di
STUDI KASUS
Disusun Oleh:
Pada Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Farmasi Rumah Sakit telah
dilakukan studi kasus di ruang ICU Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik. Pengamatan dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2023
sampai 15 April 2023. Tujuan dilaksanakannya studi kasus ini adalah untuk
memantau penggunaan obat pada pasien Tn. BP yang dirawat di ruang
ICUInstalasi Gawat Darurat RSUP H. Adam Malik Medan.
Studi kasus yang diambil yaitu pada pasien “Penurunan Kesadaran ec
sepsis dd uremic encephalopathy Sepsis ec Pneumonia DM Tipe 2 AKI stadium
III dd CKD ec ND Anemia ec penyakit kronik dd pendarhan Hiperkalemia
Sindroma Geriatri”. Kegiatan studi kasus ini yaitu melihat rasionalitas
penggunaan obat terhadap pasien. Penilaian rasionalitas penggunaan obat meliputi
asesmen permasalahan terkait obat (DRP) yaitu mengidentifikasi adanya DRP
dan mengatasi DRP. Obat-obatan yang dipantau dalam kasus ini adalah
Meropenem injeksi 500 Mg, Vancomisin Hcl injeksi 500 mg, Sefepim 1 gr,
Ranitidine inj 50mg/ml, Norepinefrin inj 4mg/4ml, Natrium Bikarbonat 8,4%-
Meylon, Analog Insulin – Levemir Flexpen 100 IU/ml, Metoklopramid inj 5 mg,
Lar mengandung lipid Clinopleic 20% ml, Glukosa 40% - Otsu D40%, btl 25 ml,
Larutan Mengandung as.amino – BFLUID 1000, Nacl 0,9% 100 ml,
Midazolam inj 1mg-Fortanest 5 mg, Nacl 0,9% 100 ml, Fenatil inj 0,05
mg/ml, (SBG,SITRAT)2ml, Heparin inj 5000 UI/ml, Urea 10% - Carmed
Penilaian yang didapat adalah pasien mendapatkan terapi obat tanpa
indikasi klinis dan terdapat indikasi klinis tanpa pengobatan. Oleh karena itu,
diharapkan kepada tenaga kesehatan yang terkait agar memonitoring dalam
menjalankan terapi terhadap pasien.
i
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
ii
3.3 Ringkasan pada Waktu Pasien Masuk RSUP H. Adam Malik 35
3.4 Pemeriksaan Fisik .............................................................. 36
3.5 Pelayanan Informasi Obat .................................................. 37
3.6 Pemeriksaan Penunjang ..................................................... 39
3.7 Pemeriksaan Mikrobiologi ................................................. 40
3.8 Terapi Obat........................................................................ 41
3.9 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi......................... 42
3.10 Care Plan Terintegrasi....................................................... 60
3.11 Assesment Terapi Obat/ Drug Therapy Assesment Worksheet
(DTAW) ............................................................................ 61
3.12 Masalah Terkait Obat (Drug Related Problem List) ........... 63
3.13 Harmacist Care Plan Worksheet ........................................ 63
3.14 Pharmacist Care Plan Monitoring Worksheet .................... 64
3.15 SOAP Farmasi ................................................................... 64
3.16 Pelayanan Informasi Obat .................................................. 67
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Data Pasien.................................................................................... 35
Tabel 3.2 Riwayat Penyakit dan Pengobatan Pasien ...................................... 35
Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien ...................................................... 36
Tabel 3.4 Hasil Pemeriksaan Patologi Klinik ................................................. 37
Tabel 3.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 39
Tabel 3.6 Pemilihan Terapi Obat ................................................................... 41
Tabel 3.7 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi .................................... 42
Tabel 3.8 Care Plan Terintegrasi .................................................................. 60
Tabel 3.9 Drug Therapy Assesment Worksheet (DTAW) ............................... 61
Tabel 3.10 Masalah Terkait Obat (Drug Related Problem List) ..................... 63
Tabel 3.11 Pharmacist Care Plan Worksheet ................................................ 63
Tabel 3.12 Pharmacist Care Plan Monitoring Worksheet .............................. 64
Tabel 3.13 SOAP 14 Februari 2023 ............................................................... 64
Tabel 3.14 SOAP 15 Februari 2023 ............................................................... 64
Tabel 3.15 SOAP 16 Februari 2023 ............................................................... 65
Tabel 3.16 SOAP 17 Februari 2023 ............................................................... 65
Tabel 3.17 SOAP 18 Februari 2023 ............................................................... 66
Tabel 3.18 SOAP 19 Februari 2023 ............................................................... 66
Tabel 3.19 SOAP 20 Februari 2023 ............................................................... 67
iv
DAFTAR GAMBAR
Halamana
Gambar 2.1 Kriteria Diagnosa Sepsis ............................................................ 7
Gambar 3.1 Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi ................................................ 47
v
BAB I
PENDAHULUAN
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Menkes RI, 2016).
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi
klinik dengan maksud mencapai hasil yang pasti dan meningkatkan mutu
produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi kepada pasien
menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi apoteker perlu ditingkatkan secara
1
Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-hal
Indonesia dapat berkompetisi dan menjadi tuan rumah di negara sendiri (Menkes
RI, 2016).
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan
risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki. Kegiatan dalam pemantauan terapi obat
meliputi pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi,
terkait obat, dan pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat (Menkes RI,
2016).
mahasiswa calon apoteker perlu diberi pembekalan dalam bentuk praktik kerja
profesi di rumah sakit. Praktik kerja profesi di rumah sakit menerapkan salah satu
dan menyelesaikan masalah terkait obat dan masalah yang berhubungan dengan
di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Studi kasus yang diambil adalah
Efusi Pleura”
pneumonia ”.
2
Melakukan pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1.1 Sepsis
2.1.1.1 Definisi
atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses
disebabkan oleh sepsis. Komplikasi yang ditimbulkan oleh sepsis dapat berupa
coaglukosation (DIC), renjatan septik dan gagal multi organ (Kemenkes RI,
2017).
Sepsis dapat berkembang menjadi sepsis berat dan syok sepsis. Sepsis
Berat adalah sepsis disertai dengan kondisi disfungsi organ, yang disebabkan
karena inflamasi sistemik dan respon prokoagulan terhadap infeksi. Syok Septik
sistolik < 65 mmHg, atau penurunan > 40 mmHg dari ambang dasar tekanan
darah sistolik yang tidak responsif setelah diberikan cairan kristaloid sebesar 20
Dalam praktik klinis, sering terjadi kendala pada aspek diagnosis sepsis.
Hasil kultur darah baru bisa didapatkan klinisi setelah beberapa hari perawatan,
4
menunjukkan hasil positif pada 30-50% sampel. Pada pasien dengan penyakit
pasien usia lanjut seringkali manifestasi klinis sepsis tidak tampak, sehingga
diperlukan dalam rangka diagnosis dan terapi sepsis (Kemenkes RI, 2017).
2.1.2 Etiologi
jarang menimbulkan sepsis dengan angka kejadian antara 20-40% dari seluruh
angka kejadian sepsis. Jamur oportunistik, virus, atau protozoa juga dilaporkan
dapat menimbulkan sepsis dengan kekerapan lebih jarang (Kemenkes RI, 2017).
sitokin, juga berperan penting dalam proses agregasi trombosit (Kemenkes RI,
2017).
2.1.3 Patofisiologi
sistem imun dan mekanisme down-regulasi untuk mengontrol reaksi. Efek yang
generalisasi respons imun terhadap tempat yang berjauhan dari tempat infeksi,
5
selular,serta penyebarluasan mikroorganisme penyebab infeksi (Purwanto, dkk,
sepsis. Patofisiologi sepsis dapat dimulai oleh komponen membran luar organisme
Gram positif (misalnya, asam lipoteichoic, peptidoglikan), serta jamur, virus, dan
sel-sel imun (neutrofil, limfosit, dan makrofag) untuk meninggalkan sirkulasi dan
memasuki tempat infeksi. Signal oleh mediator ini terjadi melalui sebuah reseptor
inflamasi, tumor necrosis factor α (TNF-α), dan interleukin 1 (IL-1). TNF-α dan
sitokin ini menyebabkan produksi molekul adhesi pada sel endotel dan neutrofil.
