SEDIAAN TOPIKAL
(PERKUTAN/
TRANSDERMAL)
Dosen :
Dewi Oktavia Gunawan, M.Farm.,Apt
TINJAUAN
PATOFISIOLOGIK
FUNGSI ORGAN KULIT
1. Lokalisasi sawar
Kulit mengandung sejumlah bentukan bertumpuk
dan spesifik yg dpt mencegah masuknya bahan-
bahan kimia, disebabkan adanya:
1) Lapisan tipis Lipida pd permukaan kulit.
2) Lapisan tanduk
3) Lapisan epidermis malfigi
Peniadaan lapisan lipida pd permukaan kulit
oleh eter, alkohol atau sabun-sabun tertentu tdk
mengubah permeabilitas kulit.
Peniadaan lapisan tanduk (stratum corneum)
dgn bantuan plester akan membersihkan lapisan
malfigi meningkatkan permeabilitas kulit thd
air, etanol dan kortikosteroid.
Lapisan malfigi menghalangi penembusan
senyawa tertentu. Misal senyawa lipofil :
perhidroskualen, atau hidrofil : Natrium dodesil
sulfat (tidak/sangat sedikit diserap).
Faktor-faktor yg dapat
mengubah ketersediaan
hayati obat
2. Jalur Penembusan
Parameternya:
Waktu laten, mencerminkan penundaan penembusan
senyawa ke dalam lapisan tanduk dan pencapaian
gradien difusi.
Keseimbangan dicapai, bila jumlah senyawa obat yg
meninggalkan membran permukaan dermis adalah
sama dgn jumlah senyawa yg menembus epidermis.
Waktu laten beragam antara satu senyawa dan
lainnya.
Contoh: beberapa menit untuk Etanol, dan beberapa
hari untuk kortikosteroid.
Tetapan permeabilitas, mencerminkan
kemampuan menembus suatu senyawa
melintasi suatu membran tertentu.
Semakin tinggi nilai tetapan tersebut maka
kemampuan menembus membran makin tinggi.
Tetapan permeabilitas suatu senyawa yg
berdifusi ke dlm semua lapisan kulit, secara
berurutan : lapisan tanduk (stratum corneum),
epidermis malfigi dan dermis.
Tahanan Difusi senyawa obat melintasi lapisan
tanduk (stratum corneum) adalah sangat tinggi dan
merupakan faktor penentu pd penyerapan perkutan
(penyerapan lambat). Sebaliknya, tahanan difusi
lapisan epidermis malfigi dan dermis dapat
diabaikan.
Contoh:
Tahanan difusi air 1000 kali lebih tinggi pd lapisan
tanduk daripada lapisan epidermis dan dermis.
Tahanan difusi molekul yg sangat lipofil (oktanol,
dekanol atau perhidroskualen) sangat tinggi pada
lapisan epidermis malfigi (penyerapan lambat).
Penerapan studi permeabilitas kulit (hukum
Fick) hanya dpt dilaksanakan pd beberapa
keadaan sbb:
1. Debit aliran darah tetap.
2. Integritas kulit memenuhi syarat.
3. Konsentrasi senyawa yg di oleskan pd kulit
adalah kecil dan tetap selama percobaan.
4. Sel reseptor pd dermis telah diremajakan
shg tidak jenuh.
III. FAKTOR FISIOLOGIK YANG MEMPENGARUHI
ABSORBSI PERKUTAN
1
• Keadaan dan Umur Kulit
2
• Aliran Darah
3
• Tempat pengolesan
4
• Kelembaban dan Suhu
1. KEADAAN DAN UMUR KULIT
KEADAAN KULIT
Kulit utuh merupakan suatu sawar difusi yg
efektif.
Efektivitasnya dapat berkurang bila terjadi
perubahan dan kerusakan sel-sel tanduk.
Misalnya : keadaan dermatosis dgn eksim,
psoriasis, dermatosis seborheik
meningkatkan permeabilitas kulit.
Contoh :
Kadar Hidrokortison yg melintasi kulit
berkurang bila lapisan tanduk berjamur, dan
lainnya meningkat pd kulit dengan
eritematosis, kulit terbakar atau luka.
Stratum corneum yg rusak akibat pengikisan
oleh plester meningkatkan kecepatan difusi
air, hidrokortison.
UMUR KULIT
Difusi pd kulit anak-anak lebih permeabel
dibandingkan kulit orang dewasa.
2. ALIRAN DARAH
Perubahan debit darah ke kulit dapat mengubah
kecepatan penembusan molekul obat.
Contoh :
Bila kulit luka atau bila zat aktif digunakan secara
Ionoforesis, jumlah yg menembus jauh lebih byk.
Penyempitan pembuluh darah kulit akibat
pemakaian setempat kortikosteroid mengurangi
kapasitas aliran darah, mendorong efek depo pd
lapisan kulit menurunkan penyerapan
kortikosteroid tsb.
Penyerapan perkutan testosteron berkurang bila
digunakan setelah pengolesan 6-metil prednisolon
(kortikosteroid).
3. TEMPAT PENGOLESAN
Faktor-faktor yg berpengaruh:
bobot molekul senyawa
interaksi kimia dengan konstituen membran
kekentalan media dan
suhu.
