Anda di halaman 1dari 58

BIOFARMASETIKA

SEDIAAN TOPIKAL
(PERKUTAN/
TRANSDERMAL)
Dosen :
Dewi Oktavia Gunawan, M.Farm.,Apt
TINJAUAN
PATOFISIOLOGIK
FUNGSI ORGAN KULIT

Proteksi, Absorbsi, Ekskresi, Persepsi,


Termoregulator, membentuk Pigmen,
membentuk Vitamin D, dan Keratinisasi.
TUJUAN PEMAKAIAN RUTE
PERKUTAN
 Efek Lokal/setempat : lapisan luar kulit,
diharapkan absorbsi sesedikit mungkin
(menghindari efek sistemik).

 Efek Sistemik (transdermal delivery system) :


formulasi dipakai secara topikal, diharapkan zat
aktif dapat dihantar masuk ke sirkulasi sistemik.
KEUNTUNGAN PEMBERIAN
TOPIKAL
1) Untuk tujuan lokal  meminimalkan efek
samping.
2) Untuk tujuan sistemik  obat terbebaskan
ke sirkulasi sistemik secara teratur.
3) Meningkatkan kepatuhan penggunaan obat.
4) Frekuensi pemakaian menurun.
5) Bila terjadi toksisitas, pengatasan cepat.
KERUGIAN PEMBERIAN TOPIKAL
1) Tidak untuk dosis besar.
2) Sifat kulit yg merupakan perintang/penghalang
 hanya molekul obat yg kecil dan lipofilik yg
dapat tembus.
3) Adhesive tidak menempel baik.
4) Kemungkinan iritasi.
5) Perubahan flora kulit.
6) Tidak ekonomis.
7) Pengaturan dosis regimen sulit  perlu
diperhatikan pengaturan dosis regimen yg
akurat.
TINJAUAN ANATOMI
FISIOLOGI KULIT
SRUKTUR ANATOMI KULIT
ANATOMI FISIOLOGI KULIT
EPIDERMIS
 Merupakan lapisan epitel, tebal rata-rata
200µm, dgn sel-sel yg berdiferensiasi
bertahap dari bagian yg lebih dalam menuju
ke permukaan dengan proses keratinisasi.
 Dua bagian:

1. Lapisan malfigi  bagian yg hidup,


menempel pd dermis.
2. Lapisan tanduk (stratum Corneum) 
sekumpulan sel-sel mati yg mengalami
keratinisasi.
ANATOMI FISIOLOGI KULIT
DERMIS
 Dermis, merupakan jaringan penyangga
berserat, ketebalan 3-5 mm, peran utama
pemberi nutrisi pd epidermis.
 Terdapat pembuluh darah dan pembuluh
getah bening, pada daerah papiler dgn
kedalaman 100-200 µm.
ANATOMI FISIOLOGI KULIT
HIPODERMIS
 Hipodermis, lapisan kulit terdalam, sering
disebut lapisan subkutan atau subkutis.
 mengandung ujung-ujung syaraf dan lapisan
kelenjar berlemak, juga mengandung
glomerulus kelenjar keringat.
 Terdapat banyak pembuluh darah.
ANATOMI FISIOLOGI KULIT
ANEKSA KULIT
 Terdiri atas sistem polisebasea dan kelenjar
sudoripori.
 kelenjar sebasea menempel pada folikel
rambut kecuali pada beberapa daerah yg
berbulu jarang dan terletak pada jarak
sekitar 500 µm dari permukaan kulit
(kelenjar eksokrin, holokrin dan getah
sebum).
Jalurnya Absorbsi obat melalui kulit ialah:
1. Celah antara sel dari stratum corneum :
terjadi difusi melalui matriks stratum
corneum.
2. Melalui dinding folikel rambut (aneksa
kulit).
3. Melalui kelenjar keringat (kelenjar
sudoripori).
4. Melalui kelenjar sebum (polisebasea).
5. Menembus sel stratum corneum.
KETERSEDIAAN HAYATI DI
TEMPAT ABSORBSI
I. PENYERAPAN/ABSORBSI

Faktor-faktor yg dapat mengubah ketersediaan hayati


zat aktif sediaan topikal:

