Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Obat impor dapat diregistrasikan asalkan industri farmasi di luar negeri telah
memenuhi persyaratan CPOB yang dapat dibuktikan dengan dokumen yang
sesuai. Dokumen tersebut harus dilengkapi dengan data inspeksi terakhir paling
lama 2 tahun yang dikeluarkan oleh pejabat berwenang.
Registrasi Obat Khusus Ekspor
Registrasi obat ekspor dilakukan oleh industri farmasi. Obat yang akan diekspor
harus berkhasiat, aman, berkualitas, serta memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Selain hal tersebut, obat dapat diekspor ketika sesuai dengan ketentuan dan
persetujuan dari negara tujuan.
Registrasi Obat yang Dilindungi Paten
Registrasi obat yang masih dilindungi paten di Indonesia hanya dapat dilakukan
oleh industri farmasi dalam negeri pemegang hak paten, atau industri farmasi lain
yang ditunjuk oleh pemegang hak paten. Hak paten tersebut dapat dibuktikan
dengan sertifikat paten. Registrasi obat paten dapat diajukan mulai 2 tahun
sebelum berakhirnya perlindungan hak paten. Obat bersangkutan hanya boleh
diedarkan setelah habis masa perlindungan paten obat inovator.
Tata Cara Memperoleh Izin Edar
Tata cara perolehan izin edar terdari beberapa tahapan yang telah ditentukan.
Adapun tahapan tersebut diawali dengan registrasi, pelunasan biaya registrasi,
pelaksanaan evaluasi dokumen registrasi, hingga pemberian izin edar.
Registrasi dilakukan oleh industri farmasi dan diajukan kepada Kepala Badan
POM dengan kritearia dan tata laksana yang telah ditetapkan. Industri farmasi
yang bersangkutan diharuskan memenuhi biaya yang telah ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu, dilakukan penyerahan
dokumen registrasi yang bersifat rahasia dan dipergunakan terbatas hanya untuk
keperluan evaluasi oleh yang berwenang. Dokumen tersebut kemudian dievaluasi
berdasarkan kriteria-kriteria obat yang dapat memperoleh izin edar yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pelaksaan evaluasi dokumen dilakukan oleh tim khusus
yang telah dibentuk, yaitu Komite Nasional Penilai Obat, Panitia Penilai KhasiatKeamanan, Panitian Penilai Mutu, Teknologi, Penandaan dan Kerasionalan Obat.
Setelah semua tahapan selesai dilakukan, tim penilaian dapat memberikan
rekomendasi kepada Kepala Badan untuk memberikan persetujuan atau penolakan
izin edar pada industri farmasi terkait. Kepala Badan diharuskan melaporkan izin
edar kepada Menteri setiap satu tahun sekali. Pada kasus permohonan yang
ditolak, biaya registrasi yang dikenakan sebelumnya tidak dapat ditarik kembali.
Industri farmasi sebagai pendaftar yang mendapat penolakan dapat mengajukan
keberatan melalui cara peninjauan kembali yang tata caranya telah ditetapkan oleh
Kepala Badan.
Pada kasus izin edar yang diterima, pendaftar wajib memproduksi atau
mengimpor dan mengedarkan selambat-lambatnya 1 tahun setelah tanggal
persetujuan dikeluarkan. Izin edar yang telah diberikan dapat berlaku selama 5
tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi ketentuan yang berlaku. Terhadap
obat yang telah mendapat izin edar, dapat dilakukan evaluasi kembali. Terdapat
beberapa alasan mengapa dapat dilakukan evaluasi kembali, yaitu:
a. Obat memiliki risiko efek samping lebih besar dibandingkan dengan
efektivitasnya yang terungkap setelah obat dipasarkan.
b. Obat yang memiliki efektivitas tidak lebih baik dibandingkan plasebo.
c. Obat yang tidak memenuhi persyaratan ketersediaan hayati/bioekivalensi
Kepala Badan dapat mencabut izin edar ketika terjadi salah satu dari hal-hal di
bawah ini:
a. Obat tidak memenuhi kriteria obat yang dapat memperoleh izin edar
berdasarkan data terbaru.
b. Penandaan dan promosi menyimpang dari persetujuan izin edar.
c. Selama 12 bulan berturut-turut obat yang bersangkutan tidak diprodksi,
diimpor, atau diedarkan.
logo,
penambahan
klaim
efek
samping
dan
atau
3. Pernyataan pendaftar
Semua dokumen registrasi harus menggunakan kertas ukuran standar
internasional (A4: 8.27 x 11,69 inci). Pada kasus tertentu penggunaan kertas yang
lebih besar dari ukuran standar diperbolehkan untuk denah, diagram sintesis,
formula bets, atau alur pembuatan obat. Halaman kertas ini harus dilipat sehingga
dapat dilihat tanpa membuka penutup ordner dan dapat dilipat kembali tanpa
menimbulkan kerusakan pada saat penyimpanan.
Ukuran huruf untuk narasi dan tabel harus menggunakan jenis dan ukuran
yang cukup besar dan dapat terbaca dengan mudah, bahkan setelah digandakan
atau ditampilkan secara elektronik contoh : untuk narasi menggunakan huruf
Times New Roman dengan ukuran 12. Untuk tabel, alur dan diagram dapat
menggunakan huruf ukuran 9-10.
A. Warna ordner atau map
Setiap ordner/map
Nama Produk
Bentuk Sediaan
Komposisi
Jenis dan Besar Kemasan
Nama Pendaftar
Nama Produsen
Nomor dan Nama Bagian
Pada bagian depan dan samping ordner harus dituliskan nomor ordner,
kecuali map hanya dicantumkan pada bagian depan dalam format berikut: x dari y
dimana x adalah nomor ordner spesifik dan y adalah jumlah ordner total untuk
bagian terkait. Contoh: ordner ke-6 untuk bagian keamanan dengan total 50
ordner untuk semua bagian dituliskan 6 dari 50 pada sudut kanan bawah.
B. Identifikasi dokumen
Pada setiap dokumen harus dicantumkan informasi berikut :
a. Nama atau kode dokumen harus dicantumkan pada sudut kanan atas kertas
pembatas.
b. Sistem penomoran sub bagian harus dicantumkan pada sudut kanan
bawah, contoh :
Bagian x, Ord. X, Sub Bagian x.xDimana :
Bagian x
: Bagian dokumen
Ord. X.
: Nomor ordner
C. Penomoran halaman
Semua dokumen harus
mempunyai
nomor
halaman.
Penomorannya
berdasarkan Sub bagian atau anak sub bagian dokumen, bukan berdasarkan ordner
atau bagian. Semua dokumen registrasi tidak boleh diberikan nomor secara
berurutan berdasarkan halaman. Satu set penomoran halaman hanya untuk setiap
Sub bagian.Jika terdapat dokumen yang disisipkan dalam dokumen, seperti
protokol dalam laporan studi, dokumen sisipan tersebut dimasukkan sebagai
Lampiran.Setiap lampiran harus dipisahkan dengan kertas pembatas yang dinamai
dengan benar.
Pada sudut kanan bawah setiap halaman, harus dituliskan sistem penomoran
halaman dalam format berikut :
Bag.x, Ord. X, SubBag. x.x, Hal. xxDimana
Bag. x
Ord. x
SubBag. x.x
: nomor sub bagian atau anak sub bagian dari bagian terkait
(Sub Bagian)
Hal. xx
Contoh, dokumen spesifikasi zat aktif dari bagian mutu dituliskan: Bag. II, Ord.2,
SubBag. B.S4.1, Hal.7 pada sudut kanan bawah.
Tambahan data tidak boleh mengubah urutan penomoran halaman.Jika jumlah
halaman tamabahan data melebihi nomor halaman yang ada, dapat ditambahkan
dengan huruf a z sebagai anak nomor halaman.Contoh : halaman 6a, 6b, 6c ....
dst
D. Dokumen dengan format ICH CTD
Dokumen dengan format ICH CTD dapat diserahkan sesuai dengan ketentuan
ICH CTD yang berlaku, namun dokumen Bagian I harus disesuaikan dengan
ketentuan dalam Peraturan ini.
E. Obat produksi dalam negeri
Dokumen registrasi untuk obat produksi dalam negeri diantaranya
1. Izin industri farmasi
4. Sertifikat CPOB yang masih berlaku dari produsen untuk bentuk sediaan
yang didaftarkan atau dokumen lain yang setara (termasuk sertifikat
CPOB produsen zat aktif untuk Produk Biologi)
5. Data inspeksi CPOB terakhir dan perusahaan terakit paling lama 2 (dua)
tahun yang dikeluarkan oleh otoritas pengawas obat setempat dan/ atau
otoritas pengawas obat negara lain
6. Justifikasi impor
7. Bukti perimbangan kegiatan ekspor dan impor (jika perlu)
variasi yang mencangkup obat baru, produki biologi, dan obat copy.
1.
2.
3.
ekivalensi)
Sub Bagian C : Daftar Pustaka
sedangkan laporan lengkap studi non klinik hanya jika dipersyaratkan. Dokumen
studi non klinik hanya jika dipersyaratkan. Dokumen studi non klinik tidak
dipersyaratkan untuk obat copy.
1.
Sub Bagian A : Tinjauan studi non klinik harus ditampilkan sesuai dengan
urutan berikut:
a. Tinjauan strategi studi non klinik
b. Farmakologi, farmakokinetika
c. Toksikologi
d. Tinjauan terintegrasi
e. Kesimpulan
f. Daftar literatur
Studi-studi yang dilakukan untuk menetapkan efek farmakodinamik, cara
kerja,
dan
potensi
efek
samping
obat
harus
dievaluasi,
serta
Sub Bagian B : Ringkasan dan matriks studi non klinik harus ditampilkan
3.
4.
urutan berikut:
a. Daftar isi studi non klinik
b. Laporan studi
c. Farmakologi
d. Farmakokinetika
e. Toksikologi
Sub Bagian D : Daftar pustaka
resiko penggunaan produk obat dan menjelaskan bagimana hasil studi menunjang
bagian penting informasi obat.
1.
Sub Bagian A : Tinjauan Studi Klinik harus ditampilkan sesuai dengan urutan
2.
berikut:
a. Alasan pengembangan obat
b. Tinjauan biofarmasetika
c. Tinjauan farmakologi klinik
d. Tinjauan khasiat
e. Tinjauan keamanan
f. Kesimpulan manfaat dan risiko
Sub Bagian B : Ringkasan Studi Klinik harus ditampilkan sesuai dengan
3.
urutan berikut:
a. Isi ringkasan studi biofarmaasetika dan metode analisis terkait
b. Ringkasan studi farmakologi klinik
c. Ringkasan khasiat klinik
d. Ringkasan keamanan klinik
e. Sinopsiis studi individual
Sub Bagian C : Matriks Studi Klinik harus ditampilkan sesuai dengan urutan
berikut:
a. Ringkasan studi ketersediaan hayati, ringkasan studi disolusi in vitro
b. Ringkasan studi PK interaksi obat-obat
c. Gambaran studi khasiat dan keamanan klinik
d. Hasil studi khasiat, paparan obat terhadap subyek studi berdasarkan ratarata dosis harian dan durasi paparan formulasi inravena
e. Profil demografi subyek dalam studi berpembanding, insidensi kejadian
yang tidak diharapkan dalam database gabungan uji berpembanding aktif
dan placebo
f. KTD dalam database gabungan studi berpembanding aktif dan
berpembanding plasebo, withdrawal subyek oleh studi berpembanding,
4.
daftar kematian)
Sub Bagian D : Laporan Studi Klinik
a. Laporan studi biofarmasetika
b. Laporan studi terkait farmakokinetika menggunakan biomaterial manusia,
laporan studi farmakodinamika (PD) pada manusia
c. Laporan studi khasiat dan keamanan, laporan pengalaman paska
Nomor registrasi terdiri dari 15 digit yang didapat ketika seluruh tahapan
registrasi selesai dilakukan. Berikut adalah tata cara penomoran nomor registrasi
obat
1
10
11
12
13
14
15
Keterangan :
Digit 1
Digit 2
Digit 3
Digit 4, 5
Digit 6, 7, 8
Digit 9, 10, 11
Digit 12, 13
Digit 14
Digit 15