TABLET ASPIRIN 80 mg
SECARA GRANULASI KERING
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
April 2022
1. DEFINISI DAN TUJUAN
1.1. DEFINISI GRANULASI BASAH
Granulasi kering juga dinyatakan sebagai briketasi atau kompaktasi. Proses ini
membutuhkan waktu yang lebih singkat sehingga lebih ekonomis dibandingkan
proses granulasi basah. Cara ini sangat tepat untuk dosis efektif yang terlalu tinggi
untuk pencetakan langsung, dan bahan obatnya peka terhadap pemanasan,
kelembapan, atau keduanya.
granulasi kering (slugging) ini adalah memproses partikel bahan aktif dan
eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat. Setelah
menjadi masa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang
berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).
(Murtini, Gloria dan yetri Elisa. 2018. Teknologi Sediaan Solid. Kementrian
kesehatan Republik Indonesia.)
1.2. TUJUAN
Tujuan praktikum topik granulasi kering adalah :
1. Digunakan untuk bahan aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi
untuk dikempa langsung.
2. Untuk bahan dengan sifat alir yang baik.
2. PRAFORMULASI
a) Sifat Fisika Bahan Aktif :
1. Nama/Sinonim : Asam asetilsalisilat; Asetosal (FI VI p.170)
2. Bentuk : Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tesusun,
atau serbuk hablur putih (FI VI p.170)
3. Warna : Putih (FI VI p.170)
4. Rasa : Sedikit pahit (PUBCEM)
5. Bau : Tidak berbau atau Berbau lemah (FI VI p.170)
6. Titik leleh : 1350C (PUBCEM)
7. Polimorfisme : 2 bentuk polimorfisme (Codex 12th. Page: 742)
8. Struktur :
2. Stabilitas :
a. Stabilitas fisika : stabil di udara kering (FI VI p.170)
b. Stabilitas kimia : Dalam larutan berair, aspirin paling stabil pada pH 2-
3, kurang stabil pada pH 4-8, dan paling tidak stabil pada pH kurang
dari 2 atau lebih besar dari 8. Dalam larutan air jenuh pada pH 5 -7,
aspirin hampir sepenuhnya terhidrolisis dalam 1 minggu pada 25°C.
(PUBCEM)
d) Farmakologi:
1. Dosis : Dosis oral 300 - 900 mg, diulang setiap 4 hingga 6 jam.
sesuai dengan kebutuhan klinis, maksimal 4 g setiap hari.
Dosis sebagai supositoria adalah 450 hingga 900 mg setiap 4
jam hingga maksimum 3,6 g setiap hari (Martindale 36th p.23)
2. Efek terapi (indikasi) : sebagai analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik;
mereka bertindak sebagai penghambat enzim siklooksigenase, yang
menghasilkan penghambatan langsung biosintesis prostaglandin
dan tromboksan dari asam arakidonat (Martindale 36th p.23)
3. FORMULA
1. R/ Aspirin 80.0 mg .
Microcrystalline cellulose 8.0 mg
Maize starch 7.0 mg
Colloidal sillicon Dioxide 2.0 mg
Talk 2.0 mg
Stearic acid 1.0 mg
Croscarmellose Sodium 2.0 mg
(Pustaka : : Kannan, S et.al. 2010. Formulation And Evaluation Of Aspirin Delayed
Release Tablet. IJCP Journal Vol. 1 Issue 4)
2. R/ Aspirin 250 mg
HPMC 50 mg
Microcrystalline cellulose 70 mg
Polyvinyl Pyrrolidone q.s
Sodium stearate 1 mg
Talc 5 mg
(Pustaka : Singh P, Kumar P, Prasad N. Formulation and evaluation of aspirin tablets
by using different lubricants in combination for better kinetic drug release study by
PCP. Evaluation. 2017 Sep 30;28:0-28.)
3. R/ Aspirin 300 mg
Lactose 80 mg
Corn starch 15 mg
Aerosil 5 mg
Pustaka :
https://www.researchgate.net/publication/260356884_Formulation_of_Aspirin_Tabl
ets_using_fewer_excipients_by_Direct_Compression
FORMULA YANG AKAN DIAPLIKASIKAN:
FUNGSI KOMPONEN DALAM FORMULA DAN KONSENTRASI MASING-
MASING BAHAN EKSIPIEN (DALAM%)
No. Komponen formula Presentase Jumlah Jumlah
bahan bahan (1000
(1 tablet) tablet)
Bahan penyusun granul
1. Asam asetil salisilat 20% 80 80
2. PVP 3% 12 12
3. Sodium starch glycolate 5% 20 20
4. Avicel PH 102 35% 140 140
5. Spray dried lactose 35% 140 140
6. Aerosil 200 0,5% 2 2
7. Magnesium stearate 0,5% 2 2
Fase eksternal
8. Aerosil 200 0,5% 2 2
9. Magnesium stearate 0,5% 2 2
Total 400 400
4. PENIMBANGAN
Bahan fungsi Presentase Jumlah Jumlah
bahan bahan (1000
(1 tablet) tablet)
Asam asetil Bahan aktif 20% 80 80
salisilat
PVP Pengikat 3% 12 12
Sodium starch Disintegrant 5% 20 20
glycolate
Avicel PH 102 Pengikat 35% 140 140
Spray dried Diluent 35% 140 140
lactose
Aerosil 200 Disintegrant 0,5% 2 2
Magnesium lubrikan 0,5% 2 2
stearate
Total 400 400
5. PERHITUNGAN
1. Bobot tablet yang akan dicetak : 400 mg/tablet → 400 g/1000 tab
2. Diameter tablet yang akan dicetak : 11 mm
3. Ukuran granul yang akan dibuat : 0,8 - 1,0 mm (mesh no 18 atau 10)
4. Bobot granul kering :
a. Asam salisilat → 80g
b. PVP → 12 g
c. Sodium starch glycolate → 20g
d. Avicel pH → 140g
e. Spray dryed lactose → 140g
f. Aerosol 200 → 2 g
g. Magnesium stearate → 2 g
TOTAL → 396 g
1. 2 gram aerosil dan 2 gram magnesium stearat yang sudah ditimbang dicampur
dengan Y cone mixer selama 3 menit membentuk massa kempa
2. Masa kempa kemudian dicetak dengan mesin kempa tablet dengan diameter 11
mm 3) Tablet dilakukan kontrol kualitas meliputi dimensi tablet, kekerasan, waktu
hancur, dan kerapuhan tablet.
7. KONTROL KUALITAS
7.1 Kontrol kualitas granul meliputi :
1. Distribusi ukuran partikel
Distribusi ukuran partikel mempengaruhi kemampuan alir granul. Distribusi
ukuran yang luas mengakibatkan aliran yang tidak seragam ke dalam ruang
kompresi sehingga keseragaman bobot tablet terpengaruh. Untuk mendapatkan
tablet yang baik, distribusi ukuran harus sesuai dengan kurva distribusi normal
dengan sejumlah kecil fines dan coarse. Bentuk granul yang baik adalah sferis,
karena bentuk ini mengurangi gesekan antar partikel, mempunyai sifat alir yang
baik dan relatif tidak bermuatan.
Prosedur merujuk pada Farmakope Indonesia VI <1141> Pengayak dan
Derajat Halus Serbuk. Tuliskan pada jurnal dan laporan metode penetapan
keseragaman derajat halus sesuai Farmakope Indonesia
➢ Alat-alat :
1. Timbangan
2. Seperangkat pengayak standar
3. Penggetar pengayak
➢ Prosedur kerja :
1. Timbang 100 g granul.
2. Timbang bobor masing-masing pengayak dan pan penampung yang akan
digunakan.
3. Susun pengayak-pengayak tersebut dengan ukuran lubang terbesar
diletakkan diatas dan pan penampung dibawah.
4. Letakkan susunan pengayak tersebut diatas”Retsch Vibrator”.
5. Letakkan granul yang telah ditimbang pada pengayak paling atas, tutup dan
kencangkan.
6. Getarkan pengayak dengan getaran amplitude sebesar 60 Herts selama 20
menit.
7. Timbang bobot masing-masing pengayak dan granul yang terdapat di
dalamnya.
8. Hitung bobot granul yang terdapat pada masing-masing pengayak dan pada
pan penampung tersebut.
9. Buatlah tabel dan kurva distribusi ukuran granul yang diperoleh.
➢ Hasil Pengamatan :
1. Table Distribusi Ukuran
Pengayak Bobot Bobot granul
Mesh D(µm) Bobot(g) pengayak+ Gram % %
granul(g) kumulatif
jumlah
Keterangan : D = Diameter
3. Prosentase fines
Fines adalah partikel-partikel dengan ukuran <100 µm.
Hasil pengamatan :
Persyaratan :
Pustaka : Martin’s physical pharmacy and pharmaceutical Sciences 6 th
Edition, p 801
Kesimpulan :
➢ Alat-alat :
1. piknometer
2. Timbangan
➢ Prosedur kerja :
1. Timbang piknometer kosong.
2. Isi piknometer dengan cairan dan bersihkan kelebihan pada ujungnya.
Timbang piknometer + cairan.
3. Hitung bobot cairan.
4. Tuang sebagian cairan (2–3 cc) ke dalam tabung bersih, timbang bobotnya.
5. Timbang teliti 1–1,5 g bahan.
6. Masukkan secara kuantitatif bahan tersebut kedalam piknometer yang berisi
cairan Sebagian, timbang bobotnya.
7. Tambahkan cairan ke dalam piknometer sampai tanda batas dan timbang
bobotnya.
8. Hitung bobot jenis benar.
➢ Hasil Pengamatan :
Bobot piknometer + cairan saja = ………. g
Bobot piknometer kosong = ………. g
Bobot cairan = ………. g
ρcairan = bobot cairan/volume cairan
= ……….
Metode I
Peralatan Alat (gambar 3) terdiri dari :
➢ Sebuah gelas ukur 250 mL (skala 2 mL dengan massa 220 ± 44g)
➢ Sebuah alat pemampat yang mampu menghasilkan 250±15 ketukan per
menit dari ketinggian 3±0,2 mm atau 300±15 ketukan dari ketinggian
14±2 mm.
➢ Penyangga gelas ukur dengan massa 450±10 g
Metode II
Peralatan dan Prosedur Lakukan seperti yang tertera pada Metode I
kecuali bahwa alat uji mekanik memberikan tetesan tetap sebesar 3 ± 0,2 mm
pada kecepatan 250 ketukan per menit.
