Anda di halaman 1dari 1

FORMULASI SEDIAAN SALEP ANTIFUNGI DAN PENGARUH PERBEDAAN BASIS TERHADAP KOMBINASI EKSTRAK

LENGKUAS (Alpinia galanga L.) DAN BAWANG MERAH (Allium cepa L.)

Oktariani Pramiastuti1, Dinar Anggia Zen2, Istianatun Khairiyah3


Prodi S1 Farmasi STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi

ABSTRAK
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur hingga saat ini masih merupakan masalah utama yang dihadapi oleh negara berkembang. Keadaan ini
diperburuk oleh kondisi iklim tropis dimana kelembaban sangat tinggi sehingga pertumbuhan jamur sulit dikendalikan. Salah satu tanaman tradisional sebagai
antifungi adalah lengkuas dan dikombinasikan dengan bawang merah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui formulasi dan pengaruh perbedaan basis salep
antifungi kombinasi ekstrak lengkuas (Alpinia galanga L.) dan ekstrak bawang merah (Allium cepa L.). Metode yang digunakan dengan ekstraksi maserasi. Salep
adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Basis salep yang digunakan yaitu PEG 4000 dan PEG 400 karena dapat
bercampur dengan eksudat kulit sehingga menjadi mudah dikeluarkan dari kulit, tidak mudah rusak dan dapar dioleskan pada kulit.Perbedaan basis pada formu-
lasi dapat berpengaruh terhadap sifat fisik salep yang meliputi daya lekat, daya sebar, dan mempengaruhi kecepatan pelepasan obat dari basis salep dengan hasil
analisis anova satu arah perbedaan bermakna muncul pada uji daya sebar dengan beban yang berbeda keduanya. Pengaruh basis pada salep menunjukan salep
yang terbaik dari masing-masing formulasi yaitu formulasi 2 dengan PEG-4000 26% dan PEG-400 60%.

LATAR BELAKANG HASIL & PEMBAHASAN


Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur hingga saat ini masih
merupakan masalah utama yang dihadapi oleh negara berkembang. Keadaan ini
diperburuk oleh kondisi iklim tropis dimana kelembaban sangat tinggi sehingga Uji daya sebar Uji daya sebar Uji daya
pertumbuhan jamur sulit dikendalikan (Ganiswara, 1995). Kelainan kulit berupa F Uji daya lekat
bercak putih salah satu diantaranya adalah penyakit Pityriasis versikolor atau yang 100g 50g proteksi
biasa disebut panu, yang disebabkan oleh jamur Malassezia furfur. Pityriasis
versikolor merupakan penyakit infeksi jamur superfisial kronis pada kulit yang
ditandai dengan makula hipopigmentasi (Radiono, 2001). Pemakaian tanaman obat 1 6.36 7.38 11.0 2.51 1.77 2.10 1.87 2.07 1.87 6.00 4.52 4.45
sebagai penanggulangan masalah kesehatan telah banyak diterapkan masyarakat di
tengah-tengah kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini. Lengkuas
mengandung zat kimia seperti minyak atsiri. Pada air perasan bawang merah 2 5.53 6.63 7.97 2.67 2.92 3.00 2.25 2.25 2.47 5.58 5.37 4.51
mempunyai efek sebagai antifungi terhadap C. albicans yang ditandai terbentuknya
daerah bening disekitar cakram yang telah dicelupkan ke dalam air perasan bawang
merah. Senyawa aktif minyak atsiri rimpang lengkuas yang mampu menghambat
aktivitas antijamur antara lain galangol, metilsinamat, sinerol, galangin dan eugenol 3 5.64 4.36 4.76 2.52 2.95 2.90 2.22 2.22 2.65 6.09 5.20 4.59
yang menyebabkan rasa pedas. Sifat minyak atsiri mudah menguap, sehingga tidak
dapat digunakan secara langsung sehingga dapat diformulasikan sebagai sediaan.

Tabel 1. Hasil uji salep kombinasi ekstrak lengkuas dan bawang merah
ALAT
Alat-alat gelas (Pyrex), timbangan analitik (HWH DJ203A), oven (Getra), Bedasarkan tabel hasil uji daya lekat untuk salep antifungi dengan
blender (Miyako), ayakan no 30 mesh, rangkaian alat maserasi, evaporator,
berbagai konsentrasi pada basis menunjukkan bahwa waktu yang
waterbath (merk), mortir dan stamper.
dibutuhkan kedua obyek untuk pisah semakin lama. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan konsentrasi tertinggi mempunyai waktu lebih lama
BAHAN
melekat atau dengan kata lain mempunyai kemungkinan lebih lama
hilangnya obat setelah dioleskan karena obat tersebut dapat lebih lama
kontak dengan kulit. Sedangkan untuk salep basis lebih rendah memiliki
Rimpang lengkuas dan bawang merah, etanol 70%, PEG 4000, PEG 400, waktu daya lekat semakin kecil, sehingga dengan konsentrasi tertinggi
nipagin, oleum citri, aquadest, alumunium foil, pH stik universal , H2SO4, kemungkinan hilangnya obat lebih besar setelah dioleskan karena salep
FeCl, NaCl. tersebut kontak dengan kulit lebih cepat. Pada hasil uji daya sebar untuk
konsentrasi basis yang berbeda bahwa semakin besar konsentrasi basis
pada salep diperoleh semakin kecil penyebaran salep, sedangkan basis
SKEMA KERJA yang rendah menunjukan hasil sebaliknya. Hal ini nampaknya akan lebih
baik daya lekatnya, kemampuan melekat dari salep ada korelasi terbalik
LENGKUAS BAWANG MERAH dengan kemampuan menyebarnya yaitu makin rendah kemampuan me-
nyebar, makin besar kemampuan melekatnya (Marchaban, 1993). Noda
merah terbentuk kurang dari 1 menit setelah penambahan larutan KOH
Determinasi 0,1 N, sedangkan pada basis salep yang baik dapat melindungi kulit dari
pengaruh luar seperti asam-basa, debu dan sinar matahari pada waktu
Pembuatan Serbuk pengobatan, ditandai dengan tidak terbentuknya noda merah setelah
penambahan KOH.
Maserasi dengan Alkhohol 70%

Ekstrak Kental KESIMPULAN


Uji Fitokimia Standarisasi Ekstrak 1. Perbedaan basis dapat berpengaruh terhadap sifat fisik salep
yang meliputi daya lekat, daya sebar, dan mempengaruhi ke-
Flavonoid Parameter Spesifik Parameter Nonspesifik cepatan pelepasan obat dari basis salep .
Tanin
Saponin 2. Pengaruh basis pada salep menunjukan salep yang terbaik dari
Minyak Atsiri masing-masing formulasi yaitu formulasi 2 dengan PEG-4000
Susut Pengeringan Organoleptis
26% dan PEG-400 60%.
Kadar Air
Kadar Abu

DAFTAR PUSTAKA
Hasil Formulasi
Ganiswara, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Universitas Indonesia, Jakarta.
Radiono, S., Pitiriasis Versicolor. Dalam: Budimulja U., Kuswadji, Bramono K., dkk,
F1 F2 F3 editor Dermatomikosis Superfisialis, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2011:
17-20.
Lachman L., Lieberman and Herbert A. (2008). Pharmaceutical Dosage Form: Tab-
Uji Sifat Fisik lets,Pharmaceutical press, New York
Marchaban, 1993, Efisiensi Krim Hidrokortison Secara In-Vitro, Majalah Farmasi
Indonesia 4 (2), 61-67, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
Nugroho, A.F., 2008, Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Kemangi (Ocimum santum L.)
Secara Granulasi Basah dengan Menggunakan Pulvis Gummi Arabici
(PGA) Sebagai Bahan Pengikat, Skripsi, Fakultas Farmasi, UMS, Sura-
karta.

Anda mungkin juga menyukai