Senyawa dgn BM rendah berdifusi lebih cepat
dibanding senyawa dgn BM tinggi
(membentuk ikatan kimia dgn konstituen
membran) jumlah yg diserap lebih banyak.
Contoh :
Trimetilfosfat BM 140, diserap 3x >>>
triisopropilfosfat BM 224.
Sebaliknya, Tetapan Difusi alkohol alifatik
Pentanol lebih tinggi dibandingkan Etanol
(koefisien partisi thd lipida meningkat seiring
dgn peningkatan BM) menurunkan
penyerapan zat aktif.
Tetapan Difusi tinggi bila polaritas molekul meningkat
(Oestron dan Oestradiol) jumlah z.a yg diserap
lebih sedikit.
Gugus polar mendorong pembentukan ikatan
berenergi cukup besar antara molekul dgn komponen
membran (ikatan kovalen, elektrostatik, ionik,
hidrogen, van der waals).
contoh :
molekul asam stearat, ikatan bersifat irreversibel
proses penyerapan dihambat, senyawa
bergerak ke permukaan kulit (pengelupasan).
molekul dodesil sulfat, steroid anti radang dan
organofosfat, ikatan bersifat reversibel, molekul
dibebaskan secara perlahan menuju lapisan yg
lebih dalam.
2). KONSENTRASI ZAT AKTIF
Mengikuti hukum Fick; Jumlah yg diserap setiap satuan
luas permukaan dan satuan waktu adalah sebanding
dengan konsentrasi senyawa dlm media pembawa.
Contoh :
Larutan encer butanol dlm air, dan sejumlah obat
Steroida (flukloronida, betametason, kortison,
hidrokortison, atau asam salisilat dan asam benzoat)
jumlah yg diserap meningkat linier sbg fungsi dari
konsentrasi.
Penyerapan butanol ke dlm lapisan tanduk akan
menyebabkan pembengkakan sel tanduk
mengurangi tahanan difusi penyerapan meningkat.
zat aktif dgn konsentrasi tinggi dpt merubah
struktur membran kulit (misal; pengendapan
protein kulit) kemungkinan tjd perubahan
koefisien partisi antara pembawa dan sawar
kulit penyerapan menurun ≠ Hukum Fick
3). KOEFISIEN PARTISI
Koefisien partisi ditentukan dgn menggunakan
campuran dua fase, yaitu air dan pelarut organik
yg tdk campur dgn air (lipofil: minyak tanaman,
kloroform, oktanol, benzena, eter, isopropil
miristat yg mencerminkan cairan membran
biologik lipofil).
Koefisien partisi yg mendekati satu (1)
menunjukkan bahwa molekul bergerak dlm jumlah
yg sama menuju pembawa dan lapisan tanduk.
Senyawa yg mempunyai afinitas sangat tinggi
terhadap pembawanya (koefisien partisi > 1) tidak
dapat berdifusi dlm lapisan tanduk.
Contoh :
Fosfat organik yg mempunyai koefisien partisi dlm
benzena-air mendekati satu, artinya mempunyai
afinitas yg sama untuk kedua pelarut dapat
segera diserap.
Sebaliknya, senyawa yg kelarutannya dlm air dalam
pelarut benzena, koefisien partisinya cukup besar
(> 1) penembusan/penyerapan sangat lambat.
Contoh : pada larutan dalam air atau campuran air
dalam pelarut hidrofil (misalnya larutan senyawa
asam nikotinat dan ester2nya, asam salisilat dan
ester2nya, asam borat dan garam2nya, asam lemak
dan kortikosteroida).
2. PEMILIHAN BAHAN PEMBAWA
Tujuan :
Dapat mengubah struktur sawar kulit dan
meningkatkan penyerapan senyawa aktif.
Mempermudah difusi bahan aktif ke dlm
struktur kulit.
1) Kelarutan dan Keadaan Termodinamika
Kelarutan
Surfaktan
Pelarut aprotik :
Dimetil-sulfoksida (DMSO)
Dimetilasetamida (DMA)
Dimetilformamida (DMF)
DMSO, mempercepat penembusan air, eserin,
fluosinolon asetonida, griseofulvin, hidrokortison.
DMSO memudahkan penimbunan steroid di dlm
lapisan tanduk, selain itu memberikan efek seperti
heksaklorofen (bakterisida).
DMA kurang beracun dan kurang iritan.
4) Ionoforesis
2. Studi Penyerapan
Studi penyerapan perkutan in vitro
Studi penyerapan perkutan in vivo (kuantitatif
& kualitatif).
Studi penempatan bahan obat dalam struktur
kulit.
KESIMPULAN
1. Sawar kulit terutama dibentuk oleh stratum corneum,
yang mampu menghambat penembusan senyawa
kimia.
2. Kulit bersifat sangat permeabel dan dapat
melewatkan senyawa2 yg penyerapannya tjd secara
difusi pasif.
3. Molekul yg diserap dengan baik adalah molekul
dengan BM rendah dan molekul yg larut dlm lemak
dan sedikit larut dalam air.
4. Derajat penembusan dapat diubah dengan
menggunakan bahan pembawa yg sesuai, dgn
komposisi yg dpt mendorong pelepasan z.a
sedemikian sehingga dpt mencapai jaringan tempat ia
menunjukkan aksi terapetiknya.
Terima Kasih