Disusun Oleh :
Kelas E
(Kelompok 6)
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “INJEKSI
PHENOBARBITAL”.
Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan
metode-metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga dapat menambah
wawasan pemikiran para pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun makalah ini. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5
2.1 Injeksi.............................................................................................................................5
2.1 Tujuan dan Fungsi Injeksi...........................................................................................7
2.2 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Injeksi.....................................................7
2.3 Penggolongan Injeksi..................................................................................................7
2.4 Komponen injeksi........................................................................................................9
2.5 Syarat Injeksi.............................................................................................................14
2.6 Cara Sterilisasi Sediaan Injeksi.................................................................................15
2.7 Macam- macam Metode Pembuatan Injeksi.............................................................16
2.8 Pengemasan...............................................................................................................17
2.9 Evaluasi.....................................................................................................................19
2.10Penandaan..................................................................................................................21
2.11Phenobarbital Natrium...............................................................................................21
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................23
3.1 Data Praformulasi..........................................................................................................23
3.2 Formulasi.......................................................................................................................25
3.3 Design kemasan............................................................................................................30
3.4 Metode pembuatan injeksi phenobarbital.....................................................................30
3.5 Evaluasi Sediaan...........................................................................................................32
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................33
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral,
disuntikan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau
selaput lendir.
Phenobarbital Natrium merupakan golongan obat pendepresi susunan syaraf pusat
(SPP). Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan
tenang/ kantuk, menidurkan hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan
anastesi, koma dan mati.Pada dosis terapi, obat sedative menekan aktivitas mental,
menurunkan respon terhadap rangsangan emosi, sehingga menenangkan. Obat hipnotik
menyebabkan kantuk, dan mempermudah tidur serta memepertahankan tidur yang
menyerupai tidur fisiologis.
Phenobarbital Natrium ini selama beberapa waktu telah digunakan secara
ekstensif sebagai hipnotik dan sedatif. Namun sekarang selain untuk beberapa
penggunaan yang spesifik , golongan obat ini telah digantikan oleh benzodiazepin yang
lebih aman. Dosis yang digunakan untuk Antikonvulsi, intramuscular, intravena 1x =
200–320 mg, prn diulang/ 6jam; untuk Hipnotik intramuscular, intravena 1x=130mg–
200mg; dan untuk Sedativintramuscular, intravena 1x= 100mg-130mg , prn diulang/6jam.
Kerugian :
Tidak boleh ditambahkan bahan pewarna, jika hanya mewarnai sediaan akhir.
Pemilihan dan penggunaan bahan tambahan harus hati-hati untuk injeksi yang
diberikan lebih dari 5 ml.
- Zat yang mengandung raksa dan surfaktan kationik, tidak lebih dari
0,01
- Golongan Klorbutanol, kreosol dan fenol tidak lebih dari 0,5 %
- Belerang dioksida atau sejumlah setara dengan Kalium atau Natrium
Sulfit, bisulfit atau metabisulfit , tidak lebih dari 0,2 %
a. Untuk mendapatkan pH yang optimal
pH optimal untuk darah atau cairan tubuh yang lain adalah 7,4
dan disebut Isohidri. Karena tidak semua bahan obat stabil pada pH
cairan tubuh, sering injeksi dibuat di luar pH cairan tubuh dan
berdasarkan kestabilan bahan tersebut.Pengaturan pH larutan injeksi
diperlukan untuk :
- Menjamin stabilitas obat, misalnya perubahan warna, efek
terapi optimal obat, menghindari kemungkinan terjadinya
reaksi dari obat.
- Mencegah terjadinya rangsangan / rasa sakit waktu disuntikkan.
- Jika pH terlalu tinggi (lebih dari 9) dapat menyebabkan
nekrosis jaringan (jaringan menjadi mati), sedangkan pH yang
terlalu rendah (di bawah 3) menyebabkan rasa sakit jika
disuntikkan. misalnya beberapa obat yang stabil dalam
lingkungan asam : Adrenalin HCl, Vit.C, Vit.B1.
pH dapat diatur dengan cara :
- Penambahan zat tunggal , misalnya asam untuk alkaloida, basa
untuk golongan sulfa.
- Penambahan larutan dapar, misalnya dapar fosfat untuk injeksi,
dapar borat untuk obat tetes mata.
Yang perlu diperhatikan pada penambahan dapar adalah :
- Kecuali darah, cairan tubuh lainnya tidak mempunyai kapasitas
dapar.
- Pada umumnya larutan dapar menyebabkan larutan injeksi
menjadi hipertonis.
- Bahan obat akan diabsorpsi bila kapasitas dapar sudah hilang,
maka sebaiknya obat didapar pada pH yang tidak jauh dari
isohidri. Jika kestabilan obat pada pH yang jauh dari pH
isohidri, sebaiknya obat tidak usah didapar, karena perlu waktu
lama untuk meniadakan kapasitas dapar.
b. Untuk mendapatkan larutan yang isotonis
Larutan obat suntik dikatakan isotonis jika :
- Mempunyai tekanan osmotis sama dengan tekanan osmotis
cairan tubuh ( darah, cairan lumbal, air mata ) yang nilainya
sama dengan tekanan osmotis larutan NaCl 0,9 % b/v.
- Mempunyai titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh,
yaitu - 0,520C. Jika larutan injeksi mempunyai tekanan osmotis
lebih besar dari larutan NaCl 0,9 % b/v, disebut " hipertonis ",
jika lebih kecil dari larutan NaCl 0,9 % b/v disebut "
hipotonis".
Wadah plastik
Wadah dari plastik contoh polietilen, polipropilen. Wadah plastik disterilkan dengan
cara sterilisasi gas dengan gas etilen oksida.
Keuntungan : netral secara kimiawi, tidak mudah pecah dan tidak terlalu berat hingga
mudah diangkut, tidak diperlukan penutup karet.
Kerugian : dapat ditembus uap air hingga kalau disimpan akan kehilangan air, juga dapat
ditembus gas CO2.
Tutup karet
Digunakan pada wadah dosis ganda yang terbuat dari gelas / kaca. Tutup karet dibuat
dari karet sintetis atau bahan lain yang cocok. Untuk injeksi minyak , tutup harus dibuat
dari bahan yang tahan minyak atau dilapisi bahan pelindung yang cocok.
Syarat tutup karet yang baik adalah bila direbus dalam otoklaf, maka :
Karet tidak lengket / lekat, dan jika ditusuk dengan jarum suntik, tidak
melepaskan pecahannya serta segera tertutup kembali setelah jarum suntik dicabut.
Setelah dingin tidak boleh keruh.
Uapnya tidak menghitamkan kertas timbal asetat ( Pb-asetat ).
2.9 Evaluasi
Dilakukan setelah sediaan disterilkan dan sebelum wadah dipasang etiket dan dikemas
1. Evaluasi Fisika
- Penetapan pH . (FI ed. IV, hal 1039-1040)
- Bahan Partikulat dalam Injeksi ( FI ed IV, hal. 981-984).
- Penetapan Volume Injeksi Dalam Wadah (FI ed. IV Hal 1044).
- Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Volume (FI ed III hal. 19)
- Uji Kejernihan Larutan (FI ED. IV, hal 998)
- Uji Kebocoran (Goeswin Agus, Larutan Parenteral)
Pada pembuatan kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi
untuk produksi skala besar hal ini tidak mungkin dikerjakan.
Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan
dimasukkan kedalam larutan biru metilen 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang
bocor maka larutan biru metilen akan dimasukkan kedalamnya karena
perbedaan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut. Cara ini tidak dapat
dilakukan untuk larutan-larutan yang sudah berwarna.
Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik, jika ada kebocoran maka
larutan ini akan keluar dari dalam wadah. Wadah-wadah yang tidak dapat
disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah
tersebut ke dalam eksikator yang divakumkan. Jika ada kebocoran akan
diserap keluar.
- Uji Kejernihan dan Warna ( Goeswin Agus, Larutan Parenteral, HAL
201)Umumnya setiap larutan suntik harus jernih dan bebas dari kotoran-kotoran.
Uji ini sangat sulit dipenuhi bila dilakukan pemeriksaan yang sangat teliti karena
hampir tidak ada larutan jernih. Oleh sebab itu untuk uji ini kriterianya cukup jika
dilihat dengan mata biasa saja yaitu menyinari wadah dari samping dengan latar
belakang berwarna hitam dan putih. Latar belakang warna hitam dipakai untuk
menyelidiki kotoran-kotoran berwarna muda, sedangkan latar belakang putih
untuk menyelidiki kotoran-kotoran berwarna gelap.
2. Evaluasi Biologi
- Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba (FI ed IV, HAL 854-855)
- Uji Sterilitas (FI ed. IV, HAL 855-863)
- Uji Endotoksin Bakteri (FI ed. IV, HAL 905-907)
- Uji Pirogen(FI ed. IV, HAL. 908-909)
- Uji Kandungan Zat Antimikroba (FI ed. IV, HAL. 939-942)
3. Evaluasi Kimia
- Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing.
- Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing.
2.10 Penandaan
Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera persentase atau jumlah
zat aktif dalam volume tertentu, cara pemberian, kondisi penyimpanan dan tanggal
kadaluarsa, nama pabrik pembuat dan atau pengimpor serta nomor lot atau bets yang
menunjukkan identitas. Nomor lot dan nomor bets dapat memberikan informasi tentang
riwayat pembuatan lengkap meliputi seluruh proses pengolahan, sterilisasi, pengisian,
pengemasan, dan penandaan.
Bila dalam monografi tertera berbagai kadar zat aktif dalam sediaan parenteral
volume besar, maka kadar masing-masing komponen disebut dengan nama umum
misalnya injeksi Dekstrosa 5% atau Injeksi Dekstrosa (5%).
Bila formula lengkap tidak tertera dalam masing-masing monografi, Penandaan
mencakup informasi berikut :
1. Untuk sediaan cair, persentase isi atau jumlah tiap komponen dalam volume
tertentu, kecuali bahan yang ditambahkan untuk penyesuaian pH atau untuk
membuat larutan isotonik, dapat dinyatakan nama dan efek bahan tersebut
2. Sediaan kering atau sediaan yang memerlukan pengenceran sebelum digunakan,
jumlah tiap komponen, komposisi pengencer yang dianjurkan, jumlah yang
diperlukan untuk mendapat konsentrasi tertentu zat aktif dan volume akhir larutan
yang diperoleh , uraian singkat pemerian larutan terkonstitusi, cara penyimpanan
dan tanggal kadualarsa.Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupa sehingga
sebagian wadah tidak tertutup oleh etiket, untuk mempermudah pemeriksaan isi
secara visual.
a. Farmakodinamika
- SSP, efek utamanya ialah depresi SSP, semua tingkat depresi dapat dicapai.
Barbiturat tidak dapat mengurangai rasa nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran.
Dosis kecil dapat meningkatkan reaksi terhadap rangsang nyeri.
- Efek pada tingkatan tidur. Efek hipnotik barbiturat meningkatkan totol lama tidur
dan mempengaruhi tingkatan tidur, bergantung pada dosis.
- Toleransi. Lebih berperan dalam penurunan efek dan berlangsung lebih lama
daripada toleransi farmakokinetik. Toleransi terhadap efek sedasi dan hipnotik
terjadi lebih segera dan lebih kuat daripada efek konvulsi (lanjutan toleransi
Luminal Na) dapat terjadi toleransi silang terhadap senyawa dengan efek
farmakologi yang berbeda seperti opium dan fensiklidin
b. Farmakokinetika
Barbiturat bentuk garam natriumnya diabsorbsi lebih cepat daripada bentuk
asam bebasnya, terutama bila diberikan sebagai sediaan cair secara iv digunakan
mengatasi status epilepsi dan menginduksi serta mempertahankan anastesi umum.
Barbiturat sangat larut dengan lemak , barbiturat akan ditimbun dijaringan lemak dan
otot, sehingga menyebabkan penurunan kadarnya dalam plasma dan otak secara cepat.
Ekskresi dapat ditingkatkan dengan diuresis osmotik. Eliminasi lebih cepat
berlangsung pada yang berusia dewasa, muda daripada yang tua dan anak-anak.
c. Efek Samping
Hang over/ after effects, berupa vertigo, mual, muntah, diare. Kadang timbul
kelainan emosional dan fobia jadi tambah hebat, eksitasi paradoksal,rasa nyeri
(myalgia, neuralgia, artrargia) , hipersensitivitas (alergi, dermatitis, erupsi, demam,
delirium/ kerusakan degeneratif hati).
d. Interaksi Obat
Kombinasi dengan etanol akan meningkatkan efek depresinya. Antihistamin,
INH, Metilfenidat, penghambat MAO juga dapat meningkatkan depresinya.
Menghambat metabolisme obat antidepresi trisiklik. Penggunaan absorbsi kumarol
dan griseovulvin.
e. Indikasi
Hipnotik sedativ, terapi darurat kejang (tetanus, eklamsia, status epilepsi,
perdarahan serebral, keracunan konvulsi), mengobati hiperbilirubin dan kenicterus
pada neunatus.
f. Kontra Indikasi
Pasien alergi barbiturat, penyakit hati dan ginjal, hipoksia, penyakit parkinson,
pasien psikoneuritik tertentu (Anonim,2007;148-152)
g. Dosis
Oral , i.m, i.v,
DM : 1x = 300mg, 1h= 600mg
DL : Antikonvulsi , im, iv 1x = 200 – 320 mg, prn diulang/ 6jam
Hipnotik im, iv 1x= 130mg – 200mg
Sedativ im, iv 1x= 100mg- 130mg , prn diulang/6jam
BAB III
PEMBAHASAN
Formulasi 2
Formulasi 3
R/ Na pheno1gr
Etil Morfin Hcl 0.5gr
Nacl 8.6 gr
Aqua dest ad1ℓ
Perhitungan Isotonis:
R/ Na Phenobarbital 1g E= 0.24 ∆ Tf 1%= 0.14
Etil Morfin HCL 0.5g E= 0.16 ∆ Tf 1%= 0.09
Aqua ad 1ℓ
Cara:
1g
∆ Tf Na = x 100 % = 0.1% → 0.14 x 0.1 = 0.014
1000 ml
0.5 g
∆ Tf Etil = x 100 % = 0.05% → 0.05 x 0.09 = 0.0045
1000 ml
∆ Tf Formula menjadi 0.014 + 0.0045 = 0.0185 < 0.52
→ hipotonis, perlu ditambah Nacl Hingga ∆ Tf Menjadi 0.52. ∆ Tf 1% Nacl 0.58 Nacl
yang diperlukan dalam 100ml
0.52−0.085
x 1 g = 0.86g dalam 100ml → 0.86 x 10 = 8.6g dalam 1000ml
0.58
Prosedur pembuatan :
1. Penyiapan ruangan : Ruangan disterilkan dengan penyinaran lampu uv
selama24jam
2. Alat yang dibutuhkan :
- Kaca arloji : oven, 1700C, 1 jam : dibungkus kertas perkamen
- Spatel: oven, 1700C, 1 jam : dibungkus kertas perkamen
- Pinset: oven, 1700C, 1 jam : dibungkus kertas perkamen
- Pipet : oven, 1700C, 1 jam : dibungkus kertas perkamen
- Batang pengaduk gelas : oven, 1700C, 1 jam : dibungkus
kertasperkamen
- Corong gelas : oven, 1700C, 1 jam : dibungkus kertas perkamen
- Gelas piala : autoklaf, 1210C, 15 menit : dibungkus kertas perkamen
- Gelas ukur : autoklaf, 1210C, 15 menit : dibungkus kertas perkamen
- Labu Erlenmeyer : autoklaf, 1210C, 15 menit : dibungkus
kertasperkamen
- Karet pipet : alcohol 70%, selama 24 jam : direndam
Cara pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tara wadah sediaan (dilakukan sebelum disterilkan)
3. Phenobarbital Na ditimbang dalam kaca arloji (Penimbangan dilebihkan
10%) dan etil morfina ditambahkan
4. Phenobarbital Na dimasukan kedalam gelas piala steril yang sudah
dikalibrasi sesuai dengan volume sediaan yang akan dibuat
5. Tuang aqua pro injeksi untuk melarutkan zat aktif dan untuk membilas
kaca arloji (begitu pula dengan zat tambahan) diaduk dengan batang
pengaduk gelas ad homogen
6. Panaskan larutan pada suhu 60-700C selama 15 menit (waktu dihitung
setelah dicapai suhu 60-700C) sambal diaduk, cek suhu dengan
thermometer
7. Siapkan Erlenmeyer steril bebas pyrogen, corong dn kertas saring rangkap
2 yang telah terlipat dan dibasahi dengan air bebas pyrogen
8. Saring larutan hangat-hangat kedalam Erlenmeyer
9. Tuang larutan kedalam kolom saringan dengan bantuan pompa penghisap
( pori-pori kertas whattman 0.45µm)
10. Filtrat dari kolom ditampung kedalam wadah steril yang telah ditara
11. Botol ditutup dengan flakon steril
A.KEMASAN PRIMER
Diproduksi oleh :
PT.CML Tbk.
Kupang,Indonesia
b) Kemasan sekunder
B. KEMASAN SEKUNDER K
INDIKASI,DO SIS,KONTARA
INDIKASI,EFEKSAMPING ,PERHATIANDAN
INTRAKSI O BAT:
Keteranganlengkaplihatdi brosur
K No. Reg :DKL0604 120804 A1
No.Batch :23250 821
K
TglProduksi :12nov ember2014
Diproduksi oleh: Kadaluarsa:25september 20 15
PT.CMLTbk.
Kupang,Indonesia
HARUSDENGANRESEP DOKTER
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Parfitt,K., (1994), Martindale The Complete Drug Reference, 32nd Edition, Pharmacy Press.
Lachman, L.., Lieberman H. A., Kanig, J. L.., 1994., Teori dan Praktek Farmasi Industri,
diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, edisi III, Universitas Indonesia, Jakarta, 760-779.