Manifestasi Klinik
• Pasien dengan hipertensi primer tanpa komplikasi biasanya tidak menunjukkan gejala pada
awalnya.
• Pasien dengan hipertensi sekunder mungkin memiliki gejala kelainan yang mendasarinya.
• Pasien dengan pheochromocytoma mungkin mengalami sakit kepala, berkeringat, takikardia,
jantung berdebar, dan hipotensi ortostatik. Pada aldosteronisme primer, gejala hipokalemi
dari kram otot dan kelemahan mungkin ada.
• Pasien dengan sindrom Cushing mungkin mengalami kenaikan berat badan, poliuria, edema,
ketidakteraturan menstruasi, berulang jerawat, atau kelemahan otot selain fitur klasik (moon
face, buffalo hump, dan hirsutisme).
Angiotensin II Vasokontriksi
Angiotensin Converting
Angiotensin I ACE
Enzym (ACE) Inhibitor
Angiotensin II Vasodilator
juga memblokir degradasi bradikinin dan merangsang sintesis zat vasodilatasi lain,
termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin.
Angiotensin II Reseptor ARBs secara langsung memblokir reseptor angiotensin II tipe 1 yang memediasi efek
Blockers (ARBs) angiotensin II.
CCBs menyebabkan relaksasi otot jantung dan otot halus dengan memblokir
Calcium Channel Blocker
saluran kalsium, sehingga mengurangi masuknya kalsium eskstraseluler ke dalam
s(CCBs)
sel. Hal ini menyebabkan vasodilatasi.
OBAT ANTIHIPERTENSI MEKANISME KERJA
Penghambat reseptor a1 Menginhibisi ketokolamin pada sel otot polos vaskuler perifer yang memberikan
efek vasodilatasi.
Inhibitor simpatetik Mengosongkan NE dari terminal saraf simpatetik postdanglionik dan inhibisi
postganglion pelepasan NE terhadap respon stimulasi saraf simpatetik.
STUDI KASUS HIPERTENSI
Studi kasus I
Tn. FH, seorang pengendara motor berusia 48 tahun di diagnosa di praktek umum memiliki tekanan darah
istirahat 162/92 mmHg. Secara umum kondisi kesehatan Tn. FH baik, kecuali nyeri athritis yang dialaminya.
Tn. FH menggunakan Ibuprofen 400 mg yang diminum tiga kali. Untuk mengatasi nyeri athritisnya Berat
badan 95 kg dan tinggi 170,18 cm dengan denyut nadi istirahat 82 denyut permenit (bpm). Tn. FH perokok
aktif dan menghisap 15 batang rokok perharinya. Tn.FH juga mengkonsumsi alkohol 6 botol tiap 4 malam
hari per minggunya. Total kolestrol 106,3 mg/dL dan HDL nya 27 mg/dL yang diukur saat pertama kali. Tiga
(3) bulan kemudian Tn.FH memeriksakan TD dan pemeriksaan dilakukan dua kali yaitu 160/91 mmHg dan
164/92 mmHg. Petugas praktek umum memberinya ramipril. Sembilan bulan kemudian Tn.FH dibawa ke unit
pemeriksaan di sebuat rumah sakit setempat, pasien dalam keadaan pingsan saat bekerja dan mengalami
nyeri dada, secara cepat ditangani dengan pemberian gliseril trinitrat sublingual. Pasien mangalami angina,
mengaku merasakan sakit dada saat mengeluarkan tenaga dalam beberapa bulan terakhir. Tekanan darah
yang diukur adalah 165/99 mmHg.
Terapi yang diberikan adalah:
1 Tn FH usia 48, merasakan nyeri dada saat 3 Pasien menngunakan ibuprofen untuk atritisnya,
mengeluarkan tenaga beberapa bulan namun, berinteraksi dengan ramipril yang digunakan
terakhir, meminum ibuprofen untuk terapi hipertensi pasien, yang menyebabkan penurunan
atritisnya, menghisap 15 batang rokok per efektivitas ramipril. Hal ini memperburuk kondisi
hari dan mengkonsumsi alkohol 6 botol kesehatan pasien yang ditandai dengan kejadian
selama 4 hari tiap malam per minggu angina atau nyeri dada pada pasien, selain itu juga
disebabkan kebiasaan buruk pasien yang
menkonsumsi alkohol dan rokok serta tubuh yang
obesitas.
Objektif Plan
2
TD: 165/99 mmHg
TD yang diharapkan adalah <130/80 mmHg (JNC 8). terapi yg
TC:127,9 1 mg/dL (Normal)
diberikan :
GDP: 72 mg/dL (Normal)
Ramipril 5 mg per hari
HbA1c: 6,7% (Normal) BB: 97 kg,
Simvastatin 10 mg per hari
Denyut nadi: 82 bpm (Normal)
Parasetamol 1 gram 4 kali sehari
Kreatinin 130 micro mol/L, Potasium 4,9
Aspirin 75 mg per hari
mmol/L. Sodium 140 mmol/L ,Hemoglobin 11,2
g/dL BMI: 31 kg/m² (obesitas)
Interaksi Obat
6. Efek samping
SUBJECTIF OBJECTIF
1. Metoprolol : tepat Candesartan 16 mg, menjelang tidur 4-32 mg, once daily (DIH Ed 17th)
2. HCT : tepat Metformin 1 gram, 2x sehari 500 mg, twice daily, max 2g/day
(AHFS 2011)
3. Candesartan : tepat
Aspirin 80 mg, 2x sehari 75-325 mg, once daily (DIH Ed 17th)
4. Metformin : tepat
Clopidogrel 75 mg, 1x sehari 75 mg, once daily (DIH Ed 17th)
5. Aspirin : tepat
Ezetimibe 10 mg, 1x sehari 10 mg, once daily (AHFS 2011)
6. Clopidogrel : tepat
7. Ezetimibe : tepat
Pada kasus ini, pasien mendapatkan obat dengan dosis yg telah sesuai.
Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan dosis yg diterima pasien
dengan dosis yg terdapat pada literatur seperti DIH dan AHFS.
NAMA OBAT EFEK SAMPING
Metoprolol Bradikardi, hipotensi, bronkospasme, gangguan saluran cerna, , gangguan
tidur, jarang ruam kulit dan mata kering
Analisis DRP HCT Anoreksia, penurunan nafsu makan, iritasi lambung, diare, konstipasi,
lemas, gelisah, kepala terasa ringan, vertigo, gangguan tidur dan depresi.
Efek Samping
Candesartan Diare, kenaikan asam urat, gout, batu ginjal, angioedema, hiperkalemia,
sakit kepala, pusing, lemah, nyeri punggung, dan batuk.
Mekanisme Interaksi : Obat yang dikenal sebagai inhibitor pompa proton termasuk omeprazole dapat
meningkatkan efek digoxin. Dalam jangka pendek, omeprazole kadang-kadang dapat menyebabkan
peningkatan kadar digoxin dalam darah.
Rekomendasi : penggunaan kombinasi tidak menunjukkan data interaksi negatif, sehingga dapat
digunakan. Pada terapi jangka panjang, bisa mengalami hipomagnesemia. Hipomagnesemia dapat
meningkatkan sensitivitas jantung Anda terhadap efek digoxin dan menyebabkan toksisitas walaupun
kadar digoxin Anda masih dalam jangkauan.
Digoxin <> Carvedilol
Kelas Interaksi : Moderate
Rekomendasi : mungkin perlu penyesuaian dosis atau perlu tekanan darah Anda
diperiksa lebih sering untuk menggunakan kedua obat dengan aman.
Amlodipin <> Carvedilol
Kelas Interaksi : Moderate
Mekanisme Interaksi : memiliki efek tambahan dalam menurunkan tekanan darah dan detak jantung,
mungkin mengalami sakit kepala, pusing, sakit kepala ringan, pingsan, dan / atau perubahan denyut nadi
atau detak jantung. Efek samping ini paling mungkin terlihat pada awal pengobatan, setelah peningkatan
dosis, atau ketika pengobatan dimulai kembali setelah penghentian.
Rekomendasi : memerlukan penyesuaian dosis atau pemantauan yang lebih sering oleh dokter untuk
menggunakan kedua obat dengan aman. Hindari mengemudi atau mengoperasikan mesin berbahaya
sampai Anda tahu bagaimana obat mempengaruhi Anda, dan berhati-hatilah saat bangun dari posisi
duduk atau berbaring.
Indikator Penilaian
Kontra Indikasi Hipersensitivitas, gangguan hati berat, kolestasis, kehamilan, DIH 17th Edition
menyusui
Efek Samping Hipotensi, takikardi, hiperkalemia, hiperglikemia, hiperuricemia, DIH 17th Edition
hematuria, peningkatan kreatinin serum
Aturan Pakai Literatur 4 – 32 mg sekali sehari DIH 17th Edition
Efek Samping Edema perifer, sakit kepala, pusing, kelemahan, hipotensi DIH 17th Edition
Mekanisme Kerja Menghambat ion kalsium masuk ke otot polos vaskuler dan DIH 17th Edition
miokardium selama depolarisasi, menghasilkan relaksasi otot polos
pembuluh darah koroner dan vasodilatasi koroner; meningkatkan
pengiriman oksigen miokard pada pasien dengan vasospastik
Profil Obat Furosemide
Komponen Uraian Pustaka
Nama Obat Furosemide
Indikasi Manajemen edema yang berhubungan dengan gagal jantung DIH 17th Edition
kongestif dan penyakit hati atau ginjal; sendiri atau dalam kombinasi
dengan antihipertensi dalam pengobatan hipertensi
Kontra Indikasi Hipersensitif, anuria DIH 17th Edition
Efek Samping Pusing, demam, anemia, peningkatan frekuensi berkemih, gout, DIH 17th Edition
urticaria, hyperglikemia, hyperuricemia, hypokalemia,
hypomagnesemia, hyponatremia
Aturan Pakai Literatur Dosis awal 20 – 80 mg/hari sebagai dosis tunggal, dapat DIH 17th Edition
ditingkatkan menjadi 20 – 40 mg/ dosis dengan interval 6-8 jam
Aturan Pakai Resep 40 mg sekali sehari
Dosis Maksimum -
Mekanisme Kerja Menghambat reabsorbsi Na dan K+ dalam lengkung henle dan DIH 17th Edition
tubulus distal, mengganggu sistem Co-transport yang mengikat Cl
sehingga mengakibatkan peningkatan ekskresi air, Na, Cl, Mg dan K
Profil Obat Spironolactone
Komponen Uraian Pustaka
Nama Obat Spironolactone
Indikasi Edema, hipertensi, gagal jantung kongestif, hipokalemia, sirosis hati DIH 17th Edition
Kontra Indikasi Hipersensitivitas, anuria; insufisiensi ginjal akut, gangguan fungsi DIH 17th Edition
ekskresi ginjal yang signifikan, hiperkalemia, kehamilan
Efek Samping Hiperkalemia, hiponatremia, dehidrasi, anoreksia, peningkatan DIH 17th Edition
konsentrasi BUN
Aturan Pakai Literatur 25 – 50 mg/hari dalam 1-2 dosis terbagi DIH 17th Edition
Mekanisme Kerja Bersaing dengan aldosteron pada bagian reseptor di tubulus distal, DIH 17th Edition
meningkatkan ekskresi NaCl dan air dan melindungi ion kalium dan
hidrogen; dapat memblokir efek aldosteron pada otot polos arteriolar
SOAP
● Subject
Tn. HC, seorang pasien rawat inap di rumah sakit H berusia 40 tahun. Pasien datang dengan kondisi nyeri kepala, mulut miring ke kanan
tiba-tiba, Riwayat hipertensi tidak terkontrol.
● Object
Pemeriksaan TD 210/110 mmHg, denyut nadi 108/menit, Respiratory Rate (RR) 20/ menit, suhu 36 C.
● Assesment
Pasien diberikan kombinasi antara candesartan, amlodipine, furosemide dan spironolactone. Dari ke 4 kombinasi obat ini terjadi
interaksi level mayor terhadap obat candesartan dan spironolactone yang memerlukan pemantauan kadar elektrolit terutama kalium dan
fungsi ginjal. Jika candesartan dan spironolactone diberikan dalam kombinasi maka dosis yang dianjurkan tidak boleh melebihi 25 mg/hari.
● Plan
Tujuan dari farmakologi yaitu untuk menjaga tekanan darah agar tetap normal. Pasien menderita hipertensi dan bell’s palsy. Target tekanan
darah menurut JNC 8 yang harus dicapai setelah terapi yaitu sebesar <130/80 mmHg
Terapi yang digunakan
Candesartan 16 Mg. Signa 1 Kali Sehari 1 Tab
Amlodipine 10 Mg, Signa 1 Kali Sehari 1 Tab
Furosemide 40 Mg, Signa 1 Kali Sehari 1 Tab
Spironolakton 25 mg, signa 1 x sehari 1 tab
DRP
Amlodipin Tepat obat. Karena pasien mengalami komplikasi DM, menurut algoritma pasien
dengan komplikasi DM diberikan kombinasi obat antihipertensi golongan ACE Inhibitor
dengan CCB.
Furosemid Tepat Obat. Karena pasien membutuhkan diuretik untuk terapi antihipertensinya.
Ramipril Tepat obat. Karena pasien mengalami komplikasi DM, menurut algoritma pasien
dengan komplikasi DM diberikan kombinasi obat antihipertensi golongan ACE Inhibitor
dengan CCB.
Calsium Carbonat Tepat Obat. Karena pasien merupakan pasien hemodialisa sehingga memerlukan
kalsium karbonat sebagai zat pengikat dalam penanganan komplikasi hiperfosfatemia
pada pasien (gagal ginjal).
Ketosteril Tepat obat. Karena pasien untuk menurunkan kadar kreatinin, BUN, dan urea.
Analisis DRP = Tepat Dosis
NAMA OBAT KETEPATAN DOSIS RESEP DOSIS LITERATUR
Furosemid Ginjal: Nefritis interstitial alergi, penurunan laju filtrasi glomerulus dan aliran darah
ginjal (karena overdiuresis), glikosuria, kenaikan sementara BUN, vasculitis
Ramipril Ginjal: Disfungsi ginjal (1%), kreatinin serum meningkat (1% menjadi 2%), BUN
meningkat (<1% menjadi 3%); peningkatan sementara kreatinin dan / atau BUN dapat
terjadi lebih sering
Calsium Carbonat Gagal ginjal (sakit kepala, mual, mudah marah, dan kelemahan atau alkalosis,
hiperkalsemia,
Ketosteril
Interaksi Obat
Rekomendasi : Pemantauan tekanan darah, diuresis, elektrolit, dan fungsi ginjal dianjurkan selama pemberian
bersama. Kemungkinan efek hipotensi dosis pertama dapat diminimalkan dengan memulai terapi dengan
dosis kecil inhibitor ACE, atau menghentikan sementara diuretik sementara atau meningkatkan asupan
garam sekitar satu minggu sebelum memulai inhibitor ACE. Atau, pasien dapat tetap di bawah pengawasan
medis selama setidaknya dua jam setelah dosis pertama inhibitor ACE, atau sampai tekanan darah stabil.
DRP
● Penggunaan obat ini sudah tepat sehingga pengobatan dilanjutkan. Tepat obat karena
sudah sesuai dengan indikasi penyakit tersebut dan tepat dosis karena sesuai dengan
literatur.
● Pasien perlu dilakukan pemantauan tekanan darah, diuresis, elektrolit, dan fungsi ginjal
dianjurkan selama pemberian bersama. Kemungkinan efek hipotensi dosis pertama dapat
diminimalkan dengan memulai terapi dengan dosis kecil inhibitor ACE.
● Pasien perlu dilakukan pemantauan efektivitas terapi ACE inhibitor selama pemberian
dengan Calcium carbonat.
TARGET PENURUNAN TEKANAN DARAH
JNC 8
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
• Chronic Hypertension– ibu hamil memiliki tekanan darah yang tinggi (over 140/90) sebelum
waktunya (sebelum 20 minggu) dan selanjutnya terjadi setelah kehamilan.
• Gestational Hypertension– terjadi Tekanan darah tinggi setelah minggu ke-20 kehamilan dan akan
hilang setelh melahirkan.
• Preeclampsia – chronic hypertension and gestational hypertension dapat menyebabkan kondisi
yang parah setelah minggu ke 20 kehamilan. Gejala nya mencakup tekanan darah tinggu dan
protein dalam urin (≥ 300 mg/24 jam). hal ini dapat membuat komplikasi serius antara ibu dan bayi
jika tidak ditindak dengan cepat.
Source: The American College of obstetricians and Gynecologists, 2013 ; Pharmacoteraphy Handbook ed. 9 Hal.98
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
1. Diuretik
2. Antagonis adrenergik α1
3. Kombinasi α/β-bloker
4. Golongan nitrat
5. Fosfodiesterase
Acceptable
✓ β-blocker, CCB, Renin inhibitor/Diuretic
✓ CCB/ β-blocker
✓ Thiazide diuretic/potassium-sparing diuretic
Less effective
✓ ACE, ARB, CCB, Cenrally acting agent/ β-blocker
RESISTENSI ANTIHIPERTENSI
DEFINISI (Dipiro et al. 2014 hlm. 262)
TERAPI NON-FARMAKOLOGI
Penurunan berat badan, pembatasan konsumsi garam, mengurangi
konsumsi alkohol, berhenti merokok, melakukan aktivitas fisik, dan
konsumsi makanan tinggi serat, rendah lemak, kaya buah-buahan
dan sayuran (Koda-Kimble et al. 2013 hlm. 298)
TERAPI FARMAKOLOGI
• Kombinasi 4 obat yang terdiri dari ACEI atau ARB dengan diuretic
Thiazide, Dihydropyridine CCB, dan β-blocker.
• Mempertimbangkan penggunaan Chlortialidone daripada HCT
• Mempertimbangkan penggunaan antagonis Aldosterone (sebagai
agen tambahan)
(Koda-Kimble et al. 2013 hlm. 299)
HIPERTENSI EMERGENCY & KRISIS