Disusun oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berisi tentang
rancangan formula Ibuprofen tablet salut selaput. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Rancangan Formula, Analisis Farmasi dan
Uji Mutu pada Program Studi Profesi Apoteker, Universitas Jenderal Achmad
Yani.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Maksud Dan Tujuan .................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
2.1 Pengertian Tablet ...................................................................................... 4
2.2 Jenis – Jenis Tablet ................................................................................... 4
2.3 Metode Pembuatan Tablet ........................................................................ 6
2.4 Komposisi Tablet ..................................... Error! Bookmark not defined.
2.5 Kerusakan – Kerusakan Tablet .............. Error! Bookmark not defined.9
2.6 Evaluasi .................................................. Error! Bookmark not defined.9
2.7 Rancangan Formula ................................................................................ 26
2.8 Uraian Bahan ......................................... Error! Bookmark not defined.6
2.9 Informasi Obat ........................................................................................ 34
BAB III METODOLOGI KERJA .................................................................... 36
3.1 Alat dan Bahan ........................................................................................ 36
3.2 Perhitungan Bahan .................................................................................. 37
3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................ 38
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 40
4.1 Alasan Formulasi .................................................................................... 40
4.2 Alasan Penambahan Zat Aktif ................................................................ 40
4.1 Alasan Penambahan Eksipien ................................................................. 40
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 41
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 41
5.2 Saran ....................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna maupun tidak. (Anief, M.
1996).
Kebanyakan polimer yang banyak digunakan untuk penyalutan film
adalah turunan dari solulosa yang memiliki berat molekul tinggi. Penggunaan
HPMC sebagai polimer sejak tahun 1962 sudah banyak dikenal, karena
mampu memperbaiki penampilan tablet, melindungi tablet agar tidak mudah
pecah dan dapat menutupi rasa obat yang tidak enak. HPMC dapat larut
dalam pelarut organik dan ladalam pelarut organik dan larut dalam air (Obara
dan Kokubo, 2008).
Bentuk sediaan tablet salut selaput adalah salah satu bentuk obat padat
berupa tablet kompresi yang disalut dengan lapisan tidak larut air. Ibuprofen
dibuat menjadi tablet salut selaput karena mempunyai tujuan sebagai berikut:
melindungi ibuprofen dati lingkungan sekelilingnya (terutama udara,
kelembapan, dan cahaya) , menutupi cita rasa dan aroma ibuprofen yang
tidak menyenangkan, mengendalikan pelepasan obat dalam saluran cerna
agar dapat diserap dengan maksimal, dan meningkatkan mutu penampilan
tablet dengan penggunaan warna khusus dan mengkontraskan pencetakan
logo.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
(b) Pengikat atau perekat, yang membantu pelekatan partikel dalam
formulasi.
(c) Penghancur, membantu menghancurkan tablet setelah pemberian
sampai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil.
(d) Antirekat pelincir atau zat pelincir, yaitu zat yang meningkatkan
aliran bahan memasuki cetakan tablet.
(e) Bahan tambahan lain, seperti zat warna dan zat pemberi rasa.
2) Tablet Kompresi Ganda
Yaitu tablet kompresi berlapis, dalam pembuatannya memerlukan lebih
dari satu kali tekanan. Hasilnya menjadi tablet dengan beberapa lapisan
atau tablet didalam tablet.
3) Tablet Salut Gula
Tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna dan
mungkin juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu
ditelan. Gunanya melindungi obat dari udara dan kelembaban atau
untuk menghindari gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa dan bau
dari bahan obat. Kerugian dari lapisan gula ini adalah pengolahannya
membutuhkan waktu dan keahlian serta menambah berat serta ukuran
tablet.
4) Tablet Salut Selaput
Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut
atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi
tablet. Kelebihannya ialah lebih tahan lama, bahan yang digunakan
lebih sedikit, dan waktu yang lebih sedikit untuk penggunaannya.
5) Tablet Salut Enterik
Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang
tidak melarut dan tidak hancur di lambung tetapi di usus. Gunanya
menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
6) Tablet Sublingual Atau Bukal
Yaitu tablet yang disisipkan di pipi dan di bawah lidah biasanya
berbentuk datar, agar di absorbsi melalui mukosa secara oral. Cara ini
4
berguna untuk penyerapan obat yang dirusak oleh cairan lambung atau
sedikit sekali diabsorbsi oleh saluran pencernaan.
7) Tablet Kunyah
Tablet dikunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan
melarut dalam mulut, menghasilkan dasar seperti krim dari mannitol
yang berasa dan berwarna khusus.
8) Tablet Effervescent
Yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang
mengandung garam effervescent atau bahan lain yang mampu
melepaskan gas ketika bercampur dengan air.
9) Tablet Triturat
Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder, dibuat dengan cetakan
atau dibuat dengan kompresi dan biasanya mengandung sejumlah kecil
obat keras. Tablet triturat harus mudah larut seluruhnya dalam air.
10) Tablet Hipodermik Yaitu tablet yang dimasukkan di bawah kulit untuk
digunakan oleh dokter dalam membuat larutan parenteral secara
mendadak.
11) Tablet Pembagi
Yaitu tablet untuk membuat resep lebih tepat, guna untuk
pencampuran, dan tidak pernah diberikan kepada pasien sebagai tablet
itu sendiri. Tablet ini relatif mengandung sejumlah besar bahan obat
keras.
12) Tablet Dengan Penglepasan Terkendali
Yaitu tablet dan kapsul yang penglepasan obatnya secara terkendali.
Berdasarkan sifat fisika dan kimia obat, tablet dibuat dengan dua metode
yaitu:
1. Metode Granulasi
a. Pengertian Granul dan Granulasi
5
Granul adalah granulasi obat terdiri dari pertikel yang tidak
beraturan, range ukuran 4-10 mesh. granul diukur dengan sendok tea,
dibutuhkan ketelitian dalam mengukurnya. granul jarang digunakan
untuk obat keras.
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan
mekanisme pengikatan tertentu.
Granulasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan
aliran serbuk dengan jalan membentuk menjadi bulatan-bulatan atau
agregat-agregat dalam bentuk beraturan yang disebut granul.
1) Granulasi Basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan
cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga didapat masa
lembab yang dapat digranulasi.
Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap
lembab dan panas.
a) Keuntungan Granulasi Basah
- Dapat menghasilkan aliran yang baik
- Meningkatkan kompresibilitas dan distribusi
- Keseragaman kandungan dapat mencegah pemisahan
komponen yang dapat mencampur secara homogen.
b) Kerugian Granulasi Basah
- Tidak bisa digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan lembab
- Banyak tahap
- Biaya lebih mahal dari cetak langsung dari segi waktu dan
persyaratan peralatan.
c) Langkah Kerja Granulasi Basah
- Penyiapan bahan obat dan zat tambahan
- Pencampuran zat aktif dan bahan tambahan
- Penyediaan larutan pengikat
- Pencampuran larutan pengikat pada pencampuran serbuk
massa lembab/basah
6
- Pengayakan granul basah (Pengayakan kasar)
- Pengeringan
- Pengayakan granul kering
- Pencampuran granul kering dengan bahan pelicin
- Pengempaan tablet (Chaerunisa. Dkk., 2009;83).
2) Granulasi kering
Granulasi kering juga dinyatakan sebagai briketasi atau
kompaktasi. Cara ini membutuhkan lebih sedikit waktu dan
karenanya lebih ekonomis dari pada granulasi basah. Cara ini
sangat tepat untuk tabletasi zat-zat peka suhu atau bahan obat yang
tidak stabil dengan adanya air (Voigt, 1995).
Dalam granulasi kering dasarnya adalah menjadikan
partikel serbuk menjadi agregat dengan tekanan tinggi. Ada dua
metode dalam granulasi kering yaitu slugging dan roller
compaction. Slugging adalah proses kompresi campuran serbuk
menjadi tablet besar menggunakan tekanan tinggi 4-6 ton. Metode
granulasi kering yang lebih efektif adalah roller compaction yaitu
proses dimana serbuk dialirkan diantara dua penggiling sehingga
terbentuk lembaran-lembaran bahan ( Summers, 2001).
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk tanpa
pelembapan atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran
serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan masa yang jumlahnya
besar dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan
menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil.
Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus
memiliki sifat kohesi supaya masa yang jumlahnya besar dapat
dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak
dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya
terhadap uap air atau karena untuk meringkasnya diperlukan
temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989).
7
Granulasi kering digunakan untuk zat aktif yang memiliki
dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat
aktif yang tahan terhadap pemanasan dan lembab.
a) Keuntungan granulasi kering
- Tahapannya membutuhkan peralatan yang sedikit
- Cocok untuk zat aktif yang tahan terhadap panas dan lembab
- Mengurangi pemisahan komponen formulasi selama
penyimpanan dan pengolahan.
b) Kerugian granulasi kering
- Perlu alat yang dinamakan Slug yang ditujukan untuk
membuat tablet besar dan kasar pada tahap awal
- Tablet yang dihasilkan kurang tahan lama
- Dalam metode pengolahannya memerlukan cara yang khusus.
c) Langkah kerja granulasi kering
- Penggerusan bahan obat dan bahan tambahan
- Pencampuran serbuk yang digerus
- Pengempaan massa tablet besar dan keras yang disebut slug
- Pengayakan slug
- Pencampuran dengan lubrikan dan penghancur
- Pencetakan (Chaerunisa. Dkk., 2009; 83-84)
2. Metode kempa langsung
Kempa langsung adalah pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal
terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah,
praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada
kondisi zat aktif yang kecil dosisnya serta zat aktif tersebut tidak tahan
terhadap panas dan lembab.
Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang
mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah
untuk langsung dikempa.
a) Keuntungan metode kempa langsung
- Ekonomis dan murah
8
- Tidak memerlukan waktu yang lama
- Tahapan prosesnya sedikit
b) Kerugian metode kempa langsung
- Zat aktif dengan dosis besar tidak mudah untuk dikempa langsung,
hanya untuk dosis yang kecil
- Dalam beberapa keadaan, pengisi dapat berinteraksi dengan obat.
c) Langkah kerja kempa langsung
- Penggerusan bahan obat dan zat tambahan
- Pencampuran bahan-bahan
- Pengempaan tablet (Chaerunisa. Dkk., 2009; 84-85)
9
Zat tambahan (eksipien) merupakan bahan selain zat aktif yang
ditambahkan dalam formulasi suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau
fungsi.
Beberapa kriteria umum yang esensial untuk eksipien yaitu:
- netral secara fosiologis
- stabil secara fisika dan kimia
- memenuhi peraturan perundangan
- tidak mempengaruhi bioavaiabilitas obat
- bebas dari mikroba patogen dan tersedia dalam jumlah yang cukup dan
murah.
Adapun macam-macam bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan
tablet yaitu:
1. Diluent / Pengisi
Diluent adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang
ditujukan untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan.
Fungsi diluent pada pembuatan tablet untuk menambah ukuran tablet
menjadi ukuran yang praktis, nyaman dan dapat bekerja.
Bahan pengisi memiliki kriteria sebagai berikut:
- Tidak toksik
- Tidak kontraindikasi antar bahan
- Stabil secara fisik dan kimia
- Bebas mikroba
- Netral secara fisiologis
- Tidak mengganggu bioavabilitas obat
Contoh bahan pengisi adalah laktosa, sukrosa, NaCl, mannitol, susu
padat terpilih, amilum, kaolin, kalsium karbonat, kalsium sulfat, dikalsium
sulfat, dll (Voight, 1995:202).
2. Pengikat
Bahan pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk pada
granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang
telah ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat terbagi atas dua, yaitu:
a. Bahan pengikat hidrolisis
10
Bahan pengikat hidrolis adalah bahan pengikat yang proses
pengerasannya lebih baik dalam rendaman air, serta menghasilkan
produk yang tahan air.
b. Bahan pengikat non-hidrolisis
Bahan pengikat biasa (non-hidrolis) adalah bahan pengikat yang bila
dicampur dengan air menghasilkan produk yang dapat mengeras setelah
bereaksi dengan karbondioksida, bukan dengan air.
Mekanisme pengikatan bahan pengikat secara umum adalah bila
larutan bahan pengikat ditambahkan dalam suatu campuran serbuk,
maka dengan adanya pengadukan, bahan pengikat akan membasahi
permukaan partikel, selanjutnya akan membentuk jembatan cair antar
partikel yang kemudian menjadi banyak sehingga terjadi pertumbuhan
atau pembesaran granul. Setelah proses pengayakan basah, dilakukan
proses pengeringan yang mengakibatkan terbentuknya jembatan padat
antar partikel yang saling mengikat membentuk granul. Hal serupa juga
terjadi bila menggunakan bahan pengikat dalam bentuk kering atau
serbuk, setelah ditambahkan pelarut akan larut dan mengembang.
Bahan pengikat yang mengembang akan melingkupi partikel-partikel,
terjadi jembatan cair dan akhirnya dengan adanya pemanasan akan
terbentuk jembatan padat (Voight, 1995:202).
Bahan pengikat sebaiknya memenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut:
- Mudah larut (dalam keadaan dingin), sehingga pelarut yang
digunakan minimal (khsus granulsai basah)
- Tidak higroskopis
- Viskositas sekecil mungkin
- Mudah membasahi campuran bahan
Contoh bahan pengikat sebagai berikut : air, alkohol, aseton, pasta
amilum (10-17%), sirup sukrosa (50-85%), larutan gelatin (10-20%),
mucilago akasia (10-20%), larutan glukosa (25-50%), larutan alkohol-
glukosa (50% alkohol, 25% glukosa dan 25% air), pasta amilum (5%
amilum dan 2% akasia dalam air), metilselulosa-400 (4%), etil selulosa
11
(5%) dalam alkohol, Na-CMC, PEG 4000 atau 6000, dan
polivinilpirolidon dalam air, alkohol dan larutan hidroalkoholik, dll
(Parikh, 1997; 133).
3. Penghancur
Bahan penghancur akan membantu hancurnya tablet menjadi granul,
selanjutnya menjadi partikel-partikel penyusun, ketika tablet kontak
dengan cairan lambung sehingga akan meningkatkan disolusi tablet.
Mekanisme bahan penghancur dalam proses penghancuran tablet ada
beberapa cara yaitu:
a) Pengembangan (swelling)
Air merembes ke dalam tablet melalui celah antar pertikel yang
dibentuk bahan penghancur dengan adanya air maka bahan penghancur
akan mengembang dimulai dan menjadikan tablet pecah dan hancur.
b) Perubahan bentuk (deformasi)
Pada saat pengempaan tablet beberapa partikel ada yang mengalami
deformasi plastik, masuknya air ke dalam tablet akan memacu partikel
kembali ke bentuk semula akhirnya tablet akan hancur.
c) Aksi kapiler (wicking)
Tablet kontak dengan air maka air akan masuk melalui saluran pori
yang terbentuk selama proses pentabletan karena sifat hidrofilisitas
bahan penghancur, maka pembesaran akan lebih cepat dan efektif
sehingga akan memisahkan partikel-partikel granul dan menghancurkan
tablet.
d) Peregangan (repulsion)
Air yang masuk ke dalam pori-pori tablet dapat menetralisir muatan
listrik antar partikel yang terbentuk pada saat pengempaan. Muatan
listrik berubah sehingga akan saling tolak menolak, gaya penolakan ini
yang akan menyebabkan hancurnya tablet
Bahan penghancur merupakan zat tambahan dalam formula tablet
yang berfungsi untuk menghancurkan tablet setelah pemakaian, kadar
kehancuran tablet diukur dengan metode USP menggunakan mesin
12
penghancur tablet Van Dir Kamp. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kadar disintegrasi/penghancuran tablet adalah:
a) sifat fisika dan kimia bahan-bahan yang terdapat dalam formula
tablet
b) permukaan tablet
Contoh dari bahan penghancur adalah amilum, Avicel (Mikrokritalin
selulosa), solka floc, asam alginat, Explotab (sodium starch glicolate),
gom guar, Policlar AT (Crosslinked PVP), Amberlite IPR 88,
Metilselulosa, CMC, HPMC (Gusmayadi, 2002; 39).
4. Lubrikan
Untuk mengurangi gesekan antara sisi tablet dengan dinding ruang
cetakan (die) dan antara dinding die dengan dinding punch, sehingga
tablet mudah dikeluarkan dari cetakan. Contohnya seperti kalsium
stearat, Mg-stearat dan talk (Voight, 1995; 204).
5. Glidan
Untuk mengurangi gesekan antar patikel yang mengalir dari hopper
ke ruang cetak (die) sehingga akan memperbaiki sifat alir serbuk atau
granul yang akan di kempa dan akan berpengaruh pada keseragaman
bobot tablet. Contohnya kalsium stearat, amilum, NaCl dan talk
(Voight, 1995; 204).
6. Anti adherent
Untuk mencegah melekatnya tablet pada die dan pada permukaan
punch. Contohnya: mentega cokelat dan lemak alami lainnya, cairan
dan padatan petroleum, Na- stearat dan sabun-sabun lainnya, parafin,
lilin, asam stearat, dll.
Adapun tujuan penambahan bahan lubrikan yaitu:
- Meningkatkan sifat aliran dari granul
- Menghindari terjadinya adhesi antara granul dengan permukaan
punch dan die
- Mengurangi gesejan pada dinding die untuk memfasilitasi
pengeluaran hasil akhir tablet.
13
- Mengurangi pemakaian punch dan die yang berlebihan (Voight,
1984).
7. Pewarna
Bahan pewarna dalam pembuatan tablet berfungsi untuk menutupi
warna obat yg kurang baik, identifikasi produk, dan untuk membuat suatu
produk lebih menarik.
Adapun kriteria bahan pewarna, yaitu:
- Tidak reaktif dan tidak toksik
- Stabil dan mudah dalam diaplikasikan
- Memenuhi kriteria estetika
- Tidak menimbulkan bau dan rasa pada produk
Penambahan pewarna yang diizinkan untuk makanan dan obat-obatan
dengan cara berikut :
a) Melarutkan pewarna tersebut ke dalam larutan pengikat
b) menyemprot granul dengan larutan khusus dari zat pewarna
c) mendistribusikan/mencampurkan pewarna kedalam campuran kering
lalu ditambahkan pada granulasi basah
d) menambahkan triturat pewarna tersebut ke dalam amilum atau kalsium
sulfat.
Contoh bahan pewarna yang ditambahkan dalam pembuatan tablet
seperti Erythrosine, Allura red AC, Tartrazine, Sunset Yellow, Brilliant
Blue, dan Fast Green (Voight, 1984).
8. Pemberi rasa
Penambahan Pemanis dan pemberi rasa biasanya hanya untuk tablet-
tablet kunyah, hisap, buccal, sublingual, effervescent dan tablet lain yang
dimaksudkan untuk hancur atau larut dimulut.
Ditambahkan dengan menyemprotkan larutan alkoholik atau larutan eter
dari minyak menguap atau pemberi rasa lainnya kepada granul kering
sebelum pengempaan tablet. Setelah disemprot, granul-granul tersebut
diguling-gulingkan dan terkadang disimpan dalam bekal tertutup agar
pemberi rasa tersebut meresap masuk kedalam granul. Contoh bahan
pemanis seperti Sakarin, Siklamat, Aspartame (Voight, 1984).
14
2.5 Kerusakan – Kerusakan Tablet
1. Binding pada die
Ini terjadi ketika pelepasan dari tablet sulit dan sering diikuti bunyi
ribut/menderik yang karakteristik; tepi tablet tergores atau kasar. Masalah
ini terjadi dari beberapa kondisi di mana perlekatan yang kurang pada
dinding die yaitu penggesekan, lubrikannya kurang baik, granul yang
lembab, dan die yang kotor dan cacat. Lubrikan yang kurang baik
termasuk campuran yang tidak efisien dari lubrikan dengan granul. Sama
halnya dengan kesalahan kuantitas dan pemilihan pembantu. Sebab lain
dari masalah ini adalah terlalu besarnya jarak antara punch yang rendah
dan lubang die sebagai akibat pemakaian yang berlebihan. Serbuk halus
meresap ke bawah melalui celah dan padat untuk membentuk lapisan yang
kuat yang mengurangi gesekan pada punch.
2. Picking dan sticking
Di sini masalah ini terjadi oleh gaya adhesi oleh bahan obat terhadap
permukaan punch. Jika terlokalisasi, sebagian dari permukaan tablet
tampak menghilang, hal ini disebut picking. Tablet memiliki permukaan
yang kasar dan tidak mengkilap ketika sticking terjadi akibat adhesi dari
tablet terhadap seluruh permukaan punch. Pada kasus lain, jika tidak
dinyatakan lain, kecacatan semakin buruk dan sebuah lapisan pada granul
padat terkumpul pada permukaan punch.
3. Capping dan laminasi
Masalah ini biasanya meninggalkan bekas akibat ketidaksempurnaan
perpindahan udara dari granul pada rongga die sebelum dan selama
pengempaan. Udara yang terperangkap bercampur dengan ikatan granul.
Ketika pengembangan berikutnya pada pelepasan melepaskan bagian atau
“cap” dari tablet. Pada kasus, ini tablet terbagi menjadi beberapa lapisan,
serbuk yang sangat banyak talk secara baik atau granul yang terlalu kering
atau terlalu kecilnya lubang pada punch/die, menghilangnya semua udara
sisa dalam rongga die dan mungkin menyebabkan capping/laminating.
15
4. Variasi bobot
Masalah ini berhubungan dengan aliran granul yang buruk dan
pemisahan bahan pokok granul. Granul yang terlalu kering, terlalu besar,
terlalu halus atau mengandung bagian besar dari serbuk-serbuk halus,
terlubrikasi secara tidak sempurna atau mencakup unsur yang memiliki
berat jenis atau ukuran yang sangat berbeda semuanya dapat merupakan
penyebab yang mungkin menghasilkan variasi berat yang banyak. Jika
kesalahan ini terjadi karena putaran dan aliran granul yang tidak
memuaskan, cukup baik mengingat kemungkinan satu atau lebih punch,
berbeda panjangnya antara kedua contoh campuran yang tidak merata pada
bagian bawah punch. Kadang granul diproduksi pada saat proses dan
banyak tablet seragam dan penampilan mungkin diperoleh karena
lambatnya kecepatan mesin, ini memakan waktu untuk mengisi kapasitas
die.
5. Mottling
Dikarenakan jika penyalutan ukuran granul, partikel lebih
memberikan dasar warna yang berbeda yang menunjukkan bertambah
granul pada permukaan tablet.
6. Tablet rapuh
Disebabkan karena kurangnya tekanan dalam menekan tablet.
Masalah ini dikarenakan granul kurang kering dengan baik atau aliran
granul yang buruk (dapat menyebabkan capping) atau kelebihan jumlah
dari lubrikan lemak seperti Mg-stearat.
7. Ketidakstabilan
Keutamaan dari air-dry drugs dan tambahan tablet yang mengandung
air dan hal ini juga ditambahkan dan mungkin tidak dapat dipindahkan
secara sempurna dalam proses pelembaban granul kelembaban harus
dikontrol tidak semata-mata untuk alasan teknik yang berhubungan dengan
proses fisika pada produksi tablet tapi juga untuk menjamin kestabilan
obat.
8. Variasi kandungan bahan obat
16
Standar akan secara pasti diatur unutk kandungan tablet tunggal. Jika
kandungan menunjukkan variasi yang sangat besar dan factor tersebut
mengakibatkan variasi bobot yang dapat dihilangkan sebagai suatu
penyebab sumber masalah yang paling sering terjadi adalah perpindahan
pelarut absorpsi fisika dengan pemisahan pada beberapa tiap dalam proses
produksi dan pencampuran.
2.6 Evaluasi
2.6.1 Evaluasi Granul
A. Kadar Air (Aulton, 1988;Liebermann & Lachman, 1986)
1) Alat : Heating Drying Oven
2) Caranya :
a. Timbang seksama 5,0 gram granul
b. Panaskan dalam lemari pengering sampai bobot konstan (1050 C)
selama 2 jam
3) Perhitungan
𝑊𝑜 − 𝑊1
= 𝑥 100 %
𝑊𝑜
W0 = Bobot granul awal
W1 = Bobot setelah pengeringan
4) Persyaratan : 2-4 %
17
B. Uji Sifat Alir (Aulton, 1988;Liebermann & Lachman, 1986)
Uji sifat alir terdapat dua metode untuk mengujinya yang perrtama
dengan metode corong dan yang kedua yaitu metode sudut istirahat. Prinsip
dari metode sudut istirahat ini yaitu pengukuran sudut yang terbentuk dari
lereng tumbuhan granul yang mengalir bebas dari corong terhadap suau
bidang datar.
1) Alat : corong alat uji waktu alir
2) Caranya :
a. Timbang seksama 25 gram granul tempatkan pada corong alat
b. uji waktu alir dalam keadaan tertutup
c. buka penutupnya biarkan granul mengalir
d. catat waktu (gunakan stopwatch)
e. lakukan sebanyak 3 kali
f. kemudian untuk mengukur sudut isirahat dengan menghitung jari-jari
dan tinggi dari tumpukan granul setelah metode corong.
g. Kemudian masukan dalam rumus, dan didapat α yang menentukan
kecepatan alir dari suatu granul tersebut
3) Persyaratan : 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik (>
10 g/detik). Metode sudut istrahat ini mempunyai nilai α = arc tag h/r,
dimana :
α 25-35o = sangat mudah mengalir
α 30-38o = mudah mengalir
α >38o = kurang mengalir
18
C. Uji Kompresibilitas (Aulton, 1988,FI V 2014)
1) Alat : Jolting Volumeter
2) Caranya :
a. Timbang 100 g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat
volumenya,
b. kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan
alat uji, catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo)
c. volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).
3) Perhitungan :
V0−V500
I= x 100%
V0
Keterangan :
I = indeks kompresibilitas (%);
Vo = volume granul sebelum dimampatkan (mL);
V500 = volume granul setelah dimampatkan sebanyak 500 kali ketuk
(mL).
4) Syarat : tidak lebih dari 20%.
19
c. Setelah pengujian selesai, masing-masing ayakan ditimbang kembali
dan dihitung distribusi granul pada tiap-tiap ayakan (%)
𝑤
𝜌𝑛 =
𝑉𝑛
20
d = bobot piknometer + cairan pendispersi
21
Bobot Rata-Rata Penyimpangan Bobot Rata-Rata Dalam %
A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg – 150 mg 10 % 20 %
151 mg – 300 mg 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5% 10 %
22
3) Pernyaratan : waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang
dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30
menit. Sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam
waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam
medium basa (Sulaiman, 2007).
23
menggambarkan kekuatan permukaan tablet dalam melawan berbagai
perlakuan yang menyebabkan abrasi pada permukaan tablet.
1) Alat : Friability Tester.
2) Caranya : Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu
dibebas debukan dan ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan
ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran (4 menit). Tablet
tersebut selanjutnya ditimbang kembali, dan dihitung prosentase
kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
3) Persyaratan : Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 %.
24
3) Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi
dalam bejana.