1. Lokalisasi sawar
Kulit mengandung sejumlah bentukan bertumpuk
dan spesifik yg dpt mencegah masuknya bahan-
bahan kimia, disebabkan adanya:
1) Lapisan tipis Lipida pd permukaan kulit.
2) Lapisan tanduk
3) Lapisan epidermis malfigi
 Peniadaan lapisan lipida pd permukaan kulit
oleh eter, alkohol atau sabun-sabun tertentu tdk
mengubah permeabilitas kulit.
 Peniadaan lapisan tanduk (stratum corneum)
dgn bantuan plester akan membersihkan lapisan
malfigi  meningkatkan permeabilitas kulit thd
air, etanol dan kortikosteroid.
 Lapisan malfigi menghalangi penembusan
senyawa tertentu. Misal senyawa lipofil :
perhidroskualen, atau hidrofil : Natrium dodesil
sulfat (tidak/sangat sedikit diserap).
Faktor-faktor yg dapat
mengubah ketersediaan
hayati obat

2. Jalur Penembusan

 Kulit, penembusan molekul obat dari luar ke bagian


dalam secara difusi melalui lapisan tanduk
(stratum corneum) dan kelenjar sudoripori atau
organ polisebasea.
 Aneksa kulit (folikel rambut) kurang efektif
dibanding lapisan tanduk.
 Kelenjar sudoripori, tidak terlibat secara
nyata dlm proses penembusan, (Kulit telapak
tangan dan kaki 500-800 setiap cm2, tidak
lebih permeabel dibandingkan dgn bagian
tubuh yg lain 200-250 setiap cm2).
 Polisebasea, Senyawa yg dapat berdifusi
hanya yg mpy BM kecil dan bersifat lipofil.
Faktor-faktor yg dapat
mengubah ketersediaan
hayati obat

3. Penahanan dalam struktur permukaan kulit dan


penyerapan perkutan.

 Penahanan/penumpukan senyawa, terutama pd


lapisan tanduk (stratum corneum).
 Disebabkan karena dlm struktur kulit terdapat suatu
daerah depo (lapisan tanduk epidermis, dermis dan
hipodermis), dan dari tempat itu zat aktif kmd
dilepaskan perlahan.
 Contoh 1: aksi penyempitan pembuluh darah
oleh “efek depo” plester mgd senyawa
fluosinolon asetonide (kortikosteroid), tjd
pd lapisan tanduk (stratum corneum).
 efek depo/penahanan yg lama  hambatan
aktivitas mitosis sel epidermis basal
(peremajaan sel epidermis).
 Cth obat lain: hidrokortison, heksaklorofen,
griseofulvin, asam fusidat, dan natrium
fusidat, serta betametason.
 Contoh 2: Surfaktan anionik dan kationik
sediaan kosmetika, tertahan di lapisan tanduk
(Stratum Corneum).
 Adanya muatan ion mendorong terjadinya
pembentukan ikatan ionik dengan protein
keratin, akibatnya :
1. Surfaktan dgn konsentrasi tinggi merusak
struktur lapisan tanduk  peningkatan
kehilangan air dan aksi iritasi.
2. Surfaktan dgn konsentrasi rendah ikatan dgn
lipida memudahkan absorbsinya pd lapisan
tanduk  meningkatkan aksi pelembutan kulit.
 Contoh 3: sejumlah bahan toksik, pestisida
fosfat-organik ditahan di lapisan tanduk
(stratum corneum) dlm waktu cukup lama
(karakter larut lemak).
- Dactal 112 hari  hambatan mitosis sel.
- Paration 60 hari, Malation 9 hari,
tertimbun di bagian lipida yg terdapat dlm
saluran folikel rambut & dlm kelenjar
sebasea  menyebar perlahan ke dlm
lapisan malfigi dan dermik  memasuki
peredaran darah (efek sistemik).
 Contoh 4: Efek depo daerah Dermis & Hipodermis:
- Pcymen tertimbun pada lemak Hipodermis.
- Testosteron dan bensil alkohol tertahan dalam
Dermis.
- Oestradiol, tiroksin, dan triiodotironin dan aesin
tertahan dalam hipodermis.
 Menyebabkan :

1. Terjadinya aksi terapetik setempat tanpa difusi sistemik.


2. penahanan senyawa dalam jaringan dibawah kulit hanya
terjadi pd bahan2 yg diserap secara berkesinambungan
 efek sistemik.
3. senyawa terikat secara metabolit sesudah penyerapan
sistemik (griseofulvin, asam amino, belerang) dan
tergabung dlm struktur kulit yg hidup dan terkeratinisasi.
II. PENERAPAN TEORI DIFUSI PADA ABSORBSI PERKUTAN

Sebagian besar molekul kimia obat diserap melalui kulit


secara DIFUSI PASIF.

