Anda di halaman 1dari 83

FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 :

HIPERTENSI - Adji Retno Wijayanti


- Ahmad Tirmizi
- Amira Meilia - Dwi Safitri Rahardianti
- Amran Lukman - Ega Usfatul Janah
- Ajeng Istiningtyas - Anita Ramadhani
- Alpi Thosseparma - Audina Sarah
- Amalia Sabrina - Cut Jannatun Reihan
PENDAHULUAN
• Hipertensi adalah penyakit kardiovaskular yg paling umum.
• Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah arteri (BP)
yang terus meningkat.
• Berdasarkan penyebab, hipertensi ada 2 yaitu :
- Hipertensi primer (tidak diketahui penyebabnya)
- Hipertensi sekunder (penyebab spesifik )

Dipiro 2015. Hlm. 87


Katzung 2012. Hlm. 169
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah dalam usia dewasa (usia ≥ 18
tahun) adalah berdasarkan rata-rata dua atau lebih pembacaan
atau pengukuran tekanan darah yang tepat dari dua atau lebih
pemeriksaan klinis. Klasifikasi ini terbagi ke dalam 4 kategori,
dengan nilai normal tekanan darah sistolik kurang dari 120
mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80mmHg.
Prahipertensi bukan dipertimbangkan sebagai katergori penyakit
tetapi mengidentifikasi pasien bahwa mengalami kenaikan
tingkatan ke dalam klasifikasi hipertensi di masa yang akan
datang. Ada dua tingkatan (stadium) hipertensi, dan semua
pasien dalam kategori-kategori ini disarankan mengikuti terpi
obat.
Sumber : Di Piro Pharmacotherapy 2015
PATOFISIOLOGI
HIPERTENSI PRIMER HIPERTENSI SEKUNDER
 Kelainan humoral  Hipertensi sekunder (<10% kasus). Beberapa
penyakit dan obat yang dapat meningkatkan
 Gangguan di CNS BP (tekanan darah arteri)
 Kelainan pada proses ginjal  Biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal
 Asupan natrium tinggi kronis (CKD) atau penyakit renovaskular.
Kondisi lain adalah sindrom Cushing,
koarktasio aorta, apnea tidur obstruktif,
hiperparatiroidisme, pheochromocytoma,
aldosteronisme primer, dan hipertiroidisme.

Dipiro 2015. Hlm. 87


HIPERTENSI

Manifestasi Klinik
• Pasien dengan hipertensi primer tanpa komplikasi biasanya tidak menunjukkan gejala pada
awalnya.
• Pasien dengan hipertensi sekunder mungkin memiliki gejala kelainan yang mendasarinya.
• Pasien dengan pheochromocytoma mungkin mengalami sakit kepala, berkeringat, takikardia,
jantung berdebar, dan hipotensi ortostatik. Pada aldosteronisme primer, gejala hipokalemi
dari kram otot dan kelemahan mungkin ada.
• Pasien dengan sindrom Cushing mungkin mengalami kenaikan berat badan, poliuria, edema,
ketidakteraturan menstruasi, berulang jerawat, atau kelemahan otot selain fitur klasik (moon
face, buffalo hump, dan hirsutisme).

Dipiro 2015. Hlm. 87


Diagnosis
• Pemeriksaan funduskopi ditunjukkan dg penyempitan arteriol, penyempitan
arteriol fokal, pengikatan arteriovenosa, perdarahan dan eksudat retina, dan
edema diskus.
• Pemeriksaan kardiopulmoner ditunjukkan dg denyut jantung atau irama
abnormal, hipertrofi ventrikel kiri (LV), penyakit jantung koroner, atau gagal
jantung (gagal jantung)
• Pemeriksaan vaskular perifer dapat ditunjukkan dg braket aorta atau
abdominal, vena buncit, denyut nadi perifer berkurang atau tidak ada, atau
edema ekstremitas bawah.
• Tes Laboratorium:
- Nitrogen urea darah, creatine serum, panel lipid puasa, glukosa darah puasa,
elektrolit serum, urin spot, perkiraan laju filtrasi glomerulusplasma.
- Plasma norepinefrin dan kadar metanfrin kemih untuk pheochromocytoma,
plasma dan konsentrasi aldosteron kemih untuk aldosteronisme primer,
aktivitas renin plasma, tes stimulasi captopril, renin vena ginjal, dan angiografi
arteri ginjal untuk penyakit renovaskular

Dipiro 2015. Hlm. 87-88


HIPERTENSI
Klasifikasi Hipertensi
SISTOL/DIASTOL KATEGORI
<120/80 Tekanan Darah Normal

120-139/80-89 Tekanan Darah Prehipertensi

140-159/90-99 Tekanan Darah Hipertensi Stadium I

≥ 160/100 Tekanan Darah Hipertensi Stadium II

Dipiro 2015. Hlm. 88


Algoritma terapi Hipertensi
(Dipiro 2015, halaman 91)
Algoritma terapi Hipertensi pada kondisi tertentu
(Dipiro 2015, halaman 92)
OBAT ANTIHIPERTENSI
MEKANISME KERJA

Angiotensin II Vasokontriksi
Angiotensin Converting
Angiotensin I ACE
Enzym (ACE) Inhibitor
Angiotensin II Vasodilator
juga memblokir degradasi bradikinin dan merangsang sintesis zat vasodilatasi lain,
termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin.

Angiotensin II Reseptor ARBs secara langsung memblokir reseptor angiotensin II tipe 1 yang memediasi efek
Blockers (ARBs) angiotensin II.

Beta‐blocker akan mengantagonis semua efek hasil stimulasi reseptor beta


Beta Blockers
sehingga terjadi penurunan tekanan darah

Diuretik menurunkan TD dengan menyebabkan diuresis. Penurunan volume


Diuretic
plasma menurunkan curah jantung dan tekanan darah.

CCBs menyebabkan relaksasi otot jantung dan otot halus dengan memblokir
Calcium Channel Blocker
saluran kalsium, sehingga mengurangi masuknya kalsium eskstraseluler ke dalam
s(CCBs)
sel. Hal ini menyebabkan vasodilatasi.
OBAT ANTIHIPERTENSI MEKANISME KERJA

Penghambat reseptor a1 Menginhibisi ketokolamin pada sel otot polos vaskuler perifer yang memberikan
efek vasodilatasi.

Menstimulasi reseptor a2 adrenergik di otak, yang mengurangi aliran simpatetik


Antagonis a2
dari pusat vasomotor dan meningkatkan tonus vagal.

Mengosongkan norepineprin dari saraf akhir simpatik dan memblok transpor NE ke


Reserpin dalam granul penyimpanan. Pada saat saraf terstimulasi, sejumlah NE dilepaskan
kedala sinap. Pengurangan tonus simpatetik menurunkan resistensi perifer dan TD.

Relaksasi langsung otot polos ateriol. Aktivitas refleks baroreseptor dapat


Vasodilator arteri langsung meningkatkan aliran simpatetik dari pusat vasomotor, meningkatnya denyut
jantung, curah jantung, dan pelepasan renin.

Inhibitor simpatetik Mengosongkan NE dari terminal saraf simpatetik postdanglionik dan inhibisi
postganglion pelepasan NE terhadap respon stimulasi saraf simpatetik.
STUDI KASUS HIPERTENSI
Studi kasus I

Tn. FH, seorang pengendara motor berusia 48 tahun di diagnosa di praktek umum memiliki tekanan darah
istirahat 162/92 mmHg. Secara umum kondisi kesehatan Tn. FH baik, kecuali nyeri athritis yang dialaminya.
Tn. FH menggunakan Ibuprofen 400 mg yang diminum tiga kali. Untuk mengatasi nyeri athritisnya Berat
badan 95 kg dan tinggi 170,18 cm dengan denyut nadi istirahat 82 denyut permenit (bpm). Tn. FH perokok
aktif dan menghisap 15 batang rokok perharinya. Tn.FH juga mengkonsumsi alkohol 6 botol tiap 4 malam
hari per minggunya. Total kolestrol 106,3 mg/dL dan HDL nya 27 mg/dL yang diukur saat pertama kali. Tiga
(3) bulan kemudian Tn.FH memeriksakan TD dan pemeriksaan dilakukan dua kali yaitu 160/91 mmHg dan
164/92 mmHg. Petugas praktek umum memberinya ramipril. Sembilan bulan kemudian Tn.FH dibawa ke unit
pemeriksaan di sebuat rumah sakit setempat, pasien dalam keadaan pingsan saat bekerja dan mengalami
nyeri dada, secara cepat ditangani dengan pemberian gliseril trinitrat sublingual. Pasien mangalami angina,
mengaku merasakan sakit dada saat mengeluarkan tenaga dalam beberapa bulan terakhir. Tekanan darah
yang diukur adalah 165/99 mmHg.
Terapi yang diberikan adalah:

