Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI

SEDIAAN SOLIDA
PEMBUATAN TABLET DENGAN BAHAN AKTIF TUNGGAL
MENGGUNAKAN METODA GRANULASI KERING

Selasa, 26 Maret 2016


Kelompok I
Selasa, Pukul 07.00 – 10.00 WIB
Nama NPM Tugas
1. Hidayatun Nisa 260110140118 Pembahasan
2. Giovani Wijonarko 260110140119 Pembahasan
3. Rindita Aulia Lubna 260110140120 Formula, Prosedur
4. Rania Adrieza 260110140121 Tujuan, Simpulan, Editor
5. Ira Darmayanti 260110140122 Pembahasan
6. Budi Kurniawan 260110140123 Teori Dasar
7. Fanni Surani 260110140124 Hasil&Pengolahan Data
8. Annisa Ridla 260110140125 Perhitungan
9. Aisyah Nadila 260110140126 Evaluasi
10. Adil P. Budiman 260110140127 Perhitungan
11. Fitriani Jati R. 260110140128 Preformulasi

LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLIDA


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
Nilai Ttd
I. TUJUAN

1. Mengetahui proses pembuatan tablet dengan zat aktif tunggal


secaran tablet dengan zat aktif tunggal secara granulasi granulasi
kering.

2. Mengetahui evaluasi massa cetak dan tablet yang baik.

II. TEORI DASAR

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai
tablet cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995). Kebanyakan tablet
digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral. Tablet mempunyai
beberapa keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang
tahan terhadap pemasukan (temperproof). Hal – hal berikut merupakan
keunggulan utama tablet :

1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan


kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran
serta variabilitas kandungan yang paling rendah.

2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling


rendah.

3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling
kompak.

4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling
kompak

5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan


murah ; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan
permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.

6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal


di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan
pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.

7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti


pelepasan di usus atau produk lepas lambat

8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk


produksi besar – besaran.

9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat


pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik

(Lachman, hlm 645)

Tablet dibuat dengan jalan mengempa adonan yang mengandung satu


atau beberapa obat dengan bahan pengisi pada mesin stempel yang disebut
pencetak. Mesin pencetak tablet ada 2, yaitu pencetak tunggal atau single
punch dan pencetak ganda berputar atau rotary press. Mesin pencetak tablet
dirancang dengan komponen komponen dasar sebagai berikut:

1. Hopper, yaitu untuk menahan atau tempat menyimpan dan


memasukkan granul yang akan dicetak

2. Die, yang menentukkan ukuran dan bentuk tablet

3. Punch, untuk mencetak/mengempa granul yang ada di die

4. Jalur cam, untuk mengatur gerakan pucnh

5. Suatu mekanisme pengisian untuk menggerakan atau memindahkan


granul dari hopper ke dalam die.

(Lachman ,halaman 662)

Pemeriksaan Selama dan setelah tabletting :

- Penampilan Umum (organoleptis)

- Keseragaman kadar zat aktif

- Keragaman Bobot
- Kekerasan tablet (Hardness)

- Kerapuhan Tablet (friability)

- Waktu Hancur (disintegration time)

- Kecepatan Kelarutan (dissolution)

Diperiksa dengan alat Dissolution tester, pada prinsipnya mengukur


laju pelepasan obat pada media air atau media lain yang sesuai. Digunakan
sebagai dasar menghuji kemanjuran suatu obat secara in vitro
(bioavaibilitas). Terdapat 2 metode/alat pengujian disolusi obat.

i. Alat 1

Tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yg diikatkan pada


bagian bawah suatu tongkat yang dihubungkan pada sebuah motor yg
kecepatannya dapat diatur. Keranjang dicelupkan ke dalam medium disolusi,
suhu labu dipertahankan 37oC + 0,5oC, kemudian cairan sampel diambil
pada selang waktu tertentu untuk menentukan jumlah bahan obat yang
terlarut

ii. Alat 2

Sama dengan alat 1, hanya keranjangnya diganti dengan pedal/dayung


(paddle) yang berbentuk pisau dan tongkat sebagai elemen pengaduk.
(Anief,2004).

Metode granulasi kering telah digunakan bertahun-tahun dan merupakan


metode yang cocok terutama pada keadaan dimana dosis efektif terlalu
tinggi untuk kempa langsung dan bahan-bahan yang digunakan peka
terhadap pemanasan, kelembaban atau keduanya. Metode ini khususnya
untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah,
karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringnya
diperlukan temperatur yang dinaikkan (Lachman et al., 2008).

Granulasi kering digunakan jika :


• Massa zat aktif tablet lebih besar dari pada pengisi

• Jika zat aktif pada tablet tidak tahan terhadap pemanasan dan lembab

(Lachman et al., 2008).

Tablet dibuat dengan 3 cara umum yaitu : Granulasi basah, granulasi


kering dan cetak langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk
meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa. Granulasi
kering dibuat dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi
sehingga menjadi tablet yang besar kemudian digiling dan diayak hingga
diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan (DepKes RI,1995).
Metode granulasi kering disebut juga slugging, merupakan salah satu
metode pembuatan tablet dengan cara mengempa campuran bahan kering
(partikel zat aktif dan eksipien) menjadi massa padat yang selanjutnya
dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar
(granul) dari serbuk semula. Prinsip dari metode ini adalah membuat granul
secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya
didapat melalui gaya. Pada proses ini komponen-komponen tablet
dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan
dikompakkan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug,
prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak
dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik
dari campuran awal. Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses
diatas dapat diulang (Ansel,1989).

III. FORMULA

R/ Ibuprofen 200 mg

Laktosa anhidrat 185 mg

Amprotab 50 mg

Na Starch Glycolat 5%
Talkum 2%

Mg Stearat 1%

PVP 25 mg

IV. PREFORMULASI ZAT AKTIF DAN EKSIPIEN

1. Ibuprofen

Sinonim : Ibuprofen, ibuprofenas, ibuprofenox

Rumus molekul : C13H18O2

Berat molekul : 206,3

Pemerian : Putih atau hampir putih, serbuk kristal atau kristal


berwarna

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam aseton,


sangat mudah larut dalam etanol, metil alkohol. Sedikit larut dalam etil
asetat

Khasiat/Penggunaan : Analgesik

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

(Depkes RI, 1995)

2. Amprotab (Amilum Manihot)


Rumus Molekul : (C6H10O5)n

Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih


berupa granul – granul kecil berbentuk sferik atau oval dengan ukuran dan
bentuk yang berbeda untuk setiap varietas tanaman.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan


air dingin. Amilum mengembang dalam air dengan konsentrasi 5-10 % pada
37˚C.

Stabilitas : Pati kering dan tanpa pemanasan stabil jika


dilindungi dari kelembaban yang tinggi. Jika digunakan sebagai penghancur
pada tablet dibawah kondisi normal pati biasanya inert. Larutan pati panas
atau pasta secara fisik tidak stabil dan mudah ditumbuhi mikroorganisme
sehingga menghasilkan turunan pati dan modifikasinya yang berbentuk
unik.

Khasiat/Penggunaan : Diluent tablet dan kapsul; Disintegran tablet dan


kapsul; Binder tablet.

(Rowe et al, 2009)

3. Laktosa Anhidrat
Sinonim : Anhydrous 60M; Anhydrous Direct Tableting (DT);
Anhydrous DT High Velocity; Anhydrous Impalpable; Lactopress
Anhydrous; Lactopress Anhydrous 250; lactosum anhydricum; lattosio;
milk sugar; SuperTab 21AN; SuperTab 22AN; saccharum lactis.

Rumus Molekul : C12H22O11

BM : 342,30

Pemerian : Laktosa anhidrat berwarna putih berbentuk partikel


kristal atau serbuk. Beberapa merek yang berbeda dari laktosa anhidrat
adalah tersedia secara komersial yang mengandung laktosa anhidrat b dan
laktosa anhidrat a. Laktosa anhidrat biasanya mengandung 70-80% laktosa
anhidrat b dan 20-30% laktosa anhidrat a.

Kelarutan : Larut dalam air; sukar larut dalam atanol (95%) dan eter

Titik lebur : 223,0 °C untuk anhydrous α-lactose; 252 °C untuk


anhydrous β-lactose; 232,0 °C untuk lactose anhydrous

Inkompatibilitas : Laktosa anhidrat tidak kompatibel dengan oksidasi kuat


ketika campuran mengandung antagonis leukotrien hidrofobik dan laktosa
anhidrat atau laktosa monohidrat disimpan selama 6 minggu pada 40°C dan
75% RH, campuran yang mengandung anhidrat laktosa menunjukkan
serapan kelembaban yang lebih besar dan degradasi obat

Khasiat/Penggunaan: Eksipien tablet kempa langsung; Filler dan Binder


pada tablet dan kapsul.

