Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENGEMBANGAN PRODUK
Sistem Penghantaran Obat Termodulasi”
“Sistem Termodulasi”

Kelompok 11 :
Intan Sanjaya (08061281823027)
Faathimah Adiibah (08061281823039)
Mutiara Ramadani (08061381823085)
Putri Nurul Aina (08061381924077)
M. Nauval Dzaki Rayhan Al-Fath
Al (08061281924049)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang membahas mengenai
“Sistem Penghantaran Obat Termodulasi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari ibu apt. Dina Permata Wijaya, S.Farm, M.Si pada mata kuliah Pengembangan
Produk. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Produk Farmasi terkhusus pada Sistem Penghantaran Obat Termodulasi dan dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu apt. Dina Permata Wijaya, S.Farm,
M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Produk yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Indralaya, 22 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………

1.3 Tujuan………………………………………………………………………..

1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………………...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….

2.1 Konsep Dasar………………………………………………………………...

2. 2 Mekanisme Sistem Penghantaran Obat Termodulasi……………………

2.3 Aktivasi Sistem Penghantaran Obat Termodulasi………………………..

2.4 Jenis Sistem Penghantaran Obat Termodulasi……………………………

2.5 Contoh Material Sistem Penghantaran Obat Termodulasi………………

BAB III REVIEW JURNAL……………………………………………………….

3.1 Identitas Jurnal…………………………………………………………

3.2 Isi Jurnal………………………………………………………………..

3.3 Kesimpulan Jurnal……………………………………………………..

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….

LAMPIRAN…………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penghantaran obat adalah metode atau proses pemberian senyawa farmasi untuk
mencapai efek terapeutik pada manusia atau hewan. Sistem penghantaran obat
merupakan teknologi yang direkayasa sedemikian rupa untuk penghantaran yang telah
ditargetkan dan atau pelepasan agen terapeutik yang terkontrol. Sistem penghantaran
obat juga dapat didefinisikan sebagai didefinisikan sebagai formulasi atau perangkat
yang memungkinkan zat terapeutik mencapai tempat kerjanya secara selektif tanpa
mencapai sel, organ, atau jaringan non-target (NIH, 2006).
Obat-obatan telah lama digunakan untuk meningkatkan kesehatan. Praktik
penghantaran obat telah berubah dalam beberapa dekade terakhir dan terus
dikembangkan seiring berjalannya waktu. Namun, dengan kemajuan teknologi, masih
banyak obat, bahkan yang ditemukan dengan menggunakan strategi biologi molekuler
canggih, memiliki efek samping yang tidak dapat diterima karena obat tersebut
berinteraksi dengan jaringan sehat yang bukan merupakan target obat. Efek samping
membatasi kemampuan untuk merancang pengobatan yang optimal untuk banyak
penyakit seperti kanker, penyakit neurodegeneratif, dan penyakit menular. Sistem
penghantaran obat mengontrol kecepatan pelepasan obat dan lokasi pelepasan obat di
tubuh. Beberapa sistem dapat mengontrol keduanya (Gaurav, 2012).
Sistem penghantaran obat yang memberikan jumlah obat yang diperlukan sesuai
permintaan yaitu sesuai dengan kebutuhan biologis dan berhenti sampai diperlukan
sekali lagi di lain waktu dikenal sebagai "sistem penghantaran obat termodulasi" atau
disebut juga "Self-regulated drug delivery systems” (Nama lain yang biasa digunakan
untuk system penghantaran ini responsif sinyal, reseptif sinyal, sensitif sinyal, dipicu
sinyal, atau sistem pengiriman obat sesuai permintaan) (Heller, 1993).
Sistem polimer yang merespon molekul tertentu adalah dasar untuk aplikasi
teknologi seperti biosensor, perangkat pengiriman obat dan aktuator. Dalam beberapa
tahun terakhir, beberapa kelompok penelitian telah mengembangkan sistem
penghantaran obat yang responsif atau termodulasi yang lebih mirip dengan proses
fisiologis normal di mana jumlah obat yang dilepaskan dapat dipengaruhi sesuai dengan
kebutuhan fisiologis (Goldbard, 1999).
Penggunaan polisakarida alami dan buatan secara kimia sebagai pengembangan
obat telah meningkat dalam dua dekade terakhir. Hidrogel berbasis biopolimer pun
digunakan sebagai carrier potensial dalam penghantaran obat terkontrol. Hidrogel
merupakan jaringan hidrofilik tiga dimensi yang mampu menyerap air atau cairan
biologis, meniru jaringan biologis. Karena sifat ini, sistem ini dikembangkan untuk
aplikasi biomedis. Jaringan ini bisa dibuat sesuai sebagai perangkat penghantaran obat
termodulasi dengan menyetel sifat fisikokimia dari hydrogel dengan memvariasikan
crosslinking baik dengan cara fisik atau kimiawi atau fisik-kimiawi (Patil, 2010).
Berbagai pendekatan telah diteliti untuk merumuskan bentuk sediaan pelepasan
terkontrol pada agen terapeutik yang berbeda termasuk protein, peptida, dan bahkan sel.
Mikroenkapsulasi menjadi teknik umum dalam produksi bentuk sediaan pelepasan
terkontrol. Manik-manik gel polimer dibuat dengan sejumlah polimer alami yang dapat
terurai secara hayati. Manik-manik (beads) adalah mikrokapsul bulat yang berfungsi
sebagai substrat padat. Bioavailabilitas obatobatan yang diformulasikan dengan manik-
manik dapat ditingkatkan (Patil, 2010).
Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai pengembangan manik-manik
hidrogel menggunakan polimer alami sebagai turunannya dari sumber alam, tidak
membutuhkan pelarut organik, mudah didapat dan memenuhi syarat untuk suatu jumlah
modifikasi kimia. Manik-manik hydrogel drug-loaded memberikan lingkungan inert di
dalam matriks dan enkapsulasi biasanya dicapai dalam media yang bebas pelarut
organic (Patil, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan Sistem Penghantaran Obat Termodulasi ?
2. Bagaimana mekanisme Sistem Penghantaran Obat Termodulasi?
3. Apa saja yang mempengaruhi aktivasi Sistem Penghantaran Obat Termodulasi?
4. Apa saja jenis Sistem Penghantaran Obat Termodulasi?
5. Apa saja contoh dari material yang dapat di gunakan dalam Sistem Penghantaran
Obat Termodulasi ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang diamksud dengan Sistem Penghantaran Obat Termodulasi.
2. Mengetahui bagaimana mekanisme Sistem Penghantaran Obat Termodulasi.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi aktivasi Sistem Penghantaran Obat
Termodulasi.
4. Mengetahui jenis Sistem Penghantaran Obat Termodulasi
5. Mengetahui Material yang dapat di gunakan dalam Sistem Penghantaran Obat
Termodulasi.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Secara teoritis, makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
materi Sistem Penghantaran Obat Termodulasi.
2. Secara aplikatif, makalah ini diharapkan dapat memberikan kontrobusi informasi
mengenai pengembangan Sistem Penghantaran Obat Termodulasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar


Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses
hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk
seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk
maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti
bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian
Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia).
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
Obat merupakan suatu subtansi yang melalui efek kimianya membawa
perubahan dalam fungsi biologi. Molekul obat berinteraksi dengan molekul khusus
dalam sistem biologi yang berperan sebagai pengatur dalam hal ini adalah reseptor.
Untuk berinteraksi secara kimia dengan reseptornya, molekul obat harus mempunyai
ukuran, bentuk muatan listrik, dan komposisi atom yang sesuai. Saat ini terdapat banyak
pertimbangan-Farmaka Volume 15 Nomor 3 74 pertimbangan yang mendasari
perkembangan teknologi untuk terapi farmasetis terdiri dari tiga faktor utama yaitu
efektif (effectiveness), menekan efek bahaya pada sistem jika diaplikasikan (safety), dan
dapat diterima dengan baik oleh pasien (acceptability) (Martien Ronny et al, 2012).
Proses penemuan terapi farmasetis yang baru, teknologi formulasi sediaan
farmasi dan sistem penghantaran obat memegang peranan penting. Faktor utama yang
umumnya diperhatikan pada bidang ini diantaranya adalah pertimbangan molekuler dan
fisikokimia seperti kesetimbangan ionmolekul, kesetimbangan hidrofilik-lipofilik,
proses biofarmasetika, metabolisme dan biodegradasi, afinitas obat-reseptor,
pertimbangan fisiologis, serta biokompatibilitas (Martien Ronny et al, 2012).
Suatu molekul obat sangat sulit mencapai tempat aksinya karena jaringan seluler
yang komplek pada suatu organisme, sehingga sistem penghantaran ini berfungsi untuk
mengarahkan molekul obat mencapai sasaran yang diinginkan. Hal ini yang mendorong
semakin berkembangnya sistem penghantaran obat terutama dari segi formulasi untuk
mengoptimalkan penggunaan zat tambahan sehingga memperoleh suatu sediaan obat
dengan sistem penghantaran yang baik dan memenuhi efek terapi (Martien Ronny et al,
2012).
Sistem penghantaran obat termodulasi adalah suatu sistem yang mampu
mengatur keluar atau jalannya obat untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Sistem
penghantaran obat ini dapat dikelompokkan secara luas sebagai modulasi eksternal
(externally-modulated) dan modulasi sendiri(self-modulated). Sinyal yang dihasilkan
secara eksternal diterapkan ke dalam suatu sistem yang kemudian menyesuaikan
keluaran atau jalannya obat sebagai respons terhadap intensitas sinyal dalam tubuh.
Perubahan sistem dalam pelepasan obat disebabkan oleh perubahan terhadap
lingkungan di sekitar polimer dan tidak didapatkannya sinyal eksternal ke dalam tubuh
(Heller, 1993).
Beberapa tahun terakhir penggunaan polimer untuk sistem penghantaran obat
menjadi perhatian beberapa peneliti. Baik polimer yang digunakan secara tunggal
maupun polimer yang digunakan dengan kombinasi polimer yang lain serta polimer
yang dimodifikasi. Ketertarikan dalam penggunaan polisakarida alami yang
dimodifikasi secara kimia termasuk bagian dari pengembangan obat telah meningkat
dalam dua dekade terakhir. Perhatian besar juga telah difokuskan pada hidrogel berbasis
biopolimer untuk digunakan sebagai pembawa potensial dalam pengiriman obat
terkontrol (Patil dkk, 2010).
Hidrogel adalah jaringan hidrofilik tiga dimensi yang mampu menyerap
sejumlah besar air atau cairan biologis, meniru jaringan biologis. Karena sifat ini,
perhatian besar diberikan pada sistem ini untuk aplikasi biomedis. Pada dasarnya,
jaringan ini dapat disesuaikan melalui sistem penghantaran obat termodulasi dengan
menyesuaikan sifat fisikokimia hidrogel dengan memvariasikan tingkat ikatan silang
baik dengan cara fisik atau kimiawi atau fisik-kimiawi (Patil dkk, 2010).

2.2 Mekanisme Sistem Penghantaran Obat Termodulasi


Sistem penghantaran obat yang dikendalikan secara kimia dalam hal ini Sistem
Obat Termodulasi mengatur laju pelepasan obat dengan reaksi kimia dengan polimer.
Keuntungan utama adalah berbeda dengan sistem non-bioerodible polimer dilarutkan
dan diserap oleh tubuh. Bagaimanapun nasibnya produk polimer ini di dalam tubuh
harus diamati dengan cermat dan pengujian yang ketat diperlukan untuk memastikan
keamanan polimer. Dua mekanisme utama untuk pengontrol kimiawi pelepasan obat
adalah bioerosion dan rantai independen.
 Sistem bioerosion atau biodegradasi melibatkan pemecahan polimer menjadi
molekul kecil yang larut dalam air. Perangkat yang dikendalikan bioerosion
dikendalikan dengan matriks distribusi obat seragam di dalam polimer. Saat
polimer dipecah, air masuk kontak dengan obat yang menyebabkan pembubaran
dan pelepasannya. Tergantung larut dalam air air komponen dapat menembus ke
seluruh perangkat atau hanya bersentuhan dengan permukaan.
 Rantai independen. Mekanisme lain untuk pelepasan obat yang dikendalikan
secara kimiawi dikenal sebagai sistem rantai-independen dimana obat dilekatkan
pada rantai polimer dengan hubungan kimiawi labil. Di hadapan air atau enzim,
hubungan labil memutus obat. Rantai independen mungkin larut dalam air atau
tidak larut, rantai air bisa berfungsi sebagai obat pembawa ke sel atau organ
tertentu tempat obat dilepaskan oleh metabolisme. Tidak terpecahkan rantai
berfungsi sebagai gudang tempat obat dilepaskan perlahan.

2.3 Faktor yang mempengaruhi aktivasi Sistem Penghantaran Obat Termodulasi


Pelepasan molekul obat dari sistem penghantaran obat termodulasi di aktivasi
oleh beberapa proses fisika, kimia atau biokimia. Kecepatan pelepasan obat sendiri
diatur oleh pengendalian atau pemanfaatan energi yang dimiliki. Aktivitas modulasi
dapat diklasifikasikan dalam beberapa dasar, antara lain dasar fisika (aktivitas tekanan
osmotik, aktivitas tekanan hidrodinamik, aktivitas tekanan uap, aktivitas mekanik,
aktivitas magnetik, aktivitas sonophoresis, aktivitas iontophoresis, dan aktivitas hidrasi)
dasar kimia (aktivitas pH, aktivitas ion, aktivitas hidrolisis) dan dasar biokimia aktivitas
enzim serta aktivitas biokimia.
A. Fisika
1) Tekanan Osmotik : Pelepasan obat diaktifkan berdasarkan tekanan osmotik
biasanya dapat berupa dalam sistem bentuk larutan atau sediaan padat dalam
tempat yang semipermeable dengan permiabelitas cairan terkendali. Obat
diaktifkan dari larutan dengan kecepatan yang konstan dan melalui satorifis
penghantar khusus dimana kecepatan pelepasan obat itu sendiri dimodulasi
dengan pengontrolan dari perbedaan tekanan osmotik.Sehingga menyebabkan
perbedaan kecepatan pelepasan obat antara formulasi larutan dan formulasi
padat. Pelepasan molekul obat dari sistem yang diaktifkan oleh tekanan
osmotik akan dikendalikan oleh penentuan kecepatan permiabilitas cairan
yang dimiliki, luas permukaan efektif lapisan semipermiabel, dan perbedaan
tekanan osmotiknya.
 Reservoir obat bisa menjadi solusi yang terkandung di dalam tabung
yang tidak tembus air.
 Ditutupi dengan tempat agen osmotik di ruangan semi permeabel
yang kaku dengan permeabilitas air yang terkendali.
 Laju pelepasan obat dimodulasi oleh gradien tekanan osmotik.

2) Tekanan Hydrodinamik : Tekanan hidrodinamik digunakan sebagai sumber


energi untuk mengaktifkan pelepasan obat.
3) Tekanan Uap : Sistem penghantaran obat yang diaktifkan dengan tekanan
uap. Obat di dalam kompartemen infus dipisahkan dari kompartemen pompa
dengan partisi yang dapat digerakkan secara bebas. Kompartemen pompa
berisi cairan fluorokarbon yang menguap pada suhu tubuh. Tekanan uap yang
dibuat menggerakkan partisi ke atas, memaksa obat untuk dikirim. Misalnya:
implan INFUSAID (heparin).
4) Aktivitas Mekanik : Volume larutan yang diberikan tidak tergantung pada
kekuata. Volume larutan yang diberikan dapat dikontrol, sekecil 10-100µl.
Sistem penghantaran obat yang diaktifkan secara mekanis. Dilengkapi dengan
sistem pemompaan yang diaktifkan secara mekanis. Dosis formulasi obat
yang terukur dikirim secara reproduktif & durasi aktivasi yang diterapkan
serta volume larutan dalam wadah. Contoh adalah pengembangan nebulizer
dosis terukur untuk administrasi intranasal dosis presisi buserelin (LHRH).
5) Akrivitas Magnetik : Reservoir obat adalah dispersi peptida atau bubuk
protein dalam matriks polimer. Laju pengiriman yang rendah ditingkatkan
dengan menggabungkan mekanisme getaran yang dipicu secara
elektromagnetik. Sistem penghantaran obat yang diaktifkan secara magnetis.
6) Aktivitas Hidrasi : Di dalam lambung menyerap cairan lambung, sistem
penghantaran obat yang diaktivasi hidrasi tergantung pada proses
pembengkakan yang diinduksi hidrasi untuk mengaktifkan pelepasan obat.
Wadah obat tersebar secara homogen dalam matriks polimer yang dapat
membengkak yang dibuat dari polimer hidrofilik Pelepasan obat dikendalikan
oleh laju pembengkakan matriks polimer. Contohnya adalah VALRELEASE
tablet- diazepam dalam hidrokoloid dan eksipien farmasi. & membentuk gel
koloid yang dimulai dari permukaan tablet dan tumbuh ke dalam.
B. Kimia
1) Aktivitas pH : Aktivitas pH dalam sistem penghantaran obat termodulasi
ialah dengan menghantarkan obat ke bagian sasaran khusus dengan jarak
pH tertentu dan merupakan pembawa obat di dalam kombinasi polimer
yang sensitif terhadap pH. Obat yang labil atau tidak stabil dengan cairan
lambung dilapisi dengan pengkapsulan membrane polimer yang tahan
(resisten) terhadap proses degradasi pH cairan lambung. Membran pelapis
dan obat yang tahan terhadap cairan lambung biasanya memiliki pH di
bawah 3 yang nantinya ketika sistem penghantaran obat tersebut berpindah
ke usus halus dengan cairan intestine, rentang pH nya akan naik menjadi di
bawah 7,7.
2) Aktivitas ion juga terdapat pada sistem penghantara obat termodulasi
dengan membuat kompleks obat ion den resin penukar ion berisikan suatu
kuanter-ion yang sesuai. Granul kompleks obat dengan resin nantinya akan
diproses dengan satu agen penjenuhan seperti PEG4000. Aktivitas ion
dapat mengurangi kecepatan pengembangan dalam cairan medium,
permiabel, polimer yang tidak larut dalam air, seperti selulosa. Membran
sebagai barrier pengontrol kecepatan pemasukan ion yang berguna untuk
melepaskan obat daripada sistem. Aktivitas ion biasa bekerja di dalam
suatu medium elektrolit seperti cairan lambung dimana nantinya ion
mendifusi ke dalam sistem dan bereaksi dengan kompleks pada obat resin
dan menggerakan pelepasan obat ionic.
C. Biologi
1) Aktivitas Enzim : Karena kemampuannya yang luar biasa untuk mengenali
dan mengkatalisis perubahan bahan fisikokimia, enzim berguna dalam
desain biomaterial cerdas. Sistem pengiriman cerdas berbasis enzim adalah
optimal dalam aplikasi tertentu bila ada ekspresi berlebih dari enzim
spesifik di jaringan lingkungan, perbedaan gradien konsentrasi yang terkait
dengan kondisi penyakit, atau kombinasinya. Bahan yang responsif
terhadap enzim memiliki keunggulan karena kekhususannya dalam
regulasi dan aktivitas sel yang berkaitan dengan variasi peran biologis dan
metaboliknya.
2.4 Jenis Sistem Penghantaran Termodulasi.
Sistem penghantaran obat termodulasi adalah suatu sistem yang mampu
mengatur keluar atau jalannya obat untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Sistem
penghantaran obat ini dapat dikelompokkan secara luas sebagai modulasi eksternal
(externally-modulated) dan modulasi sendiri(self-modulated). Sinyal yang dihasilkan
secara eksternal diterapkan ke dalam suatu sistem yang kemudian menyesuaikan
keluaran atau jalannya obat sebagai respons terhadap intensitas sinyal dalam tubuh.
Perubahan sistem dalam pelepasan obat disebabkan oleh perubahan terhadap
lingkungan di sekitar polimer dan tidak didapatkannya sinyal eksternal ke dalam tubuh
(Heller, 1993).
A. externally-modulated : Mengubah pelepasan obatnya sebagai respons terhadap
sinyal yang dihasilkan secara eksternal seperti input elektronik yang mengubah
laju pengiriman dari pompa mekanis, medan magnet yang berosilasi,
ultrasound, suhu, atau sinyal listrik. Sistem-sistem ini memiliki keuntungan
yang bisa dicapai dari nilai pengiriman obat meningkat secara eksternal sesuai
permintaan setelah perangkat ditanamkan. Empat dominan teknik telah
dievaluasi dengan implan yang dimodulasi secara eksternal: dikendalikan
secara magnetis, ultrasonically diaktifkan, diaktifkan secara termal dan
dikontrol secara elektrik.
 Magnetically controlled
 Ultrasonically activated
 Thermally activated
 Electrically controlled
B. Self-Regulated : Ini adalah sistem yang dikontrol biofeedback, di mana tingkat
pelepasan obat bergantung pada kebutuhan tubuh akan obat pada waktu
tertentu. Dari sudut pandang terapeutik, sistem ini mungkin hampir
menduplikasi pelepasan dari kelenjar seperti pankreas. Berbagai mekanisme
telah digunakan untuk mendapatkan pengiriman yang diatur sendiri.
 Kekuatan ionik dan responsif terhadap pH : Perangkat ini memanfaatkan
fakta bahwa polimer yang mengandung gugus samping asam lemah atau
basa mengembangkan muatan masing-masing dalam pH basa atau asam.
Dalam polimer yang tidak larut dalam air ikatan silang, ini menghasilkan
serapan air dan pembengkakan yang sesuai dari membran polimerik
dengan pembukaan pori-pori molekul dan peningkatan laju pelepasan
obat.
 Glukosa Oksidase yang responsif terhadap glukosa mengkatalisis reaksi
antara glukosa dan oksigen dalam cairan tubuh untuk membentuk asam
glukonat, yang menurunkan pH lingkungan mikro. Sistem pelepasan
insulin berdasarkan oksidase glukosa memanfaatkan penurunan pH ini
untuk memicu peningkatan pelepasan.
 Responsif terhadap Urea Perangkat disk yang berisi hidrokortison
digabungkan ke dalam polimer yang dapat terurai secara hayati dengan
degradasi yang bergantung pada pH. Disk ini dilapisi dengan hidrogen
yang mengandung urease amobil. Dalam hidrokortison garis dasar buffer
fisiologis dilepaskan karena hidrolisis polimer dan difusi obat. Dalam
prevalensi urea, enzim urease meningkatkan pH lingkungan mikro
dengan mengubah urea menjadi amonium bikarbonat dan amonium
hidroksida. Peningkatan hasil pH dalam hasil peningkatan hidrolisis
polimer biodegradable dan peningkatan pelepasan hidrokortison.

2.5 Contoh Material pembentuk Sistem Penghantaran Obat Termodulasi


A. Liposom
Liposom atau gelembung lemak merupakan partikel koloid yang dibuat
menggunakan molekul, fosfolipid dan merupakan sistem penghantaran yang
paling umum digunakan untuk penghantaran obat tertarget. Sistem penghantaran
ini menarik banyak minat peneliti karena berperan penting dalam meningkatkan
efek terapi, keamanan, dan efikasi berbagai obat termasuk antitumor, antiviral,
antimikrobial, dan vaksin17. Liposom tidak beracun, nonhemolitik dan non-
imunogenik bahkan setelah suntikan berulang. Sifatnya biokompatibel dan
biodegradable dan dapat dirancang untuk menghindari mekanisme pembersihan
sistem retikuloendotelial (RES), ginjal atau inaktivasi secara kimiawi dan
enzimatik.
Kekurangan liposom in vivo merupakan pembersihan segera oleh sistem
RES dan stabilitas yang relatif rendah in vitro. Untuk mengatasi hal ini,
polietilen glikol (PEG) dapat ditambahkan ke permukaan liposom.
Meningkatkan persen mol PEG pada permukaan liposom 4-10% meningkatkan
secara signifikan waktu sirkulasi in vivo 200- 1000 menit. Untuk memperbaik
terapi dengan sistem ini perlu modifikasi permukaan dengan ligan agar
meningkatkan penghantaran menjadi lebih selektif. Hal ini penting untuk
transportasi dan penghantaran in vivo makromolekul, termasuk antisense,
aptamers oligonukleotida, dan gen, yang tidak seperti kebanyakan obat
konvensional, kurang tersirkulasi dengan baik dan sering membutuhkan serapan
seluler oleh fusi, endositosis, atau proses lainnya untuk mencapai tempat
aksinya.
B. Polimer Misel
Misel adalah partikel koloid dengan ukuran dalam kisaran 5-100 nm.
Misel terdiri dari amfifil atau bahan aktif permukaan (surfaktan), dimana
sebagian besar kepala merupakan kelompok-hidrofilik dan ekor hidrofobik. Pada
konsentrasi rendah dalam medium berair, amfifil berupa monomer dalam
larutan, namun ketika konsentrasi meningkat, agregasi dan self-assembly
berlangsung sehingga misel terbentuk. Konsentrasi di mana misel yang
terbentuk disebut sebagai konsentrasi misel kritis (CMC).
Pembentukan misel dipicu oleh penataan ekor hidrofobik yang mengarah
ke keadaan yang menguntungkan entropi. Fungsionalisasi misel sebagai
penghantar obat dapat ditingkatkan dengan cara menempelkan ligan pentarget
yang secara khusus mengenali dan mengikat reseptor yang diekspresikan pada
sel tumor. Misel juga sangat menarik digunakan dalam pemberian obat yang
ditargetkan pada sel-sel kanker karena: 1) akumulasi misel polimer pada tumor
dapat meningkat karena efek EPR sehingga pendekatan pentargetan pasif dapat
berlaku di sini; 2) polimer misel dapat dibuat sensitif terhadap perubahan suhu
atau pH, yang berpotensi berguna untuk penghantaran obat yang ditargetkan
pada kanker, karena banyak proses patologis dalam jaringan kanker yang
disertai dengan peningkatan suhu atau keasaman; 3) Ligan yang berinteraksi
dengan reseptor spesifik untuk selsel kanker juga dapat melekat pada unit
hidrofilik dari misel.
C. Pendekatan Nanopartikel
Nanopartikel adalah sistem koloid dengan ukuran submikron (< 1 M)
terbuat dari berbagai macam bahan dalam berbagai komposisi. Vektor
nanopartikel meliputi: liposom, misel, dendrimers, nanopartikel lipid padat,
nanopartikel logam, semikonduktor nanopartikel dan polimer nanopartikel.
Nanopartikel sangat baik untuk penargetan tumor karena sifat unik yang mampu
melekat pada tumor padat. Pertumbuhan tumor padat yang cepat menyebabkan
drainase limfatik pembuluh darah yang jelek serta peningkatan efek
permeabilitas dan retensi (EPR) yang memungkinkan nanopartikel terakumulasi
di lokasi tumor. ini dikenal sebagai penargetan aktif.
Penelitian menunjukkan bahwa sistem penghantaran nanopartike
memungkinkan konsentrasi obat pada tumor mencapai 10 - 100 kali lipat lebih
tinggi dibandingkan ketika pemberian obat bebas. Selain pentargetan tumor
secara pasif melalui efek EPR, lokalisasi intratumoral nanopartikel dapat lebih
ditingkatkan dengan pentargetan aktif melalui konjugasi partikel dengan
molekul kecil pengenal tumor spesifik seperti asam folat, tiamin, dan antibodi
atau lektin.
D. Dendrimer
Dendrimer merupakan makromolekul dengan struktur bercabang dan
terdiri atas inti, cabang dan gugus ujung. Dendrimer yang didekorasi dengan
bioaktif ligan yang terbuat dari peptide dan sakarida pada gugus perifer,
membentuk nanomaterial yang memiliki sifat mampu berikatan dengan reseptor
spesifik. Pada level selular konjugat bioaktif dendrimer dapat berinteraksi
dengan sel berdasar afinitas dan selektifitas sehingga menarik banyak minat
karena potensi pentargetan untuk desain sistem penghantaran obat. Selain itu
konjugat dendrimer juga banyak dipelajari karena dapat menaikkan stabilitas,
solubilitas, dan absorbsi berbagai jenis tipe bahan aktif terapetik.
BAB III
REVIEW JURNAL