● Ramipril 5 mg per hari


● Simvastatin 10 mg per hari
● Parasetamol 1 gram 4 kali sehari
● Aspirin 75 mg per hari

Sementara data hasil lab adalah:

● TD pasien 165/99 mmHg


● TC 127,9 1 mg/dL
● GDP 72 mg/dL
● HbA1c 6,7%
● Kreatinin 130 micro mol/L
● Potasium 4,9 mmol/L
● Sodium 140 mmol/L
● Hemoglobin 11,2 g/dL
SOAP
Subjek Assesment

1 Tn FH usia 48, merasakan nyeri dada saat 3 Pasien menngunakan ibuprofen untuk atritisnya,
mengeluarkan tenaga beberapa bulan namun, berinteraksi dengan ramipril yang digunakan
terakhir, meminum ibuprofen untuk terapi hipertensi pasien, yang menyebabkan penurunan
atritisnya, menghisap 15 batang rokok per efektivitas ramipril. Hal ini memperburuk kondisi
hari dan mengkonsumsi alkohol 6 botol kesehatan pasien yang ditandai dengan kejadian
selama 4 hari tiap malam per minggu angina atau nyeri dada pada pasien, selain itu juga
disebabkan kebiasaan buruk pasien yang
menkonsumsi alkohol dan rokok serta tubuh yang
obesitas.
Objektif Plan
2
TD: 165/99 mmHg
TD yang diharapkan adalah <130/80 mmHg (JNC 8). terapi yg
TC:127,9 1 mg/dL (Normal)
diberikan :
GDP: 72 mg/dL (Normal)
Ramipril 5 mg per hari
HbA1c: 6,7% (Normal) BB: 97 kg,
Simvastatin 10 mg per hari
Denyut nadi: 82 bpm (Normal)
Parasetamol 1 gram 4 kali sehari
Kreatinin 130 micro mol/L, Potasium 4,9
Aspirin 75 mg per hari
mmol/L. Sodium 140 mmol/L ,Hemoglobin 11,2
g/dL BMI: 31 kg/m² (obesitas)
Interaksi Obat

Aspirin <> Ramipril


Kelas Interaksi:Moderate
Mekanisme Interaksi : Pemberian aspirin bersamaan dengan ACEi menurunkan
efek vasodilator dan efek hipotensi dari ACEi melalui mekanisme penekanan sintesis
prostaglandin dan efek hemodinamik (Stokcley’s & Drugs.com).
Rekomendasi: Penggunaan kombinasi tidak menunjukan data interaksi negatif pada
kardiovaskular, sehingga dapat digunakan. Monitoring untuk terapi panjang perlu
pemeriksaan darah dan fungsi ginjal (Drugs.com). ACEi diketahui bermanfaat pada
morbiditas dan mortalitas pada infark miokard, PJK dan gagal jantung kongestif
(Drugs.com).
DRP pada riwayat pemakaian obat
Alasan: Pada kasus ini, pasien sebelumnya sudah
Indikator Penilaian pernah menggunakan ramipril untuk mengatasi hipertensinya.
Pasien juga menggunakan ibuprofen untuk meredakan nyeri
Tepat obat untuk Ibuprofen sesuai untuk atritis yang dialaminya. Keadaan ini memperparah hipertensi
Indikasi indikasi atritis dan ramipril yang dialami pasien. Penggunaan NSAID dapat menghalangi
efek antihipertensi dari ACEi melalui mekanisme
untuk hipertensi penghambatan sintetis prostaglandin. NSAID dapat
menyebabkan retensi cairan yang dapat mempengaruhi TD
Tepat pemilihan Ibuprofen kurang tepat (Drugs.com).
obat digunakan bersamaan
dengan ramipril, Tatalaksana: Penyesuaian dosis atau penghentian
NSAID perlu dilakukan apabila penggunaan lebih dari 1
Tepat dosis Ibuprofen: dosis 400 mg 3 minggu setelah melakukan monitoring terhadap TD.
x sehari telah tepat dosis
DIH : 4-10kg/BB/8 jam
Rampril: ?
DRP untuk pengobatan yang diterima kemudian
● Alasan: Pemberian simvastatin dapat
Indikator Penilaian digunakan untuk kasus dislipidemia, maka
penggunaan simvastatin dinilai tidak perlu
diberikan, hal ini dapat dilihat pada data lab
Tepat obat Ramipril: tepat menunjukkan kadar TC dan HDL pasien masih
Simvastatin: tidak tepat dalam batas normal. Penggunaan simvastatin
untuk pada dasarnya dapat digunakan untuk
Aspirin: Tepat pencegahan penyakit kardiovaskuler yang
indikasi
Parasetamol: Tepat disertai resiko lain seperti dislipidemia
abnormalitas TG, DM, riwayat stoke dan
Tepat Simvastatin: tidak tepat, Ramipril :
penyakit arteri perifer (AHFS)
pemilihan tepat, Aspirin: tepat, Parasetamol:
obat tepat ● Aspirin dapat menurukan efek hipotensi dari
ramipril, namun pemakaian aspirin tetap dapat
Tepat dosis Ramipril: 5 mg 1x1 tepat, DIH : 5 mg 1x1 diberikan dengan pertimbangan penggunaan
Aspirin: 75 mg 1x1untuk pencegah infark
aspirin sebagai antikoagulan yang
miokard dinilai tepat, DIH: 75-100 mg 1x1
umumnya dapat diterima untuk terapi
Parasetamol: 1 g 4x1 cukup tepat, DIH: profilaksis untuk mengurangi resiko kejadian
325-1000 untuk manajemen nyeri atritis berulang dari Iskemic, stroke, mengurangi
Simvastatin: 10 mg 1x1 tepat, Dipiro: 5-80 resiko mortalitas vaskuler pada Infark miokard
mg akut dan angina (AHFS)
Apakah ramipril tepat??
 Pada kasus hipertensi stage 2
tanpa indikasi pasti,
pengobatan yang disarankan
adalah kombinasi golongan
thiazid dengan ACEi/ARB/CCB,
namun pada kasus ini, pasien
hanya mendapatkan obat
ramipril, pasien mungkin akan
membutuhkan tambahan
golongan obat thiazid bila hasil
penggunan monoterapi dari
ramipril tidak menunjukkan efek
antihipertensi.
Apakah aspirin tepat​?
● Pasien mendapatkan Gliseril trinitra
subligual, untuk meredakan nyeri dada.
Pasien juga menyebutkan nyeri muncul
ketika mengeluarkan tenaga. Sublingual
trinitrat diindikasikan untuk nyeri angina
pektoris

● Penggunaan aspirin direkomendasikan


untuk kondisi pasien apabila sewaktu-
waktu pasien melakukan aktivitas yang
megeluarkan tenaga berat. Sehingga
penggunaan aspirin
direkomendasikan untuk menangani
angina pada pasien (Dipiro, 2005)
Apakah parasetamol tepat??
● Parasetamol bermanfaat untuk
manajemen nyeri atritis pada pasien,
meski tidak berpengaruh pada radang
yang dialaminya, namunn penggunaanya
dianjurkan.(Dipiro, 2008)

● Penggunaan aspirin selain untuk angina


ternyata juga dapat digunakan untuk
pengobatan atritis melalui mekanisme
penghambatan mediator radang yaitu
prostaglandin.(Dipiro, 2008)
● Efek terapi aspirin terhadap pasien
diperkirakan kecil, karena pada kasus ini
pemberian aspirin bukan merupakan terapi
utama pada atritis pasien serta dosis yang
diberikan hanya cukup untuk mengobati
angina pasien namun kurang pada
atritisnpaaien
Apakah simvastatin tepat??
● Kondisi hiperlipidemia dapat menjadi faktor resiko
terjadinya hipertensi ataupun penyakit jantung.
Simvastatin berguna menurunkan kadar LDL dan
kolesterol. Simvastatin juga diketahui berguna untuk
pencegahan terhadap PJK dengan faktor resiko DM,
penyakit arteri perifer dan riwayat stroke. (AHFS). Namun
pada kasus ini pasien memiliki kadar kolesterol dan
HDL normal, serta tidak memiliki faktor resiko yang dapa
menimbulkan PJK, maka disarankan simvatatin tidak perlu
diberikan.
● Pasien juga diketahui obesitas. Keadaan obesitas
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular karena
keterkaitannya dengan abnormalitas TG, hemostasis dan
toleransi glukosa (Septyne dkk). Simvastatin bukan
merupakan terapi obesitas kecuali pasien memiliki LDL da
TC yang tinggi. Penggunaan obat obesitas
direkomendasikan untuk mengurangi faktor resiko
terhadap atritis pasien.
ANALISIS DRP

 1. Indikasi tanpa obat  2.Obat tanpa indikasi


 Pasien riwayat atritis mendapatkan  Pasien mendapatkan obat
terapi obat dengan ibuprofen, simvastatin tanpa indikasi adanya
memiliki hipertensi stage 2 dengan hiperlipidemia, hal ini dapat dilihat
terapi obat ramipril, yang kemudian pada data hasil lab menunjukan
berkembang menjadi angina TC dan HDL pasien dalam kadar
dengan nyeri dada yang diatasi normal
dengan GTN. Pasien kemudian
diberikan aspirin untuk profilaksis
terhadap angina yang dialami
pasien serta untuk pencegah
terhadap gangguan kardiovaskuler.
ANALISIS DRP

 3. Ketidaktepatan pemilihan obat  4. Ketepatan dosis


 Penggunaan Ibuprofen ibuprofen  Dalam kasus ini, pasien
untuk menagani atritis tidak efektif mendapatkan dosis yang telah
bila diberikan bersamaan dengan sesuai. Hal ini dapat dilihat dengan
ramipril, hal ini berkaitan terhadap membandingkan dosis yang
penurunan efek antihipertensi diterima pasien dengan dosis
ramipril oleh ibuprofen. Penggunaan yang terdapat pada literatur seperti
parasetamol lebih disarankan karena DIH,BNF AHFS, ataupun
parasetamol dengan ramipril
Martindale..
diketahui tidak memiliki interaksi.
Analisi DRP

6. Efek samping

Obat Efek samping


Ramipril Hipotensi, sakit kepala, pusing,
vertigo, hiperkalemia, mual
muntah

Simvastatin Konstipasi, dispepsia , infeksi


pernafasan atas, nyeri perut,
diare, pusing, sakit kepala,
insomnia dan vertigo

Aspirin Ulser gaster, dispepsia, edema,


hipotensi, takikardia, asma,
dsipnea

Parasetamol Ruam, hipersensitif, anemia,


peningkatan bilirubin
Studi kasus 2
Ny. RM berusia 76 tahun mengeluhkan sakit kepala, wajah kemerahan,
memiliki penyakit hipertensi dan diabetes, juga mengalami penyakit
arteri perifer dan edema pada ektrimitas bawah, Ny RM mengeluhkan
tentang tekanan darahnya dan kelelahan yang dialaminya. Tekanan
darah yang diukur yaitu 160/84 mmHg. Ny RM memiliki tinggi 158 cm
dan berat badan 87,5 kg dengan nilai GDP nya 186 mg/dL.
Terapi yang diberikan antara lain:
- Metoprolol 50 mg 2 x sehari
- HCT 25 mg 1 kali sehari
- Candesartan 16 mg menjelang tidur
- Metformin 1 gram 2 x sehari
- Aspirin 80 mg satu x sehari
- Clopidogrel 75 mg satu x sehari
- Ezetimibe 10 mg 1 x sehari
METODE SOAP

SUBJECTIF OBJECTIF

● Ny. RM berusia 76 tahun sakit kepala, ● TD 160/84 mmHg


wajah kemerahan, memiliki penyakit ● GDP 186 mg/dL.
hipertensi dan diabetes, mengalami
penyakit arteri perifer dan edema pada
ektrimitas bawah PLAN

Tujuan dari farmakologi yaitu untuk menormalkan tekanan darah,


ASSESMENT gula darah dan edema. Pasien menderita hipertensi dengan
diabetes, maka target tekanan darah menurut JNC 8 yang harus
Metoprolol >< HCT (moderat), pemantauan dicapai setelah terapi yaitu sebesar <130/80 mmHg
ion K+ dan GDP, penyesuaian dosis HCT. Terapi yang diberikan antara lain
Metformin >< HCT (moderat), pemantauan Metoprolol 50 mg 2 x sehari,
Glukosa, penyesuaian dosis metformin. CPG HCT 25 mg 1 kali sehari
>< aspirin ( moderat) pemantauan tanda2 Candesartan 16 mg menjelang tidur
pendarahan, penyesuaian dosis aspirin. Metformin 1 gram 2 x sehari
Candesartan >< Aspirin (moderat) monitoring jika diperlukan, Aspirin 81 mg 1 x sehari Clopidogrel 75 mg 1 x
fungsi ginjal, monitoring efektivitas sehari
Candesartan, penyesuaian dosis Aspirin. Ezetimibe 10 mg 1 x sehari
INTERAKSI OBAT (DRUGS.COM)

Metoprolol <> HCT 1 2


HCT <> Metformin
Level Signifikan : Moderat
Level Signifikan : Moderat
Interaksi :
Interaksi :
Pemberian bersama diuretik (HCT) & beta blocker
Pemberian bersama pada gangguan ginjal dpt
(Metoprolol) dapat meningkatkan resiko
meningkatkan resiko asidosis laktat,hiperglikemia,
hiperglikemi & hipertrigliserida pada beberapa
intoleransi glukosa, dan memperburuk DM
pasien, terutama pasien diabetes.
Rekomendasi :
Rekomendasi :
1.Monitoring terhadap glukosa darah (< 100 mg/dL)
1.Monitoring terhadap ion K+ (3,6-4,8
selama pemberian bersama.
mEq/L),TD(<130/80 mmHg) & GDP (< 100 mg/dL)
2.Jika mengalami tanda-tanda asidosis laktat seperti
selama pemberian bersama.
malaise, mialgia, gangguan pernapasan, hiperventilasi,
2.Jika mengalami pusing, kelemahan pingsan,
detak jantung yg lambat atau tidak teratur, mengantuk,
detak jantung cepat atau tidak teratur dan glukosa
gangguan perut maka perlu penyesuaian dosis metformin
darah tidak terkontrol maka lakukan penyesuaian
(500 mg 2x sehari max 2g/hari, referensi AHFS 2011)
dosis HCT (12,5 - 50 mg/hari , referensi DIH Ed 17
th) atau konsul pada dokter
INTERAKSI OBAT

Candesartan <> Aspirin 4


Clopidogrel <> Aspirin 3 Level Signifikan : Moderat
Level Signifikan : Moderat Interaksi :
Interaksi : NSAID dpt melemahkan efek antihipertensi dari
Clopidogrel mempotensiasi penghambatan antagonis reseptor angiotensin II dgn cara menghambat
agregasi saat pemakaian bersama dengan aspirin sintesis prostaglandin ginjal yg diinduksi NSAID sehingga
sehingga menyebabkan peningkatan pendarahan menghasilkan hipertensi, retensi cairan dan
di GI. mempengaruhi TD.
Rekomendasi : Rekomendasi :
Monitoring pasien jika terjadi tanda-tanda 1.Monitoring pasien terhadap penurunan fungsi ginjal
pendarahan seperti rasa sakit, tinja merah yang dikaitkan dg toksisitas ginjal (peningkatan kreatinin
atau hitam atau emesis berdarah maka lakukan dan BUN serum, nekrosis tubular, glomerulitis, nekrosis
penyesuaian dosis palpiler ginjal, nefritis interstitial akut, sindrom nefrotik
aspirin (75-100 mg/hari, referensi DIH Ed17 th) dan gagal ginjal) dan monitoring TD saat pemberian,
penghentian atau perubahan dosis NSAID
2.Lakukan penyesuaian dosis aspirin dg dosis rendah (75-
100 mg/hari, referensi DIH Ed17 th)
INDIKATOR PENILAIAN
Tepat Indikasi - Metoprolol : tepat
- HCT : tepat
- Candesartan : tepat
- Metformin : tepat
DRP - Aspirin : tepat
- Clopidogrel : tepat
- Ezetimibe : tepat
Tepat Pemilihan Obat - Metoprolol : tepat
- HCT : tepat
- Candesartan : tepat
- Metformin : tepat
- Aspirin : tepat
- Clopidogrel : tepat
- Ezetimibe : tepat
Tepat Dosis - Metoprolol : tepat
- HCT : tepat
- Candesartan : tepat
- Metformin : tepat
- Aspirin : tepat
- Clopidogrel : tepat
- Ezetimibe : tepat
Tepat Indikasi dan Pemilihan Obat 1. Metoprolol, alasannya : termasuk β-blocker selektif (reseptor β1) lebih
aman untuk pasien diabetes dan arteri perifer karena memperkecil
terjadinya bronkospasme dan vasokontriksi (DIH Ed 17 th)
Analisis DRP 2. HCT, alasannya : termasuk diuretik thiazid yg dapat memobilisasi
natrium dan air di dinding arteriolar sehingga dapat mengatasi edema
eksrimitas bawah (DIH Ed 17th)
1. Metoprolol : tepat 3. Candesartan, alasannya : termasuk angiotensin II reseptor blocker yg
2. HCT : tepat dapat mencegah terjadinya vasokontriksi dan mengurangi retensi Na +
3. Candesartan : tepat dan air (edema) (Priyanto, 2013 “Farmakologi & Terapi”)
4. Metformin : tepat 4. Metformin, alasannya : termasuk gol. biguanida yg umum digunakan
5. Aspirin : tepat dlm menurunkan gula darah (Basic Pharmacology & Drugs Note, Ed
6. Clopidogrel : tepat 2019)
7. Ezetimibe : tepat 5. Aspirin, alasannya : karena aspirin sebagai antiplatelet sehingga aliran
sistemik tidak terhambat berhubungan dengan arteri perifer
6. Clopidogrel, alasannya : sebagai antiplatelet untuk mengatasi arteri
perifer pada pasien.
7. Ezetimibe, alasannya : termasuk obat untuk hiperkolesterolemia
sehingga dapat mengatasi arteri perifer dimana terdapat penyumpatan
lemak di dinding arteri.
Tepat Dosis
NAMA OBAT DOSIS RESEP DOSIS LITERATUR
Metoprolol 50 mg , 2x sehari 50 mg, twice daily (DIH Ed 17th)
Analisis DRP HCT 25 mg, 1x sehari 12.5 - 50 mg/day (DIH Ed 17th)

1. Metoprolol : tepat Candesartan 16 mg, menjelang tidur 4-32 mg, once daily (DIH Ed 17th)

2. HCT : tepat Metformin 1 gram, 2x sehari 500 mg, twice daily, max 2g/day
(AHFS 2011)
3. Candesartan : tepat
Aspirin 80 mg, 2x sehari 75-325 mg, once daily (DIH Ed 17th)
4. Metformin : tepat
Clopidogrel 75 mg, 1x sehari 75 mg, once daily (DIH Ed 17th)
5. Aspirin : tepat
Ezetimibe 10 mg, 1x sehari 10 mg, once daily (AHFS 2011)
6. Clopidogrel : tepat
7. Ezetimibe : tepat

Pada kasus ini, pasien mendapatkan obat dengan dosis yg telah sesuai.
Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan dosis yg diterima pasien
dengan dosis yg terdapat pada literatur seperti DIH dan AHFS.
NAMA OBAT EFEK SAMPING
Metoprolol Bradikardi, hipotensi, bronkospasme, gangguan saluran cerna, , gangguan
tidur, jarang ruam kulit dan mata kering
Analisis DRP HCT Anoreksia, penurunan nafsu makan, iritasi lambung, diare, konstipasi,
lemas, gelisah, kepala terasa ringan, vertigo, gangguan tidur dan depresi.
Efek Samping
Candesartan Diare, kenaikan asam urat, gout, batu ginjal, angioedema, hiperkalemia,
sakit kepala, pusing, lemah, nyeri punggung, dan batuk.

Metformin Anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya sementara), nyeri perut,


asidosis laktat (jarang, bila terjadi hentikan terapi)
Aspirin bronkospasme; perdarahan saluran cerna (kadang-kadang parah), juga
perdarahan lain (misal subkonjungtiva).
Clopidogrel Dispepsia, nyeri perut, diare, perdarahan

Ezetimibe Gangguan saluran pencernaan, sakit kepala, lemas, mialgia.


Studi Kasus 3
Seorang perempuan bernama ny. S berumur 75 tahun. Ny. S
berobat ke rumah sakit dengan keluhan nyeri lambung dan mual,
pusing serta nyeri kepala, pasien mengeluhkan nyeri pada
bagian belakang leher dan rasa pegal-pegal pada punggung.
Pasien merasa, tekanan jantung yang cepat atau tidak beraturan,
berkeringat, napas pendek, Ny.S mempunyai TB 152 cm dengan
BB 85 kg, pasien memiliki riwayat hipertensi TD saat ini 175/90
mmHg. Suhu tubuh 37,1º C, Kadar kolesterol total 190mg/dl
Terapi yang diberikan adalah:
• Isosorbid dinitrat 5 mg. Signa 3 kali sehari 1 tab
• Omeprazol 20 mg. Signa 1 kali sehari 1 tab
• Spironolakton 100 mg. Signa 1 kali sehari 1 tab
• Digoksin 0,25 mg. Signa 1 kali sehari ½ tab
• Karvedilol 6,25 mg. Signa 2 kali sehari 1tab
• Amlodipin 10mg. Signa 1 kali sehari 1 tab
Sementara data hasil lab adalah:
• TD pasien 175/90 mmHg
• Kolesterol total190 mg/dl
SOAP
SUBJEKTIF OBJEKTIF

Seorang perempuan bernama ny. S • TB 152 cm


berumur 75 tahun. Ny. S berobat ke • BB 85 kg
rumah sakit dengan keluhan nyeri • TD saat ini 175/90 mmHg
lambung dan mual, pusing serta
nyeri kepala, pasien mengeluhkan • Suhu tubuh 37,1º C
nyeri pada bagian belakang leher dan • Kadar kolesterol total 190 mg/dl.
rasa pegal-pegal pada punggung.
Pasien merasa tekanan jantung yang
cepat atau tidak beraturan,
berkeringat, napas pendek
ASSESMENT PLAN
Tujuan dari farmakologi yaitu untuk menormalkan
tekanan darah dan angina. Pasien menderita
Digoksin><OMZ (moderat), monitoring hipertensi dan angina. Target tekanan darah
toksisitas kadar digoksin, karna omeprazole menurut JNC 8 yang harus dicapai setelah terapi
dapat meningkatkan efek digoksin sehingga yaitu sebesar <130/80 mmHg
disarankan omeprazole diganti dengan
ranitidin. Digoksin >< Carvedilol (moderat ), Terapi yang diberikan
penyesuaian dosis. Spironolakton >< Carvedilol • Isosorbid dinitrat 5 mg 3x1 tab. Obat jantung
(moderat) penyesuaian dosis, monitoring TD.
• Ranitidin 150mg 2x1 tab. Obat lambung
• Spironolakton 100 mg 1x1 tab. Gagal jantung
Amlodipin >< Carvedilol (moderat ), • Digoksin 0,25 mg 1x ½ tab. Gagal jantung
penyesuaian dosis, monitoring TD dan detak • Karvedilol 6,25 mg 2x1 tab. Gagal jantung
jantung. • Amlodipin 10mg 1x1 tab. Hipertensi
Interaksi obat
Digoxin <> Omeprazole
Kelas Interaksi : Moderate

Mekanisme Interaksi : Obat yang dikenal sebagai inhibitor pompa proton termasuk omeprazole dapat
meningkatkan efek digoxin. Dalam jangka pendek, omeprazole kadang-kadang dapat menyebabkan
peningkatan kadar digoxin dalam darah.

Rekomendasi : penggunaan kombinasi tidak menunjukkan data interaksi negatif, sehingga dapat
digunakan. Pada terapi jangka panjang, bisa mengalami hipomagnesemia. Hipomagnesemia dapat
meningkatkan sensitivitas jantung Anda terhadap efek digoxin dan menyebabkan toksisitas walaupun
kadar digoxin Anda masih dalam jangkauan.
Digoxin <> Carvedilol
Kelas Interaksi : Moderate

Mekanisme Interaksi : Menggunakan digoxin bersama dengan carvedilol


dapat memperlambat detak jantung dan menyebabkan peningkatan efek
samping.

Rekomendasi : memerlukan penyesuaian dosis atau tes khusus untuk


menggunakan kedua obat dengan aman.
Spironolacton <> Carvedilol
Kelas Interaksi : Moderate

Mekanisme Interaksi : Menggunakan spironolactone dan carvedilol bersama-sama


dapat menurunkan tekanan darah dan memperlambat detak jantung. Ini dapat
menyebabkan pusing, atau perasaan seperti mungkin pingsan, lemah, pingsan, detak
jantung yang cepat atau tidak teratur, atau kehilangan kontrol glukosa darah.

Rekomendasi : mungkin perlu penyesuaian dosis atau perlu tekanan darah Anda
diperiksa lebih sering untuk menggunakan kedua obat dengan aman.
Amlodipin <> Carvedilol
Kelas Interaksi : Moderate

Mekanisme Interaksi : memiliki efek tambahan dalam menurunkan tekanan darah dan detak jantung,
mungkin mengalami sakit kepala, pusing, sakit kepala ringan, pingsan, dan / atau perubahan denyut nadi
atau detak jantung. Efek samping ini paling mungkin terlihat pada awal pengobatan, setelah peningkatan
dosis, atau ketika pengobatan dimulai kembali setelah penghentian.

Rekomendasi : memerlukan penyesuaian dosis atau pemantauan yang lebih sering oleh dokter untuk
menggunakan kedua obat dengan aman. Hindari mengemudi atau mengoperasikan mesin berbahaya
sampai Anda tahu bagaimana obat mempengaruhi Anda, dan berhati-hatilah saat bangun dari posisi
duduk atau berbaring.
Indikator Penilaian

Tepat indikasi ISDN: tepat


Spironolakton : tepat
Omeprazol : tepat
Digoksin : tepat
Carvedilol : tepat
Amlodipin : tepat

Tepat pemilihan ISDN: tepat


obat Spironolakton : tidak tepat
Omeprazol : tidak tepat
Digoksin : tepat
Carvedilol : tepat
Amlodipin : tepat

Tepat dosis ISDN: tepat(BNF: 30-120/hari)


Spironolakton : tepat (BNF 25-
200/hari)
Omeprazol : tepat (BNF : 20mg/ hari
untuk mencegah ulserasi GI)
Digoksin : tepat (BNF : gagal jantung
0,0625-0,125)
Carvedilol : tepat (BNF: 12,5-
25mg/hari)
Amlodipin : tepat (BNF : 5-10mg/hari)
• ISDN: tepat 1. ISDN, alasannya : ISDN bekerja dengan cara menimbulkan
• Spironolakton : tidak tepat vasodilatasi yang dapat bekerja pada gagal jantung dengan dilatasi
arteriolar yang mengurangi resistensi pembuluh darah perifer dan
• Omeprazol : tepat tekanan ventrikel kiri selama sistol menghasilkan peningkatan curah
• Digoksin : tepat jantung, (BNF ed 69)
• Carvedilol : tepat 2. Omeprazole , alasannya : Penggunaan omeprazol yang dapat
• Amlodipin : tepat berinteraksi dengan digoxin dapat dihindari dengan menggantinya
dengan obat lambung golongan antagonis reseptor H2 seperti
ranitidin.
3. Digoxin, alasannya: digoksin meningkatkan tonus vagus shingga
indikasi utamanya adalah untuk mengontrol laju ventrikel pada
pasien fibrilasi atrium (denyut jantung tidak teratur dan seringkali
cepat, menyebabkan aliran darah tidak lancar)
4. Spironolakton, alasannya :pada hipertensi stage 2 diuretik yang
sering diberikan bersama obat golongan b-bloker dan kalsium kanal
bloker adalah diuretik golongan thiazid (Dipiro thn 2015).
5. Carvedilol , alasannya : merupakan beta bloker dengan aktifitas alfa
bloker, direkomendasikan untuk hiperteni esensial (primer) yang
sering dikombinasikan dengan antihipertensi lain terutama diuretic
golongan thiazide.
6. Amlodipin , alasannya : amlodipin menurunkan tekanan darah
secara perlahan sehingga tidak menimbulkan reflex takikardi
Analisis drp
Indikasi Tanpa Obat

Pasien mengeluhkan pusing


serta nyeri kepala, nyeri pada
bagian belakang leher dan rasa
pegal-pegal pada punggung,
untuk mengurangi rasa sakit
pasien dapat diberi analgetik
seperti parasetamol.
Lanjutan.....
Ketidak tepatan Pemilihan Ketidaktepatan dosis

Obat pada kasus ini dosis yang disarankan adalah 30-
120 mg/hari (BNF ED 69)
• Penggunaan omeprazol bersama digoksin dapat
menimbulkan interaksi, penggunaan ranitidin lebih
disarankan karena ranitidin tidak memiliki interaksi
dengan obat lain di resep.
• Pemilihan spironolacton sebagai diuretik pada
hipertensi stage 2 kurang tepat, menurut dipiro thn
2015 diuretik yang sering diberikan bersama obat
golongan b-bloker dan kalsium kanal bloker adalah
diuretik golongan thiazid
Interaksi obat
Interaksi obat Mekanisme Interaksi
Digoxin <> Obat yang dikenal sebagai inhibitor pompa proton termasuk omeprazole
Omeprazole dapat meningkatkan efek digoxin. Dalam jangka pendek, omeprazole
kadang-kadang dapat menyebabkan peningkatan kadar digoxin dalam
darah
Digoxin <> carvedilol Mekanisme Interaksi : Menggunakan digoxin bersama dengan carvedilol
dapat memperlambat detak jantung dan menyebabkan peningkatan efek
samping.
Spironolacton <> Menggunakan spironolactone dan carvedilol bersama-sama dapat
carvedilol menurunkan tekanan darah dan memperlambat detak jantung. Ini dapat
menyebabkan pusing, atau perasaan seperti mungkin pingsan, lemah,
pingsan, detak jantung yang cepat atau tidak teratur, atau kehilangan
kontrol glukosa darah.
Amlodipin <> Memiliki efek tambahan dalam menurunkan tekanan darah dan detak
carvedilol jantung, mungkin mengalami sakit kepala, pusing, sakit kepala ringan,
pingsan, dan / atau perubahan denyut nadi atau detak jantung. Efek
samping ini paling mungkin terlihat pada awal pengobatan, setelah
peningkatan dosis, atau ketika pengobatan dimulai kembali setelah
penghentian
Efek samping
Nama obat Efek samping
Isosorbid dinitrat Sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing, hipotensi postural, takikardi
Digoxin Biasanya karena dosis yang berlebih, termasuk anoreksia, mual muntah diare,
nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit kepala, mengantuk, bingung,
depresi; delirium;halusinasi
spironolakton Gangguan saluran cerna;impotensi, ginekomastia, haid tidak teratur, letargi,
hiperkalemia, hepatotoksisitas, osteomalasia dan gangguan darah
Amlodipin Nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah, edema, gangguan tidur, sakit
kepala, pusing, letih
Carvedilol Hipotensi postural, pusing, sakit kepala, letih, bradikardi, gangguan saluran
cerna, edema perifer dan nyeri pada anggota gerak, mulut kering, mata kering,
iritasi mata atau gangguan pandangan, impotensi.
Omeprazol Paraesthesia, vertigo, alopesia, ginekomastia, impotensi, stomatitis, enselofati
pada penyakit hatiyang parah, hiponatremia, bingung(sementara), agitasi dan
halusinasi pada sakit yang berat.
STUDI KASUS 4
Tn. HC, seorang pasien rawat inap di rumah sakit H berusia 40 tahun. Pasien datang dengan kondisi
nyeri kepala, mulut miring ke kanan tiba-tiba, riwayat hipertensi tidak terkontrol. Pemeriksaan saat
pasien datang TD 210/110 mmHg, denyut nadi 108/menit, Respiratory Rate (RR) 20/ menit, suhu 36 C.
pasien didiagnosa primer hipertensi emergency sedangkan diagnosa sekunder yaitu Bell”s Palsy.
Selama perawatan di rumah sakit pasien diberi captopril, bisoprolol, amlodipine, citicolin, aspilet,
atorvastatin, cpg. Obat pulang yang diberikan candesartan 16 mg, amlodipine 10 mg, furosemide 40
mg, spironolakton 20 mg. pemeriksaan pasien saat pulang TD 120/80 mmHg, denyut nadi 80/menit,
Respiratory Rate (RR) 18/menit, suhu 36 C.
Lanjutan
Terapi yang diberikan adalah:
●Candesartan 16 Mg. Signa 1 Kali Sehari 1 Tab
●Amlodipine 10 Mg, Signa 1 Kali Sehari 1 Tab
●Furosemide 40 Mg, Signa 1 Kali Sehari 1 Tab
●Spironolakton 25 Mg. Signa 1 Kali Sehari 1 Tab

●Sementara data hasil lab adalah:


●TD 120/80 mmHg
●Denyut Nadi 80/Menit
●Respiratory Rate (RR) 18/Menit
●Suhu 36 C.
Interaksi Obat Rekomendasi : Kalium serum dan fungsi ginjal harus
diperiksa sebelum memulai terapi dan secara teratur
sesudahnya, dan suplemen kalium serta
penggunaan pengganti garam yang mengandung
● Spironolactone <> Candesartan
kalium harus dihindari kecuali jika benar-benar
Level Signifikan : Mayor
diperlukan dan manfaatnya lebih besar daripada
Interaksi : Candesartan dan Spironolactone secara bersamaan
risiko potensial. Pasien harus diberikan konseling
dapat meningkatkan risiko hiperkalemia. Penghambatan
tentang tingkat kalium dan asupan cairan yang tepat,
angiotensin II menghasilkan penurunan sekresi aldosteron, yang
dan disarankan untuk mencari perhatian medis jika
dapat menyebabkan peningkatan kalium serum yang mungkin
mereka mengalami tanda-tanda dan gejala
aditif dengan yang disebabkan oleh diuretik hemat kalium.
hiperkalemia seperti mual, muntah, kelemahan, lesu,
Hiperkalemia yang mengancam jiwa dan fatal dapat terjadi,
kesemutan pada ekstremitas, kelumpuhan,
terutama ketika kombinasi ini digunakan pada pasien dengan
kebingungan, nadi lemah , dan detak jantung yang
faktor risiko seperti gangguan ginjal, diabetes, usia tua, gagal
lambat atau tidak teratur. Jika spironolactone
jantung yang parah atau memburuk, dehidrasi, dan penggunaan
diresepkan dengan ARB, beberapa peneliti
agen lain secara bersamaan yang menghambat renin-angiotensin.
merekomendasikan bahwa dosisnya tidak melebihi
sistem -aldosteron atau meningkatkan kadar kalium serum. ARB
25 mg / hari pada pasien berisiko tinggi.
juga dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal pada pasien
Kadar Kalium normal : 3,6 – 4,8 mmol/L
dengan gagal jantung kronis, dan risikonya meningkat jika mereka
Pemeriksaan Fungsi ginjal :
kekurangan natrium atau mengalami dehidrasi sekunder akibat
Kreatinin serum : 0,6 – 1,3 mg/dL
diuresis berlebihan.
Creatinine clearance Pria : 1 - 2 g/24 jam atau 80-
130 mL/menit
Profil Obat Candesartan
Komponen Uraian Pustaka
Nama Obat Candesartan
Indikasi Hipertensi, Gagal jantung kongestif DIH 17th Edition

Kontra Indikasi Hipersensitivitas, gangguan hati berat, kolestasis, kehamilan, DIH 17th Edition
menyusui
Efek Samping Hipotensi, takikardi, hiperkalemia, hiperglikemia, hiperuricemia, DIH 17th Edition
hematuria, peningkatan kreatinin serum
Aturan Pakai Literatur 4 – 32 mg sekali sehari DIH 17th Edition

Aturan Pakai Resep 16 mg sekali sehari


Dosis Maksimum
Mekanisme Kerja Candesartan berikatan dengan reseptor angiotensin II AT1. DIH 17th Edition
Pengikatan ini mencegah angiotensin II dari pengikatan ke reseptor
sehingga menghalangi vasokonstriksi dan efek sekresi aldosteron
dari angiotensin II.
Profil Obat Amlodipine
Komponen Uraian Pustaka
Nama Obat Amlodipine
Indikasi Hipertensi, angina DIH 17th Edition

Kontra Indikasi Hipersensitivitas DIH 17th Edition

Efek Samping Edema perifer, sakit kepala, pusing, kelemahan, hipotensi DIH 17th Edition

Aturan Pakai Literatur 5 mg sekali sehari DIH 17th Edition

Aturan Pakai Resep 10 mg sekali sehari


Dosis Maksimum 10 mg sekali sehari DIH 17th Edition

Mekanisme Kerja Menghambat ion kalsium masuk ke otot polos vaskuler dan DIH 17th Edition
miokardium selama depolarisasi, menghasilkan relaksasi otot polos
pembuluh darah koroner dan vasodilatasi koroner; meningkatkan
pengiriman oksigen miokard pada pasien dengan vasospastik
Profil Obat Furosemide
Komponen Uraian Pustaka
Nama Obat Furosemide
Indikasi Manajemen edema yang berhubungan dengan gagal jantung DIH 17th Edition
kongestif dan penyakit hati atau ginjal; sendiri atau dalam kombinasi
dengan antihipertensi dalam pengobatan hipertensi
Kontra Indikasi Hipersensitif, anuria DIH 17th Edition

Efek Samping Pusing, demam, anemia, peningkatan frekuensi berkemih, gout, DIH 17th Edition
urticaria, hyperglikemia, hyperuricemia, hypokalemia,
hypomagnesemia, hyponatremia
Aturan Pakai Literatur Dosis awal 20 – 80 mg/hari sebagai dosis tunggal, dapat DIH 17th Edition
ditingkatkan menjadi 20 – 40 mg/ dosis dengan interval 6-8 jam
Aturan Pakai Resep 40 mg sekali sehari
Dosis Maksimum -
Mekanisme Kerja Menghambat reabsorbsi Na dan K+ dalam lengkung henle dan DIH 17th Edition
tubulus distal, mengganggu sistem Co-transport yang mengikat Cl
sehingga mengakibatkan peningkatan ekskresi air, Na, Cl, Mg dan K
Profil Obat Spironolactone
Komponen Uraian Pustaka
Nama Obat Spironolactone
Indikasi Edema, hipertensi, gagal jantung kongestif, hipokalemia, sirosis hati DIH 17th Edition

Kontra Indikasi Hipersensitivitas, anuria; insufisiensi ginjal akut, gangguan fungsi DIH 17th Edition
ekskresi ginjal yang signifikan, hiperkalemia, kehamilan
Efek Samping Hiperkalemia, hiponatremia, dehidrasi, anoreksia, peningkatan DIH 17th Edition
konsentrasi BUN
Aturan Pakai Literatur 25 – 50 mg/hari dalam 1-2 dosis terbagi DIH 17th Edition

Aturan Pakai Resep 25 mg sekali sehari


Dosis Maksimum 50 mg/hari DIH 17th Edition

Mekanisme Kerja Bersaing dengan aldosteron pada bagian reseptor di tubulus distal, DIH 17th Edition
meningkatkan ekskresi NaCl dan air dan melindungi ion kalium dan
hidrogen; dapat memblokir efek aldosteron pada otot polos arteriolar
SOAP
● Subject
Tn. HC, seorang pasien rawat inap di rumah sakit H berusia 40 tahun. Pasien datang dengan kondisi nyeri kepala, mulut miring ke kanan
tiba-tiba, Riwayat hipertensi tidak terkontrol.
● Object
Pemeriksaan TD 210/110 mmHg, denyut nadi 108/menit, Respiratory Rate (RR) 20/ menit, suhu 36 C.
● Assesment
Pasien diberikan kombinasi antara candesartan, amlodipine, furosemide dan spironolactone. Dari ke 4 kombinasi obat ini terjadi
interaksi level mayor terhadap obat candesartan dan spironolactone yang memerlukan pemantauan kadar elektrolit terutama kalium dan
fungsi ginjal. Jika candesartan dan spironolactone diberikan dalam kombinasi maka dosis yang dianjurkan tidak boleh melebihi 25 mg/hari.
● Plan
Tujuan dari farmakologi yaitu untuk menjaga tekanan darah agar tetap normal. Pasien menderita hipertensi dan bell’s palsy. Target tekanan
darah menurut JNC 8 yang harus dicapai setelah terapi yaitu sebesar <130/80 mmHg
Terapi yang digunakan
Candesartan 16 Mg. Signa 1 Kali Sehari 1 Tab
Amlodipine 10 Mg, Signa 1 Kali Sehari 1 Tab
Furosemide 40 Mg, Signa 1 Kali Sehari 1 Tab
Spironolakton 25 mg, signa 1 x sehari 1 tab
DRP

● Penggunaan spironolacton bersamaan dengan candesartan dapat meningkatkan kadar kalium


dalam darah, Kadar kalium yang tinggi dapat berkembang menjadi suatu kondisi yang dikenal
sebagai hiperkalemia. Yang dalam kasus yang parah dapat menyebabkan gagal ginjal, kelumpuhan
otot, irama jantung yang tidak teratur, dan henti jantung. Jadi penggunaannya di jeda, spironolacton
pagi hari dan candesartan diminum pada malam hari.
● Dilakukan monitoring efek samping selama penggunaan spironolacton dengan candesartan, jika
terjadi efek samping yang tidak diinginkan, konsultasikan dengan dokter yang bersangkutan.
Studi Kasus 5
● Pasien bernama Tn. H berusia 54 tahun datang ke rumah sakit dengan riwayat diabetes
melitus dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, riwayat hipertensi dalam kurun waktu 1,5 tahun
terkahir dan gagal ginjal dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Didapat data medis tn. H BB 66,6
kg, TD 170/98 mmHg, kadar gula darah sewaktu 300 mg/dl, kreatinin 8, ureum 60, BUN (Blood
Urea Nitrogen) 52,3 mg/dl. Pasien diberikan sebagai berikut :
Gliquidon 30 Mg. Signa 1 kali sehari ½ tablet pagi hari sebelum makan
Amlodipine 10 Mg. Signa 2 kali sehari 1 tablet pagi dan malam hari
Furosemide 40 Mg, Signa 1 kali sehari 1 tablet
Ramipril 2.5 mg. Signa 2 kali sehari 1 tablet
Calsium Carbonat. Signa 3 kali sehari 1 kapsul
Ketosteril. Signa 3 kali sehari 1 kaplet
SOAP
● Subject
Pasien bernama Tn. H berusia 54 tahun datang ke rumah sakit dengan riwayat diabetes melitus dalam kurun waktu 15 tahun
terakhir, riwayat hipertensi dalam kurun waktu 1,5 tahun terkahir dan gagal ginjal dalam kurun waktu 1 tahun terakhir
● Object
TD 170/98 mmHg, kadar gula darah sewaktu 300 mg/dl, kreatinin 8, ureum 60, BUN (Blood Urea Nitrogen) 52,3 mg/dl.
● Assesment
Obat furosemide dan ramipril mengalami interaksi obat level moderat. Penggunaan bersamaan mengakibatkan hipotensi dan
hypovolemia efek hipotensi dapat diminalkan dgn penggunaan ramipril dosis kecil atau mengkhentikan diuretic sementara atau
meningkatkan asupan garam sekitar 1 mingguy sebelum memulai ACE inhibitor. Obat CaCO dgn amlodipine mengalami interaksi
level moderat dengan efek menurunkan efektivitas amlodipine sehingga perlu pemantauan efektivitas amlodipin.
● Plan
Tujuan dari farmakologi yaitu untuk menormalkan tekanan darah, gula darah, dan edema. Pasien menderita hipertensi dengan
diabetes, maka target tekanan darah menurut JNC 8 yang harus dicapai setelah terapi yaitu sebesar >>>≤ 130/80 mmHg.
Terapi yang digunakan
Gliquidon 30 Mg. Signa 1 kali sehari ½ tablet pagi hari sebelum makan
Amlodipine 10 Mg. Signa 2 kali sehari 1 tablet pagi dan malam hari
Furosemide 40 Mg, Signa 1 kali sehari 1 tablet
Ramipril 2.5 mg. Signa 2 kali sehari 1 tablet
Calsium Carbonat. Signa 3 kali sehari 1 kapsul
Ketosteril. Signa 3 kali sehari 1 kaplet
Analisis DRP = Ketepatan Obat
Nama Obat Keterangan
Glikuidone Tepat obat. Karena pasien mengalami DM tipe II, sehingga diperlukan obat antidiabetes
untuk menurunkan kadar gula darah yang berlebih.

Amlodipin Tepat obat. Karena pasien mengalami komplikasi DM, menurut algoritma pasien
dengan komplikasi DM diberikan kombinasi obat antihipertensi golongan ACE Inhibitor
dengan CCB.

Furosemid Tepat Obat. Karena pasien membutuhkan diuretik untuk terapi antihipertensinya.

Ramipril Tepat obat. Karena pasien mengalami komplikasi DM, menurut algoritma pasien
dengan komplikasi DM diberikan kombinasi obat antihipertensi golongan ACE Inhibitor
dengan CCB.

Calsium Carbonat Tepat Obat. Karena pasien merupakan pasien hemodialisa sehingga memerlukan
kalsium karbonat sebagai zat pengikat dalam penanganan komplikasi hiperfosfatemia
pada pasien (gagal ginjal).
Ketosteril Tepat obat. Karena pasien untuk menurunkan kadar kreatinin, BUN, dan urea.
Analisis DRP = Tepat Dosis
NAMA OBAT KETEPATAN DOSIS RESEP DOSIS LITERATUR

Gliquidone Tepat 15 mg 1 x sehari Dosis awal 15 mg sehari,


sebelum makan pagi. (IONI)

Amlodipin Tepat 5 mg 2x sehari 5 mg 1x sehari, maksimal 10


mg 1x sehari. (DIH Ed 17th)

Furosemid Tepat 40 mg 1x sehari 20-40 mg/dosis untuk


maintenance 2x sehari atau
sehari sekali. (DIH Ed 17th)
Ramipril Tepat 2,5 mg 2x sehari 2.5 mg sehari 2x. (DIH Ed
17th)
Calsium Carbonat Tepat 2x sehari 1000-2000 mg/hari. (DIH Ed
17th)
Ketosteril Tepat 3x sehari 3x sehari (Halodoc.com)
Efek Samping
Nama Obat Efek Samping
Glikuidone Gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah, diare dan konstipasi.

Amlodipin > 10%: Kardiovaskular: Edema perifer. (DIH 17th Ed)

Furosemid Ginjal: Nefritis interstitial alergi, penurunan laju filtrasi glomerulus dan aliran darah
ginjal (karena overdiuresis), glikosuria, kenaikan sementara BUN, vasculitis

Ramipril Ginjal: Disfungsi ginjal (1%), kreatinin serum meningkat (1% menjadi 2%), BUN
meningkat (<1% menjadi 3%); peningkatan sementara kreatinin dan / atau BUN dapat
terjadi lebih sering

Calsium Carbonat Gagal ginjal (sakit kepala, mual, mudah marah, dan kelemahan atau alkalosis,
hiperkalsemia,

Ketosteril
Interaksi Obat

● Calcium Carbonat <> Amlodipine


Level interaksi : Moderat
Interaksi : Produk yang mengandung kalsium dapat menurunkan efektivitas CCB dengan menjenuhkan saluran kalsium
dengan kalsium.
Rekomendasi : Pantau efektivitas terapi CCB selama pemberian dengan Calcium carbonat.

● Furosemide <> Ramipril


Interaksi : Furosemide dan Ramipril mungkin memiliki efek adiktif. Penggunaan bersama membuat hipotensi dan
hipovolemia. Beberapa inhibitor ACE dapat menipiskan peningkatan ekskresi natrium urin yang disebabkan
oleh beberapa loop diuretik. Beberapa pasien dengan diuretik, terutama yang menggunakan dialisis atau
pembatasan garam makanan, dapat mengalami hipotensi akut dengan pusing dan pusing setelah menerima
dosis pertama inhibitor ACE. Selain itu, ACE inhibitor dapat menyebabkan insufisiensi ginjal atau gagal ginjal
akut pada pasien dengan penipisan natrium atau stenosis arteri renalis.

Rekomendasi : Pemantauan tekanan darah, diuresis, elektrolit, dan fungsi ginjal dianjurkan selama pemberian
bersama. Kemungkinan efek hipotensi dosis pertama dapat diminimalkan dengan memulai terapi dengan
dosis kecil inhibitor ACE, atau menghentikan sementara diuretik sementara atau meningkatkan asupan
garam sekitar satu minggu sebelum memulai inhibitor ACE. Atau, pasien dapat tetap di bawah pengawasan
medis selama setidaknya dua jam setelah dosis pertama inhibitor ACE, atau sampai tekanan darah stabil.
DRP

● Penggunaan obat ini sudah tepat sehingga pengobatan dilanjutkan. Tepat obat karena
sudah sesuai dengan indikasi penyakit tersebut dan tepat dosis karena sesuai dengan
literatur.
● Pasien perlu dilakukan pemantauan tekanan darah, diuresis, elektrolit, dan fungsi ginjal
dianjurkan selama pemberian bersama. Kemungkinan efek hipotensi dosis pertama dapat
diminimalkan dengan memulai terapi dengan dosis kecil inhibitor ACE.
● Pasien perlu dilakukan pemantauan efektivitas terapi ACE inhibitor selama pemberian
dengan Calcium carbonat.
TARGET PENURUNAN TEKANAN DARAH

JNC 8
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

• Chronic Hypertension– ibu hamil memiliki tekanan darah yang tinggi (over 140/90) sebelum
waktunya (sebelum 20 minggu) dan selanjutnya terjadi setelah kehamilan.
• Gestational Hypertension– terjadi Tekanan darah tinggi setelah minggu ke-20 kehamilan dan akan
hilang setelh melahirkan.
• Preeclampsia – chronic hypertension and gestational hypertension dapat menyebabkan kondisi
yang parah setelah minggu ke 20 kehamilan. Gejala nya mencakup tekanan darah tinggu dan
protein dalam urin (≥ 300 mg/24 jam). hal ini dapat membuat komplikasi serius antara ibu dan bayi
jika tidak ditindak dengan cepat.
Source: The American College of obstetricians and Gynecologists, 2013 ; Pharmacoteraphy Handbook ed. 9 Hal.98
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Tata laksana HT pada pregancy


• Menekan Resiko Ibu
• Hindari Obat Membahayakan Janin
• Laboratorium : Test Spesifik (Ekg, Echo, Opthalmology, USG
Ginjal).
• Usg, Hipertensi Kronik Dalam Kehamilan Dgn Penyulit Yakni
Penyakit Kardiovaskular Atau Penyakit Ginjal Perlu Perhatian
Khusus.
• Test Kesejahteraan Janin
Lanjutan....
 Labetalol sebagai terapi lini pertama memiliki onset kerja lebih cepat daripada
metildopa, serta direkomendasikan sebagai terapi lini pertama.
 Sebagai terapi lini kedua dan ketiga yaitu nifedipin dan metildopa dengan onset
kerja yang lama.
 golongan obat antihipertensi lainnya dari kelompok beta blocker seperti
metoprolol dan nadolol juga dapat digunakan untuk tatalaksana hipertensi pada
kehamilan yang disertai dengan penyakit jantung. Magnesium sulfat dapat
ditambahkan ke dalam regimen terapi pada wanita hamil dengan preeklamsia
bila terdapat risiko tinggi terjadinya bangkitan.
Lanjutan
 Obat antihipertensi yang harus dihindari pada kehamilan adalah
obat antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya captopril,
lisinopril). Hal ini disebabkan karena terdapatnya risiko kerusakan
atau kematian janin bila digunakan pada trimester kedua atau
ketiga. Selain itu, penggunaan ACE inhibitor pada trimester
pertama akan meningkatkan risiko malformasi sistem saraf pusat
dan kardiovaskuler pada janin.
 Golongan obat antihipertensi angiotensin receptor blocker (ARB),
seperti valsartan, irbesartan, candesartan, dan losartan juga tidak
disarankan untuk digunakan pada kehamilan karena mekanisme
kerjanya hampir sama dengan ACE inhibitor. Sementara itu obat
antihipertensi golongan diuretika seperti HCT tidak menyebabkan
malformasi janin akan tetapi dapat menghalangi ekspansi volume
fisiologis normal sehingga tidak direkomendasikan untuk
digunakan pada kehamilan.
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
Kategori obat pada kehamilan
D. Hipertensi pada lansia
HIPERTENSI PADA LANSIA

• Penderita hipertensi pada lansia dapat juga terjadi hipertensi


sistolik yang terisolasi. Data epidemiologi mengindikasikan
bahwa morbiditas dan mortalitas kardiovaskular berhubungan
dengan SBP daripada BDP pada penderita 50 tahun keatas.
• Tekanan darah meningkat dengan bertambahnya umur karena
pengerasan pembuluh darah. Pembuluh darah yang
dindingnya sudah mengeras mengakibatkan tekanan darah
lebih tinggi dibandingkan dinding yang lebih elastis.
HIPERTENSI PADA LANSIA

Tata Laksana Hipertensi pada lansia

• Centrally acting agents dan α1 blocker umumnya harus dihindari


atau digunakan dengan hati-hati pada orang tua karena sering
dikaitkan dengan pusing dan hipotensi ortostatik.
• Diuretik, ACE inhibitor, dan ARB memberikan manfaat yang
signifikan dan dapat digunakan dengan aman pada orang tua,
namun dosis awal yang lebih kecil dari biasanya harus digunakan
untuk terapi awal. (dipiro 2014)
HIPERTENSI PADA LANSIA
Alogaritma Hipertensi untuk Lansia (JNC 8)
E. Hipotensi orthostatik
HIPOTENSI ORTHOSTATIK

• adalah turunnya tekanan darah sistolik 20 mmHg


atau turunnya tekanan darah diastolik 10 mmHg
pada saat perubahan posisi, dari posisi tidur ke posisi
berdiri.
Source: Lahrmann H, Cortelli P, Hilz M, Mathias CJ, Struhal W, Tassinari M. EFNS guidelines on the diagnosis and management of orthostatic hypotension. Eur J Neurol
2006;13:930-6.
HIPOTENSI
Obat obat ORTHOSTATIK
yang dapat menyebabkan
Hipotensi orthostatik

1. Diuretik
2. Antagonis adrenergik α1
3. Kombinasi α/β-bloker
4. Golongan nitrat
5. Fosfodiesterase

Pasien hipertensi dengan resiko hipotensi ortostatik seharusnya diberikan


agen antihipertensi dengan dosis awal yang rendah, terutama untuk obat
golongan diuretic, ACE inhibitor dan ARB (Dipiro 2014)
KOMBINASI ANTIHIPERTENSI

KAPAN DIGUNAKAN? (Dipiro et al. 2014 hlm 258)


• Terapi awal dengan kombinasi menggunakan dua obat antihipertensi sangat
dianjurkan untuk pasien hipertensi tahap dua dan merupakan pilihan untuk
mengobati pasien hipertensi tahap pertama. Dapat digunakan untuk mengontrol
TD pada pasien dengan complelling indication, pasien yang memerlukan dua atau
lebih antihipertensi
• Menggunakan kombinasi obat dengan dosis rendah memberikan pengurangan
yang lebih besar pada tekanan darah dibandingkan dengan agen tunggal dengan
dosis tinggi

Preferred REKOMENDASI OBAT (Dipiro et al. 2014 hlm 259)


✓ ACEI, ARB/Diuretic
✓ ACEI, ARB/CCB

Acceptable
✓ β-blocker, CCB, Renin inhibitor/Diuretic
✓ CCB/ β-blocker
✓ Thiazide diuretic/potassium-sparing diuretic

Less effective
✓ ACE, ARB, CCB, Cenrally acting agent/ β-blocker
RESISTENSI ANTIHIPERTENSI
DEFINISI (Dipiro et al. 2014 hlm. 262)

• Hipertensi resisten (HR) didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai


target tekanan darah <140/90 mmHg pada populasi umum hipertensi ketika
pasien mematuhi dosis optimal suatu rejimen yang terdiri dari 3 atau lebih
obat antihipertensi, termasuk diuretik. Definisi di atas tidak berlaku untuk
pasien yang baru saja didiagnosis hipertensi dan/ atau belum menerima
pengobatan yang sesuai.

PENYEBAB (Dipiro et al. 2014 hlm. 262)

• Kesalahan dalam proses pengukuran TD


• Intake sodium yang berlebihan
• Terapi diuretik inadekuat
• Berkaitan dengan obat: ketidakpatuhan pasien, dosis indekuat, penggunaan
beberapa obat seperti Kortikosteroid, dan NSAID (COX-2 selektif:
Celecoxib; dan non selektif: Aspirin)
• Kondisi pasien: obesitas, konsumsi alkohol berlebihan
RESISTENSI ANTIHIPERTENSI

TERAPI NON-FARMAKOLOGI
Penurunan berat badan, pembatasan konsumsi garam, mengurangi
konsumsi alkohol, berhenti merokok, melakukan aktivitas fisik, dan
konsumsi makanan tinggi serat, rendah lemak, kaya buah-buahan
dan sayuran (Koda-Kimble et al. 2013 hlm. 298)

TERAPI FARMAKOLOGI
• Kombinasi 4 obat yang terdiri dari ACEI atau ARB dengan diuretic
Thiazide, Dihydropyridine CCB, dan β-blocker.
• Mempertimbangkan penggunaan Chlortialidone daripada HCT
• Mempertimbangkan penggunaan antagonis Aldosterone (sebagai
agen tambahan)
(Koda-Kimble et al. 2013 hlm. 299)
HIPERTENSI EMERGENCY & KRISIS

Peningkatan tekanan darah sistolik >180


mmHg atau diastolik > 120 mmHg secara
mendadak disertai kerusakan organ target.
Hipertensi emergency biasanya disertai
dengan kerusakan organ secara akut,
sedangkan hipertensi krisis tidak.

Sumber: Dipiro et al. 2014 hlm 263

Anda mungkin juga menyukai