7
Ind
p
Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui diharapkan dapat memelihara
kesinambungan komitmen lintas sektor dan masyarakat dalam upaya mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak. Hal
ini akan sangat mendukung pelaksanaan upaya strategis dari tiap sektor dan seluruh
lapisan masyarakat dalam mencegah kematian ibu.
Pelayanan Farmasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pelayanan lain di
rumah sakit, oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengarahkan kesatuan pandang
para apoteker menuju terwujudnya peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan guna mencapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat terutama
kesehatan ibu hamil dan menyusui.
Diharapkan buku Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui ini dapat
menjadi acuan bagi apoteker dalam pelaksanaan pelayanan Farmasi. Kami sampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada seluruh tim yang telah memberikan sumbangan
pikirannya, sehingga tersusunnya pedoman ini. Semua saran-koreksi membangun demi
penyempurnaan pedoman ini tetap diharapkan.
Surat Keputusan Dirjen Binfar dan Alkes tentang Tim Penyusun ................................. iv
LAMPIRAN ................................................................................................................... 33
1. Daftar obat antimikroba dan kemungkinan efek buruk ......................................... 33
2. Daftar kondisi infeksi umum pada kehamilan dan terapi yang dianjurkan ........... 36
3. Daftar pilihan obat untuk kasus-kasus yang sering terjadi .................................... 37
4. Daftar indek keamanan obat pada kehamilan dan petunjuk penggunaan obat ...... 38
5. Daftar vitamin dan mineral yang sering digunakan ............................................... 49
6. Daftar obat-obat yang dipertimbangkan kontraindikasi selama kehamilan .......... 51
7. Daftar pemilihan obat secara umum untuk ibu menyusui ..................................... 52
8. Pedoman untuk pengobatan dan pemberian ASI ................................................... 53
DAFTAR TABEL
Lampiran 1. Daftar obat antimikroba dan kemungkinan efek buruk Lampiran 2. Daftar
kondisi infeksi umum pada kehamilan dan terapi yang dianjurkan Lampiran 3. Daftar
pilihan obat untuk kasus-kasus yang sering terjadi Lampiran 4. Daftar indek keamanan
obat pada kehamilan dan petunjuk penggunaan obat
Lampiran 5. Daftar vitamin dan mineral yang sering digunakan
Lampiran 6. Daftar obat-obat yang dipertimbangkan kontraindikasi selama kehamilan
Lampiran 7. Daftar pemilihan obat secara umum untuk ibu menyusui Lampiran 8.
Pedoman untuk pengobatan dan pemberian ASI
BAB I
PENDAHULUAN
Obat dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama masa
kehamilan. Selama kehamilan dan menyusui, seorang ibu dapat mengalami
berbagai keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Banyak ibu
hamil menggunakan obat dan suplemen pada periode organogenesis sedang
berlangsung sehingga risiko terjadi cacat janin lebih besar. Di sisi lain, banyak
ibu yang sedang menyusui menggunakan obat-obatan yang dapat memberikan
efek yang tidak dikehendaki pada bayi yang disusui.
Karena banyak obat yang dapat melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada
wanita hamil perlu berhati-hati. Dalam plasenta obat mengalami proses
biotransformasi, mungkin sebagai upaya perlindungan dan dapat terbentuk
senyawa antara yang reaktif, yang bersifat teratogenik/dismorfogenik. Obat
obat teratogenik atau obat-obat yang dapat menyebabkan terbentuknya senyawa
teratogenik dapat merusak janin dalam pertumbuhan.
Beberapa obat dapat memberi risiko bagi kesehatan ibu, dan dapat memberi efek
pada janin juga. Selama trimester pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir
(teratogenesis), dan risiko terbesar adalah kehamilan 3-8 minggu. Selama
trimester kedua dan ketiga, obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan secara fungsional pada janin atau dapat meracuni plasenta.
Penulisan resep untuk masa kehamilan
Jika memungkinkan konseling seharusnya dilakukan untuk seseorang waktu
sebelum merencanakan kehamilan termasuk diskusi tentang risiko-risiko yang
berhubungan dengan obat-obat spesifik, obat tradisional, dan pengaruh buruk
bahan kimia seperti rokok dan alkohol. Suplemen seperti asam folat sebaiknya
diberikan selama penatalaksanaan kehamilan karena penggunaan asam folat
mengurangi cacat selubung saraf. Obat sebaiknya diresepkan pada kehamilan
hanya jika keuntungan yang diharapkan bagi ibu hamil /dipikirkan lebih besar
daripada risiko bagi janin. Semua obat jika mungkin sebaiknya dihindari selama
trimester pertama.
Keracunan pada bayi yang baru lahir dapat terjadi jika obat bercampur dengan
ASI secara farmakologi dalam jumlah yang signifikan. Konsentransi obat pada
ASI (misalnya iodida) dapat melebihi yang ada di plasenta sehingga dosis
terapeutik pada ibu dapat menyebabkan bayi keracunan. Beberapa jenis obat
menghambat proses menyusui bayi (misalnya phenobarbital). Obat pada ASI
secara teoritis dapat menyebabkan hipersensitifitas pada bayi walaupun dalam
konsentrasi yang sangat kecil pada efek farmakologi.
1.2 TUJUAN
1.3 SASARAN
1.4 GLOSSARY
V (16 – 20 minggu) • tumbuh rambut di kelopak mata, alis dan kulit kepala. •
Hampir seluruh sistem di dalam tubuh sudah mulai
menjalankan tugasnya termasuk sistem saraf • Alat
kelaminnya sudah terbentuk dan berkembang
dengan baik
• Sel darah putih sudah terbentuk, kulit janin pun sudah
menebal dan tidak tembus cahaya.
• Bobotnya sekitar 425 g dan panjangnya 30 cm
VII (24 – 28 minggu) • Kulit dan tubuh janin yang kurus akan tampak berisi •
Paru-paru dan otaknya belum berkembang sempurna
namun saraf dan jaringannya sudah berfungsi • Pada
usia 33 minggu, kuku jari tangannya tumbuh sempurna.
• Panjang sekitar 43 cm dengan bobot 2 kg.
IX (36 minggu) • Pada bulan ini normalnya bayi berada di posisi siap
untuk lahir.
• Vernix yang melindungi kulitnya dari cairan amnion
mulai larut.
• Janin di usia 39 minggu sudah dapat menjalankan
fungsi tubuhnya sendiri.
• Bobotnya sekitar 3 kg dan panjangnya sekitar 50 cm.
2.2 MENYUSUI
2.2.1 PROSES LAKTASI
A. Persiapan Psikologi
Langkah – langkah yang harus diambil dalam mempersiapkan ibu secara
kejiwaan untuk menyusui adalah :
• Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat sukses
dalam menyusui bayinya; menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan
menyusui adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil
menjalaninya; bila ada masalah, dokter/petugas kesehatan akan
menolong dengan senang hati
• Meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu buatan/formula
• Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai pengalaman
menyusui sebelumnya, pengalaman kerabat atau keluarga lain
• Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan dalam
keluarga, ibu harus dapat beristirahat cukup untuk kesehatannya dan bayi
sehingga perlu adanya pembagian tugas dalam keluarga
• Setiap saat ibu diberi kesempatan untuk bertanya dan dokter/petugas
kesehatan harus dapat memperlihatkan perhatian dan kemauannya dalam
membantu ibu sehingga hilang keraguan atau ketakutan untuk bertanya
tentang masalah yang tengah dihadapinya
🕘 KANDIDA/SARIAWAN
Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi
setelah pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda
yang menyolok menyebar dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut
selama dan setelah menyusui; pada keadaan yang parah,
dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak
nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui Bayi dapat
menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol, merah, tampak
luka dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan. Pada kasus-kasus
yang berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin terlihat
merasakan nyeri dan menolak untuk mengisap. Pengobatan :
• Obati ibu dan bayinya
• Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan payudara
setiap kali sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi
setiap kali sehabis menyusui
• Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum
menyusui untuk mengurangi nyeri
🕘 HEPATITIS B (HBV)
HBV dapat menyebabkan penyakit sistemik (demam, kelemahan) dan
ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, sekresi tubuh
atau transfusi darah. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBV + langsung
tertular, kebanyakan terinfeksi di dalam rahim.
Perawatan :
• Semua bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B setelah lahir.
Selain itu, bayi harus menerima imunoglobulin hepatitis B (HBIG)
• Menyusui tidak meningkatkan risiko bayi terinfeksi HBV
🕘 HIV/AIDS
Penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi selama kehamilan (5-
10%), persalinan (10-20%) dan menyusui (10-15%). Meskipun secara
umum prevalensi HIV di Indonesia tergolong rendah (kurang dari 0,1
%), tetapi sejak tahun 2000 Indonesia telah dikategorikan sebagai
negara dengan tingkat epidemi terkonsentrasi karena terdapat kantung-
kantung dengan prevalensi HIV lebih dari 5% pada beberapa populasi
tertentu (pada pengguna narkoba suntikan, PSK, waria, dan
narapidana).
Karena mayoritas pengguna narkoba suntukan yang terinfeksi HIV
berusia reprodukasi aktif (15-24 tahun), maka diperkirakan jumlah
kehamilan dengan HIV positif akan meningkat.
Dengan intervensi yang tepat maka risiko penularan HIV dari ibu ke
bayi sebesar 25-45% bisa ditekan menjadi kurang dari 2%. Menurut
estimasi Depkes, setiap tahun terdapat 9.000 ibu hamil HIV positif
yang melahirkan di Indonesia. Berarti, jika tidak ada intervensi
sekitar 3.000 bayi diperkirakan akan lahir HIV positif setiap tahunnya
di Indonesia.
Perawatan :
③ Ibu hamil dengan perilaku berisiko atau mendapat paparan risiko
terinfeksi HIV, segera melakukan VCT (Voluntary Counseling &
Testing) untuk mengetahui status serologis secepatnya.
③ Bila status serologisnya negatif, dianjurkan untuk
mempertahankannya dengan menghindari paparan menggunakan
kondom setiap sanggama, melakukan perilaku hidup sehat, dan
melakukan evaluasi ulang serologis sesuai anjuran (memastikan
hasil pemeriksaan di luar “masa jendela”).
③ Bila status serologisnya positif, dianjurkan untuk melaksanakan
profilaksis Antiretrovirus (ARV Profilaksis), bersalin dengan
seksio sesarea, dan tidak menyusui/menghentikan menyusui sedini
mungkin/menggunakan susu formula (Exclusive Formula Feeding)
③ Pemakaian susu formula harus memenuhi syarat AFASS dari WHO
: Affordable (Terjangkau), Feasible (Layak), Acceptable (Dapat
diterima), Safe (Aman), dan Sustainable (Berkelanjutan). Apabila
kelima syarat AFASS tidak dapat terpenuhi, maka ASI tetap
diberikan setelah melalui proses konseling mengenai kemungkinan
penularan infeksi.
③ Setelah persalinan, ibu dengan HIV positif dianjurkan melanjutkan
pengobatan ARV (ARV Terapi) sesuai Pedoman Nasional
Pengobatan ARV
③ Bayi dari ibu HIV positif perlu dijaga kesehatan dengan pemberian
nutrisi yang sesuai, dan diperikasa status serologisnya pada usia 18
bulan
③ Pasangan seksual dari ibu HIV positif dianjurkan untuk melakukan
VCT dan anjuran yang sesuai.
BAB III
FARMAKOKINETIKA & FARMAKODINAMIK
PADA KEHAMILAN DAN MENYUSUI
Gerakan saluran cerna menurun pada kehamilan tetapi tidak menimbulkan efek
yang bermakna pada absorpsi obat. Aliran darah ke hepar relatif tidak berubah.
Walau demikian kenaikan kadar estrogen dan progesteron akan dapat secara
kompetitif menginduksi metabolisme obat lain, misalnya fenitoin atau
menginhibisi metabolisme obat lain misalnya teofilin.
B. Farmakodinamika
Mekanisme kerja obat ibu hamil.
Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada kehamilan
kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase kehamilan. Efek
obat pada jaringan tidak berubah bermakna karena kehamilan tidak berubah,
walau terjadi perubahan misalnya curah jantung, aliran darah ke ginjal.
Perubahan tersebut kadang menyebabkan wanita hamil membutuhkan obat
yang tidak dibutuhkan pada saat tidak hamil. Contohnya glikosida jantung dan
diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan karena peningkatan beban jantung
pada kehamilan. Atau insulin yang dibutuhkan untuk mengontrol glukosa
darah pada diabetes yang diinduksi oleh kehamilan.
Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat di ASI dan di plasma
ibu. Rasio M:P yang >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke ASI ,
sebaliknya rasio M:P < 1 menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI.
Pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1- 3 jam sesudah ibu
meminum obat. Hal ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk
tidak memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap harus
meminum obat yang potensial toksik terhadap bayinya maka untuk sementara
ASI tidak diberikan tetapi tetap harus di pompa. ASI dapat diberikan kembali
setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan
setelah 5 kali waktu paruh obat.
Rasio benefit dan risiko penggunaan obat pada ibu menyusui dapat dinilai
dengan mempertimbangkan :
1. Farmakologi obat: reaksi yang tidak dikehendaki
2. Adanya metabolit aktif
3. Multi obat : adisi efek samping
4. Dosis dan lamanya terapi
5. Umur bayi.
6. Pengalaman/bukti klinik
7. Farmakoepidemiologi data.
Farmakokinetika bayi.
Absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi pada bayi berbeda nyata dengan orang
dewasa. Kecepatan absorpsi lewat saluran cerna lebih rendah, misalnya absorpsi
fenobarbital, fenitoin, asetaminofen dan Distribusi obat juga akan berbeda karena
rendahnya protein plasma, volume cairan tubuh yang lebih besar dari orang
dewasa. Metabolisme obat juga rendah karena aktivitas enzim yang rendah .
Ekskresi lewat renal pada awal kehidupan masih rendah dan akan meningkat
dalam beberapa bulan.
Selain banyaknya obat yang diminum oleh bayi melalui ASI, juga kinetika obat
pada bayi menentukan akibat yang ditimbulkan oleh obat. Yang perlu
diperhatikan adalah bila efek yang tidak diinginkan tidak bergantung dari
banyaknya obat yang diminum, misalnya reaksi alergi, maka sedikit atau
banyaknya ASI yang diminum bayi menjadi tidak penting, tetapi apakah si bayi
meminum atau tidak meminum ASI menjadi lebih penting.
B. Farmakodinamika.
Mekanisme kerja obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak berbeda. Sedangkan
farmakodinamik obat pada bayi masih sangat terbatas dipelajari. Kemungkinan
sensitivitas reseptor pada bayi lebih rendah, sebagai contoh, dari hasil
penelitian bahwa sensitivitas d-tubokurarin meningkat pada bayi.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN FARMASI
UNTUK IBU HAMIL DAN MENYUSUI
Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui, merupakan suatu panduan
yang diharapkan dapat membantu para tenaga kesehatan terutama yang bekerja di sarana
pelayanan kesehatan dalam melayani ibu hamil.
Dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai penggunaan obat pada ibu hamil dan
menyusui, perlu pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman
hingga harus dihindari selama kehamilan ataupun menyusui agar tidak merugikan ibu
dan janin yang dikandung ataupun bayinya. Karena Perubahan fisiologi selama
kehamilan dan menyusui dapat berpengaruh terhadap kinetika obat pada ibu hamil dan
menyusui yang kemungkinan berdampak terhadap perubahan respon ibu hamil terhadap
obat yang diminum.
Mudah - mudahan buku pedoman ini dapat menjadi acuan dalam melaksanakan
pelayanan Farmasi bagi ibu hamil dan menyusui, sehingga dapat mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir serta meningkatkan derajat kesehatan
ibu dan bayi di seluruh Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
3. Anonim, 1999, Laporan Penelitian Praktek Kerja Profesi di RSAB Harapan Kita
5. Rubin, Peter, 1999, Peresepan Untuk Ibu Hamil, Penerbit Hipokrates, Jakarta
6. Anonim, 2004, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA). Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat
Kesehatan Keluarga, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
7. Anonim, 2004, Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat) Untuk
Pasien Geriatri. Ditjen Pelayanan Kesehatan dan Alat Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
8. Katzung B.G., Basic & Clinical Pharmacology, 6th ed. 1995, Prentice-Hall
International Ltd.
11. Anonim, 2005, Indek Keamanan Obat Pada Kehamilan dan Petunjuk
Penggunaan Obat dengan atau tanpa Makanan, Tugas Khusus
Pelatihan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Fatmawati,
Jakarta
13.Riordan, Jan, EdD, RN, IBCLC, FAAN, 1996, Buku Saku Menyusui & Laktasi,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Penisilin Kemungkinan aman Alergi ; kemungkinan Semua bentuk β-laktam yang biasa
(benzilpenisilin & mensensitisasi janin dipakai dinyatakan aman
fenoksimetil
Ampisilin Kemungkinan aman Alergi ; kemungkinan Sedikit informasi yang ada. Masuk akal
mensensitisasi janin untuk menghindari formulasi prodrug dan
Prodrug menggunakan ampisilin induk
ampisilin :
Talampisil
in,
pivampisilin,
bakampisilin
Amoksisilin dan Kemungkinan aman Alergi ; kemungkinan Hanya ada sedikit informasi. Paling
asam klavulanat mensensitisasi janin baik dihindari sampai ada laporan
(Augmentin) yang lebih berpengalaman
Penisilin Kemungkinan aman Alergi ; kemungkinan Hanya ada sedikit informasi. Disediakan
antipseudomonas : mensensitisasi janin untuk terapi infeksi serius yang disebabkan
Karbenisilin, oleh bakteri yang rentan
mezlosisilin,
azlisilin,
tikarsilin,
piperasilin
Sefalosporin oral : Kemungkinan aman Alergi ; kemungkinan Hanya ada sedikit informasi khususnya
Sefaleksin, mensensitisasi janin untuk obat yang baru diperkenalkan
sefaklior, (sefiksim, sefpodoksim)
sefradin
Sefalosporin injeksi Kemungkinan aman Alergi ; kemungkinan Informasi sedikit. Agen ini mungkin aman
mensensitisasi janin dan mungkin merupakan pilihan yang cukup
masuk akal untuk mengibati infeksi berat.
Obat yang mengandung rantai samping N-
metiltiotetrazol hendaknya dihindari atas
dasar pemikiran teoritis – yakni, gangguan
pada metabolisme vitamin K (sefamandol di
Inggris)
Sulfonamid : Kemungkinan aman Hindari (dalam dua hari Resiko lebih besar untuk obat yang lebig
Semua bentuk Pada trimester setelah melahirkan); erat terikat pada protein, misalnya
pertama; hindari kernikterus sulfafurazol, daripada sulfametoksazol
dalam 2 hari
setelah melahirkan
Tetrasiklin : semua Hindari Perubahan warna dan Kemungkinan hepatotoksisitas pada ibu
bentuk displasia gigi dan tulang;
katarak
Aminoglikosida : Hindari Otoksisitas Sedikit alasan untuk menggunakannya.
Streptomisin Pilihan yang lebih baik dapat dibuat pada
tuberkulosis dan sepsis yang serius
Gentamisin, Hati - hati Ada kesan risiko teoritis Efektif pada sepsis serius; diperlukan
tobramisin, ototoksisitas pengujian yang teratur
netilmisin,
amikasin
Spektinomisin Kemungkinan aman Alergi ; kemungkinan Disediakan untuk terapo ginire kalau ada
mensensitisasi janin masalah resistensi atau alergi penisilin
Metronidazol Hati - hati Risiko teoretis Tidak ada bukti tentang teratogenisitas pada
teratogenesis manusia. Keuntungan mungkin lebih besar
dari pada risiko pada sepsis anaerobik yang
serius
Kloramfenikol Hindari Sindrom bayi kelabu Bukti yang sedikit tentang efek sakit pada
janin pada kehamilan awal. Ingat akan
kemungkinan diskrasia darah pada ibu.
Biasanya pilihan yang lebih aman dapat
dibuat
Obat Hati – hati Perdarahan pascanatal Hindari pada ibu yang menderita penyakit
antituberkulosis : hati. Teratogenisitas dosis tinggi pada
Rifampisin binatang. Keuntungan mungkin lebih besar
daripada risiko. Hendaknya diberikan vitamin
K pada ibu dan neonatus
Obat antifungi : Hati – hati Teratogenik Informasi sedikit; keamanan belum pasti
Amfoterisin pada binatang
Hindari Informasi sedikit; keamanan tidak
Flusitosin Hati – hati terjamin Diabsorpsi dari penggunaan
Ketokonazol, topikal vagina
flokunazol Hati – hati
Mikonazol Teratogenik
Hindari pada binatang
Griseofulvin Keungkinan aman
Nistatin (topikal)
Obat antimalaria : Kemungkinan aman Mungkin Keamanan terjamin dalam dosis rendah,
klorokuin menyebabkan kecuali untuk laporan yang jarang tentang
keguguran gangguan pendengaran pada anak-anak
Hindari
Pirimetamin dan
slfadoksin
(fansidar)
Primakuin Hindari
Acuan :
Rubin, Peter, 1999, Peresepan Untuk Ibu Hamil, Penerbit Hipokrates, Jakarta
LAMPIRAN 2
KONDISI INFEKSI UMUM PADA KEHAMILAN DAN TERAPI YANG DIANJURKAN
Kondisi Terapi pilihan pertama Terapi pilihan kedua Komentar
Bakteriuria Ampisilin, amoksisilin (kalau Nitrofurantoin, Pada bekteriiria asimptomatik, terapi
asimtomatik atau isolat sensitif) atau sefaleksin sulfonamid, atau hendaknya berkangsung selama 7 – 10 hari.
sistitis biasa per oral trietroprim (atau ko Sistitis akut sederhana mungkin mamberi
trimoksasol) respons terhadap dosis tunggal atau
pemberian jangka pendek
Profilaksis endokarditis Amoksisilin per oral Eritromisin Menurut anjuran kelompok kerja
Gonore Benzilpenisilin intramuskular Sefuroksi atau spektinomisin Spektinomisin kalau pasien alergi terhadap β
laktam
Infeksi yang Eritromisin per oral Eritromisin hendaknya diberikan selama 7 –
disebabkan oleh 10 hari
Chlamydia
trachomatis
Sepsis serius yang Gentamisin intravena plus Sefalosporin spektrum luas Untuk menegakkan patogen penyabab ada
tak terdiagnosis penisilin antipseudomonas intravena (seperti kemungkinan untuk menghilangkan
intravena, mungkin sefuroksim atau gentamisin kalau organisme rentan terhadap
ditambah dengan seftazidim) penisilin antipseudomonas dan pasien telah
metronidazol memperlihatkan respons yang memuaskan
Acuan :
Rubin, Peter, 1999, Peresepan Untuk Ibu Hamil, Penerbit Hipokrates, Jakarta
LAMPIRAN 3
DAFTAR PILIHAN OBAT UNTUK KASUS-KASUS YANG SERING TERJADI
JENIS OBAT DOSIS INDIKASI EFEK KETERANGAN
TERAPI SAMPING
Acuan :
Rubin, Peter, 1999, Peresepan Untuk Ibu Hamil, Penerbit Hipokrates, Jakarta
LAMPIRAN 4
DAFTAR INDEK KEAMANAN OBAT PADA KEHAMILAN DAN PETUNJUK PENGGUNAAN
OBAT
NO GENERIK CARA KATEGORI NO GENERIK CARA KATEGORI
PEMBERIAN PEMBERIAN
Parenteral
175 Cefpodoxime Oral B 217 Cisapride Oral C
Keterangan :
Kategori A
Studi control untuk menunjukan resiko pada fetus ditrimester pertama gagal (tidak ada bukti resiko
pada trimester berikutnya) kemungkinan aman pada fetus
Kategori B
Pada studi reproduksi hawan tidak dapat menunjukan resiko pada fetus, pada studi control wanita
hamil / studi reproduksi hewan tidak menunjukan efek samping (selain dari penurunan fertilitas)
yang tidak dikonfimasikan pada studi control wanita hamil pada trimester pertama (tidak ada bukti
pada trimester berikutnya)
Kategori C
Studi pada hewan menunjukan efek samping pada fetus (teratogenik) / embriosidal atau yang
lainnya, tetapi belum ada studi control pada wanita hamil, obat harus diberikan hanya jika
keuntungan lebih besar dari resiko pada fetus.
Kategori X
Studi pada hewan atau manusia telah menunjukan ketidaknormalan fetus / terdapat bukti terhadap
resiko fetus berdasarkan pengalaman manusia / keduanya, penggunaan obat terhadap wanita hamil
tidak ada keuntungannya. Obat ini kontraindikasi dengan wanita hamil
Acuan :
16. , 2005, Indek Keamanan Obat Pada Kehamilan dan Petunjuk Penggunaan Obat
dengan atau tanpa Makanan, Tugas Khusus Pelatihan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta
2. MIMS, 102nd ed 2005, Indonesia
LAMPIRAN 5
DAFTAR VITAMIN DAN MINERAL YANG SERING DIGUNAKAN
NO GENERIK FDA S P KETERANGAN
2 Vitamin A C 3 2-3 2 kasus anomali saluran kencing janin. Dosis tinggi (kontraindikasi) ibu hamil yang
mengalami defisiensi vitamin A : teratogenik . bila dipakai terus menerus dengan
dosis > 25.000 IU/hari dapat menyebablan craniofacial, cardiac defec, facial palsy,
limb reduction, atresia saluran pencernaan, urinary tract defect.
3 Foloc acid A 5 Memberikan efek proteksi bila diberikan selama 1,5 bulan pertama sebanyak 4
mg/hari. Kalau defisiensi asam folat pada awal kehamilan dapat menyababkan
congenotal malformasi, terutama neural tube defect
4 Vitamin 4 3 Hiperkalsemia neonatal. Vitamin D untuk hipoparatiroid tidak ada efek pada janin
D/kolekalsiferol
5 Piridoxin Aman
7 Menadione X Hiperbilirubinemia & kernicterus pada bayi yang baru lahir. Bila perlu vitamin
K selama hamil gunakan phytonadione
8 Menadiol X Idem
Keterangan :
Kategori A
Studi control untuk menunjukan resiko pada fetus ditrimester pertama gagal (tidak ada bukti resiko
pada trimester berikutnya) kemungkinan aman pada fetus
Kategori B
Pada studi reproduksi hawan tidak dapat menunjukan resiko pada fetus, pada studi control wanita
hamil / studi reproduksi hewan tidak menunjukan efek samping (selain dari penurunan fertilitas)
yang tidak dikonfimasikan pada studi control wanita hamil pada trimester pertama (tidak ada bukti
pada trimester berikutnya)
Kategori C
Studi pada hewan menunjukan efek samping pada fetus (teratogenik) / embriosidal atau yang
lainnya, tetapi belum ada studi control pada wanita hamil, obat harus diberikan hanya jika
keuntungan lebih besar dari resiko pada fetus.
Kategori X
Studi pada hewan atau manusia telah menunjukan ketidaknormalan fetus / terdapat bukti terhadap
resiko fetus berdasarkan pengalaman manusia / keduanya, penggunaan obat terhadap wanita hamil
tidak ada keuntungannya. Obat ini kontraindikasi dengan wanita hamil
Kode Signifikan :
1. Teratogenik pada manusia
2. Mungkin teratogenik pada manusia
3. Memiliki kemungkinan terjadi teratogenik pada manusia
4. Memiliki kemungkinan yang kecil untuk menyebabkan teratogenik pada manusia
5. Tidak teratogenik pada manusia
Kode Potensi :
1. Sering terjadi efek secara rutin
2. Kadang-kadang terjadi efek tetapi tidak rutin
3. Jarang terjadi efek
4. Tidak ada efek
Acuan :
1999, Laporan Penelitian Praktek Kerja Profesi di RSAB Harapan Kita
LAMPIRAN 6
DAFTAR OBAT – OBAT YANG DIPERTIMBANGKAN KONTRAINDIKASI SELAMA
MENYUSUI
OBAT / GOL. OBAT EFEK PADA BAYI
Amfetamin Terakumulasi dalam ASI dan dapat menyebabkan iritasi, dan pola tidur
yang jelek
Antineoplastik Potensial menekan sistem imun, efek sitotoksik obat pada bayi belum
diketahui
Ergotamin Potensial menekan laktasi, muntah, diare, dan kejang telah dilaporkan
Etanol Kontraindikasi masih kontroversial, intake yang tinggi pada ibu dapat
menyebabkan bayi yang disusui : sedasi, diaforesis, deep sleep,
lemah,menghambat pertumbuhan danberat badan abnormal. Paparan
yang kronik juga menimbulkan keterlambatan perkembangan
psikomotor. Bayi dari ibu alkoholik menyebabkan risiko yang potensial
hipoprotombin berat,perdarahan, dan pseudo cushing sindrome. AAP
mengklasifikasikan compatible (dapat diterima), tapi harus
dipertimbangkan kontraindikasinya. Satu review menyarankan untuk
menunggu 1-2 hari setelah minum sebelum menyusui
Misoprostol Ekskresi dalam ASI belum jelas, tapi kontraindikasi karena potensial
terjadi diare berat pada bayi
LAMPIRAN 7
DAFTAR PEMILIHAN OBAT SECARA UMUM UNTUK IBU MENYUSUI
OBAT / GOL. OBAT EFEK PADA BAYI
Acetaminophen Compatible, malulopapular rash pada bayi bagian atas dan wajah pada
bayi telah dilaporkan
Amitriptilin Tidak ada efek samping yang dilaporka, tapi AAP mempertimbangkan
penggunaannya
Bromfeniramin Amati gejala pada bayi: iritasi, gangguan pola tidur. Compatible
Caffein Akumulasi dapat terjadi jika ibu pengkonsumsi berat, compatible dalam
jumlah biasa. Amati iritasi dan gangguan tidur
Carbamazepin Compatible
Chlorpromazin Diekskresikan lewat ASI, ngantuk dan lemas teramati pada bayi. AAP
mempertimbnagkan penggunaannya karena efek dan potensial galaktore
Codein Compatible
Diazepam Letargin dan kehilangan berat badan dilaporkan, amati akumulasi pada
bayi, pertimbangkan penggunaannya
LAMPIRAN 8
PEDOMAN UNTUK PENGOBATAN DAN PEMBERIAN ASI
PENGOBATAN KATEGORI CATATAN
A B C D
Kafein √ Jika dosis ibu tinggi, bayi menjadi peka dan lemah
Zat besi √ Suplemen tidak mengubah kadar zat besi pada ASI
dalam jumlah besar
Terbutalin (Brethaire) √ Dosis untuk bayi adalah 0,2 % dari dosis maternal.
Gejala dari rangsangan beta-adrenergik tidak
ditemukan dalam penelitian terhadap bayi.
Tiroid dan tiroksin (synthoroid) √ Dapat meningkatkan volume ASI bila ibu hipotiroid.
Verapamil (Isoptin) √ Tidak ada obat yang ditemukan dalam plasma bayi.
Ket. Kategori :
A : Relatif Aman C : Tidak diketahui
B : Membutuhkan Perhatian D : Kontraindikasi
Acuan :
Riordan, Jan, EdD, RN, IBCLC, FAAN, 1996, Buku Saku Menyusui & Laktasi, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.