Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM MANUFAKTUR SEDIAAN SOLIDA

JURNAL DISPERSI PADAT PARASETAMOL

Disusun Oleh :

Nama : Indah Kurniawati Poy


NRP : 110120223
Kelas :C
Kelompok :5
1. DEFINISI DAN TUJUAN
1.1 DEFINISI
Kempa langsung merupakan proses kempa bahan obat atau campuran obat –
eksipien berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal. Merupakan cara
pembuatan tablet yang paling sederhana. Syarat massa serbuk untuk dapat
dikempa langsung yaitu memiliki sifat mudah mengalir dan kompresibilitas yang
baik.
Salah satu upaya memanipulasi karakter bahan obat atau eksipien adalah
dengan membuat dispersi padat. Melalui dispersi padat, bahan obat atau eksipien
akan didispersikan dalam pembawa atau matriks dalam bentuk padatan
menggunakan metode peleburan, pelarutan atau peleburan-pelarutan.
Istilah kempa langsung telah lama digunakan untuk memperkenalkan
pengempaan senyawa kristalin tunggal (biasanya garam anorganik dengan struktur
kristal kubik seperti natrium klorida, natrium bromida, atau kalium bromida)
menjadi suatu padatan tanpa penambahan zat-zat lain. Hanya sedikit bahan kimia
yang mempunyai sifat alir, kohesi, dan lubrikasi di bawah tekanan untuk membuat
padatan seperti ini. (Pustaka : Hasyim, Muh. Farid, dkk. KARAKTERISTIK
METODE KERJA KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKAN PENGISI
AVICEL pH 102 KONSENTRASI 6%, 5% DAN 4% PADA PEMBUATAN
TABLET CTM. Jurnal Farmasi Sandi Karsa Volume 5, Nomor 1)
Menurut Choiu & Riegelman (1971), dispersi padat merupakan produk solid
yang terdiri paling sedikit dua komponen yang berbeda, yaitu matriks hidrofilik
yang dapat berupa kristal atau amorf dan obat hidrofobik yang akan terdispersi
secara molekuler pada partikel matriks baik amorf ataupun kristal sehingga dapat
meningkatkan kecepatan disolusi (Dhirendra et al., 2009). Dispersi padat juga
merupakan metode yang prospektif karena mudah dalam persiapan, optimasi, dan
reproduksibilitas pembuatannya. (Pustaka : Trianggani, Danintya Fairuz Trianggani
dan Sulistiyaningsih. Artikel Tinjauan : Dispersi Padat. Farmaka Volume 16 Nomor
1)

1.2. TUJUAN
Istilah kempa langsung telah lama digunakan untuk memperkenalkan
pengempaan senyawa kristalin tunggal (biasanya garam anorganik dengan struktur
kristal kubik seperti natrium klorida, natrium bromida, atau kalium bromida) menjadi
suatu padatan tanpa penambahan zat-zat lain. Hanya sedikit bahan kimia yang
mempunyai sifat alir, kohesi, dan lubrikasi di bawah tekanan untuk membuat padatan
seperti ini.
Kempa langsung dilakukan dengan tujuan untuk membentuk sediaan padat atau
tablet tanpa menambahkan zat-zat atau eksipien lain. Kempa langsung memiliki
keuntungan bagi bahan aktif yang memiliki karakteristik tidak tahan panas ataupun
tidak tahan lembap. selain itu, kempa langsung memiliki proses yang lebih singkat dan
lebih ekonomis. (Pustaka : Hasyim, Muh. Farid, dkk. KARAKTERISTIK METODE
KERJA KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKAN PENGISI AVICEL pH 102
KONSENTRASI 6%, 5% DAN 4% PADA PEMBUATAN TABLET CTM. Jurnal
Farmasi Sandi Karsa Volume 5, Nomor 1)
Dispersi padat dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat dengan
kelarutan yang rendah sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas dan efektivitas
terapetik. Penggunaan dispersi padat ini dapat membantu meningkatkan absorpsi dari
obat yang sukar larut dalam air. Selain itu juga dapat meningkatkan kecepatan disolusi
dengan mengubat bentuk obat menjadi amorf. (Tekade AR, Yadav JN. A Review on
Solid Dispersion and Carriers Used Therein for Solubility Enhancement of Poorly
Water Soluble Drugs. Adv Pharm Bull. 2020 Jul;10(3):359-369. doi:
10.34172/apb.2020.044. Epub 2020 May 11. PMID: 32665894; PMCID:
PMC7335980.)

2. PRAFORMULASI
a. Sifat Fisika Bahan Aktif
1. Nama/Sinonim : Parasetamol, Asetaminofen, Paracetamol, 4’-
hidroksiasetanilida, 4-asetamidofenol, N-(4-Hydroxyphenyl)acetamide, N-
Acetyl-p-aminophenol, Tylenol, Paracetamolum. (FI VI, PubChem, Martindale
38th ed)
2. Bentuk : Serbuk hablur. (FI VI)
3. Warna : Putih. (FI VI)
4. Rasa : Sedikit pahit. (FI VI)
5. Bau : Tidak berbau (FI VI)
6. Titik leleh : 170°C. (PubChem)
7. Polimorfisme : Terdapat bentuk I stabil (monoklinik), bentuk II metastabil
(ortorombik), dan bentuk III tidak stabil. Di bawah suhu -120°C, polimorf
bentuk II menjadi lebih stabil dari bentuk I. (Wang IC, Lee MJ, Seo DY, et al.
Polymorph transformation in paracetamol monitored by in-line NIR
spectroscopy during a cooling crystallization process. AAPS PharmSciTech.
2011;12(2):764-770. doi:10.1208/s12249-011-9642-x)
8. Struktur : (FI VI)

b. Sifat Kimia dan Fisikomekanika


1. Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah
larut dalam etanol. (FI VI) Sangat sedikit larut dalam air dingin, kelarutan lebih
baik dalam air panas; mudah larut dalam alkohol; larut dalam metanol, etanol,
dimetilformamida, etilen diklorida, aseton, dan etil asetat; sukar larut dalam
eter; praktis tidak larut dalam petroleum eter, pentana, dan benzena. Larut 14
mg/mL pada suhu 25°C. (PubChem)
2. Stabilitas :
- Stabilitas fisika : Stabil dalam penyimpanan normal. (BP Safety Data Sheet)
- Stabilitas kimia : Pembentukan gas toksik dapat terjadi dengan pemanasan. (BP
Safety Data Sheet)
3. Higroskopisitas : Paracetamol menunjukkan sedikit higroskopisitas akibat
bentuk kristalin nya. (Trisopon K, Kittipongpatana N, Wattanaarsakit P,
Kittipongpatana OS. Formulation Study of a Co-Processed, Rice Starch-Based,
All-in-One Excipient for Direct Compression Using the SeDeM-ODT Expert
System. Pharmaceuticals. 2021;14(10):1047.
https://doi.org/10.3390/ph14101047)
c. Sifat Mekanik Bahan Aktif
1. Sifat alir : Paracetamol dalam bentuk monoklinik memiliki daya alir yang
buruk. (Govedarica, et al. Formulation and evaluation of immediate release
tablets with different types of paracetamol powders prepared by direct
compression. African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 2011)
Paracetamol bentuk II lah yang memiliki struktur slip plane yang baik sehingga
dapat memfasilitasi kempa langsung karena memiliki daya alir yang lebih baik.
(Wang IC, Lee MJ, Seo DY, et al. Polymorph transformation in paracetamol
monitored by in-line NIR spectroscopy during a cooling crystallization process.
AAPS PharmSciTech. 2011;12(2):764-770. doi:10.1208/s12249-011-9642-x)
2. Kompresibilitas : Paracetamol dalam bentuk Monoklinik memiliki
kompresibilitas yang buruk. (Govedarica, et al. Formulation and evaluation of
immediate release tablets with different types of paracetamol powders prepared
by direct compression. African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 2011)
Paracetamol bentuk II lah yang memiliki struktur slip plane yang baik sehingga
dapat memfasilitasi kempa langsung karena lebih kompresibel. (Wang IC, Lee
MJ, Seo DY, et al. Polymorph transformation in paracetamol monitored by in-
line NIR spectroscopy during a cooling crystallization process. AAPS
PharmSciTech. 2011;12(2):764-770. doi:10.1208/s12249-011-9642-x)
3. Habit kristal (bila ada) : Terdapat bentuk I stabil (monoklinik) dan bentuk II
metastabil (ortorombik). (Wang IC, Lee MJ, Seo DY, et al. Polymorph
transformation in paracetamol monitored by in-line NIR spectroscopy during a
cooling crystallization process. AAPS PharmSciTech. 2011;12(2):764-770.
doi:10.1208/s12249-011-9642-x)
d. Farmakologi
1. Dosis : Dosis lazim adalah 0,5-1 g tiap 4-6 jam maksimal 4 g sehari.
Paracetamol dapat pula diberikan sebagai suppositoria dalam dosis rektal 0,5-1
g tiap 4-6 jam maksimal 4 kali sehari. Dosis maksimum pada intravena adalah
3 mg sehari dan tidak boleh melebihi terutama pada pasien dengan alkoholisme
kronis, malnutrisi kronis, dehidrasi. (Martindale 38th ed)
2. Efek terapi (indikasi) : Merupakan derivat para-aminofenol yang memiliki efek
analgesik dan antipiretik, serta efek anti-inflamasi yang lemah. Paracetamol
diberikan secara oral atau rektal untuk nyeri ringan sampai sedang dan untuk
demam. Dapat pula diberikan secara infus untuk terapi jangka pendek nyeri
sedang, terutama pasca operasi, dan atau untuk demam. (Martindale 38th ed)

3. FORMULA DISPERSI PADAT


• Penyusunan formula untuk yang diperoleh dari pustaka (min. 3 pustaka):
R/ Paracetamol
PEG 6000
Perbandingan (1:1)
(Mamdouh M. A. A., Badawi A. A., Sakaran W. S., Elshafeey A. H., Elnahas O. S.
(2015). Different Solid Dispersion Techniques for Dissolution Enhancement Using
Paracetamol as a Model Drug, International Journal of Pharmaceutical and
Phytopharmacological Research, 4 (4): 231-237)

R/ Paracetamol
PEG 6000
Perbandingan (1:3)
(Vimalson D. C., Anbazhagan S., Punitha E., & Devi N. S. D. (2019). Formulation and
Evaluation of Paracetamol Solid Dispersion to Enhance The Solubility and
Dissolution Characteristics. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences, 8 (1), 979-992)

R/ Paracetamol
PEG 6000
Perbandingan (1:5)
(Akiladevi D., Andiyan P. S., Jebasingh D., & Basak S. (2011). Preparation and
Evaluation of Paracetamol by Solid Dispersion Technique. International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3(1), 188-191)

• Formula yang akan diaplikasikan:


R/ Paracetamol
PEG 6000
Perbandingan (1:5)

- Alasan : digunakan perbandingan parasetamol : PEG 6000 1:5 karena pada sebuah
penelitian didapatkan hasil bahwa dengan perbandingan tersebut dispersi padat
memiliki laju disolusi tertinggi. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya
konsentrasi pembawa maka kemampuan keterbasahannya oleh pembawa semakin
tinggi sehingga disolusi semakin tinggi.

- Titik leleh PEG 6000 : 55-63oC (HPE 6th Ed page 519) Pake 64-65

4. PENIMBANGAN
Bahan Fungsi Bobot yang ditimbang (g)
Paracetamol Bahan aktif 1
PEG 6000 Carrier/pembawa 5

5. PROSEDUR
• Preparasi dispersi padat
1. Ditimbang parasetamol 1 gram
2. Ditimbang pembawa PEG 6000 5 gram
3. Dilelehkan pembawa PEG 6000 didalam water bath
4. Ditaburkan paracetamol pada pembawa yang sudah meleleh
5. Campuran dipanaskan pada suhu terkontrol untuk melelehkan paracetamol dan
pembawa dengan pengadukan terus-menerus
6. Campuran yang telah meleleh dipindahkan ke porcelain tile untuk memadat
7. Campuran didinginkan didalam ice bath
8. Hasil dispersi padat dihaluskan dan diayak pada mesh No. 80 dan disimpan
didalam desikator mesh no.30
SKEMA KERJA

Ditimbang Ditimbang PEG


Paracetamol 1 g 6000 5 g

Ditaburkan Dilebur didalam


parasetamol water bath

Diaduk terus-menerus Dipanaskan pada


sampai meleleh suhu terkontrol

Dipindahkan ke
porcelain tile

Dibiarkan memadat

Didinginkan
dalam ice bath

Diayak mesh No. 80

Disimpan
dalam desikator
6. EVALUASI SIFAT FISIKA MASSA DISPERSI
• Penentuan bobot jenis nyata (bulk atau ruah)
Bobot jenis nyata adalah massa terhadap volume dari sejumlah bahan yang
dituang bebas ke dalam gelas ukur.
Prosedur merujuk pada Farmakope Indonesia VI <891> Kerapatan serbuk
ruahan dan kerapatan mampat serta USP <1174> Powder flow. Tuliskan pada
jurnal dan laporan rujukan metode tersebut.

Alat-alat:
1. Gelas ukur
2. Timbangan

Prosedur Kerja:
1. Timbang bahan sejumlah 40 – 130 g pada kertas timbang.
2. Tuangkan bahan tersebut ke dalam gelas ukur 10 ml yang dimiringkan pada sudut
45o dengan cepat (dapat melalui corong).
3. Tegakkan gelas ukur dan goyangkan dengan cepat untuk meratakan permukaan
bahan dan baca volumenya (ml).
4. Hitung bobot jenis nyata dengan rumus sebagai berikut :
ρnyata = W/V g/ml
5. Dapat dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
Ditimbang bahan

Dimasukkan ke dalam
Pada sudut 45o
gelas ukur 10 mL

Ditegakkan gelas
ukur,digoyangkan cepat
hingga permukaan rata

Dibaca volumenya

Dihitung bobot jenis nyata

Dilakukan replikasi 3 kali

Hasil Pengamatan:

7. KARAKTERISASI MASSA DISPERSI


1. FTIR
2. PXRD
3. DSC
4. SEM

8. PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai