PENYUSUN :
KELOMPOK 1 GOLONGAN 1A
2021
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................i
DAFTAR TABEL.........................................................................................................i
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Formulasi...................................................................................................2
D. Manfaat Formulasi.................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3
A. PREFORMULASI.................................................................................................3
B. FORMULASI.........................................................................................................8
C. PELAKSANAAN..................................................................................................9
I. Cara Kerja..........................................................................................................9
II. Kemasan, Brosur, Dan Etiket.......................................................................12
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................14
A. Hasil.....................................................................................................................14
B. Pembahasan..........................................................................................................19
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................24
A. Kesimpulan.............................................................................................................24
B. Saran........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................25
LAMPIRAN-LAMPIRAN.........................................................................................26
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
i
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun
tanpa bahan pengisi (Depkes RI, 1995:4). Beberapa keuntungan sediaan tablet
diantaranya ialah sediaan lebih kompak, biaya pembuatannya lebih murah,
dosisnya tepat, mudah pengemasannya, sehingga penggunaannya lebih praktis
jika dibandingkan dengan sediaan lain. Tablet dibuat dari bahan aktif dan bahan
tambahan yang meliputi bahan pengisi, penghancur, pengikat dan pelicin
(Lachman et al, 1994). Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah,
granulasi kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung (Ditjen POM,
1995).
Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin digranulasi basah
karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan/atau lembap atau juga tidak
mungkin dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir
bebas, dan/atau dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk kempa langsung. Sebagai
contoh, asetosal dan vitamin C pada umumnya dibuat menjadi tablet dengan
granulasi kering dehidroaskorbat. (Wadge, 2003).
Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak
berbau, dan mencair senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam.
Vitamin C sangat mudah larut dalam air sedikit larut dalam alkohol dan tidak larut
dalam benzene, eter, kloroform, minyak dan sejenisnya . Vitamin C tidak stabil
dalam larutan (Andarwulan dan Koswara, 1989). Vitamin C merupakan
antioksidan yang biasa diproduksi dalam bentuk tablet baik tablet konvensional,
maupun tablet hisap dan effervescent. Proses pembuatan tablet Vitamin C
1
menggunakan metode granulasi kering sesuai dengan sifat fisika dan kimianya
yaitu berupa serbuk hablur putih, agak kuning dan mudah larut dalam air. Vitamin
C tidak tahan terhadap panas sehingga tidak memungkinkan diproduksi dengan
metode granulasi basah.
Selain bahan aktif dalam pembuatan tablet diperlukan bahan tambahan. Bahan
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat,
bahan pelicin dan bahan penghancur. Bahan - bahan pelicin dalam pembuatan
tablet cenderung bersifat hidrofobik, sehingga dapat menurunkan kecepatan
disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar bahan pelicin yang
berlebihan harus dihindarkan (Anonim, 1995). Bahan pelicin Mg Stearat dan talk
bersifat hidrofob, sehingga lapisan bahan pelicin yang terjadi akan menghalangi
penetrasi medium cair untuk menghancurkan tablet dan untuk pelarutan obatnya.
Bahan pelicin talk mempunyai ukuran partikel yang lebih halus daripada Mg
Stearat (Anonim, 1995). Dalam pembuatan tablet pengaruh bahan pelicin terhadap
sifat-sifat tablet belum banyak diteliti, kebanyakan digunakan sebagai kombinasi
dengan Mg Stearat dan Talk 1:9 (Anderson dkk, 1986) perbedaan ini akan
memberikan pengaruh sifat fisik terhadap tablet yang dihasilkan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana membuat sediaan tablet menggunakan metode granulasi kering?
Bagaimana pengujian dan menganalisis hasil evaluasi spesifikasi tablet
metode granulasi kering?
C. Tujuan Formulasi
Membuat sediaan tablet menggunakan metode granulasi kering.
Melakukan pengujian dan menganalisis hasil evaluasi spesifikasi tablet
metode granulasi kering.
D. Manfaat Formulasi
Dapat mengetahui bagaimana membuat sediaan tablet menggunakan metode
granulasi kering.
Dapat mengetahui bagaimana pengujian dan menganalisis hasil evaluasi
spesifikasi tablet granulasi kering.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. PREFORMULASI
I. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
1. Farmakokinetik
Vitamin C mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. Pada keadaan
normaltampak kenaikan kadar vitamin C dalam darah setelah diabosorpsi.
Kadar dalam leukosit dan trombosit lebih besar dari pada dalam plasma
dan eritrosit. Distribusinya luas keseluruh tubuhdengan kadar tertinggi
dalam kelenjar dan terendah dalam otot dan jaringan lemak. Ekskresi
melalui urin dalam bentuk utuh 7 dan bentuk garam sulfatnya terjadi jika
kadar dalam darah melewati ambang rangsang ginjal (Hedi dan Wardhini,
2005).
2. Indikasi
Vitamin C berfungsi melindungi sel darah putih dari enzim yang
dilepaskan saat mencerna bakteri yang telah ditelannya, sintesa hormon-
hormon steroid dari kolesterol, membantu dalam pembentukan kolagen,
menyembuhkan penyakit sariawan, proses penyembuhan luka serta daya
tahan tubuh melawan infeksi dan stress dan sebagai anti oksidan
(Sibagariang, 2010).
3. Kontra Indikasi
Sebelum mengonsumsi vitamin C, perlu diperhatikan bahwa pengguna
tidak pernah memiliki reaksi alergi pada penggunaan suplemen vitamin C
atau alergi terhadap bahan inaktif dalam suplemen (seperti kacang atau
kedelai). Pada pasien yang memiliki alergi terhadap sulfit juga perlu
diperhatikan karena beberapa sediaan vitamin C mengandung sulfit
(Wendy, 2017).
4. Efek Samping
Pada umumnya vitamin C tidak berefek samping, namun dalam dosis
tertentu memungkinkan terjadinya efek samping (gejala yang tidak
diinginkan). Efek samping yang mungkin terjadi jika dikonsumsi dalam
jumlah tinggi bisa mengakibatkan diare. Diare adalah keracunan besi
3
dikarenakan vitamin C meningkatkan absorbsi besi. Tetapi biasanya terjadi
pada orang yang memiliki penyakit gangguan kelebihan besi
(haemochromatosis).
Kondisi genetik seperti defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase
(G6PD) dapat menyebabkan penderitannya anemia hemolitik setelah
mengkonsumsi zat oksidasi tertentu, misalnya vitamin C dosis tinggi
(Cook JD et al., 2001). Selama sepuluh tahun, vitamin C dosis tinggi dapat
menstimulasi pembentukan oksalat dan meningkatkan absopsi konsumsi
oksalat yang memungkinkan mengakibatkan batu ginjal (Massey LK et al.,
2005).
II. Tinjauan Sifat Fisiko-Kimia Bahan Obat
Magnesium Stearat (Depkes RI, 1995 ; Rowe et al, 2009).
1. Organoleptis
Serbuk halus, putih dan voluminus, bau lemah khas, mudah melekat pada
kulit, bebas butiran.
2. Struktur kimia dan berat molekul
BM : 591,27 g/mol
Gambar 1. Struktur Magnesium Stearat
3. Ukuran partikel, bentuk ataupun luas permukaan
Ukuran partikel : -
4. Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol 95% dan dalam eter, sedikit
larut dalam benzene panas dan etanol 95% panas.
5. Stabilitas
Stabil apabila disimpan pada tempat yang sejuk dan kering.
6. Titik lebur
126 - 130ºC
7. Inkompabilitas
Dengan basa, garam basa, dan asam kuat. Tidak dapat digunakan pada
produk yang mengandung aspirin dan beberapa vitamin tertentu dan
garam alkaloid.
Talk (Rowe, 2009: 728-729)
1. Organoleptis
Serbuk sangat halus, putih hingga putih keabuan, tidak berbau, serbuk
kristal.
2. Struktur kimia dan berat molekul
5
2. Struktur kimia dan berat molekul
BM : 342,3 g/mol
Gambar 4. Struktur Laktosa
3. Ukuran partikel, bentuk ataupun luas permukaan
-
4. Kelarutan
Larut dalam 6 bagian air, larut dalm 1 bagian air mendidih, sukar larut
dalam etanol (95%) dan praktis tidak larut dalam kloroform dan eter
(Departemen Kesehatan RI, 2014).
5. Stabilitas
Laktosa menunjukkan stabilitas yang baik dalam kombinasinya dengan
hampir seluruh bahan obat. (Sa’adah dan Fudholi, 2011).
6. Inkompabilitas
Laktosa dapat berubah warna menjadi coklat jika bereaksi dengan
senyawa yang mengandung gugus amin primer (rekasi maillard). OTT :
asam amino, aminofilin, amfetamin, lisinopril. Sukrosa (HOPE 5th hal
744-747)
Solutio Gelatin (Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 199 )
1. Organoleptis
Sedikit berbau dan berasa, bewarna putih/ krem putih berbentuk
granul. Kering stabil di udara tetapi terurai oleh mikroba jika lembab atau
dalam bentuk larutan.
2. Struktur kimia dan berat molekul
7
B. FORMULASI
I. Permasalahan
Asam askorbat (Vitamin C) memiliki kelarutan yaitu larut dalam 3,5 bagian
air, dikategorikan mudah larut mudah larut dalam air.
II. Pengatasan Masalah
Karena Asam askorbat (Vitamin C) mudah larut dalam air, berarti metode
penabletan yang cocok yaitu menggunakan metode granulasi kering agar
vitamin C tidak terlarut dalam air
3. Solutio gelatin Qs
9
Dibuat campuran bahan pengisi (granulatum simplek) dan bahan pengikat (solution gelatin)
dicampur sampai terbentuk granul.
Granul yang telah dicampur diayak dengan ayakan no 12 mesh, dikeringkan kemudian diayak
lagi.
Ditambahkan zat aktif (vitamin C) dan bahan pelican (mg stearat dan talk).
1. Keseragaman bobot
Ditimbang 20 tablet satu per satu dengan timbangan analitik, kemudian
dihitung bobot rata-ratanya dan penyimpangan masing-masing tablet yang
ditimbang. Dihitung pula Cv-nya.
2. Ketebalan tablet
Diuji 5 tablet, masing-masing tablet diukur ketebalannya menggunakan
jangka sorong. Dicatat tebal masing-masing tablet.
3. Kekerasan tablet
Satu tablet diletakkan di tengah dan tegak lurus pada hardness tester,mula-
mula skala pada posisi nol, kemudian dengan alat diputar pelan-pelan
sampai tablet pecan. Dibaca skala yang dicapai pada saat tablet tepat pecah
atau hancur. Batas kekerasan tablet berkisar antara 4-6 kg.
4. Kerapuhan tablet
Ditimbang 20 tablet yang telah di bebas debukan, kemudian dimasukkan
ke dalam silinder friabilator. Alat uji friabilator dijalankan selama 4 menit
atau 100 putaran. Tablet kemudian diambil dan dibebas debukan lagi,
tablet ditimbang kembali dan dihitung selisih bobotnya sebelum dan
sesudah diputar. Presentase kehilangan bobotnya dihitung dengan rumus
persamaan :
Wo – Wt
% Kerapuhan = ---------------- x 100%
Wo
Keterangan :
11
5. Uji waktu hancur tablet
Gambar 6. Kemasan
B. Brosur
TABLET VITAMIN C
Setiap satu tablet mengandung :
EtiketVitamin C..................................................................50 mg
Granulatum simplek................................................131 mg
Amilum kering..........................................................15 mg
Mg Stearat................................................................0,4 mg
Talk...........................................................................3,6 mg
Indikasi
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin C
Mekanisme aksi
Vitamin C sebagai antioksidan akan menetralisir radikal bebas dengan
cara mendonorkan elektron pada radikal bebas tersebut sehingga
vitamin C mampu mencegah aksi dari radikal bebas ini dalam proses
pengerutan dan deformitas kulit.
