Anda di halaman 1dari 3

VII.

PEMBAHASAN

Potensiometri adalah suatu teknik analisis pengukuran konsentrasi sebagai fungsi dari potensial
dalam suatu sel elektrokimia. Metode ini sangat berguna untuk menentukan titik ekuivalen suatu titrasi
secara instrumen sebagai pengganti indikator visual. Ketelitian titrasi potensiometri lebih tinggi
dibandingkan dengan titrasi visual yang menggunakan indikator.
Pada praktikum kali ini, pertama yang dilakukan dalam penetapan kadar asam salisilat dengan
membuat larutan baru primer dan baku sekunder, dalam penetapan kadar ini baku primer asam oksalat
dengan menimbang asam oksalat sebanyak 100 mg. dengan menggunakan timbangan analit kemudian
asam oksalat yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan tambahkan air sampai 25 ml
kocok homogen, dilakukan titrasi dengan NaoH, saat volume 5 ml diukur pH, selanjutnya titran diukur pH
setiap penambahan 0,5 ml NaoH.
Kemudian dilakukan titrasi pada sampel asam salisilat sebanyak 100 mg dimasukkan ke beaker
glass tambahkan 10-15 ml etanol 96% aduk sampai larut lakukan titrasi sampel dengan NaOH saat volume
5 ml diukur pH, sebelum diukur Ph, kalibrasi pH meter terlebih dahulu sebelum digunakan, proses ini
bertujuan agar skala yang ditunjukkan pada pH meter adalah benar. Air merupakan larutan yang
bermuatan netral sehingga sering digunakan untuk mengkalibrasi pH meter. Selanjutnya titran diukur pH
setiap penambahan 0,5 ml NaoH. Saat electrode di celupkan ke dalam campuran larutan terjadi
kesetimbangan antara ion-ion hidrogen yang terdapat dibagian tipis bola gelas dan ion hidrogen yang
terletak dalam larutan yang diuji. Electrode gelas akan membiarkan ion H + untuk menembusnya, tetapi
menahan ion lain. Semakin besar konsentrasi ion hidrogen dalam larutan sampel semakin banyak ion
hidrogen masuk ke dalam lapisan gelas.hal ini menyebabkan pada saat awal titrasi nilah pH kecil.
Semakin banyak pentiter yang ditambahkan, semakin sedikit ion hidrogen yang terdapat dalam larutan,
karena ion hidrogen akan bereaksi dengan ion hydronium (OH) dan membentuk air. Hal ini akan
menyebabkan ion hidrogen yang memasuki lapis gelas juga semakin sedikit sehingga muatan electrode
gelas berkurang, maka nilai pH pun meningkat. Hal ini dapat dilihat pada kurva hubungan antara pH dan
volume pentiter.
pH meter  merupakan suatu elektroda gelas atau kaca, dimana diketahui bahwa elektroda gelas
merupakan elektroda yang paling sensitif karena membrannya sensitif  terhadap ion H+ serta paling sering
digunakan, namun satu kelemahan yang utama dari elektroda ini yaitu tidak efektif pada pengukuran pH
di atas 10. Sebenarnya dalam titrasi potensiometri juga dilakukan pengukuran voltase atau tegangan untuk
membandingkan besarnya voltase yang ditimbulkan akibat penambahan basa. Hanya saja dalam
percobaan ini tidak dilakukan. Penggunaan pH meter sebagai alat ukur untuk mengukur pH pada larutan
titrat yang dianalisis, dengan pH awal titrat asam salisilat sebesar 1,67. Menurut Adinda (2017), alat
dikalibrasi dengan cara mencelupkan pH meter kedalam air dengan pH normal lalu di celupkan pada air
dengan pH asam, setelah itu di celupkan kembali kedalam air dengan pH normal selanjutnya dicelupkan
kedalam air dengan pH basa lalu di celupkan kembali ke air dengan pH normal.
Penambahkan volume NaOH setiap 1 ml diukur besar pH setiap bertambahnya volume titran.
Penambahan titran pada saat nilai potensial terukur relatif tidak berubah, maka titrasi dihentikan setelah
terjadi lompatan potensial yang drastis dari pH 10,33 hingga 10,44. Menurut Sumar (1994), lonjakan pH
terjadi disebabkan terjadinya titik kesetimbangan dimana ion hidrogen (H +) dari asam salisilat telah habis
bereaksi dengan ion hidroksida (OH-) dari NaOH dengan reaksi kimia sebagai berikut.
C7H6O3(aq) + NaOH(aq) → C7H5O3Na(aq) + H2O(l)
Pada volume ke 7 ml, nilai potensial naik hingga 11,2 dan ketika dilakukan titrasi pada volume ke
8 ml, kenaikan besar pH menjadi relatiif rendah. Sehingga diakhiri proses titrasi pada volume titran ke 7
ml. Karena menurut Suyanta (2005), pada metode titrasi potensiometri, titik akhir titrasi ditandai dengan
perubahan potensial yang drastis. Ketelitian yang diperoleh akan lebih baik dari pada titik ekivalen yang
ditandai dengan perubahan warna maupun adanya endapan.
Pada titrasi potensiometri ini tidak digunakan indikator seperti metode pengkuran analis lainnya
sehingga titrasi dikatakan sebagai titrasi yang sederhana. Menurut Watoni (2009), metode potensiometri
ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam
hal larutan keruh atau bila daerah kesetaraan sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir
titrasi dengan indikator.
Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekuivalen sehingga data yang dihasilkan dianggap
memiliki kesalahan yang kecil. Praktikum potensiometri ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat
kurva hubungan antara pH dan volume titran, menentukan titik akhir titrasi, dan menentukan. Menurut
Widjaja dan Laksmiani (2009), melalui kurva hubungan antara volume titran dan pH dapat ditentukan titik
akhir titrasinya. Titik akhir titrasi dideteksi dengan menetapkan volume di mana terjadi perubahan
potensial yang relatif besar ketika ditambahkan penitrasi.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatlah titik akhir yaitu pada penambahan volume
titran 10,44 ml mencapai 8,5 ml dengan mengamati grafik hubungan antara pH dengan volume titran,
dengan titik ekuivalen titrasi pada pH basa sebesar 8,5. Setelah diketahui titik kesetimbangan pada titrasi
tersebut.
Adapun kemungkinan kesalahan pada praktikum kali ini yaitu ketidaktelitian pada saat
memindahkan larutan yang telah diukur sebelumnya. Sehingganya volumenya menjadi tidak akurat lagi.

Anda mungkin juga menyukai