Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLIDA –LIKUIDA


MATERI V
SHAMPO ANTIKETOMBE

KELOMPOK A-7 :

1. Nada Zavira 110117195


2. Nabilaberty Prisma Gemilang 110117242
3. Kamila Anggreani 110117312
4. Sheila Ardinabilah 110117337
5. Mela Nurfiana 110117405

FAKULTAS FARMASI
LABORATORIUM SEMISOLIDA
UNIVERSITAS SURABAYA
TAHUN 2019-2020
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................................................4
1.4 Manfaat..........................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................5

2.1.1 Emulsi......................................................................................................................5
2.1.2 Shampo.....................................................................................................................6
2.1.3 Ketombe ...................................................................................................................7
2.2 Bahan aktif.....................................................................................................................8
2.3 Bentuk Sediaan..............................................................................................................10
2.4 Persyaratan Mutu Sediaan.............................................................................................10

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL.............................................................................13

BAB IV METODE KERJA.................................................................................................15

4.1 Alat dan Bahan............................................................................................................15


4.2 Takaran / Dosis Bahan Aktif........................................................................................16
4.3 Penyusunan Formula Awal...........................................................................................16
4.4 Pemilihan Bahan Tambahan.........................................................................................17
4.5 Penyusunan Formula Akhir Sediaan............................................................................18
4.6 Spesifikasi Bahan dan Spesifikasi Sediaan..................................................................18
4.7 Kerangka Operasional..................................................................................................19
4.8 Narasi Kerangka Operasional.......................................................................................19

BAB V HASIL PERHITUNGAN DAN RANCANG EVALUASI...................................21

5.1 Perhitungan Dapar......................................................................................................21


5.2 Perhitungan HLB Butuh.............................................................................................22
5.3 Hasil Penelitian..........................................................................................................22

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 1
BAB VI HASIL EVALUASI SEDIAAN...........................................................................26

6.1 Hasil Evaluasi.............................................................................................................26


6.2 Pembahasan................................................................................................................27

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................32


7.1 Kesimpulan..............................................................................................................32
7.2 Saran........................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................33

LAMPIRAN..................................................................................................................34

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Lebih dari 60% populasi di dunia mengalami permasalahan rambut seperi masalah
kerontokan, ketombe dan rambut yang tidak sehat. Di Indonesia sendiri, angkanya dapat lebih
tinggi karena iklim tropis, polusi, kebiasaan hidup, serta penggunaan penutup kepala seperti
jilbab maupun helm yang dapat memengaruhi permasalahan kulit kepala selaku media
pertumbuhan rambut. Gangguan kulit kepala seperti sensitif, berminyak dan berketombe,
yang mengganggu pertumbuhan rambut secara normal seringkali terjadi. Kerontokan rambut
pun menjadi permasalahan kulit kepala lebih serius.

Kesadaran untuk merawat kulit kepala memang tidak setinggi kesadaran untuk merawat
kulit wajah. Sementara itu, masalah pada rambut berawal dari akarnya yakni kulit kepala.
Masalah kulit kepala yang paling umum ialah kulit kepala bersisik-sisik halus atau ketombe,
dan populasi jamur yang semakin subur jika kondisi kulit kepala terlalu berminyak.

Shampo adalah sejenis cairan, seperti sabun, yang berfungsi untuk meningkatkan
tegangan permukaan kulit kepala sehingga dapat membersihkan kotoran di kulit kepala.
Kegiatan membersihkan kulit kepala dan rambut ini disebut keramas. Dalam pengertian
ilmiahnya shampo didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk
yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut
dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai.
Secaraspesifiksuatu shampoo harus:

 Mudah larut dalam air, walapun air sadah tanpa mengalami pengendapan
 Memiliki daya bersih yang baik tanpa terlalu banyak menghilangkan minyak dari
kulit kepala
 Menjadikan rambut halus, lembut serta mudah disisir
 Cepat bebusa dan mudah dibilas serta tidak menimbulkan iritasi jika kontak dengan
mata
 Memiliki pH yang baik netral maupun sedikit basa
 Tidak iritasi pada tangan dan kulit kepala
 Memilikiperforma yang baik

Anti dandruff shampoo merupakan shampoo yang ditujukan untuk mengontrol sel kulit
mati dikulit kepala, formulasinya hamper sama seperti shampoo lain tetapi ditambahkan
bahan aktif seperti zinc pirythion.

Formulasi untuk sampo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi sebagai


surfaktan, foaming agent dan stabilizer, opacifier, hydrotopes, viscosity modifier, dan
pengawet. Bahan-bahan dalam sampo harus aman dan mudah terdegradasi sebagaimana

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 3
kosmetik perawatan tubuh lain. Setiap bahan harus memilki fungsi dan peran yang spesifik
(Mottram, 2000).

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana formulasi kosmetika shampo?
b. Bagaimana langkah-langkah pembuatan shampo?
c. Bagaimana parameter evaluasi pada shampo?
d. Bagaimana menyusun rancangan formula, rancangan manufaktur, rancangan evaluasi
dan rancangan kemasan untuk yang memenuhi dengan persyaratan mutu yaitu aman,
stabil, efektif, serta dapat diterima?
1.3 Tujuan
a. Memahami cara pembuatan shampo
b. Memahami cara evaluasi kosmetika shampo
c. Mahasiswa dapat menyusun rancangan formula, rancangan manufaktur, rancangan
evaluasi dan rancangan kemasan untuk membuat sediaan shampo anti ketombe yang
memenuhi persyaratan mutu yaitu aman, stabil, efektif, serta dapatditerima.

1.4 Manfaat
a. Pelaksanaan praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi praktikan dalam
pembuatan formulasi sediaan farmasi dengan baik, benar dan tepat dimana sesuai
dengan persyaratan mutu yang dimulai dari pemilihan bahan aktif dan bahan
tambahan yang tepat, pemilihan bentuk sediaan farmasi, langkah-langkah dalam
pembuatan sediaan yang diinginkan hingga tahap evaluasi sediaan farmasi.

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Emulsi
Emulsi adalah sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang
terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak tercampur, dimana salah satunya
terdispersi dalamcairan lainnya dalam bentuk tetesan-tetesan kecil yang berukuran
0,1-100 µm yang distabilkan oleh emulgator atau surfaktan yang cocok (Tungadi, R.
2014). Menurut Ansel (2008), emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi
terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawa yang
tidak bercampur. Dalam batasan emulsi, fase terdispersi dianggap sebagai fase dalam
dan medium disperse sebagai fase luar atau fase kontinu.
Komposisi dasar emulsi terdiri dari (Syamsuni, 2006):
a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase tersispersi/ fase dalam, yaitu zat
cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil didalam zat cair dalam zat cairan lain.
b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar yaitu zat cair dalam emulsi
yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.
c. Emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Tipe-tipe emulsi terdiri dari (Lachman, 2008):
a. Minyak dalam air (M/A) jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam suatu
fase air kontinu.
b. Air dalam minyak (A/M) jika minyak merupakan fase kontinu
c. Emulsi ganda (M/A/M atau A/M/A).
Emulsi dapat dibuat dengan beberapa cara, tergantung pada sifat komponen
emulsi dan perlengkapan yang tersedia untuk digunakan. Metode pembuatan emulsi
terbagai menjadi tiga, yaitu (Ansel, 2008):
a. Metode gom kering
Metode ini menggunakan perbandingan 4:2:1 karena untuk tiap 4 bagian
minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom. Dimana gom dicampur dengan minyak
terlebih dahulu. Kemudian ditambahkan air untuk membentuk korpus emulsi dan
ditambahkan dengan sisa air.
b. Metode gom basah

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 5
Metode ini menggunakan perbandingan yang sama dengan gom kering,
tetapi urutan campurannya berbeda.Dalam metode ini dibuat musilago terlebih
dahulu dengan menggunakan setengah fase air, lalu ditambahkan fase minyak
secara perlahan-lahan kemudian ditambahkan sisa fase air.
c. Metode botol
Dalam metode ini serbuk gom arab ditambah dalam sebuah botol kering,
kemudian ditambahkan dua bagian air dan campuran tersebut dikocok dengan
kuat dalam wadah yang tertutup.
d. Metode tambahan
Suatu emulsi yang dibuat baik dengan metode gom kering maupun dengan
metode gom basah.
e. Metode beker
Metode ini digunakan jika emulsi yang dibuat terdiri dari dua jenis
emulgator (ada yang larut minyak dan ada yang larut air). Caranya dipanaskan
fase air dan fase minyak pada masing-masing beker diatas water bath hingga suhu
700C. Ketika mencapai suhu yang sama maka fase internal dimasukkan kedalam
fase eksternal dan diaduk hingga homogen.
2.1.2 Shampo
Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala dari segala
macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan
sebagainya (Latifah, 2007). Fungsi shampo pada umumnya digunakan dengan
mencampurkan dengan air dengan tujuan sebagai berikut :
1. Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut
dan membersihkan kotoran yang melekat.
2. Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala sehingga dapat
meluruhkan kotoran.
Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk membersihkan rambut,
sehingga rambut dan kulit kepala menjadi bersih dan sedapat mungkin lembut,
mudah diatur dan berkilau (Faizatun, 2007: 1).
Formulasi untuk shampo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi sebagai
surfaktan, foaming agent dan stabilizer, opaficier, hydrotopes, viskositas modifikasi
dan pengawet. Bahan-bahan dalam shampo harus aman dan mudah terdegradasi
sebagaimana kosmetik perwatan tubuh lain. Setiap bahan harus memiliki fungsi dan
peran yang spesifik (Motram, 2000)

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 6
2.1.3 Ketombe
Ketombe atau disebut dalam bahasa medisnya ptiriasis banyak diserita oleh
penduduk indonesia yang beriklim tropis, suhu tinggi dan udara lembab. Penyakit ini
sering dialami oleh orang dengan kulit berminyak. Dari bayi baru lahir sampai orang
dewasa bisa menderita ketombe. Ketombe adalah suatu pertumbuhan berlebihan dari
kulit kepala tanpa adanya peradangan. Gejala umum lainnya yang timbul dapat
bervariasi antar individu. Ketombe seringkali menjadi masalah karena dapat
mengganggu penampilan seseorang akibat kotornya rambut. Penderita ketombe akan
menghindari penggunaan baju berwarna gelap karena akan terlihat jelas rontokan
ketombe yang berwarna putih.
Ketombe dapat diperparah dengan tumbuhnya mikroorganisme di rambut
secara berlebihan. Pityrosporum ovale, sebenarnya adalah flora normmal di rambut,
akan tetapi berbagai keadaan seperti suhu, kelembapan, kadar minyak yang tinggi,
dapat memicu pertumbuhannya.
Prinsip pengobatan ketombe pada umumnya ditujukan untuk : menurunkan
minyak di permukaan kulit kepala, menurunkan jumlah mikroba penyebab ketombe,
mengurangi gatal-gatal dan kerontokan rambut. Untuk mengatasi ketombe biasanya
yang digunakan adalah shampo pyrithione zinc atauu selenium sulfida, tetapi
dipasaran pyrithione zinc lebih banyak dijual bebas di pasaran. Shampo adalah sejenis
cairan, seperti sabun yang berfungsi untuk meningkatkan tegangan permukaan kulit
sehingga dapat meluruhkan kotoran. Dan Pyrithione zinc sendiri memiliki sifat
bakteriostatik dan fungistatik. Pyrithione zinc digunakan mirip dengan Selenium
Sulfida dalam konsentrasi 1-2% dalam kontrol dermatitis seborrhoeic dan dandruff
(ketombe), digunakan sebagai ingredient dari beberapa treatment/ pengobatan
pityriasis versicolor.

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 7
2.2 Bahan Aktif
Efek Kontra Spesifikasi
Bahan Aktif Indikasi Efek Samping
Utama Indikasi Lain

Efek pada
sistem saraf :
neuritis perifer
Memiliki sifat dengan
bakteriostatik dan parestesia dan
Studi pada
fungistatik. kelemahan otot
hewan telah
Pyrithione zinc pada pasien
Mengontrol menemukan
digunakan mirip dikaitkan
ketombe Tidak boleh tanda-tanda
dengan Selenium dengan
dan digunakan neurotoksisitas
Sulfida dalam penggunaan
dermatitis pada luka setelah aplikasi
konsentrasi 1-2% shampoyang
seborrhoeic, dan kulit topikal
dalam kontrol berkepanjangan
PYRITHIONE juga yang rusak ditemukan
dermatitis mengandung
ZINC digunakan atau 13% untuk
seborrhoeic dan pyrithione zinc
untuk terapi inflamasi pyrithione
dandruff (ketombe), 2%. Kelemahan
pityriasis (MD 36 Ed sodium itu
digunakan sebagai otot menghilang
versicolor p. 1611) kurang dari 1%
ingredient dari 3 bulan setelah
(MD 36 p. untuk
beberapa treatment/ menghentikan
1611) pyrithione
pengobatan pityriasis shampo dan 2
zinc. (MD 36
versicolor (MD 36 p tahun kemudian
p. 1611)
1611) parestesia
membaik sekitar
75% (MD 36 p
1611)

Selenium Antifungal Memiliki sifat Bisa iritasi kulit Shampo Toksisitas


Sulfide dan anti antifungal dan kepala dan kulit Selenium sistemik
seborrhoeic antisebarrhoeic, terutama Sulfide seorang wanita
(MD 36 p. digunakan secara didaerah genital tidak lebih dengan
1613) topikal dalam dan skin folds digunakan excoriated
treatment dandruff (lipatan kulit). dalam eruptions di
(ketombe/ pityriasis Area yang waktu 48 kulit kepalanya
capitis) dan dirawat harus jam setelah mengalami
dermatitis seboroik dibilas secara menerapkan kelemahan,
kulit kepala. Shampo menyeluruh warna anoreksia,
mengandung 2,5% untuk rambut, sakit perut,
Selenium Sulfide mengurangi meluruskan muntah,
dioleskan ke kulit peradangan, dan atau waving tremor,
kepala yang basah, kontak dengan preparations berkeringat,

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 8
mata harus
dihindari.
Oiliness or
dryness
(keringnya) kulit
rambut dibilas dan . Untuk
kepala/rambut,
aplikasi meminimal
perubahan
diulang,persiapan kan rasa logam di
warna rambut,
harus tetap penyerapan, mulutnya, dan
dan kerontokan
berhubungan dengan sebaiknya bau seperti
rambut telah
kulit kepala selama tidak bawang putih
dilaporkan,
2-3 menit setiap kali. dioleskan pada napasnya
dapat mengubah
Rambut harus dibilas ke selaput setelah
warna logam.
dengan baik,tangan lendir/kulit menggunakan
Penggunaan
dan kuku juga. yang shampo 2/3
lama pada kulit
Aplikasi biasanya meradang/ kali seminggu
rusak
dibuat 2 kali rusak selama 8 bula,
mengakibatkan
seminggu selama 2 karena setelah shampo
toksisitas
minggu, kemudian toksisitas dihentikan
sistemik, mual,
sekali seminggu yang semua gejala
muntah, diare,
selama 2 minggu dan diharapkan mereda 10 hari
tetapi
kemudian hanya rendah dari setelah
penyerapan
digunakan jika penggunaan dihentikan.
sistemik dan
diperlukan. Shampo shampo. (MD 36 p
toksisitas
dan lotion 1% juga (MD 36 Ed 1613)
terutama efek
digunakan . (MD 36 p. 1613)
neurologis dapat
p 1613)
berkembang jika
sejumlah besar
disimpat di gut.
(MD 36 p 1613)

.
Tidak boleh
digunakan
pada luka
psoriasis
akut atau ke
Iritasi kulit dan jerawat atau
Psoriasis
jerawat seperti dalam
dan chronic
Psoriasis dan chronic erupsi sensitif keadaan
atopic
COAL TAR atopic escenia (BNF terhadap cahaya infeksi, -
escenia
62 P.733) dan kerak pada hindari
(BNF 62
kulit, rambut. kontak
P.733)
(BNF 62 P.733) dengan
mata, serta
kulit yang
rusak atau
inflamasi.
(BNF 62
P.733)

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 9
Bahan Aktif yang terpilih adalah Pyrithione Zinc

Alasan :

a. Pyrithione Zinc digunakan sebagai antiketombe untuk pengobatan topikal


b. Pyrithione Zinc bersifat bakteriostatik dan fungistatik yang dapat mengontrol
dermatitis seborrhoeic dan dandruff (ketombe), digunakan sebagai ingredient dari
beberapa treatment/ pengobatan pityriasis versicolor
c. Dipasaran banyak dijual bebas shampo yang mengandung Pyrithione Zinc

2.3 Bentuk Sediaan


KARAKTERISTIK
FISIKA KIMIA
1. Organoleptis: 1. pH: 4,8
 Bentuk : serbuk 2. stabilitas :
 Warna : putih  Teroksidasi dan terdekomposisi oleh
 Bau : hampir tidak berbau sinar Uv
2. Kelarutan: 3. Inkompabilitas : dengan agen
 Praktis tidak larut dalam air, pengoksidasi dan produksi dengan ion
hampir tidak larut dalam logam berat
alkohol, larut dalam 1:20 4. Pada ph <3,5 terjadi perubahan
dimetyl suphoxide pyrithione ke dalam bentuk tak
3. BM : 317,7 terdisosiasi yang lebih larut pada ph >8
(Martindale ed 36, P.539) zinc pyrithione berubah kebentuk garam
alkali yang lebih larut (Microbicides For
The
Bentuk sediaan yang dipilih adalah : SHAMPOO

Alasan :

1. Mudah digunakan
2. Cepat berbusa dan dapat dibilas
3. Dapat dicuci dengan baik

2.4 Persyaratan Mutu Sediaan


Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan dari
F.I V / USP dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
a. Aman
Bermanfaat secara fisiologis maupun psikologis,tanpa efek samping yang merugikan
atau dengan efek samping yang telah dikendalikan sehingga tidak lebih toksik dari
toksisitas bahan aktif sebelum diformulasi. Bahan farmasi merupakan bahan kimia
yang mempunyai karakteristik fisika-kimia yang terkait langsung dengan efek/khasiat.

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 10
Setiap perubahan karakteristik fisika-kimia akan mampu menyebabkan perubahan
efek farmakologis dan atau psikologis.

b. Efektif
Dengan dosis yang diberikan (dalam jumlah kecil sekalipun) dapat memberikan hasil
terapi sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dapat mencapai efek farmakologi yang
optimum dengan efek samping sekecil mungkin. Jumlah atau dosis pemakaian sekali
pakai selama pengobatan harus diartikan sebagai jumlah partikel aktif yang mampu
mencapai tempat kerja (site of action) dan mampu melakukan “aksi” sebesar dan
selama waktu yang diperhitungkan dan juga dikehendaki.
 Dosis : Pemakaian 3x seminggu =15 ml
c. Acceptability
Prediksi pemenuhan persepsi psikologis konsumen/pemakai. Sediaan mempunyai
penampilan, bentuk, estetika yang baik dan menarik sehingga menimbulkan rasa
senang dan nyaman pada pemakainya (USP XXI p. 1346-1347). Bentuk sediaan juga
harus meyakinkan sisi psikologis pengguna.
 Bentuk : Shampoo 100 ml
 Warna : Dapat diterima
 Bau : Dapat diterima
 Rasa : Dapat diterima
d. Stabilitas Fisika
Kondisi fisik tidak boleh berubah selama pembuatan, pendistribusian, pemakaian,
penyimpanan, yang meliputi penampilan, keseragaman, viskositas dan organoleptis.
 Organoleptis:
o Bentuk : serbuk
o Warna : putih
o Bau : hampir tidak berbau
 Kelarutan:
o Praktis tidak larut dalam air, hampir tidak larut dalam alkohol, larut
dalam 1:20 dimetyl suphoxide
 BM : 317,7
e. Stabilitas Kimia
Sediaan dikatakan stabil secara kimia apabila integritas/keutuhan kimiawi dan potensi
kimia tetap, serta tidak mengalami perubahan pH. (USP XXII p. 1703).
 pH sediaan : 6,22
f. Stabilitas Mikrobiologik
Sediaan tidak ditumbuhi mikroba sesuai dengan persyaratan tertentu dan jika sediaan
tersebut mengandung antimikroba maka harus tetap efektif selama waktu yang
ditentukan (dari awal pembuatan sampai ke tangan pasien). (USP XXII p.1703).
 Untuk menghambat mikroba maka sediaan perlu ditambah dengan pengawet
(nipagin dan nipasol). Pada sediaan tidak boleh terdapat Salmonella sp.,
Pseudomonas sp., Staphyllococcus, Escherichia coli, Streptococcus sp., Candida
sp., dan Aspergillus sp.
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 11
g. Stabilitas Toksikologik
Sediaan tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat meracuni jaringan lokal
dan tidak menunjukkan peningkatan toksisitas selama batas waktu tertentu, baik
dalam proses pembuatan, penyimpanan, distribusi, hingga pada proses pemakaian.
(USP XXII p. 1703).
h. Stabilitas Farmakologik
Efek terapi harus tetap dan tidak mengalami perubahan, baik dalam proses
pembuatan, penyimpanan, distribusi, hingga sampai kepada konsumen.
(USP XXII p. 1703)

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 12
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

PYRITHIONE ZINC
d.
PENYEBAB Keuntungan :

 Menekan pertumbuhan p.ovale, banyak dijual bebas


dipasaran, efek samping kecil
 Bersifat bakteriostastik dan fungistastik untuk
pengobatan ketombe dan sebrrhoeic dermatitis pada
kulit kepala
Kerugian:

K  Neuritis perifer dengan parestesia dan kelemahan


ET otot pada pasien yang menggunakan shampo
mengandung Phyrithione zinc, kelemahan otot akan
O hilang 3 bulan setelah menghentikan pemakaian.
M
BE

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 13
B Meningkatnya 1. Martindale 36th Edition p. 936
DOSIS
minyak/ Dosis : 2%
A sekresi sebum

H
Mikroba
A (phityrospium
N ovale)
SELENIUM SULFIDE

Keuntungan
KELARUTAN:
 Menekan pertumbuhan dan pelepasan kulit
A - Praktis
 Bersifat tidak larut dalam
bakteriostastik air (1:.10.000)
dan fungistastik untuk
- Sedikit larut dalam alkohol (1:30-100)
pengobatan ketombe dan sebrrhoeic dermatitis pada
K kulit kepala
P BENTUK
GEJALA Kerugian:
T  Dapat merubah
- Serbuk warna rambut
putih
Y Kepala gatal  Iritasi conjuctiva kulit kepala dan kulit khususnya
I RASA
area genital dan lipatan kulit
R Karakteristik
 Menyebabkan rambut rontok, kulit kepala
F Rambut - -
Fisika - kimia berminyak/kering
I Z rontok  BAU
Penggunaa pada kulit kepala dapat menyebabkan
efek sistemik.
T I Kerak - Tidak berbau
T berwarna COAL TAR
H N putih pH
E Keuntungan :
- pH kulit 4,5-6,5
I C
 Agen antiketombe yang bekerja dengan mengurangi
R STABILITAS
penebalan epidermis (antipuritik)
O
P - stabil di air
Kerugian:
N - mudah teroksidasi diberi BHA
I  Bau tidak enak
E  Menyebabkan sensitifikasi kulit dan fotosensitif
L  Kurang efektif sebagai antiketombe

I Bahan aktif terpilih:


PYRITHIONE ZINC
Air media yang baik utuk pertumbuhan mikroba
H Alasan: - Bersifat bakteriostastik
Karakteristikdan fungistastik untuk pengobatan ketombe dan sebrrhoeic
dermatitis pada kulit kepala (diberi pengawet nipagin-nipasol)
Biologik
- Digunakan sebagai antiketombe untuk pengobatan topikal, banyak dijual bebas
dipasaran.
Persyaratan Aman, efektif, acceptable, stabilitas fisika, stabilitas
Mutu kimia, stabilitas mikrobiologi, stabilitas
. farmakologi,stabilitas toksikologi.

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 14
BAB IV

METODE KERJA

4.1 ALAT DAN BAHAN

Alat :

- pH meter (merk : Schott type C6842)


- Piknometer (volume 10,677 ml )
- Viskometer VT-04F
- Viskometer stormer 8202
- Timbangan elektrik
- Mortir dan stamper
- Gelas ukur 10 ml, 25 ml, 50 ml
- Beker glass 50 ml, 100 ml
- Pengaduk kaca
- Pipet tetes
- Botol coklat 60 ml
- Magnetic stirrer + magnetic bar
- Mikrometer + mikroskop

Bahan :

- Zinc Pyrithione
- Castor Oil
- Olive oil
- Cetyl Alcohol
- Glycerol
- Propilen glikol
- Na Lauryl Sulfat
- BHA
- Tween 80
- Span 60
- Triethanolamin
- Na3Sitrat
- Na2HSitrat
- Nipagin
- Nipasol
- Parfum rosae
- Aqua purificata

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 15
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 16
4.2 TAKARAN / DOSIS BAHAN AKTIF
a. Dosis pemakaian Zinc Pyrithione :
 Dosis : 2%
(Martindale 36th Edition p. 936)

b. Rencana kemasan dan aturan pakai:


 Perkiraan 1 x pakai = 5 ml
 Pemakaian 3x seminggu =15 ml
 Volume kemasan = 5ml x 3 x 4 minggu = 60 ml
4.3 PENYUSUNAN FORMULA AWAL
R/ Zinc Pyrithione 2%
Castor Oil 5%
Olive oil 8%
Cetyl Alcohol 8%
Glycerol 6%
Propilen glikol 2%
Na Lauryl Sulfat 10%
BHA 0,1%
Tween 80 1,57%
Span 60 3,38%
Triethanolamin 1,5%
Na3Sitrat 0,18%
Na2HSitrat 0,40%
Nipagin 0,18%
Nipasol 0,02%
Parfum rosae q.s
Aqua purificata ad 200 ml
m.f.l.a dry syrup

Alasan Formula
1. Kadar bahan aktif ditambah 5% untuk menggantikan yang hilang selama proses
pembuatan.
2. Basis shampo yang digunakan merupakan basis untuk likuid shampo.
3. Dibuat pH 6,00 karena pada pH 6,00 merupakan pH optimum, dimana peruraian
sediaan paling kecil sehingga waktu hidup lebih lama.
4. Komponen dapar yang dipilih sitrat-sitrat karena sitrat dapat menjadi complexing
agent, katalis asam basa umum, termasuk di daerah pH asam sampai netral
(seperti pH kulit), kapasitas dapar yang dibuat Na2Hsitrat 0,40% dan Na3Sitrat
0,18% agar acceptable di kulit.

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 17
5. Diberi pengawet untuk mempertahankan stabilitas mikroskopik karena dosis
ganda, pelarut aqueous, terdapat gula, dan bukan sediaan steril.
6. Pengawet yang dipakai Nipagin dan Nipasol karena merupakan kombinasi
pengawet dengan konsentrasi kecil memiliki efek antimikroba yang besar, innet,
stabil pada rentang pH yang luas.
7. Parfum rosae untuk menutupi bau.
8. Ditambah tween 80 sebagai surfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan
partikel zat padat.
9. Ditambah etanol 70% sebagai pembasah dalam proses granulasi karena mudah
menguap sehingga granul cepat kering
10. Ditambah Na Lauryl Sulfat sebagai foaming agent.
Memakai aqua purificata sebagai pelarut

4.4 PEMILIHAN BAHAN TAMBAHAN


Komposisi Umum Sediaan
1. Bahan Aktif : Zinc Pyrithione
2. Bahan Tambahan / Bahan pembantu Formula
 Organoleptik
 Bau khas lemah, butuh parfum rosae
 Kelarutan
Sedikit larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, sangat larut dalam methyl
alkohol, larut dalam gliserin dan Propilen glikol, sangat sedikit larut dalam etanol
70% dan sorbitol
Dibuat sediaan dalam bentuk Likuid Shampo
 Coconut Oil (HPE 6th Edition p 184)
Organoleptis : massa berwarna putih, agak kekuningan, atau tidak berwarna
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam diklorometan
 BHA (HPE 6 Edition p 78)
th

Organoleptis : kristal warna putih/hampir putih dan dengan aroma tertentu


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
 Propilenglikol (HPE 6th Edition p 379-380)
Organoleptis : cairan jernih, tak berwarna, kental dengan rasa manis
Kelarutan : Larut dalam etanol 95%
 Tween 80 (HPE 6 Edition p 549-553)
th

Organoleptis : Cairan berminyak warna kuning, rasa pahit


Kelarutan : Larut dalam etanol dan air, tidak larut dalam minyak
 Span 60 (HPE 6 Edition p 549-553)
th

Organoleptis : berwarna coklat kekuningan

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 18
Kelarutan : larut dalam etanol, minyak panas
 Na Lauryl Sulfat (Martindale 28th Edition p 142)
Fungsi : surfaktan, foaming agent, foam stability, merupakan detergen
 Trietanolamin (HPE 6th Edition p 754-755)
Organoleptis : berwarna kuning pucat, kental, memiliki bau amonia sedikit
Kelarutan : dapat campur dengan aseton 1 :24, benzena 1 :63
 Dapar Sitrat-sitrat
Fungsi :mempertahankan pH sediaan pada pH yang diinginkan

4.5 PENYUSUN FORMULA AKHIR SEDIAAN SETIAP SATUAN TAKARAN


TERKECIL HINGGA SKALA BESAR SEDIAAN FORMULASI LIKUIDA
ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
Jumlah Jumlah
Kadar Jumlah tiap Jumlah
No dalam dalam
Nama Bahan dalam takaran dalam
. kemasan skala lab
% terkecil (5 ml) skala besar
(100 ml) (200 ml)
1. Zinc pyrithione 2% 0,1 g 2g 4g 2000 g
2. Cococnut oil 5% 0,25 g 5g 10 g 5000 g
3. Olive oil 8% 0,4 g 8g 16 g 8000 g
4. Cetyl alkohol 8% 0,4 g 8g 16 g 8000 g
5. Gliserol 6% 0,3 g 6g 12 g 6000 g
6. Propilenglikol 2% 0,1 g 2g 4g 2000 g
7. Na lauryl sulfat 10% 0,5 g 10 g 20 g 10.000 g
8. Nipagin 0,18% 0,004 g 0,18 g 0,36 g 180 g
9. Nipasol 0,02% 0,001 g 0,02 g 0,04 g 20 g
10. BHA 0,1% 0,005 g 0,1 g 0,2 g 100 g
11. Trietanolamin 1,5% 0,075 g 1,5 g 3g 1500 g
12. Span 60 0,67% 0,0335 g 0,67 g 1,34 g 670 g
13. Tween 80 4,33% 0,2165 g 4,33 g 8,66 g 4330 g
14 Na2HSitrat 0,40% 0,02 g 0,802 g 0,802 g 400 g
15 Na3Sitrat 0,18% 0,009 g 0,357 g 0,357 g 180 g
16 Parfum rosae 0,2 % 0,01 g 0,2 g 0,4 g 200 g
Ad 100.000
17 Aqua purificata Ad 5 ml Ad 100 ml Ad 200 ml
ml

4.6 SPESIFIKASI BAHAN DAN SPESIFIKASI SEDIAAN


 Organoleptis : Bentuk : Likuid Shampo
Bau : Rosae
Warna : Putih
 Kadar : 100% ± 5%
 pH : 6,00
 Bobot Jenis : 1,10 – 1,30 g/ml
 Tipe Emulsi : O/W

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 19
 Ukuran Partikel : 0,5-10 µm
 Homogenitas : Homogen
 Spreadibilitas : Dapat menyebar
 Viskositas : 250-500 cps

4.7 KERANGKA OPERASIONAL

4.8 NARASI KERANGKA OPERASIONAL


1. Timbang coconut oil 16 gram
2. Timbang olive oil 16 gram
3. Timbang cetyl alkohol 16 gram
4. Timbang nipagin 0,04 gram + PPG aduk ad larut
5. Timbang BHA 0,2 gram + ppg aduk ad larut
6. Timbang span 60 6,84 gram
7. 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 dicampur kemudian dilebur
8. Timbang glycerol 12 gram
9. Timbang Na laurit sulfat 20 gram
10. Timbang nipagin 0,36 gram + ppg aduk ad larut
11. Timbang Trietanolamin 3 gram

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 20
12. Timbang polisorbat 80 3,16 gram
13. Timbang Na2HSitrat + air aduk ad larut
14. Timbang Na3Hsitrat + air aduk ad larut. 13 + 14 campur ad homogen
15. 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 14 campur ad homogen
16. 7 + 15 campur ad homogen
17. Timbang zinc pyrithione 4 gram
18. 16 + 17 campur ad homogen
19. 18 + oleum rosae campurkan ad homogen
20. Masukkan 100 ml ke botol / kemasan primer + label
21. Sisa digunakan untuk uji evaluasi

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 21
BAB V
HASIL PERHITUNGAN DAN RANCANG EVALUASI

5.1 PERHITUNGAN DAPAR


Dibuat pH 6,00 dengan pKa 3 = 6,40
Na2HSitrat+NaOH Na3Sitrat + H2O

pH = -log [ H3O+] pKa3 = - Log Ka


6,00= -log [ H3O+] 6,40 = - Log Ka
[H3O+] = 1.10-6 Ka = 3,981071706.10-7

[G]
pH = pKa2 + Log β =2,303 x C x Ka x ¿¿
[A]
[G] 2,303 x C x (3,981071706 .10−7 ) x [1.10−6 ]
6,00= 6,40 + Log 0,01 = 2
[A] {( 3,981071706.10−7 ) +[1.10−6 ]}
[G]
-0,40= Log C= 0,02131998959 M
[A]
[G]
= 0,3981071706
[A]
[G] = 0,3981071706[A]

[A] + [G] =C [G] = 0,3981071706 [A]


[A] + 0,3981071706[A] = 0,02131998959 [G] = 0,3981071706. 0,0152491812
1,3981071706[A] = 0,02131998959 [G] = 6,070808383.10-3
[A] = 0,0152491812 M

 Na2Hsitrat = [A] x Mr
= 0,0152491812 x 263,11
= 4,012212066 mg/ml
= 802,4424132 mg/200 ml
0,8014424232 g
= x 100 %
200
= 0,40%

 H3Sitrat = [G] x Mr
= 6,070808383.10-3 x 294,10
= 1,785424745 mg/ml
= 357,0849491 mg/200 ml
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 22
0,3570849491 g
= x 100 %
200
= 0,18%

5.2 PERHITUNGAN HLB BUTUH


Castor Oil 5% : 5% x 200 ml = 10 gram (HLB :14)  10/42 x 14 = 3,33
Cetyl Alcohol 8% : 8% x 200 ml = 16 gram (HLB :13)  16/42 x 13 = 4,95
Olive Oil 8% : 8% x 200 ml = 16 gram (HLB :14)  16/42 x 14 = 5,33
42 gram 13,61 (O/W)

Tween 80 15 8,91
13,61
Span 60 4,7 1,39
10,30

Tween 80 = 8,91/10,30 x 10 = 8,65/200 x 100% = 4,33%


Span 60 = 1,39/10,30 x 10 = 1,35/200 x 100% = 0,67%

5.3 Hasil Penelitian


+
No Spesifikasi Spec Hasil /-
.
1. Organoleptis
- Bentuk : - Liquid - Liquid + (lulus)
- Bau : shampo shampo + (lulus)
- Warna : - Rosae - Rosae + (lulus)
- Putih - Putih

 Uji pH sediaan

Alat yang digunakan : pH meter

Spesifikasi pH sediaan = 6,0

Metode kerja :

a. Kalibrasi pH meter
- Siapkan larutan buffer pH 4.0 dan 7.0 di dalam wadah
- Memasang elektrode kombinasi

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 23
- Tombol ditekan untuk menyalakan alat
- Elektrode dimasukkan dalam larutan buffer pH 4.0 kemudian atur
tombol
- Sebelah kanan sampai layar digital menunjukkan angka 4.0
- Elektrode dikeluarkan dari buffer pH 4.0, dicuci dengan aquadem dan
keringkan
- Elektrode dimasukkan dalam larutan buffer pH 7.0kemudian atur
tombol
- Sebelah kiri sampai layar digital menunjukkan angka 7.0
- Elektrode dikeluarkan dari buffer pH 7.0, dicuci dengan aquadem,
keringkan, pH-meter siap dipakai
b. Pengukuran pH sediaan
 Larutan dimasukkan dalam beaker glass secukupnya
 Elektrode dimasukkan dalam larutan
 Mencatat angka yang muncul pada pH-meter, jika pH kurang dari 6,0
tambahkan dengan trisodium sitrat, jika lebih dari 6,0 tambahkan
dinatrium sitrat
 Diulang sebanyak 3 kali, sebelumnya elektrode dibilas terlebih dahulu

 Uji berat jenis sediaan

Alat yang digunakan : piknometer

Bahan : aquadem dan sediaan uji

Metode kerja :

 Timbang piknometer kosong pada timbangan analitik


 Isi piknometer dengan sediaan sampai penuh kemudian timbang juga
dengan timbangan analitik
 Bobot jenis sediaan dihitung dengan rumus :

ρ = (m1 – m2) / Vpikno Keterangan :

m1 = massa piknometer dan sediaan

m2 = massa piknometer kosong

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 24
ρ = berat jenis sediaan

Vpikno = volume piknometer

 Uji viskositas sediaan

Alat yang digunakan : Viskometer-Viscotetser VT 04

Metode kerja :

1. Pasang alat ( pilih rotor nomer 3 ) dan hubungkan dengan listrik

2. Posisikan viscometer tegak di atas meja

3. Seimbangkan waterpass tepat ditengah.

4. Tuang sediaan ke dalam cup sampai batas tanda tercelup.

5. Nyalakan viskometer.

6. Amati pergerakan jarum pada skala dPa.s yang paling atas. ( skala terkecil
=0,3 dPa.s )

7. Catat viskositas sediaan, konversikan dalam satuan cps dengan cara


dikalikan

100.

1 mPa.s = 1 cps

1 dPa.s = 1 poise = 100 cps

 Uji distibusi partikel (Mikromeritik)

Metode :

1. Dikalibrasikan mikrometer okuler terhadap objektif

2. Teteskan sediaan pada objek gelas secukupnya

3. Amati ukuran partikel sebanyak 50 kali, catat

4. Catat ukuran terbesar dan terkecil untuk membuat interval kelas.

5. Hitung diameter tengahnya yang berupa dln, dsn, dvn, dsl, dan dwm

6. Tentukan distibusi partikel sediaan

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 25
 Uji Alir Sediaan

Alat : viskometer stormer

Metode :

1. Tentukan harga kv gliserin

2. Dimasukkan larutan uji dalam cup lalu diberi beban yang dinaikkan lalu
diturunkan secara bertahap

3. Dihitung waktu tiap beban untuk jarum berputar sebanyak satu putaran

4. Menentukan viskositas sediaan lalu buat kurva sifat alir

 Uji jenis emulsi O/W


Alat: mikroskop
Metode:
1. Sediaan + sudan III campur ad homogen amati dibawah mikroskop emulsi
tipe O/W bila butir minyak tampak berwarna merah
2. Sediaan + methylen blue, campur ad homogen amati dibawah mikroskop,
emulsi tipe O/W bila terlihat pada latar belakang
3. Sediaan + air didalam kaca arloji akan terlihat sediaan dapat campur
dengan air

 Uji Homogenitas
Alat : Kaca Arloji
Cara Kerja : oleskan pada kaca arloji, lihat homogen atau tidak

 Uji Spreadibilitas
Alat : dua buah kaca, beberapa beban
Cara kerja :
1. Timbang sediaan 2 gram letakan diatas kaca yang telah dialasi kertas
2. Tutup dengan kaca, beri beban secara berturut-turut sampai luas/
diameternya konstan

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 26
BAB VI
HASIL EVALUASI SEDIAAN

6.1 Hasil Evaluasi

+
No Spesifikasi Spec Hasil /-
.
1. Organoleptis
- Bentuk : - Liquid - Liquid shampo + (lulus)
- Bau : shampo - Rosae + (lulus)
- Warna : - Rosae - Putih + (lulus)
- Putih
2. Kadar 100 % ± 5% - Tidak dilakukan
3. pH 6.00 6,22 (-) tidak lulus
4. Viskositas 1000-2000 cps 1800 cps + (lulus)

5. Bobot jenis 1,1 – 1,3 g/cm3 0,7242 g/ml (-) tidak lulus
6. Sifat alir Pseudoplastis Pseudoplastis + (lulus)
7. Ukuran partikel 0,5 – 10 µm 10 – 20 µm (-) tidak lulus
O O
8. Tipe emulsi /W /W + (lulus)
9. Dapat menyebar Dapat menyebar + (lulus)
10. Homogenitas Homogen Homogen + (lulus)
Keterangan : (+) : memenuhi spesifikasi
(-) : tidak memenuhi spesifikasi
a) Uji berat jenis
m Pikno + Sediaan = 36,54 g
m Pikno kosong = 28,99 g

7,55 g +
7,55 g
=0,7242 g /ml
10,426 ml

b) Uji Distribusi Partikel


Alat : Mikroskop Binokuler, objek glass, cover glass
Hasil kalibrasi skala okuler dengan menggunakan skala obyektif
Standar : 1 skala obyektif = 10 µm
10 skala okuler = 10 skala obyektif
20 skala okuler = 20 skala obyektif
30 skala okuler = 30 skala obyektif
1 skala okuler = 1 skala obyektif
= 10 µm

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 27
 Perhitungan Mikromeritik
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 30 25 35 15 22 10 15 25 30 20
2 35 15 16 20 16 16 20 20 20 25
3 15 30 25 16 10 10 15 22 22 30
4 30 20 15 25 20 16 16 22 20 25
5 15 25 25 10 25 20 16 10 22 15

Nilai min 10
Nilai max 35
Jumlah kelas 6
Panjang Kelas 4

nilai
Batas batas rentang
tengah jumlah
bawah atas kelas
(d rata")
10 14 10-14 12 5
15 19 15-19 17 15
20 24 20-24 22 14
25 29 25-29 27 9
30 34 30-34 32 5
35 39 35-39 37 2
Jumlah data total 50

rentan nilai jumla


nd nd2 nd3 nd4
g kelas tengah h
10-14 12 5 60 300 1500 7500

15-19 17 15 255 3825 57375 860625

20-24 22 14 308 4312 60368 845152

25-29 27 9 243 2187 19683 177147

30-34 32 5 160 800 4000 20000

35-39 37 2 74 148 296 592

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 28
Kurva Rentang kelas vs Frekuensi Kelas
16
14
12
Frekuensi Kelas

10
8
6
4
2
0
10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39
Rentang Kelas

c) Spreadibilitas

Beban Horizontal Vertikal

0g 4,5 cm 4,8 cm
10 g 5 cm 4,4 cm
20 g 5,5 cm 4,95 cm
50 g 5,1 cm 5 cm

beban (gram) vs diameter sebaran (cm)


5.05
5
diameter sebaran (cm)

f(x) = 0 x + 4.84
4.95 R² = 0.82
4.9
4.85
4.8
4.75
4.7
4.65 M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 29
0 10 20 30 40 50 60
Axis Title
Hasil regresi: A: 4,841
B: 0,003
R: 0,816

d) Viskositas (cone and vlake)

Rpm % torsi viskositas

0,05 23,2 11.340


1 28,0 6.803
2,5 38,0 3.733
5 50,5 2.485
10 73,0 1.800
5 45,4 2.244
2,5 30,0 2.908
1 17,4 4.349
0,5 16,5 6.140

e) Uji tipe emulsi


 Sediaan + Sudan III, campur ad homogen. Saat diamati dibawah mikroskop
terdapat butir-butir minyak tampak berwarna merah.
 Sediaan + methylent blue, campur ad homogen. Saat diamati dibawah
mikroskop →terdapat warna biru terlihat pada latar belakang
 Saat sediaan + air didalam kaca arloji, sediaan terlihat dapat campur dengan air
Sehingga sediaan krim keratolitik ini termasuk tipe emulsi O/W.

f) Uji Homogenitas
Sediaan krim keratolitik mengandung asam salisilat sudah homogen, hal ini
sudah sesuai dengan spesifikasi yang kami kehendaki.

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 30
6.2 Pembahasan
Berdasarkan evaluasi sediaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sediaan yang
dibuat ada yang memenuhi spesifikasi dan ada pula yang tidak memenuhi spesifikasi
yang telah ditetapkan.

1. Organoleptis
Evaluasi organoleptis yang dilakukan meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa. Secara
organoleptis dilihat dengan penglihatan mata, sediaan shampo yang dibuat yaitu
bentuk,bau, rasa, dan warna sediaan telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

2. Uji penetapan pH
Uji penetapan pH ini dilakukan untuk menguji apakah sediaan yang dibuat telah
memenuhi standar dalam rentang pH stabil yang diinginkan atau tidak. pH stabil
sediaan yang dikehendaki adalah 6,00. Setelah dilakukan pengecekan pH yang terbaca
adalah 6,22.

3. Uji Penetapan Berat Jenis


Spesifikasi Berat jenis yang diinginkan adalah rentang dari 1,1-1,3 g/ml sedangkan
berat jenis pada sediaan yang diukur adalah 0,7242 g/ml sehingga hasil evaluasi tidak
sesuai dengan spesifikasi yang kami inginkan.
43
4. Uji Penetapan Viskositas
Penentuan viskositas untuk sediaan yang diberikan bertujuan untuk mengetahui
apakah saat digunakan sediaan mudah dituang atau tidak. Adapun kekentalan suatu
cairan sangat mempengaruhi kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu
cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapatberdasarkan hukum ”
STOKES”Viskositas sediaan yang telah diinginkan adalah 1000-2000 cps dan
viskositas padasediaan yang diukur dengan alat viskometer-viscotester VT04F adalah
1800 cps sehingga hasil evaluasi sudah sesuai dengan spesifikasi.

5. Uji distribusi ukuran partikel


Uji distribusi partikel dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya partikel
obat, untuk mendapatkan keseragaman ukuran partikel, dengan adanya
keseragaman ukuran partikel dapat menjamin kelarutan partikel tersebut. Ukuran

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 31
Partikel yang diinginkan adalah 0,5-10 m. Setelah dilakukan pengukuran partikel
hasil yang didapat adalah sediaan suspensi metronidazole benzoat ukuran partikelnya
berkisar 10-20 m Bila dilihat dari grafik menunjukkan bahwa distribusiukuran
partikel sudah homogen dan terdistribusi secara merata. Namun rentang ukuran
partikel masih belum sesuai dengan spesifikasi sediaan.

6. Uji Sifat alir


Sifat alir yang diinginkan adalah non newtonian (pseudoplastis), dan pada sediaan
yang kami buat, dan setelah diuji dengan viskometer stormer menunjukkan bahwa
semakin besar beban yang digunakan rpm yang dihasilkan juga semakin besar,
semakin meningkat rpm nya maka viskositasnya semakin menurun, sehingga sediaan
shampo memiliki sifat alir Non Newtonian atau Pseudoplastis dan sesuai dengan
spesifikasi sediaan.

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 32
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembuatan sediaan shampoo zinc pyrithione diperoleh hasil evaluasi yaitu :
1. Organoleptis mempunyai warna putih, dan bau oleum rosae
2. Dengan uji pH didapat pH 6,22, tidak sesuai dengan spesifikasi yang kami kehendaki
yaitu 6,0.
3. Berat jenis yang diinginkan adalah rentang dari 1,1-1,3 g/ml sedangkan berat jenis
pada sediaan yang diukur adalah 0,7242 g/ml sehingga hasil evaluasi tidak sesuai
dengan spesifikasi yang kami inginkan.
4. Viskositas sediaan = 1800 cps yang sudah sesuai dengan spesifikasi
5. Homogenitas sediaan shampoo sudah homogen
6. Sediaan shampoo zinc pyrithione ini tipe O/W sudah sesuai spesifikasi
Berdasarkan evaluasi sediaan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa sediaan
shampoo zinc pyrithione yang dibuat dalam skala laboratorium termasuk sediaan belum
layak diproduksi untuk skala industri karena masih ada beberapa spesifikasi yang belum
memenuhi standar.

7.2 Saran
1. Sebelum praktikum dimulai, bahan bahan perlu dipersiapkan dengan baik sehingga
saat pembuatan menjadi efektif dan cepat
2. Untuk membuat shampo perlu dilakukan perhitungan yang tepat untuk bahan bahan
yang berfungsi untuk meningkatkan viskositas sediaan, sehingga viskositas yang
didapat sesuai yang diinginkan
3. Diperhatikan saat pembuatan dapar, agar dapar yang dibuat pH nya sesuai
4. Penggerusan bahan aktif lebih lama, agar ukuran partikel lebih kecil dan seragam
5. Pencampuran bahan-bahan obat dan bahan tambahan pada sediaan dry syrup
dilakukan dengan cara yang lebih baik lagi.

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 33
DAFTAR PUSTAKA

AHFS Drug Information. 2008. American Society of Health-System Pharmacists


BNF 76ndedition. 2019. Pharmaceutical Press
HPE 6th edition. 2009. Pharmaceutical Press
HPE 7th edition. 2009. Pharmaceutical Press
Martindale The Complete Drug Reference 36th edition. 2009. Pharmaceutical Press
Martindale The Complete Drug Reference 37th edition. 20 . Pharmaceutical Press
Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995
Farmakope Indonesia edisi III tahun 1979
USP 28 Volume 1
Katzung, Bertram.G.1992.Farmakologi Dasar dan Klinik ed 3. Jakarta : EGC
Liebermann, Herbert A.1998.Pharmaceutical Dosage Form, vol 2.New York: MarcelDekker

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 34
LAMPIRAN

Lampiran Tipe Emulsi O/W

Sediaan + Methylen blue


Latar belakang berwarna biru

Lampiran Etiket

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 35
Lampiran Kemasan Sekunder

M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 36

Anda mungkin juga menyukai