Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

“PEMBUATAN SEDIAAN INJEKSI VITAMIN B1 ( THIAMIN


HCl) 1 % DIKEMAS DALAM AMPUL”

DISUSUN OLEH: KELOMPOK A-7

1.
2. Ade Anggy Yuliavalentda 110117305
3. Kamila Anggreani 110117312
4. Farasafira Wibisari 110117333
5. Sheila Ardinabilah 110117337

LABORATORIUM FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA
2019
Topik:
Pembuatan sediaan injeksi Vitamin B1 (Thiamin HCl) 1 % @ 2 ml yang dikemas dalam ampul
(4 ampul)

Tujuan
1. Mempelajari pembuatan sediaan steril volume kecil yang dikemas dalam ampul
2. Mempelajari cara perhitungan tonisitas
3. Mempelajari cara melakukan sterilisasi alat dan bahan dengan teknik pemanasan basah
(otoklaf) dan pemanasan kering (oven)

BAB I
PRAFORMULASI

A. TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT


 Indikasi :
- Sebagai koenzim dari karboksilasi yang penting pada pembentukan karbohidrat
(Farmakologi dan Terapi edisi 5, p.773)
- Pengobatan dan pencegahan defisiensi vitamin B1, yaitu Beri-beri dan sindrom
Wernicke-Korsakoff (Martindale 38th, p.2103).
- Menurunkan kolestrol dengan cara membentuk kompleks (Martindale 36th, p.1976)
- Mencegah beri-beri dan defisiensi vitamin B (Remington 21th, p.1711)
- Berguna untuk pengobatan berbagai neuritis yang disebabkan oleh defisiensi thiamin,
misalnya pada neuritis alkoholik yang terjadi karena sumber kalori hanya alkohol
saja, wanita hamil yang kurang gizi, atau penderita gravidum. Thiamin juga
digunakan untuk pengobatan penyakit jantung dan gangguan saluran cerna yang
dasarnya defisiensi thiamin (Farmakologi dan Terapi edisi 5, p.773).

 Kontra Indikasi: Hipersensitivitas terhadap vitamin B1, wanita hamil, dan ibu menyusui
(Martindale 34th p.1455)

 Efek Samping:
- Dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas sesaat setelah pemberian secara
parenteral (Martindale 38th , p. 2104).
- Jarang terjadi reaksi anafilatoid setelah pemberian dosis besar pada penderita yang
sensitif dan beberapa diantaranya bersifat fatal (Farmakologi dan Terapi edisi 4,
p.718).

B. TINJAUAN SIFAT FISIKOKIMIA BAHAN OBAT


a. Kelarutan :
- Mudah larut dalam air, larut dalam gliserin, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
eter dan bezena (Farmakope Indonesia V, hal.1265)
- Larut dalam 1:1 dalam air; 1:170 dalam alkohol; praktis tidak larut dalam eter dan
benzena; larut 1:30 dalam gliserol (Martindale 38th, p. 2103).
b. Stabilitas :
 Terhadap cahaya: tidak stabil terhadap cahaya, disimpan dalam wadah terlindung
cahaya dan wadah tertutup rapat (Farmakope Indonesia V hal.1265).
Adanya cahaya dapat menyebabkan degradasi dengan perubahan warna (Remington
edisi 17, p.1020).
 Terhadap suhu: tidak stabil terhadap suhu tinggi (Martindale 38 th, p.2103). Melebur
pada suhu 248°C disertai peruraian (Farmakope Indonesia IV, hal.784). Dapat terurai
pada suhu kira-kira 248C (Remington 21th, p. 1711).
 Terhadap pH: stabil pada pH 2,7-3,4 (Farmakope Indonesia V, hal.1265), pH stabil ±
4 (Martindale 36th, p. 1976), pH larutan dalam air pH 2,7-3,3 (Martindale 38 th ,p.
2103).
 Terhadap oksigen: tidak stabil terhadap oksigen, higroskopis bila terpapar udara,
bentuk anhidratnya dengan cepat menyerap ± 4% air (Martindale 32, p.1361 dan
Farmakope Indonesia IV, p.784). Aktifitasnya hilang dengan cepat (Martindale 36th,
page 1976). Mudah terdegradasi (Martindale 38th, p.2103).
c.Cara sterilisasi masing-masing bahan (Formularium Nasional p. 323)
- Aqua proinjeksi disterilisasi menggunkan otoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
- Thiamin HCl: Sterilisasi dengan radiasi
- NaCl: Sterilisasi dengan oven dilakukan dengan uap air jenuh suhu 180 oC selama 30
menit.
d. OTT (Inkompatibilitas) :
 Biasanya inkompatibel dengan Na phenobarbiton (Martindale 34 th, p. 1455).
 Inkompatibel dengan riboflavin dalam larutan air, benzil penicillin, injeksi dengan
dekstrosa dan zat tambahan yang mengandung metabisulfit. (Martindale 28 th,
p.1539).
 Dengan zat pengoksidasi dan pereduksi; merkuri; klorida; karbonat asetat; ferri
sulfat; iodida; asam borat; ferri ammonium sulfat dapat membentuk endapan coklat
dengan thiamin. (Martindale 28th, p.1639).
 Dengan reagen alkaloid seperti merkuri, iodin, tanin, dan reagen Mayer dapat
berperan sebagai agen oksidasi dan reduksi. (Remington 21 th, p. 1711).
e. Cara penggunaan dan Dosis :
 Parenteral injeksi : 100-200 mg/ml (AHFS 97,p.2805)
 Dosis terapetik : 10-100 mg/hari peroral dan jika perlu i.m dalam defisiensi
diberikan hingga 600 mg/hari (Martindale 28th p.1639)
 Dosis terapetik (oral ) : 10-15 mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi
300 /hari ( iv) untuk Wernicke-korsakoff syndrome
(Martindale 38th p. 2104)
 Dosis profilaksis ( oral ) : 0.8-1.5 mg/hari dalam dosis tunggal obat terbagi
(Martindale 38th p. 2104)
BAB II
FORMULASI

A. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN


 Thiamin HCl tidak sesuai dengan tonisitas cairan tubuh: diatasi dengan
penambahan NaCl 0,9% agar sama dengan tonisitas cairan tubuh (isotonis).
 Untuk mengurangi nekrosis jaringan sediaan dibuat sebisa mungkin isohidris dan
isotonis, dengan cara ditambahkan NaCl, agar tekanan osmotik larutan sediaan
sama dengan tekanan osmotik cairan tubuh.
 Vitamin B1 tidak stabil cahaya: diatasi dengan dikemas dalam wadah ampul
coklat dan diberi kemasan sekunder.
 Vitamin B1 tidak stabil terhadap udara: diatasi dengan penyimpanan dalam wadah
kedap udara dan pada pembuatannya dialiri gas inert (N2) / ditambahkan
antioksidan lain (selain metabisulfit) / ditambahkan chelating agent (EDTA) /
sulfat.

B. FORMULASI YANG AKAN DIBUAT

 Handbook of Pharmaceutical  Formularium Indonesia p.98


Formulation p.387 R/ Thiamin HCl 1%
R/ Thiamin HCl 105 gram NaCl 0,65%
Chlorbutanol 5 gram EDTA 0,01%
Water for injection, to make 1L Aqua proinjeksi ad 10 ml Larutan
 Formularium Indonesia(1996) p.122  Drug Formulary Manual p.312
R/ Thiamin HCl 1% R/ Thiamin HCl 50 mg
NaCl 0,65% Phenol 0,5%
Air secukupnya ad 100 ml larutan Thioglycerol 0,35%
Usual packing 2 ml ampuls

Yang terpilih adalah no. 3, dengan modifikasi NaCl 0,9%


R/ Thiamin HCl 1%
NaCl 0,9 %
Aqua pro injection ad 20 ml

C. PERHITUNGAN BOBOT DAN DOSIS

 Thiamin HCl 0,5% : x 20 ml = 0,20 gram = 200 mg

 Perhitungan isotonis NaCl 0,9 % : x 20 ml = 0,18 gram


 Ekivalen 1% Thiamin HCl dengan NaCl : 0,25 gram
 NaCl yang dibutuhkan : 0,18 gram – ( 0,20 gram x 0,25 gram) = 0,13 gram=130
mg
 Sediaan yang diminta 4 ampul @ 2 ml
 V = (n+2) x V’
= (4 + 2) x (2 + 0,15)
= 12,9 ml ~ 20 ml

D. TABEL BAHAN
Thiamin HCl sterilisasi dengan radiasi karena bahan aktif tidak tahan dengan
pemanasan tinggi, NaCl disterilkan dengan oven 180°C selama 30 menit, aqua pro injeksi
disterilkan dengan autoklaf 121°C selama 15 menit.

Komponen Bahan Bobot / Volume Fungsi Cara Sterilisasi


Thiamin HCl 0,20 gram Bahan Aktif Radiasi
NaCl 130 mg Pengisotonis Oven 180°C selama 30 menit
Aqua pro injeksi Ad 20 ml Pelarut Autoklaf 121°C selama 15 menit
E. CARA STERILISASI SEDIAAN
Sediaan injeksi Thiamin HCl 1% disterilkan dengan pemanasan basah autoklaf suhu
115°C selama 30menit (Formularium Indonesia 19,p.1690).
BAB III
PELAKSANAAN

A. PENYIAPAN ALAT

No Nama Alat Ukuran Jumlah Cara Sterilisasi Waktu


1 Kaca arloji Ø 5 cm ; Ø 8 cm 2;2 Oven 180°C 30 menit
2 Beaker glass 50 ml ; 100 ml 2;2 Oven 180°C 30 menit
3 Erlenmeyer 50 ml ; 100 ml 1;1 Oven 180°C 30 menit
4 Pengaduk kaca Standart 2 Oven 180°C 30 menit
5 Pinset Standart 4 Oven 180°C 30 menit
Sendok
6 Standart 2 Oven 180°C 30 menit
porselin/logam
7 Ampul 2 ml 6 Oven 180°C 30 menit
8 Kantong sampah Besar 2x modul 1 Oven 180°C 30 menit
Corong + kertas
9 Ø 5 cm 2 Autoklaf 115°C 30 menit
saring
10 Pipet tetes Panjang ; Pendek 4;4 Autoklaf 115°C 30 menit
5ml, 10 ml ; 25 2;2;
11 Gelas ukur Autoklaf 115°C 30 menit
ml 1
12 Spet injeksi 3 ml 1 Sudah steril -
13 Aqua pro injeksi 50 ml 1 Autoklaf 121°C 15 menit

B. PENCUCIAN, PENGERINGAN , DAN PEMBUNGKUSAN ALAT


 Pencucian alat / wadah gelas serta peralatan laboratorium lain
1. Sikat dengan larutan tepol.
2. Bilas dengan air kran.
3. Semprot dengan uap dan tiriskan.
4. Bilas dengan aquadem.
5. Bilas dengan air suling yang baru dibuat (steril dan bebas pirogen).
6. Keringkan dalam posisi terbalik didalam oven (kecuali kaca arloji besar)
 Pengeringan
1. Keringkan dalam oven dengan keadaan terbalik pada suhu 100°C, tidak boleh
terlalu lama, kira-kira 15 menit (terutama alat yang berskala akurat, bahan
yang terbuat dari karet dan plastik).
2. Untuk menghindari debu dapat ditutup dengan kertas yang tembus uap air.
3. Wadah kecil harus benar-benar kering.
 Pencucian karet
1. Rendam dalam larutan HCl 2% selama 2 hari.
2. Rendam dalam larutan tepat 1% dan Natrium karbonat 0,5% selama 1 hari.
3. Didihkan dalam larutan tersebut selama 15 menit, kemudian bilas dengan
aquadest.
4. Ulangi dengan larutan baru
5. Ulangi sampai larutan jernih
6. Rendam dalam aquadest (dalam beaker glass yang ditutup kertas perkamen)
dan dicuci dengan autoklaf pada suhu 110°C selama 20 menit (1/2 kali)
sampai air rendaman jernih.
Tahap-tahap pencucian karet dengan autoklaf pada suhu 110°C selama 20 menit adalah
 Waktu pemanasan : pukul
 Waktu pengeluaran udara : pukul
 Waktu menaik : pukul
 Waktu suhu dipertahankan : pukul
 Waktu menurun : pukul
 Waktu pendinginan : pukul
Proses pencucian karet berlangsung dari pukul
7. Bilas dengan spiritus dilutus (etanol 70%) air aa sampai jernih.
8. Masukkan kantong kering rangkap 2 dan disterilkan dalam autoklaf
Pembungkusan : Masing-masing alat dibungkus dalam kantong yang terbuat dari kertas
perkamen dan tulis nama alat dan kelompok.

C. STERILISASI
1. Sterilisasi alat-alat dengan oven pada suhu 180 °C selama 30 menit
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut
 Waktu pemanasan : pukul
 Waktu kesetimbangan : pukul
 Waktu pembinasaan : pukul
 Waktu tambahan jaminan steritas : pukul
 Waktu pendinginan : pukul
Proses sterilisasi alat dengan oven berlangsung dari pukul

2. Sterilisasi alat-alat dengan autoklaf pada suhu 115 °C selama 30 menit


Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut
 Waktu Pemanasan : Pukul
 Waktu Pengeluaran Udara : Pukul
 Waktu Menaik : Pukul
 Waktu Kesetimbangan :Pukul
 Waktu Pembinasaan :Pukul
 Waktu Tambahan Jaminan Sterilitas :Pukul
 Waktu Menurun : Pukul
 Waktu Pendinginan :Pukul
Proses sterilisasi berlangsung dari pukul
3. Sterilisasi pelarut aqua pro injeksi dengan autoklaf pada suhu 121 °C selama 15
menit
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut
 Waktu pemanasan : pukul
 Waktu pengeluaran udara : pukul
 Waktu menaik : pukul
 Waktu kesetimbangan : pukul
 Waktu pembinasaan : pukul
 Waktu tambahan jaminan steritas : pukul
 Waktu menurun : pukul
 Waktu pendinginan : pukul
Proses sterilisasi berlangsung dari pukul

D. CARA KERJA
1. Bersihkan meja dengan disemprot alkohol 70%, lap dengan kassa steril
2. Nyalakan api spiritus
3. T imbang Thiamin HCl 200 mg
4. Ukur pelarut aqua pro injeksi injection 5 ml dengan gelas ukur 10 ml
5. No 3 + 4 aduk ad larut di beaker glass 50 ml (kelarutan thiamin dalam air 1 : 1
Martindale 37th p.2137)
6. Timbang NaCl 130 mg
7. Ukur pelarut aqua pro injeksi injection 5 ml dengan gelas ukur 10 ml
8. No 6 + 7 aduk ad larut di beaker glass 50 ml (kelarutan dalam air 1 : 2,85
Martindale 38th p.635)
9. No 5 + 8 aduk ad homogen, ditambah aqua pro injection 8 ml dengan gelas ukur
10 ml, di beaker glass 50 ml, lalu aduk ad homogen.
10. Cek pH dengan indikator universal ; ambil sedikit dengan pengaduk, kemudian
oleskan pada kertas pH (indikator pH), catat pHnya (pH 4)
11. No 9 dipindahkan ke gelas ukur 25 ml, ditambah aqua pro injection ad 20 ml
12. Setelah di ad kan, disiapkan elenmeyer dan corong beserta kertas saring. No 11
disaring dengan menggunakan filter 0,8 µm (corong dan kertas saring), saring ke
dalam labu Erlenmeyer 50 ml.
13. Pindahkan ke beaker glass 100 ml.
14. Dengan spet injeksi 3ml, no 13 dimasukkan kedalam ampul sebanyak 2,15 ml,
dengan spet injeksi arah lurus sampai dasar ampul agar tidak ada yang menempel
di dinding ampul, karena pada saat pemanasan untuk menyegel sediaan, dapat
terbentuk hitam (arang) disebabkan reaksi pengarangan.
15. Ampul ditutup dengan metode pull seal (segel – tarik)
 Panaskan leher ampul dengan api Bunsen sampai kemerahan.
 Lalu tarik ujung ampul tersebut dengan pinset hingga mulut ampul
tertutup kedap dan rapat.
16. Lakukan perlakuan no 14 – 15 sampai ampul ke 6
17. Lakukan uji kebocoran sterilisasi sediaan
 Letakan ampul dalam posisi terbalik pada beaker glass yang telah diberi
kassa steril, lalu ditutup mulut beaker glass dengan kertas perkamen 2
rangkap dan diikat dengan tali.
 Dilakukan sterilisasi akhir dengan autoklaf 115°C selama 30 menit
18. Pilih 4 ampul dari 6 ampul tersebut yang tidak bocor
19. Tempelkan label pada masing-masing ampul. Beri brosur (Balik brosur tulis nama
kelompok satu per satu), dan masukan kedalam wadah sekunder.

E. STERILISASI AKHIR SEDIAAN


Sterilisasi akhir sediaan injeksi Thiamin HCl 1% dengan autoklaf pada suhu 115°C
selama30 menit.
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut
 Waktu pemanasan : pukul 08.07 - 08.18 (11 menit)
 Waktu pengeluaran udara : pukul 08.18 - 08.24 (6 menit)
 Waktu menaik : pukul 08.24 – 08.27 (3
menit)
 Waktu kesetimbangan : pukul 08.27- 08.37 (10
menit)
 Waktu pembinasaan : pukul 08.37- 09.07 (30 menit)
 Waktu tambahan jaminan steritas : pukul 09.07 - 09.12 (5 menit)
 Waktu menurun : pukul 09.12 – 09.16 (4 menit)
 Waktu pendinginan : pukul 09.16 – 09.31 (15 menit)
Proses sterilisasi akhir sediaan berlangsung dari pukul 08.07 – 09.31 (84 menit)

BAB IV
WADAH

Ampul 2 ml (putih bening) tertutup rapat terlindung dari cahaya (wadah primer+
etiket/ label) + kemasan luar ampul kotak “BIVITAMIN” (sebagai wadah sekunder).
BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A. PEMBAHASAN
Hasil dari kelompok praktikum kami belum memenuhi syarat untuk
diproduksi, karena adanya beberapa kesalahan seperti memegang bagian mulut
beaker glass dengan tangan, yang menyebabkan sterilitas sediaan kami kurang
terjamin. Pada praktikum kami juga tidak melakukan uji adanya pirogen, uji
keseragaman bobot / volume, uji penyesuaian tonisitas, uji sterilitas, dan penetapan
kadar bahan aktif.
Sediaan Thiamin HCl kelompok kami memiliki pH 4, yang di cek dengan
menggunakan indikator pH universal. Jumlah ampul yang kami dapatkan setelah
proses penutupan pull-sealed adalah sejumlah 5 ampul,. Setelah itu dilakukan proses
penutupan ampul, dilanjutkan dengan uji tes kebocoran ampul dan sterilisasi akhir.
Pada proses ini, sediaan kami mengalami kebocoran sejumlah 2 ampul, dikarenakan
ujung ampul kurang rapat saat proses penutupan ampul, sehingga jumlah ampul yang
masuk kedalam kemasan sejumlah 3 ampul saja

B. KESIMPULAN
Sediaan Injeksi Thiamin HCl “Thiaminivit” belum layak diproduksi dalam skala
besar industri karena belum memenuhi seluruh persyaratan kelayakan dan mutu
produksi.

C. SARAN
 Kantong-kantong alat sebaiknya sudah dipersiapkan sebelum praktikum sehingga
dapat menghemat waktu dan dapat segera dilakukan proses sterilisasi karena
proses sterilisasi memerlukan waktu yang cukup lama.
 Proses pengeringan alat-alat tidak boleh terlalu lama, terutama pada alat-alat
berskala, karena dikhawatirkan alat dapat memuai sehingga skala menjadi tidak
tepat.
 Operator sebaiknya dapat mengoperasikan alat dengan tepat dan berhati-hati (terkait
dengan jaminan sterilitas sediaan yang dibuat)
BAB VI
LABEL DAN BROSUR

A. LABEL PADA KEMASAN PRIMER

B. KEMASAN SEKUNDER
C. BROSUR

Anda mungkin juga menyukai