Metode III
Peralatan dan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Metode III
Pengukuran Menggunakan Bejana Pengukur dalam Kerapatan Serbuk Ruahan
untuk mengukur kerapatan serbuk mampat menggunakan perlengkapan bejana
tertutup seperti Gambar 2. Bejana pengukur yang dilengkapi dengan penutup,
diangkat 50-60 kali per menit menggunakan alat uji kerapatan serbuk mampat
yang sesuai. Lakukan 200 kali pengetukan, buka penutup, dan secara hati-hati
kikis kelebihan serbuk dari atas bejana pengukur seperti yang dijelaskan dalam
Metode III Pengukuran Menggunakan Bejana Pengukur untuk mengukur
kerapatan serbuk ruahan. Ulangi prosedur menggunakan 400 kali pengetukan.
Jika perbedaan antara dua massa setelah 200 dan 400 pengetukan melebihi 2%,
lakukan pengujian menggunakan tambahan 200 kali pengetukan lagi sampai
diperoleh perbedaan antara kedua pengukuran kurang dari 2%. Hitung
kerapatan serbuk mampat (g/mL) dengan rumus MF/100, MF adalah massa
serbuk pada bejana pengukur. Hitung rata-rata dari tiga pengukuran
menggunakan tiga contoh serbuk yang berbeda.
ANGLE OF REPOSE
The angle of repose has been used in several branches of science to
characterize the flow properties of solids. Angle of repose is a characteristic
related to interparticulate friction or resistance to movement between particles.
Angle of repose test results are reported to be very dependent upon the method
used. Experimental difficulties arise as a result of segregation of material and
consolidation or aeration of the powder as the cone is formed. Despite its
difficulties, the method continues to be used in the pharmaceutical industry, and
a number of examples demonstrating its value in predicting manufacturing
problems appear in the literature.
The angle of repose is the constant, three-dimensional angle (relative to
the horizontal base) assumed by a cone-like pile of material formed by any of
several different methods (described briefly below).
Index (%)
≤10 Excellent 1.00-1.11
11-15 Good 1.12-1.18
16-20 Fair 1.19-1.25
21-25 Passable 1.26-1.34
26-31 Poor 1.35-1.45
32-37 Very Poor 1.46-1.59
>38 Very, Very poor >1.60
➢ Alat-alat :
1. Gelas ukur
2. Timbangan
➢ Prosedur Kerja :
1. Timbang bahan sejumlah 40 – 130 g pada kertas timbang.
2. Tuangkan bahan tersebut ke dalam gelas ukur 250 ml yang dimiringkan
pada sudut 45o dengan cepat (dapat melalui corong).
3. Tegakkan gelas ukur dan goyangkan dengan cepat untuk meratakan
permukaan bahan dan baca volumenya (ml).
4. Hitung bobot jenis nyata dengan rumus sebagai berikut :
ρnyata = W/V g/ml
5. Dapat dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
➢ Hasil Pengamatan :
Replikasi W (g) V (ml) ρnyata (g/ml)
1. 40 g 77 ml 0,5194 g/ml
2.
3.
Rerata 0,5194 g/ml
➢ Alat-alat :
1. Gelas ukur
2. Timbangan
3. Alat pengetuk (tapping machine)
➢ Prosedur kerja :
1. Setelah pembacaan volume nyata pada pengukuran bobot jenis nyata,
letakkan gelas ukur yang berisi bahan tersebut pada alat pengetuk (tapping
machine).
2. Jalankan alat dan amati volume bahan pada ketukan 10, 500, sampai 1250
ketukan (bisa diulangi lagi dengan interval 1250 ketukan apabila selisih
volumenya masih lebih dari 2 ml).
3. Catat volume bahan dalam gelas ukur pada tiap ketukan tersebut, sampai
pengamatan menunjukkan volume yang tetap atau mampat (V1 ml), yaitu
selisih dengan volume sebelumnya kurang dari sama dengan 2 ml.
4. Hitung bobot jenis mampat dengan rumus sebagai berikut :
ρmampat = W/V1 g/ml
➢ Hasil perhitungan :
Interval Volume (ml)
pengetukan 1 2 3
0 75
100 62
200 61
300 60
400 60
40
ρ1 = 60 = 0,6667 g/ml
ρmampat rata-rata = 0,6667 g/ml
ρ2 =………………… g/ml
ρ3 =………………… g/ml
Persyaratan :
Table 2. Scale of Flowability
Compressibillity Flow Character Hausner Ratio
Index (%)
≤10 Excellent 1.00-1.11
11-15 Good 1.12-1.18
16-20 Fair 1.19-1.25
21-25 Passable 1.26-1.34
26-31 Poor 1.35-1.45
32-37 Very Poor 1.46-1.59
>38 Very, Very poor >1.60
Persyaratan :
Table 2. Scale of Flowability
Compressibillity Flow Character Hausner Ratio
Index (%)
≤10 Excellent 1.00-1.11
11-15 Good 1.12-1.18
16-20 Fair 1.19-1.25
21-25 Passable 1.26-1.34
26-31 Poor 1.35-1.45
32-37 Very Poor 1.46-1.59
>38 Very, Very poor >1.60
➢ Alat :
1. Ohaus Moisture Content Apparatus
➢ Prosedur kerja :
1. Timbang 5 g bahan, ratakan permukaannya pada wadah. Catat bobot granul
yang tertera pada alat (W).
2. Tutup alat dan tekan start untuk menyalakan lampu pemanas di atas granul
(proses pengeringan dimulai).
3. Pada saat proses pengeringan berlangsung, setiap 15 menit akan ditunjukkan
bobot bahan, proses pengeringan sempurna bila setelah interval 3 x 15 menit
menunjukkan tidak terjadinya perubahan bobot bahan (perhatikan kurva pada
alat sudah konstan). Catat bobot granul yang sudah kering pada alat (Wo).
4. Hitunglah kandungan lembab dengan rumus sebagai berikut :
𝑊−𝑊𝑜
% MC = 𝑊𝑜 x 100%
𝑊−𝑊𝑜
% LOD = x 100%
𝑊
% MC = % kandungan lembab
% LOD = % susut pengeringan
W = bobot sampel basah
Wo = bobot sampel kering
𝑊−𝑊𝑜
% MC = 𝑊𝑜 x 100%
= 6,52%
𝑊−𝑊𝑜
% LOD = x 100%
𝑊
=6,12%
➢ Hasil pengamatan :
No. W (g) Wo (g) %MC %LOD
1. 5,002 4,696 6,52% MC 6,12% LOD
2.
3.
Rerata
Persyaratan : 2-4%
Pustaka : Murtini, Gloria dan yetri Elisa. 2018. Teknologi Sediaan
Solid. Kementrian kesehatan Republik Indonesia.
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan karena lebih dari 4%.
4. Daya alir (Menggunakan Metode Corong Air)
a. Kecepatan alir
Kecepatan alir merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap keseragaman
bobot tablet yang dihasilkan. Untuk menghasilkan tablet dengan bobot yang
seragam, diperlukan suatu batas kecepatan alir minimum. Kecepatan alir dapat
ditentukan secara langsung dengan menggunakan corong.
➢ Alat-alat :
1. Corong standar
2. Stopwatch
➢ Prosedur kerja :
1. Pasang corong pada statif dengan jarak ujung pipa bagian bawah ke
bidang datar = 10,0 ± 0,2 cm.
2. Timbang teliti bahan sejumlah 100 g (W).
3. Tuang bahan tersebut ke dalam corong dengan dasar lubang corong
ditutup.
4. Buka tutup dasar lubang corong sambil menyalakan stopwatch.
5. Catat waktu yang diperlukan mulai bahan mengalir sampai bahan
dalam corong habis (t).
6. Lakukan replikasi sebanyak 3 kali.
7. Hitung kecepatan alir dengan rumus sebagai berikut :
Kecepatan alir = W / t (g/detik)
➢ Hasil pengamatan :
No. W (g) t (detik) Kecepatan alir
(g/detik)
1. 100 7,46 13,40
2. 100 6,83 14,64
3. 100 6,39 15,64
Rerata 14,56
Persyaratan :
Laju alir (g/detik) Keterangan
>10 Sangat baik
4 – 10 Baik
1,6 – 4 Sukar
<1,6 Sangat sukar
b. Sudut istirahat
Penentuan sudut istirahat dapat dilakukan bersama-sama dengan penentuan
kecepatan alir.
➢ Alat-alat :
1. Corong standar
2. penggaris
➢ Prosedur :
1. Ukur tinggi timbunan bahan di bawah corong hasil penentuan
kecepatan alir dengan menggunakan bantuan penggaris (h cm).
2. Ukur jari-jari alas kerucut timbunan bahan tersebut (r cm).
3. Hitung sudut istirahat dengan rumus sebagai berikut :
α=tan-1 h/r
➢ Hasil perhitungan :
No. h (cm) r (cm) α(o)
1. 5 6 39,8056
2. 5 6 39,8056
3. 5 6 39,8056
Rerata 39,8056
Persyaratan :
Table 1.Flow Propertise and Corresponding Angel of Repose*
Flow Property Angle of Repose (degrees)
Excellent 25-30
Good 31-35
Fair—aid not needed 36-40
Passable—may hang up 41-45
Poor—must agitate, vibrate 46-55
Very poor 56-65
Flow Property Angle of Repose (degrees)
Lakukan penetapan kadar zat aktif pada contoh bets yang mewakili
menggunakan metode analisis yang sesuai. Nilai ini disebut hasil A,
dinyatakan dalam persen dari jumlah yang tertera pada etiket (seperti tertera
pada perhitungan nilai penerimaan) dengan asumsi kadar (bobot zat aktif
perbobot satuan sediaan) homogen. Ambil tidak kurang dari 30 satuan
sediaan dan lakukan seperti berikut. Untuk tablet tidak bersalut, timbang
seksama 10 tablet satu persatu. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet
yang dinyatakan dalam persen dari jumlah yang tertera pada etiket dari hasil
penetapan kadar masing-masing tablet. Hitung nilai penerimaan (NP), yaitu
NP = [M - ẋ] + ks.
Kriteria :
Untuk sediaan padat dan cair.
