Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH JURNAL

FARMASETIKA SEDIAAN LIQUIDA

KELOMPOK: 8
KELAS: C

1. IIN MARDHATILLAH (201410410311122)


2. NUR CHOLIDAH (201410410311)
3. DIMAS GILANG P. (201410410311)
4. ALFIRA ARIYANTI (201410410311136)
5. JEAN MONAWARAH E.L (201410410311137)
6. M. HUSNI ARIANDI (201410410311138)

DOSEN :

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSIS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis yang
berjudul. Penulisan karya tulis atau makalaj ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Farmasetika Sediaan Likuida.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki
banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik
penulisannya. Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Dan semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca.

Malang, Desember 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1. Tinjaun Pustaka.........................................................................1
1.2. Tujuan........................................................................................ 3
BAB II..................................................................................................... 4
KARAKTERISTIK BAHAN AKTIF.................................................................4
2.1. Latar Belakang Obat..................................................................4
2.2. Organoleptis Bahan Obat..........................................................4
2.3. Mikroskopis................................................................................4
2.4. Karakteristik Fisika Mekanik.......................................................5
2.5. Karakteristik Fisika Kimia...........................................................5
2.6. Stabilitas.................................................................................... 5
BAB III..................................................................................................... 6
TINJAUAN FARMAKOLOGIS BAHAN AKTIF................................................6
3.1. Tinjauan Farmakologi.................................................................6
3.2. Struktur Gugus Bahan Aktif.......................................................6
BAB IV.................................................................................................... 7
FORMULASI SEDIAAN............................................................................. 7
4.1. Syarat Sediaan Suspensi...........................................................7
4.2. Pembahasan Formulasi di Jurnal................................................7
4.3. Perbandingan Formulasi di Jurnal acuan dan Formulasi Suspensi
Pada Umumnya................................................................................... 7
BAB V..................................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................8
5.1. Evaluasi dan Pembahasan.........................................................8
BAB VI.................................................................................................... 9
KESIMPULAN........................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tinjaun Pustaka


Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi oral adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan
bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.
Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk
dalam kategori ini. Beberapa suspensi langsung dapat digunakan, tetapi
karena suspensi oral merupakan campuran padat maka harus dikonstitusikan
terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.
Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan
atau yang dikonstitusikan dengan jumlah air untuk injeksi atau pelarut lain
yang sesuai sebelum digunakan. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara
intravena dan intratekal (Farmakope Indonesia edisi V, 2014).
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus
mengandung zat antimikroba yang sesuai untuk melindungi kontaminasi
bakteri, ragi dan jamur seperti yang tertera pada Emulsi dengan beberapa
pertimbangan penggunaan pengawet antimikroba juga berlaku untuk
suspensi. Sesuai sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat
mengendap pada dasar wadah bila didiamkan. Pengendapan seperti ini dapat
mempermudah pengerasan dan pemadatan sehingga sulit terdispersi
kembali, walaupun dengan pengocokan. Untuk mengatasi masalah tersebut,
dapat ditambahkan zat yang sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan
bentuk gel suspensi seperti tanah liat, surfaktan, poliol, polimer atau gula.
Yang sangat penting adalah bahwa suspensi harus dikocok baik sebelum
digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam
pembawa, hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi
harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Keuntungan Bentuk Sediaan Suspensi :
baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil, kapsul.
terutama untuk anak-anak
memiliki homogenitas yang cukup tinggi
lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan kontak
dengan permukaan saluran cerna tinggi
dapat menutupi rasa tidak enak/pahit dari obat
dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
bisa digunakan untuk partikel / bahan obat yang tidak larut
beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk
larutan dapat dibuat dalamsediaan suspensi
Kerugian Bentuk Sediaan Suspensi :
memiliki kestabilan yang rendah
jika terbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali, sehingga
homogenisitasnya menjadi buruk
aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk dituang
ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan
suspensi harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan
pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi akan
meningkat apabila terjadi perubahan temperatur pada tempat
penyimpanan
Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral. Salah satunya karena
adanya obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan
tetapi stabil apabila disuspensi. Dalam hal ini, suspensi oral menjamin
stabilitas kimia dan memungkinkan terapi untuk cairan. Pada umumnya,
bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat karena pemberiannya lebih
mudah, aman, dan keluwesan dalam pemberian dosis terutama untuk anak-
anak (Ansel, 2005).
Suatu sediaan suspensi yang baik harus memenuhi kriteria tertentu.
Kriteria dari suatu sediaan yang baik adalah :
Pengendapan partikel lambat sehingga takaran pemakain yang serba
sama dapat dipertahankan dengan pengocokan.
Seandainya terjadi pengendapan selama penyimpanan harus dapat
segera terdispersi kembali apabila suspense dikocok.
Endapan yang terbentuk tidak boleh mengesar pada dasaar wadah.
Viskositas suspense tidak boleh terlalu tinggi sehingga sediaan
dengan mudah dapat dituang.
Memberikan warna, rasa, bau, dan rupa yang menarik.
Biasanya digunakan Pulvis Gummosus untuk menaikkan viskositas
cairan karena bila tidak, zat yang tidak larut akan cepat mengendap.
Banyaknya zat pengental tidak tergantung pada banyaknya serbuk, tetapi
tergantung dari besarnya volume cairan. Untuk obat berkhasiat keras
disuspensi dengan Pulvis Gummosus sebanyak 2% dari jumlah cairan obat
minum. Untuk obat tidak berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis
Gummosus sebanyak 1% dari jumlah cairan obat (Ilmu Meracik Obat, 20).
Dalam pembuatan suspensi penggunaan surfaktan (wetting agent)
adalah sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka antara partikel
padat dan cairan pembawa. Sebagai akibat turunnya tegangan antar muka
akan menurunkan sudut kontak, dan pembasahan akan dipermudah. Gliserin
dapat berguna dalam penggerusan zat yang tidak larut karena akan
memindahkan udara diantara partikel-partikel hingga bila ditambahkan air
dapat menembus dan membasahi partikel karena lapisan gliserin pada
permukaan partikel mudah campur dengan air. Maka itu pendispersian
partikel dilakukan dengan menggerus dulu partikel dengan gliserin,
propilenglikol, koloid gom baru diencerkan dengan air, hal ini sudah
terkenal dalam praktik farmasi (Ilmu Meracik Obat, 20).

1.2. Tujuan
a. Mengenal dan memahami cara pembuatan dan evaluasi bentuk sediaan
suspensi
b. Mengetahui dan dapat mencicipi rasa pembuatan obat sediaan suspensi
c. Meningkatkan pemahaman tentang hal-hal yang berkaitan dengan
formulasi sediaan berdasarkan jurnal yang menjadi acuan
BAB II
KARAKTERISTIK BAHAN AKTIF

2.1. Latar Belakang Obat


2.1.1. Aluminium Hidroksida
Sinonim : Aluminium Hydrate
Struktur Kimia :
OH

HO Al OH
Rumus Molekul : Al(OH)3
Berat Molekul : 78.00
Kemurnian : Gel Al(OH)3 kering mengandung tidak kurang dari
76.5% Al (OH)3
Efek Terapeutik : Antasid
2.1.2. Magnesium Hidroksida
Sinonim : Magnesii Hydroxydum
Struktur Kimia : HO Mg OH
Rumus Molekul : Mg (OH2)
Berat Molekul : 53.32
Kemurnian : Mengandung tidak kurang dari 95% dan tidak
lebih dari 100.5% Mg(OH2)
Efek Terapeutik : Antasid (The Internationas Pharmacopoeia, 5th Ed,
2015)
Pemerian : Serbuk, Putih; Ruah (The Internationas
th
Pharmacopoeia, 5 Ed, 2015)

2.2. Organoleptis Bahan Obat


2.2.1. Aluminium Hidroksida
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Rasa : Tidak Berasa (FI IV : 83)
2.2.2. Magnesium Hidroksida
Warna : Putih
Bau : Tidak Berbau
Rasa :

2.3. Mikroskopis
2.3.1. Aluminium Hidroksida
Bentuk Kristal : Serbuk Amorf
2.3.2. Magnesium Hidroksida
Bentuk Kristal : Serbuk Amorf (The Internationas
th
Pharmacopoeia, 5 Ed, 2015)

2.4. Karakteristik Fisika Mekanik


2.4.1. Aluminium Hidroksida
Titik Lebur : 300oC
Higroskopis : Tidak Higroskopis
2.4.2. Magnesium Hidroksida
Titik Lebur : 900oC
Higroskopis : Tidak Higroskopis

2.5. Karakteristik Fisika Kimia


2.5.1. Aluminium Hidroksida
pH : 7.3 8.5
Khasiat : Antasid
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Titik Lebur : 300oC
2.5.2. Magnesium Hidroksida
pH : 7.3 8.5 (USP 29)
Khasiat : Antasid
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat (FI IV : 514)
Titik Lebur : 900oC

2.6. Stabilitas
2.6.1. Aluminium Hidroksida
Bahan Padat
Terhadap Suhu : Stabil
Terhadap Cahaya : Stabil
Terhadap Kelembapan :
Bahan Pelarut
Terhadap Pelarut : Reaktif terhadap asam dan alkali
2.6.2. Magnesium Hidroksida
Bahan Padat
Terhadap Suhu : Stabil
Terhadap Cahaya : Tidak Stabil
Terhadap Kelembapan : Stabil
Bahan Pelarut
Terhadap Pelarut : Stabil dalam asam encer
BAB III
TINJAUAN FARMAKOLOGIS BAHAN AKTIF

3.1. Tinjauan Farmakologi

3.2. Struktur Gugus Bahan Aktif


BAB IV
FORMULASI SEDIAAN

4.1. Syarat Sediaan Suspensi

Isi sediaan farmasi harus memenuhi syarat-syarat suspensi adalah


sebagai berikut :

Menurut FI edisi III adalah :

1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap

2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali

3. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi

4. Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia
dituang

5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari


suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama

Menurut FI edisi IV adalah :

1. Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal

2. Suspense yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus


mengandung anti mikroba

3. Suspense harus dikocok sebalum digunakan.

Menurut Fornas Edisi 2, 1978

Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan


jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk
suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis
ganda

Menurut (Pharm. Dosage Forms: Disperse System, 1989, Vol 2, hal 318)

Campuran serbuk/granul haruslah merupakan campuran yang homogen,


sehingga konsentrasi/dosis tetap untuk setiap pemberian obat.
1. Selama rekonstitusi campuran serbuk harus terdispersi secara cepat dan
sempurna dalam medium pembawa.
2. Suspensi yang sudah direkonstitusi harus dengan mudah didispersikan
kembali dan dituang oleh pasien untuk memperoleh dosis yang tepat dan
serba sama.
3. Produk akhir haruslah menunjukkan penampilan, rasa, dan aroma yang
menarik.

Suspensi kering dibuat dengan cara granulasi. Granulasi adalah suatu


metode yang memperbesar ukuran partikel serbuk guna memperbaiki sifat alir.

Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya :

1. Dalam bentuk dan warna yang sedapat mungkin teratur


2. Memiliki sifat alir yang baik
3. Tidak terlalu kering
4. Hancur baik dalam air
5. Menunjukan kekompakan mekanis yang memuaskan

4.2. Pembahasan Formulasi di Jurnal


Pada pembuatan suspensi dengan bahan obat Cefpodoxime proxetil yang
termasuk golongan antibiotika Sefalosporin generasi ketiga memiliki rasa
yang sangat pahit. Sehingga untuk menutupi rasa pahit tersebut pada
suspensi yang disebabkan oleh bahan obatnya maka digunakan resin
pertukaran ion (Kyron T-114). Untuk langkah-langkahnya yaitu Kyron-T114
ditempatkan di gelas berisi air deionisasi dan dibiarkan mengembang selama
2 jam. CFPD PRXL yang telah ditimbang ditambahkan ke dalamnya dan
diaduk selama 4 jam. Campuran disaring dan residu dicuci dengan tiga
bagian 75 mL air deionisasi lalu dikeringkan. Obat terikat dihitung sebagai
efisiensi drug-loading. DRC dioptimalkan untuk berbagai parameter seperti
obat untuk perbandingan resin, pengaruh pH, pengaruh suhu, pengaruh
waktuu perendaman resin dan pengaruh lama pengadukan pada proses
menutupi rasa efisiensi obat.

4.3. Perbandingan Formulasi di Jurnal acuan dan Formulasi Suspensi


Pada Umumnya
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Evaluasi dan Pembahasan


BAB VI
KESIMPULAN

1.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh., 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, hal. 149-152.
Departemen Kesehatan. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 2014.
Farmakope Indonesia. Edisi ke-5. Jakarta : Departemen Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai