SEDIAAN SOLIDA
PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL
MENGGUNAKAN METODA GRANULASI KERING
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai
tablet cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995). Kebanyakan tablet
digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral. Tablet mempunyai
beberapa keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang
tahan terhadap pemasukan (temperproof). Hal – hal berikut merupakan
keunggulan utama tablet :
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling
kompak.
4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling
kompak
- Keragaman Bobot
- Kekerasan tablet (Hardness)
i. Alat 1
ii. Alat 2
• Jika zat aktif pada tablet tidak tahan terhadap pemanasan dan lembab
III. FORMULA
R/ Ibuprofen 200 mg
Amprotab 50 mg
Na Starch Glycolat 5%
Talkum 2%
Mg Stearat 1%
PVP 25 mg
1. Ibuprofen
Khasiat/Penggunaan : Analgesik
3. Laktosa Anhidrat
Sinonim : Anhydrous 60M; Anhydrous Direct Tableting (DT);
Anhydrous DT High Velocity; Anhydrous Impalpable; Lactopress
Anhydrous; Lactopress Anhydrous 250; lactosum anhydricum; lattosio;
milk sugar; SuperTab 21AN; SuperTab 22AN; saccharum lactis.
BM : 342,30
Kelarutan : Larut dalam air; sukar larut dalam atanol (95%) dan eter
4. Mg Stearat
BM : 591,27
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter, dan
air. Sedikit larut dalam benzen hangat dan etanol (95%) hangat.
Stabilitas : Stabil.
Khasiat/Penggunaan: Disintegran
6. PVP
Sinonim : Povidone, Polivinilpirolidon
7. Talkum
V. PERHITUNGAN
1. Fase Dalam
Fase dalam teoritis :
Ibuprofen = 200 mg
= 50 mg x 300 = 15 gram
PVP =
3. Fase Luar
Na starch (5%) =
Talk (1%) =
Mg stearat (0,5%) =
4. Massa Kempa
Fase dalam + fase luar = 140,29 g + 5,3 g + 1 g + 0,5 g
= 147,09 gram
Massa kempa nyata = 147,1 gram
VI. PROSEDUR
- Semua bahan diayak menggunakan ayakan mesh 40
- Fasa dalam dan setengah dari masing-masing fasa luar dicampur hingga
homogen
- Tablet hasil kempa kemudian digerus untuk membuat granul, lalu diayak
dengan menggunakan mesh 12
VII. EVALUASI
Tujuan: untuk melihat profil aliran granul tanpa penambahan lubrikan, bila
granul memiliki parameter fisika yang baik dan mudah mengalir maka
granul hanya sedikit memakai lubrikan. Cara kerjanya adalah:
Sudut Istirahat :
Kecepatan Alir :
Parameter
(Lachman,1994)
2. Uji Kompresibilitas Granul
Tujuan : untuk mengetahui apakah granul tersebut memiliki sifat yang
mudah dikempa atau sulit, cara kerjanya adalah:
a. Timbang sebanyak 25 g granul.
b. Masukkan granul ke dalam gelas ukur 100 ml lihat tanda batas dan catat.
c. Ketuk-ketukan gelas ukur berisi granul dengan interval ketukan 2 detik 1
ketukan.
d. Perhatikan tanda batas di gelas ukur, bila granul tidak mengalami
penurunan volume lagi setelah 5 ketukan terakhir. Pengujian dinyatakan selesai
dan catat volume akhirnya.
Parameter
% kompresibilitas Keterangan
5-12 Sangat Baik
12-18 Baik
18-21 Cukup
23-35 Kurang
33-38 Sangat kurang
>40 Sangat buruk
(Depkes RI,1995)
3. Uji Keseragaman Bobot
Tujuan: untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Cara
kerjanya adalah:
a. Timbang 20 tablet
Parameter
(Depkes RI,1995)
Parameter: Diameter tablet tidak melebihi tiga kali tebal tablet dan
tidak kurang dari empat per tiga tebal tablet (Yeti dkk., 2010).
5. Uji Friabilitas
Tujuan: sebagai parameter untuk ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan saat pengemasan dan pengiriman cara kerjanya adalah:
a. Ditimbang 20 tablet yang akan diuji dengan seksama
b. Tablet dimasukan kedalam friabilator dan diputar sebanyak 100
putaran selama 4 menit.
c. Setelah itu tablet dikeluarkan dari alat
d. Timbang kembali tablet dengan seksama
e. Hitung persentase hilangnya bobot setelah diuji dalam friabilator
Parameter: Tablet yang baik adalah yang memiliki kerapuhan kurang
dari 1% (Sulaiman,2007).
6. Uji Kekerasan
Tujuan: untuk menentukan ketahanan tablet dalam melawan tekanan
mekanik. Cara kerjanya adalah:
a. Diambil sebanyak 20 tablet
b. Dimasukkan satu per satu ke dalam alat hardness tester dan alat
dinyalakan.
c. Data hasil pengujian kekerasan tablet dicatat.
Parameter: Pada umumnya tablet dikatakan baik, apabila mempunyai
kekerasan antara 4-8 kg (Parrott, 1971).
7. Uji Disintegran
Tujuan: untuk menguji waktu hancur tablet. Cara kerjanya adalah:
a. Memasukkan 5 tablet ke dalam keranjang, turun-naikan keranjang
secara teratur 30 kali tiap menit.
b. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal
di atas kasa, kecuali fragmen berasal dari zat penyalut
Parameter: Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk
menghancuran kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula
dan bersalut selaput (Depkes RI, 1979).
VIII. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA
1. Uji Daya Alir Granul
Sudut Istirahat
tinggi
tan
jari jari
2.68
= = 0.628
4.27
Θ = 32.128
Keterangan: sudut istirahat tergolong kategori “cukup” yaitu 30-40°
Daya Alir
beratgranul
Daya Alir
waktu
25
= 9.98
2.504
Keterangan: daya alir tergolong kategori “baik” yaitu pada rentang 4-10.
2. Uji Kompresibilitas Granul
Dik: berat sampel = 25 g; vol. awal = 38 ml; vol. akhir = 28ml
beratgranu l
App Density (Kerapatan Nyata) =
volumeawal
25
= 0.658 gr / mL
38
beratgranul
Tap Density (Kerapatan Mampat) =
volumeakhir
25
= 0.893gr / mL
28
Vo V
Kompresibilitas = 100%
Vo
38 28
= 100% 26.3%
38
K .Mampat K .Nyata
Carr’s Index = 100%
K .Mampat
0.893 0.658
= 100% 26.3%
0.893
Keterangan: nilai kompresibilitas tergolong kategori “kurang baik” yaitu
pada rentang 23-35 %.
Keterangan: sesuai dengan persyaratan yaitu diameter tablet tidak lebih dari 3x
dan tidak kurang dari 4/3 x tebal tablet.
4. Uji Friabilitas
Dik: massa awal = 5,26 g; massa akhir = 4,76g
MassaAwal MassaAkhir
% Friabilita s 100%
MassaAwal
5,26 4,76
100% = 9,5 %
5,26
Keterangan: % friabilitas tidak sesuai dengan persyaratan yaitu tidak kurang
dari 1%.
5. Uji Kekerasan
No. Tekanan (N) No. Tekanan (N) No. Tekanan (N) No. Tekanan (N)
1 39 6 55 11 54 16 59
2 53 7 41 12 44 17 43
3 35 8 21 13 89 18 52
4 49 9 33 14 43 19 26
5 18 10 56 15 89 20 29
Rata-Rata 46,4 N
6. Uji Disintegran
Waktu hancur = lebih dari 15 menit
Keterangan: tidak sesuai dengan persyaratan yaitu tidak lebih dari 15 menit.
