Anda di halaman 1dari 6

TUGAS DISKUSI PRAKTIKUM MANUFAKTUR SEDIAAN SOLIDA

GRANULASI KERING

Disusun oleh :
KP A
Julius Wijaya 110120005

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2022
MATERI DISKUSI GRANULASI KERING
I. Artikel 1

Pertanyaan penuntun diskusi :


1. Uraikanlah bagaimana karakteristik fisika, kimia, dan mekanik ketokonazol
berdasarkan informasi yang dipaparkan pada artikel tersebut!
2. Apakah kendala yang dialami dalam pengembangan tablet ketokonazol dengan
metode granulasi basah?
3. Uraikanlah mekanisme pembentukan granul dengan metode granulasi kering
menggunakan teknik slugging!
4. Uraikanlah alasan penggunaan Spray Dried Lactose dan Avicel® PH-102
sebagai pengisi pada formula tersebut!
5. Bagaimanakah desain faktorial yang direncanakan pada penyusunan formula
tablet ketokonazol?
6. Buatlah skema urutan pembuatan tablet ketokonazol berdasarakan artikel
tersebut!
7. Uraikanlah hasil analisis karakteristik tablet ketokonazol yang diperoleh
berdasarkan data pada tabel 2!
Jawaban :
1. Karakteristik Fisika :
a. Nama : Ketoconazole
b. Bentuk : Tablet (pada umumnya)
c. Bobot molekul : Besar
Karakteristik Kimia :
a. Kelarutan : Rendah dalam air
b. Permeabilitas : Tinggi
c. Stabilitas : Baik
d. Hidrophobic
Karakteristik Mekanik :
a. Sifat alir : Buruk
b. Kompresibilitas : Buruk
2. Kendala yang dialami ketika melakukan pengembangan tablet ketoconazole
dengan metode granulasi basah adalah adanya perubahan warna karena adanya
reaksi fotokimia ketika ditambahkan pelarut/solvent.
3. Mekanisme pembentukan granul dengan teknik slugging diawali dengan
campuran bahan yang sudah homogen dikempa menjadi slug dengan kekuatan
tertentu lalu dihancurkan dengan alat granulator membentuk granul
4. SDL merupakan laktosa yang dimodifikasi dari proses spray drying dan
mengandung alpha-laktosa monohidrat dan laktosa amorf. SDL menyebabkan
peningkatan daya alir (flowability) dan kekuatan kompaksi dibandingkan
dengan laktosa konvensional yang disebabkan oleh keberadaan laktosa amorf
(Ruangchayajatuporn et al., 2011). Avicel PH-102 merupakan nama dagang
dari mikrokristalin selulosa dan angka 102 merepresentasikan mutu dari Avicel
itu sendiri. Avicel PH-102 mempunyai rata-rata ukuran partikel yang lebih
besar dengan permukaan coarse/kasar dibandingkan dengan Avicel PH-101,
yaitu mikrokristalin selulosa dengan mutu yang lain yang biasa digunakan
dalam formulasi obat. tablet yang mengandung Avicel PH-102 memiliki
kekerasan yang lebih tinggi dan kerapuhan (friabilitas) yang lebih rendah
(Bastos et al., 2008).
5. Ketoconazole diformulasikan berdasarkan kepada desain faktorial dengan 2
faktor, yaitu kombinasi agen pengisi dan disintegrasi pada 2 level konsentrasi.
Kombinasi pengisi mengandung SDL dan Avicel PH-102 dengan rasio 2:1 dan
4:1. SSG digunakan sebagai agen disintegran dengan 2 konsentrasi 2 dan 4%.
Komposisi API pada tiap tablet setara dengan 200 mg ketoconazole.

F1 : mengandung kedua faktor pada kadar rendah


F2 : mengandung kombinasi pengisi kadar rendah dan agen disintegran kadar
tinggi
F3 : mengandung kombinasi pengisi kadar tinggi dan agen disintegran kadar
rendah
F4 : mengandung kedua faktor pada kadar tinggi
6. Skema Pembuatan Tablet Ketoconazol

Ketoconazol dicampur terlebih dahulu dengan


setengah bagian SLS dan setengah bagian SSG
dan dikocok selama 5 menit

Ditambahkan SDL dan Avicel PH-102 ke dalam


campuran lalu kocok selama 10 menit

Ditambahkan setengah bagian talk dan setengah


bagian magnesium stearate ke dalam campuran
lalu kocok selama 5 menit
Campuran yang telah homogen ditekan dengan
kekuatan 10 kN sehingga membentuk slug

Slug yang terbentuk dibentuk menjadi granul


dengan menggunakan mesin oscillating
granulator Erweka AR-400 lalu diayak dengan
pengayak dengan diameter 1 mm

Sisa SSG, talk, dan magnesium stearate


dimasukkan ke dalam granul kemudian
dicampura sampai homogen selama 5 menit

Tablet didapatkan melalui pengompresan pada


granul dengan diameter sebesar 14 mm
menggunakan mesin penekan hidrolik Natoli NP-
RD10A dengan kekuatan kompresi sebesar 10 kN

7. Hasil analisis tabel 2

- Friabilitas/kerapuhan dari ketoconazole paling banyak di bawah 1% dan


spesifikasi yang diperlukan. kecuali untuk F1. Hal ini dapat disebabkan oleh
rendahnya kadar dari SDL dan SSG yang dimana pada pembentukan
menimbulkan deformasi plastik dari fase amorf untuk membentuk tablet
yang kompak dan sisanya tergantung pada derivatif amilum dengan
kemampuan pengikat.
- Selama tes disintegrasi, ketoconazole terdisintegrasi secara total di bawah 6
menit untuk semua formula. Hasilnya menunjukkan bahwa persyaratan
kualitas untuk disintegrasi tablet harus selesai selama 15 menit.
- Persentase efisiensi disolusi pada 30 menit (DE60) dihitung di bawah
60.07±2.12, 63.16±1.79, 65.02±3.73, and 62.39±1.97 untuk F1, F2, F3, dan
F4 secara berurutan. Mengacu pada compendium, ketoconazole dalam
bentuk tablet dipersyaratkan untuk terlarut tidak kurang dari 80% selama 30
menit namun hanya F3 yang memenuhi persyaratan tersebut.
II. Artikel 2

Pertanyaan penuntun diskusi :


1. Apakah alasan yang mendasari pengembangan granul parasetamol dengan
metode granulasi kering roller compaction?
2. Apa sajakah parameter proses roller compaction yang dioptimasi pada
panellation tersebut?
3. Uraikanlah mekanisme pembentukan granul dengan teknik roller compaction!

4. Bagaimanakah pengaruh roller compaction terhadap kompresibilitas dan


kompaktibilitas serbuk ?
5. Bagaimanakah pengaruh roll pressure, roll speed, dan milling speed terhadap
karakteristik granul dan tablet?

Jawaban :
1. Pengembangan granul parasetamol dilakukan dengan metode granulasi kering
karena sederhana, biaya operasional lebih rendah. tidak memerlukan pengikat
cair dan langkah pengeringan.
2. Roll pressure, roll speed, milling speed
3. Mekanisme pembentukan granul dengan Teknik roller compaction adalah dari
campuran bahan yang sudah homogen dimasukkan ke dalam alat roller
compaction melalui hopper/fedding auger, kemudian melewati 2 roller yang
berputar berlawanan arah menuju arah dalam sehingga bahan yang melewati
ke dua roller akan tertekan dan membentuk pita/ribbon. Ribbon ini akan
melewati granulator dan dimilling menjadi serbuk granul. Hasil granul didapat
akan diayak melalui ayakan tertentu sehingga didapatkan hasil granul yang
homogen.
4. Hasil dari pengamatan roller compaction terhadap kompresibilitas dan
kompaktibilitas didapatkan bahwa terjadi ‘loss of reworkability’ yang
disebabkan oleh roll compaction, tapi tidak terlalu signifikan. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya penurunan tensile strength yang disebabkan
utamanya oleh mikrokristalin selulosa disbanding paracetamol yang memiliki
daya kerapuhan.
5. Karakteristik granul :
- Roll pressure yang tinggi menyebabkan penurunan nilai Carr’s index secara
signifikan dan mengakibatkan peningkatan daya alir/flowability dari serbuk.
Roll pressure yang semakin besar juga menyebabkan ukuran partikel
semakin besar
- Roll speed yang tinggi menyebabkan penurunan daya alir/flowability serbuk
dan meningkatnya jumlah ukuran granul yang kecil (fines)
- Milling speed tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap daya
alir dan ukuran partikel granul
Karakteristik tablet :
- Roll pressure pada tablet yang tinggi menyebabkan ukuran partikel dari
granul yang terbentuk akan meningkat sehingga ada penurunan luas
permukaan yang kontak untuk proses binding
- Roll speed yang tinggi menyebabkan ukuran partikel granul yang terbentuk
akan semakin kecil dan halus sehingga meningkatkan luas permukaan yang
dapat digunakan sebagai binding sites dan meningkatkan tensile strength
tablet
- Milling speed tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
karakteristik tablet

Anda mungkin juga menyukai