Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terapi farmasetis mempunyai dasar yang perlu dipertimbangkan dalam

pengembangan tekonologi sediaan farmasi. Dasar pertimbangan tersebut terdiri

dari tiga faktor yaitu effectiveness atau menciptakan sistem yang efektif, safety

atau menekan efek bahaya pada sistem apabila diaplikasikan, dan acceptability

atau menjadikan sistem agar dapat diterima dengan baik oleh konsumen dalam hal

ini pasien. Tiga farktor tersebut yang memicu pesatnya pengembangan sistem

penghantaran obat dalam bidang teknologi sediaan farmasi, pengembangan

tersebut diterapkan dalam berbagai sediaan modern sebagai upaya untuk

menciptakan obat baru yang memiliki sifat lebih ideal dibandingkan sediaan

konvensional yang tentunya memiliki keuntungan antaralain mengurangi

frekuensi pemberian obat, mendapatkan respon terapeutik yang diinginkan, dan

mempertahankan kadar terapeutik obat dalam plasma yang konstan (Matien dkk,

2012). Commented [I1]: Menjelaskan hubungan perkembangan


teknologi farmasi dg terapi

Sistem penghantaran obat baru dibuat untuk menyesuaikan karakteristik obat

dengan tujuan terapi farmasetis yang diingikan. Contoh sistem penghantaran baru

yang telah berkembang dan banyak digunakan salah satunya adalah Nanopartikel

(Winarti, 2013), sistem ini mempunyai keunggulan yaitu kemampuan untuk

menembus ruang-ruang antar sel yang hanya dapat di tembus oleh ukuran partikel

koloidal, pembentukan nanopartikel juga dapat dibuat dengan berbagai teknik

yang sederhana (Buzea dkk, 2007). Sistem nanopartikel berupa sistem koloid

yang memiliki ukuran sub mikron (<1 M) tebentuk dari berbagai macam bahan Commented [I2]: Jelaskan nanopartikel
pada berbagai macam komposisi (Attama dkk, 2012). Nanopartikel obat secara

umum terkandung obat dengan jumlah yang cukup di dalam matriks pada tiap

butir partikel, sehingga memerlukan ukuran yang relatif lebih besar dibanding

nanopartikel non-farmasetik. Meskipun demikian secara umum tetap disepakati

bahwa nanopartikel merupakan partikel yang memiliki ukuran di bawah 1 mikron

(Tiyaboonchai, 2003). Nanopartikel pada sediaan farmasi dapat berupa sistem

obat dalam matriks seperti nanosfer dan nanokapsul, nanoliposom, nanoemulsi,

dan SNEDDS (Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System) (Martien dkk, 2012). Commented [I3]: Mulai ke SNEDDS

SNEDDS adalah formulasi nanopartikel yang berbasis minyak atau lemak.

SNEDDS berupa campuran isotropik antara minyak, surfaktan, dan ko-surfaktan

yang dapat membentuk nanoemulsi secara spontan ketika kontak dengan cairan

lambung (Sun & Han, 2011; Makadia dkk., 2013). Surfaktan mempunyai fungsi

utama sebagai penurun tegangan muka yang mana dalam hal ini berpengaruh

dalam memperkecil ukuran tetesan emulsi, dan menjaga agar zat aktif pada tempat

absorbsi dalam rentan waktu yang lama, sehingga tidak terjadi pengendapan

ketika di dalam saluran cerna (Huda dkk, 2016). Ko-surfaktan mempunyai peran

sebagai peningkat drug-loading, mempecepat self-emulsification, serta pengatur

ukuran droplet nanoemulsi (Date, 2010). Minyak termasuk eksipien penting dalam

formulasi nanoemulsi sebagai penentu spontanitas emulsifikasi, kelarutan dari

obat, dan ukuran tetesan emulsi (Gursoy & Benita, 2004). Beberapa penelitian Commented [I4]: Jelaskan snedds dan fungsi utama komponen
SNEDDS

yang telah memformulaiskan SNEDDS dari berbagai minyak salah satunya adalah

Miglyol 812. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut antara lain jumlah

kadar obat yang terserap secara in-vitro dan in-vivo lebih besar daripada sediaan

non-SNEDDS, selain itu sediaan lebih stabil dengan efisiensi emulsifikasi yang
baik sehingga laju disolusinya lebih cepat (Winarti dkk, 2018 ; Nasr dkk, 2016).

Hal tersebut dikarenakan Miglyol 812 tergolong sebagai MCT (Medium-chain

triglycerides) sebagai sumber kalori lemak esensial yang dapat secara pasif dan

langsung berdifusi melintasi saluran cerna tanpa menjalani modifikasi molekuler

yang berkepanjangan sehingga memungkinkan penyerapan obat yang lebih cepat

dibandingka dengan trigliserida rantai panjang (Long-chain triglycerides)

(drugbank.ca, 2019). Commented [I5]: Menjelaskan minyakmu

Berdasarkan penjelasan tersebut SNEDDS dipilih sebagai formula sediaan

dengan pertimbangan akan meningkatkan disolusi dari zat aktif dengan cara

memfasilitasi pembentukan fase tersolubilisasi dan meningkatkan transpor

melalui istem limfatik usus, serta menghindari effluks P-gp, sehingga dapat

meningkatkan absorpsi dan bioavailabilitas zat aktif dari saluran cerna (Singh

dkk, 2009). Sediaan SNEDDS yang baik mempunyai parameter yang harus

terpenuhi antara lain sediaan menghasilkan dispersi yang jernih dan transparan

dinyatakan dengan nilai transmittan yang mendekati 100%, mampu menghasilkan

emulsi secara spontan tanpa adanya pengocokan yang berarti, hal tersebut

dimaksudkan agar sediaan dapat beremulfisikasi pada saat kontak langsung

dengan cairan gastritis di lambung (Huda dkk, 2016). SNEDDS juga telah Commented [I6]: Keunggulan dan karkteristik SNEDDS

diformulasikan dengan berbagai bahan aktif mulai dari bahan sintetik maupun

bahan alam (ekstrak tanaman).

Penelitian tentang formulasi SNEDDS dengan bahan aktif ekstrak tanaman

penting dilakukan, mengingat firman Allah SWT dalam Quran surah Asy-Syu’ara

(26) ayat 7 yang berbunyi :


ِ ‫أَ َولَ ْم يَ َر ْوا ِإلَى ْاْل َ ْر‬
‫ض َك ْم أَ ْنبَتْنَا فِي َها ِم ْن ُك ِل زَ ْوج ك َِريم‬

Artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya

Kami tumbuhkan di bumi itu bebagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”

Allah SWT telah menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang banyak akan

khasiat agar dapat dimanfaatkan oleh manusia yang beriman. Manfaat tumbuhan

dalam hal ini sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit pada sesasama

manusia. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan memanfaatkan ekstrak

tanaman sebagai bahan aktif pada sistem penghantaran SNEDDS.

Penelitian yang telah dilakukan dalam penerapan SNEDDS menggunakan

bahan aktif ekstrak tanaman salah satunya dilakukan oleh Beandrade (2018)

dengan ekstrak Jinten Hitam (Nigella sativa) yang mengandung timokuinon

sebagai imunostimulan. Hasilnya, sediaan SNEDDS memiliki efek farmakologi

yang lebih baik daripada sediaan non SNEDDS dalam hal fagositosis sel kanker,

serta mampu stabil selama 90 hari pada suhu ruang ketika diuji stabilitasnya

(Beandrade, 2018). Pemanfaatan ekstrak tanaman lain yang mempunyai efek Commented [I7]: Contoh formulasi SNEDDS dengan tanaman.
Piye hasile

farmakologi serupa dalam formula sediaan SNEDDS sangat beragam antara lain

ektrak kulit Manggis, ektrak Sambiloto, dan tidak terkecuali ekstrak Bawang

Dayak.

Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) merupakan

tanaman khas Kalimantan tengah yang sudah turun-temurun dimanfaatkan sebagai

tanaman obat oleh masyarakat setempat. Potensi Bawang Dayak sebagai tanaman

obat yang secara empiris dipercaya kaya akan khasiat menjadikan Bawang Dayak

perlu dikembangkan menjadi sediaan obat yang modern sehingga lebih mudah
diterima konsumen. Secara ilmiah, tanaman bawang dayak diketahui mengandung

hampir semua kandungan fitokimia, antara lain alkaloid, glikosida, flavonoid,

fenolik dan steroid (Kusuma, 2016). Menurut penelitian yang dilakukan, diketahui

pula senyawa flavonoid yang terkadung dalam Bawang Dayak dapat menginduksi

terjadinya apoptosis. Apoptosis ini berperan penting terhadap mekanisme

perkembangan sel kanker dalam tubuh. Apabila apoptosis sel kanker meningkat,

maka perkembangan sel kanker akan menurun (Naspiah dkk, 2014). Telah

diketahui bahwa bawang dayak juga memiliki kandungan senyawa seperti

eleutherine, elecanacine, eleutherol, dan eleutherinone yang dapat membantu

dalam penyembuhan kanker (Hara, 1997). Secara empiris tanaman Bawang Dayak

telah sering digunakan sebagai obat tradisional terutama dalam mengobati kanker

payudara oleh masyarakat Kalimantan (Kuntorini, 2010).

Menurut berbagai penelitian senyawa yang terkandung di dalamnya,

diasumsikan bahwa Bawang Dayak mempunyai aktivitas farmakologi yang baik

dalam mencegah berbagai penyakit, salah satunya adalah kanker. Salah satu hasil

pengujian terhadap aktifitas senyawa pada tanaman Bawang Dayak adalah adanya

aktivitas kandungan ekstrak Bawang Dayak terhadap sel kanker, ekstrak tersebut

mampu mengambat pertumbuhan kanker melalui inhibisi siklus sel kanker

(Kuntorini, 2010). Dilihat dari aktivitasnya, Bawang dayak dapat dikatakan

berpotensi untuk dijadikan salah satu obat kanker yang aman menggantikan

penggunaan obat kanker yang ada. Hal tersebut sekaligus dapat mengatasi

permasalahan seringnya muncul efek samping pada pasien yang mengkonsumsi

obat terapi kanker dari bahan sintetik.


Berdasarkan uraian diatas, diperlukan pengembangan sistem panghantaran

obat yang dapat digunakan sebagai terapi kanker. Penelitian ini merancang

formulasi SNEDDS (Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System) dengan

perbandingan surfaktan, ko-surfaktan dan minyak sehingga didapatkan hasil yang

terbaik menurut uji karakteristik yang dilakukan, serta menggunakan bahan aktif

ekstrak etanol Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) yang diketahui

memiliki aktifitas pada sel kanker . Commented [I8]: Kesimpulan dari penjelasnmu kabeh

Anda mungkin juga menyukai