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas.
Efek Samping
Pada kondisi yang jarang terjadi, vitamin C dapat memicu reaksi alergi
serius. Segera periksakan diri ke dokter bila muncul ruam di kulit, gatal
atau bengkak (terutama di wajah, lidah dan tenggorokan), pusing, serta
sesak napas.
Dosis
1 tablet hisap 13 sehari. Jika diperlukan 2-4 tablet.
Peringatan
Simpan di bawah suhu 30 Celcius.
Kemasan
Netto : 60 ml
Gambar 7. Brosur
C. Etiket
Gambar 8. Etiket
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 3. Hasil Penimbangan
Bobot
Bobot Teoritis
No Nama Bahan Penimbangan
(gram)
(gram)
1 Vitamin C 30 30,012
2 Amilum Kering 9 9,017
3 Mg Stearat 0,24 0,244
4 Talk 2,16 2,165
5 Amilum Manihot 39,3 39,31
6 Laktosa 39,3 39,3
7 Soulutio Gelatin 10 10,01
Spesifikasi yang
No Pengujian Hasil yang didapatkan
ditetapkan
Uji waktu
1 <10 g/detik 13,35 g/detik
alir
Uji sudut
2 25o-45o 27,02
diam
Uji
3 <20 % 12,36 %
pengentapan
15
Tabel 5. Hasil Pengujian Mutu Sediaan Tablet Vitamin C
1. 8,657 %
2. 1,756 %
3. 5,395 %
4. 8,657 %
5. 0,501 %
6. 2,509 %
7. 1,631 %
8. 3,262 %
Tidak boleh ada
9. 1,505 %
Keseragaman penyimpangan 7,5%
1 10. 4,391 %
bobot per 2 tablet dan 15 %
11. 2,634 %
per 1 tablet
12. 1,882 %
13. 4,140 %
14. 5,144 %
15. 3,011 %
16. 4,893 %
17. 5,771 %
18. 3,889 %
19. 2,383 %
20. 0
2 Ketebalan tablet - 0,717 mm
3 Kerapuhan tablet <1% 19,61 %
04.34 menit
05.15 menit
10.15 menit
4 Uji waktu hancur <15 menit
11.46 menit
12.55 menit
13.48 menit
Perhitungan evaluasi granul
1. Uji waktu alir
T1= 06.45 rata-rata 7,49 detik
100 gram
T2= 08.38 =13,35 g/detik
7,49 detik
T3= 07.64
2. Uji sudut diam
t
tan α=
r
7
1) = 0,56 α =29,25
12,5
7
2) = 0,56 α =29,25
12,5
6,6
3) = 0,51 α =27,02
13
3. Uji pengentapan
100−89
V1 = 100 Ml x 100 %
89
V2 = 89 Ml = 12,36 %
V 1−V 2
X 100 %
V2
17
0,866−0,797
x 100 % = 8,657 %
0,797
2) 0,783 gram
0,783−0,797
x 100 % = 1,756 %
0,797
3) 0,840 gram
0,840−0,797
x 100 % = 5,395 %
0,797
4) 0,866 gram
0,866−0,797
x 100 % = 8,657 %
0,797
5) 0,801 gram
0,801−0,797
x 100 % = 0,501 %
0,797
6) 0,777 gram
0,777−0,797
x 100 % = 2,509 %
0,797
7) 1,631 %
0,784−0,797
x 100 % = 1,631 %
0,797
8) 3,262 %
0,771−0,797
x 100 % = 3,262 %
0,797
9) 1,505 %
0,809−0,797
x 100 % = 1,505 %
0,797
10) 0,762 gram
0,762−0,797
x 100 % = 4,391 %
0,797
11) 0,776 gram
0,776−0,797
x 100 % = 2,634 %
0,797
12) 0,782 gram
0,782−0,797
x 100 % = 1,882 %
0,797
13) 0,764 gram
0,764−0,797
x 100 % = 4,140 %
0,797
14) 0,756 gram
0,756−0,797
x 100 % = 5,144 %
0,797
15) 3,011 %
0,773−0,797
x 100 % = 3,011 %
0,797
16) 4,893 %
0,758−0,797
x 100 % = 4,893 %
0,797
17) 5,771 %
0,843−0,797
x 100 % = 5,771 %
0,797
18) 3,889 %
0,766−0,797
x 100 % = 3,889 %
0,797