Parameternya:
 Waktu laten, mencerminkan penundaan penembusan
senyawa ke dalam lapisan tanduk dan pencapaian
gradien difusi.
 Keseimbangan dicapai, bila jumlah senyawa obat yg
meninggalkan membran permukaan dermis adalah
sama dgn jumlah senyawa yg menembus epidermis.
 Waktu laten beragam antara satu senyawa dan
lainnya.
 Contoh: beberapa menit untuk Etanol, dan beberapa
hari untuk kortikosteroid.
 Tetapan permeabilitas, mencerminkan
kemampuan menembus suatu senyawa
melintasi suatu membran tertentu.
 Semakin tinggi nilai tetapan tersebut maka
kemampuan menembus membran makin tinggi.
 Tetapan permeabilitas suatu senyawa yg
berdifusi ke dlm semua lapisan kulit, secara
berurutan : lapisan tanduk (stratum corneum),
epidermis malfigi dan dermis.
 Tahanan Difusi senyawa obat melintasi lapisan
tanduk (stratum corneum) adalah sangat tinggi dan
merupakan faktor penentu pd penyerapan perkutan
(penyerapan lambat). Sebaliknya, tahanan difusi
lapisan epidermis malfigi dan dermis dapat
diabaikan.
 Contoh:
 Tahanan difusi air 1000 kali lebih tinggi pd lapisan
tanduk daripada lapisan epidermis dan dermis.
 Tahanan difusi molekul yg sangat lipofil (oktanol,
dekanol atau perhidroskualen) sangat tinggi pada
lapisan epidermis malfigi (penyerapan lambat).
 Penerapan studi permeabilitas kulit (hukum
Fick) hanya dpt dilaksanakan pd beberapa
keadaan sbb:
1. Debit aliran darah tetap.
2. Integritas kulit memenuhi syarat.
3. Konsentrasi senyawa yg di oleskan pd kulit
adalah kecil dan tetap selama percobaan.
4. Sel reseptor pd dermis telah diremajakan
shg tidak jenuh.
III. FAKTOR FISIOLOGIK YANG MEMPENGARUHI
ABSORBSI PERKUTAN

1
• Keadaan dan Umur Kulit

2
• Aliran Darah

3
• Tempat pengolesan

4
• Kelembaban dan Suhu
1. KEADAAN DAN UMUR KULIT
 KEADAAN KULIT
 Kulit utuh merupakan suatu sawar difusi yg
efektif.
 Efektivitasnya dapat berkurang bila terjadi
perubahan dan kerusakan sel-sel tanduk.
 Misalnya : keadaan dermatosis dgn eksim,
psoriasis, dermatosis seborheik 
meningkatkan permeabilitas kulit.
 Contoh :
 Kadar Hidrokortison yg melintasi kulit
berkurang bila lapisan tanduk berjamur, dan
lainnya meningkat pd kulit dengan
eritematosis, kulit terbakar atau luka.
 Stratum corneum yg rusak akibat pengikisan
oleh plester  meningkatkan kecepatan difusi
air, hidrokortison.

 UMUR KULIT
 Difusi pd kulit anak-anak lebih permeabel
dibandingkan kulit orang dewasa.
2. ALIRAN DARAH
 Perubahan debit darah ke kulit dapat mengubah
kecepatan penembusan molekul obat.
 Contoh :
 Bila kulit luka atau bila zat aktif digunakan secara
Ionoforesis, jumlah yg menembus jauh lebih byk.
 Penyempitan pembuluh darah kulit akibat
pemakaian setempat kortikosteroid  mengurangi
kapasitas aliran darah, mendorong efek depo pd
lapisan kulit  menurunkan penyerapan
kortikosteroid tsb.
 Penyerapan perkutan testosteron berkurang bila
digunakan setelah pengolesan 6-metil prednisolon
(kortikosteroid).
3. TEMPAT PENGOLESAN

 Misalnya : Kulit dada, punggung, tangan atau


lengan, kulit perut, jumlah molekul yg diserap
berbeda untuk satu obat yg sama.
 Perbedaan ketebalan kulit terutama lapisan tanduk
(stratum corneum).
 9µm untuk kulit kantung zakar, 600µm untuk kulit
telapak tangan dan kaki.
 Perbedaan ketebalan menyebabkan :
 peningkatan waktu laten yg diperlukan
untuk mencapai keseimbangan konsentrasi
pd lapisan tanduk.
 pengurangan aliran darah.
 Permeabilitas kulit meningkat secara
berurutan: kulit telapak tangan dan kaki < di
atas kulit lengan < kulit perut < kulit rambut
< kulit kantung zakar.
4. KELEMBABAN DAN SUHU
 KELEMBABAN
 Kandungan air dlm lapisan tanduk rendah 5-
15%, dapat ditingkatkan sampai 50% dgn
pengolesan suatu bhn pembawa yg dpt
menyumbat : vaselin, minyak atau plester
impermeabel.
 Stratum corneum yg lembab mempunyai
afinitas yg sama thd senyawa-senyawa yg
larut dlm air atau dlm lipida 
meningkatkan penyerapan perkutan.
 Disebabkan karena helai benang keratin sel
lapisan tanduk yg dpt mengembang dlm air
dan dlm media lipida amorf yg meresap di
sekitarnya.
 Kelembaban dapat mengembangkan lapisan
tanduk dengan pengurangan bobot
jenisnya/tahan difusi.
 Contoh :
 Penggunaan plester impermeabel 
peningkatan luas permukaan kulit sebesar
17%, juga peningkatan suhu setempat dan
kelembaban relatif  meningkatkan
retensi kulit dan penyerapan perkutan.
 SUHU
 Secara in vivo, suhu kulit tidak berpengaruh
pd penyerapan.
 Secara in vitro, pengaruh suhu dpt diatur
untuk meningkatkan penyerapan.
 Contoh : alkohol alifatik pd suhu 0 – 50°C
 laju penyerapan meningkat.
 Suhu > 66º C atau setelah inkubasi dgn
larutan berair pd pH < 3 atau > 9  kulit
impermeabel, perubahan struktur stratum
corneum yg irreversibel.
CONTOH OBAT YG EFEKTIF
DIBERIKAN SECARA TRANSDERMAL
 Nitrogliserin untuk profilaksis angina
pectoris;
 Steroid seperti Oestradiol;
 Klonidin untuk hipertensi;
 Analgesik seperti Piroksikam, metilsalisilat,
Niflumic Acid;
 Skopolamin transdermal dpt ditempelkan pd
kulit di belakang telinga untuk mencegah
mual pada mabuk kendaraan, dll.
TINJAUAN
TEKNOLOGI-
FORMULASI
SEDIAAN
OPTIMASI KETERSEDIAAN
HAYATI SEDIAAN PERKUTAN
Kemampuan penembusan dan penyerapan obat
perkutan tergantung pada :
1. SIFAT-SIFAT FISIKO-KIMIA
2. PEMILIHAN BAHAN PEMBAWA
1. SIFAT-SIFAT FISIKO-KIMIA
Faktor-faktor fisiko-kimia:
1) Tetapan Difusi
2) Konsentrasi zat aktif
3) Koefisien partisi
1). TETAPAN DIFUSI
Tetapan difusi suatu membran berkaitan dgn
tahanan yg menunjukkan keadaan
perpindahan.

 Faktor-faktor yg berpengaruh:
 bobot molekul senyawa
 interaksi kimia dengan konstituen membran
 kekentalan media dan
 suhu.
 Senyawa dgn BM rendah berdifusi lebih cepat
dibanding senyawa dgn BM tinggi
(membentuk ikatan kimia dgn konstituen
membran)  jumlah yg diserap lebih banyak.
Contoh :
 Trimetilfosfat BM 140, diserap 3x >>>
triisopropilfosfat BM 224.
 Sebaliknya, Tetapan Difusi alkohol alifatik
Pentanol lebih tinggi dibandingkan Etanol
(koefisien partisi thd lipida meningkat seiring
dgn peningkatan BM)  menurunkan
penyerapan zat aktif.
 Tetapan Difusi tinggi bila polaritas molekul meningkat
(Oestron dan Oestradiol)  jumlah z.a yg diserap
lebih sedikit.
 Gugus polar mendorong pembentukan ikatan
berenergi cukup besar antara molekul dgn komponen
membran (ikatan kovalen, elektrostatik, ionik,
hidrogen, van der waals).
contoh :
 molekul asam stearat, ikatan bersifat irreversibel
 proses penyerapan dihambat, senyawa
bergerak ke permukaan kulit (pengelupasan).
 molekul dodesil sulfat, steroid anti radang dan
organofosfat, ikatan bersifat reversibel, molekul
dibebaskan secara perlahan menuju lapisan yg
lebih dalam.
2). KONSENTRASI ZAT AKTIF
 Mengikuti hukum Fick; Jumlah yg diserap setiap satuan
luas permukaan dan satuan waktu adalah sebanding
dengan konsentrasi senyawa dlm media pembawa.
 Contoh :
 Larutan encer butanol dlm air, dan sejumlah obat
Steroida (flukloronida, betametason, kortison,
hidrokortison, atau asam salisilat dan asam benzoat)
jumlah yg diserap meningkat linier sbg fungsi dari
konsentrasi.
 Penyerapan butanol ke dlm lapisan tanduk akan
menyebabkan pembengkakan sel tanduk 
mengurangi tahanan difusi  penyerapan meningkat.
 zat aktif dgn konsentrasi tinggi dpt merubah
struktur membran kulit (misal; pengendapan
protein kulit) kemungkinan tjd perubahan
koefisien partisi antara pembawa dan sawar
kulit  penyerapan menurun ≠ Hukum Fick
3). KOEFISIEN PARTISI
 Koefisien partisi ditentukan dgn menggunakan
campuran dua fase, yaitu air dan pelarut organik
yg tdk campur dgn air (lipofil: minyak tanaman,
kloroform, oktanol, benzena, eter, isopropil
miristat yg mencerminkan cairan membran
biologik lipofil).
 Koefisien partisi yg mendekati satu (1)
menunjukkan bahwa molekul bergerak dlm jumlah
yg sama menuju pembawa dan lapisan tanduk.
 Senyawa yg mempunyai afinitas sangat tinggi
terhadap pembawanya (koefisien partisi > 1) tidak
dapat berdifusi dlm lapisan tanduk.
 Contoh :
 Fosfat organik yg mempunyai koefisien partisi dlm
benzena-air mendekati satu, artinya mempunyai
afinitas yg sama untuk kedua pelarut  dapat
segera diserap.
 Sebaliknya, senyawa yg kelarutannya dlm air dalam
pelarut benzena, koefisien partisinya cukup besar
(> 1)  penembusan/penyerapan sangat lambat.
Contoh : pada larutan dalam air atau campuran air
dalam pelarut hidrofil (misalnya larutan senyawa
asam nikotinat dan ester2nya, asam salisilat dan
ester2nya, asam borat dan garam2nya, asam lemak
dan kortikosteroida).
2. PEMILIHAN BAHAN PEMBAWA
 Tujuan :
 Dapat mengubah struktur sawar kulit dan
meningkatkan penyerapan senyawa aktif.
 Mempermudah difusi bahan aktif ke dlm
struktur kulit.
1) Kelarutan dan Keadaan Termodinamika

Kelarutan

Etanol yg larut dlm air mpy tetapan


permeabilitas yg lbh tinggi bila dicampur dgn
pembawa berminyak, dan mpy afinitas yg lebih
rendah dibandingkan bila berada dlm pembawa
berair.
Sebaliknya, Tetapan permeabilitas pentanol yg
larut dlm lemak lebih tinggi bila dicampur dlm
pembawa berair daripada dlm pembawa
berminyak.
Afinitassuatu molekul thd pembawanya akan
lebih kecil bila konsentrasi
pembawa/pelarutnya lebih tinggi.
contoh :
 Jumlah steroida yg dilepaskan akan
maksimal jika jumlah propilen glikol yg
digunakan untuk melarutkan steroida tsb
berjumlah minimal.
 Pelepasan yg lebih banyak ke dalam
isopropil miristat dari senyawa fluosinolon
asetonida dlm campuran propilen glikol-air
yg dipekatkan dgn Carbopol-
934/isopropanolamin.
 sebaliknya pelepasan yg lebih sedikit
diperoleh pd propilen glikol konsentrasi
tinggi.
Keadaan Termodinamika

 Koefisien partisi zat aktif antara pembawa dengan


lapisan tanduk dapat dinyatakan sbg fungsi
koefisien aktivitas termodinamika.

 Diharapkan senyawa yg dioleskan pd kulit


mempunyai aktivitas termodinamika yg besar agar
jumlah yg diserap dapat maksimal.

