Anda di halaman 1dari 18

Teknologi Farmasi

PENGIKAT

1.1 PENGERTIAN

Bahan pengikat adalah zat inert secara farmakologi


yang ditambahkan kedalam formulasi tablet untuk
meningkatkan kohesifitas antara partikel–partikel serbuk dalam
masa tablet yang diperlukan untuk pembentukkan granul dan
kemudian untuk pembentukan massa menjadi kompak dan
padat yang disebut tablet.

1.2 PERAN

Peran utama pengikat adalah untuk mendukung daya


kohesif dari ikatan partikel-partikel padat agar mudah dikempa
menjadi tablet, selain itu juga untuk menaikkan kekerasan
tablet dan menurunkan friabilitas tablet. Unsur pengikat dalam
tablet membantu merekatkan granul satu dengan granul lainnya
dan menjaga kesatuan tablet setelah dikompresi. Bahan
pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan bentuk
larutan (lebih efektif).

Fungsi pengikat dalam formulasi tablet adalah untuk


memberikan kekuatan dan untuk mengurangi friabilitas granul
dan tablet.

1.2 KRITERIA

Kriteria bahan pengikat :


1. Mudah larut (dalam keadaan dingin), sehingga pelarut yang
digunakan minimal (khsus granulsai basah)
2. Tidak higroskopis
3. Viskositas sekecil mungkin
4. Mudah membasahi campuran bahan

1
Teknologi Farmasi

1.4 JENIS PENGIKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP


TABLET

A. JENIS POLIMER ALAMI


1) Starch (amylum)
Amilum dapat digunakan sebagai pengisi, pengikat, dan
penghancur. Sebagai pengikat, amilum digunakan dalam bentuk
mucilago amili 5-10%. Oleh karena itu, amilum dalam bentuk
mucilago hanya digunakan sebagai pengikat dalam granulasi
basah.

Pembuatan dan Penggunaan


Amilum disuspensikan 1: 1/2-1 dalam air dingin atau
dapat disesuaikan dengan formulasi yang diinginkan.
Kemudian ditambah 2-4 kali air mendidih dengan pengadukan
konstan sampai amilum mengembang menjadi transparan. Ada
pula cara lain, yaitu dengan memanaskan suspensi starch
dalam air (pembuatan muchilago). Pembuatan mucilago harus
dilakukan dengan hati-hati agar diperoleh musilago yang baik,
tidak terhidrolisis, dan tidak mengarang. Pemakaian terbaik
maksimal 30%. Tablet yang mengandung amilum dengan
konsentrasi tinggi menunjukkan tablet yang rapuh dan sukar
dikeringkan.

Amilum yang tidak dimodifikasi tidak mempunyai sifat


kompresibilitas yang baik dan mempunyai friabilitas yang
besar sehingga akan terjadi capping pada tablet jika digunakan
dalam jumlah besar. Penggunaan mucilago amili sebagai
pengikat pada proses pembuatan tablet akan mempersulit
disolusi zat aktif dari dalam granul karena mucilago amili yang
sudah kering sulit ditembus air. Untuk mengatasinya, perlu
ditambah pembasah (Tween 80 0.05%-0.15%) sehingga tablet
mempunyai waktu hancur lebih baik.

2
Teknologi Farmasi

2) Starch 1500 (Partial Pregelatinized Maize Starch)


Starch 1500 dapat digunakan sebagai pengikat basah,
kering, dan disintegran. Starch 1500 maksimal mengandung
20% fraksi larut air yang berfungsi sebagai pengikat sedangkan
sisanya bersifat sebagai disintegran.Starch 1500 dibutuhkan ±
3-4 kali lebih banyak daripada mucilago amili untuk
menghasilkan tablet dengan kekerasan yang sama. Sebaiknya
tidak digunakan sebagai pengisi pada granulasi basah karena
akan menghasilkan gel yang berfungsi sebagai pengikat yang
sangat kuat.
Starch 1500 memiliki aliran yang bagus sehingga
disebut sebagai directly compressible starch. Starch 1500 dapat
dikempa sendiri. Namun, jika dicampur dengan 5-10% obat
membutuhkan lubrikan tambahan (misalnya 0,25% colloidal
silicon dioxide). Starch 1500 mengandung 10% kelembaban
dan menyebabkan tablet menjadi lunak jika dikombinasi
dengan Mg stearat > 0,5%. Sebagai pengganti, digunakan
lubrikan asam stearat.

3) Amilum Pragelatinasi
Amilum ini merupakan pati yang sudah dimasak dan
dikeringkan lagi. Dapat digunakan sebagai pengganti starch
paste karena lebih mudah larut dalam air hangat tanpa
pemanasan. Amilum ini dapat ditambahkan kering ke dalam
serbuk kemudian dibasahkan dengan air untuk membentuk
massa lembab.

4) Gelatin
Gelatin digunakan pada konsentrasi 5-10% sebanyak 1-
5% dari formula. Gelatin saat ini sudah jarang digunakan
karena telah dapat digantikan oleh PVP (polyvinyl pirolidon)
atau MC (methyl cellulose). Pengikat gelatin cenderung
menghasilkan tablet yang keras dan waktu hancur yang lama
sehingga memerlukan disintegran yang aktif. Jika masih

3
Teknologi Farmasi

diperlukan pengikat yang lebih kuat, kita dapat menggunakan


larutan gelatin dalam air 2-10%, yang dibuat dengan
menghidrasi gelatin dalam air dingin selama beberapa
jam/semalam kemudian dipanaskan sampai mendidih, larutan
gelatin harus dipertahankan hangat sampai digunakan karena
akan menjadi gel pada pendinginan.
Gelatin dapat digunakan untuk senyawa yang sulit
diikat. Gelatin sering digunakan dalam formulasi Lozenges
karena kelarutan tablet yang dihasilkan lambat serta
memberikan efek yang menyenangkan dalam mulut.

Dalam perdagangan, dikenal 2 jenis gelatin, yaitu


a) Gelatin A (Phamagel A)
Gelatin A merupakan hasil ekstraksi dengan asam, dan
bersifat kationik. Pemakaiannya efektif pada pH 3,2.

b) Gelatin B (Pharmagel B)
Gelatin B merupakan hasil ekstraksi dengan basa dan
bersifat anionik. Pemakaiannya efektif pada pH 7-8.
Kelemahan gelatin yaitu ia cenderung rentan bakteri dan
jamur karena ia merupakan polimer alami.

5) Larutan Gom Akasia (Gom Arab)


Pengikat gom biasa digunakan pada konsentrasi 10-25%
untuk mengurangi mephenesin (dosis besar dan sukar
digranulasi). Gom menghasilkan granul yang keras tetapi tidak
mengeras pada penyimpanan. Tablet gom kadang ditambah
lubrikan cair PEG 6000 untuk membantu pencetakan tablet dan
disintegrasi tablet. Kelemahan gom sebagai bahan tambahan
yaitu menjadikan tablet mudah terkontaminasi mikroba.

6) Tragakan

4
Teknologi Farmasi

Tragakan merupakan bahan alam. Permasalahan yang


terjadi sama dengan gom arab. Mucilago tragakan sulit dibuat
dan juga sulit dicampurkan sehingga dapat ditambahkan dalam
bentuk kering dan diaktifkan dengan penambahan air.

B. JENIS POLIMER SINTETIS


1) PVP (Polyvinyl Pirolidon)/ Povidon
PVP memiliki nama dagang Kollidon atau Plasdon.
PVP bersifat inert, larut air, dan alkohol. PVP digunakan dalam
konsentrasi 3-15%, sedikit higroskopis, tidak mengeras selama
penyimpanan (karakter ini baik untuk tablet kunyah). Tablet
efervesen bisa dibuat menggunakan PVP dalam etanol anhidrat.
Tidak diperbolehkan menggunakan isopropanol anhidrat
sebagai pelarutnya karena meninggalkan bau pada granul.
Konsentrasi 5% menghasilkan kompresibilitas yang baik untuk
serbuk Natrium bikarbonat dan asam sitrat sehingga tablet
bereaksi cepat dan disolusi cepat. PVP baik digunakan untuk
tablet kunyah terutama untuk alumunium hidroksida atau
Mg(OH)2.

2) Selulosa
a. Metil selulosa/ Methyl cellulose (MC)
Metil selulosa biasa digunakan dalam1-5% larutan air.
Larutan 5% menghasilkan kekerasan yang sama dengan
musilago amili. MC dapat digunakan untuk menggranulasi
soluble/insoluble powder. MC merupakan pengikat yang baik
untuk eksipien laktosa, manitol, dan gula. Keuntungan tablet
MC yaitu dapat dikompres cepat tidak mengeras pada
penyimpanan.

b. CMC-Na
CMC-Na biasa digunakan dalam konsentrasi 5-15%.
CMC-Na inkompatibel dengan Mg, Ca, Al, dan garamnya.
CMC-Na menghasilkan granul yang lebih rapuh dari PVP.

5
Teknologi Farmasi

Umumnya tablet CMC-Na mempunyai waktu disintegrasi yang


lebih lama.

c. Etil selulosa/ Ethocel


Etil selulosa digunakan dalam bentuk larutan dalam
alkohol. Etil selulosa terdiri dari bermacam-macam tingkatan/
grade. Tipe low grade digunakan sebagai pengikat 2-10%
dalam etanol. Etil selulosa dapat digunakan untuk
menggranulasi serbuk yang sukar digranulasi, seperti
asetaminofen, kafein, meprobamat, ferofu, dan arat. Selain itu,
ia juga dapat digunakan sebagai pengikat non air untuk serbuk
yang tidak tahan air seperti asam askorbat. Etil selulosa dapat
memperlambat disintegrasi.

d. Polivinil Alkohol
Polivinil alkohol larut air. Ia mirip akasia tapi tidak
terlalu rentan dengan bakteri. PVA membentuk granul yang
lebih lunak dari acacia sehingga menghasilkan tablet yang
disintegrasi lebih cepat dan tidak mengeras pada
penyimpanan.

e. PEG 6000
PEG 6000 digunakan sebagai pengikat anhidrat, dimana
air dan alkohol tidak dapat digunakan. PEG 6000 berupa
padatan putih, dengan titik leleh 70-750C dan titik beku 56-
630C.

f. N-HPC (Nisso-HPC)
Larut dalam air dan pelarut organik alkohol, propilen
glikol, metilen klorida, aseton dan kloroform. Jika digunakan
sebagai pelarut pada granulasi basah N-HPC dilaruntukan
dalam air atau alkohol (pelarut organik). Cara melarutkan N-
HPC dalam air, adalah dengan menambahkan seditik demi
sedikit N-HPC ke dalam air (sebanyak 20-30% air yang telah

6
Teknologi Farmasi

dipanaskan) sambil diaduk kuat. Setelah itu ditambahkan sisa


air. Dengan cara ini pelarutan lebih cepat. Sifat dan perlakuan
ini kurang lebih sama dengan hydroxy methyl cellulose.

g. Hydroxypropyl methyl cellulose (HPMC)


Hydroxypropyl methyl cellulose (HPMC) merupakan
eter propilenglikol methyl cellulose. HPMC tersedia dalam
beberapa tingkat viskositas. Daya ikatnya sebanding dengan
derivar selulose yang lain. Konsentrasi 2 – 5 % (w/w)
digunakan sebagai pengikat untuk granulasi kering dan
granulasi basah. HPMC larut dalam air dingin, dan membentuk
larutan koloid. Dalam pembuatan larutan HPMC, terlebih
dahulu HPMC dikeringkan pada suhu 80 – 90 0C, kemudian
dilarutkan dalam air dingin. HPMC terdispersi juga dalam
pelarut organik, perbandingan 1 bagian HPMC dalam 8 bagian
pelarut organik. HPMC incompatible dengan agen
pengoksidasi.

C. JENIS GULA
1) Larutan Sukrosa
Sukrosa membentuk granul keras, kekerasan diatur dari
konsentrasi sukrosa 20-85%. Pengikat ini sangat baik sebagai
pembawa soluble dyes dan menghasilkan warna beragam.
Sukrosa digunakan untuk menggranulasi tribasic fosfat yang
umumnya memerlukan pengikat yang lebih kohesif dari
musilago amili. Pada tablet ferro sulfat, sukrosa bertindak
sebagai pengikat dan pelindung ferrosulfat dari oksidasi.
Senyawa lain yang dapat menggunakan pengikat ini, yaitu
aminofilin, asetopheretidin, asetaminofen, dan meprobamate.

2) Glukosa (dekstrosa)
Diaplikasikan pada sirup dengan konsentrasi lebih dari
50%, pada granulasi basah glukosa memiliki ikatan yang baik,
tablet yang dihasilkan keras dan rapuh. Glukosa juga

7
Teknologi Farmasi

digunakan pada proses cetak langsung sebagai pengisi, dan


pengikat umumnya pada tablet kunyah. Dekstrosa anhidrat
menyerap banyak kelembapan pada suhu 250C dan 85% relatif
lembap berubah menjadi dekstrosa monohidrat yang dapat
menyerap lembap. Dekstrosa dapat bereaksi dengan asam-asam
amino, amida, amina yang akibatnya dapat menyebabkan
warna coklat dalam campuran tablet.

3) Sorbitol
Merupakan isomer optis dari mannitol. Higrospkopis
pada kelembapan kurang lebih 65%, sorbitol dapat digunakan
sebagai pengikat. Konsentrasinya 2-20%, dan dapat dibuat 10-
25% dalam larutan sorbitol pada granulasi basah.

Konsentrasi Pengikat yang biasa digunakan dalam proses


granulasi
Konsentrasi
Nama Pelarut
(% dari formula)
Selulosa mikrokristalin 10-50 Air
(Avicel)
Polimer (turunan selulosa) 1-5 Air
CMC Na 2-15 Alcohol
HPC 2-5 Alkohol, air
HPMC 1-3 Air
MC 1-5 Air
HEC 2-5 Air (pasta)
EC 10-25 Air
PVP 2-20 Air
Gelatin 5-10 Air
Gom Alam 5-10 Air
Akasia 10-25 Air
Amilum 5-10 Air
Na Alginat 1-3 Air

8
Teknologi Farmasi

1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pengikat

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas


pengikat ada yang berkaitan dengan zat aktif dan bahan
tambahan lain di dalam formulasi, serta ada pula yang berkaitan
dengan pengikat dan pelarutnya. Kondisi penyimpanan dan
proses granulasi yang baik juga dapat memberikan efek yang
signifikan terhadap efisiensi tablet. Sebagai contoh, kekerasan
dan waktu hancur tablet Ranitidine yang menggunakan PVP
sebagai pengikat melalui metode granulasi basah menurun pada
saat tablet disimpan di bawah level kelembapan, karena dari
pengikatnya sendiri (PVP) dapat menyerap udara luar bila
tablet ranitidine dibiarkan diletakkan di udara luar, tidak
disimpan dalam wadah yang memadai.

1.6 KETERANGAN BAHAN PENGIKAT LAIN MENURUT


HOPE (Handbook Of Pharmaceutical Exipients)

1. Starch (HOPE 5th, hal 725-730)


Amilum (C6H10O5)n, n = 300-1000
Pemerian: Serbuk halus; putih; tidak berbau; tidak berasa
Fungsi: Pengisi tablet; penghancur tablet (3-15% b/b); pengikat
tablet (5-25% b/b); glidan.
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol 95%
dingin. Amilum mengembang cepat dalam air pada suhu 37°C.
Stabilitas: Amilum dalam keadaan kering dan tidak dipanaskan
stabil jika terlindung dari kelembaban tinggi. Larutan atau pasta
amilum yang dipanaskan tidak stabil secara fisik dan mudah
ditumbuhi mikroorganisme. Harus disimpan dalam wadah
kedap udara pada tempat kering dan sejuk.
Inkompabilitas: -

9
Teknologi Farmasi

2. Starch 1500 (HOPE 5th hal 731-733)


Pregelatinized Starch (C9H10O5)n, n = 300-1000
Pemerian: Serbuk agak kasar sampai halus; serbuk berwarna
putih sampai agak putih; tidak berbau; memiliki rasa lemah
yang khas; higroskopis.
Fungsi: Pengisi tablet (5-75%); pengikat tablet (untuk kempa
langsung 5-20% atau untuk granulasi basah 5-10%) ;
penghancur tablet (5-10%).
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam pelarut organik; sedikit
larut atau larut dalam air dingin, tergantung derajat
pregelatinisasi.
Stabilitas: Stabil tapi higroskopis. Harus disimpan dalam
wadah tertutup baik pada tempat sejuk dan kering.
Inkompatibilitas: -

3. Gelatin (HOPE 5th hal 295-298)


Pemerian: Lembaran dan granul tembus cahaya atau serbuk;
seperti kaca; rapuh; warna gading muda sampai kuning pucat ;
tidak berbau; tidak berasa.
Fungsi: Pengikat tablet; bahan pelapis (coating agent).
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam aseton, kloroform, etanol
95%, eter dan metanol; Larut dalam gliserin, asam dan basa,
meskipun asam dan basa kuat dapat menyebabkan
pengendapan. Dalam air, gelatin mengembang dan melunak.
Larut dalam air panas membentuk gel setelah didinginkan
mencapai suhu 35-40 oC. Pada suhu > 40 oC berbentuk sol.
system gel-sol ini bersifat heat reversible.
Stabilitas: Gelatin kering stabil di udara. Larutan gelatin sabil
untuk waktu lama jika disimpan pada kondisi sejuk dan steril.
Pada suhu diatas 50 oC, larutan gelatin mengalami
depolimerisasi dan dapat terjadi penurunan kekuatan gel. Harus
disimpan dalam wadah kedap udara pada tempat kering dan
sejuk. Inkompabilitas : Bereaksi dengan asam dan basa, aldehid
dan gula aldehid, polimer anionik dan kationik, elektrolit, ion

10
Teknologi Farmasi

logam, plasticizer, pengawet dan surfaktan. Mengendap dengan


adanya alkohol, kloroform, eter, garam merkuri dan asam tanat.

4. Larutan Akasia (HOPE 5th, hal 1-2)


Gom akasia; Gom Arabia
Pemerian: Serpihan tipis, sobekan spheroidal, granul, sebuk,
atau spray dried powder; putih atau putih kekuningan; tidak
berbau; rasa lunak.

Fungsi:

Zat pengemulsi 10-20%


Basis pastille 10-30%
Zat pensuspensi 5-10%
Pengisi tablet 1-5%

Kelarutan:

Pelarut Kelarutan
Etanol 95% Praktis tidak larut
Air 1:2,7
Gliserin 1:20
Propilenglikol 1:20

Dalam air, akasia melarut sangat lambat, walaupun


setelah 2 jam hampir melarut sempurna, biasanya masih
terdapat sisa serbuk . larutan tidak berwarna atau kekuningan,
kental, adhesive dan translusen (tembus cahaya).

Stabilitas: Larutan akasia mudah terkontaminasi oleh bakteri


atau mengalami degradasi enzimatis, tapi dapat dicegah dengan
penambahan pengawet (asam benzoat 0,1% b/v, natrium
benzoat 0,1% b/v, atau kombinasi metil paraben 0,17% b/v dan
propil paraben 0,03% b/v) atau dengan pemanasan untuk

11
Teknologi Farmasi

menginaktivasi enzim. Harus disimpan dalam wadah kedap


udara pada tempat kering dan sejuk.

Inkompabilitas: Inkompatibel dengan aminodopirin, aponorfin,


kresol, etanol 95%, garam ferri, morfin, fenol, fisostigmin,
tanin, timol, vanili. Beberapa garam dapat mengurangi
viskositas larutan akasia, sedangkan garam trivalen dapat
menyebabkan koagulasi. Larutan akasia memiliki muatan
negative dan akan membentuk koaservar dengan gelatin dan
bahan lain. Dalam proses pembuatan amulsi, larutan akasia
inkompatibel dengan sabun.

5. Povidon (HOPE 5th, hal 611-616)


PVP, Polivinilpirolidon (C6H9NO)n
Pemerian: Serbuk halus; putih hingga putih-krem; tidak berbau
atau hampir tidak berbau; sangat higroskopis.
Fungsi:

Pembawa untuk obat 10-25%


Zat pendispersi Sampai 5%
Tetes mata 2-10%
Zat pensuspensi 5%
Pengikat, pengisi atau peng-
0.5-5%
coating tablet

Kelarutan: Sangat larut dalam asam, kloroform, etanol (95%),


keton, metanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbon, dan minyak mineral.
Stabilitas: Warna povidon berubah gelap dengan pemanasan
pada suhu 105 °C, dan terjadi penurunan kelarutan dalam air.
Stabil pada pemanasan 110-130 oC yang sebentar, sterilisasi
dengan uap tidak mengubah karakteristik povidon. Larutan
povidon mudah terkontaminasi oleh jamur olah karena itu perlu
ditambahkan pengawet. Povidon dapat disimpan dalam kondisi

12
Teknologi Farmasi

biasa-biasa saja tanpa mengalamai degradasi atau dekomposisi.


Harus disimpan dalam wadah kedap udara pada tempat yang
sejuk dan kering.
Inkompatibilitas: Dapat membentuk molecular adducts dalam
larutan dengan sulfatiazol, natrium salisilat, asam salisilat,
fenobarbital, tanin dab bahan lain. Efek dari beberapa pengawet
seperti thimerosal dapat berubah (merugikan) ketika terbentuk
kompleks dengan povidon.

6. Selulosa
A. Metil selulosa (HOPE 5th, hal 462-463)
Pemerian: Serbuk atau granul yang berwarna putih. Praktis
tidak berbau dan tudak berasa. Sebaiknya dismpan dan diberi
penandaan sesuai dengan tipe viskositas.

Fungsi:

Disintegran tablet 2-10%


Zat pengcoating tablet 0.5-5%
Pengikat tablet 1-5%
Matrix untuk tablet sustained
5-75%
release
Zat pensuspensi 1-2%
Obat tetes mata 0.5-1%
Zat pengemulsi 1-5%
Krim, gel dan salep 1-5%
Bulk laxative 2-10%

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam aseton, methanol,


kloroform, etanol, eter, larutan jenuh garam, toluen dan air
panas; larut dalam asam asetat glasial, campuran etanol dan
kloroform dalam perbandingan sama. Dalam air dingin,
metilselulosa mengembang dan terdispersi membentuk dispersi
koloid yang jernih dan kental.

13
Teknologi Farmasi

Stabilitas: Stabil, meskipun sedikit higroskopis. Harus


disimpan dalam wadah kedap udara pada tempat yang sejuk
dan kering.
Inkompabilitas: Inkompatibel dengan aminakrin hidroklorida,
klorokresol, raksa klorida, fenol, resorsinol,asam tanat, perak
nitrat, setilpiridinium korida, asam phidroksibenzoat, asam p-
aminobenzoat, metilparaben, propilparaben dan butil paraben.
Garam dari asam mineral, fenol, dan tannin akan
mengkoagulasi larutan metilselulosa, hal ini dapat dicegah
dengan penambahan etanol (95%) atau diasetat glikol.

B. CMC Na (HOPE 5th, hal 120-121)


Karboksimetilselulosa natrium
Pemerian: Serbuk granular; putih atau hampir putih; tidak
berbau.
Fungsi:

Zat Pengemulsi 0.25-1%


Zat Pembentuk Gel 3-6%
Injeksi 0.05-0.75%
Larutan Oral 0.1-1%
Pengikat Tablet 1-6%

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter,


dan toluen; mudah terdispersi dalam air pada berbagai suhu
membentuk larutan koloid jernih.
Stabilitas: Stabil, meskipun higroskopis. Dalam kondis yang
tingkat kelembaban tinggi, CMC Na dapat mengabsorbsi air
sdalam jumlah yang besar(50%). Larutan CMC Na stabil pada
pH 2-10, Pengendapan dapat terjadi pada pH dibawah 2 dan
pengurangan viskositas secara cepat terjadi dibawah pH 10.
Harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat yang
sejuk dan kering.

14
Teknologi Farmasi

Inkompabilitas: Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan


dengan garam yang larut dari besi dan logam lain seperti
aluminum, raksa, dan seng. Inkompatibel pula dengan xanthan
gum. Pengendapan dapat terjadi pada pH < 2 dan jika dicampur
dengan etanol 95%. CMC Na membentuk kompleks dengan
gelatin dan pektin. Dapat juga membentuk kompleks dengan
kolagen dan memiliki potensi utnuk menegndap akibat muatan
psositif protein.

C. Etil Selulosa (HOPE 5th, hal 278-282)


Pemerian: serbuk putih, tidak berasa, memiliki laju alir yang
baik.
Fungsi:

Mikroenkapsulasi 10-20%
Zat pengcoating utnuk tablet
3-20%
sustained release
Zat pengcoating tablet 1-3%
Bahan pengranul tablet 1-3%

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam gliserin, propilen glikol


dan air; etilselulosa yang memiliki kandungan gugus etoksil
kurang dari 46.5% mudah larut dalam kloroform, metil asetat
dan tetrahidrofuran dan campuran hidrokarbon aromatik dan
etanol (95%). Etilselulosa yang memiliki kandungan gugus
etoksil tidak kurang dari 46.5% mudah larut dalam kloroform,
etanol (95%), etil asetat dan methanol dan toluene.
Stabilitas: Stabil, sedikit higroskopis. Tahan terhadap basa dan
larutan garam, lebih sensitif terhadap asam dibandingkan ester
selulosa. Dapat mengalami penguraian oksidatif dengan adanya
sinar matahari atau cahaya UV pada temperatur tinggi. Hal ini
dapat dicegah dengan penggunaan antioksidan dan bahan kimia
tambahan yang mengabsorbsi cahaya pada rentang 230-340nm.
Harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat yang

15
Teknologi Farmasi

kering dengan suhu tidak lebih dari 32 oC. tidak boleh


disimpan bersebelahan dengan peroksida atau zat oksidator
yang lain.
Inkompabilitas: Inkompatibel dengan parafin wax dan
mikrokristalin wax.

7. PEG 6000 (HOPE 5th, hal 545-550)


Polietilen glikol
Pemerian: Serbuk yang mudah mengalir; putih; bau manis
yang samara /sedikit.
Titik leleh: 56-610C.
Fungsi: Pengikat tablet; lubrikan.
Kelarutan: Larut dalam air dan dapat bercampur dalam semua
proporsi dengan polietilen glikol lainnya; larut dalam aseton,
diklorometana, etanol dan metanol; agak sukar larut dalam
hidrokarbon alifatik dan eter; tidak larut dalam lemak, fixed oil,
dan minyak mineral. Larutan PEG dengan bobot meolekul yang
tinggi dapat memebentuk gel. Polietilen glikol yang cair larut
dalam aseton, alkohol, benzene, gliserin dan glikol. Polietilen
glikol yang wujudnya padat larut dalam aseton, diklorometan,
etanol (95%).
Stabilitas: PEG secara kimia stabil di udara dan dalam larutan,
walaupun PEG>2000 higroskopis. PEG tidak rentan terhadap
pertumbuhan mikroba dan tidak mudah menjadi tengik. PEG
(padat atau cair) dapat disterilisasi dengan autoklaf, filtrasi atau
gama irasiasi. Sterilisasi PEG yang padat dengan pemanasan
pada suhu 150ºC selama 1 jam dapat menyebabkan oksidasi,
penggelapan warna dan pembentukan degradasi asam. Idealnya
sterilisasi dilakukan pada lingkungan yang inert. Oksidasi PEG
dapat juga dihambat dengan penambahan antioksidan yang
tepat. Penyimpanan dalam bnitrogen dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya oksidasi. Harus disimpan dalam wadah
yang tertutup baik pada tempat yang sejuk dan kering. Wadah

16
Teknologi Farmasi

yang terbuat dari stainless steel, aluminium, kaca atau lined


steel diutamkan untuk penyimpanan PEG cair.
Inkompabilitas: PEG dalam wujud padat dan cair inkompatibel
dengan beberapa zat pewarna.Aktivitas antibakteri dari
beberapa antibiotik, seperti penisilin dan basitrasin, berkurang
dalam basis PEG. Efektivitas pengawet seperti paraben juga
dapat berkurang karena membentuk ikatan dengan PEG.
Perubahan fisik yang terjadi pada basis PEG adalah menjadi
lebih lunak atau lebih cair dengan adanya campuran fenol,
asam tannat dan asam salisilat. Dapat menyebabkan perubahan
warna sulfonamid dan ditranol, juga pengendapan sorbitol.
Plastik, seperti polietilen, fenolformaldehid, polivinilklorida
dan membran selulosa dapat mnejadi lebih lunak atau larut
dengan PEG. Perpindahan PEG dapat terjadi dari salut film
tablet, menyebabkan interaksi dengan komponen pada inti
tablet.

8. HPC (HOPE 5th, hal 336-340)


Hidroksipropil selulosa; Nisso HPC
Pemerian: Serbuk; putih sampai sedikit kekuningan; tidak
berbau; tidak berasa.
Fungsi: Pengikat tablet (2-6%); bahan pelapis (coating agent,
5%), pembentuk matrik untuk sediaan lepas tunda (15-35%).
Kelarutan:

Air 1:2
Metanol 1:2
Etanol (95%) 1:2.5
Propan-2-ol 1:5
Propilenglikol 1:5

Diklorometana 1:10 HPC praktis tidak larut dalam


hidrokarbon alifatik, hidrokarbon aromatic, karbon tetraklorida,
destilasi petroleum, gliserin dan minyak. HPC mudah larut

17
Teknologi Farmasi

dalam air dibawah suhu 38 oC membentuk larutan koloidal


jernih. Dalam air panas, HPC tidak larut dan mengendap
sebagai flokul yang mengembang pada temperatur 40-45ºC.
HPC larut dalam banyak pelarut organic baik dalam keadaan
dingin ataupun panas, seperti dimetil formamida, dimetil
sulfoxida, dioksan, etanol. Tidak ada kemungkinan terjadi
pengendapan dalam pelarut yang panas.
Stabilitas: Serbuk HPC stabil meskipun higroskopis setelah
dikeringkan. Larutan HPC stabil pada pH 6-8, dengan
viskositas larutan yang tetap. Pada pH yang rendah dapat
terjadi hidrolisis asam dan penurunan viskositas. Larutan HPC
memiliki stabilitas optimum yaitu pada pH 6-8 dan terlindung
dari cahaya, panas dan mikroorganisme. Harus disimpan dalam
wadah yang tertutup baik pada tempat yang sejuk dan kering.
Inkompabilitas: HPC dalam bentuk larutan inkompatibel
dengan turunan fenol tersubstitusi, misalnya metil dan propil
paraben. Polimer anionik dapat meningkatkan viskositas
larutan HPC. Kompatibilitas HPC dengan garam anorganik
tergantung pada garamnya dan konsentrasinya. HPC tidak
dapat mentoleransi adanya bahan lain yang larut dan dalam
konsentrasi yang tinggi. Temperatur pengendapan HPC akan
lebih rendah jika terdapat bahan lain yang terlaurt karena akan
berkompetisi terlarut dalam air.

18

Anda mungkin juga menyukai