Penyimpanan : Disimpan pada wadah sejuk, kering, dan tertutup


rapat.

(Rowe et al, 2009)

4. Mg Stearat

Sinonim : Octadecanoic acid Mg salt (Magnesium stearat)

Rumus Molekul : [CH3(CH2)16COO]2Mg

BM : 591,27

Pemerian : Hablur sangat halus, putih, berbau khas dan berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter, dan
air. Sedikit larut dalam benzen hangat dan etanol (95%) hangat.

Stabilitas : Stabil.

Inkompatibilitas : Dengan asam kuat,alkali, dan garam besi.

Khasiat/Penggunaan: Lubrikan untuk tablet dan kapsul.

Penyimpanan :Disimpan pada wadah sejuk, kering, dan tertutup rapat.

(Rowe et al, 2009)

5. Natrium Starch Glycolat


Sinonim : Primojel, explotab

Pemakaian : Konsentrasi yang biasa digunakan di dalam formulasi


tablet adalah antara 2-8% dengan konsentrasi optimum 4%., walaupun
dalam banyak kasus, 2% sudah cukup.

Kelarutan : Larut sebagian di dalam etanol (95%), praktis tidak


larut air.

Solubility : Praktis tidak larut dalam metilen klorida.

Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan asam askorbat.

pH : 3-5 atau 5,5-7,5 untuk larutan dispersi 3,3%

Khasiat/Penggunaan: Disintegran

Penyimpanan : Disimpan di wadah yang tertutup baik terhindar cahaya

(Rowe et al, 2009)

6. PVP
Sinonim : Povidone, Polivinilpirolidon

Rumus Molekul : (C6H9NO)n

Pemerian : Serbuk halus; putih hingga putih-krem; tidak berbau


atau hampir tidak berbau; sangat higroskopis

Kelarutan : Sangat larut dalam asam, kloroform, etanol (95%),


keton, metanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan
minyak mineral.

Stabilitas : Warna povidon berubah gelap dengan pemanasan pada


suhu 105°C, dan terjadi penurunan kelarutan dalam air. Stabil pada
pemanasan 110-130 oC yang sebentar, sterilisasi dengan uap tidak
mengubah karakteristik povidon. Larutan povidon mudah terkontaminasi
oleh jamur olah karena itu perlu ditambahkan pengawet. Povidon dapat
disimpan dalam kondisi biasa-biasa saja tanpa mengalamai degradasi atau
dekomposisi.

Inkompatibilitas : Dapat membentuk molecular adducts dalam larutan


dengan sulfatiazol, natrium salisilat, asam salisilat, fenobarbital, tanin dab
bahan lain. Efek dari beberapa pengawet seperti thimerosal dapat berubah
(merugikan) ketika terbentuk kompleks dengan povidon.

Khasiat/Penggunaan: Disintegran, Binder pada Tablet, Suspending Agent

Penyimpanan :Disimpan pada wadah sejuk, kering, dan tertutup rapat.


(Rowe et al, 2009)

7. Talkum

Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada


kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu

Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut

(Depkes RI, 1979)

Khasiat/Penggunaan: Anticaking agent, glidan, pengisi tablet dan kapsul,


lubrikan tablet dan kapsul.

(Rowe et al, 2009)

V. PERHITUNGAN

1. Fase Dalam
Fase dalam teoritis :
 Ibuprofen = 200 mg

= 200 mg x 300 = 60 gram


 Amprotab =

= 50 mg x 300 = 15 gram
 PVP =

= 25 mg x 300 = 7,5 gram


 Fase dalam =

 Laktosa = (460 – (200+20+25)) = 185 mg


= 185 mg x 300 = 55,5 gram
 Talkum (Untuk fase dalam) =

= 5 mg x 300 = 1,5 gram


 Mg Stearat (Untuk fase dalam) =
= 2,5 mg x 300 = 750 mg
Total fase dalam nyata = 60 g + 15 g + 7,5 g + 55,5 g + 1,54 g + 0,75 g
= 140,29 gram

2. % Fase Dalam yang Digunakan


Fase luar = Na starch 5% + Talkum (FD) 1% + Mg stearat (FD) 0,5 %
= 6,5%
Fasa dalam yang digunakan = 100% - 6,5 % = 93,5 %