 Molekul obat yg berbentuk kompleks yg larut


dalam pembawa  aktivitas termodinamika
sangat rendah  jumlah yg diserap sangat kecil
(misal; kompleks asam salisilat dan propilen
glikol).
2) Surfaktan dan Emulsi

Surfaktan

 Penembusan ke dlm struktur lapisan tanduk


beberapa senyawa antibakteri dapat
ditingkatkan dgn penambahan surfaktan
anionik.
 Contoh : Pemakaian sabun yg mengandung
heksaklorofen (antibakteri topikal) dpt
meningkatkan retensi epidermis bakterisida tsb.
 Retensi berkurang bila digunakan sabun padat
tanpa deterjen  iritasi yg diikuti kerusakan
sawar kulit.
 Penyerapan logam akan meningkat oleh
adanya bahan anionik dan dapat merusak
protein epidermis.
 Surfaktan kationik dan non-ionik praktis
tidak diserap pd lapisan tanduk,
 Surfaktan anionik spt Natrium lauril sulfat
dpt melintasi sawar kulit dlm jumlah kecil;
alkil-bensena sulfonat terikat dlm lapisan
tanduk tanpa diikuti penembusan ke
lapisan kulit yg lebih dalam.
Emulsi

 Keterserapan senyawa obat berkaitan dengan:


 Pengaruh basis emulsi, terutama sistem emulsi
minyak/air (o/w) atau air/minyak (w/o).
 Koefisien partisi zat aktif antara emulsi dan
lapisan tanduk.
 Contoh :
 Penyerapan fluosinolon bermakna bila
digunakan salep dgn dasar vaseline.
Penyerapannya berkurang berurutan bila
digunakan dgn dasar emulsi > krim > propilen
glikol.
 Penyerapan Steroida betametason valerat tidak
menunjukkan perbedaan yg bermakna pd
berbagai basis krim, vaselin maupun propilen
glikol.
3) Bahan Peningkat Penembusan Zat Aktif

 Pelarut aprotik :
 Dimetil-sulfoksida (DMSO)
 Dimetilasetamida (DMA)
 Dimetilformamida (DMF)
 DMSO, mempercepat penembusan air, eserin,
fluosinolon asetonida, griseofulvin, hidrokortison.
 DMSO memudahkan penimbunan steroid di dlm
lapisan tanduk, selain itu memberikan efek seperti
heksaklorofen (bakterisida).
 DMA kurang beracun dan kurang iritan.
4) Ionoforesis

 Penyerapan perkutan dapat ditingkatkan dgn


ionoforesis.
 Ionoforesis  pengaliran listrik terus menerus melintasi
kulit yg diolesi. Elektroda aktif diletakkan pd daerah
pengolesan.
 Anoda untuk molekul bermuatan positif dan katoda
untuk molekul yg bermuatan negatif.
 Aliran lemah antara 0,5-1 mA/cm2 agar tidak tjd
kerusakan kulit.
 Penyerapan ion-ion dapat ditingkatkan (kalsium, fosfat,
natrium, fluor), obat-obatan (pilokarpin dan tiroksin).
 30 menit, konsentrasi senyawa dlm jaringan dan dlm
darah 14 kali lebih tinggi.
EVALUASI KETERSEDIAAN
HAYATI OBAT PERKUTAN
1. Studi difusi In Vitro
 Metode difusi sederhana dalam air atau dlm
gel.
 Metode dialisis melalui membran kolodion
atau selofan.

2. Studi Penyerapan
 Studi penyerapan perkutan in vitro
 Studi penyerapan perkutan in vivo (kuantitatif
& kualitatif).
 Studi penempatan bahan obat dalam struktur
kulit.
KESIMPULAN
1. Sawar kulit terutama dibentuk oleh stratum corneum,
yang mampu menghambat penembusan senyawa
kimia.
2. Kulit bersifat sangat permeabel dan dapat
melewatkan senyawa2 yg penyerapannya tjd secara
difusi pasif.
3. Molekul yg diserap dengan baik adalah molekul
dengan BM rendah dan molekul yg larut dlm lemak
dan sedikit larut dalam air.
4. Derajat penembusan dapat diubah dengan
menggunakan bahan pembawa yg sesuai, dgn
komposisi yg dpt mendorong pelepasan z.a
sedemikian sehingga dpt mencapai jaringan tempat ia
menunjukkan aksi terapetiknya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai