Anda di halaman 1dari 14

Farmaka

Volume 20 Nomor 1 125

REVIEW: PENGGUNAAN TEKNOLOGI NANOSUSPENSI PADA FORMULASI


OBAT HERBAL

Aida Roja Fadlilah, Dolih Gozali

Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran


aida18002@mail.unpad.ac.id
diserahkan 15/06/2021, diterima 16/03/2022

ABSTRAK

Efektivitas spesies tanaman obat tergantung pada kandungan senyawa aktifnya. Beberapa konstituen
ekstrak yang aktif secara biologis sulit diserap tubuh, karena tidak dapat melintasi membran lipid sel atau
memiliki ukuran molekul yang terlalu tinggi, mengakibatkan hilangnya bioavailabilitas dan efektifitas
obat-obatan herbal. Berbagai teknologi dan pengembangan dilakukan untuk mengatasi masalah ini,
salah satunya adalah teknologi nano. Salah satu teknologi nano untuk sistem penghantaran obat adalah
nanosuspensi. Nanosuspensi merupakan sistem dispersi koloidal, yang seluruhnya mengandung bahan
obat berukuran 10 sampai 1000 nm. Review artikel ini membahas penggunaan teknologi nanosuspensi
dan pengaruhnya pada bioavailabilitas obat herbal. Metode yang digunakan adalah studi literatur dari
18 jurnal acuan. Diperoleh hasil bahwa teknologi nanosuspensi dalam formulasi obat herbal dapat
digunakan untuk meningkatkan bioavailabilitas, efektivitas, dan stabilitas. Terdapat beberapa produk
komersil obat sintesis yang menggunakan teknologi nanosuspensi dalam formulasinya, namun aplikasi
dalam formulasi obat herbal masih diteliti dalam skala laboratorium.
Kata Kunci: Obat Herbal, Nanosuspensi, Bioavailabilitas

ABSTRACT

The effectiveness of medicinal plant species depends on the content of the active compounds. Some
of the biologically active constituents of the extract are difficult for the body to absorb, because they
cannot cross cell lipid membranes or have too high a molecular size, resulting in loss of bioavailability
and effectiveness of herbal medicines. Various technologies and developments have been carried
out to overcome this problem, one of which is nanotechnology. One of the nanotechnology for drug
delivery system is nanosuspension. Nanosuspension is a colloidal dispersion system, which entirely
contains the drug substance in the size of 10 to 1000 nm. This review article discusses the use of
nanosuspension technology and its effect on the bioavailability of herbal medicines. The method used
is a literature study from 18 journal references. It was found that nanosuspension technology in herbal
drug formulations can be used to increase bioavailability, efectivity, and stability. There are several
commercial synthetic drug products that use nanosuspension technology in their formulations, but the
application in herbal drug formulations is still being researched on a laboratory scale.
Keywords: Herbal Medicine, Nanosuspension, Bioavailability

PENDAHULUAN banyak digunakan daripada obat tradisional,


Pengetahuan dan penggunaan tanaman terutama di negara maju. Namun, sebagian besar
sebagai obat herbal telah berkembang selama negara berkembang terus menggunakan obat-
kehidupan manusia. Namun, terutama di abad obatan herbal. Menurut organisasi kesehatan
ke-20, obat-obatan herbal secara bertahap dunia WHO, 80% orang di negara berkembang
digantikan oleh obat-obatan allopathic (Jahan et bergantung pada praktik pengobatan tradisional
al., 2016). Pengobatan allopathic saat ini lebih untuk memenuhi dan/atau melengkapi kebutuhan
Farmaka
Volume 20 Nomor 1 126

kesehatan dasar mereka (Bonifácio et al., 2014). memasukkan kata kunci berupa “Nanosuspension
Sebagian besar komponen aktif ekstrak Drug Delivery System” dan “Nanosuspension
herbal tidak mampu melewati membran lipid in Herbal Medicine Formulation”. Selanjutnya
karena memiliki ukuran molekul yang sangat tinggi dilakukan penyortiran pencarian berdasarkan
atau kelarutan dalam air yang buruk, sehingga tahun agar didapat jurnal dan artikel terbaru.
penyerapannya rendah dan bioavailabilitasnya Lalu pemilihan jurnal dilakukan berdasarkan
buruk. Banyak obat herbal yang menunjukkan relevansi abstrak setiap jurnal dengan teknologi
aktivitas in vivo yang sedikit atau tidak sama nanosuspensi dalam formulasi obat herbal.
sekali meskipun memiliki potensi in vitro yang Selanjutnya, dilakukan peninjauan terhadap
bagus. Karena kendala tersebut, beberapa ekstrak semua jurnal yang dipilih dengan tepat.
tidak digunakan secara klinis (Jahan et al.,
2016). Oleh karena itu dikembangkan formulasi HASIL
dengan menggabungkan obat-obatan herbal dan Penelitian mengenai komponen kimia dan
nanoteknologi, karena sistem berstruktur nano kegunaan tanaman obat telah banyak dilakukan.
mampu mengurangi dosis dan efek samping yang Penelitian ini dapat mengarah padapembuatan
diperlukan serta meningkatkan bioavailabilitas produk pengobatan yang semakin inovatif,
(Hussain et al., 2020). dengan aktivitas farmakologis yang bait serta efek
Salah satu teknologi nano untuk sistem samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan
penghantaran obat (drug delivery system) obat sintesis.
adalah nanosuspensi. Nanosuspensi farmasetik Sifat fisikokimia ekstrak tanaman, seperti
digambarkan sebagai koloid yang sangat halus, lipofilisitas dan berat molekul merupakan
bifasik, partikel padat yang terpisah dalam pertimbangan yang sangat penting untuk
pembawa berair dan distabilkan dengan surfaktan keberhasilan suatu formulasi, karena formulasi
dengan ukuran partikel yang diperkecil, dengan juga harus dapat melepaskan bahan aktif.
tujuan untuk membuat. laju disolusi yang lebih Akibatnya, pembawa pada suatu sediaan harus
baik dan meningkatkan bioavailabilitas. Diameter secara bersamaan meningkatkan kelarutan obat,
partikel tersuspensi berukuran kurang dari 1 µm, meminimalkan proses degradasi, mengurangi
yaitu 0,1 nm-1000 nm (Purkayastha & Hossian, toksisitas, menutupi rasa tidak enak dan dapat
2019). mengendalikan penyerapan aktif serta respons
biologis (Bonifácio et al., 2014).
METODE Sebagian besar komponen aktif ekstrak
Metode yang digunakan dalam review herbal tidak mampu melewati membran lipid
ini yaitu studi literatur yang dilakukan dengan karena memiliki ukuran molekul yang sangat tinggi
pencarian, pemilihan, dan pengolahan sumber atau kelarutan dalam air yang buruk, sehingga
data. Alat yang digunakan adalah pencarian penyerapannya rendah dan bioavailabilitasnya
melalui daring dengan bahan dasar data dari 18 buruk (Jahan et al., 2016).
jurnal sebagai acuan utama dan 3 jurnal sebagai Salah satu strategi untuk mengatasi
acuan pendukung yang didapatkan dari situs keterbatasan tersebut adalah penggunaan
Elsevier, Springer, Science Direct, dan lain- teknologi nano, salah satunya nanosuspensi.
lain. Pencarian jurnal dilakukan dengan cara Nanosuspensi didefinisikan sebagai dispersi
Farmaka
Volume 20 Nomor 1 127

koloid dari partikel obat berukuran nano dengan potensial dalam struktur kristal dan kelarutan
surfaktan sebagai penstabil. Nanosuspensi juga yang lebih tinggi.
dapat didefinisikan sebagai sistem bifasik yang 14. Peluang modifikasi permukaan
terdiri dari partikel obat yang terdispersi dalam nanosuspensi untuk site-spesific delivery.
cairan pembawa, diameter partikel tersuspensi Terdapat dua metode berkebalikan untuk
berukuran kurang dari 1μm (Nimya et al., 2015). membuat nanosuspensi, yaitu teknologi Top-
Down Process dan teknologi Bottom-Up Process.
Kelebihan menggunakan nanosuspensi Teknik Top-Down merupakan metode pembuatan
(Hussain et al., 2020): nanosuspensi di mana rentang ukuran nano
1. Dapat digunakan untuk obat dengan dengan partikel diperoleh melalui pengurangan ukuran
kelarutan dalam air yang buruk. partikel besar (Purkayastha & Hossian, 2019).
2.
Bisa digunakan untuk berbagai rute Teknik Top-Down dibagi menjadi dua jenis, yaitu
pemberian. homogenisasi tekanan tinggi dan media milling.
3.
Mengurangi iritasi jaringan apabila
digunakan untuk rute pemberian intramuskular 1. Homogenisasi Tekanan Tinggi
dan subkutan. Teknik ini mencakup tiga langkah.
4. Disolusi cepat dan penargetan jaringan Pertama, serbuk obat didispersikan dalam
dapat dilakukan dengan pemberian intravena larutan stabilizer untuk membentuk presuspensi,
5. Pemberian obat nanosuspensi secara oral kemudian presuspensi dihomogenisasi dalam
dapat mempercepat onset, mengurangi rasio homogenizer tekanan tinggi pada tekanan rendah
fed/fasted , dan memperbaiki bioavalabilitas untuk premilling, dan akhirnya dihomogenisasi
6. Absorpsi obat meningkat karena ukuran pada tegangan tinggi selama 10 sampai 25 siklus
partikel yang lebih kecil. sampai terbentuk ukuran nanosuspensi yang
7. Pada rute pemberian okular dan inhalasi, diharapkan (Swarbrick, 2013). Homogenisasi
bioavalabilitas lebih besar dan dosis lebih tekanan tinggi dibagi menjadi 4 teknik, yaitu:
konsisten. 1.1. Homogenisasi dalam Media Cair

8. Obat dengan log P-value yang besar bisa (Disso Cubes)

di formulasikan sebagai nanosuspensi untuk Prinsip: Metode ini didasarkan pada prinsip

meningkatkan bioavalabilitas kavitasi. Dispersi pada silinder berdiameter 3cm

9.
Peningkatan kerja biologis karena laju dilewatkan melalui celah yang sangat sempit

disolusi dan saturasi obat yang baik. yaitu 25μm. Berdasarkan hukum Bernoulli,

10. Mudah dibuat dan variasi yang kecil dari volume drift cairan dalam sistem tertutup per

batch ke batch. penampang adalah konstan. Hal ini mengacu pada

11. Stabilitas fisik jangka panjang. perningkatan tekanan dinamis dan penurunan

12. Nanosuspensi dapat dimasukkan dalam tekanan statis di bawah titik 100℃ pada suhu

tablet, hidrogel, pelet, dan supositoria kamar karena pengurangan diameter dari 3cm

yang dapat digunakan untuk berbagai rute menjadi 25μm. Kemudian air mulai mendidih

pemberian pada suhu kamar dan membentuk gelembung

13.
Meningkatkan bagian amorf dalam gas, yang meledak ketika suspensi meninggalkan

partikel yang penting untuk perubahan celah (disebut kavitasi), dan tekanan udara biasa
tercapai. Gaya kavitasi partikel cukup bersar
Farmaka
Volume 20 Nomor 1 128

untuk mengubah mikropartikel obat menjadi dari teknik presipitasi, seperti pertumbuhan kristal
partikel nano (Nayak et al., 2018). dan stabilitas jangka panjang, dapat diatasi dengan
Kelebihan: menggunakan teknologi Nanoedge (Yadollahi et
• Tidak menyebabkan erosi pada material al., 2015).
yang di proses.
• Dapat diaplikasikan untuk obat yang 1.4 Nanojet
memiliki kelarutan rendah bair dalam Teknik ini juga dikenal sebagai teknologi
pelarut air maupun organik. aliran berlawanan, menggunakan ruang di mana
Kekurangan: aliran suspensi dibagi menjadi dua atau lebih
• Diperlukan mikronisasi obat. bagian, koloid dengan satu sama lain pada tekanan
• Alat yang digunakan relatif mahal. tinggi karena gaya geser tinggi yang dihasilkan
selama proses maka ukuran partikel berkurang
1.2 Homogenisasi dalam Media Non- (Yagnesh & Rada, 2016).
Cair (Nanopure)
Prinsip: Nanopure adalah suspensi yang
2. Media Milling
dihomogenisasi dalam media bebas air atau
Prinsip: Energi tinggi dan gaya geser yang
kombinasi air yaitu, suspensi obat dalam media
dihasilkan sebagai akibat dari impaksi media
non-air telah dihomogenisasi pada 0oC atau
penggilingan dengan obat memberikan energi
di bawah titik beku karenanya disebut sebagai
untuk memecah mikropartikel obat menjadi
homogenisasi "deep-freeze".
partikel berukuran nano. Media penggilingan
Kelebihan:
terdiri dari kaca, zirkonium oksida, atau highly
• Media dispersi tidak perlu dihilangkan
cross-linked resin polistiren. Teknik ini dapat
• Evaporasi lebih cepat dan pada kondisi
dilakukan dalam mode batch atau resirkulasi.
yang lebih ringan.
Dalam mode batch, waktu yang dibutuhkan untuk
• Cocok untuk obat termolabil.
memperoleh dispersi dengan profil distribusi
unimodal dan diameter rata-rata <200nm adalah
1.3 Kombinasi Presipitasi dan
Homogenisasi (Nanoedge) 30-60 menit (Hussain et al., 2020).
Obat dilarutkan dalam pelarut organik, Kelebihan:
dan larutan ini dicampur dengan anti pelarut • Obat yang memiliki kelarutan rendah
untuk pengendapan. Dalam campuran pelarut air, baik di pelarut air atau organik dapat
kelarutannya rendah, dan obat akan mengendap. dengan mudah dijadikan nanosuspensi
Penambahan cepat larutan obat ke anti-pelarut • Bisa digunakan untuk batch kecil.
menyebabkan kejenuhan yang tiba-tiba dari • Distribusi ukuran sempit pada produk
larutan campuran dan pembentukan padatan akhir.
kristal atau amorf halus. Pengendapan bahan • Fleksibel dalam menangani volume
amorf tambahan dapat diperoleh pada kejenuhan obat dari 1 sampai 400 mg/mL.
tinggi ketika kelarutan keadaan amorf terlampaui. • Memungkinkan pembuatan
Gabungan dari strategi ini menghasilkan ukuran nanosuspensi yang sangat encer dan
partikel yang lebih kecil dan stabilitas yang lebih sangat pekat.
baik dalam waktu yang lebih singkat. Kerugian
Farmaka
Volume 20 Nomor 1 129

Kekurangan: kritis (Tp). Teknik ini memungkinkan mikronisasi


• Terjadi erosi sehingga terdapat residu partikel obat ke tingkat submikron. Kemajuan
dalam produk akhir. terbaru dalam teknik SCF adalah untuk membuat
• Membutuhkan waktu yang lama. suspensi partikel nano dengan ukuran partikel
• Beberapa pertikel ada yang berukuran berdiameter 5 hingga 2000nm. Kelarutan yang
mikrometer. rendah dari obat dan surfaktan yang sukar larut
(Hussain et al., 2020) dalam air dalam CO2 superkritis dan tekanan
Metode yang kedua adalah teknik Bottom- tinggi yang diperlukan untuk pendekatan ini (N.p
Up yang merupakan metode di mana ukuran & Budiman, 2017).
nano diperoleh dengan menumbuhkan ukuran
partikel dari kisaran molekul ke kisaran nano. 3. Emulsion as Template
Strategi tradisional presipitasi dikenal sebagai Selain penggunaan emulsi sebagai
teknologi Bottom-Up. Menggunakan metode pembawa obat, emulsi juga dapat digunakan
presipitasi, obat dilarutkan dalam pelarut organik sebagai template untuk menghasilkan
dan larutan ini dicampur dengan anti-pelarut yang nanosuspensi. Penggunaan emulsi sebagai
dapat bercampur. Dalam campuran pelarut air, cetakan dapat diterapkan untuk obat-obatan
kelarutannya rendah, dan obat akan mengendap. yang larut dalam pelarut organik yang mudah
Tantangan dasarnya adalah bahwa selama menguap atau pelarut yang sebagian dapat larut
prosedur pengendapan, pengembangan kristal dalam air. Pelarut organik atau kombinasi pelarut
perlu dikontrol melalui penambahan surfaktan yang mengandung obat didispersikan dalam fase
untuk menghindari pembentukan mikropartikel berair yang mengandung surfaktan yang sesuai
(Malakar, 2012). Teknik Bottom-Up dibagi untuk membentuk emulsi. Fase organik kemudian
menjadi 4, yaitu: diuapkan di bawah tekanan tereduksi sehingga
1. Emulsifikasi – Evaporasi Pelarut partikel obat segera mengendap untuk membentuk
Teknik ini melibatkan penyiapan larutan nanosuspensi yang distabilkan melalui surfaktan
obat melalui emulsifikasinya dalam setiap cairan (Hussain et al., 2020).
lain yang bukan pelarut untuk obat, penguapan
pelarut akan menyebabkan pengendapan obat. 4. Microemulsion as Template
Pertumbuhan kristal dan agregasi partikel dapat Mikroemulsi adalah dispersi yang stabil
dikontrol melalui peningkatan tekanan geser yang secara termodinamika dan jernih secara isotropik
berlebihan menggunakan pengaduk berkecepatan dari dua cairan yang tidak dapat bercampur, seperti
tinggi (N.p & Budiman, 2017). minyak dan air, distabilkan dengan menggunakan
lapisan permukaan surfaktan dan ko-surfaktan.
2. Supercritical Fluid Process Obat dapat dimuat dalam fase internal atau
Pendekatan ini memanfaatkan teknologi mikroemulsi pra-formed dapat dijenuhkan
solubilisasi dan nanosizing melalui teknik fluida dengan obat dengan bantuan pencampuran
superkritis untuk pengurangan ukuran partikel. intim. Pengenceran mikroemulsi yang sesuai
Fluida superkritis (SCF) adalah fluida padat tak menghasilkan nanosuspensi obat dengan bantuan
terkondensasi yang temperatur dan tekanannya mekanisme yang dijelaskan sebelumnya (Hussain
lebih besar dari temperatur kritis (Tc) dan tekanan et al., 2020).
Farmaka
Volume 20 Nomor 1 130

Terdapat beberapa produk komersil senyawa senyawa fitokimia dapat dilihat di Tabel 1:
obat sintesis yang menggunakan teknologi
nanosuspensi dalam formulasinya, contohnya SIMPULAN
fenofibrat (TriCor®, Abbott), magestrol acetate Nanosuspensi merupakan sistem
(MEGACE® ES, PAR Pharmaceutical), sirolimus penghantaran obat yang berupa dispersi koloid
(RAPAMUNE®, Wyeth), aprepitant (EMEND®, dari partikel obat berukuran nano yang distabilkan
Merck) dan methylphenidate hydrochloride oleh surfaktan. Nanosuspensi dapat dimanfaatkan
(Ritalin®, Novartis) (Hussain et al., 2020). pada formulasi obat herbal dengan kandungan
Penggunaan teknologi nanosuspensi untuk metabolit sekunder yang sukar larut dalam
formulasi senyawa fitokimia telah dilakukan dalam air sehingga meningkatkan bioavailabilitas,
skala laboratorium. Dalam penelitian-penelitian efektivitas, dan stabilitas. Terdapat beberapa
tersebut dapat disimpiulkan bahwa nanosuspensi produk komersil obat sintesis yang menggunakan
dapat digunakan pada obat herbal atau senyawa teknologi nanosuspensi dalam formulasinya,
fitokimia untuk meningkatkan efektifitas terapi namun aplikasi dalam formulasi obat herbal
dan stabilitasnya. Beberapa contoh penggunaan masih diteliti dalam skala laboratorium.
nanosuspensi dalam formulasi obat herbal atau

Tabel 1. Formulasi Nanosuspensi Herbal dan Pengaruhnya


Tanaman (Metabolit Aktivitas Metode Hasil Referensi
Sekunder) Preparasi
Coriandrum sativum Antioksidan Nanopresipitasi Stabilitas dan aktivitas (Jahan et al.,
(alkaloid, minyak atsiri) meningkat 2016)

Curcuma longa Antibakteri, Wet ball milling Kelarutan dan (Mansauda &
(kurkumin) antiinflamasi bioavalabilitas meningkat Rumondo
Andrographis paniculata Antioksidan, Wet ball milling Kelarutan dan stabilitas (Mansauda &
(andrografolida) antiinflamasi meningkat Rumondor, 2020)
Maclura pomifera Antioksidan Sonopresipitasi Stabilitas dan aktivitas (Dzakwan, 2020
(morin) meningkat
Silybum marianum Antioksidan Nanopresipitasi Aktivitas meningkat (Jahan et al.,
(silimarin) 2016)
Elettaria cardamomum Antioksidan Nanopresipitasi Aktivitas meningkat (Jahan et al.,
(minyak atsiri) 2016)
Kaempferia parviflora Antialergi, Antisolvent Stabilitas dan laju disolusi (Mekjaruskul &
(metoksiflavon) antikanker precipitation meningkat Sripanidkulchai,
2020)
Psidium guajava Antioksidan, Antisolvent Aktivitas meningkat (Pessoa et al.,
(kuersetin) antiinflamasi precipitation 2018)
Cuscuta chinensis Antikanker, Nanopresipitasi Aktivitas dan (Fl et al., 2008)
(kaempferol) antiaging bioavaliabilitas
meningkat
Glycyrrhiza uralensis Antitumor, Wet media Aktivitas meningkat, (Qiao et al., 2020)
(isoquiritigenin) antiinflamasi milling toksisitas menurun
Phyllantus amarus Antioksidan Nanopresipitasi Bioavailabilitas dan (Mishra et al.,
(fillantin, hipofillantin) aktivitas meningkat 2013)
Apium graveolens Antihipertensi Wet media Meningktkan laju disolusi (Rosaini et al.,
(apigenin) milling 2020)
Farmaka
Volume 20 Nomor 1 131

DAFTAR PUSTAKA Kaempferia parviflora Nanosuspension


Bonifácio, B. V., Silva, P. B. da, Ramos, M. A. Formulation for Scalability and
D. S., Negri, K. M. S., Bauab, T. M., & Improvement of Dissolution Profiles and
Chorilli, M. (2014). Nanotechnology- Intestinal Absorption. AAPS PharmSciTech,
based drug delivery systems and herbal 21(2), 52. https://doi.org/10.1208/s12249-
medicines: A review. International Journal 019-1588-4
of Nanomedicine, 9, 1–15. https://doi. Mishra, S. B., Pandey, H., & Pandey, A. C. (2013).
org/10.2147/IJN.S52634 Nanosuspension of Phyllanthus amarus
Dzakwan, M. (2020). Formulasi Dan Karakterisasi extract for improving oral bioavailability
Nanosuspensi Morin Dengan Metode and prevention of paracetamol induced
Sonopresipitasi. Jurnal Ilmiah Farmasi hepatotoxicity in Sprague–Dawley rats.
Farmasyifa, 3(2), 121–131. https://doi. Advances in Natural Sciences: Nanoscience
org/10.29313/jiff.v3i2.6062 and Nanotechnology, 4(3), 035007. https://
Fl, Y., Th, W., Lt, L., Tm, C., & Cc, L. (2008). doi.org/10.1088/2043-6262/4/3/035007
Nanoparticles formulation of Cuscuta Nayak, B., Mohanty, B., Roy, H., & Patnaik, A.
chinensis prevents acetaminophen- (2018). Nanosuspension: Bioavailability
induced hepatotoxicity in rats. Food and Enhancing Novel Approach. International
Chemical Toxicology : An International Journal of Pharmacy and Biological
Journal Published for the British Industrial Sciences, 8.
Biological Research Association, 46(5), Nimya, A. M., Krishnakumar, & Anish, J. (2015).
1771–1777. https://doi.org/10.1016/j. A Review On Herbal Drug Nanosuspension.
fct.2008.01.021 World Journal of Pharmacy and
Jahan, N., Aslam, S., Rahman, K. ur, Fazal, T., Pharmaceutical Science, 4(7), 538–546.
Anwar, F., & Saher, R. (2016). Formulation N.p, B. H., & Budiman, A. (2017). Review
and characterisation of nanosuspension of Artikel: Penggunaan Teknologi Nano
herbal extracts for enhanced antiradical Pada Formulasi Obat Herbal. Farmaka,
potential. Journal of Experimental 15(2), 29–41. https://doi.org/10.24198/
Nanoscience, 11(1), 72–80. https://doi.org jf.v15i2.12947
/10.1080/17458080.2015.1025303 Pessoa, L., Duarte, J. L., Ferreria, R. M., Oliveira,
Malakar, J. (2012). Nanosuspension: A Nano- A. E., & Cruz, R. A. (2018). Nanosuspension
Heterogeneous Carrier for Drug Delivery of quercetin: Preparation, characterization
System. International Journal of and effects against Aedes aegypti larvae.
Pharmaceutical & Biological Archive, Brazilian Journal of Pharmacognosy, 28,
3(1), Article 1. https://www.ijpba.info/ 618–625.
ijpba/index.php/ijpba/article/view/528 Purkayastha, H. D., & Hossian, S. K. I.
Mansauda, K. L. R., & Rumondor, E. M. (2020). (2019). Nanosuspension: A Modern
Review - Pengembangan Kurkumin Dan Technology Used In Drug Delivery
Andrografolida Untuk Sediaan Parenteral. System. International Journal of Current
Pharmacon, 9(1), 2302–2493. Pharmaceutical Research, 1–3. https://doi.
Mekjaruskul, C., & Sripanidkulchai, B. (2020). org/10.22159/ijcpr.2019v11i3.34098
Farmaka
Volume 20 Nomor 1 132

Qiao, F., Zhao, Y., Mai, Y., Guo, J., Dong, Swarbrick, J. (2013). Encyclopedia of
L., Zhang, W., & Yang, J. (2020). Pharmaceutical Science and Technology,
Isoliquiritigenin Nanosuspension Enhances Fourth Edition, Six Volume Set (Print).
Cytostatic Effects in A549 Lung Cancer Taylor & Francis.
Cells. Planta Medica, 86(8), 538–547. Yadollahi, R., Vasilev, K., & Simovic, S. (2015).
https://doi.org/10.1055/a-1134-3378 Nanosuspension Technologies for Delivery
Rosaini, H., Wahyuni, R., Sinaga, B. P., & of Poorly Soluble Drugs. Journal of
Sidoretno, W. M. (2020). Karakterisasi Nanomaterials, 2015, e216375. https://doi.
Fisikokimia Nanokristal Ekstrak Herba org/10.1155/2015/216375
Seledri ( Apium graveolens L.) Dengan Yagnesh, T. N. S., & Rada, S. (2016).
Perbedaan Konsentrasi Poloxamer188. Pharmaceutical Suspensions: Patient
Jops (Journal Of Pharmacy and Science), Compliance Oral Dosage Forms. World
4(1), 31–39. https://doi.org/10.36341/jops. Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical
v4i1.1578 Sciences, 5. https://doi.org/10.20959/
wjpps201612-8159

Anda mungkin juga menyukai