PRAKTIKUM I
Disusun oleh:
KELOMPOK 4 (KELAS C)
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari dan Mengetahui rancangan pembuatan sediaan Suspensi
Trisulfa.
2. Memahami Proses pembuatan sediaan Suspensi Trisulfa
3. Memahami proses evaluasi dan pengujiaan sediaan Suspensi Trisulfa
4. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam memformulasi
sediaan suspensi dan melakukan kontrol kualitas (evaluasi) sediaan
suspensi.
II. PENDAHULUAN
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam
bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair. Suspensi oral adalah
sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam fase cair dengan bahanpengaroma yang sesuai yang
ditujukan untuk penggunaan oral. (Syamsuni, 2006)
Menurut Farmakope Edisi 3 hal 32, Suspensi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,terdispersi
dalam cairan pembawanya.
Menurut Farmakope Edisi 4 hal 17, Suspensi adalah sediaan yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Menurut IMO halaman 149 , suspense adalah sediaan yang mengandung
bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,terdispersi dalam cairan
pembawa.
Menurut Formularium Nasional Hal 3, Suspensi adalah sediaan cair
yang mengandung obat padat,tidak melarut,dan terdispersi sempurna dalam
cairan pembawa,atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk
sangat halus,dengan atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan
sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.
Rute pemberi obat melalui oral merupakan cara pemberian yang umum
dilakukan, dimana selama satu dekade formulasi liquid sangat disarankan
untuk penggunaan pada pasien pediatric dan geriatric karena flexibilitasnya
yang meliputi dosis yang besar, keamanan, dan kenyamanan pemberian.
Suspensi memiliki kelebihan dalam hal disintegrasi dan kelarutan yang lebih
baik dibandingkan sediaan tablet. Umumnya suspensi yang tersedia di
pasaran antara lain: antibiotik, antasida, dan analgesik. Sebagian obat yang
diformulasi dalam bentuk suspensi oral telah diperkenalkan di pasaran,
untuk menanggulangi masa pengenceran yang kurang tepat, terkait dengan
kekeliruan ketika pelabelan. (Ahmed, 2010)
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran paartikel
2. Kekentalan (viskositas)
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
4. Sifat atau muatan partikel
a. Metode Dispersi
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk
bahan obat ke dalam mucilago yang telah terbentuk, kemudian
baru diencerkan.
b. Metode Praesipitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam
pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut
dalam pelarut organik, larutan zat ini kemudian diencerkan
dengan larutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi
endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi.
Preformulasi
1. Sulfadiazin ( Farmakope Indonesia Edisi III Halaman: 579)
Nama Resmi : SULFADIAZINUM.
Rumus Molekul / BM: C10H10N4O2S.
Pemerian : Serbuk; putih, putih kekuningan atau putih agak
merah jambu; hampir tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut
dalam etanil (95%) p; mudah larut dalam asam
mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Khasiat : Antibakteri.
pH : Basa lemah ; pKa ; 6,52
Titik Lebur : 252-256oC
Dosis Maksimum : sekali 2 g, sehari 8 g.
Fungsi : Zat aktif.
300 ml
Sulfadiazine = x 167 mg = 10,020 mg = 10,02 gr
5 ml
300 ml
Sulfamerazine = x 167 mg = 10,020 mg = 10,02 gr
5 ml
300 ml
Sulfadimidin = x 167 mg = 10,020 mg = 10,02 gr
5 ml
300 ml
Asam Sitrat = x 2000 mg = 1.200 mg = 12 gr
5 ml
Aqua untuk Asam Sitrat = 24 mL
300 ml
CMC-Na = x 25 mg = 1.500 mg = 1,5 gr
5 ml
Aqua untuk CMC-Na = 30 mL
300 ml
Metil Paraben = x 5 mg = 300 mg
5 ml
300 ml
NaOH = x 100 mg = 6000 mg = 6 gr
5 ml
Aqua untuk NaOH = 10 mL
300 ml
Sirupus Simpleks = x 1,5 mL = 90 mL
5 ml
Etanol = q.s.
Aqua ad = 300 mL - (10,02 + 10,02 + 10,02 + 12 + 1,44 + 1,5 + 1,8 + 0,3
+ 6 + 0,6 + 90) = 156, 3 mL
Setelah semua homogen, masukkan suspensi ke dalam wadah dan tabung untuk
pengamatan
V. HASIL PENGAMATAN
Uji Organoleptis
Bau : Jeruk
Warna : Larutan berwarna putih susu
Rasa : Asam Jeruk
Uji Ph
pH
Hari Suspensi
ke Dispersi
0 6
1 6
3 6
No Gambar Keterangan
1. Organoleptis
Pemeriksaan organileptik yang dilakukan meliputi bau,
warna, dan rasa
2. Pengukuran pH.
3. Volume Sedimentasi
Adalah perbandingan antara volume sedimentasi akhir (V u)
terhadap volume mula-mula suspensi (Vo) sebelum mengendap.
F = Vu / Vo
4. Derajat Flokulasi
Adalah perbandingan antara volume sedimen akhir dari
suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi
deflokulasi (Voc).
Derajat flokulasi = Vu / Voc
5. Metode Reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan
redispersibilitas, membantu menentukan perilaku pengendapan,
mengatur pembawa dan susunan partikel untuk tujuan
perbandingan.
6. Perubahan Ukuran Partikel
Digunakan cara freeze-thaw cycling, yaitu temeperatur
diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair
kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang
pada pokoknya menjaga agar tidak terjadi perubahan ukuran
partikel dan sifat kristal.
VI. PEMBAHASAN
yang telah dibuat terlebih dahulu. dan kali ini kelompok kami membuat
suspensi dengan metode dispersi. Selain itu dilakukan juga evaluasi
menstabilkan zat.
menyengat, dan berwarna putih serta beraroma jeruk. Uji Ph pada suspensi
dispersi menunjukan Ph yang konstan dari hari pertama hingga harii kedua
cocok dengan pH tubuh. sehingga sediaan suspensi jika dilihat dari uji pH
secara lambat dan rata bila dikocok, ukuran partikel dari suspensi tetap
konstan untukm waktu yang lama, ketika dituang dari wadah dengan cepat
dan homogen.
VII. KESIMPULAN
metode dispersi suspensi dibuat dengan cara menambahkan bahan aktif
dalam mucilago yang telah dibuat terlebih dahulu Hasil dari uji
organoleptis, didapat rasa manis, berbau tidak menyengat, dan berwarna
putih serta beraroma jeruk. Uji Ph pada suspensi dispersi menunjukan Ph
yang konstan dari hari pertama hingga hari kedua yaitu pH 6. pH sediaan
yang ideal yaitu 6,5-7,5 karena rentang pH tersebut cocok dengan pH tubuh.
sehingga sediaan suspensi jika dilihat dari uji pH formula sediaan termasuk
sediaan suspensi yang baik.
Suspensi yang dibuat dari formulasi mempunyai kestabilan yang baik
pada pH nya yaitu konstan atau tidak mengalami perubahan dan pada
organoleptis
VIII. SARAN
1. Dalam pembuatan Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai
sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.
2. Alat dan bahan dalam praktikum harus disiapkan dengan baik agar proses
praktikum dapat berlangsung dengan lancar.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan republik Indonesia 1979. Farmakope
Indonesia edisi III,Jakarta :depkes RI
Depertemen kesehataan republik Indonesia 1995.Farmakope
Indonesia edisi IV:depkes RI
C-2, Kelompok. 2015. Laporan Praktikum Formulasi Dan
Teknologi Sediaan 2 Modul I Suspensi. Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran.
X. LAMPIRAN