19) 2,383 %
0,816−0,797
x 100 % = 2,383 %
0,797
20) 0
0,797−0,797
x 100 % = 0
0,797
2. Ketebalan tablet
3,585
1) 0,66 rata-rata = =0,717 mm
5
2) 0,645
3) 0,77
4) 0,76
5) 0,75
3. Kekerasan tablet
1) 12,6
2) 18,8 rata-rata = 84,3 / 6 = 14,05 kg
19
3) 19,5
4) 9,8
5) 15,2
6) 8,4
4. Kerapuhan tablet
15,75−12,66
W0 = 15,75 x 100 % = 19,61 %
15,75
Wt = 12,66
W 0−Wt
% kerapuhan = x 100 %
W0
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu membuat tablet dengan cara granulasi
kering. Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun
tanpa bahan pengisi. Granulasi kering di sebut juga slugging, yaitu memproses
partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering mejadi
massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang
berukuran lebih besat dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah
membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut,
ikatannya di dapat melalui gaya.
Keuntungan cara granulasi kering yaitu peralatan lebih sedikit karena tidak
menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang
memakan waktu, baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab,
mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat. Kekurangan cara
granulasi kering adalah memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug,
tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam, proses banyak menghasilkan
debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang (Andayana,2009).
Pembuatan tablet dengan granulasi kering bertujuan untuk memperoleh
granul yang dapat mengalir bebas untuk pembuatan tablet. Tablet yang di buat
dengan granulasi kering pada praktikum ini adalah tablet vitamin C. Manfaat
vitamin C antara lain sebagai penguat sistem imun tubuh, antioksidan dengan
mendonorkan elektronnya dan berikatan dengan radikal bebas (senyawa dengan
elektron tidak berpasangan), anti penuaan (antiaging), dan pesintesis kolagen.
21
kedua 29,25ᵒ, dan percobaan ketiga 27,02. Berdasarkan hasil tersebut dapat di
lihat bahwa granul memenuhi persyaratan sudut diam yang baik.
3. Uji pengetapan
Pengetapan merupakan penerapan sejumlah volume granul atau serbuk
akibatnya adanya hentakan atau tap. Bentuk,ukuran dan kerapatan dari suatu
granul akan berpengaruh terhadap uji pengetapan. Syarat pengetapan untuk
granul yang baik jika memiliki indeks < 20 %. Pengetapan diteruskan sampai
permukaan serbuk tidak turun lagi (volume sudah konstan). Pada percobaan
yang dilakukan hasil dari uji pengetapan nya yaitu 12,36 %. Berdasarkan
hasil tersebut dapat di lihat bahwa granul memenuhi syarat uji pengetapan
yang baik.
23
hasil tersebut dapat diketahui bahwa tablet tidak memenuhi persyaratan
kekerasan tablet yang baik.