Keseragaman sediaan memenuhi syarat jika nilai penerimaan 10 unit sediaan
pertama tidak kurang atau sama dengan L1%. Jika nilai penerimaan lebih besar dari
L1%, lakukan pengujian pada 20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai
penerimaan.
Memenuhi syarat jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit sediaan lebih kecil atau
sama dengan L1% dan tidak ada satu unit pun kurang dari [1-(0,01)(L2)] M atau
tidak satu unitpun lebih dari [1+(0,01)(L2)] M seperti yang tertera pada
Perhitungan nilai penerimaan dalam keseragaman kandungan atau keragaman
bobot. Kecuali dinyatakan lain, L1 adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0.
Alat-alat :
1. Neraca analitik
2. Instrumen metode analisis (Spektrofotometer atau Kromatografi)
3. Pinset
Prosedur kerja :
1. Tentukan bahwa tablet Anda termasuk menggunakan pengujian keseragaman
kandungan atau keragaman bobot berdasarkan jumlah dosis bahan aktif per unit
sediaan (dalam mg dan/atau %).
2. Lakukan prosedur kerja selanjutnya berdasarkan (Farmakope Indonesia VI
pada bagian persyaratan umum “Keseragaman Sediaan <911>
Hasil pengamatan :
Dosis bahan aktif : 80 mg
Bobot tablet : 400 mg
Perbandingan zat aktif terhadap bobot tablet : 20 %
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Rerata
Alat-alat :
Jangka sorong
Prosedur kerja :
1. Ukur tebal dan diameter masing-masing tablet dengan menggunakan jangka
sorong sebanyak 10 tablet.
2. Catatlah hasil pengukuran tebal dan diameter masing-masing tablet
Hasil pengamatan :
No. Diameter (mm) Tebal (mm) D/T
1. 11,2 5,4 2,07
2. 11,2 5,5 2,04
3. 11,25 5,55 2,03
4. 11,2 5,6 2
5. 11,1 5,4 2,06
6. 11,2 5,2 2,15
7. 11,2 5,45 2,06
8. 11,1 5,4 2,06
9. 11,1 5,5 2,02
10. 11,1 5,4 2,06
Rerata 11,165 5,44 2,055
Persyaratan : Tablet yang baik mempunyai diameter tablet tidak lebih dari 3 kali
Dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet
Pustaka : Murtini, Gloria dan yetri Elisa. 2018. Teknologi Sediaan Solid.
Kementrian kesehatan Republik Indonesia. Page 167
Kesimpulan : Memenuhi persyaratan
3. Waktu hancur tablet
Waktu hancur tablet merupakan waktu yang diperlukan oleh tablet untuk hancur.
Pengukuran waktu hancur dilakukan dengan menggunakan alat Desintegration
Tester.
Prosedur merujuk pada Farmakope Indonesia VI <1251> Waktu Hancur.
Tuliskan prosedur tersebut pada jurnal dan laporan praktikum
Alat
Alat terdiri atas suatu rangkaian keranjang, gelas piala berukuran 1000 mL,
dengan tinggi 138 hingga 160 mm dan diameter dalam 97 hingga 115 mm,
thermostat untuk memanaskan cairan media antara 35 o hingga 39o dan alat untuk
menaikturunkan keranjang dalam cairan media pada frekuensi yang tetap antara 29
hingga 32 kali per menit melalui jarak tidak kurang dari 53 mm dan tidak lebih dari
57 mm. Volume cairan dalam wadah sedemikian sehingga pada titik tertinggi
gerakan ke atas, kawat kasa berada paling sedikit 15 mm di bawah permukaan cairan
dan pada gerakan ke bawah berjarak tidak kurang dari 25 mm dari dasar wadah.
Waktu yang diperlukan bergerak ke atas adalah sama dengan waktu yang diperlukan
untuk bergerak ke bawah dan perubahan pada arah gerakan merupakan perubahan
yang halus, bukan gerakan yang tiba-tiba dan kasar. Rangkaian keranjang bergerak
vertikal sepanjang sumbunya, tanpa gerakan horizontal yang berarti atau gerakan
sumbu dari posisi vertikalnya.
Rangkaian keranjang Rangkaian keranjang terdiri atas 6 tabung transparan
yang kedua ujungnya terbuka, masing-masing dengan panjang 77,5 ± 2,5 mm,
diameter dalam 20,7 hingga 23 mm dan tebal dinding 1,0 hingga 2,8 mm, tabung-
tabung ditahan pada posisi vertikal oleh dua lempengan plastik, masing-masing
dengan diameter 88 hingga 92 mm, tebal 5 hingga 8,5 mm, dengan enam buah
lubang, masing-masing berdiameter 22 hingga 26 mm dan berjarak sama dari pusat
lempengan maupun antara lubang satu dengan lainnya. Pada permukaan bawah
lempengan dipasang suatu kasa baja tahan karat berukuran 10 mesh nomor 23 (0,025
inci). Bagian-bagian alat dirangkai dan dikencangkan oleh tiga buah baut melalui
kedua lempengan plastik. Suatu alat pengait dipasang pada alat yang
menaikturunkan rangkaian keranjang melalui satu titik pada sumbunya, digunakan
untuk menggantungkan rangkaian keranjang.
Rancangan rangkaian keranjang dapat sedikit berbeda asalkan spesifikasi
tabung kaca dan ukuran kasa dipertahankan.
Cakram Penggunaan cakram hanya diijinkan apabila tertera pada masing-
masing monografi. Tiap tabung mempunyai cakram berbentuk silinder dengan
perforasi, tebal 9,5 ± 0,15 mm dan diameter 20,7 ± 0,15 mm. Cakram dibuat dari
bahan plastik transparan yang sesuai, mempunyai bobot jenis antara 1,18 hingga
1,20. Terdapat lima lubang berukuran 2 ± 0,1 mm yang tembus dari atas ke bawah,
salah satu lubang melalui sumbu silinder, sedangkan lubang lain paralel terhadapnya
dengan radius jarak 6 ± 0,2 mm. Pada sisi silinder terdapat 4 lekukan dengan jarak
sama berbentuk V yang tegak lurus terhadap ujung silinder. Sisi paralel trapesoid
pada dasar mempunyai panjang 1,6±0,1 mm dan ujung bawah terletak 1,5 hingga
1,8 mm dari keliling silinder. Sisi paralel pada bawah silinder mempunyai panjang
9,4±0,2 mm, dan tengahnya terletak pada kedalaman 2,6±0,1 mm dari keliling
silinder. Seluruh permukaan cakram licin. Jika penggunaan cakram dicantumkan
dalam masingmasing monografi, tambahkan cakram pada masing-masing tabung
dan lakukan penetapan seperti tertera pada Prosedur.
Prosedur
Tablet tidak bersalut Masukkan 1 tablet pada masing-masing 6 tabung dari
keranjang, jika dinyatakan masukkan 1 cakram pada tiap tabung. Jalankan alat,
gunakan air bersuhu 37 ±2o sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan
lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti tertera pada
monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur
sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12
tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet lepas tunda atau tablet salut enterik Masukkan 1 tablet pada masing-
masing 6 tabung dari keranjang, bila tablet mempunyai salut gula yang dapat larut,
celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit.
Tanpa menggunakan cakram jalankan alat, gunakan cairan lambung buatan LP
bersuhu 37 ± 2o sebagai media. Setelah alat dijalankan selama satu jam, angkat
keranjang dan amati semua tablet: tablet tidak hancur, retak, atau menjadi lunak.
Jalankan alat, gunakan cairan usus buatan LP bersuhu 37 ± 2o sebagai media, selama
jangka waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi. Angkat keranjang
dan amati semua tablet: semua tablet hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet
tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16
dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet bukal Lakukan pengujian dengan prosedur seperti tertera pada Tablet
tidak bersalut. Setelah 4 jam, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua
tablet harus hancur. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus
hancur sempurna.
Kapsul gelatin keras Lakukan pengujian dengan prosedur seperti tertera pada
Tablet tidak bersalut, tanpa menggunakan cakram. Sebagai pengganti cakram
digunakan suatu kasa berukuran 10 mesh seperti yang diuraikan pada rangkaian
keranjang, kasa ini ditempatkan pada permukaan lempengan atas dari rangkaian
keranjang. Amati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing
monografi, semua kapsul hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul. Bila 1
kapsul atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 kapsul
lainnya: tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna.
Kapsul gelatin lunak Lakukan pengujian dengan prosedur seperti tertera pada
Kapsul gelatin keras.
Alat-alat :
1. Alat uji waktu hancur
2. Stopwatch
Prosedur kerja :
1. Nyalakan alat uji waktu hancur dan masukkan air pada bejana sehingga keenam
tabung tempat tablet diletakkan dapat terendam kemudian atur setting
36emperature pada 37oC.
2. Sebanyak 6 tablet ditempatkan pada masing-masing tabung yang terdapat pada
alat uji waktu hancur.
3. Jalankan alat uji sehingga tabung-tabung bergerak naik turun dan nyalakan
stopwatch bersamaan dengan mulai dijalankannya alat sampai dengan tablet
hancur atau tinggal massa intinya yang tidak jelas.
4. Catat waktu hancur keenam tablet
Hasil perhitungan :
Persyaratan : tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
yang tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet
salut selaput.
Pustaka : Murtini, Gloria dan yetri Elisa. 2018. Teknologi Sediaan
Solid. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. Page 227
Kesimpulan : Semua tablet tak bersalut memenuhi persyaratan yaitus hancur
tidak lebih dari 15 menit.
4. Kekerasan
Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan alat hardness tester.
Prosedur merujuk pada USP <1217> Tablet Breaking Force. Tuliskan
prosedur tersebut pada jurnal dan laporan praktikum
INTRODUCTION
There are a variety of presentations for tablets as delivery systems for
pharmaceutical agents, such as rapidly disintegrating, slowly disintegrating, eroding,
chewable, and lozenge. Each of these presentations places a certain demand on the
bonding, structure, and integrity of the compressed matrix. Tablets must be able to
withstand the rigors of handling and transportation experienced in the manufacturing
plant, in the drug distribution system, and in the field at the hands of the end users
(pa. tients/consumers). Manufacturing processes such as coating, packaging, and
printing can involve considerable stresses, which the tablets must be able to
withstand. For these reasons, the mechanical strength of tablets is of considerable
importance and is routinely measured. Tablet strength serves both as a criterion by
which to guide product development and as a quality cantrol specification.
One commonly employed test of lhe ability of tablets to withstand mechanical
stresses determines their resistance to chipping and surface abrasion by tumbling
them in a rotating cylinder. The percentage weight loss after tumbling is referred to
as the friability of the tablets. Standardized methods and equipment for testing
friability have been provided in general chapter Tablet Friability (1 21 6).
Another measure of the mechanical integrity of tablets is their breaking force,
which is the force required to cause them to fail (i.e., break) in a specific plane. The
tablets are generally placed between two platens, one of which moves to apply
sufficient force to the tablet to cause fracture. For conventional, round (circular
cross-section) tablets, loading occurs across their diameter (sometimes referred to as
diametralloading), and fracture occurs in that plane.
The breaking force of tablets is commonly called hardness in the pharmaceutical
literature; however, the use of this term is misleading. In material science, the term
hardness refers to the resistance of a surface to penetration or indentation by a small
probe. The term crushing strength is also frequently used to describe the resistance
of tablets to the application of a compressive load. Although this term describes the
true nature of the test more accurately than does hardness, it implies that tablets are
actually crushed during the test, which often is not the case. Moreover, the term
strength in this application can be questioned, because in the physical sciences that
term is often used to describe a stress (e.g., tensile strength). Thus, the term breaking
force is preferred and will be used in the present discussion.
Platens
The platens should be parallel. Their faces should be polished smooth and
precision-ground perpendicularly to the direction of movement. Perpendicularity
must be preserved during platen movement, and the mechanism should be free of
any bending or torsion displacements as the load is applied. The contact faces must
be larger than the area of contact with the table.
Tablet Orientation
Tablet orientation in diametral compression of round tablets without any scoring
is unequivocal. That is, the tablet is placed between the platens so that compression
occurs across a diameter. However, tablets with a unique or complex shape may have
no obvious orientation for breaking force determination. Because the breaking force
may depend on the tablet's orientation in the tester, to ensure comparability of results,
it is best to settle on a standard orientation, preferably one that is most readily and
easily reproduced by operators. In general, tablets are tested either across the
diameter or parallel to the longest axis. Scored tablets have two orientation
possibilities. When they are oriented with their scores perpendicular to the platen
faces, the likelihood that tensile failure will occur along the scored line increases.
This provides information about the strength of the matrix at the weakest point in
the structure. When scored tablets are oriented with their scores parallel to the platen
faces, more general information about the strength of the matrix is derived.
Capsule-shaped tablets or scored tablets may best be broken in a three-point
flexure test (2). A fitting, which is either installed on the platens or substituted for
the platens, supports the tablet at its ends and permits the breaking load to be applied
to the opposite face at the unsupported midpoint of the tablet. The fittings are often
available from the same source that supplies the hardness tester.
Sampel Size
In order to achieve sufficient statistical precision for the determination of
average breaking force, a minimum of 6 tablet samples should be tested. The average
breaking force alone may be adequate to fulfill the purpose of process or product
quality control. In cases where breaking force may be particularly critical, the
average plus individual breaking force values should be accessible.
TENSILE STRENGYH
The measurement of tensile strengths provides a more fundamental measure of
the mechanical strength of the compacted material and takes into account the
geometry of the tablet. If tablets fail in tension, the breaking force can be used to
calculate the tensile strength. Unfortunately, this is practical only for simple
shapes. If flat-faced round tablets (right circular cylinders) fail in tension, as
indicated by a clean split into halves under diametral compression, the breaking
force may be used to compute the tensile strength from the following equation (4),
which applies only to cylindrical tablets :
ẟx = 2F/πDH
in which Ox is the tensile strength, F is the breaking force, D is the tablet diameter,
and H is the tablet thickness. Because only tablets that fail in tension are counted,
the data are based on tablets that fail in a consistent way. Thus, reproducibility of
data should be enhanced when compared to conventional breaking-strength testing.
Moreover, the data will be normalized with respect to tablet dimensions, because
both diameter and thickness are included in the equation. The derivation of this
equation may be found in standard texts (5, 6); it is based on elastic theory and the
following assumptions:
1. The tablet is an isotropic body
2. Hooke's law is obeyed
3. The modulus of elasticity in compression and in tension is the same
4. Ideal point loading occurs
The derivation has been extended to convex-faced tablets (7, 8):
ẟx = 3FL/2H2D
in which l is the distance between supports, and the other terms are as defined above.
The assumptions are the same as those for calculating tensile strength from diametral
compression. However, tensile strengths determined by flexure and diametral
compression may not agree, because of likely nonideallo~ding and the induction of
shear failure during testing.
Alat-alat :
1. Alat uji kekerasan (Pharmtest Hardness Tester)
Prosedur kerja :
1. Tempatkan tablet pada ujung alat (wadah sampel) dengan posisi tablet mendatar
dan skala alat menunjukkan angka nol.
2. Tekan tombol START untuk memulai pengujian sampai tablet retak atau pecah.
3. Baca dan catat hasil uji kekerasan masing-masing tablet yang tertera pada alat,
lakukan pengujian sebanyak minimal 6 tablet.
Hasil perhitungan :
No. Kekerasan
(kgF)
1. 3,3
2. 3,0
3. 3,1
4. 6,3
5. 6,1
6. 2,9
7. 4,5
8. 2,9
9. 8,0
10. 3,0
Rata-rata 4,31
5. Friabilitas (Kerapuhan)
Friabilitas merupakan salah satu ukuran kestabilan fisik tablet terhadap guncangan
dan gesekan. Pengukuran friabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan alat
FriabilityTester
Prosedur merujuk pada USP <1216> Tablet Friability. Tuliskan prosedur
tersebut pada jurnal dan laporan praktikum
For tablets with a unit weight equal to or less than 650 mg, take a sample of
whole tablets corresponding as near as possible to 6.5 g. For tablets with a unit
weight of more than 650 mg, take a sample of 10 whole tablets. The tablets should
be carefully dedusted prior to testing. Accurately weigh the tablet sample, and place
the tablets in the drum. Rotate the drum 100 times, and remove the tablets. Remove
any loose dust from the tablets as before. and accurately weigh.
Generally, the test is run once. If obviously cracked, cleaved, or broken tablets
are present in the tablet sample after tumbling, the sample fails the test. If the results
are difficult to interpret or if the weight loss is greater than the targeted value, the
test should be repeated twice and the mean of the three tests determined. A maximum
mean weight loss from the three samples of not more than 1.0% is considered
acceptable for most products.
If tablet size or shape causes irregular tumbling, adjust the drum base so that the
base forms an angle of about 100 with the horizontal and the tablets no longer bind
together when lying next to each other, which prevents them from falling freely.
Effervescent tablets and chewable tablets may have different specifications as
far as friability is concerned. In the case of hygroscopic tablets, an appropriate
humidity-controlled environment is required for testing.
Drums with dual scooping projections, or an apparatus with more than one
drum, for the running of multiple samples at one time, are also permitted .
Alat-alat :
1. Alat uji Friability Tester
2. Timbangan neraca analitik
3. Pinset
4. Sikat halus
Prosedur kerja :
1. Bersihkan tablet satu persatu dari debu menggunakan sikat halus
2. Timbang seluruh tablet menggunakan timbangan (jumlah sampel tablet
disesuaikan dengan bobot per tabletnya lihat di USP)
3. Masukkan seluruh tablet ke dalam alat uji Friability Tester
4. Nyalakan alat uji pada 25 rpm selama 4 menit.
5. Timbang kembali sejumlah tablet yang dimasukkan ke dalam masing - masing
alat dengan dibersihkan terlebih dahulu menggunakan kuas secara halus.
6. Hitunglah selisih bobot tablet dan nyatakan dalam % friabilitas dengan rumus
berikut :
𝑊𝑎−𝑊𝑏
% Friabilitas = 𝑊𝑎 x 100 %
Wa = bobot awal tablet
Wb = bobot akhir tablet
Hasil perhitungan :
No. Friabilitas
1. Wa (g) Wb (g) %
2. 6,48 6,47 0,15%
3.
Persyaratan : Nilai F dinyatakan baik jika < 1 %, jika F > 1 %, maka tablet
Dapat diperbaiki dengan cara meningkatkan/menambah
kekerasan tablet
Pustaka : Murtini, Gloria dan yetri Elisa. 2018. Teknologi Sediaan
Solid. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. Page 229
kesimpulan : Friabilitas termasuk baik karena %fribialitasnya <1%.
8. Pembahasan
8.2 Kontrol kualitas granul
➢ Dilakukan perhitungan terhadap BJ nyata. BJ nyata dilakukan dengan
menimbang granul sebanyak 40g, kemudian dituangkan ke dalam gelas ukur
100mL tanpa dilakukan pengetukan. Hasil yang didapatkan adalah sebesar
0,5194g/mL. Kemudian, granul yang digunakan untuk perhitungan BJ nyata,
dilanjutkan untuk menghitung BJ mampat. BJ mampat dilakuakn dengan
memampatkan atau pengetukan dengan interval pengetukan tertentu.
Pemampatan dilakukan hingga volume terakhir tidak menunjukkan adanya
perubahan dari volume sebelumnya. Hasil yang didapatkan adalah sebesar
0,6667g/mL. Kedua data tersebut digunakan untuk menghitung Hausner Ratio
dan Carr’s Index. Hausner Ratio yang didapatkan adalah sebesar 1,28 (Passable).
Sedangkan Carr’s Indexnya adalah sebsesar 22,09% (passable)
➢ Dilakukan uji kandungan lembab. Berdasarkan teori, granul yang baik memiliki
kandungan lembab diantara 2% - 4%. Hasil pengujian yang didapatkan adalah
sebesar 6,52%MC dan 6,12%LOD. Hal ini tidak sesuai dengan teori. Selain itu,
pada saat proses kompresi, dapat terjadi picking atau lengket pada tablet yang
dikompresi. Untuk menurunkan kandungan lembab, dapat dilakukan
penambahan bahan pada saat formulasi, seperti adsorben.
➢ Terakhir, dilakukan uji kecepatan alir dan sudut istirahatnya. Terdapat beberapa
kategori. Batas maksimal yang dapat diterima adalah kategori passable dengan
sedikit pengetukan saat dilakukan pengujian. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa kecepatan alirnya sebesar 14,56 g/detik (sangat baik). Sedangkan untuk
nilai sudut istirahat yang dihasilkan adalah 39,81o (fair).