Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID

PRAKTIKUM I

“FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SUSPENSI TRI SULFA”

Disusun oleh:
KELOMPOK 4 (KELAS C)

AYU NOVITA (19.71.020196)


ELISKA KUSUMA DEWI (19.71.020991)
RASTINA LESTARI (19.71.021033)
SISI SOLIKHA (19.71.020995)
WINDI THERESIA (19.71.020995)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA
2020
PERCOBAAN I
FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SUSPENSI TRI SULFA

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari dan Mengetahui rancangan pembuatan sediaan Suspensi
Trisulfa.
2. Memahami Proses pembuatan sediaan Suspensi Trisulfa
3. Memahami proses evaluasi dan pengujiaan sediaan Suspensi Trisulfa
4. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam memformulasi
sediaan suspensi dan melakukan kontrol kualitas (evaluasi) sediaan
suspensi.

II. PENDAHULUAN
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam
bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair. Suspensi oral adalah
sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam fase cair dengan bahanpengaroma yang sesuai yang
ditujukan untuk penggunaan oral. (Syamsuni, 2006)
Menurut Farmakope Edisi 3 hal 32, Suspensi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,terdispersi
dalam cairan pembawanya.
Menurut Farmakope Edisi 4 hal 17, Suspensi adalah sediaan yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Menurut IMO halaman 149 , suspense adalah sediaan yang mengandung
bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,terdispersi dalam cairan
pembawa.
Menurut Formularium Nasional Hal 3, Suspensi adalah sediaan cair
yang mengandung obat padat,tidak melarut,dan terdispersi sempurna dalam
cairan pembawa,atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk
sangat halus,dengan atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan
sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.
Rute pemberi obat melalui oral merupakan cara pemberian yang umum
dilakukan, dimana selama satu dekade formulasi liquid sangat disarankan
untuk penggunaan pada pasien pediatric dan geriatric karena flexibilitasnya
yang meliputi dosis yang besar, keamanan, dan kenyamanan pemberian.
Suspensi memiliki kelebihan dalam hal disintegrasi dan kelarutan yang lebih
baik dibandingkan sediaan tablet. Umumnya suspensi yang tersedia di
pasaran antara lain: antibiotik, antasida, dan analgesik. Sebagian obat yang
diformulasi dalam bentuk suspensi oral telah diperkenalkan di pasaran,
untuk menanggulangi masa pengenceran yang kurang tepat, terkait dengan
kekeliruan ketika pelabelan. (Ahmed, 2010)
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :

1. Ukuran paartikel
2. Kekentalan (viskositas)
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
4. Sifat atau muatan partikel

Cara mengerjakan obat dalam suspensi, suspensi dapat dibuat dengan


metode sebagi berikut:

a. Metode Dispersi
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk
bahan obat ke dalam mucilago yang telah terbentuk, kemudian
baru diencerkan.
b. Metode Praesipitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam
pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut
dalam pelarut organik, larutan zat ini kemudian diencerkan
dengan larutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi
endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi.

Preformulasi
1. Sulfadiazin ( Farmakope Indonesia Edisi III Halaman: 579)
Nama Resmi : SULFADIAZINUM.
Rumus Molekul / BM: C10H10N4O2S.
Pemerian : Serbuk; putih, putih kekuningan atau putih agak
merah jambu; hampir tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut
dalam etanil (95%) p; mudah larut dalam asam
mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Khasiat : Antibakteri.
pH : Basa lemah ; pKa ; 6,52
Titik Lebur : 252-256oC
Dosis Maksimum : sekali 2 g, sehari 8 g.
Fungsi : Zat aktif.

2. Sulfamerazin (Farmakope Indonesia Edisi III Halaman: 584)


Nama Resmi : SULFAMERAZINUM.
Sinonim : Sulfamerazina.
Rumus Molekul / BM: C11H12N4O2S.
Pemerian : Serbuk atau hablur; putih atau putih agak
kekuningan ;tidak berbau atau hampir tidak berbau,
rasa agak pahit. Mantap di udara kalau kena cahaya
langsung lambat laun warna menjadi tua.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam kloroform p
dan dalam eter p; sukar larut dalam etanol (95%) P;
agak sukar larut dalam aseton p; mudah larut dalam
asam mineral encer dan dalam larutan alkali
hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlingdung cahaya.
Khasiat : Antibakteri.
pH : Basa lemah ; pKa ;7,1
Titik lebur : Antara 234-239oC

3. Sulfadiamidin (Farmakope Indonesia Edisi III Halaman: 581)


Nama Resmi : SULFADIMIDINUM.
Sinonim : Sulfadimidina.
Rumus Molekul / BM: C12H13N4O2S.
Pemerian : Hablur atau serbuk; putih atau putih kekuningan
gading; tidak tidak berbau atau hampir tidak
berbau ; rasa agak pahit.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; larut dalam 120 bagian
etanol (95%) p; praktis tidak larut dalam eter p,
larut dalam aseton p, dalam minyam mineral, dalam
larutan alkali hidroksida dan dalam larutan alkali
karbonat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung cahaya.
Khasiat : Antibakteri.
Titik Lebur : Antara 197-200oC
Fungsi : Zat aktif.

4. As Sitrat (Farmakope Indonesia Edisi III Halaman: 50)


Nama Resmi : ACIDUM CITRICUM.
Sinonim : Asam Sitrat.
Rumus Molekul / BM: C6H8O7H2O / 210,14.
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih; tidak
berbau; rasa sangat asam; higroskopik; merapuh
dalam udara kering dan panas.
Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam
1,5 bagian etanol (95%0 p; sukar larut dalam eter p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
5. CMC.Na
Nama Resmi : CARBOXY METHYL CELLULOSE.
Sinonim : Akucell, Carmellosum natricum.
Rumus Molekul : CH2CO2H.
Pemerian : Serbuk atatau granu, putih sampai krem;
higroskopik.
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan
koloidal; tidak larut dalam etanol, dalam eter, dan
dalam pelarut organik lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup rapat.
pH : 6,5-8,5
Titik Lebur : 227-252oC
Fungsi : Suspending agent.

6. Sir Simplex (Farmakope Indonesia Edisi III Halaman 567)


Nama Resmi : SIRUPUS SIMPLEX.
Sinonim : Sirop Gula.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna.
Kelarutan : Larut 65 bagian sukrosa dalam larutan metil
paraben 0,15% b/v secukupnya sehingga diperoleh
100 bagian sirup.

7. Metil Paraben (Farmakope Indonesia Edisi III Halaman: 378)


Nama Resmi : METHYLIS PARABENUM.
Sinonim : Metil Paraben, Nipagin M.
Rumus Molekul / BM: C8H8O3 / 152, 15.
Pemerian : Serbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau;
tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar
diikuti rasa tebal.
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan
dalam 3 bagian aseton p; mudah larut dalam eter p
dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60
bagian gliserol p panas dan dalam 40 bagian minyak
lemak nabati panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan, zat pengawet.

8. NaOH (Farmakope Indonesia Edisi III Halaman: 412)


Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM.
Sinonim : Natrium Hidroksida.
Rumus Molekul / BM: NaOH / 40,00.
Pemerian : Bentuk batang, butiran, masa hablur atau keping,
kering, sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap
karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%) p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan.

9. Sir Simplex (Farmakope Indonesia Edisi III Halaman 567)


Nama Resmi : SIRUPUS SIMPLEX.
Sinonim : Sirop Gula.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna.
Kelarutan : Larut 65 bagian sukrosa dalam larutan metil
paraben 0,15% b/v secukupnya sehingga diperoleh
100 bagian sirup.

10. Etanol (Farmakope Indonesian Edisi IV Halaman: 63)


Nama Resmi : AETHANOLUM.
Sinonim : Etanol.
Rumus Molekul / BM: C2H6O / 46,07.
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih tidak berwarna.
Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.
Mudah menguap walaupun pada suhu 780. Mudah
terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik.

11. Aq. Dest (Farmakope Indonesia Edisi III Halaman: 96)


Nama Resmi : AQUA DESTILLATA.
Sinonim : Air Suling.
Rumus Molekul / BM: H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
No Nama Alat No Nama Bahan
1. Timbangan 1 Asam sitrat
2. Anak Timbangan 2 CMC Na
3. Sendok Tanduk 3 Sirupus Simplex
4. Beaker Glass 500, 250,100 ml 4 Essens
5. pH meter universal 5 Aquadest
6. Kertas Perkamen 6 Metil Paraben
7. Batang pengaduk 7 NaOH
8. Botol 300 ml 8 Etanol
9. Mortir dan Stamper 9 Sulfadiazin
10. Pipet volume 3 ml 10 Sulfamerazine
11. Gelas Ukur 100 ml, 10 ml 11 Sulfadimidin
12. Piknometer
13. Hot Plate
14. Termometer 1000
Formula sediaan Suspensi Trisulfa Tiap 5 ml
R/ Sulfadiazina 167 mg
Sulfamerazina 167 mg
Sulfadimidina 167 mg
Asam sitrat 200 mg
Na-CMC 25 mg
Metil paraben 5 mg
NaOH 100 mg
Sirup simpleks 1,5 mL
Etanol q.s
Akuadest q.s
Catatan
Sediaan suspensi yang akan di buat 300 ml masing-masing kelompok

Perhitungan dan Penimbangan Bahan

Total volume suspensi


Rumus : x jumlah bahan
sendok takar

300 ml
Sulfadiazine = x 167 mg = 10,020 mg = 10,02 gr
5 ml
300 ml
Sulfamerazine = x 167 mg = 10,020 mg = 10,02 gr
5 ml
300 ml
Sulfadimidin = x 167 mg = 10,020 mg = 10,02 gr
5 ml
300 ml
Asam Sitrat = x 2000 mg = 1.200 mg = 12 gr
5 ml
Aqua untuk Asam Sitrat = 24 mL
300 ml
CMC-Na = x 25 mg = 1.500 mg = 1,5 gr
5 ml
Aqua untuk CMC-Na = 30 mL
300 ml
Metil Paraben = x 5 mg = 300 mg
5 ml
300 ml
NaOH = x 100 mg = 6000 mg = 6 gr
5 ml
Aqua untuk NaOH = 10 mL
300 ml
Sirupus Simpleks = x 1,5 mL = 90 mL
5 ml
Etanol = q.s.
Aqua ad = 300 mL - (10,02 + 10,02 + 10,02 + 12 + 1,44 + 1,5 + 1,8 + 0,3
+ 6 + 0,6 + 90) = 156, 3 mL

IV. CARA KERJA


a) Cara Presipitasi
Mengembangkan CMC-Na ke dalam sebagian air yang tersedia

Melarutkan Metil paraben ke dalam etanol

Mencampurkan Sulfadiazin, Sulfamerzin, dan Sulfadimidin

Melarutkan NaOH ke dalam aquades 10 ml


Kemudian menambahkannya pada campuran sulfa tersebut

Memasukkan larutan Tri Sulfa ke dalam CMC-Na yang telah


mengembang. Mixer ad homoen

Menambahkan Metil Paraben kedalam campuran CMC-Na.


Mixer ad homogen

Menambahkan Sirupus simplex, kemudian Essens.


Mixer ad homogen

Menambahkan larutan Asam Sitrat. Mixer ad homogen.


Setelah semua homogen, masukkan suspensi ke dalam wadah dan
tabung untuk pengamatan
b) Cara Dispersi
Melarutkan CMC-Na dengan air panas, dinginkan

Melarutkan Metil Paraben dengan etanol

Mencampurkan Sulfadiazin, Sulfamerazin, dan Sulfadimidin gerus ad homogen

Mencamprkan Tri Sulfa ke dalam CMC-Na yang telah mengembang.


Mixer ad homogen.

Menambahkan larutan Metil Paraben dan Sirupus Simplex.


Mixer ad homogen

Menambahkan larutan Asam sitrat kemuadian larutan NaOH dan Essens .


Mixer ad homogen.

Setelah semua homogen, masukkan suspensi ke dalam wadah dan tabung untuk
pengamatan
V. HASIL PENGAMATAN

Uji Organoleptis
Bau : Jeruk
Warna : Larutan berwarna putih susu
Rasa : Asam Jeruk

Uji Ph
pH
Hari Suspensi
ke Dispersi
0 6
1 6
3 6

Tabel Hasil Pengamatan

No Gambar Keterangan

1 Larutan suspensi berwarna putih susu

Pada pengamatan uji pH suspensi dengan metode


dispersi yaitu menunjukan pH 6
2
EVALUASI

1. Organoleptis
Pemeriksaan organileptik yang dilakukan meliputi bau,
warna, dan rasa
2. Pengukuran pH.
3. Volume Sedimentasi
Adalah perbandingan antara volume sedimentasi akhir (V u)
terhadap volume mula-mula suspensi (Vo) sebelum mengendap.
F = Vu / Vo
4. Derajat Flokulasi
Adalah perbandingan antara volume sedimen akhir dari
suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi
deflokulasi (Voc).
Derajat flokulasi = Vu / Voc
5. Metode Reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan
redispersibilitas, membantu menentukan perilaku pengendapan,
mengatur pembawa dan susunan partikel untuk tujuan
perbandingan.
6. Perubahan Ukuran Partikel
Digunakan cara freeze-thaw cycling, yaitu temeperatur
diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair
kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang
pada pokoknya menjaga agar tidak terjadi perubahan ukuran
partikel dan sifat kristal.
VI. PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini, dilakukan proses pembuatan sediaan farmasi


berupa suspensi. Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung bahan
obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut yang terdispersi pada fase cair
serta merupakan sediaan yang termodinamik tidak stabil, Umumnya
suspensi dikategorikan memiliki ukuran partikel yang ideal jika berada pada
kisaran 10-50 mikrometer. Apabila ukuran partikel terlalu kecil ( < 3
mikrometer) menyebabkan suspensi mengikuti sistem dispersi koloid,
dimana seharusnya adalah dispersi kasar. Hal ini berakibat terjadinya
interaksi antar partikel yang kemudian membentuk agregat yang kompak
dan akhirnya terbentuk caking.
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor antara

lain sifat partikel terdispersi (derajat pembasah partikel), zat pembasah,

medium pendispersi serta komponen-komponen formulasi seperti pewarna,

pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Kestabilan suatu suspensi

dapat ditingkatkan dengan meningkatkan viskositas medium dispersi,

mengecilkan ukuran partikel terdospersi, dan mengurangi perbedaan berat

jenis partikel dan medium dispersi dapat dilakukan dengan meningkatkan

densitas cairan dengan menambahkan poliol (gliserin). Sediaan suspensi

dapat diberikan secara oral dan parental.

Pada percobaan terdapat dua metode pembuatan suspensi oral yaitu

metode presipitasi dan dispersi. Metode presipitasi dilakukan dengan

melarutkan zat aktif pada pelarut organik, sedangkan metode dispersi

suspensi dibuat dengan cara menambahkan bahan aktif dalam mucilago

yang telah dibuat terlebih dahulu. dan kali ini kelompok kami membuat
suspensi dengan metode dispersi. Selain itu dilakukan juga evaluasi

suspensi meliputi, Organoleptis (Warna, bau, rasa) dan pH.

Fungsi masing-masing bahan dalam formula tersebut diantaranya,

sulfadiazine, sulfamerazine, dan sulfadimidin (Trisulfa) merupakan zat aktif

yang berkhasiat sebagai antibiotik. Asam sitrat berkontribusi sebagai

acidifier yang menjaga pH dan stabilitas suspense. Metil paraben digunakan

sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroba pada suspensi.

Fungsi ditambahkannya NaOH yaitu sebagai zat yang dapat mereduksi

ukuran partikel. Corrigen saporis dalam formula ini digunakan sebagai

sirupus simplex guna memperbaiki rasa pada suspensi sedangkan CMC-Na

sebagai agen pensuspensi yang akan memodifikasi viskositas dan

menstabilkan zat.

Hasil dari uji organoleptis, didapat rasa manis, berbau tidak

menyengat, dan berwarna putih serta beraroma jeruk. Uji Ph pada suspensi

dispersi menunjukan Ph yang konstan dari hari pertama hingga harii kedua

yaitu pH 6. pH sediaan yang ideal yaitu 6,5-6,7 karena rentang pH tersebut

cocok dengan pH tubuh. sehingga sediaan suspensi jika dilihat dari uji pH

formula sediaan termasuk sediaan suspensi yang baik. Suspensi mengendap

secara lambat dan rata bila dikocok, ukuran partikel dari suspensi tetap

konstan untukm waktu yang lama, ketika dituang dari wadah dengan cepat

dan homogen.
VII. KESIMPULAN
metode dispersi suspensi dibuat dengan cara menambahkan bahan aktif
dalam mucilago yang telah dibuat terlebih dahulu Hasil dari uji
organoleptis, didapat rasa manis, berbau tidak menyengat, dan berwarna
putih serta beraroma jeruk. Uji Ph pada suspensi dispersi menunjukan Ph
yang konstan dari hari pertama hingga hari kedua yaitu pH 6. pH sediaan
yang ideal yaitu 6,5-7,5 karena rentang pH tersebut cocok dengan pH tubuh.
sehingga sediaan suspensi jika dilihat dari uji pH formula sediaan termasuk
sediaan suspensi yang baik.
Suspensi yang dibuat dari formulasi mempunyai kestabilan yang baik
pada pH nya yaitu konstan atau tidak mengalami perubahan dan pada
organoleptis

VIII. SARAN
1. Dalam pembuatan Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai
sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.

2. Alat dan bahan dalam praktikum harus disiapkan dengan baik agar proses
praktikum dapat berlangsung dengan lancar.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan republik Indonesia 1979. Farmakope
Indonesia edisi III,Jakarta :depkes RI
Depertemen kesehataan republik Indonesia 1995.Farmakope
Indonesia edisi IV:depkes RI
C-2, Kelompok. 2015. Laporan Praktikum Formulasi Dan
Teknologi Sediaan 2 Modul I Suspensi. Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran.

X. LAMPIRAN

Gambar 1. Menambahkan Larutan Asam Sitrat Kemudiaan NaOH ke dalam


campuran Trisulfa, CMC-Na, Metil Paraben dan Sirupus Simplex yang
sebelumnya telah di mixer.
Gambar 2. Menambahkan Essens Jeruk dan di Mixer ad homogen.

Gambar 3. Memasukkan sediaan suspensi ke dalam botol dengan corong

Gambar.4 Menambahkan aquades pada botol yang telah di kalibrasi 300 ml

Anda mungkin juga menyukai