4. Uji Kerapuhan tablet
Kerapuhan adalah daya tahan tablet terhadap tekanan mekanik
terutama guncangan dan pengikisan. Nilai kerapuhan yang tinggi pada
tablet mempengaruhi kadar dari zat aktif di dalam tablet. Syarat kerapuhan
tablet yang baik yaitu tidak melebihi 1 %.
Alat yang digunakan untuk uji kerapuhan tablet adalah Friabilator.
Uji kerapuhan tablet menggunakan 20 tablet. Dari percobaan yang
dilakukan hasil uji kerapuhan tablet nya sebesar 19, 61 %. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa tablet tidak memenuhi persyaratan
kerapuhan tablet yang baik.
5. Uji waktu hancur tablet
Waktu hancurnya tablet menggambarkan cepat lambatnya tablet
larut dalam cairan tubuh. Hancurnya sebuah tablet didahului masuknya air
ke dalam tablet tersebut, semakin mudah air masuk ke dalam tablet makan
akan semakin cepat waktu hancur tablet karena ikatan yang terbentuk antar
partikel telah pecah.
Menurut Farmakope Indonesia edisi 111, waktu hancur tablet tidak
bersalut adalah kurang dari 15 menit. Alat yang digunakan untuk uji waktu
hancur tablet adalah Disintegration tester. Sebanyak 5 tablet digunakan
untuk uji waktu hancur. Hasil percobaan yang dilakukan untuk tablet yang
pertama sebesar 4,34, kedua 5,15, ketiga 10,15, keempat 11,46, kelima
12,55, keenam sebesar 13,48. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
tablet memenuhi persyaratan uji waktu hancur tablet yang baik.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pada uji granulasi praktikan melakukan 3 uji, yang melipui uji waktu alir,
uji sudut diam, dan uji pengetapan yang baik. Dari uji granulasi yang
dilakukan pada saat uji pengentapan dan sudut diam granul di nyatakan
memnuhi persyaraan, sedangkan pada uji uji alir granul tidak memenuhi
persyaratn.
2. Sedangkan pada uji tablet praktikan melakukan 5 uji, yang melipui uji
keseragaman bobot, uji ketebalan table, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan
tablet, dan uji waktu hancur tablet. Dari kelima uji tersebut 2 diantaranya
tidak memenuhi persyaratan, hal tersebut terjadi pada uji kekerasan tablet
dan uji kerapuhan. Sedangkan 3 uji yang memenuhi persyaratan dintaranya
adalah uji keseragaman bobot, uji ketebalan, serta uji hancur tablet.
B. Saran
Dari hasil praktikum tentang pembuatan sirup yang mengandung
paracetamol disarankan melakukan prosedur pembuatan sirup paracetamol
dengan memperhatikan standar dan mutunya, sehingga didapatkan sirup yang
baik yang memenuhi persyaratan evaluasi sediaan.
Dari hasil praktikum tentang pembuataan granulasi kering yang
mengandung bahan viamin C disarankan melakukan prosedur pembuatan yang
baik dengan memperhatikan standar dan mutunya, sehingga didapatkan granola
25
yang baik yang memenuhi persyaratan dalam evaluasi sediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Amrita B, Jagtap S, Rina M, Jain D, 2012. Development of directly compressible
ascorbic acid tablets using novel excipients. Journal of Advanced Scientific
Research 3.
Anderson, I. W., dkk. (2001). A Taxonomy for learning, Teaching, and Assesing :
A Revision of Bloom’sTaxonomy of Education Objectives. New York :
Addison Wesley Longman, Inc.
Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, 551, 713.
Jakarta.
Wadge, 2003. Safe Upper Levels for Vitamins and Minerals. Food Standards
Agency.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
27
Penimbangan vitamin C. Penimbangan Penimbangan amilum kering Penimbangan solutio gelatin
awal untuk 300 tablet, sehingga sebanyak 9,017 gram sebanyak 10,010 gram.
dilakukan dua kali penimbangan untuk
600 tablet.
29