proses
metabolism protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitamin B1, kulit akan mengalami
berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik. Tubuh juga dapat mengalami beri-beri,
gangguan saluran pencernaan, jantung dan sistem saraf.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara pembuatan granul dengan metode granulasi kering?

2.

3.

1.3 Tujuan

Mahasiswa mampu membuat sediaan tablet dengan metode granulasi kering

BAB II
Tinjauan Pustaka

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun tanpa
bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara prngempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk
dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul
umumnya disebut kaplet (Depkes RI, 1995).

Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain kecuali pelican dibuat granul
(butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak dapat mengisi cetakan tablet dengan baik dan
mudah mengalir mengisi cetakan tablet dengan baik dan kudah mengalir mengisi cetakan
serta menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 2012).

Cara membuat granul :

1. Granulasi kering. Campuran serbuk dimampatkan dalam potongan besar kemudian


dihancurkan atau diperkecil ukurannya menjadi granul. Bahan utama dan bahan tambahan
harus mempunyai sifat kohesif, metode ini digunakan untuk bahan yang tidak dapat dibuat
melalui granulasi basah karena terdegradasi dalam lembab atau peningkatan suhu yang
digunakan untuk pengeringan granul dalam metode granulasi basah.

2. Granulasi basah biasanya digunakan untuk tablet kempa. Serbuk yang dibasahi atau massa
lembab diayak menjadi granul, kemudian dikeringkan. Perekatan granulasi dengan
pengayakan kering ditambahkan lubrikan dan pencampuran hingga pembentukan tablet
dengan kempa (Ansel, 2013).

Macam-macam kerusakan pada pembuatan tablet :

1. Binding, diakibatkan karena masa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan.

2. Sticking/picking, perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat permukaan
punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelicin kurang, atau massa basah.

3. Whiskering, terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi pelelehan
zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya pada penyimpanan dalam botol, sisi-
sisi yang berlebih akan lepas dan menghasilkan bubuk.

4. Capping, membelahnya tablet dibagian atas.


5. Splitting, lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah.

6. Mottling, terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.

7. Crumbling, tablet menjadi retak dan rapuh akibat kurang tekanan pada pencetakan tablet
dan zat pengikatnya kurang (Syamsuni, 2012).

Vitamin B1 berfungsi untuk pengobatan defisiensi vitamin B1 pada kondisi : beri-


beri, wernicke’s encephalophyta syndrome, peripheral neuritis yang disertai dengan
kehamilan pecandu alcohol dengan komplikasi pada saraf sensor, penderita kelainan
metabolic. (PIO, 2009)

Vitamin, pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu vitamin yang larut
dalam lemak yakni vitamin A, D, E, K; serta vitamin yang larut dalam air seperti ita,in B dan
vitamin C. (Rohman dan Sumantri)

BAB III
Data Preformulasi

BAB IV

METODOLOGI KERJA

4.1 Alat dan Bahan


a. Alat :

Bahan :

4.2 Formulasi

No Fungsi Zat Nama Zat Jumlah Zat


1 Zat Aktif CTM 4 mg
2 Pengikat Corn Starch 7%
3 Penghancur dalam Avicel pH 102 20 %
4 Penghancur luar Avicel pH 102 10 %
5 Pengisi Laktosa **
6 Glidan / Anti adheren Talkum 2%
7 Mg Stearat 0.8 %
8 - Aquadest q.s

4.3 Prosedur Pembuatan


Timbang tiap masing-masing bahan
a) Pembuatan Larutan Pengikat
1. Dituangkan air kedalam wadah gelas, sambil diaduk disuspensikan kedalam corn
starch
2. Ditambahkan air mendidih 95
3. Diteruskan pengadukan hingga diperoleh cairan jernih
4. Diteteskan pewarna kuning q.s
b) Pembuatan Granulasi
1. Diayak (CTM, Avicel pH 102 (penghancur dalam) dan SL) sebelum dicampur,
menggunakan ayakan mesh 30, kemudian dituangkan kedalam mortar
2. Diaduk ad homogen selama 5 menit
3. Ditambahkan bahan pengikat (suhu 60 / hangat)
4. Diaduk hingga massa kompak, bila perlu ditambahkan air hangat
5. Diayak dengan mesh 12 hingga terbentuk granul yang baik
6. Dikeringkan granul dalam oven, dialasi baking paper (40 - 50 ) semalaman
c) Pencampuran Akhir
1. Diayak granul yang telah kering dengan ayakan mesh 12
2. Dimasukkan granul kedalam kantong plastic
3. Ditambahkan kedalamnya (Avicel pH 102 (penghancur luar), Talk, Mg Stearat)
yang telah diayak terlebih dahulu dengan mesh 30
4. Dikocok menggunakan kantong plastik selama 5 menit

4.4 Prosedur Evaluasi Granul

a) Uji organoleptic

Dilakukan dengan organ tubuh manusia dengan mengamati warna, bentuk, rasa dan
aroma granul

b) Uji alir

1. Ditimbang massa granul sebanyak 20-30 gram

2. Dimasukan granul kedalam corong

3. Dicatat waktu selama granul melewati corong

4. Dihitung

c) Uji pemampatan

1. Ditimbang massa granul sebnayk 20-30 gram

2. Dimasukan kedalam gelas ukur (catat tinggi awal granul pada gelas ukur)

3. Diketukan gelas sebanyak 100x

4. Dicatat tinggi akhir granul

5. Dihitung

d) Uji sudut istirahat


1. Granul yang telah dilakuakn uji alir dihitung tinggi granul (menggunakn penggaris)

2. Dibuat lingkaran disisi granul dan dihitung diameter granulnya

e) Uji hasil akhir granul

1. Ditimbang berat akhir granul

2. Dan dihitung dengan menggunakan rumus : Berat akhir granul x 100%


Berat teoritis granul

4.5 Prosedur Evaluasi Tablet

a) Uji Keseragaman Bobot


Ditimbang 20 tablet dari masing- masing formula dan dihitung bobot rata- ratanya.
Jika ditimbang satu per satu tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing- masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak
satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom
B sesuai syarat yang tercantum pada Farmakope Indonesia III.
b) Uji Keseragaman Ukuran
Dipilih 20 tablet dari masing- masing formula, diukur tebal dan diameter masing-
masing tablet menggunakan alat ukur. Menurut Farmakope Indonesia III, syarat
keseragaman ukuran kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali
dan tidak kurang dari 1 ⁄ kali tebal tablet.
c) Uji Kekerasan Tablet
Alat yang digunakan ialah hardness tester. Cara kerjanya yaitu sebuah tablet
diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch, tablet dijepit dengan cara memutar
sekrup pengatur sampai tanda lampu stop menyala. Lalu knop ditekan sampai tablet
pecah. Angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala dibaca. Percobaan ini dilakukan
sampai 5 kali. Persyaratan kekerasan tablet: 4-8 kg (Soekemi dkk, 1987).
d) Uji Friabilitas atau Kerapuhan
Alat yang digunakan ialah friability tester. Caranya ditimbang 20 tablet, dicatat
beratnya (A gram), lalu dimasukkan ke dalam alat dan alat dijalankan selama 4 menit
(100 kali putaran). Setelah batas waktu yang ditentukan, tablet dikeluarkan dan
dibersihkan dari serbuk-serbuk halus lalu ditimbang lagi (B gram). Friabilitas
A−B
(F) = x 100 % . Syarat: kehilangan bobot ≤ 1% (Soekemi dkk, 1987).
A
e) Uji Waktu Hancur
Alat yang digunakan ialah disintegration tester. Caranya yaitu satu tablet dimasukkan
pada masing-masing tabung dari keranjang lalu dimasukkan cakram pada tiap tabung
dan alat dijalankan. Sebagai medium digunakan air dengan suhu dengan suhu 37⁰C,
kecuali dinyatakan lain menggunakan cairan yang tercantum pada masing-masing
monografi. Pada akhir batas waktu, angkat keranjang dan amati semua tablet. Semua
tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet harus hancur
sempurna .
4.6 Prosedur Penetapan Kadar