Uji Disolusi
25
Nama Lain : (±)-2-(p-Isobutilfenil)asam propionat
RM/BM : C13H18O2 / 206,28
Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga hampir putih, berbau
khas lemah
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam etanol, metanol, aseton
dan kloroform;
sukar larut dalam etil asetat; praktis tidak larut
dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, simpan pada suhu
ruang.
2. Akasia (Handbook of Pharmaceutical Exipient, hal 1)
Nama : Gummi Acaciae
Sinonim : Acaciae gummi, acacia gum, Arabic gum, gulu,
gum acacia, gummi aficum, gulu Arabic, gummi
arabicum, gummi mimo alhagum
Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lender
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang
kental dan tembus cahaya, praktis tidak larut
dalam etanol (90%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kestabilan : Larutan gom mengalami degradat oleh bakteri
atau enzim. Tetapi dapat dicegaj engan
mendidihkan larutan dalam waktu yang singkat
untuk menonaktifkan enzim ini, bisa juga
dinonaktifkan dengan radiasi dari microware.
Laruran gom juga dapat diawetkan dengan
menambahakan antimikroba. Pengawet seperti
natrium benzoat 0,1% b/v
Inkompatibilitas : Gom tidak kompatibel dengan jumlah zat
termasuk amidopynne, apomorphine, kresol,
etanol (95%), garam besi, marfin, fenol,
physostigmi, tannin, timol, dan vanili pada gom
26
arab terdapat enzim dapat dinonaktifkan dengan
pemanasan pada suhu 100oC dalam waktu yang
singkat banyak garam yang mengurangi
viskositas. Larutan encer membawa muatan
negatifdan akan membentuk glubul engan gelatin
dari zat lainnya. Dalam pembutan emulsi, larutan
gom tidak cocok dengan sabun.
Kegunaan : Sebagai pengikat
Konsentrasi : 1-5 % digunakan ebagai pengikat adalah 5 %
3. Amilum Jagung (Handbook of Pharmaceutical Exipient, hal 200)
Nama Resmi : Amylum Maydis
Sinonim : Pati Jagung, Star cap 100
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kestabilan : kering jika dpanaskan akan stabil dan terlindungi
dari kapang digunakan sebagai pengisi atau
penghancur dalam bentuk dosis padat. Pati
dianggap inert dalam kondisi penyimpanan yang
normal. Namun, pemanasan larutan pati atau
pasca secara fisik tidak stabil dan mudah terserang
oleh mikroorganisme untuk membentuk nerbegai
derivat pati dan modifikasi pati yang memiliki
sifat fisik yang unik. Pati harus disimpan dalam
wadah yang kedap udara ditempat yang sejuk.
Kegunaan : Sebagai bahan penghancur
Konsentrasi : Amilum yang digunakan sebagai penghancur
adalah 5%
4. Natrium Benzoat (FI V, hal 892; Handbook of Pharmaceutical Exipient,
hal 627)
Nama Resmi : Natrii benzoas
27
Sinonim : Natrii benzoat, bentoic acid sodium sait, benzoate
of soda, natrii benzoas, natrium benzoicum,
sobente sodii benzoas, sodium benzoic acid
RM/BM : C7H5NaO2/144,11
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih; tidak berbau
atau praktis tidak berbau; stabil di udara.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kestabilan : larutan yang mengandung air dapat disterilkan
dengan menggunakan autoklap atau filtrasi
Inkompatibilitas : Tidak sesuai dengan senyawa kuarter, gelatin,
besi, garam-garam kalsium dan agram dari logam
berat, termasuk perak, timah dan aktivitas
merkuri. Pengawet dapat dikurangi dengan kaolin
atau surfaktan non ionic
Kegunaan : Sebagai pengawet
Konsentrasi : 0,1-0,2 % digunakan sebagai pengawet 0,1 %
5. Magnesium Stearat (FI V, hal 795; Handbook of Pharmaceutical Exipient,
hal 404)
Nama Resmi : Magnesii stearas
Sinonim : Dibasic magnesium stearat, distearete magnesium,
magnesia stares, actadecanoate magnesium, aam
stearat, synpro 90
RM/BM : C36H70MgO4/591,24
Pemerian : Serbuk halus, putih dan voluminus; bau lemah
khas; mudah melekat di kulit; bebas dari butiran.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam
eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik tempat kering
28
Kestabilan : Magneium stearat stabil dan harus disimpan
dalam sebuah wadah tertutup ditempat sejuk dan
kering
Incompatibilities : Tidak kompatibel dengan asam kuat magnesium
stearat tidak dapat digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin, beberapa vitamin dan
alcohol garam.
Kegunaan : Sebagai pelincir
Konsentrasi : 0,25 – 5,0 %, konsentasi yang digunakan 2%
6. Talk (Handbook of Pharmaceutical Exipient, hal 728)
Nama Resmi : Talcum
Sinonim : Talcum, kalsium magnesium silikat hidrat;
hidromagnesium silikat, magnesium hydrogen
metali silikat; maasil asinonthus bubuk bedak
RM/BM : Mg6(S12O5)4 (OH)4
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat
pada kulit, bebas dari butiran, warna putih kelabu,
tidak berbau, rasa manis bubuk Kristal mudah
melekat pada kulit dan lembut
Kelarutan : Tidak larut hampir dari semua pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat yang sejuk
dan kering
Kestabilitas : Tidak merupakan bahan yang stabil dan dapat
disterilkan dengan pemanasan pada suhu 100oC
selama kurang dari 1 jam. Hal ini juga dapat
disterilkan oleh paparan etilen oksidar atau
radiasi.
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan senyawa ammonium
kuartener.
