LABORATORIUM FARMASI
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan laporan ini yang berjudul Pembuatan
Tablet CTM dengan Metode Granulasi Basah. Shalawat serta salam semoga selalu
dicurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Melalui laporan ini, kami berharap dapat memberikan informasi kepada pembaca
tentang Pembuatan Tablet CTM dengan Metode Granulasi Basah. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas praktikum Teknologi Sediaan Padat.
Proses penulisan Laporan ini tidak luput dari berbagai hambatan, namun dapat dilalui
berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………………………………...
BAB I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………………...
BAB III
DATA PREFORMULASI……………………………………………………………………...
4.2 Formulasi……………………………………………………………………………………
5.4 Pembahasan…………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti telah diketahui, dari sediaan obat yang beredar dan digunakan saat ini, sediaan
tablet semakin populer pemakaiannya dan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter
dan pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain sehingga merupakan yang paling
banyak di produksi. Hal ini disebabkan karena mudah cara pembiatan dan penggunaannya,
dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi
oleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai.
Secara ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat dari
segi kimianya, bentuknya kompak dan mudah transportasi, memberikan kestabilan pada
unsur-unsur aktifnya.
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang
paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran,
bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan ( Depkes RI, 1945).
Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi persyaratan,
pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang peranan yang sangat penting dalam
proses pembuatannya.
Vitamin B1 (thiamyne) adalah salah satu dari macam vitamin yang mempunyai
tingkat kestabilan yang kurang. Berbagai operasi pengolahan makanan dapat sangat
mereduksi kandungan vitamin B1 dalam bahan pangan. Panas, oksigen, belerang dioksida
dan pH netral atau basa dapat mengakibatkan perusakan vitamin B1 ini sedangkan cahaya
tidak mengurangi vitamin ini. Disamping itu, vitamin B1 juga juga membantu proses
metabolism protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitamin B1, kulit akan mengalami
berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik. Tubuh juga dapat mengalami beri-beri,
gangguan saluran pencernaan, jantung dan sistem saraf.
2.
3.
1.3 Tujuan
BAB II
Tinjauan Pustaka
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun tanpa
bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara prngempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk
dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul
umumnya disebut kaplet (Depkes RI, 1995).
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain kecuali pelican dibuat granul
(butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak dapat mengisi cetakan tablet dengan baik dan
mudah mengalir mengisi cetakan tablet dengan baik dan kudah mengalir mengisi cetakan
serta menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 2012).
2. Granulasi basah biasanya digunakan untuk tablet kempa. Serbuk yang dibasahi atau massa
lembab diayak menjadi granul, kemudian dikeringkan. Perekatan granulasi dengan
pengayakan kering ditambahkan lubrikan dan pencampuran hingga pembentukan tablet
dengan kempa (Ansel, 2013).
1. Binding, diakibatkan karena masa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan.
2. Sticking/picking, perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat permukaan
punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelicin kurang, atau massa basah.
3. Whiskering, terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi pelelehan
zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya pada penyimpanan dalam botol, sisi-
sisi yang berlebih akan lepas dan menghasilkan bubuk.
6. Mottling, terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.
7. Crumbling, tablet menjadi retak dan rapuh akibat kurang tekanan pada pencetakan tablet
dan zat pengikatnya kurang (Syamsuni, 2012).
Vitamin, pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu vitamin yang larut
dalam lemak yakni vitamin A, D, E, K; serta vitamin yang larut dalam air seperti ita,in B dan
vitamin C. (Rohman dan Sumantri)
BAB III
Data Preformulasi
BAB IV
METODOLOGI KERJA
Bahan :
4.2 Formulasi
a) Uji organoleptic
Dilakukan dengan organ tubuh manusia dengan mengamati warna, bentuk, rasa dan
aroma granul
b) Uji alir
4. Dihitung
c) Uji pemampatan
2. Dimasukan kedalam gelas ukur (catat tinggi awal granul pada gelas ukur)
5. Dihitung
1. Dimasukkan 120 mg CTM kedalam labu ukur 100 ml, ditambahkan 10 ml etanol
lalu
BAB V
5.2.1 Perhitungan
5.2.2 Penimbangan
CTM = 0.21 g
Corn Starch = 0.175 g
Aquadest = 0.525 ml
Avicel H (dalam) = 0.5 g
Avicel H (luar) = 0.25 g
Talk = 0.05 g
Mg Stearat = 0.02 g
SL =1.305 g
5.4 Pembahasan
Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, hal ini disebabkan
karena tablet memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh sediaan farmasi yang lain, baik
dari segi produksi, penyimpanan, distribusi maupun pemakainnya. Untuk menghasilkan
tablet dengan kualitas yang baik dan memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi
bahan tambahan memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembuatanya.
Salah satunya adalah peranan amilum sebagai bahan pengisi pada tablet. Amilum dalam
bidang farmasi, merupakan bahan yang paling sering digunakan sebagai zat pengisi
dalam pembuatan tablet. Penambahan amilum juga dapat berfungsi sebagai bahan
pengatur aliran, bahan pengikat, dan bahan penghancur.
Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk menjamin tablet memiliki ukuran atau massa
yang dibutuhkan. Selain itu bahan pengisi juga ditambah untuk memperbaiki daya kohesi
sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran. Bahan pengisi sangat
penting terutama untuk obat dengan zat aktif kecil. Contohnya klorfeniramin maleat
(CTM) yang dosisnya hanya 4 mg sehingga tidak cukup membuat bulk atau sulit
dikempa.
Pada tablet CTM kadar bahan pengisi jumlahnya lebih mendominasi. Oleh karena itu
peranan bahan pengisi sangat penting untuk menghasilkan tablet yang memenuhi syarat
tablet yang baik. Selain peranan bahan pengisi, metode yang digunakan dalam pembuatan
tablet juga berpengaruh terhadap kualitas tablet yang dihasilkan. Pemilihan metode
pembuatan tablet tergantung pada sifat bahan yang digunakan, salah satunya adalah sifat
dari amilum yang sering digunakan dalam tablet. Amilum batang kelapa sawit berupa
serbuk halus dan mempunyai kelembaban yang cukup tinggi, sehingga akan berpengaruh
pada sifat alirnya menjadi tidak baik. Kecepatan aliran granul sangat penting karena
berpengaruh pada keseragaman bobot tablet.
Metode pembuatan tablet yang baik untuk bahan yang tidak memiliki sifat alir yang
baik adalah dengan metode granulasi. Salah satu metode pembuatan tablet yang paling
luas digunakan dalam memproduksi tablet adalah metode granulasi basah.
Sudut diam merupakan sudut maksimal yang mungkin terjadi antara permukaan suatu
tumpukan serbuk dan bidang horizontal setelah diberi perlakuan. Sudut diam adalah sudut
maksimum yang dibentuk permukaan serbuk dengan permukaan horizontal pada waktu
berputar. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30° biasanya menunjukkan bahwa
bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40° biasanya
daya mengalirnya kurang baik. Semakin kecil nilai sudut diam semakin baik sifat alir
granul sehingga tablet memiliki keseragaman bobot yang seragam.
Pengetapan granul merupakan penurunan sejumlah granul atau serbuk akibat
hentakan (tapped) dan getaran (vibrating).Indeks pengetapan granul ditentukan setelah
dilakukan penghentakan terhadap sejumlah granul sehingga diperoleh volume yang
konstan. Pada saat volume konstan partikel serbuk berada pada kondisi yang paling
mampat.
BAB VI
KESIMPULAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Ansel. 2013. Bentuk Sediaan Farmasetis dan Sistem Penghataran Obat. Jakarta. EGC.