3. Fase Luar
 Na starch (5%) =

 Talk (1%) =

 Mg stearat (0,5%) =

4. Massa Kempa
Fase dalam + fase luar = 140,29 g + 5,3 g + 1 g + 0,5 g
= 147,09 gram
Massa kempa nyata = 147,1 gram

5. Berat Tablet Teoritis

Berat tablet teoritis =

Berat tablet teoritis = 262 tablet


Berat tablet nyata = 189 tablet

VI. PROSEDUR
- Semua bahan diayak menggunakan ayakan mesh 40

- Semua bahan ditimbang menggunakan timbangan digital sesuai


perhitungan, yaitu 60 gram ibuprofen, 55.5 gram laktosa anhidrat, 15 gram
amprotab, 15 gram Na Starch Glycolat, 1.5 gram talkum, 0.53 gram Mg
Stearat, dan 7.5 gram PVP

- Fasa dalam dan setengah dari masing-masing fasa luar dicampur hingga
homogen

- Campuran yang telah homogen kemudian dikempa menjadi tablet

- Tablet hasil kempa kemudian digerus untuk membuat granul, lalu diayak
dengan menggunakan mesh 12

- Granul yang terbentuk dievaluasi untuk mengetahui apakah telah


memenuhi persyaratan pencetakan atau belum

- Jika telah memenuhi persyaratan, granul ditambahkan dengan sisa fasa


luar, lalu dicampur hingga homogen

- Campuran yang telah homogen kemudian dicetak menjadi tablet dan


dilakukan evaluasi untuk tablet

VII. EVALUASI

1. Uji Daya Alir Granul

Tujuan: untuk melihat profil aliran granul tanpa penambahan lubrikan, bila
granul memiliki parameter fisika yang baik dan mudah mengalir maka
granul hanya sedikit memakai lubrikan. Cara kerjanya adalah:

 Sudut Istirahat :

a. Serbuk atau granul ditimbang.

b. Serbuk atau granul dengan massa tertentu dilewatkan melalui corong


dan jatuh ke atas sehelai kertas grafik.
c. Setelah massa serbuk atau granule membentuk kerucut stabil, sudut
istirahat nya dihitung

 Kecepatan Alir :

a. Tempatkan penutup sederhana pada lubang keluar corong.

b. Timbang serbuk atau granul dengan berat tertentu.

c. Serbuk dan granul yang sudah ditimbang, dimasukkan ke dalam


corong.

d. Ketika penutup dibuka, catatlah waktu yang dibutuhkan serbuk atau


granul yang keluar dari corong.

e. Diperoleh kecepatan alir serbuk atau granul dengan menggunakan


rumus

 Parameter

Sudut Istirahat (θ Sifat Aliran


<25 Sangat Baik
25- 30 Baik
35 – 40 Cukup
>40 Sangat Sukar

(Lachman,1994)
2. Uji Kompresibilitas Granul
Tujuan : untuk mengetahui apakah granul tersebut memiliki sifat yang
mudah dikempa atau sulit, cara kerjanya adalah:
a. Timbang sebanyak 25 g granul.
b. Masukkan granul ke dalam gelas ukur 100 ml lihat tanda batas dan catat.
c. Ketuk-ketukan gelas ukur berisi granul dengan interval ketukan 2 detik 1
ketukan.
d. Perhatikan tanda batas di gelas ukur, bila granul tidak mengalami
penurunan volume lagi setelah 5 ketukan terakhir. Pengujian dinyatakan selesai
dan catat volume akhirnya.
 Parameter

% kompresibilitas Keterangan
5-12 Sangat Baik
12-18 Baik
18-21 Cukup
23-35 Kurang
33-38 Sangat kurang
>40 Sangat buruk

(Depkes RI,1995)
3. Uji Keseragaman Bobot
Tujuan: untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Cara
kerjanya adalah:
a. Timbang 20 tablet

b. Hitung bobot rata-rata tiap tablet

c. Kemudian timbang tablet satu persatu

 Parameter

(Depkes RI,1995)

4. Uji Keseragaman Ukuran


Tujuan: Untuk mengetahui keseragaman diameter dan tebal tablet. Cara
kerjanya adalah:
a. Tablet diukur diameternya dalam keadaan horizontal dengan jangka
sorong.

b. Tablet diukur tebalnya dalam keadaan vertikal dengan jangka sorong.

 Parameter: Diameter tablet tidak melebihi tiga kali tebal tablet dan
tidak kurang dari empat per tiga tebal tablet (Yeti dkk., 2010).

5. Uji Friabilitas
Tujuan: sebagai parameter untuk ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan saat pengemasan dan pengiriman cara kerjanya adalah:
a. Ditimbang 20 tablet yang akan diuji dengan seksama
b. Tablet dimasukan kedalam friabilator dan diputar sebanyak 100
putaran selama 4 menit.
c. Setelah itu tablet dikeluarkan dari alat
d. Timbang kembali tablet dengan seksama
e. Hitung persentase hilangnya bobot setelah diuji dalam friabilator
 Parameter: Tablet yang baik adalah yang memiliki kerapuhan kurang
dari 1% (Sulaiman,2007).

6. Uji Kekerasan
Tujuan: untuk menentukan ketahanan tablet dalam melawan tekanan
mekanik. Cara kerjanya adalah:
a. Diambil sebanyak 20 tablet
b. Dimasukkan satu per satu ke dalam alat hardness tester dan alat
dinyalakan.
c. Data hasil pengujian kekerasan tablet dicatat.
 Parameter: Pada umumnya tablet dikatakan baik, apabila mempunyai
kekerasan antara 4-8 kg (Parrott, 1971).
7. Uji Disintegran
Tujuan: untuk menguji waktu hancur tablet. Cara kerjanya adalah:
a. Memasukkan 5 tablet ke dalam keranjang, turun-naikan keranjang
secara teratur 30 kali tiap menit.
b. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal
di atas kasa, kecuali fragmen berasal dari zat penyalut
 Parameter: Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk
menghancuran kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula
dan bersalut selaput (Depkes RI, 1979).
VIII. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA
1. Uji Daya Alir Granul

No. Diameter Tinggi (cm) Waktu Alir


(cm) (s)
1 8.8 3 2,51
2 9 2,2 2,11
3 8,2 2,5 2,63
4 8,5 2,7 2,96
5 8,2 3 2,31
Rata-rata 8.54 2,68 2,504

 Sudut Istirahat
tinggi
tan  
jari  jari
2.68
= = 0.628
4.27
Θ = 32.128
Keterangan: sudut istirahat tergolong kategori “cukup” yaitu 30-40°
 Daya Alir
beratgranul
Daya Alir 
waktu
25
 = 9.98
2.504
Keterangan: daya alir tergolong kategori “baik” yaitu pada rentang 4-10.
2. Uji Kompresibilitas Granul
Dik: berat sampel = 25 g; vol. awal = 38 ml; vol. akhir = 28ml

beratgranu l
 App Density (Kerapatan Nyata) =
volumeawal
25
=  0.658 gr / mL
38
beratgranul
 Tap Density (Kerapatan Mampat) =
volumeakhir
25
=  0.893gr / mL
28
Vo  V
 Kompresibilitas = 100%
Vo
38  28
= 100%  26.3%
38
K .Mampat  K .Nyata
 Carr’s Index = 100%
K .Mampat
0.893  0.658
= 100%  26.3%
0.893
Keterangan: nilai kompresibilitas tergolong kategori “kurang baik” yaitu
pada rentang 23-35 %.

3. Uji Keseragaman Bobot dan Ukuran


 Keseragaman Bobot

No. Bobot No. Bobot No. Bobot No. Bobot


(g) (g) (g) (g)
1 0,53 6 0,54 11 0,53 16 0,57
2 0,53 7 0,56 12 0,53 17 0,50
3 0,53 8 0,48 13 0,56 18 0,55
4 0,58 9 0,50 14 0,52 19 0,51
5 0,53 10 0,55 15 0,57 20 0,52
Rata-rata 0,53

Keterangan: tidak sesuai dengan persyaratan yang menyatakan tidak


lebih dari 5% bobot tablet.
 Keseragaman Ukuran

No. Diameter No. Diameter No. Diameter No. Diameter


(mm) (mm) (mm) (mm)
1 12,10 6 12,10 11 12,10 16 12,10
2 12,10 7 12,10 12 12,10 17 12,10
3 12,10 8 12,10 13 12,10 18 12,10
4 12,10 9 12,10 14 12,10 19 12,10
5 12,10 10 12,10 15 12,10 20 12,10
Rata-rata 12,10

No. Tebal No. Tebal No. Tebal No. Tebal


(mm) (mm) (mm) (mm)
1 5,3 6 5,3 11 5,3 16 5,3
2 5,3 7 5,3 12 5.3 17 5,3
3 5,3 8 5,3 13 5,3 18 5,3
4 5,3 9 5,3 14 5,3 19 5,3
5 5,3 10 5,3 15 5,3 20 5,3
Rata-rata 5,3

Keterangan: sesuai dengan persyaratan yaitu diameter tablet tidak lebih dari 3x
dan tidak kurang dari 4/3 x tebal tablet.
4. Uji Friabilitas
Dik: massa awal = 5,26 g; massa akhir = 4,76g
MassaAwal  MassaAkhir
% Friabilita s  100%
MassaAwal
5,26  4,76
 100% = 9,5 %
5,26
Keterangan: % friabilitas tidak sesuai dengan persyaratan yaitu tidak kurang
dari 1%.

5. Uji Kekerasan
No. Tekanan (N) No. Tekanan (N) No. Tekanan (N) No. Tekanan (N)
1 39 6 55 11 54 16 59
2 53 7 41 12 44 17 43
3 35 8 21 13 89 18 52
4 49 9 33 14 43 19 26
5 18 10 56 15 89 20 29
Rata-Rata 46,4 N

Keterangan: Masuk ke dalam parameter baik

6. Uji Disintegran
Waktu hancur = lebih dari 15 menit
Keterangan: tidak sesuai dengan persyaratan yaitu tidak lebih dari 15 menit.
IX. PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini, dibuat sediaan tablet dengan menggunakan
metode granulasi kering. Zat aktif yang digunakan yang digunakan adalah
ibuprofen. Ibuprofen merupakan golongan obat antiinflamasi non-steroid
derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgesik dengan daya
antiinflamasi tidak terlalu kuat. Untuk pengikat tablet digunakan Na-Starch
Glycolat, Laktosa Anhidrat, dan PVP. Disintegran yang digunakan adalah
amprotab. Untuk pelincir yang digunakan dalam formulasi ini terdiri dari dua
yaitu lubrikan dan glidan. Lubrikan yang digunakan adalah magnesium stearat
untuk mengurangi gesekan antara tablet dan pencetak tablet yang dapat
memberikan hasil tablet utuh, tidak capping ataupun lengket pada cetakan.
Untuk glidan, digunakan talkum. Talkum sudah umum digunakan sebagai
glidan, dari segi keamanan, talkum ini digunakan dalam formulasi farmasi
sediaan oral karena tidak beracun dan non-iritan. Talkum tidak diserap secara
sistemik pada konsumsi oral. Namun penggunaan konsentrasi talkum yang
besar dapat mempengaruhi profil disintegrasi obat, oleh karena itu dipilih
konsentrasi talkum 1% dari range konsentrasi 1-10% sebagai glidan.
Dibandingkan dengan amilum, efektivitas talkum sebagai glidan lebih tinggi,
maka dari itu dipilih talkum sebagai glidan, selain itu, mempertimbangkan dari
aspek inkompatibilitas talkum yang terjadi dengan amonium kuarterner,
talkum dapat digunakan pada formulasi ini karena tidak mengandung amonium
kuarterner.
Pembuatan tablet ibuprofen dilakukan dengan granulasi kering untuk
menghindari proses yang dapat mengganggu stabilitasnya seperti kelembaban
dan panas. Selain itu, penggranulan menggunakan metode granulasi kering ini
diharapkan dapat meningkatkan kompresibilitas dan kompaktibilitasnya pada
saat pengempaan.
Tahap awal proses granulasi kering yaitu pengecilan partikel-partikel
dengan proses pengayakan. Hal ini dilakukan karena distribusi ukuran partikel
mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia serbuk yang kemudian akan
berpengaruh terhadap kestabilan obat. Ukuran juga berperan penting pada
homogenitas tablet akhir. Bila terdapat perbedaan ukuran partikel yang besar
antara zat aktif dan eksipien, maka akan terjadi kesulitan pencampuran. Setelah
proses pengayakan, bahan ditimbang sesuai formula. Selanjutnya, tahap
pembuatan slug (tablet besar-besar). Pertama yang dilakukan adalah
mencampurkan ibuprofen, laktosa anhidrat dan amprotab hingga homogen.
Kemudian dimasukkan PVP ke dalam campuran, setelah itu ditambahkan
setengah jumlah formulasi Talkum dan Mg stearat ke dalam campuran. Tahap
pencampuran ini dilakukan hingga homogen. Tahap yang dilakukan
selanjutnya adalah proses slugging. Pada proses ini komponen–komponen
tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan
dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug,
prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan
diaduk untuk mendapatkan granul yang sifat alirnya lebih baik dari campuran
awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat
diulang. Tahap selanjutnya adalah pembuatan granul. Slug dengan kadar air
yang telah sesuai dimasukkan ke alat granulator untuk membentuk granul.
Prinsip metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan
bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Setelah
terbentuk granul dilakukan evaluasi sediaan granul, kemudian dilakukan
penambahan fase luar yaitu talkum dan mg staearat, kemudian dicampurkan
hingga homogen. Setelah dilakukan IPC terhadap granul dan hasilnya
memenuhi persyaratan atau kriteria granul yang baik, maka dilakukan proses
pencetakan granul. Granul ini dicetak menjadi tablet-tablet, dan kemudian
dilakukan uji evaluasi tablet.
Evaluasi terhadap granul ini dilakukan dengan menentukan laju alir dan
kompresibilitas. Laju alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan
tablet. Apabila granul mudah mengalir, tablet yang dihasilkan mempunyai
keseragaman bobot yang baik. Laju alir ini dapat ditentukan dengan
menentukan sudut istirahat dari granul dengan menggunakan metode corong,
Sudut istirahat ini merupakan sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk
terhadap bidang datar setelah serbuk atau granul tersebut mengalir secara bebas
melalui suatu celah sempit dalam hal ini adalah corong. Jadi, sudut istirahat
diperoleh dengan memasukan sekitar 25 gr serbuk ke dalam corong yang
ditutup, kemudian tutup tersebut dibuka, dan dihitung waktu alir serta tinggi
dan diameter dari tumpukan granul yang dihasilkan. Dari hasil uji terhadap
granul yang dihasilkan, diperoleh sudut istirahat granul sebesar 32,128º dengan
daya alir sebesar 9,98 g/s. Nilai ini menunjukkan bahwa granul yang dihasilkan
memiliki sifat laju alir yang cukup karena pada umumnya granul dikatakan
mengalir baik (free flowing) apabila sudut diamnya lebih kecil dari 30 ºC,
sehingga granul dapat dicetak menghasilkan tablet yang homogen.
Evaluasi terhadap granul yang berikutnya adalah penentuan nilai
kompresibilitas dari granul dengan menggunakan alat tap density. Sebanyak
25gr granul dimasukan ke dalam gelas ukur yang ada pada alat, kemudian
dicatat volume awal nya. Selanjutnya alat dinyalakan selama 4 menit dan
kemudian volume akhir nya dicatat. suatu granul yang baik memiliki nilai %
kompresibilitas dibawah 20 %. Dari hasil pengujian dan perhitungan, diperoleh
nilai % kompresibilitas dari granul sebesar 26,3% %. Nilai ini menunjukan
bahwa granul memiliki nilai kompresibilitas yang kurang baik karena terdapat
pengotor.
Setelah pembuatan tablet dilakukan, selanjutnya dibutuhkan evaluasi tablet
untuk mengetahui kelayakan sediaan untuk dipasarkan dan dibuat kembali.
Evaluasi tablet yang dilakukan diantaranya adalah keseragaman bobot,
keseragaman ukuran, kekerasan tablet, kerapuhan (friabilitas), disolusi, dan
waktu hancur.
a. Uji keseragaman bobot
Pada uji keseragaman bobot dilakukan penimbangan terhadap 20
tablet yang dihasilkan. Penggunaan 20 tablet untuk uji keseragaman
bobot ini sesuai dengan yang tercantum pada literatur (FI IV). Dari hasil
penimbangan diperoleh bobot tablet yang bervariasi dengan bobot tablet
rata-rata sebesar 0,53 gram. Bobot tersebut menunjukkan rata-rata bobot
tablet yang dibuat. Dari 100,07 gram granul yang didapat untuk 189
butir tablet, seharusnya berat rata-rata tablet adalah 0,529 gram. Hasil
tersebut menyatakan bahwa berat rata-rata tablet yang diuji memenuhi
syarat.
b. Uji keseragaman ukuran
Uji keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan menggunakan
jangka sorong dan diukur tebal serta diameter tablet. Rata-rata ukuran
diameter tablet pada 20 buah tablet yang diuji adalah 12,1 cm dan
rata-rata tebal tablet adalah 5,3 cm. Menurut persyaratan FI, kecuali
dinyatakan lain, tidak lebih dari 3x diameter tablet dan tidak kurang dari
4/3 x tebal tablet.
c. Uji kekerasan tablet
Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta
dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah
hardness tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,
kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan
dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah
tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai
sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang
diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada
umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih
sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya
demikian. Kekerasan tablet yang cukup serta tahan penyerbukan dan
kerenyahan merupakan persyaratan penting bagi penerimaan konsumen.
Tujuan dari dilakukannnya uji kekerasan ini adalah untuk mengetahui
kekuatan tablet dimana tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan
tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap
berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan pengepakan dan
pengepalan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap
perlakuan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet sangat penting
diperhatikan terutama untuk produk yang mempunyai masalah
bioavailabilitas nyata atau potensial serta pada produk yang sensitif atas
gangguan pada profil penglepasan pelarutan sebagai fungsi dari tenaga
kerja yang digunakan.
Uji kekerasan tablet dilakukan dengan menggunakan alat
pengukur kekerasan dan tablet satu per satu ditaruh pada alat tersebut
lalu diukur kekerasannya. Hasil yang didapat kemudian dirata-ratakan
dengan hasil 46,4 N. Menurut literature standar kekerasan tablet
seharusnya adalah 39,24 N-78,48 N. Hal ini menunjukkan bahwa
kekerasan tablet memenuhi standar yang seharusnya. Faktor yang
mempengaruhi kekerasan tablet yaitu jika gaya pengepresan yang
digunakan saat mencetak tablet kecil maka tekanan yang diterima oleh
bahan juga akan rendah sehingga kekerasan tablet juga akan menjadi
rendah atau tablet bersifat rapuh. Faktor lain yang menyebabkan
kekerasan dari tablet bervariasi adalah karena mesin pencetak tablet
dioperasikan secara manual sehingga kekuatan kompresi dalam
pencetakan masing-masing tablet berbeda-beda.
d. Uji kerapuhan (friabilitas) tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk
mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur
dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari
sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu.
Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25
putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada
100 putaran. Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan
friabilator (contoh nya Rosche friabilator).
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu
dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet
tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar
sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25
putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan
dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase
kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik
bila kerapuhan tidak lebih dari 1%. Uji kerapuhan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet.
Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa
tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi
konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet
dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil),
adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat
aktif yang masih terdapat dalam tablet. Hal yang harus diperhatikan
dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran
friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak
diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan
(bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang
sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji
yang telah dilakukan. Dari perlakuan tersebut didapatkan hasil 9,5%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tablet mempunyai kerapuhan yang
tidak memenuhi syarat yaitu kurang dari 1% yang berarti mudah rapuh
ketika terkena guncangan.
e. Waktu hancur tablet
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet
untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu
melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang
digunakan adalah disintegrator tester, yang berbentuk keranjang,
mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara
dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan
tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap
granul. Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan
penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan
bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke
dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet.
Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit.
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap
tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut
dalam medium air dengan suhu 37° C. Waktu hancur dihitung
berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu
hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk
tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara
untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit
dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa.
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera
dalam masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak
bersalut pengujian dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada
masing-masing tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap
tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37º ± 2º sebagai media
kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing
monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi,
angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur
sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang
diuji harus hancur sempurna.
Dari uji tersebut didapatkan waktu hancur lebih dari 15 menit.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa waktu hancur yang didapatkan
melebihi yang seharusnya. Hal tersebut dapat mempengaruhi
kehancuran tablet saat berada di lambung.

X. SIMPULAN
1. Pembuatan tablet Ibuprofen dengan metode granulasi kering yaitu dengan
fasa dalam (Ibuprofen, ampotab, PVP, dan laktosa) dan setengah dari
masing-masing fasa luar (Talkum dan Mg Stearat) dicampur hingga
homogen lalu dikempa menjadi tablet, tablet hasil kempa kemudian digerus
untuk membuat granul, lalu diayak lagi dan barulah dicetak menjadi tablet.
2. Evaluasi massa cetak yang digunakan berupa uji daya alir selama 9,98 g/s,
sudut istirahat sebesar 32,128º, uji kompresibilitas dengan hasil 26,3%.
Sedangkan evaluasi massa tablet dilakukan uji keseragaman bobot dan
ukuran dengan hasil seragam, uji friabilitas dengan hasil 9,5%, uji
kekerasan dengan hasil 46,4 N serta uji disintegrasi dengan hasil melarut
dalam waktu >15 menit.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta: UI
Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI
Lachman, L. H., A. Lieberman dan J. L. Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi
Industri Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.
Parrot, E. L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceutics Third
Edition. Burges Publishing Company. USA.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quin, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th . Edition. London : Pharmaceutical Press.
Sulaiman. 2007. Sediaan Tablet. Tersedia di http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/
v02n02/ilma0202.pdf [diakses tanggal 23 Maret 2013].

Anda mungkin juga menyukai