Kegunaan : Sebagai pelicin
Konsentrasi : Sebagai glidan 1-10 %
Sebagai antiadheren 1-5 %
29
sebagai lubricant adalah 2% yang dikombinasikan
dengan magnesium stearat 1%. Karena
penggunaan talk sebagai bahan pembantu tablet
tidak boleh dari 3%.
7. Laktosa (FI V, hal 741; Handbook of Pharmaceutical Exipient, hal 370)
Nama Resmi : Lactosum
Sinonim : laktosa
RM/BM : C12H22O11/342,30
Pemerian : serbuk atau massa hablur, keras putih atau putih
krem tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil
diudara, tetapi mudah menyerap bau
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut
dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam
etanol tidak larut dalam kloroform dan dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kestabilan : Pertumbuhan jamur dapat terjadi dibawah kondisi
lengas (80% RH dan lebih tinggi) laktosa dapat
menghasilkan pewarnaan coklat pada
penyimpanan reaksi dimulai dengan cepat dari
pemanasan, kondisi lembab pada 80oC dan 80%
RH. Isi dari tablet laktosa anhidrat menunjukan
perkembangan pada 1-2 jam setelah sehari.
Laktosa anhidrat dpat disimpan pada wadah
tertutup baik dan tempat yang kering
Inkompatibilitas : Reaksi kondensasi hailand tupe mungkin terjadi
antar senyawa laktosa dengan kelompok berwarna
coklat reaksi ini terjadi lebih mudah daripada
bahan amorf dengan Kristal laktosa materi kering
yang mengandung laktosa amorf 10% yang
rentang terhadap perubahan warna.
Kegunaan : Sebagai bahan pengisi
8. Hypromellose (Handbook of Pharmaceutical Exipient, hal 326)
30
Nama Resmi : Hydroxl prophl methyl cellose
Sinonim : Hydrosikpropil metal selulosa, methocell,
metolose
RM : CH3CH (OH) CH2
Pemerian : Tidak berasa, berwarna putih/putih cream/serbuk
kasar
Kelarutan : Larut dalam air dingin, membentuk koloid kental,
praktis tidak larut dalam air panas, kloroform,
etanol 95% dan eter
Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup rapat
Kestabilan : material yang stabil meskipun higroskopis setelah
pengeringan larutan stabil pada PH 3-11
Inkompatibilitas : Tidak cocok engan beberapa oksidator,
hypromelose tidak membentuk kompleks dengan
garam-garam besi/ion organuk membentuk
endapan yang tidak larut.
Konsentrasi : Sebagai penyalutan adalah 5-20% w/w, yang
digunakan 7%
9. Polietilenglikol 400 (FI V, hal 1019; Handbook of Pharmaceutical
Exipient, hal 517)
Nama Resmi : Polytilenglikol 400
Sinonim : Karboots, magrogol, lipoksol
RM/BM : H(OCH2 CH2) OH /400
Pemerian : Tidak berwarna atau tipis berwarna kuning, cairan
kental
Kelarutan : Bentuk cair bercampur dengan air, bentuk padat
mudah larut dalam air, larut dalam aseton, dalam
etanol 95%, dalam kloroform, dalam etilen glikol
monoetil eter, dalam etil asetat dan dalam toluen;
tidak larut dalam eter dan dalam heksan.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat
Kestabilan : Stabil diudara dan kelarutan, higroskopik
31
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan beberapa pewarna, mengubah
sifat fisik polietilenglikol menjadi lunak, cair
dalam campuran dengan enol, dan garam salisilat
Konsentrasi : konsentrasi yang digunakan sebagai plasticizer
adalah 1,5%
32
lambung, dan ginjal, sedangkan COX-2 keberadaannya
diinduksi oleh terjadinya inflamasi oleh sitokin dan
merupakan mediator inflamasi. Aktivitas antipiretik,
analgesik, dan anti inflamasi dari ibuprofen.
Berhubungan dengan kemampuan inhibisi COX-2, dan
adapun efek samping seperti perdarahan saluran cerna dan
kerusakan ginjal adalah disebabkan inhibisi COX-1.
Ibuprofen menghambat COX-1 dan COX-2 dan membatasi
produksi prostaglandin yang berhubungan dengan respon
inflamasi.
Bentuk dan Kekuatan Sediaan :
Tablet : 100 mg, 200 mg, 400 mg, 600 mg
Suspensi : 100mg/5ml, 200mg/5ml
Suppositoria : 125 mg
Penyimpanan : Suspensi dan tablet disimpan dalam suhu ruangan 20-
25ºC
Suppositoria disimpan dalam suhu dingin 2-8ºC
BAB III
METODOLOGI KERJA
33
5. Friabilitor
6. Gelas ukur
7. Hardness tester
8. Lap kasar
9. Lumpang dan alu
10. Neraca analitik
11. Oven
12. Pengaris
13. Piknometer
14. Spatel
15. Stopwatch
16. Waterbatch
3.1.2 Bahan yang digunakan
1. Amilum jagung
2. Aquadest
3. Gom akasia
4. HPMC
5. Ibuprofen
6. Kertas millimeter blok
7. Laktosa hidrat
8. Magnesium stearat
9. Natrium benzoate
10. Paraffin cair
11. PEG 400
12. Tablet ibuprofen
13. Talk
3.2 Perhitungan bahan
Ibuprofen 400 mg
400 mg x 1000 tablet = 400.000 mg = 400 gram
Gom akasia 5%
5
x 600 mg = 30 mg x 1000 tablet = 30.000 mg = 30 gram
100
Amilum jagung 5%
34
5
x 600 mg = 30 mg x 1000 tablet = 30.000 mg = 30 gram
100
Magnesium stearat 1%
1
x 600 mg = 6 mg x 1000 tablet = 6.000 mg = 6 gram
100
Talk 2%
2
x 600 mg = 12 mg x 1000 tablet = 12.000 mg = 12 gram
100
Laktosa USP
= 600 mg x 1000 tablet – (400 gram + 30 gram + 30 gram + 0,6 gram + 6
gram + 12 gram)
= 600 gram – 478,6 gram
= 121,4 gram
Salut selaput
HPMC 7%
7
x 600 mg = 42 mg x 1000 tablet = 42.000 mg = 42 gram
100
35
2. Disterilkan alat yang akan digunakan menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang semua bahan seperti Ibuprofen 400 gram, amilum jagung
30 gram, talk 12 gram, magnesium stearat 6 gram, natrium benzoat
0,6 gram, dan laktosa 121,4 gram.
4. Dicampurkan Ibuprofen, natrium benzoat, amilum jagung dan
laktosa di dalam lumpang
5. Ditambahkan sedikit demi sedikit mucilago gom akasia ke dalam
lumpang yang berisi capuran hingga membentuk massa kepal
6. Dilewatkan massa kepal pada ayakan no.60
7. Ditimbang granul basah
8. Diletakkan granul diatas plat datar yang telah dialas dengan kertas
roti, kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 400C – 500C
hingga mengering.
9. Diayak kembali granul kering menggunakan pengayak no.10
10. Ditimbang granul kering
11. Dilakukan evaluasi granul yang telah jadi
12. Ditambahkan magnesium stearat, talk dan amilum jagung
13. Dicampurkan dengan menggunakan metode tumbling
14. Dicetak granul menjadi tablet
15. Dilakukan evaluasi tablet
c) Penyalutan tablet
1) Dilarutkan HPMC 42 gram dan PEG-400 9 gram masing-masing
dalam air
2) Dimasukkan tablet kedalam panci
3) Dipasang dan disesuaikan pipa penyemprot agar dapat menyemprot
separuh atas tumpukan tablet
4) Larutan yang dibuat, dimasukkan kedalam alat semprot
5) Dikocok panic secara berselang-seling ketika tablet masih dalam
keadaan panas
36
6) Bila temperatur udara yang keluar 300C, maka dimulai
penyemprotan
7) Dihasilkan tablet yang telah disalut
37
BAB IV
PEMBAHASAN
38
digunakan secara luas. Konsentrasi efektif magnesium stearat antara 0,2%- 2%.
Konsentrasi yang digunakan adalah 1% sebagai pelincir. Secara luas digunakan
dalam kosmetik, makanan dan formulasi farmasi, terutama digunakan sebagai
pelumas dalam kapsul dan pembuatan tablet pada konsentrasi antara 0,25% an
5,0%.
3. Talk
Talk sebagai antiadheren pada konsentrasi 1-5%. Digunakan dalam bentuk
kombinasi dengan magnesium stearat apabila perlengkapan merupakan
permasalahan. Konsentrasi talk yang digunakan sebagai lubricant adalah 2% yang
dikombinasikan dengan magnesium stearat 1%. Karena penggunaan talk sebagai
bahan pembantu tablet tidak boleh dari 3%. Talk memiliki tiga keunggulan antara
lain dapat berfungsi sebaga bahan pengatur aliran, bahan pemisah hasil cetakan.
Talk terdiri ari Kristal berbentuk papan atar, yang sangat mudah melencur pada
saat terjadinya gesekkan. Bahan-bahan yang digunakan sebagai pelican atau
pemacu aliran adalah jenis talk dengan konsentrasi 5%.
4. Amilum Jagung
Amilum jagung digunakan sebagai penghancur, amilum jagung digunakan
5% umumnya cocok untuk membantu penghancuran. Dalam formulasi tablet pati
adalah slah satu bahan penghancur yang paling umum digunakan pada konsentarsi
3-25%. Pati yang merupakan bahan pengancur dan paling sering digunakan
dengan konsentrasi pemakaian 5-10%. Konsentrasi amilum yang digunakan
sebagai penghancur dalah 5%.
5. Natrium benzoat
Natrium benzoate adalah contoh pengawet dan konsentrasi yang biasa dipakai
dalam preparat farmasi adalah (0,1 sampai 0,2%). Natrium benzoat digunakan
terutama sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik makanan dan obat-
obatan. Dalam formulasi ini bahan pengawet natrium benzoat karena gom akasia
merupakan laritan berair yang mudah terkontaminasi dengan mikroba oleh karena
itu dapat diawetkan dengan penambahan pengawet antimikroba seperti 0,1%
natrium benzoat.
39
6. Laktosa
Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak
bereaksi dengan hamper semua bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk
hidrat atau anhidrat. Bila digunakan proses granulasi basah harus digunakan
laktosa hidrat. Laktosa USP adalah bahan baku yang paling digunakan dalam
formulasi tablet laktosa mempunyai stabilitas yang baik bila dikombinasikan
dengan zat aktif bai digunakan dlam bentuk hidrat atau anhidrat.
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1996. Ilmu Meracik Obat (Teori dan Praktik). Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Ansel, H. C., Allen, L. V., and Popovich, N. G., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi, diterjemahkan oleh Farid Ibrahim, Edisi IV, UI Press, Jakarta, 287 – 298
42
Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig, 2008, “Teori dan Praktek Farmasi
Industri”Edisi Ketiga, Jakarta: UI Press
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani
N. S., UGM Press, Yogyakarta.
43