1. Dimasukkan 120 mg CTM kedalam labu ukur 100 ml, ditambahkan 10 ml etanol
lalu

di ad 100 ml dengan aquadest

2. Dipipet 1 ml lalu di ad 100 ml dengan aquadest.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Pengamatan

No Evaluasi Granul Hasil Keterangan


1. Uji Organoleptik
a. Bentuk a. Granul Sesuai
b. Warna b. Kuning
2. Uji Alir Granul 0,035% < 1,4 sangat kohesif
3. Uji sudut istirahat 0,378 Sangat baik
4. Uji pemampatan
a. %kompresibilitas 4% Sangat baik
b. Rasio Hauster
5. Uji hasil akhir granul 75.2% -

5.2 Perhitungan dan Penimbangan

5.2.1 Perhitungan

 CTM = 4 mg + 5% = 4.2 mg/tab × 50 tab = 210 mg = 0.21 g


7
 Corn Starch = × 50 mg = 3.5 mg × 50 tab = 175 mg =
100
0.175 g
 Aquadest = 3 × Corn Starch
= 3 × 0.175g = 0.525g = 0.525 ml
20
 Avicel (dalam) = × 50 mg = 10 mg × 50 tab = 500 mg =
100
0.5 g
10
 Avicel (luar) = × 50 mg = 5mg × 50 tab = 250 mg =
100
0.25 g
2
 Talk = × 50 mg = 1mg × 50 tab = 50 mg =
100
0.05 g
0.8
 Mg Stearat = × 50 mg = 0.4 mg × 50 tab = 20 mg =
100
0.02 g
 SL = 50 mg – (4 mg + 3.5 mg + 10 mg + 5 mg + 1 mg + 0.4 mg)
= 26.1 mg × 50 tab = 1305 mg = 1.305 g

5.2.2 Penimbangan

 CTM = 0.21 g
 Corn Starch = 0.175 g
 Aquadest = 0.525 ml
 Avicel H (dalam) = 0.5 g
 Avicel H (luar) = 0.25 g
 Talk = 0.05 g
 Mg Stearat = 0.02 g
 SL =1.305 g

5.3 Evaluasi Granul

5.4 Pembahasan

Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, hal ini disebabkan
karena tablet memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh sediaan farmasi yang lain, baik
dari segi produksi, penyimpanan, distribusi maupun pemakainnya. Untuk menghasilkan
tablet dengan kualitas yang baik dan memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi
bahan tambahan memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembuatanya.
Salah satunya adalah peranan amilum sebagai bahan pengisi pada tablet. Amilum dalam
bidang farmasi, merupakan bahan yang paling sering digunakan sebagai zat pengisi
dalam pembuatan tablet. Penambahan amilum juga dapat berfungsi sebagai bahan
pengatur aliran, bahan pengikat, dan bahan penghancur.
Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk menjamin tablet memiliki ukuran atau massa
yang dibutuhkan. Selain itu bahan pengisi juga ditambah untuk memperbaiki daya kohesi
sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran. Bahan pengisi sangat
penting terutama untuk obat dengan zat aktif kecil. Contohnya klorfeniramin maleat
(CTM) yang dosisnya hanya 4 mg sehingga tidak cukup membuat bulk atau sulit
dikempa.
Pada tablet CTM kadar bahan pengisi jumlahnya lebih mendominasi. Oleh karena itu
peranan bahan pengisi sangat penting untuk menghasilkan tablet yang memenuhi syarat
tablet yang baik. Selain peranan bahan pengisi, metode yang digunakan dalam pembuatan
tablet juga berpengaruh terhadap kualitas tablet yang dihasilkan. Pemilihan metode
pembuatan tablet tergantung pada sifat bahan yang digunakan, salah satunya adalah sifat
dari amilum yang sering digunakan dalam tablet. Amilum batang kelapa sawit berupa
serbuk halus dan mempunyai kelembaban yang cukup tinggi, sehingga akan berpengaruh
pada sifat alirnya menjadi tidak baik. Kecepatan aliran granul sangat penting karena
berpengaruh pada keseragaman bobot tablet.
Metode pembuatan tablet yang baik untuk bahan yang tidak memiliki sifat alir yang
baik adalah dengan metode granulasi. Salah satu metode pembuatan tablet yang paling
luas digunakan dalam memproduksi tablet adalah metode granulasi basah.

Bahan penghancur yang dicampur secara ekstragranular menyebabkan pemerataan zat


penghancur yang lebih baik karena menyebar di bagian permukaan tablet sehingga proses
penghancuran tablet lebih cepat karena mampu menyerap cairan medium disolusi yang
dapat mempercepat pecahnya sediaan tablet. Tablet yang dihasilkan dari kombinasi
penambahan penghancur
secara intragranular dan ekstragranular memiliki waktu hancur yang efektif sesuai dengan
yang dipersyaratkan.
Granul yang dihasilkan selanjutnya di evaluasi. Evaluasi granul ini dilakukan untuk
mengetahui kualitas granul yang dihasilkan sehingga diharapkan akan menghasilkan
tablet dengan kualitas yang baik. Evaluasi granul meliputi uji organoleptik, uji kadar air,
uji alir granul, uji sudut istirahat, uji pemampatan, dan uji hasil akhir granul.
Pada proses pembuatan tablet CTM ini menggunakan salah satu metode pembuatan
tablet yaitu metode granulasi basah dan disertai pengeringan yang digunakan adalah
menggunakan pemanasan. Proses pemanasan diperlukan untuk mengeringkan massa
granul yang masih basah karena adanya penambahan larutan bahan pengikat sehingga
diperoleh granul kering yang dapat dicetak menjadi tablet. Sifat fisik tablet salah satunya
dipengaruhi oleh kadar air setelah proses pemanasan granul karena proses pemanasan
akan mempengaruhi kadar air dalam granul dan pada akhirnya akan mempengaruhi sifat
fisik tablet yang dihasilkan. Banyaknya air yang hilang selama proses pengeringan
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah suhu pengerigan. Suhu pengeringan
yang berbeda – beda bisa menyebabkan perbedaan kadar air yang terkandung di dalam
granul. Adanya proses pengeringan dengan suhu yang optimal bertujuan untuk
menghasilkan tablet dengan sifat fisik yang baik dan kadar air yang memenuhi syarat.
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan serbuk atau granul untuk mengalir melalui
corong. Sifat aliran dipegaruhi oleh bentuk partikel, ukuran partikel, melalui gaya kohesi
diantara partikel. Sifat aliran ini diperbaiki melalui penambahan bahan pelicin yang
menurunkan gesekan antar partikel.

Sudut diam merupakan sudut maksimal yang mungkin terjadi antara permukaan suatu
tumpukan serbuk dan bidang horizontal setelah diberi perlakuan. Sudut diam adalah sudut
maksimum yang dibentuk permukaan serbuk dengan permukaan horizontal pada waktu
berputar. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30° biasanya menunjukkan bahwa
bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40° biasanya
daya mengalirnya kurang baik. Semakin kecil nilai sudut diam semakin baik sifat alir
granul sehingga tablet memiliki keseragaman bobot yang seragam.
Pengetapan granul merupakan penurunan sejumlah granul atau serbuk akibat
hentakan (tapped) dan getaran (vibrating).Indeks pengetapan granul ditentukan setelah
dilakukan penghentakan terhadap sejumlah granul sehingga diperoleh volume yang
konstan. Pada saat volume konstan partikel serbuk berada pada kondisi yang paling
mampat.
BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan pembuatan tablet CTM dengan metode granulasi, dapat


disimpulkan :
1. Metode yang di gunakan pada pembuatan tablet CTM adalah metode granulasi basah.
2. Evaluasi granul yang di lakukan pada percobaan kali ini meliputi uji organoleptik, uji
kadar air, uji alir granul, uji sudut istirahat, uji pemampatan, dan uji hasil akhir granul.
3. Adanya proses pengeringan dengan suhu yang optimal bertujuan untuk menghasilkan
tablet dengan sifat fisik yang baik dan kadar air yang memenuhi syarat.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

Anief, Moh. 2012. Farmaseutika. Yogyakarta. UGM-Press.

Ansel. 2013. Bentuk Sediaan Farmasetis dan Sistem Penghataran Obat. Jakarta. EGC.

Syamsuni, H, A. 2012. Ilmu Resep. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai