Segala puji dan syukur penulis panjat kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Laporan ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Apoteker pada Program
Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani.
1. Ibu Prof. Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Bapak Drs. Made Pasek Narendra, MM., Apt., selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Universitas Jenderal Achmad Yani.
3. Ibu Dra. Ida Lisni, M.Si., Apt. selaku ketua IFRS dan pembimbing Praktek
Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
4. Ibu Dra. Julia Ratnawati, M.S., Apt. Selaku pembimbing Praktek Kerja
Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani.
5. Segenap staf farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung yang telah
banyak membantu dalam pelaksanaan PKPA.
6. Staf, Dosen dan Karyawan Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi,
Universitas Jenderal Achmad Yani.
7. Ayahanda, ibunda, dan adik-adikku tercinta yang senatiasa dengan tulus dan
ikhlas dalam memberikan do’a dan kasih sayangnya untuk keberhasilan ku
dalam meraih cita-cita dan impian.
8. Teman-teman Program Profesi Apoteker angkatan XVI, Fakultas Farmasi,
Universitas Jenderal Achmad Yani yang telah bersama-sama berjuang
menyelesaikan Program Profesi Apoteker.
Semoga semua doa, dukungan dan bantuan yang telah diberikan mendapatkan
pahala dari Allah SWT. Akhirnya, Penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini dapat menambah dan memperluas wawasan serta meningkatkan
pengetahuan dalam bidang ilmiah, dan tentunya bermanfaat bagi kita semua.
Halaman
LAMPIRAN ......................................................................................................... 56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Gambar Halaman
III.1 Struktur organisasi RS.Muhammadiyah Bandung ....................... 54
III.2 Struktur organisasi RS.Muhammadiyah Bandung (Lanjutan) ..... 55
III.3 Struktur organisasi RS.Muhammadiyah Bandung (Lanjutan) ..... 56
III.4 Struktur organisasi RS.Muhammadiyah Bandung (Lanjutan) ..... 57
III.5 Struktur organisasi IFRS RS.Muhammadiyah Bandung .............. 58
III.6 Struktur organisasi PFT RS.Muhammadiyah Bandung ............... 59
III.7 Alur Prosedur Tetap Perencanaan & Pengadaan
Perbekalan Kesehatan ................................................................... 60
III.8 Alur Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Inap ........................... 61
III.9 Alur Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Jalan.......................... 62
III.10 Alur Permintaan Perbekalan Kesehatan dari Unit
Distribusi ke Gudang IFRS........................................................... 63
III.11 Form Permintaan Perbekalan Kesehatan dari Unit
Distribusi ke Gudang IFRS........................................................... 64
III.12 Form Keluar Masuk Obat-obat Narkotika .................................... 65
III.13 Form Keluar Masuk Obat-obat Psikotropika ............................. 65
III.14 Etiket Obat Luar ........................................................................... 66
III.15 Etiket Obat Luar ........................................................................... 66
III.16 Form Data Pasien VIP Unit Dosis ................................................ 67
III.17 Etiket Unit Dosis ........................................................................ 67
III.18 Denah Ruangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung....................................................................................... 68
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu media untuk membekali calon apoteker dalam mengelola IFRS adalah
dengan melakukan latihan praktek kerja profesi di Rumah Sakit. Dengan praktek
kerja ini diharapkan calon apoteker dapat mengenal ruang lingkup pekerjaannya
di Rumah Sakit.
Untuk menjalankan tugasnya, rumah sakit mempunyai empat fungsi dasar, yaitu :
a) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit;
b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.(3)
2.3 Klasifikasi Rumah Sakit
2.3.1 Berdasarkan jenis pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam
rumah sakit umum dan rumah sakit khusus :
a) Rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit.
b) Rumah sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit, atau kekhususan lainnya.(5)
2. Fungsi Nonklinik
Pelayanan yang dilakukan tidak secara langsung sebagai bagian terpadu dan
segera dari pelayanan penderita, lebih sering merupakan tanggung jawab apoteker
Rumah Sakit. Pelayanan ini tidak memerlukan interaksi dengan profesional
kesehatan lain, tetapi walaupun demikian semua pelayanan farmasi di rumah sakit
disetujui oleh staf medis melalui Panitia Farmasi dan Terapi (PFT). Contoh
pelayanan farmasi nonklinik yaitu pelayanan farmasi produk. Adapun hal–hal
yang termasuk dalam pelayanan farmasi produk antara lain: desain atau
pengembangan produk, penetapan spesifikasi produk, penetapan kriteria dan
pemilihan pemasok, proses pembelian, proses produksi, pengujian mutu, dan
penyiapan produk tersebut bagi penderita. Singkatnya pelayanan farmasi produk
terdiri dari proses perencanaan, penerimaan dan penyimpanan barang.
2.5 Panitia Farmasi dan Terapi
2.5.1 Definisi PFT
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit
dan apoteker wakil dari farmasi rumah sakit serta tenaga kesehatan liannya. (2)
Susunan kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang dilakukan bagi
tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat :
1. Para dokter dan staf profesional lainnya dengan keahlian bidang pokok
utama untuk tiap kategori obat dapat mengetahui obat yang secara rutin
tersedia bagi perawatan penderita. Misalnya seorang dokter penyakit
dalam ingin menggunakan suatu obat mata antiinfeksi, memilih diantara
formulasi yang oleh doker spesialis mata paling dipercaya.
2. Sebagai bahan edukasi tentang obat. Formularium harus memuat sejumah
pilihan terapi obat yang wajar, yang jenisnya dibatasi secukupnya agar
anggota staf dapat mengetahui dan mengingat obat formularium yang
mereka gunakan secara rutin.
3. Keuntungan ekonomi pada rumah sakit tumbuh dalam berbagai cara.
Dengan suatu formularium yang dibatasi, IFRS dapat mempertahankan
suatu pembelian dan sistem pengendalian perbekalan yang lebih efisien.
Pemilihan kriteria kelayakan suatu produk obat dapat diterima dalam formularium
adalah hal yang sulit dan menyusahkan, ini merupakan tugas dari PFT. Dalam
pemilihan obat ini PFT dibantu staf spesialis untuk mengevaluasi produk obat
yang umum digunakan dalam praktik spesialisasinya guna dicantumkan dalam
formularium. Beberpa kriteria umum untuk peneriman dan penghapusan produk
obat dari formularium sebagai berikut: faktor institusional, faktor obat, dan faktor
harga.
Beberapa kriteria umum untuk penerimaan dan penghapusan produk obat ke/dari
formularium adalah sebagai berikut :
a) Faktor institusional
Produk obat yang tertera pada formularium adalah obat yang sesuai dengan
keperluan untuk perawatan penderita sesuai dengan pola penyakit dan
populasi penderita penyakit tertentu di rumah sakit tersebut.
b) Faktor obat
Yang perlu diperhatikan dari faktor obat adalah karakteristik biofarmasi,
farmakologi, farmakokinetik, terapi klinik, rute pemberian, cara penyiapan,
dan cara penyimpanan.
c) Faktor harga
PFT harus mempertimbangkan harga obat. Keputusan akhir adalah
pertimbangan ilmiah dan ekonomi dan cara rumah sakit dapat memberikan
perawatan penderita yang paling mungkin dengan biaya paling sedikit.
Rekaman medik berisi data-data tentang pasien meliputi data identifikasi, sejarah
famili pribadi, sejarah penyakit yang diderita sekarang, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus seperti hasil laboratorium klinis dan diagnosis sementara,
sejarah penggunaan obat, tindakan perawatan yang akan dijalani pasien serta
pemantauan terapi obat.
3.1.3 Visi, Misi, Motto dan tujuan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
- Visi Rumah Sakit
Terwujudnya rumah sakit islam modern yang memiliki kemampuan
handal, mampu bersaing, dan terciptanya pelayanan yang memuaskan bagi
masyarakat dan konsumen.
- Misi Rumah Sakit
Misi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung adalah sebagai berikut :
• Memiliki sistem penyelenggaraan rumah sakit yang bermutu, agar dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat dan konsumen.
• Mengelola rumah sakit yang berkualitas, profesional, otonom, Islami
memiliki akuntabilitas, kredibilitas yang tinggi serta dapat mengevaluasi
diri yang dilandasi iman dan amal saleh dalam rangka ibadah kepada Allah
dan Ikhsan terhadap sesama hamba Allah.
• Memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumber daya Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.
• Menjadikan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dapat menarik
penanam modal dalam pengembangan upaya pelayanan Rumah Sakit.
No Jumlah %
Jenis kepegawaian
1 Dokter Tetap 10 2,27
3.4.1 Penyimpanan
Penyimpanan narkotika dan psikotropika hanya di instalasi farmasi dalam lemari
khusus dan terkunci. Kunci lemari narkotika dan psikotropika dipegang oleh
apoteker atau asisten apoteker yang ditunjuk pada setiap shift.
Resep untuk narkotika dan psikotropika harus ditandatangani oleh dokter penulis
resep dan tidak boleh menggunakan paraf. Dalam kondisi darurat atau segera
untuk pengobatan penderita, permintaan narkotika dan psikotropika dapat
dilakukan dengan peminjaman narkotika dan psikotropika untuk satu kali
pemberian sesuai dengan kebutuhan pengobatan penderita. Formulir peminjaman
tersebut harus diganti dengan resep asli yang diserahkan bersamaan dengan wadah
dan sisa obat.
4.1 Pendahuluan
Perawatan penderita di rumah sakit dan dalam failitas perawatan kesehatan lain
sering kali tergantung pada keefektifan penggunaan obat. Keragaman obat yang
tersedia mengharuskan dikembangkannya suatu program penggunan obat yang
baik di rumah sakit, guna memastikan bahwa penderita menerima perawatan yang
baik. Untuk kepentingan perawatan penderita yang lebih baik, rumah sakit harus
mempunyai suatu program evaluasi pemilihan dan penggunaan obat yang
obyektif di rumah sakit. Program ini adalah dasar dari terapi obat yang tepat dan
ekonomis. Konsep sistem formularium adalah metode untuk mengadakan
program demikian.
Panitia Farmasi dan Terapi ( PFT ) dalam melaksanakan fungsi terpenting yaitu
mengadakan formularium yang disusun dengan sistem formularium. Pemilihan
obat untuk formularium ditentukan sesuai kriteria yang ditetapkan yaitu faktor
institusional yang mengantisipasi kebutuhan rumah sakit tergantung kepada jenis
dan fungsi rumah sakit, pola penyakit, pola konsumtif, dan penetapan satu
sampai empat nama dagang dari setiap jenis zat aktif.
Faktor obat meliputi keamanan dan kemanfaatan obat telah terbukti; obat tersebut
telah digunakan diberbagai rumah sakit; mutu obat termasuk ketersediaan hayati
dan stabilitasnya terjamin; diutamakan mempunyai sifat farmakokinetik yang baik
; dapat diproduksi oleh pabrik obat setempat serta dipilih obat dengan zat aktif
tunggal atau kombinasi tetap yang secara resmi dapat diterima.
Faktor harga yaitu mengutamakan obat dengan harga terjangkau dan memiliki
rasio atara manfaat-biaya yang tinggi.
Proses penyusunan formularium didukung pula oleh peran aktif dari
koordinator Staf Medik Fungsional (SMF) di Rumah Sakit. Peran aktif yang
diberikan Staf Medik Fungsional adalah berupa usulan dan saran secara tulisan
maupun lisan. Dengan demikian formularium ini diharapkan dapat digunakan
sebagai pedoman penulisan resep di Rumah Sakit.
4.2.1 Tugas
Tugas dari Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
adalah :
1. Mengembangkan kebijakan mengenai evaluasi, pemilihan, penggunaan
obat dan memberikan rekomendasi berkaitan dengan penggunaan obat di
RS. Muhammadiyah Bandung.
2. Merumuskan dan mengadakan program pendidikan yang memenuhi
kebutuhan akan pengetahuan mutakhir tentang obat dan penggunaan obat
bagi profesional kesehatan terutama bagi staf medik, perawat dan apoteker
Fungsi dan Ruang Lingkup
4.2.2 Fungsi dan ruang lingkup Panitia Farmasi danTerapi Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung:
4.2.3 Wewenang
Panitia Farmasi dan Terapi RS. Muhammadiyah Bandung mempunyai wewenang
1. Mengadakan formularium obat yang dapat diterima untuk digunakan di
rumah sakit.
2. Merevisi dan mengubah formularium.
3. Mengadakan kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan obat di rumah
sakit.
4.2.4 Tanggungjawab
Ketua Panitia
Ketua adalah anggota staf medik yang senior, disegani dan memiliki kemampuan
berkomunikasi berkomunikasi baik dengan personal di rumah sakit, dipilih dan
ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
Sekretaris
Sekretaris Panitia Farmasi dan Terapi RS. Muhammadiyah Bandung adalah
Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) atau jika Kepala IFRS berhalangan
dapat ditunjuk apoteker senior yang mengetahui pengetahuan obat mutakhir,
farmakokinetika, farmakodinamika, farmakologi dan dapat berkomunakasi
dengan baik.
Anggota
Anggota dari Panitia Farmasi dan Terapi RS. Muhammadiyah Bandung
adalah staf medik yang mewakili Staf Medik Fungsional ( SMF ) yaitu
minimal SMF kesehatan anak, obstetrik dan ginekologi, bedah, dan penyakit
dalam.
Ketentuan umum
Formularium Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung adalah suatu dokumen yang
secara terus menerus direvisi, memuat daftar obat dan informasi tambahan lainnya
yang merefleksikan pertimbangan klinik mutakhir dari staf medik rumah sakit,
disusun berdasarkan metode morbiditas dan metode konsumtif serta didukung
oleh pustaka mutakhir.
Petunjuk Penggunaan Formularuium:
Jika permohonan disetujui maka Panitia Farmasi dan Terapi akan memberikan
informasi kepada instalasi farmasi supaya dapat menyediakan obat tersebut.
Obat non formularium adalah obat yan tidak terdapat dalam monografi obat
dan tidak disediakan oleh instalasi farmasi. Obat non formularium dapat ditulis
dalam jumlah terbatas untuk kasus khusus dan hanya boleh ditulis oleh staf
medik senior dengan menggunakan formulir permohonan obat non formularium
dilampirkan pada lembar resep. Instalasi farmasi akan meyediakan obat non
formularium untuk kasus yang diminta oleh dokter.
a. Obat yang selama tiga bulan berturut-turut tidak ada penulisan (resep).
d. Obat yang dalam periode enam bulan berturut turut tidak ada penulisan
resep.(6)
4.4 Prosedur Kunjungan Perwakilan Industri Farmasi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung(6)
Hasil revisi formuarium diserahkan kepada kepala instalsi farmasi untuk diperiksa
dan diperbaiki jika ada kesalahan. Sebelumnya kepala instalasi farmasi telah
mengedarkan surat rekomendasi kepada dokter mengenai obat-obatan yang akan
dimasukan dalam formularium. Dari semua daftar rekomendasi obat yang
diperoleh dari dokter, dikumpukan dan kemudian dikaji dalam rapat PFT. Dalam
rapat PFT ditentukan obat mana saja yang akan dimasukkan atau dihapuskan dari
formularim.
BAB V
PEMBAHASAN
Di RSMB juga ada sistem persediaan di ruang. Pada sistem ini semua obat yang
dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang penyimpanan obat di ruangan tersebut.
Sediaan farmasi yang ada di ruangan diantaranya sediaan infus, injeksi
(contohnya atropin sulfat, morfin, adrenalin), dan alat-alat kesehatan seperti
sarung tangan, peralatan injeksi, set infus, dan lain-lain. Adanya sistem
persediaan di ruangan ini dapat memberikan keuntungan yaitu obat yang
diperlukan segera oleh pasien dapat segera diberikan. Namun resiko
kehilangannnya tinggi sehingga hanya obat dan alat kesehatan yang relatif murah
yang ada disini. Persediaan farmasi yang telah terpakai pada hari sebelumnya
akan diganti pada hari berikutnya oleh petugas depo dari IFRS sehingga jumlah
persediaannya akan tetap setiap harinya. Pengecekan dan penggantian kembali
obat dan alat kesehatan yang dipakai dilakukan pada pagi hari setiap harinya.
Pelayanan informasi obat yang dilakukan oleh IFRS masih terbatas. Pelayanan
informasi obat kepada pasien dilakukan saat penyerahan obat yang terdiri dari
khasiat obat, cara pemakaian obat, waktu pemakaian, penyimpanan obat, interaksi
obat dengan makanan, atau interaksi obat dengan obat jika ada. IFRS juga belum
melaksanakan kunjungan khusus ke ruang perawatan pasien untuk melakukan
pelayanan informasi obat kepada dokter dan perawat. Namun jika dokter
membutuhkan informasi mengenai obat biasanya melalui telepon atau langsung
datang ke IFRS.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di
Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung, maka beberapa hal yang dapat disarankan
meliputi :
1. Perlunya penambahan jumlah Apoteker untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan agar berjalan optimal sehingga setiap Apoteker hanya bertanggung
jawab pada satu depo farmasi guna mengefektifkan pelayanan konsultasi,
informasi dan edukasi (KIE) disertai peningkatan kualitas pelayanan di depo
farmasi untuk meningkatkan citra rumah sakit secara keseluruhan.
2. Untuk meningkatkan pelayanan farmasi klinik disarankan agar penetapan
jadwal visite/kunjungan ke ruangan pasien dilakukan oleh apoteker sendiri
atau bersama-sama dengan dokter.
3. Pelayanan informasi obat perlu ditingkatkan dari segi prasarana ruang
penerimaan dan penyerahan obat, agar lebih mudah dan nyaman saat
berkomunikasi dengan pasien, sehingga informasi obat yang diberikan dapat
lebih mudah diserap pasien.
4. Menyediakan leaflet/brosur sebagai media penyebaran informasi mengenai
obat dan kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh pasien/wakil pasien untuk
menghilangkan kebosanan ketika menunggu obat.
DAFTAR PUSTAKA
TANGGAL :
Gambar III.11 Form Permintaan Perbekalan Kesehatan dari Unit Distribusi ke Gudang
IFRS
LAMPIRAN 7
OBAT NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA
ETIKET OBAT
No Medrek :
…….. jamminumobat : ……
Sebelum/sesudahmakan
Gambar III.17 Etiket Unit Dosis
Semogalekassembuh
LAMPIRAN 10
RIWAYAT PENDIDIKAN