i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas Studi Apoteker tentang “CPOB
Tugas ini disusun sebagai tugas pembelajaran dengan tujuan yang lebih khusus untuk
menambah pengetahuan tentang “Cara Pembuatan Obat yang Baik” dan lebih mengenal
Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami semua dan pembaca.
Kami telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan tugas ini namun masih jauh dari
sempurna dan banyak kekurangan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
Penyusun
i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................................ 1
C. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan.................................................................................................................... 3
A. Definisi CPOB........................................................................................................... 3
2. Personalia........................................................................................................... 8
4. Peralatan.............................................................................................................
............................................................................................................................11
5. Produksi.............................................................................................................
............................................................................................................................12
............................................................................................................................13
7. Pengawasan Mutu..............................................................................................
............................................................................................................................14
ii
8. Inspeksi Diri.......................................................................................................
............................................................................................................................15
............................................................................................................................17
10. Dokumentasi......................................................................................................
............................................................................................................................18
............................................................................................................................19
............................................................................................................................20
22
A. Kesimpulan................................................................................................................
....................................................................................................................................22
Daftar Pustaka.............................................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
untuk menjamin tersedianya obat yang bermutu, aman dan berkhasiat yaitu dengan
mengharuskan setiap industri untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB).
Industri farmasi saat ini sudah berkembang pesat dalam rangka memenuhi obat-obatan
secara nasional. Perusahaan farmasi sebagai perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan
usaha yang meliputi proses menghasilkan barang yaitu obat-obatan. CPOB merupakan suatu
konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam
suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan
“Good Manufacturing Practices” dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi sehingga
obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
Ruang lingkup CPOB edisi 2018 meliputi Sistem Mutu Industri Farmasi, Personalia,
Bangunan-Fasilitas, Peralatan, Produksi, Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat yang Baik,
Pengawasan Mutu, Inspeksi Diri, Keluhan dan Penarikan Produk, Dokumentasi, Kegiatan Alih
1
B.Tujuan
C.Rumusan Masalah
1. Definisi CPOB
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi CPOB
Cara Pembuatan Obat yang Baik yang selanjutnya disingkat CPOB adalah cara pembuatan
obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat dan/atau bahan obat
yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. Industri Farmasi adalah
badan usaha yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat (Permenkes RI, 2018).
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
manusia. Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang
digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi.
Sertifikat CPOB adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa industri farmasi atau
sarana telah memenuhi persyaratan CPOB dalam membuat Obat dan/atau Bahan Obat.
B. Pedoman CPOB
Pedoman ini merupakan perubahan terhadap Pedoman CPOB sebagaimana telah diatur dengan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun
2012 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik Tahun 2012 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 13 Tahun
3
2018, yang mengacu pada PIC/s GMP Guideline doc. PE 009-14, July 2018 serta WHO TRS
981 Tahun 2012 (Annex 2); WHO TRS 986 Tahun 2013 (Annex 5); WHO TRS 992 Tahun 2014
(Annex 3 dan Annex 5); WHO TRS 996 (Annex 5) Tahun 2015; WHO TRS 999 Tahun 2016
(Annex 2).
Pedoman CPOB wajib menjadi acuan bagi industri farmasi dan sarana yang melakukan
● Personalia;
● Bangunan Fasilitas;
● Peralatan;
● Produksi;
● Pengawasan Mutu;
● Inspeksi Diri;
● Dokumentasi,
4
● Pembuatan Gas Medisinal;
● System Komputerisasi;
● Pembuatan Radiofarmaka;
Prinsip
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak
aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian
tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen
jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem
Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta
menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan
5
Manajemen Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor
a) Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan
personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan
2. Personalia
Prinsip
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip
6
Umum
praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah tidak dibebani tanggung
2) Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan
dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantum-kan dalam uraian
tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta
mempunyai tingkat
3) Kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang
terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada
uraian tugas.
Prinsip
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan
letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan
kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
7
menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang
Umum
lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari
kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah
rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung, binatang pengerat,
kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang
3) Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan dan, bila perlu,
hendaklah disimpan.
kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan
8
diperbaiki di mana perlu. Perbaikan serta perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah
4. Peralatan
Prinsip
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat,
ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat
terjamin sesuai desain serta seragam dari betske- bets dan untuk memudahkan pembersihan
serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran
tujuannya.
2) Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk
jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat memengaruhi
3) Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau
pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak
memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun
produk jadi.
9
4) Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan hal
sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat.
5. Produksi
Prinsip
dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
Umum
2) Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan
distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila
perlu dicatat.
dengan pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dimana perlu dan diberi penandaan
4) Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu
bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada Bagian Pengawasan Mutu.
5) Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau
administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk
Prinsip
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan
manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi. Dokumen ini menetapkan langkah-
langkah yang tepat untuk membantu pemenuhan tanggung jawab bagi semua yang terlibat
dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan produk. Dokumen ini memberikan pedoman
bagi penyimpanan dan pengiriman produk jadi dari Industri Farmasi ke distributor. Aneks
ini harus mengacu kepada Bab – Bab terkait di dalam Pedoman CPOB.
Umum
1) Jika gudang industri farmasi bertindak juga sebagai pusat distribusi produk ke fasilitas
industri farmasi juga menerapkan dan memenuhi pedoman Cara Distribusi Obat yang
Baik (CDOB).
2) Mutu obat dapat dipengaruhi oleh kekurangan pengendalian yang diperlukan terhadap
kegiatan selama proses penyimpanan dan pengiriman. Lebih lanjut, belum ditekankan
dan pengiriman obat, serta pengendalian kegiatan proses distribusi. Tujuan pedoman
ini adalah untuk membantu dalam menjamin mutu dan integritas obat selama proses
3) Untuk menjaga mutu awal obat, semua kegiatan dalam penyimpanan dan
11
7. Pengawasan Mutu
Prinsip
Bab ini hendaklah dibaca bersama dengan semua Butir Pedoman CPOB yang relevan.
termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua
pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau
produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan persyaratan. Pengawasan
Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua
keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari
Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan
dengan benar.
Umum
Mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab dan
wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang membawahi
satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai hendaklah tersedia untuk
memastikan bahwa segala kegiatan Pengawasan Mutu dilaksanakan dengan efektif dan
dapat diandalkan.
2) Tugas utama kepala bagian Pengawasan Mutu dijelaskan pada Bab 2 Personalia.
Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab, antara
investigasi keluhan yang terkait dengan mutu produk, dll. Semua kegiatan tersebut
hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis, dan dicatat di mana perlu.
3) Penilaian produk jadi hendaklah mencakup semua faktor yang terkait, termasuk
pengemasan), sesuai dengan Spesifikasi Produk jadi dan pemeriksaan produk dalam
kemasan akhir.
8. Inspeksi Diri
Prinsip
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri
hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara objektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada situasi khusus,
misalnya dalam hal terjadi penarikan obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua
13
saran untuk tindakan perbaikan hendaklah dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri
Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk inspeksi diri yang menyajikan standar
persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi pertanyaan mengenai
● Personel;
● Peralatan;
● Pengawasan Mutu;
● Dokumentasi;
● Penanganan Keluhan;
14
● Hasil Inspeksi Diri Sebelumnya dan Tindakan Perbaikan.
Aspek-aspek tersebut hendaklah diperiksa secara berkala menurut program yang telah
Prinsip
Untuk melindungi kesehatan masyarakat, suatu sistem dan prosedur yang sesuai
termasuk potensi cacat mutu dan, jika perlu, segera melakukan penarikan obat termasuk
penilaian cacat mutu dan proses pengambilan keputusan terkait dengan tindakan penarikan
Panduan yang berhubungan dengan prinsip-prinsip ini dicantumkan dalam Bab 1 Sistem
Semua otoritas pengawas obat terkait hendaklah diberitahu secara tepat waktu jika ada
pemalsuan, ketidakpatuhan terhadap izin edar atau spesifikasi produk, atau isu mutu serius
lain) terhadap obat atau obat uji klinik yang dapat mengakibatkan penarikan produk atau
pembatasan pasokan. Apabila ditemukan produk yang beredar tidak sesuai dengan izin
edarnya, hendaklah dilaporkan kepada Badan POM dan/atau otoritas pengawas obat terkait
15
Dalam hal kegiatan alih daya, kontrak hendaklah menggambarkan peran dan tanggung
jawab pabrik pembuat, pemegang izin edar dan/atau sponsor dan pihak ketiga terkait
lainnya dalam kaitan dengan penilaian, pengambilan keputusan, dan penyebaran informasi
Panduan yang terkait dengan kontrak tercantum pada Bab 11 Kegiatan Alih Daya. Kontrak
tersebut juga hendaklah membahas cara berkomunikasi dengan penanggung jawab dari
10. Dokumentasi
Prinsip
Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari sistem pemastian mutu
dan merupakan kunci untuk pemenuhan persyaratan CPOB. Berbagai jenis dokumen dan
media yang digunakan hendaklah sepenuhnya ditetapkan dalam Sistem Mutu Industri
Farmasi. Dokumentasi dapat dibuat dalam berbagai bentuk, termasuk media berbasis kertas,
elektronik atau fotografi. Tujuan utama sistem dokumentasi yang dimanfaatkan haruslah
untuk membangun, mengendalikan, memantau dan mencatat semua kegiatan yang secara
langsung atau tidak langsung berdampak pada semua aspek kualitas obat. Sistem Mutu
Industri Farmasi hendaklah mencakup penjabaran rinci yang memadai terhadap pemahaman
berkelanjutan dapat ditunjukkan. Acuan lebih lanjut terkait penerapan Cara Dokumentasi
yang Baik untuk menjamin integritas dokumen dan catatan dapat mengacu pada Pedoman
16
WHO Guidance on Good Data and Record Management Practices atau pedoman
Ada dua jenis dokumentasi utama yang digunakan untuk mengelola dan mencatat
Pelaksanaan dokumentasi yang tepat hendaklah diterapkan sesuai dengan jenis dokumen.
ketersediaan dan keterbacaan dokumen. Dokumen hendaklah bebas dari kesalahan dan
tersedia secara tertulis. Istilah 'tertulis' berarti tercatat, atau terdokumentasi di media tempat
data dapat diberikan dalam bentuk yang mudah terbaca oleh manusia.
PRINSIP
kesalahpahaman yang dapat menghasilkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak
memuaskan. Hendaklah dibuat kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima
Kontrak yang secara jelas menentukan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak.
Sistem Mutu Industri Farmasi dari Pemberi Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas
prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh
Catatan : Bab ini meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap Badan POM dalam
pemberian Izin Edar dan Izin Industri Farmasi. Hal ini tidak dimaksudkan untuk
17
memengaruhi tanggung jawab legal dari Penerima Kontrak dan Pemberi Kontrak terhadap
konsumen.
Umum
1) Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi semua kegiatan alih daya, produk atau
2) Semua pengaturan untuk kegiatan alih daya termasuk usulan perubahan teknis atau
perubahan lain hendaklah sesuai dengan peraturan regulasi dan Izin Edar untuk produk
terkait.
3) Jika pemegang Izin Edar dan Izin Industri Farmasi tidak sama, pengaturan yang tepat
hendaklah dibuat dengan mempertimbangkan semua prinsip yang dijelaskan dalam bab
4) Pembuatan obat alih daya di Indonesia hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi
yang memiliki sertifikat CPOB yang berlaku yang diterbitkan oleh Badan POM.
Prinsip
Bab ini menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang diterapkan di fasilitas,
peralatan, sarana penunjang, dan proses yang digunakan pada pembuatan obat dan juga
dapat digunakan sebagai pedoman tambahan untuk bahan aktif obat tanpa persyaratan
tambahan pada Aneks 8 Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik. CPOB
melalui kualifikasi dan validasi sepanjang siklus hidup produk dan proses. Tiap perubahan
18
yang direncanakan terhadap fasilitas, peralatan, sarana penunjang, dan proses, yang dapat
memengaruhi mutu produk, hendaklah didokumentasikan secara formal dan dampak pada
status validasi atau strategi pengendaliannya dinilai. Sistem komputerisasi yang digunakan
untuk pembuatan obat hendaklah juga divalidasi sesuai dengan persyaratan Aneks 7 Sistem
Komputerisasi. Konsep dan pedoman yang relevan yang disajikan dalam ICH Q8, Q9, Q10,
Umum
Pendekatan manajemen risiko mutu hendaklah diterapkan sepanjang siklus hidup obat.
Sebagai bagian dari sistem manajemen risiko mutu, keputusan mengenai cakupan dan luas
pada penilaian risiko yang dijustifikasi dan didokumentasikan. Validasi retrospektif tidak
lagi dianggap sebagai pendekatan yang dapat diterima. Data pendukung kualifikasi dan/atau
studi validasi yang diperoleh dari sumber di luar program industri dapat digunakan, dengan
syarat pendekatan ini telah dijustifikasi dan ada jaminan yang memadai bahwa
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan
sempel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukanaa dan relefan telah dilakukan daan bahwa
bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual
Tujuan pokok dari pengendaian mutu itu sendiri adaah untuk mengetahui sampai seberapa
jauh proses hasil produk dan jasa yang dibuat sesuai dengan standar yanag ditetapkan
perusahaan.
Inpeksi diri adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai semua aspek, mulai dari
pengadaan bahan sampai dengan produk jadi dan penetapan tindakan perbaikan yang akan
dilakukan sehingga seluruh aspek pembuatan Obat Tradisional dalam Industri Obat tersebut
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi kriteria CPOB. Program inspeksi diri hendaklah
dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan
tindakan perbaikan yang diperlukan. Tim inspeksi ditunjuk oleh manajemen perusahaan terdiri
dari sekurang-kurangnya 3 orang yang ahli di bidang pekerjaannya dan paham mengenai CPOB.
20
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari
perusahaan.
21
DAFTAR PUSTAKA
https://fendhyuhamka.wordpress.com/2011/10/02/cpob/
http://valdisreinaldo.blogspot.co.id/2011/04/cara-pembuatan-obat-yang-baik-cpob.html
www.scribd.com/aspek/cpob
www.ilmufarmasi.com/aspek-aspek-cpob
22