KELOMPOK A-7 :
FAKULTAS FARMASI
LABORATORIUM SEMISOLIDA
UNIVERSITAS SURABAYA
TAHUN 2019-2020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3
2.1.1 Emulsi......................................................................................................................5
2.1.2 Shampo.....................................................................................................................6
2.1.3 Ketombe ...................................................................................................................7
2.2 Bahan aktif.....................................................................................................................8
2.3 Bentuk Sediaan..............................................................................................................10
2.4 Persyaratan Mutu Sediaan.............................................................................................10
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 1
BAB VI HASIL EVALUASI SEDIAAN...........................................................................26
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................33
LAMPIRAN..................................................................................................................34
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 2
BAB I
PENDAHULUAN
Kesadaran untuk merawat kulit kepala memang tidak setinggi kesadaran untuk merawat
kulit wajah. Sementara itu, masalah pada rambut berawal dari akarnya yakni kulit kepala.
Masalah kulit kepala yang paling umum ialah kulit kepala bersisik-sisik halus atau ketombe,
dan populasi jamur yang semakin subur jika kondisi kulit kepala terlalu berminyak.
Shampo adalah sejenis cairan, seperti sabun, yang berfungsi untuk meningkatkan
tegangan permukaan kulit kepala sehingga dapat membersihkan kotoran di kulit kepala.
Kegiatan membersihkan kulit kepala dan rambut ini disebut keramas. Dalam pengertian
ilmiahnya shampo didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk
yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut
dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai.
Secaraspesifiksuatu shampoo harus:
Mudah larut dalam air, walapun air sadah tanpa mengalami pengendapan
Memiliki daya bersih yang baik tanpa terlalu banyak menghilangkan minyak dari
kulit kepala
Menjadikan rambut halus, lembut serta mudah disisir
Cepat bebusa dan mudah dibilas serta tidak menimbulkan iritasi jika kontak dengan
mata
Memiliki pH yang baik netral maupun sedikit basa
Tidak iritasi pada tangan dan kulit kepala
Memilikiperforma yang baik
Anti dandruff shampoo merupakan shampoo yang ditujukan untuk mengontrol sel kulit
mati dikulit kepala, formulasinya hamper sama seperti shampoo lain tetapi ditambahkan
bahan aktif seperti zinc pirythion.
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 3
kosmetik perawatan tubuh lain. Setiap bahan harus memilki fungsi dan peran yang spesifik
(Mottram, 2000).
1.4 Manfaat
a. Pelaksanaan praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi praktikan dalam
pembuatan formulasi sediaan farmasi dengan baik, benar dan tepat dimana sesuai
dengan persyaratan mutu yang dimulai dari pemilihan bahan aktif dan bahan
tambahan yang tepat, pemilihan bentuk sediaan farmasi, langkah-langkah dalam
pembuatan sediaan yang diinginkan hingga tahap evaluasi sediaan farmasi.
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Emulsi
Emulsi adalah sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang
terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak tercampur, dimana salah satunya
terdispersi dalamcairan lainnya dalam bentuk tetesan-tetesan kecil yang berukuran
0,1-100 µm yang distabilkan oleh emulgator atau surfaktan yang cocok (Tungadi, R.
2014). Menurut Ansel (2008), emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi
terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawa yang
tidak bercampur. Dalam batasan emulsi, fase terdispersi dianggap sebagai fase dalam
dan medium disperse sebagai fase luar atau fase kontinu.
Komposisi dasar emulsi terdiri dari (Syamsuni, 2006):
a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase tersispersi/ fase dalam, yaitu zat
cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil didalam zat cair dalam zat cairan lain.
b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar yaitu zat cair dalam emulsi
yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.
c. Emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Tipe-tipe emulsi terdiri dari (Lachman, 2008):
a. Minyak dalam air (M/A) jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam suatu
fase air kontinu.
b. Air dalam minyak (A/M) jika minyak merupakan fase kontinu
c. Emulsi ganda (M/A/M atau A/M/A).
Emulsi dapat dibuat dengan beberapa cara, tergantung pada sifat komponen
emulsi dan perlengkapan yang tersedia untuk digunakan. Metode pembuatan emulsi
terbagai menjadi tiga, yaitu (Ansel, 2008):
a. Metode gom kering
Metode ini menggunakan perbandingan 4:2:1 karena untuk tiap 4 bagian
minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom. Dimana gom dicampur dengan minyak
terlebih dahulu. Kemudian ditambahkan air untuk membentuk korpus emulsi dan
ditambahkan dengan sisa air.
b. Metode gom basah
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 5
Metode ini menggunakan perbandingan yang sama dengan gom kering,
tetapi urutan campurannya berbeda.Dalam metode ini dibuat musilago terlebih
dahulu dengan menggunakan setengah fase air, lalu ditambahkan fase minyak
secara perlahan-lahan kemudian ditambahkan sisa fase air.
c. Metode botol
Dalam metode ini serbuk gom arab ditambah dalam sebuah botol kering,
kemudian ditambahkan dua bagian air dan campuran tersebut dikocok dengan
kuat dalam wadah yang tertutup.
d. Metode tambahan
Suatu emulsi yang dibuat baik dengan metode gom kering maupun dengan
metode gom basah.
e. Metode beker
Metode ini digunakan jika emulsi yang dibuat terdiri dari dua jenis
emulgator (ada yang larut minyak dan ada yang larut air). Caranya dipanaskan
fase air dan fase minyak pada masing-masing beker diatas water bath hingga suhu
700C. Ketika mencapai suhu yang sama maka fase internal dimasukkan kedalam
fase eksternal dan diaduk hingga homogen.
2.1.2 Shampo
Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala dari segala
macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan
sebagainya (Latifah, 2007). Fungsi shampo pada umumnya digunakan dengan
mencampurkan dengan air dengan tujuan sebagai berikut :
1. Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut
dan membersihkan kotoran yang melekat.
2. Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala sehingga dapat
meluruhkan kotoran.
Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk membersihkan rambut,
sehingga rambut dan kulit kepala menjadi bersih dan sedapat mungkin lembut,
mudah diatur dan berkilau (Faizatun, 2007: 1).
Formulasi untuk shampo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi sebagai
surfaktan, foaming agent dan stabilizer, opaficier, hydrotopes, viskositas modifikasi
dan pengawet. Bahan-bahan dalam shampo harus aman dan mudah terdegradasi
sebagaimana kosmetik perwatan tubuh lain. Setiap bahan harus memiliki fungsi dan
peran yang spesifik (Motram, 2000)
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 6
2.1.3 Ketombe
Ketombe atau disebut dalam bahasa medisnya ptiriasis banyak diserita oleh
penduduk indonesia yang beriklim tropis, suhu tinggi dan udara lembab. Penyakit ini
sering dialami oleh orang dengan kulit berminyak. Dari bayi baru lahir sampai orang
dewasa bisa menderita ketombe. Ketombe adalah suatu pertumbuhan berlebihan dari
kulit kepala tanpa adanya peradangan. Gejala umum lainnya yang timbul dapat
bervariasi antar individu. Ketombe seringkali menjadi masalah karena dapat
mengganggu penampilan seseorang akibat kotornya rambut. Penderita ketombe akan
menghindari penggunaan baju berwarna gelap karena akan terlihat jelas rontokan
ketombe yang berwarna putih.
Ketombe dapat diperparah dengan tumbuhnya mikroorganisme di rambut
secara berlebihan. Pityrosporum ovale, sebenarnya adalah flora normmal di rambut,
akan tetapi berbagai keadaan seperti suhu, kelembapan, kadar minyak yang tinggi,
dapat memicu pertumbuhannya.
Prinsip pengobatan ketombe pada umumnya ditujukan untuk : menurunkan
minyak di permukaan kulit kepala, menurunkan jumlah mikroba penyebab ketombe,
mengurangi gatal-gatal dan kerontokan rambut. Untuk mengatasi ketombe biasanya
yang digunakan adalah shampo pyrithione zinc atauu selenium sulfida, tetapi
dipasaran pyrithione zinc lebih banyak dijual bebas di pasaran. Shampo adalah sejenis
cairan, seperti sabun yang berfungsi untuk meningkatkan tegangan permukaan kulit
sehingga dapat meluruhkan kotoran. Dan Pyrithione zinc sendiri memiliki sifat
bakteriostatik dan fungistatik. Pyrithione zinc digunakan mirip dengan Selenium
Sulfida dalam konsentrasi 1-2% dalam kontrol dermatitis seborrhoeic dan dandruff
(ketombe), digunakan sebagai ingredient dari beberapa treatment/ pengobatan
pityriasis versicolor.
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 7
2.2 Bahan Aktif
Efek Kontra Spesifikasi
Bahan Aktif Indikasi Efek Samping
Utama Indikasi Lain
Efek pada
sistem saraf :
neuritis perifer
Memiliki sifat dengan
bakteriostatik dan parestesia dan
Studi pada
fungistatik. kelemahan otot
hewan telah
Pyrithione zinc pada pasien
Mengontrol menemukan
digunakan mirip dikaitkan
ketombe Tidak boleh tanda-tanda
dengan Selenium dengan
dan digunakan neurotoksisitas
Sulfida dalam penggunaan
dermatitis pada luka setelah aplikasi
konsentrasi 1-2% shampoyang
seborrhoeic, dan kulit topikal
dalam kontrol berkepanjangan
PYRITHIONE juga yang rusak ditemukan
dermatitis mengandung
ZINC digunakan atau 13% untuk
seborrhoeic dan pyrithione zinc
untuk terapi inflamasi pyrithione
dandruff (ketombe), 2%. Kelemahan
pityriasis (MD 36 Ed sodium itu
digunakan sebagai otot menghilang
versicolor p. 1611) kurang dari 1%
ingredient dari 3 bulan setelah
(MD 36 p. untuk
beberapa treatment/ menghentikan
1611) pyrithione
pengobatan pityriasis shampo dan 2
zinc. (MD 36
versicolor (MD 36 p tahun kemudian
p. 1611)
1611) parestesia
membaik sekitar
75% (MD 36 p
1611)
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 8
mata harus
dihindari.
Oiliness or
dryness
(keringnya) kulit
rambut dibilas dan . Untuk
kepala/rambut,
aplikasi meminimal
perubahan
diulang,persiapan kan rasa logam di
warna rambut,
harus tetap penyerapan, mulutnya, dan
dan kerontokan
berhubungan dengan sebaiknya bau seperti
rambut telah
kulit kepala selama tidak bawang putih
dilaporkan,
2-3 menit setiap kali. dioleskan pada napasnya
dapat mengubah
Rambut harus dibilas ke selaput setelah
warna logam.
dengan baik,tangan lendir/kulit menggunakan
Penggunaan
dan kuku juga. yang shampo 2/3
lama pada kulit
Aplikasi biasanya meradang/ kali seminggu
rusak
dibuat 2 kali rusak selama 8 bula,
mengakibatkan
seminggu selama 2 karena setelah shampo
toksisitas
minggu, kemudian toksisitas dihentikan
sistemik, mual,
sekali seminggu yang semua gejala
muntah, diare,
selama 2 minggu dan diharapkan mereda 10 hari
tetapi
kemudian hanya rendah dari setelah
penyerapan
digunakan jika penggunaan dihentikan.
sistemik dan
diperlukan. Shampo shampo. (MD 36 p
toksisitas
dan lotion 1% juga (MD 36 Ed 1613)
terutama efek
digunakan . (MD 36 p. 1613)
neurologis dapat
p 1613)
berkembang jika
sejumlah besar
disimpat di gut.
(MD 36 p 1613)
.
Tidak boleh
digunakan
pada luka
psoriasis
akut atau ke
Iritasi kulit dan jerawat atau
Psoriasis
jerawat seperti dalam
dan chronic
Psoriasis dan chronic erupsi sensitif keadaan
atopic
COAL TAR atopic escenia (BNF terhadap cahaya infeksi, -
escenia
62 P.733) dan kerak pada hindari
(BNF 62
kulit, rambut. kontak
P.733)
(BNF 62 P.733) dengan
mata, serta
kulit yang
rusak atau
inflamasi.
(BNF 62
P.733)
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 9
Bahan Aktif yang terpilih adalah Pyrithione Zinc
Alasan :
Alasan :
1. Mudah digunakan
2. Cepat berbusa dan dapat dibilas
3. Dapat dicuci dengan baik
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 10
Setiap perubahan karakteristik fisika-kimia akan mampu menyebabkan perubahan
efek farmakologis dan atau psikologis.
b. Efektif
Dengan dosis yang diberikan (dalam jumlah kecil sekalipun) dapat memberikan hasil
terapi sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dapat mencapai efek farmakologi yang
optimum dengan efek samping sekecil mungkin. Jumlah atau dosis pemakaian sekali
pakai selama pengobatan harus diartikan sebagai jumlah partikel aktif yang mampu
mencapai tempat kerja (site of action) dan mampu melakukan “aksi” sebesar dan
selama waktu yang diperhitungkan dan juga dikehendaki.
Dosis : Pemakaian 3x seminggu =15 ml
c. Acceptability
Prediksi pemenuhan persepsi psikologis konsumen/pemakai. Sediaan mempunyai
penampilan, bentuk, estetika yang baik dan menarik sehingga menimbulkan rasa
senang dan nyaman pada pemakainya (USP XXI p. 1346-1347). Bentuk sediaan juga
harus meyakinkan sisi psikologis pengguna.
Bentuk : Shampoo 100 ml
Warna : Dapat diterima
Bau : Dapat diterima
Rasa : Dapat diterima
d. Stabilitas Fisika
Kondisi fisik tidak boleh berubah selama pembuatan, pendistribusian, pemakaian,
penyimpanan, yang meliputi penampilan, keseragaman, viskositas dan organoleptis.
Organoleptis:
o Bentuk : serbuk
o Warna : putih
o Bau : hampir tidak berbau
Kelarutan:
o Praktis tidak larut dalam air, hampir tidak larut dalam alkohol, larut
dalam 1:20 dimetyl suphoxide
BM : 317,7
e. Stabilitas Kimia
Sediaan dikatakan stabil secara kimia apabila integritas/keutuhan kimiawi dan potensi
kimia tetap, serta tidak mengalami perubahan pH. (USP XXII p. 1703).
pH sediaan : 6,22
f. Stabilitas Mikrobiologik
Sediaan tidak ditumbuhi mikroba sesuai dengan persyaratan tertentu dan jika sediaan
tersebut mengandung antimikroba maka harus tetap efektif selama waktu yang
ditentukan (dari awal pembuatan sampai ke tangan pasien). (USP XXII p.1703).
Untuk menghambat mikroba maka sediaan perlu ditambah dengan pengawet
(nipagin dan nipasol). Pada sediaan tidak boleh terdapat Salmonella sp.,
Pseudomonas sp., Staphyllococcus, Escherichia coli, Streptococcus sp., Candida
sp., dan Aspergillus sp.
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 11
g. Stabilitas Toksikologik
Sediaan tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat meracuni jaringan lokal
dan tidak menunjukkan peningkatan toksisitas selama batas waktu tertentu, baik
dalam proses pembuatan, penyimpanan, distribusi, hingga pada proses pemakaian.
(USP XXII p. 1703).
h. Stabilitas Farmakologik
Efek terapi harus tetap dan tidak mengalami perubahan, baik dalam proses
pembuatan, penyimpanan, distribusi, hingga sampai kepada konsumen.
(USP XXII p. 1703)
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 12
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
PYRITHIONE ZINC
d.
PENYEBAB Keuntungan :
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 13
B Meningkatnya 1. Martindale 36th Edition p. 936
DOSIS
minyak/ Dosis : 2%
A sekresi sebum
H
Mikroba
A (phityrospium
N ovale)
SELENIUM SULFIDE
Keuntungan
KELARUTAN:
Menekan pertumbuhan dan pelepasan kulit
A - Praktis
Bersifat tidak larut dalam
bakteriostastik air (1:.10.000)
dan fungistastik untuk
- Sedikit larut dalam alkohol (1:30-100)
pengobatan ketombe dan sebrrhoeic dermatitis pada
K kulit kepala
P BENTUK
GEJALA Kerugian:
T Dapat merubah
- Serbuk warna rambut
putih
Y Kepala gatal Iritasi conjuctiva kulit kepala dan kulit khususnya
I RASA
area genital dan lipatan kulit
R Karakteristik
Menyebabkan rambut rontok, kulit kepala
F Rambut - -
Fisika - kimia berminyak/kering
I Z rontok BAU
Penggunaa pada kulit kepala dapat menyebabkan
efek sistemik.
T I Kerak - Tidak berbau
T berwarna COAL TAR
H N putih pH
E Keuntungan :
- pH kulit 4,5-6,5
I C
Agen antiketombe yang bekerja dengan mengurangi
R STABILITAS
penebalan epidermis (antipuritik)
O
P - stabil di air
Kerugian:
N - mudah teroksidasi diberi BHA
I Bau tidak enak
E Menyebabkan sensitifikasi kulit dan fotosensitif
L Kurang efektif sebagai antiketombe
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 14
BAB IV
METODE KERJA
Alat :
Bahan :
- Zinc Pyrithione
- Castor Oil
- Olive oil
- Cetyl Alcohol
- Glycerol
- Propilen glikol
- Na Lauryl Sulfat
- BHA
- Tween 80
- Span 60
- Triethanolamin
- Na3Sitrat
- Na2HSitrat
- Nipagin
- Nipasol
- Parfum rosae
- Aqua purificata
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 15
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 16
4.2 TAKARAN / DOSIS BAHAN AKTIF
a. Dosis pemakaian Zinc Pyrithione :
Dosis : 2%
(Martindale 36th Edition p. 936)
Alasan Formula
1. Kadar bahan aktif ditambah 5% untuk menggantikan yang hilang selama proses
pembuatan.
2. Basis shampo yang digunakan merupakan basis untuk likuid shampo.
3. Dibuat pH 6,00 karena pada pH 6,00 merupakan pH optimum, dimana peruraian
sediaan paling kecil sehingga waktu hidup lebih lama.
4. Komponen dapar yang dipilih sitrat-sitrat karena sitrat dapat menjadi complexing
agent, katalis asam basa umum, termasuk di daerah pH asam sampai netral
(seperti pH kulit), kapasitas dapar yang dibuat Na2Hsitrat 0,40% dan Na3Sitrat
0,18% agar acceptable di kulit.
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 17
5. Diberi pengawet untuk mempertahankan stabilitas mikroskopik karena dosis
ganda, pelarut aqueous, terdapat gula, dan bukan sediaan steril.
6. Pengawet yang dipakai Nipagin dan Nipasol karena merupakan kombinasi
pengawet dengan konsentrasi kecil memiliki efek antimikroba yang besar, innet,
stabil pada rentang pH yang luas.
7. Parfum rosae untuk menutupi bau.
8. Ditambah tween 80 sebagai surfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan
partikel zat padat.
9. Ditambah etanol 70% sebagai pembasah dalam proses granulasi karena mudah
menguap sehingga granul cepat kering
10. Ditambah Na Lauryl Sulfat sebagai foaming agent.
Memakai aqua purificata sebagai pelarut
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 18
Kelarutan : larut dalam etanol, minyak panas
Na Lauryl Sulfat (Martindale 28th Edition p 142)
Fungsi : surfaktan, foaming agent, foam stability, merupakan detergen
Trietanolamin (HPE 6th Edition p 754-755)
Organoleptis : berwarna kuning pucat, kental, memiliki bau amonia sedikit
Kelarutan : dapat campur dengan aseton 1 :24, benzena 1 :63
Dapar Sitrat-sitrat
Fungsi :mempertahankan pH sediaan pada pH yang diinginkan
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 19
Ukuran Partikel : 0,5-10 µm
Homogenitas : Homogen
Spreadibilitas : Dapat menyebar
Viskositas : 250-500 cps
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 20
12. Timbang polisorbat 80 3,16 gram
13. Timbang Na2HSitrat + air aduk ad larut
14. Timbang Na3Hsitrat + air aduk ad larut. 13 + 14 campur ad homogen
15. 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 14 campur ad homogen
16. 7 + 15 campur ad homogen
17. Timbang zinc pyrithione 4 gram
18. 16 + 17 campur ad homogen
19. 18 + oleum rosae campurkan ad homogen
20. Masukkan 100 ml ke botol / kemasan primer + label
21. Sisa digunakan untuk uji evaluasi
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 21
BAB V
HASIL PERHITUNGAN DAN RANCANG EVALUASI
[G]
pH = pKa2 + Log β =2,303 x C x Ka x ¿¿
[A]
[G] 2,303 x C x (3,981071706 .10−7 ) x [1.10−6 ]
6,00= 6,40 + Log 0,01 = 2
[A] {( 3,981071706.10−7 ) +[1.10−6 ]}
[G]
-0,40= Log C= 0,02131998959 M
[A]
[G]
= 0,3981071706
[A]
[G] = 0,3981071706[A]
Na2Hsitrat = [A] x Mr
= 0,0152491812 x 263,11
= 4,012212066 mg/ml
= 802,4424132 mg/200 ml
0,8014424232 g
= x 100 %
200
= 0,40%
H3Sitrat = [G] x Mr
= 6,070808383.10-3 x 294,10
= 1,785424745 mg/ml
= 357,0849491 mg/200 ml
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 22
0,3570849491 g
= x 100 %
200
= 0,18%
Tween 80 15 8,91
13,61
Span 60 4,7 1,39
10,30
Uji pH sediaan
Metode kerja :
a. Kalibrasi pH meter
- Siapkan larutan buffer pH 4.0 dan 7.0 di dalam wadah
- Memasang elektrode kombinasi
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 23
- Tombol ditekan untuk menyalakan alat
- Elektrode dimasukkan dalam larutan buffer pH 4.0 kemudian atur
tombol
- Sebelah kanan sampai layar digital menunjukkan angka 4.0
- Elektrode dikeluarkan dari buffer pH 4.0, dicuci dengan aquadem dan
keringkan
- Elektrode dimasukkan dalam larutan buffer pH 7.0kemudian atur
tombol
- Sebelah kiri sampai layar digital menunjukkan angka 7.0
- Elektrode dikeluarkan dari buffer pH 7.0, dicuci dengan aquadem,
keringkan, pH-meter siap dipakai
b. Pengukuran pH sediaan
Larutan dimasukkan dalam beaker glass secukupnya
Elektrode dimasukkan dalam larutan
Mencatat angka yang muncul pada pH-meter, jika pH kurang dari 6,0
tambahkan dengan trisodium sitrat, jika lebih dari 6,0 tambahkan
dinatrium sitrat
Diulang sebanyak 3 kali, sebelumnya elektrode dibilas terlebih dahulu
Metode kerja :
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 24
ρ = berat jenis sediaan
Metode kerja :
5. Nyalakan viskometer.
6. Amati pergerakan jarum pada skala dPa.s yang paling atas. ( skala terkecil
=0,3 dPa.s )
100.
1 mPa.s = 1 cps
Metode :
5. Hitung diameter tengahnya yang berupa dln, dsn, dvn, dsl, dan dwm
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 25
Uji Alir Sediaan
Metode :
2. Dimasukkan larutan uji dalam cup lalu diberi beban yang dinaikkan lalu
diturunkan secara bertahap
3. Dihitung waktu tiap beban untuk jarum berputar sebanyak satu putaran
Uji Homogenitas
Alat : Kaca Arloji
Cara Kerja : oleskan pada kaca arloji, lihat homogen atau tidak
Uji Spreadibilitas
Alat : dua buah kaca, beberapa beban
Cara kerja :
1. Timbang sediaan 2 gram letakan diatas kaca yang telah dialasi kertas
2. Tutup dengan kaca, beri beban secara berturut-turut sampai luas/
diameternya konstan
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 26
BAB VI
HASIL EVALUASI SEDIAAN
+
No Spesifikasi Spec Hasil /-
.
1. Organoleptis
- Bentuk : - Liquid - Liquid shampo + (lulus)
- Bau : shampo - Rosae + (lulus)
- Warna : - Rosae - Putih + (lulus)
- Putih
2. Kadar 100 % ± 5% - Tidak dilakukan
3. pH 6.00 6,22 (-) tidak lulus
4. Viskositas 1000-2000 cps 1800 cps + (lulus)
5. Bobot jenis 1,1 – 1,3 g/cm3 0,7242 g/ml (-) tidak lulus
6. Sifat alir Pseudoplastis Pseudoplastis + (lulus)
7. Ukuran partikel 0,5 – 10 µm 10 – 20 µm (-) tidak lulus
O O
8. Tipe emulsi /W /W + (lulus)
9. Dapat menyebar Dapat menyebar + (lulus)
10. Homogenitas Homogen Homogen + (lulus)
Keterangan : (+) : memenuhi spesifikasi
(-) : tidak memenuhi spesifikasi
a) Uji berat jenis
m Pikno + Sediaan = 36,54 g
m Pikno kosong = 28,99 g
7,55 g +
7,55 g
=0,7242 g /ml
10,426 ml
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 27
Perhitungan Mikromeritik
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 30 25 35 15 22 10 15 25 30 20
2 35 15 16 20 16 16 20 20 20 25
3 15 30 25 16 10 10 15 22 22 30
4 30 20 15 25 20 16 16 22 20 25
5 15 25 25 10 25 20 16 10 22 15
Nilai min 10
Nilai max 35
Jumlah kelas 6
Panjang Kelas 4
nilai
Batas batas rentang
tengah jumlah
bawah atas kelas
(d rata")
10 14 10-14 12 5
15 19 15-19 17 15
20 24 20-24 22 14
25 29 25-29 27 9
30 34 30-34 32 5
35 39 35-39 37 2
Jumlah data total 50
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 28
Kurva Rentang kelas vs Frekuensi Kelas
16
14
12
Frekuensi Kelas
10
8
6
4
2
0
10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39
Rentang Kelas
c) Spreadibilitas
0g 4,5 cm 4,8 cm
10 g 5 cm 4,4 cm
20 g 5,5 cm 4,95 cm
50 g 5,1 cm 5 cm
f(x) = 0 x + 4.84
4.95 R² = 0.82
4.9
4.85
4.8
4.75
4.7
4.65 M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 29
0 10 20 30 40 50 60
Axis Title
Hasil regresi: A: 4,841
B: 0,003
R: 0,816
f) Uji Homogenitas
Sediaan krim keratolitik mengandung asam salisilat sudah homogen, hal ini
sudah sesuai dengan spesifikasi yang kami kehendaki.
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 30
6.2 Pembahasan
Berdasarkan evaluasi sediaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sediaan yang
dibuat ada yang memenuhi spesifikasi dan ada pula yang tidak memenuhi spesifikasi
yang telah ditetapkan.
1. Organoleptis
Evaluasi organoleptis yang dilakukan meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa. Secara
organoleptis dilihat dengan penglihatan mata, sediaan shampo yang dibuat yaitu
bentuk,bau, rasa, dan warna sediaan telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
2. Uji penetapan pH
Uji penetapan pH ini dilakukan untuk menguji apakah sediaan yang dibuat telah
memenuhi standar dalam rentang pH stabil yang diinginkan atau tidak. pH stabil
sediaan yang dikehendaki adalah 6,00. Setelah dilakukan pengecekan pH yang terbaca
adalah 6,22.
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 31
Partikel yang diinginkan adalah 0,5-10 m. Setelah dilakukan pengukuran partikel
hasil yang didapat adalah sediaan suspensi metronidazole benzoat ukuran partikelnya
berkisar 10-20 m Bila dilihat dari grafik menunjukkan bahwa distribusiukuran
partikel sudah homogen dan terdistribusi secara merata. Namun rentang ukuran
partikel masih belum sesuai dengan spesifikasi sediaan.
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 32
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembuatan sediaan shampoo zinc pyrithione diperoleh hasil evaluasi yaitu :
1. Organoleptis mempunyai warna putih, dan bau oleum rosae
2. Dengan uji pH didapat pH 6,22, tidak sesuai dengan spesifikasi yang kami kehendaki
yaitu 6,0.
3. Berat jenis yang diinginkan adalah rentang dari 1,1-1,3 g/ml sedangkan berat jenis
pada sediaan yang diukur adalah 0,7242 g/ml sehingga hasil evaluasi tidak sesuai
dengan spesifikasi yang kami inginkan.
4. Viskositas sediaan = 1800 cps yang sudah sesuai dengan spesifikasi
5. Homogenitas sediaan shampoo sudah homogen
6. Sediaan shampoo zinc pyrithione ini tipe O/W sudah sesuai spesifikasi
Berdasarkan evaluasi sediaan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa sediaan
shampoo zinc pyrithione yang dibuat dalam skala laboratorium termasuk sediaan belum
layak diproduksi untuk skala industri karena masih ada beberapa spesifikasi yang belum
memenuhi standar.
7.2 Saran
1. Sebelum praktikum dimulai, bahan bahan perlu dipersiapkan dengan baik sehingga
saat pembuatan menjadi efektif dan cepat
2. Untuk membuat shampo perlu dilakukan perhitungan yang tepat untuk bahan bahan
yang berfungsi untuk meningkatkan viskositas sediaan, sehingga viskositas yang
didapat sesuai yang diinginkan
3. Diperhatikan saat pembuatan dapar, agar dapar yang dibuat pH nya sesuai
4. Penggerusan bahan aktif lebih lama, agar ukuran partikel lebih kecil dan seragam
5. Pencampuran bahan-bahan obat dan bahan tambahan pada sediaan dry syrup
dilakukan dengan cara yang lebih baik lagi.
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 33
DAFTAR PUSTAKA
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 34
LAMPIRAN
Lampiran Etiket
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 35
Lampiran Kemasan Sekunder
M a t e r i V – S h a m p o A n ti k e t o m b e | 36