6
meskipun tentu saja vasodilatasi di tingkat makrosirkulasi merupakan penyebab
2.1.3.1 Diagnosa
7
Gambar 2.1 Kriteria Diagnosa Sepsis (Kemenkes RI, 2017).
dipublikasi sebelumnya, pada tahun 2016 the European Society of Intensive Care
perubahan definisi sepsis yang menekankan pada terjadinya disfungsi organ pada
(SOFA) digunakan sebagai cara penilaian disfungsi organ. Penambahan akut dua
atau lebih nilai SOFA sebagai akibat infeksi digunakan sebagai dasar diagnosis
sepsis. Kelompok ahli juga mengajukan kriteria baru yang dapat digunakan
sebagai penapis pasien sepsis yang dikenal dengan istilah quick SOFA (qSOFA).
Tiga kriteria SOFA adalah laju napas lebih dari sama dengan 22 napas/menit,
perubahan kesadaran, tekanan darah sistolik kurang dari sama dengan 100 mmHg
8
2.1.3.2 Penatalaksanaan Terapi
1. Resusitasi Inisial
tekanan vena sentral, dan produksi urin pada umumnya gagal mendeteksi hipoksis
jaringan global yang persisten. Oleh karena itu diupayakan strategi resusitasi yang
2. Terapi Antimikroba
setelah diagnosis syok septik dan sepsis berat tanpa syok, sebagai target terapi.
1. Terapi antiinfeksi empiris awal dapat berupa satu atau lebih obat yang
melihatkemungkinan deekskalasi.
Gunakan kadar prokalsitonin rendah atau biomarker lain yang serupa untuk
awalnya memiliki tampilan klinis sepsis, namun ternyata tidak memiliki bukti
infeksi.
sepsis berat dan untuk pasien yang sulit diterapi karena adanya patogen
9
sp. Untuk pasien tertentu dengan infeksi berat disertai kegagalan nafas
makrolid.
b. Terapi empiris kombinasi sebaiknya tidak diberikan lebih dari 3-5 hari.
lambat, beberapa infeksi jamur atau virus atau defisiensi imun, termasuk
neutropenia.
Terapi antivirus dimulai seawal mungkin pada pasien dengan sepsis berat
atu syok septik dengan penyebab virus. Antimikroba tidak diberikan pada
infeksiantara lain:
10
c. Iskemia usus
d. Kolangitis
e. Pielonefritis
g. Empiema
h. Artritis septik
i. Fraktur terbuka
4. Vasopresor
Terapi vasopresor diberikan untuk mencapai target tekanan arteri rerata (MAP)65
mmHg.
tunggal untuk mengatasi hipotensi pada sepsis, dan dosis lebih tinggi dari
11
5. Fenilefrin tidak direkomendasikan sebagai terapi syok septik kecuali pada
kondisi :
sebagai vasopresor harus hati-hati pada pasien dengan takikardia (laju nadi >
100x/menit) dan sebaiknya dihindari bila didapatkan bukti takiaritmia pada rekam
5. Inotropik
dobutamin, dan epinefrin. Hingga saat ini dobutamin adalah inotropik pilihan
12
3. Dobutamin tidak dipakai untuk meningkatkan indeks curah jantung sampai
(Kemenkes, 2017).
1. Kortikosteroid
apabila resusitasi caitran telah adekuat dan pemakaian obat vasopresor telah
mencapai hemodinamik stabil. Apabila target ini tidak tercapai, maka dapat
b. Uji stimulasi ACTH tidak diperlukan pada pasien syok septik dewasa yang
diperlukan lagi.
Deksametason 8-12 mg, karena dosis lebih tinggi menjadi predisposisi terjadi
untuk tujuan ini diberikan secepatnya jika resusitasi cairan telah adekuat dan
13
vasopresor telah diberikan namun tidak dapat mencapai hemodinamik stabil.
2. Komponen Darah
a. Pada pasien dewasa bila gangguan perfusi berhasil diatasi dan tidak disertai
akut atau penyakit jantung iskemik, transfusi sel darah merah hanya diberikan
bila konsentrasi hemoglobin (Hb) < 7,0 g/dl dengan target konsentrasi Hb 7-9
g/dl.
dilakukan untuk koreksi nilai faktor pembekuan abnormal tanpa adanya tanda
intravaskulardiseminata (DIC).
d. Konsentrat antitrombin dosis tinggi tidak diberikan sebagai terapi sepsis berat
Target Hb yang dianjurkan pada pasien sepsis adalah > 8g/dl untuk mencapai
target Hb yang dianjurkan adalah > 10 g/dl. Pada pasien sepsis yang
14
perlu dikonsultasikan dengan dokter spesialis bedah Penanganan gangguan
tromboemboli.
Sedasi hanya diberikan pada pasien yang agitatif, tidak kooperatif, tidak dapat
diatasi dengan terapi lain. Pemberian sedatif harus dititrasi sesuai respon
2. Pemakaian obat pelumpuh otot sedapat mungkin dihindari pada pasien sepsis
intermitten maupun infus kontinu bila diperlukan, kedalaman kerja obat harus
3. Pemakaian obat pelumpuh otot jangka pendek, tidak lebih dari 48 jam
15
diberikan pada sepsis awal disertai Acute Respiratory Distress Syndrome
darah > 180 mg/dl dengan target penurunan glukosa darah < 180 mg/dl.
prinsipnya adalah :
1. Pengaturan glukosa darah pada pasien ICU dengan sepsis berat membutuhkan
pemberian insulin apabila hasil dua kali pemeriksaan kadar glukosa darah
(KGD) berturut-tutut > 180 mg/dl. Protokol ditujukan untuk mencapai target
2. KGD dipantau setiap 1-2 jam sampai stabil (140-180 mg/dl) dan selanjutnya
dipantau setiap 4-6 jam. Pemberian insulin dosis koreksi dapat diberikan
3. Hasil KGD yang diambil melalui pembuluh darah kapiler harus dinilai secara
0,5-1 unit/jam. Alat pengukur Kadar Glukosa Darah (KGD) harus tersedia
16
tidak memungkinkan, insulin dapat diberikan secara subkutan. Insulin yang
dipakai untuk pemberian kontinu adalah insulin kerja pendek (short acting
(Kemenkes, 2017).
2.1.3.3 Komplikasi
Perkembangan sepsis yang paling umum adalah syok sepsis. Syok sepsis
disebabkan karena dilatasi arteri dan vena yang diinduksi oleh mediator inflamasi,
mikrovaskuler: arteriol, venula, dan kapiler. Hal ini diperburuk oleh bocornya
fungsi penghalang endotel yang disebabkan oleh perubahan cadherin endotel dan
dari sepsis. Seringkali trombositopenia menjadi petunjuk dari DIC karena pada
17
parah dari perkembangan dari infeksi sederhana akibat sepsis dan syok sepsis
yang dihubungkan dengan angka kematian yang tinggi. Disfungsi organ pada
disfungsi endotel dan mikrovaskular, disregulasi imun dan sistem syaraf otonom,
2.1.4.1 Definisi
pada pasien dengan gagal ginjal akut maupun kronik. Biasanya dengan nilai kadar
Creatinine Clearance menurun dan tetap di bawah 15 mL/mnt. Gejala dini berupa
halusinasi, kejang dan stupor. Gejala ini dapat berfluktuasi dari hari kehari,
2.1.4.2 Etiologi
2. Acute glomerulonephritis.
3. Renovascular hypertensive.
meningitis.
18
5. Pheochromacytoma, rennin-secreting tumor. Simpatomimetik seperti cocain,
6. Eklampsi, preeklampsi
9. Autonomic hyperactivity
10. Vasculitis
2.1.4.3 Patofisiologi
edema serebri. Dua teori telah diusulkan untuk menjelaskan mengapa ini terjadi:
suatu reverse osmotic shift yang diinduksi oleh ureum; dan suatu penurunan pH
pergerakan air ke dalam sel. Di dalam otak, pergeseran air ini menyebabkan
edema serebri dan berbagai derajat kelainan neurologis akut. Hilangnya air
90 menit. Perubahan ini berhubungan dengan suatu enam persen peningkatan air
di dalam otak. Ureum biasanya dianggap sebagai suatu osmole " tidak efektif",
19
oleh karena kemampuan nya untuk melewati membran sel. Bagaimanapun, efek
ini berlangusng selama beberapa jam untuk selesai. Oleh sebab itu, tidak terdapat
suatu osmole efektif, menyebabkan pergerakan air ke dalam otak. 5,8 Beberapa
peneliti sudah mengusulkan bahwa efek reverse urea tidak bisa menyebabkan
edema serebri pada DDS, karena pergerakan ureum ke luar dari otak cukup cepat
untuk mencegah suatu gradien osmotik yang besar antara otak dan cairan
cerebral, terjadi via suatu mekanisme tidak-pasti, adalah hal yang penting.
Pergeseran kalium dan sodium oleh ion hidrogen yang berlebih dan peningkatan
Sumatera Utara peningkatan pada osmolytes organik otak belum ditetapkan dalam
semua studi. Di dalam kebanyakan laporan, efek reverse urea nampaknya cukup
Pencegahan adalah hal utama dalam terapi DDS, terutama sekali pada
pasien yang baru didialisis yang berada pada resiko paling tinggi. Dialisis awal
bertahap, yang akan bersifat melindungi tetapi mungkin tidak mencegah gejala
ringan seperti sakit kepala dan rasa tidak enak badan. Penurunan ureum perlahan
dapat dicapai oleh salah satu dari metoda berikut : dengan hemodialysis, terapi
dapat dimulai dengan dua jam dialisis dengan laju alir darah yang rendah yaitu
20
150 hingga 250 mL/min dengan suatu dialyzer dengan area permukaan kecil. Cara
ini, yang dapat diulang tiap hari selama tiga atau empat hari, berbeda dengan
standar yang ada. Jika pasien tidak menunjukkan tanda DDS, laju aliran darah
dapat ditingkatkan hingga 50 mL/min tiap perawatan ( sampai ke 300 hingga 400
mL/min) dan durasi dialisis dapat ditingkatkan dalam 30 menit ( sampai empat
jam atau lebih, sebagaimana diperlukan untuk perpindahan solute adekuat). Pasien
ultrafiltration ( yang memindahkan lebih sedikit ureum per unit per waktu) yang
diikuti oleh hemodialisis jangka pendek. Pasien dapat dimulai dengan peritoneal
dialisis di mana tingkat yang rendah dari arus darah peritoneal mengakibatkan
suatu bersihan urea per waktu unit yang lebih rendah dari pada dengan
mannitol hypertonic intravena tiap jam dialisis pada high-risk pasien dengan
azotemia nyata ( ureum di atas 150 hingga 200 mg/dL [ 54 hingga 71 mmol/L])
atau suatu perubahan status mental. Gejala DDS adalah self-limited dan pada
umumnya menghilang dalam beberapa jam. DDS berat dengan bangkitan dapat
2.1.5 Pneumonia
2.1.5.1 Definisi
mikroba. Untuk kuman penyebab yang didapat dari masyarakat disebut dengan
21
pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling serius.
Hal ini terutama bila dikaitkan dengan jumlah kasus rawat inap, yang diikuti
dengan peningkatan jumlah kasus, peningkatan komplikasi yang serius dan juga
sebagai penyebab utama kematian diantara kasus infeksi lainnya (Reviono, 2017).
2.1.5.2 Etiologi
parenkim paru. Proses inflamasi terjadi saat bakteri masuk ke dalam tubuh,
melawan invasi bakteri sehingga dapat dieliminasi. Proses inflamasi akan berhenti
apabila bakteri tersebut dapat dikeluarkan dari tubuh. Sebaliknya, apabila bakteri
2.1.5.3 Patofisiologi
dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru
tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan
paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri
22
2.1.5.4 Diagnosa
radiologi. Diagnosis pneumonia ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat
infeksi. Pada layanan primer, sering kali pasien datang tidak membawa
riwayat gejala pasien dengan cermat. Gejala yang mengarah pada kecurigaan
1. Batuk bertambah
5. Radiologi
23
6. Laboratorium
leukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED meningkat.
7. Mikrobiologi
polisakarida pneumokokkus.
antibiotik empiris dan terapi suportif perlu diberikan untuk menjaga kondisi
sensitivitas bakteri terhadap antibiotika, keadaan tubuh pasien, dan faktor biaya
(SaO2 > 92%) dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan stabilitas
24
napas positif kontinu (continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis
mungkin diperlukan pada gagal napas. Bila demam atau nyeri pleuritik dapat
2.1.5.6 Komplikasi
sepsis,mikosis paru, gagal napas, gagal ginjal, gagal multi organ (PDPI, 2021).
a. Indikasi: Meningitis, infeksi kulit yang parah, infeksi organ dan lapisan
b. Dosis: Dewasa: 500 mg, tiap 8 jam. Dosis maksimal 2.000 mg. Anak
c. Efek samping: Sakit kepala, konstipasi, mati rasa atau kesemutan, mual
dan muntah, diare, sakit perut, nyeri, kemerahan, atau bengkak di area
25
2.2.2 Ranitidin Injeksi
terhadap ranitidin
26
b. Kontraindikasi: Hipersensitivitas
alergi seperti gatal-gatal, ruam kulit, dan sesak napas ,kemerahan pada
kulit, nyeri otot dada dan punggung, perdarahan atau memar yang tidak
berkembang. Hal ini serupa dengan cara kerja obat yang menghambat
f. Sediaan/kemasan: Ampul (
rentan.
c. Dosis: Infeksi ringan hingga sedang: diberikan dosis 1-2 g / hari dalam
2 dosis terbagi.
27
Diberikan dosis hingga 6 g / hari dalam 3 dosis terbagi. Di suntikkan
Dengan begitu, bakteri tidak dapat bertahan hidup dan infeksi bisa
teratasi.
f. Sediaan/kemasan: Ampul
bolus : 1-2 x sehari dengan dosis yang disesuaikan dengan individu, dan
28
ini di suntikkan di bawah kulit dengan membentuk reservoir insulin
menetralkan asam.
d. Sediaan/kemasan: Ampul
1. Komposisi: Metoclopramide
a. Indikasi: Hipokalemia
pheochromocytoma
bawah 60 kg) 3 kali sehari; anak sampai dengan 1 tahun (berat sampai 10
kg) 1 mg 2 kali sehari, 1-3 tahun (10-14 kg) 1 mg 2-3 kali sehari, 3-5
29
d. Efek samping: Gelisah, mengantuk, pusing, rasa cemas dan bingung,
f. Sediaan/Kemasan: Ampul
darah, dan reaksi obat), sebagai terapi penunjang pada kasus-kasus henti
Dosis rumatan rata- rata: antara 0,5 - 1 mL tiap menit (dari 2 - 4 mcg
cairandasar).
30
kepala sementara; Sistem pernapasan: kesukaran bernapas; Kulit:
depres
c. Dosis: Dosis awal adalah 1–2 mcg/kgBB per jam. Dosis pemeliharaan 2–
dengankebutuhan.
dengancaramemblokir sinyal rasa sakit pada sel saraf yang menuju otak
31
2.2.10 Midazolam Injeksi
kehamilan.
c. Dosis: dosis awal 0,03–0,3 mg/kgBB per hari, dosis dapat ditambahkan
hingga 1–2,5 mg per hari, disuntikkan perlahan selama 20–30 detik, dosis
penyuntikan
neural.
32
2.2.11 Heparin Injeksi
e. Sediaan/kemasan: Vial
1. Komposisi: Bisacodyl 10 mg
defekasi
c. Dosis: Dewasa dan Anak > 12 tahun : 2-3 tablet/hari. Anak 6-12 tahun :
suppo dewasa (10 mg). Anak < 12 tahun : 1 suppo anak (5 mg).
d. Efek samping: Kram dan nyeri perut, reaksi alergi, angioedema dan
reaksi anafilaktoid
33
e. Mekanisme kerja: merangsang pergerakan pada usus besar serta
f. Sediaan/kemasan: Strip
34
BAB III
3.2berikut ini.
Riwayat
Penyakit Terdahulu Penyakit Alergi Sosial Penggunaan
Keluarga Obat
Terdahulu
DM, Gangguang Ginjal, - - - Insulin
Kesadaran Apatis
Pasien dengan keluhan penurunan kesadaran hal ini dialami pasien i pasien
35
secara perlahan, riwayat muntah menyembur dan trauma disangkal, muntah
dialami pasien 2 kali dalam 24 jam terakhir, dengan volume 1-2 gelas air mineral,
sesak nafas dialami pasien dengan batuk berdahak, dimana dahak tidak dapat di
keluarkan dan kerap di lakukan nebulizer kepada pasien dirumah, pendarahan gusi
disangkal, riwayat mudah lebam disangkal, riwayat bengkak pada kaki disangkal,
kejang disangkal, BAB hitam dan merah disangkal, BAK sedikit dengan 400 cc /
ginjal, diabetes dan gangguan pada paru, pasien sewaktu dirumah dirawat oleh
anak beliau, pasien tidak dapat meninggalkan tempat tidur, riwayat jatuh
disangkal, pasien selalu harus dibantu oleh keluarga, pasien sulit dinilai untuk
kemampuan penglihatan dan penciuman serta untuk fungsi kognitif dari pasien
pemeriksaan fisik yang dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini.
TD : Tekanan Darah
T : Temperature
RR : Respiratory Rate
HR : Heart Rate
SpO2 : Saturasi Oksigen DarahSens : Sensorium
CM : Compos Mentis
36
3.5 Pelayanan Informasi Obat
HEMATOLOGI
Uraian Rujukan Satuan Tanggal
Unit 14-02-2023 15-02-2023 16-02-2023
Hemoglobin 12-16 g/dL 8,2 8,2 -
(HGB)
Eritrosit(RBC) 4,50-6,50 Juta / µL 2,90 2,90 -
Leukosit(WBC) 4.000- /µL 30,460 30.460 -
11.0000
Hematokrit 39-54 % 24,7 24,7 -
Trombosit 150.000- /µL 237,000 237,000 -
450.000
MCV 81-99 fL 85 85 -
MCH 27,0-31,0 pg 28,3 28,3 -
MCHC 31,0-37,0 g/dL 33,2 33,2 -
RDW 11,5-14,5 % 16,3 16,3 -
MPV 6,5-9,5 fL 10,8 10,8 -
PCT 0,100- % 0,260 0,260 -
0,500
PDW 10,0-18,0 % 12,5 13,6 -
Neutrofil 50,00- % 7,426 90,50 -
70,00
Limfosit 20,00- % 3,00 93,00 -
40,00
Monosit 2,00-8,00 % 2,70 2,70 -
Eosinofil 1,00-3,00 % 2,80 2,80 -
Basofil 0,00-1,00 % 1,00 1,00 -
NeutrofilAbsolut 2,7-6,5 10³/µL 27,57 27,57 -
Limfosit 1,5-3,7 10³/µL 0,92 0,92 -
Absolut
Monosit 0,2-0,4 10³/µL 0,83 0,83 -
Absolut
EosinofilAbsolut 0-0,10 10³/µL 0,85 0,85 -
Basofil 0-0,1 10³/µL 0,29 0,29 -
Absolut
KIMIA KLINIK
ANALISA GAS DARAH
Uraian Rujukan Satuan Tanggal
Unit 14-02-2023 15-02-2023 16-02-2023
pH 7,35-7,45 - 7,426 7,400 7,465
pCO2 38-42 mmHg 20,8 16,7 25,0
pO2 85-100 mmHg 202,4 215,2 184,2
Bikarbonat 22-26 mmol/ 13,8 13,0 18,2
37
(HCO3) L
Total CO2 19-25 mmol/ 14,4 14,5 18,2
L
Kelebihan basa (-2) – (+2) mmol/ 8,8 81 38
L
Saturasi O2 95-100 % 98,7 98,9 99,2
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa darah Mg/dL 70-120 - - - - - - 164
puasa
Glukosa darah Mg/dL <200 133 174 151 155 145 167 149
sewaktu
Hb-AIc % 4,8-5,9 - - - - - - 5,9
ELEKTROLIT
Uraian Rujukan Satuan Tanggal
Unit 14-02-2023 15-02-2023 16-02-2023
Natrium 135-155 mEq/L 136 140 1
(Na) 4
0
Kalium (K) 3,6-5,5 mEq/L 2,3 3 3
Klorida (Cl) 96-106 mEq/L - 98 9
8
GINJAL
Uraian Rujukan Satuan Tanggal
Unit 14-02-2023
Blood Urea 8-23 mg/dL 47,1
Nitrogen
(BUN)
Ureum 16-49 mg/dL 101
Kreatinin 0,62-1,1 mg/dL 01,10
HATI
Uraian Rujukan Satuan Tanggal
Unit 14-02-2023 15-02-2023 16-02-2023
Albumin 3,4-4,8 g/dL 1,74 - 3.4
FAAL HEMOSTASIS
Uraian Rujukan Satuan Tanggal
Unit 08-02-2023 09-02-2023 10-02-2023
D-dimer <0,5 mg/L 13,92 - -
PT+INR
Waktu
Protombrin
Pasien Detik - 33,67 -
Kontrol Detik - 18,3 -
INR 0,89-1,13 - 1,6 -
APPT
Pasien 23-34,7 Detik - 13,9 -
Kontrol Detik - 18,7 -
38
3.6 Pemeriksaan Penunjang
39
3.7 Pemeriksaan Mikrobiologi
Hasil Pemeriksaan
MR : 00884703 Sample ID/RS : 202302090689/19397
Nama : Ny K Ruangan :
Umur : 75 th 3 bl 10 hr Tgl. Penerimaan : 09-02-2023 13:49:42
Jenis Kelamin : Perempuan Dokter : dr. TAMBAR KEMBAREN, Sp.PD-KPTI
Diagnosa Spesimen : Sputum Lokasi :
Jenis Pemeriksaan: Hasil:
Pemeriksaan TCM/Genexpert ( PMDT ) I. MTB NEGATIF
Tanggal Hasil: 2023-02-10 09:30:24
Jenis Pemeriksaan:
Hasil:
Biakan Jamur Medium Padat dengan Resistensi
Tanggal Hasil: 2023-02-14 09:30:17 I. Candida albicans
Uji Kepekaan:Disk Antibiotik I
Fluconazole S
Voriconazole S
Caspofungin S
Micafungin S
Amphotericin S
BFlucytosine S
Hasil:
I. Tidak ada pertumbuhan bakteri
Jenis Pemeriksaan:
Kultur Anaerob Dengan Hasil:
ResistensiTanggal Hasil: 2023-02-14 09:30:17 Jenis I. Staphylococcus aureus
Pemeriksaan: II. Escherichia coli
Kultur Bakteri dengan Resistensi
Tanggal Hasil: 2023-02-12 14:05:36
Uji Kepekaan:Disk Antibiotik I II
Cefoxitin +
ScreenBenzylpe R
nicillin Oxacillin R
Gentamicin Cipr I
ofloxacin Levofl R S
oxacin Moxifloxa R R
cin I
Inducible Clindamycin -
ResistanceErythromycin R
Clindamycin Quinupristin R
/DalfopristinLinezolid S
Vancomycin S
Tetracycline S
Tigecycline S S
Nitrofurantoin S
Rifampicin S S
Trimethoprim/Sulfamethoxazole S
Flomoxef S R
Latamoxef R
Nafcillin R
R
40
Hasil Pemeriksaan
MR : 00884703 Sample ID/RS : 202302090689/19397
Nama : KABUN BR SEMBIRING Ruangan :
Umur : 75 th 3 bl 10 hr Tgl. Penerimaan : 08-02-2023 11:44:15
Jenis Kelamin : Perempuan Dokter : dr. TAMBAR KEMBAREN, Sp.PD-KPTI
Diagnosa : Spesimen : Sputum Lokasi :
Amoxicillin R
Amoxicillin/Clavulanic Acid R
Ampicillin/Sulbactam R S
Carbenicillin R
Ticarcillin R
Ticarcillin/Clavulanic Acid R
Azlocillin R
Mezlocillin R
Piperacillin R
Piperacillin/Tazobactam R S
Cloxacillin R
Dicloxacillin R
Flucloxacillin R
Methicillin R
Oxacillin MIC R
Cefaclor R
Cefadroxil R
Cefalexin R
Cefalotin R
Cefazolin R
Cefetamet R
Cefonicid R
Cefprozil R
Cefradine R
Cephapirin R
ESBL +
Ampicillin R
Cefazolin (urine) R
Cefazolin (other) R
Ceftazidime S
Ceftriaxone R
Cefepime S
Aztreonam S
Ertapenem S
Meropenem S
Amikacin S
41
Natrium Bicarbonat iv 500 mg/8 jam
500mg
Midazolam inj 1mg iv 1mg/8 jam - - - -
Fentanyl inj 0,05mg iv 0,05mg/8 jam - - -
Dulcolax supp 10mg Rectal 10mg/12jam - - - - - -
Analog Insulin - Sub 8 UI/24jam
Levemir Flex Pen
pasien terintegrasi (CPPT) dalam Medical Record (MR) pasien yang merupakan
hasil pengamatan yang dilakukan setiap harinya dalam format SOAP (Subjective,
42
Novorapid 8-8-8
- Inj Levemir 0-
0-8
14/02 Dokter Spesialis Penurunan Sens: DPO Penurunan tutosol 1 fls/24
Penyakit Dalam Kesadaran TD 110/80 kesadaran ec sepsis jam IVFD NaCl
mmHg Nadi dd uremic 0,9%, 20 tpm,
80x/menit encephalopathy makro inj
RR : 20x/i Sepsis ec meropenem 1
T : 36,8 Pneumonia DM gr/12 jam (8/2)
Tiper 2 AKI > lanjut sampai
stadium II dd CKD hari ke 10 (17/2)
ec DN Anemia ec inj vankomisin
penyakit kronik dd 1 gr/12 jam
perdarahan (8,4) (13/2) Inj.
Sindroma Geriatri Ranitidin 50 mg
hipoalbumin (2,2) / 12 Jam
High risk
thrombosis
(2,2)
14/02 Dokter Penurunan Sens : DPO Penurunan Penurunan
kesadaran ec kesadaran ec
sepsis Sepsis ec sepsis Sepsis ec
Pneumonia Pneumonia
Spesialis kesadaran TD: 132 /68
Penyakit mmHg;
Dalam HR 99 x/i
RR : 21 x/i
SpO2: 97 %
T : 36,8
43
Dokter Koreksi Airway clear; Penurunan Penurunan kesadaran ec
14/02 Spesialis Kalium dan terintubasi, S/G/C : -/- kesadaran ec sepsis ec pneumonia
Anestes Hb /-. Sp.Vs +/+, St : Rh - sepsis ec CADanterolateral HT
/-, Wh -/-. RR : pneumonia CAD terkontrol Efusi pleura
14 x/i SpO2 anterolateral HT (S) Hipokalemia
100%. MV terkontrol Efusi
SIMV VT 400 pleura (S)
ml, PEEP 5, Hipokalemia
FiO2 : 30%.
Akral H/M/K;TD
114/70
mmHg HR 74 x/i Sens
DPOUOP(+);
kateter(+) kuning
jernihAbd soepel;
BU(+) normal
Ekst edema(+);
fraktur(-)
15/02 Dokter anda2 Sens DPOTD;110/ 52 Anemia ec penyakit : inj. Heparin 5000iu/12
Spesialis perdarahan mmHg kronik dd jam--tunda antikoagulan
Penyakit (-) HR 90 x/i perdarahan (9,8)
Dalam High risk trombosis
with high risk
bleeding Penurunan
kesadaran ec sepsis
dd uremic
encephalopathy
Sepsis ec
Pneumonia ISK
komplikata DM
Tipe 2 AKI stadium
III dd CKD ec DN
Hipoalbumin (2,2)
Hiperkalemia (5.7--
> 6.0) Sindroma
Geriatri
(Immobilisasi,
Resiko Jatuh
Tinggi,
Ketergantungan
total)
15/02 Dokter Penurunan Sens : DPO nurunan kesadaran tutosol 1 fls/24 jam IVFD
Spesialis kesadaran TD;110/52 ec sepsis dd uremic NaCl 0,9%, 20 tpm, makro
Penyakit mmHg, encephalopathy inj meropenem 1 gr/12 jam
Dalam HR 90 x/i, Sepsis ec (8/2) > lanjut sampai hari
RR: 26 x/i, Pneumonia DM ke 10 (17/2) inj
Tipe 2 AKI stadium vankomisin 1 gr/12 jam
SpO2: 99%, II dd CKD ec DN (13/2) Inj. Ranitidin 50 mg
Anemia ec penyakit / 12 Jam
kronik dd
44
perdarahan (8,4)
Sindroma Geriatri
hipoalbumin (2,2)
High risk trombosis
with high risk
bleeding
15/02 Dokter kulit kering xerosis generalisata, m A : xerosis kutis carmed 2x1
Spesialis disertai manus sinistra digiti II susp morbus
Kulit dan bercak dan III amputatum hansen
Kelamin kecoklatan
seluruh
tubuh,
bercak putih
tidak
dijumpai.
jari tangan
kiri 2 dan 3.
BTA 3x
hasil negatif
45
Miloz 15 mg + 50 ml
NaCl 0,9
% via syringe pump,
terpasang
norepineprine 8 mg
dalam 50 mlnacl 0,9
% via syinge pump.
terpasang NGT dan
kateter urinedengan
baik.
Tampak decubitus
grade1 pada daerah
bokong dari RSLuar
46
terpasang NGT dan
kateter urine dengan
baik. Tampak
17/02 Dokter Keadaan TD: 131/72mmHg, HR Delirium ec sepsis Pasien dengan riwayat
Spesialis Umum 92 x/i, RR : 18x/i, SpO2: Sepsis ec Pneumonia stroke dan tirah baring
Penyakit Berat 98 %,Temp: 36,5'C MRSA ISK lama resiko trombosis
Dalam komplikata DM Tipe anjuran pemberian
47
2 AKI stadium I dd heparin 2x5000 iu/sc
CKD ec DN Anemia bila tidak ada
ec penyakit kronik kontraindikasi dibagian
(7.4) Hipoalbumin TS
(2,2) Post
Hiperkalemia (5.7-->
6.0--> 4.2) Asidosis
metabolik
terkompensasi penuh
post koreksi High risk
trombosis with high
risk bleeding post
stroke xerosis kutis
susp morbus hansen
Ulkus dekubitus gr II
inanisi, malnutrisi
Immobilisasi,
ketergantungan total
Instability: resiko
jatuh tinggi Infeksi
Inkontinensia
17/02 Tenaga sesak nafas, Gangguan pola nafas gangguan pola nafas chest ft, exc
Keterapia sputum + efektif efektif
n Fisik
17/02 Dokter Penurunan TD: 131/72mmHg, Delirium ec sepsis Pasien dengan riwayat
Spesialis kesadaran HR 92 x/i, RR : 18x/i, Sepsis ec Pneumonia stroke dan tirah baring
Penyakit SpO2: 98 %,Temp: MRSA ISK lama resiko trombosis
Dalam 36,5'C komplikata DM Tipe anjuran pemberian
2 AKI stadium I dd heparin 2x5000 iu/sc
CKD ec DN Anemia bila tidak ada
ec penyakit kronik kontraindikasi dibagian
(7.4) Hipoalbumin TS
(2,2) Post
Hiperkalemia (5.7-->
6.0--> 4.2) Asidosis
metabolik
terkompensasi penuh
post koreksi High risk
trombosis with high
risk bleeding post
stroke xerosis kutis
susp morbus hansen
Ulkus dekubitus gr II
inanisi, malnutrisi
Immobilisasi,
ketergantungan total
Instability: resiko
jatuh tinggi Infeksi
Inkontinensia
48
17/02 Dokter bak TD: 152/76mmHg, HR 128 Anemia ec penyakit : inj. Heparin
Spesialis berdarah (-) x/i, RR : 24x/i, SpO2: 98 kronik dd perdarahan 5000iu/12 jam 17/1
Penyakit %,Temp: 37'C (9,8) High risk kybernin 15000iu -
Dalam trombosis with high -pengajuan dengan
risk bleeding tft ke rs
Defisiensi AT III
Penurunan kesadaran
ec sepsis dd uremic
encephalopathy
Sepsis ec Pneumonia
ISK komplikata DM
Tipe 2 AKI stadium
III dd CKD ec DN
Hipoalbumin (2,2)
Hiperkalemia (5.7-->
6.0) Sindroma
Geriatri
(Immobilisasi, Resiko
Jatuh Tinggi,
Ketergantungan total)
17/02 Dokter : kulit kering xerosis generalisata, xerosis kutis susp armed 2x1
Spesialis disertai bercak manus sinistra digiti II morbus hansen
Kulit dan kecoklatan dan III amputatum
Kelamin seluruh tubuh,
bercak putih
tidak dijumpai.
jari tangan kiri 2
dan 3. BTA 3x
hasil negatif
17/02 Dokter Penurunan : sens somnolen sens somnolen TD: diet ekstra putih telur ivfd
Spesialis kesadaran TD: 152/76 152/76 mmHg, RR : tutosol 1 fls/24 jam IVFD
Penyakit mmHg, RR : 24 24 x/i HR : 128 x/i NaCl 0,9%, 20 tpm, makro inj
Dalam x/i HR : 128 x/i SPO2 : 98 vankomisin 1 gr/12 jam (13/2)
SPO2 : 98 + inj cefepime 1 gr/8 jam
(16/2) Inj. Ranitidin 50 mg /
12 jam
49
17/02 Dokter Penurunan status present: somnolen ec ACC Rawat Bersama
Spesialis kesadaran somnolen encepaalopaty
Saraf (E2VxM 3) sekunder(sepsis dd
TD:150/80 uremik)+
N.Kranialis: hemiparese sinistra
II,III:RC+/+, pupil ec post stroke
isokor 3 mm/3mm iskemik + Sepsis ec
III,IV,VI: dolls Pneumonia MRSA+
eye phenomena + ISK komplikata DM
VII: sdn Tipe 2+ AKI
terintubasi IX,X: stadium I dd CKD
Gag reflex + kek. ec DN Anemia ec
motorik: sdn, penyakit kronik
kesan lateralisasi (7.4)+ Hipoalbumin
ke kiri R. (2,2) Post
Fisiologi: b/t: Hiperkalemia (5.7--
++/++ > 6.0--> 4.2)
kpr/apr:++/++
R.Patologis:
babinski:- hasil
head ct scan
(bulan 12): infark
lakunar
padaparietal kanan
kiri dan pons
50
Hemodinamik Spontan mekanik selama 12 jam,
belum stabil, 2. Resiko diharapkan ventilasi spontan
TD;150/79 perfusi meningkat.
mmHg, HR92x/i, jaringan 2. Pemantauan dan
RR: 12x/i, SpO2: serebral Management peningkatan
99 %, 3. Nyeri akut tekanan intracranial
Temp: 36.9 'C selama12 jam diharapkan
skala nyeri CPOT perfusi jaringan
3. serebral meningkat.
Pengkajian nyeri:
P: Jika berubah
posisi, jika
fentanyl di stop.
Q: Sulit
dinilai, R: Sulit
dinilai S: CPOT
3 T: Terus 3. Manajemen nyeri dan
menerus. perawatan kenyamanan dan
Terpasang pemberian analgetik selama
trakheostomy 12 jam, tingkat nyeri
terhubung dengan menurun
ventilator mode
spontan PS 8,
PEEP: 5, FiO2
40 %, VT 400,
terpasang IVFD
via CVC dengan
cairan Nacl 0,9%
20gtt/i.Terpasan g
injeksi Fentanyl
300 mcg + Miloz
15 mg + 50 ml
NaCl 0,9 % via
syringe pump,
terpasang
norepineprine 8
mg dalam 50 ml
nacl 0,9 % via
syinge pump.
terpasang NGT
dan kateter urine
dengan baik.
Tampak decubitus
grade 1 pada
daerah
bokong dari RS
Luar
18/02 Dokter Penurunan Airway clear; Penurunan F: Personde A : Fentanyl
Spesialis kesadaran tertrakeostomi, kesadaran ec 300mcg/50cc NS S :
Anestesi S/G/C : -/-/-. Sp. sepsis ec Midazolam 15 mg/50cc NS
Vs +/+, St : Rh - pneumonia T : Tidak ada
/-, Wh -/-. RR : CAD H : Head up 30' U : Inj.
51
14 x/i SpO2 anterolateral Ranitidine 50mg/12 jam G :
100%. MV HT Tidak ada
SIMV VT 400 terkontrol B : Tidak ada I : Yidak ada
ml, PEEP 5, Efusi pleura
FiO2 : 30%. (S)
Akral H/M/K; TD Hipokalemia
119/73
mmHg HR 198 x/i
Sens Apatis
UOP(+); D : -IVFD NaCl
kateter(+) kuning 0.9% 20 gtt/i -
jernih Abd soepel; inj meropenem 1 gr/8jam -
BU(+) normal Norepinepgrine 8 mg/50cc
Ekst edema(+); NS - NAC 200 mg 3
fraktur(-) x1-
Clopidogrel 75
mg 1 x 1 -
Simvastatin 20
mg 1 x 1 -
Digoxin 0,25 mg
1 x 1 - KSR 3x
600 mg
18/02 Perawat Penurunan Keadaan umum: 1. Gangguan 1. Pemantauan respirasi dan
kesadaran Berat, Sens: apatis Ventilasi management ventilasi
Hemodinamik Spontan mekanik selama 12 jam,
belum stabil, 2. Resiko diharapkan ventilasi spontan
TD;154/80 perfusi meningkat.
mmHg, HR76x/i, jaringan 2. Pemantauan dan
RR: 16x/i, SpO2: serebral Management peningkatan
99 %, 3. Nyeri akut tekanan intracranial
Temp: 36.5 'C selama12 jam diharapkan
skala nyeri CPOT perfusi jaringan serebral
3. meningkat.
Pengkajian nyeri: 3. Manajemen nyeri dan
P: Jika berubah perawatan kenyamanan dan
posisi, jika pemberian analgetik selama
fentanyl di stop. 12 jam, tingkat nyeri
Q: Sulit dinilai, R: menurun
Sulit dinilai S:
CPOT 3 T: Terus
menerus.
Terpasang
trakheostomy
terhubung dengan
ventilator mode
simv 8, PEEP: 5,
FiO2 50%, PS 8
VT 400,
terpasang IVFD
via CVC dengan
cairan Nacl
0,9%
52
20gtt/i.Terpasan g
injeksi Fentanyl
300 mcg + Miloz
15 mg + 50 ml
NaCl 0,9 % via
syringe pump,
terpasang
norepineprine 8
mg dalam 50 ml
nacl 0,9 % via
syinge pump.
terpasang NGT
dan kateter urine
dengan baik.
Tampak decubitus
grade 1 pada
daerah bokong
dari RS Luar
18/02 Perawat Penurunan Keadaan umum: 1. Gangguan 1. Pemantauan respirasi dan
kesadaran Berat, Sens: Ventilasi management ventilasi
Somnolent Spontan mekanik selama 6 jam,
Hemodinamik 2. Resiko diharapkan ventilasi spontan
belum stabil, perfusi meningkat.
TD;112/80 jaringan 2. Pemantauan dan
mmHg, HR76x/i, serebral Management peningkatan
RR: 16x/i, SpO2: 3. Nyeri akut tekanan intracranial selama
99 %, 6 jam diharapkan perfusi
Temp: 36.5 'C jaringan serebral
skala nyeri CPOT meningkat.
3. 3. Manajemen nyeri dan
Pengkajian nyeri: perawatan kenyamanan dan
P: Jika berubah pemberian
posisi, jika analgetik selama 6 jam,
fentanyl di stop. tingkat
Q: Sulit dinilai, R:
Sulit dinilai S:
CPOT 3 T: Terus
menerus.
Terpasang
trakheostomy
terhubung
dengan ventilator
mode
simv 8, PEEP: 5, nyeri menurun
FiO2 50%, PS 8
VT 400,
terpasang IVFD
via CVC dengan
cairan Nacl 0,9%
20gtt/i.Terpasan g
injeksi Fentanyl
300 mcg + Miloz
53
15 mg + 50 ml
NaCl 0,9 % via
syringe pump,
terpasang
norepineprine 8
mg dalam 50 ml
nacl 0,9 % via
syinge pump.
terpasang NGT
dan kateter urine
dengan baik.
Tampak decubitus
grade 1 pada
daerah bokong
dari RS Luar
19/02 Dokter Perbaikan Sens : Apatis TD: Apatis ec Bed rest Head up 30-45
Spesialis kesadaran 144/84/63 Ensefalopati Simvastatin 1x20 mg Atasi
Penyakit mmHg; Sekunder ec Penyakit mendasar
Syaraf HR 67 x/i tanda pneumonia
peningkatan TIK komuniti d/t
: - tanda Burkholderia
rangsangan cepaciabilate
meningeal : - ral
pemeriksaan + Efusi pleura
nervus kranialis sinistra +
: NII, III : Hipokalemia
refleks cahaya + CAD
(+/+), pupil bulat anterolateral +
isokor HT
(3mm/3mm) NIII, terkontrol +
IV, VI : High Risk
gerak bola mata Trombosis+
(+/+) NV : Dementia
refleks kornea
(+/+) NVII :
sudut nasolabial
simetris NIX, X:
gag refleks (+)\
NXII: lidah sulit
dinilai kekuatan
motorik :
lateralisasi -
refleks fisiologis
: B/T (++/++)
(++/++) KPR/
APR : (++/++)
(++/++) refleks
patologis : H/t : (-
/-)
(-/-) babinsky :
(-/-)
19/02 Perawat Penurunan Keadaan umum: 1. Gangguan 1. Pemantauan respirasi dan
54
kesadaran Berat, Ventilasi management ventilasi
Sens: Somnolent Spontan mekanik selama 6 jam,
Hemodinamik 2. Resiko diharapkan ventilasi spontan
belum stabil, perfusi meningkat.
TD;140/80 jaringan 2. Pemantauan dan
mmHg, HR80x/i, serebral Management peningkatan
RR: 3. Nyeri akut tekanan intracranial selama
12x/i, SpO2: 99 6 jam diharapkan perfusi
%, Temp: 36.5 jaringan serebral
'C skala nyeri meningkat.