IX. PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini, dibuat sediaan tablet dengan menggunakan
metode granulasi kering. Zat aktif yang digunakan yang digunakan adalah
ibuprofen. Ibuprofen merupakan golongan obat antiinflamasi non-steroid
derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgesik dengan daya
antiinflamasi tidak terlalu kuat. Untuk pengikat tablet digunakan Na-Starch
Glycolat, Laktosa Anhidrat, dan PVP. Disintegran yang digunakan adalah
amprotab. Untuk pelincir yang digunakan dalam formulasi ini terdiri dari dua
yaitu lubrikan dan glidan. Lubrikan yang digunakan adalah magnesium stearat
untuk mengurangi gesekan antara tablet dan pencetak tablet yang dapat
memberikan hasil tablet utuh, tidak capping ataupun lengket pada cetakan.
Untuk glidan, digunakan talkum. Talkum sudah umum digunakan sebagai
glidan, dari segi keamanan, talkum ini digunakan dalam formulasi farmasi
sediaan oral karena tidak beracun dan non-iritan. Talkum tidak diserap secara
sistemik pada konsumsi oral. Namun penggunaan konsentrasi talkum yang
besar dapat mempengaruhi profil disintegrasi obat, oleh karena itu dipilih
konsentrasi talkum 1% dari range konsentrasi 1-10% sebagai glidan.
Dibandingkan dengan amilum, efektivitas talkum sebagai glidan lebih tinggi,
maka dari itu dipilih talkum sebagai glidan, selain itu, mempertimbangkan dari
aspek inkompatibilitas talkum yang terjadi dengan amonium kuarterner,
talkum dapat digunakan pada formulasi ini karena tidak mengandung amonium
kuarterner.
Pembuatan tablet ibuprofen dilakukan dengan granulasi kering untuk
menghindari proses yang dapat mengganggu stabilitasnya seperti kelembaban
dan panas. Selain itu, penggranulan menggunakan metode granulasi kering ini
diharapkan dapat meningkatkan kompresibilitas dan kompaktibilitasnya pada
saat pengempaan.
Tahap awal proses granulasi kering yaitu pengecilan partikel-partikel
dengan proses pengayakan. Hal ini dilakukan karena distribusi ukuran partikel
mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia serbuk yang kemudian akan
berpengaruh terhadap kestabilan obat. Ukuran juga berperan penting pada
homogenitas tablet akhir. Bila terdapat perbedaan ukuran partikel yang besar
antara zat aktif dan eksipien, maka akan terjadi kesulitan pencampuran. Setelah
proses pengayakan, bahan ditimbang sesuai formula. Selanjutnya, tahap
pembuatan slug (tablet besar-besar). Pertama yang dilakukan adalah
mencampurkan ibuprofen, laktosa anhidrat dan amprotab hingga homogen.
Kemudian dimasukkan PVP ke dalam campuran, setelah itu ditambahkan
setengah jumlah formulasi Talkum dan Mg stearat ke dalam campuran. Tahap
pencampuran ini dilakukan hingga homogen. Tahap yang dilakukan
selanjutnya adalah proses slugging. Pada proses ini komponen–komponen
tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan
dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug,
prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan
diaduk untuk mendapatkan granul yang sifat alirnya lebih baik dari campuran
awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat
diulang. Tahap selanjutnya adalah pembuatan granul. Slug dengan kadar air
yang telah sesuai dimasukkan ke alat granulator untuk membentuk granul.
Prinsip metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan
bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Setelah
terbentuk granul dilakukan evaluasi sediaan granul, kemudian dilakukan
penambahan fase luar yaitu talkum dan mg staearat, kemudian dicampurkan
hingga homogen. Setelah dilakukan IPC terhadap granul dan hasilnya
memenuhi persyaratan atau kriteria granul yang baik, maka dilakukan proses
pencetakan granul. Granul ini dicetak menjadi tablet-tablet, dan kemudian
dilakukan uji evaluasi tablet.
Evaluasi terhadap granul ini dilakukan dengan menentukan laju alir dan
kompresibilitas. Laju alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan
tablet. Apabila granul mudah mengalir, tablet yang dihasilkan mempunyai
keseragaman bobot yang baik. Laju alir ini dapat ditentukan dengan
menentukan sudut istirahat dari granul dengan menggunakan metode corong,
Sudut istirahat ini merupakan sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk
terhadap bidang datar setelah serbuk atau granul tersebut mengalir secara bebas
melalui suatu celah sempit dalam hal ini adalah corong. Jadi, sudut istirahat
diperoleh dengan memasukan sekitar 25 gr serbuk ke dalam corong yang
ditutup, kemudian tutup tersebut dibuka, dan dihitung waktu alir serta tinggi
dan diameter dari tumpukan granul yang dihasilkan. Dari hasil uji terhadap
granul yang dihasilkan, diperoleh sudut istirahat granul sebesar 32,128º dengan
daya alir sebesar 9,98 g/s. Nilai ini menunjukkan bahwa granul yang dihasilkan
memiliki sifat laju alir yang cukup karena pada umumnya granul dikatakan
mengalir baik (free flowing) apabila sudut diamnya lebih kecil dari 30 ºC,
sehingga granul dapat dicetak menghasilkan tablet yang homogen.
Evaluasi terhadap granul yang berikutnya adalah penentuan nilai
kompresibilitas dari granul dengan menggunakan alat tap density. Sebanyak
25gr granul dimasukan ke dalam gelas ukur yang ada pada alat, kemudian
dicatat volume awal nya. Selanjutnya alat dinyalakan selama 4 menit dan
kemudian volume akhir nya dicatat. suatu granul yang baik memiliki nilai %
kompresibilitas dibawah 20 %. Dari hasil pengujian dan perhitungan, diperoleh
nilai % kompresibilitas dari granul sebesar 26,3% %. Nilai ini menunjukan
bahwa granul memiliki nilai kompresibilitas yang kurang baik karena terdapat
pengotor.
Setelah pembuatan tablet dilakukan, selanjutnya dibutuhkan evaluasi tablet
untuk mengetahui kelayakan sediaan untuk dipasarkan dan dibuat kembali.
Evaluasi tablet yang dilakukan diantaranya adalah keseragaman bobot,
keseragaman ukuran, kekerasan tablet, kerapuhan (friabilitas), disolusi, dan
waktu hancur.
a. Uji keseragaman bobot
Pada uji keseragaman bobot dilakukan penimbangan terhadap 20
tablet yang dihasilkan. Penggunaan 20 tablet untuk uji keseragaman
bobot ini sesuai dengan yang tercantum pada literatur (FI IV). Dari hasil
penimbangan diperoleh bobot tablet yang bervariasi dengan bobot tablet
rata-rata sebesar 0,53 gram. Bobot tersebut menunjukkan rata-rata bobot
tablet yang dibuat. Dari 100,07 gram granul yang didapat untuk 189
butir tablet, seharusnya berat rata-rata tablet adalah 0,529 gram. Hasil
tersebut menyatakan bahwa berat rata-rata tablet yang diuji memenuhi
syarat.
b. Uji keseragaman ukuran
Uji keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan menggunakan
jangka sorong dan diukur tebal serta diameter tablet. Rata-rata ukuran
diameter tablet pada 20 buah tablet yang diuji adalah 12,1 cm dan
rata-rata tebal tablet adalah 5,3 cm. Menurut persyaratan FI, kecuali
dinyatakan lain, tidak lebih dari 3x diameter tablet dan tidak kurang dari
4/3 x tebal tablet.
c. Uji kekerasan tablet
Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta
dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah
hardness tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,
kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan
dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah
tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai
sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang
diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada
umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih
sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya
demikian. Kekerasan tablet yang cukup serta tahan penyerbukan dan
kerenyahan merupakan persyaratan penting bagi penerimaan konsumen.
Tujuan dari dilakukannnya uji kekerasan ini adalah untuk mengetahui
kekuatan tablet dimana tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan
tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap
berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan pengepakan dan
pengepalan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap
perlakuan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet sangat penting
diperhatikan terutama untuk produk yang mempunyai masalah
bioavailabilitas nyata atau potensial serta pada produk yang sensitif atas
gangguan pada profil penglepasan pelarutan sebagai fungsi dari tenaga
kerja yang digunakan.
Uji kekerasan tablet dilakukan dengan menggunakan alat
pengukur kekerasan dan tablet satu per satu ditaruh pada alat tersebut
lalu diukur kekerasannya. Hasil yang didapat kemudian dirata-ratakan
dengan hasil 46,4 N. Menurut literature standar kekerasan tablet
seharusnya adalah 39,24 N-78,48 N. Hal ini menunjukkan bahwa
kekerasan tablet memenuhi standar yang seharusnya. Faktor yang
mempengaruhi kekerasan tablet yaitu jika gaya pengepresan yang
digunakan saat mencetak tablet kecil maka tekanan yang diterima oleh
bahan juga akan rendah sehingga kekerasan tablet juga akan menjadi
rendah atau tablet bersifat rapuh. Faktor lain yang menyebabkan
kekerasan dari tablet bervariasi adalah karena mesin pencetak tablet
dioperasikan secara manual sehingga kekuatan kompresi dalam
pencetakan masing-masing tablet berbeda-beda.
d. Uji kerapuhan (friabilitas) tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk
mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur
dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari
sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu.
Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25
putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada
100 putaran. Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan
friabilator (contoh nya Rosche friabilator).
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu
dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet
tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar
sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25
putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan
dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase
kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik
bila kerapuhan tidak lebih dari 1%. Uji kerapuhan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet.
Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa
tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi
konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet
dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil),
adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat
aktif yang masih terdapat dalam tablet. Hal yang harus diperhatikan
dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran
friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak
diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan
(bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang
sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji
yang telah dilakukan. Dari perlakuan tersebut didapatkan hasil 9,5%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tablet mempunyai kerapuhan yang
tidak memenuhi syarat yaitu kurang dari 1% yang berarti mudah rapuh
ketika terkena guncangan.
e. Waktu hancur tablet
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet
untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu
melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang
digunakan adalah disintegrator tester, yang berbentuk keranjang,
mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara
dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan
tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap
granul. Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan
penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan
bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke
dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet.
Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit.
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap
tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut
dalam medium air dengan suhu 37° C. Waktu hancur dihitung
berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu
hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk
tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara
untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit
dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa.
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera
dalam masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak
bersalut pengujian dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada
masing-masing tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap
tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37º ± 2º sebagai media
kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing
monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi,
angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur
sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang
diuji harus hancur sempurna.
Dari uji tersebut didapatkan waktu hancur lebih dari 15 menit.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa waktu hancur yang didapatkan
melebihi yang seharusnya. Hal tersebut dapat mempengaruhi
kehancuran tablet saat berada di lambung.
X. SIMPULAN
1. Pembuatan tablet Ibuprofen dengan metode granulasi kering yaitu dengan
fasa dalam (Ibuprofen, ampotab, PVP, dan laktosa) dan setengah dari
masing-masing fasa luar (Talkum dan Mg Stearat) dicampur hingga
homogen lalu dikempa menjadi tablet, tablet hasil kempa kemudian digerus
untuk membuat granul, lalu diayak lagi dan barulah dicetak menjadi tablet.
2. Evaluasi massa cetak yang digunakan berupa uji daya alir selama 9,98 g/s,
sudut istirahat sebesar 32,128º, uji kompresibilitas dengan hasil 26,3%.
Sedangkan evaluasi massa tablet dilakukan uji keseragaman bobot dan
ukuran dengan hasil seragam, uji friabilitas dengan hasil 9,5%, uji
kekerasan dengan hasil 46,4 N serta uji disintegrasi dengan hasil melarut
dalam waktu >15 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta: UI
Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI
Lachman, L. H., A. Lieberman dan J. L. Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi
Industri Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.
Parrot, E. L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceutics Third
Edition. Burges Publishing Company. USA.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quin, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th . Edition. London : Pharmaceutical Press.
Sulaiman. 2007. Sediaan Tablet. Tersedia di http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/
v02n02/ilma0202.pdf [diakses tanggal 23 Maret 2013].