CPOT 3. 3. Manajemen nyeri dan
Pengkajian nyeri: perawatan kenyamanan dan
P: Jika berubah pemberian analgetik selama
posisi, jika 6 jam, tingkat nyeri menurun
fentanyl di stop.
Q: Sulit dinilai, R:
Sulit dinilai S:
CPOT 3 T: Terus
menerus.
Terpasang
trakheostomy
terhubung dengan
ventilator mode
simv 8, PEEP: 5,
FiO2 50%, PS 8
VT 400,
terpasang IVFD
via CVC dengan
cairan Nacl
0,9%
20gtt/i.Terpasan g
injeksi Fentanyl
300 mcg + Miloz
15 mg + 50 ml
NaCl 0,9 % via
syringe pump,
terpasang
norepineprine 8
mg dalam 50 ml
nacl 0,9 % via
syinge pump.
terpasang NGT
dan kateter urine
dengan baik.
Tampak decubitus
grade 1 pada
daerah bokong
dari RS
Lua
19/02 Dokter Penurunan Airway clear; Penurunan F: Personde A : Fentanyl
Spesialis kesadaran tertrakeostomi, kesadaran ec 300mcg/50cc NS
Anestesi S/G/C : -/-/-. Sp. sepsis ec S : Midazolam 15 mg/50cc
55
Vs +/+, St : Rh - pneumonia NS T : Tidak ada H : Head
/-, Wh -/-. RR : CAD up 30' U : Inj.
14 x/i SpO2 anterolateral Ranitidine 50mg/12 jam G :
100%. MV HT Tidak ada B : Tidak ada I :
SIMV VT 400 terkontrol Yidak ada
ml, PEEP 5, Efusi pleura D : -IVFD NaCl
FiO2 : 30%. (S) 0.9% 20 gtt/i -
Akral H/M/K; TD Hipokalemi inj meropenem 1 gr/8jam -
119/73 Norepinepgrine 8 mg/50cc
mmHg HR 198 x/i NS - NAC 200 mg 3
Sens Apatis x1-
UOP(+); Clopidogrel 75
kateter(+) kuning mg 1 x 1 -
jernih Abd soepel; Simvastatin 20
BU(+) normal mg 1 x 1 -
Ekst edema(+); Digoxin 0,25 mg
fraktur(-) 1 x 1 - KSR 3x
600 mg - RANITIDINE
50MG / 12 J -
Fentanyl 300mcg/50cc
NS+Midazolam
15 mg/50cc NS
19/02 Perawat Penurunan Keadaan umum: 1. Gangguan 1. Pemantauan respirasi dan
kesadaran Berat, Sens: Ventilasi management ventilasi
Somnolent Spontan mekanik selama 6 jam,
Hemodinamik 2. Resiko diharapkan ventilasi spontan
belum stabil, perfusi meningkat.
TD;158/82 jaringan 2. Pemantauan dan
mmHg, serebral Management peningkatan
HR 85 x/i, RR: 3. Nyeri akut tekanan intracranial selama
16 x/i, SpO2: 99 6 jam diharapkan perfusi
%, Temp: 36.6 jaringan serebral
'C skala nyeri meningkat.
CPOT 3. 3. Manajemen nyeri dan
Pengkajian nyeri: perawatan kenyamanan dan
P: Jika berubah pemberian analgetik selama
posisi, jika 6 jam, tingkat nyeri menurun
fentanyl di stop.
Q: Sulit dinilai, R:
Sulit dinilai S:
CPOT 3 T: Terus
menerus.
Terpasang
trakheostomy
terhubung dengan
ventilator mode
simv 8, PEEP: 5,
FiO2 50%, PS 8
VT 400,
terpasang IVFD
via CVC dengan
cairan Nacl 0,9%
56
20gtt/i.Terpasan g
injeksi Fentanyl
300 mcg + Miloz
15 mg + 50 ml
NaCl 0,9 % via
syringe pump,
terpasang
norepineprine 8
mg dalam 50 ml
nacl 0,9 % via
syinge pump.
terpasang NGT
dan kateter urine
dengan baik.
Tampak decubitus
grade 1 pada
daerah bokong
dari RS
Luar
19/02 Perawat Penurunan Keadaan umum: 1. Gangguan 1. Pemantauan respirasi dan
kesadaran Berat, Sens: Ventilasi management ventilasi
Somnolent Spontan mekanik selama 12 jam,
Hemodinamik 2. Resiko diharapkan ventilasi spontan
belum stabil, perfusi meningkat.
TD;1458/90 jaringan 2. Pemantauan dan
mmHg, serebral Management peningkatan
HR 77 x/i, RR: 3. Nyeri akut tekanan intracranial selama
19 x/i, SpO2: 99 12 jam diharapkan perfusi
%, Temp: 36.9 jaringan serebral
'C skala nyeri meningkat.
CPOT 3. 3. Manajemen nyeri dan
Pengkajian nyeri: perawatan kenyamanan dan
P: Jika berubah pemberian analgetik selama
posisi, jika 12 jam, tingkat nyeri
fentanyl di stop. menurun
Q: Sulit dinilai, R:
Sulit dinilai S:
CPOT 3 T: Terus
menerus.
Terpasang
trakheostomy
terhubung dengan
ventilator mode
simv 8, PEEP: 5,
FiO2 50%, PS 6
VT 400,
terpasang IVFD
via CVC dengan
cairan Nacl 0,9%
20gtt/i.Terpasan g
injeksi
Fentanyl 300
57
mcg + Miloz 15
mg + 50 ml NaCl
0,9 % via syringe
pump, terpasang
norepineprine 8
mg dalam 50 ml
nacl 0,9 % via
syinge pump.
terpasang NGT
dan kateter urine
dengan baik.
Tampak decubitus
grade 1 pada
daerah
bokong dari RS
Luar
19/02 Dokter Penurunan Sens : DPO TD : Sepsis ec Diet ekstra putih telur inj
Spesialis kesadaran. 140/80 mmhg HR Pneumonia meropenem 1 gr/
Penyakit , Riw. Sulit : 81x/i hasil lab HAP 8 jam dalam
Dalam menelan (18/01/2023) Pneumonia nacl 0.9% 100 cc habis
Hb/leu/trom : 8.8/ HAP Efusi dalam 3 jam (H5)
(+)
5600/83.000 N/L: Pleura (S)
83 Na/ K : Apatis ec
140/3 albumin : Stroke
2.6 hasil CT scan Iskemik dd
thorax : SH HT
Pneumonia di Terkontrol
lobus bawah paru Hipokalemia
kiri dan kanan, (2.2) >> (3)
lebih berat di kiri. high risk
Efusi pleura kiri trombosis
minimal Tidak high risk
tampak gambaran bleeding
atelektasis paru
20/02 Dokter Perbaikan Sens : Apatis TD: Apatis ec Bed rest Head up 30-45
Spesialis kesadaran 116/67 mmHg; Ensefalopati Simvastatin 1x20 mg Atasi
Penyakit HR: 86 x/i Sekunder ec Penyakit mendasar
Syaraf RR : 14 x/i tanda pneumonia
peningkatan komuniti d/t
TIK : - tanda Burkholderi
rangsangan a
meningeal : - cepaciabilate
pemeriksaan ral
+ Efusi pleura
sinistra +
Hipokalemia
+
nervus kranialis CAD
: NII, III : anterolateral +
refleks cahaya HT
(+/+), pupil bulat terkontrol +
isokor High Risk
58
(3mm/3mm) NIII, Trombosis+
IV, VI : Dementia
gerak bola mata
(+/+) NV :
refleks kornea
(+/+) NVII :
sudut nasolabial
simetris NIX, X:
gag refleks (+)\
NXII: lidah sulit
dinilai kekuatan
motorik :
lateralisasi -
refleks fisiologis
: B/T (++/++)
(++/++) KPR/
APR : (++/++)
(++/++) refleks
patologis : H/t : (-
/-) (-/-)
babinsky : (-/-)
20/02 Dokter penurunan Sens dpo TD Penurunan Clopidogrel 1x 75 mg
Spesialis kesadaran 116/67 kesadaran ec Digoxin 1x0.25 mg jika HR
Penyakit mmHg HR 86 x/i sepsis ec >= 100x/i
Dalam pneumonia
CAD
anterolateral
HT
terkontrol
Efusi pleura
(S)
20/02 Dokter Penurunan TD 116/67 Penurunan inj meropenem 1 gr/8jam
Spesialis kesadraan mmHg HR 86 x/i kesadaran ec (sesuai dpjp anastesi)
Penyakit dibawah RR : 14 x/i SpO2 sepsis ec
Dalam pengaruh 100% Sp. pneumonia
Vs +/+, St : Rh - CAD
obat
/-, Wh -/- anterolateral
HT
terkontrol
Efusi
pleura (S)
20/02 Perawat Penurunan Keadaan umum: 1. Gangguan 1. Pemantauan respirasi dan
kesadaran Berat, Sens: Ventilasi management ventilasi
Somnolent Spontan mekanik selama
Hemodinamik 2. Resiko 12 jam,
belum stabil, perfusi jaringan
TD;132/78
mmHg, serebral diharapkan ventilasi spontan
HR 85 x/i, RR: 3. Nyeri akut meningkat.
16 x/i, SpO2: 98 2. Pemantauan dan
%, Temp: 36.4 Management peningkatan
'C skala nyeri tekanan intracranial selama
59
CPOT 3. 12 jam diharapkan perfusi
Pengkajian nyeri: jaringan serebral
P: Jika berubah meningkat.
posisi, jika 3. Manajemen nyeri dan
fentanyl di stop. perawatan kenyamanan dan
Q: Sulit dinilai, R: pemberian analgetik selama
Sulit dinilai S: 12 jam, tingkat nyeri
CPOT 3 T: Terus menurun
menerus.
Terpasang
trakheostomy
terhubung dengan
ventilator mode
simv 8, PEEP: 5,
FiO2 40%, PS 6
VT 400,
terpasang IVFD
via CVC dengan
cairan Nacl 0,9%
20gtt/i.Terpasan g
injeksi Fentanyl
300 mcg + Miloz
15 mg + 50 ml
NaCl 0,9 % via
syringe pump,
terpasang
norepineprine 8
mg dalam 50 ml
nacl 0,9 % via
syinge pump.
terpasang NGT
dan kateter urine
dengan baik.
Tampak decubitus
grade 1 pada
daerah bokong
dari RS Luar
60
serebraltidak dan perfusi serebral
efekti management meningkat
peningkatan
TIK
14/2 Perawat Nyeriakut Management Dalam waktu 7 20/2 -
nyeri dan hari, nyeri
pemberian berkurang
analgetik
Drug RelatedProblems
No. Tipe Masalah (DRPs) Komentar/catatan
1. Hubungan antara terapi obat danm 1. Ada masalah Ada indikasi tidak ada terapiP
asalah medis Assessment 2. ada tanggal 08-19 D-Dimer
- Apakah obat digunakan Dibutuhkaninformas Hasilnya keluar pada tanggal 8
tanpa indikasi klinis i lebih lanjut tapi terapinya di berikan pada
- Pengobatan tidak 3. Tidak tanggal 17
diidentifikasi (tidak ada tabel ata ada masalah atauinte
u penerimaankunjungan klinik rvensi tidak diperluk
sebelumnya yang tidak an
diketahui)
-
Apakah kondisi medis tidakterob
ati
- Apakah memerlukan terapi obat
2. Pemilihan obat yang sesuai 1. Ada masalah Tidak ada masalah
- 2.
Apa manfaat komperatif daripen Dibutuhkaninformas
gobatan yang dipilih i lebih lanjut
- 3. Tidak
Apa keamanan relatif dari obat ya ada masalah atauin
ng dipilih tervensi
tidak diperlukan
3. Regimen obat 1. Ada masalah Tidak ada masalah
- Apakah terapi telah sesuai
untukpasien tersebut 2.Dibutuhkaninformasi
- Apakah dosis yang lebih lanjut
ditentukan dan frekuensi dosis
dalam rentang terapi yang biasa 3. Tidak
sudahtepat atau di modifikasi ada masalah atauin
untuk faktor pasien tertentu tervensi tidak diper
- Apakah lukan
rute/dosis/bentuk/carapemberian
yang tepat, khasiat,keamanan,
kenyamanan, pembatasan pasien
61
dan biaya
- Apakah penjadwalan dosis
untukmemaksimalkan efek terapi
dan kepatuhan dan
meminimalkan
efek samping rejimen obat
yangkompleks
4. Duplikasi terapi 1. Ada masalah Tidak terdapat duplikasi
- Apakah ada duplikasi terapi 1. Ada masalah terapi pada pasien .
2.
Dibutuhkan informasi le
bih lanjut
3. Tidak
ada masalah atau interv
ensi tidak diperlukan
5. Alergi obat 1. Ada masalah Pasien tidak
- 2.Dibutuhkan informasi memiliki riwayat alergi obat.
Adakah alergi pada pasien atau int lebih lanjut
oleran terhadap obat-obatan 3. Tidak
ada masalah atau interv
ensi
tidak diperlukan
6. Reaksi obat yang tidak diharapkan 1. Ada masalah Tidak terjadi reaksi obat yang
- Apakah kemungkinan 2. tidak diharapkan
atau masalah medis Dibutuhkan informasi le
kemungkinan menjadi penginduksi bih lanjut
obat 3. Tidak
- ada masalah atau interv
Apa kemungkinan ada masalah ya ensi
ng terkait obat tidak diperlukan
7. Interaksi obat-obat, obat- 1. Ada masalah Obat-Obat
penyakit, obat-makanan, dan obat- 2. - Midazolam +
tes laboratorium Dibutuhkan informasi le Norepinefrin, ada potensi
bih lanjut menurunkan efek sedasi
Obat-obat 3. Tidak
- ada masalah atau interv Saran: Monitroing
Apakah ada interaksi obat dengan ensi tidak diperlukan reaksi obat yang tidak diingink
obat an
- Apakah signifikan
62
yang menghambat tidak diperlukan
pencapaian keberhasilan terapi
9. Benturan finansial 1. Ada masalah Keluarga tidak
- 2. mengalami masalah dalam pe
Apakah pasien gagal menerima pe Dibutuhkan informasi le mbiayaan karena
ngobatan yang dipilih bih lanjut pembiayaan pengobatan di
sudah efektif 3. Tidak cover oleh BPJS.
- Apakah biaya terapi ada masalah atau interv
obat merupakan kesulitan keuanga ensi
n bagi pasien tidak diperlukan
10. Pengetahuan pasien terhadap terap 1. Ada masalah Tidak ada masalah
i obat 2.
- Apakah pasien mengerti Dibutuhkan informasi le
tujuan terapi obat bih lanjut
- 3. Tidak
Bagaimana menggunakan potensi ada masalah atau interv
efek terapi ensi
tidak diperlukan
63
3.14 Pharmacist Care Plan Monitoring Worksheet
64
Terapi:
- meropenem 1
gr/12 jam
- nj vankomisin
1 gr/12 jam
-inj. Ranitidin 50
mg / 12 Jam
- NaCl 0,9%
- 1 fls/24 jam
IVFD NaCl
0,9%,
Terapi:
- Injeksi
Meropenem1 g/8
jam
65
-
Injeksi Ranitidine
50 mg/12 jam
- Norepinefrine 8
mg
- Inj Novorapid
8-8-8 - Inj
Levemir 0-0-8 -
3
- albumin 25
%
- . vancomycin 1 gr/
12 jam
- NaCl 0,9 %
66
SpO2:99% 80x/menit pasien
T : 36,9oC Saran:
Terapi: Apoteker menyara
- vancomycin 1 gr/ nkan kepada
12 jam dokter untuk
- inj cefepim1 gr/8 memberikanterapi
jam digoxin 0,25 mg/24
- Heparin 5000 jam
iu/12jam
- - B fljuid 14
gtt/i
- clinoloid 3
gtt/i - Inf.
- nj. Ranitidine
50 mg/12 jam
Terapi:
- inj vankomisin 1
gr/12 jam
- inj cefepime 1
gr/8 jam
- nj. Ranitidin
50 mg / 12 Jam
- NaCl 0,9% 20 tpm
67
BAB IV
PENUTUP
efek samping obat (MESO), konseling, pelayanan informasi obat (PIO) guna
memberikan pemahaman dan dorongan kepada pasien dan keluarga pasien untuk
68
DAFTAR PUSTAKA
Irvan, I., Febyan, F., dan Suparto, S. (2018). Sepsis dan tata laksana berdasar
guideline terbaru. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia).10(1): 62-73.
PPK Paru. (2021). Panduan Praktik Klinik dan Clinical Pathway KSM
Paru.Medan
69
Reviono. (2017). Pneumonia: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi?.
Surakarta: UNS Press. Halaman 9-20
70