3.1 Identitas Jurnal


 Judul Jurnal : IONOTROPIC GELATION AND POLYELECTROLYTE
COMPLEXATION: THE NOVEL TECHNIQUES TO DESIGN
HYDROGEL PARTICULATE SUSTAINED, MODULATED
DRUG DELIVERY SYSTEM: A REVIEW
 Penulis : Penulis :J.S. PATIL*, M.V. KAMALAPUR, S.C. MARAPUR,
D.V. KADAM
 Tahun Terbit : Maret, 2010
 Publikasi : Digest Journal of Nanomaterials and Biostructures
 Volume : Vol.5, No. 1
 Halaman : 241 – 248

3.2 Isi Jurnal


1. Latar Belakang
Ketertarikan menggunakan polisakarida alami dan yang dimodifikasi secara
kimia sebagai bagian dari pengembangan obat telah meningkat dalam dua dekade
terakhir. Perhatian besar juga telah difokuskan hidrogel berbasis biopolimer untuk
digunakan sebagai pembawa potensial dalam pengiriman obat terkontrol. Hidrogel
adalah jaringan hidrofilik tiga dimensi yang mampu menyerap air dalam jumlah
besaratau cairan biologis, meniru jaringan biologis. Karena sifat ini, perhatian besar
pundikhususkan untuk sistem ini untuk aplikasi biomedis. Memang, jaringan ini bisa
dibuat perangkat penghantaran obat termodulasi dengan menyetel sifat fisikokimia dari
hydrogel dengan memvariasikan tingkat ikatan silang baik dengan cara fisik atau
kimiawi atau fisik-kimiawi.
Berbagai pendekatan telah diteliti untuk perumusan bentuk sediaan pelepasan
terkontrol agen terapeutik yang berbeda termasuk protein, peptida, dan bahkan sel.
Mikroenkapsulasi menjadi teknik umum dalam produksi bentuk sediaan pelepasan
terkontrol. Manik-manik gel polimer dibuat dengan menggunakan sejumlah polimer
alami yang dapat terurai secara hayati.
Manik-manik (Beads) adalah mikrokapsul bulat diskrit yang berfungsi sebagai
substrat padat tempat obat dilapisi ataudikemas dalam inti manik-manik. Manik-manik
dapat memberikan sifat pelepasan berkelanjutan dan banyak lagi distribusi obat yang
seragam, termasuk di dalam saluran gastrointestinal. Lebih jauh lagi ketersediaan hayati
obat yang di formulasikan dalam manik-manik dap di tingkatkan. Teknik enkapsulasi
meskipun telah populer, didasarkan pada pelarut organik. kemungkinan terdapat
toksisitas pada dosis kronis karena adanya jejak yang merata dari pelarut organik dalam
bentuk sediaan, sifat mudah terbakar, pencemaran lingkungan terkait dengan peraturan
pemerintah yang membatasi penggunaannya.
Banyak upaya penelitian telah dilakukan terkonsentrasi pada pengembangan
manik-manik hidrogel menggunakan polimer alami sebagai turunannya dari sumber
alam, tidak membutuhkan pelarut organik, mudah didapat dan memenuhi syarat untuk
suatu jumlahmodifikasi kimia. Manik-manik hidrogel berisi obat menawarkan
lingkungan inert di dalammatriks dan enkapsulasi biasanya dicapai dalam media yang
bebas pelarut organik.
2. Metode
a) Teknik Gelasi Ionotropik
Gelasi ionotropik didasarkan pada kemampuan polielektrolit untuk
menyilang di hadapannyaion counter untuk membentuk hidrogel. Sejak,
penggunaan alginat, gellan gum, chitosan, dankarboksimetil selulosa untuk
enkapsulasi obat dan bahkan sel, gelasi ionotropikteknik telah banyak digunakan
untuk tujuan ini. Polielektrolit alami, memiliki filesifat lapisan pada inti obat dan
bertindak sebagai penghambat laju pelepasan mengandung anion tertentustruktur
kimianya.
b) Teknik Kompleksasi Polielektrolit
Kualitas butiran hidrogel yang dibuat dengan metode gelasi ionotropik
juga dapat ditingkatkanditingkatkan dengan teknik kompleksasi polielektrolit.
Kekuatan mekanik dan permeabilitas penghalang hidrogel dapat ditingkatkan
dengan penambahan polielektrolit lain yang bermuatan berlawananke manik-
manik hidrogel gel ionotropik. Misalnya, penambahan polycations
memungkinkan membran kompleks polielektrolit terbentuk pada permukaan
manik-manik alginat. Besarjumlah polielektrolit yang dimodifikasi secara alami
dan kimiawi telah diselidiki dan diagram skema pembuatan manik-manik
hidrogel melalui gelasi ionotropik.

C. Bahan
a) Natrium Alginat
Larut dalam air dan membentuk struktur retikulasi yang bisa di
hubungkan silang dengan kation divalen atau polivalen untuk membentuk
jalinan yang tidak larut. Kalsium dan sengkation telah dilaporkan untuk ikatan
silang gugus asam alginat. Alginate tampaknya sangat menjanjikan untuk
pengembangan ini karena sifatnya yang tidak beracun, dapat terurai secara
hayati dan biokompatibel dan telah diteliti secara rinci (Kelebihan Alginat).
Struktur uniknya membentuk gel kalsium alginat yang tidak larut dalam
airgelasi ionotropik dengan ion kalsium adalah kondisi sederhana, ringan dan
ramah lingkunganmungkin untuk membungkus agen bio-aktif makromolekul
seperti sel, enzim, protein dan vaksin.
Baru-baru ini, banyak upaya penelitian telah di konsentrasikan untuk
mengembangkan manik-manik kalsium alginate sarat dengan berbagai agen
terapeutik dengan berat molekul rendah. Dalam berbagai penelitian, manik-
manik alginate telah digunakan sebagai kendaraan yang sangat baik. Kondrosit
artikular kelinci di imobilisasi dalam manik-manik alginate mempertahankan
morfologi normal dan aktivitas metabolisme selama lebih dari dua minggu
menggunakan kalsium,barium, dan strontium sebagai agen pembentuk gel.
Struktur penting lainnya dari manik-manik alginat adalah kemampuan
membengkak kembali mereka. Properti ini peka terhadap pH lingkungan. Oleh
karena itu, sensitif terhadap asamobat yang dimasukkan ke dalam manik-manik
dapat dilindungi dari getah lambung.
b) Gellan Gum
Gellan gum adalah eksopolisakarida bakteri yang dibuat secara komersial
secara aerobic fermentasi terendam dari Sphingomones Eloda, dengan cara yang
mirip dengan xanthan gum.Gum gellan deasetilasi adalah polisakarida mikroba
anionik, disekresikan dari S. Eloda, terdiri dari unit tetras achharide berulang
glukosa, asam glukuronat, dan residu rhamnose. Rata-rata, ada satu gliseril per
unit berulang dan satuasetil untuk setiap dua unit berulang. Gusi gellan
deasetilasi diperoleh dengan perlakuan alkali daripolisakarida asli. Gellun gum
asli dan deasetilasi mampu membentuk fisik gelasi. Larutan air pekat dari gellan
gum dibuat pemanasan awal untuk menginduksigelasi gellan.
Ketika suhu diturunkan, rantai mengalami konformasitransisi dari
kumparan acak ke helikel ganda (transisi kumparan heliks). Kemudian penataan
ulang ahelikel ganda terjadi mengarah ke pembentukan zona persimpangan
teratur (transisi sol-gel).Jadi, memberikan hidrogel termo-reversibel. Termo-
reversibel fisik yang jauh lebih kuathidrogel juga diperoleh dengan penambahan
kation mono dan divalen ke larutan gel. Kemampuan gelasi fisik dari
polisakarida ini membuatnya cocok sebagai penataan danagen pembentuk gel
dalam makanan dan pasta gigi, pengikat, sebagai matriks pelepasan
berkelanjutan.
Gellan gum juga digunakan dalam bidang pelepasan molekul bioaktif
yang dimodifikasi. Solusi berair darigellan digunakan sebagai sistem gelling in-
situ, terutama untuk sediaan oftalmik, dan untukpengiriman obat. Hidrogel
gellan fisik, dibuat dengan kation mono atau divalen, digunakanjuga untuk
persiapan tablet, manik-manik atau mikrosfer. Menembus jaringan polimeratau
jaringan polimer co-cross linked berdasarkan gellan dan sistem polisakarida
lainnya jugatelah dikembangkan sebagai matriks pengiriman obat.
c) Chitosan
Kitosan merupakan biopolimer yang dapat digunakan untuk pembuatan
berbagai macam produk kompleks polielektrolit dengan polianion alami seperti
xanthan, alginat, dan karrangeenan. Kompleks kitosan-polianion telah banyak
diteliti untukaplikasi seperti pengiriman obat dan protein, transplantasi sel,
imobilisasi enzim. Di antaranya, kompleks, kompleks kitosan-alginat mungkin
merupakan penghantaran obat yang paling pentingsistem hydrogel. Interaksi
elektrostatis yang kuat antara gugus amina kitosan dengan gugus
karboksilalginat mengarah pada pembentukan kompleks kitosan-alginat. Manik-
manik gel kitosan-alginatdengan inti kitosan dan kulit kitosan-alginat dibuat
dengan menjatuhkan larutan alginate menjadi larutan kitosan.
Karena protonasi gugus amino pada kitosan dan ionisasi gugus asam
karboksilat pada alginat, stabilitas kitosan dipengaruhi oleh lingkungan
parameter seperti pH dan kekuatan ion. Ditemukan bahwa kitosan
makromolekul cepat mengikat ke permukaan tetesan alginat, tetapi terbatas
untuk berdifusi ke inti dalam. Dalam urutan untuk meningkatkan stabilitas
kompleks kitosan-alginat larutan kitosan, yang terdiri dari kalsium klorida
digunakan untuk gelasi alginat. Adanya ion kalsium dalam kitosan larutan
selama inkubasi berpengaruh besar terhadap kemampuan manik gel untuk
mengikat kitosan. Sebagaikonsentrasi kalsium klorida meningkat, laju dan
luasnya proses pengikatan kitosanjuga meningkat secara proporsional.
d) Carboxymethyl Cellulose
Modifikasi kimiawi polisakarida adalah rute paling penting untuk
memodifikasi properti dari biopolimer alami dan untuk menggunakan sumber
daya terbarukan ini dalam konteksnya pembangunan berkelanjutan. Selulosa,
produk tumbuhan pada proses karboksimetilasi, bisadimodifikasi sebagai
karboksimetilselulosa (CMC).CMC adalah biopolimer yang dimodifikasi secara
kimiawi pertama kalidisiapkan pada tahun 1918 dan diproduksi secara komersial
pada awal 1920-an. Hari ini CMCKualitas yang berbeda diterapkan di banyak
bidang industri dan kehidupan manusia.
Interaksi gugus karboksilat CMC dengan ion logam multivalen dapat
digunakan untuk membentuk gel ionotropik, yang sebagian besar distabilkan
oleh elektrostatis interaksi. Selain itu, interaksi antara gugus -OH dari polimer
dan ion logam berkontribusi pada stabilitas dan ketidaklarutan air dari agregat
polimer ini. CMC bisa dihubungkan silang dengan garam besi atau aluminium
untuk mendapatkan manik-manik hidrogel yang dapat terurai secara hayati. Rilis
terkontrol pola juga dapat diperbaiki dengan melapisi hidrogel ini dengan
kitosan atau gelasi dan dengan pengikatan silang.

D. Teknik Pembuatan
Umumnya, manik-manik hidrogel dibuat dengan dua cara bergantung pada
partikel yang diinginkanukuran sebagai berikut.
a) Metode menjatuhkan / ekstrusi jarum suntik
Manik-manik hidrogel dapat diproduksi secara luas dengan menjatuhkan
larutan polianion berair larutan menjadi larutan kation biasanya kalsium klorida.
Meskipun ini cara yang sederhana dan cepat untuk mendapatkan pembawa obat
partikulat, metode ini menyajikan batasan utama yang terdiri dari obat
kehilangan selama persiapan manik. Selain itu, matriks yang terbentuk biasanya
sangat permeabel dan sedikit atau tidak ada pelepasan obat yang bisa sebenarnya
dikontrol dalam inti obat terlarut.
Oleh karena itu, penggunaan preferensial untuk ini manik-manik
hidrogel dalam pengiriman kelarutan rendah atau obat mikromolekul telah
disarankan. Masalah ini juga dapat diatasi dengan pencampuran dengan
polielektrolit lain seperti alginat-pektin,alginat-kitosan, alginat-etil selulosa, dan
alginat-Eudragit. Namun, teknik yang digunakan dalam studi ini baik dapat
menyebabkan agregasi partikel tingkat tinggi atau melibatkan penggunaan
metanol sebagai pelarut. Sejak itu, sebagian besar tetesan dibuat dengan jarum
suntik ukuran partikelnya relatif besar.
b) Metode atomisasi udara
Sebagai alternatif, manik-manik juga dapat dibuat dengan sistem getaran
atau atomisasi udarametode. Tetesan yang relatif lebih kecil dapat dibentuk
dengan menggunakan sistem getaran atau atomisasi udara metode untuk
mengekstraksi larutan polianion. Kemudian melibatkan penyemprot udara
Turbotak. Bertekanan udara diumpankan untuk bercampur dengan larutan
polianion, memaksa tetesan cairan kecil keluar melalui lubang nosel.
Kation mengikat silang tetesan polianion pada kontak untuk membentuk
tetesan mikrogel,yang selanjutnya dihubungkan silang oleh polielektrolit seperti
poli-L-lisin untuk membentuk membrantetesan. Mikropartikel yang diperoleh
dengan menggunakan metode ini berada dalam kisaran ukuran 5-15 μm. Metode
ini membutuhkan perangkat ekstrusi khusus atau ato.

3.3 Kesimpulan Jurnal

Telah banyak digunakan polisakarida alami yang berfungsi sebagai biopolymer


untuk meningkat bidang formulasi hidrogel pelepasan berkelanjutan yang baru.
Biopolimer ini memiliki sifat unik membentuk manik-manik hidrogel bila disilang
dengan agen yang sesuai penghubung silang kationik polivalen. Karena polianion ini
mampu merangkum besar jumlah molekul mikro dan makro terapeutik dalam
struktur jaringan hidrogelnya membuat hal ini penting dalam pengembangan novel
biokompatibel yang berkelanjutan dan pengiriman obat yang ditargetkan.
Teknik gelasi ionotropik dan kompleksasi polielektrolit adalah cara yang terbaik
menurut ilmuwan farmasi yang terlibat dalam pengembangan sistem pengiriman obat
baru. Penggunaan yang benar dari teknik ini dapat membuat tingkat pelepasan obat
juga dapat dimodulasi dengan memvariasikan waktu pemaparan dan konsentrasi
agen penghubung silang. Pencapaian pengembangan polimer kimia baru dan teknik
enkapsulasi strategis berhasil memanfaatkan biopolymer. Pertumbuhan bioteknologi
yang eksplosif dan rekayasa genetika telah memudahkan untuk menghadapi
tantangan yang paling sensitive seperti makromolekul protein dan peptida.
Makromolekul ini bisa berhasil dikemas menjadi jaringan hidrogel, dan
memastikan tingkat pelepasan konstan obat ini berakhir pada periode yang
diinginkan dengan mempertahankan integritas strukturalnya. Pemanfaatan bahan
pelarutorganik yang mahal dan beracun dalam proses mikroenkapsulasi telah
berkurang drastis karena evolusigelasi ionotropik dan teknik kompleksasi
polielektrolit. Hal ini juga membuat proses pengembangan produk farmasi yang
ramah lingkungan dalam pembuatan manik-manik hidrogel.
Harapannya lebih banyak obat protein yang muncul dari proyek genom, manik
hidrogel baru dengan metode enkapsulasi yang meminimalkan penggunaan pelarut
organik beracun dan perubahan sifatnya makromolekul akan menjadi alat yang
sangat berharga di masa depan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Sistem penghantaran obat termodulasi adalah suatu sistem yang mampu


mengatur jalannya keluar obat untuk memenuhi kebutuhan fisiologis pada saat
di perlukan.
2. Mekanisme Sistem Penghantaran Obat Termodulasi di kendalikan secara kimia
laju pelepasan obat dengan reaksi kimia dengan polimer. Dua mekanisme utama
untuk pengontrol kimiawi pelepasan obat adalah bioerosion dan rantai
independen.
3. Sistem Penghantaran Obat Termodulasi di pengaruhi aktivasi fisika, kimia, dan
biologi.
4. Sistem Penghantaran Obat Termodulasi ada dua jenis yaitu modulasi eksternal
(externally-modulated) dan modulasi sendiri(self-modulated).
5. Berbagai jenis pembawa obat dalam sistem penghantaran ini antara lain liposom,
polimer misel, nanopartikel, dendrimers dan lain sebagainya.

4.5 Saran

Pengembangan produk farmasi yang semakin pesat seperti halnya dalam sistem
penghantaran obat termodulasi ini di tujukan agar proses pengobatan lebih efisien, aman
dan diharapkan lebih efektif. Sangat di perlukan bagi pembaca maupun penulis untuk
memperluas wawasan dengan belajar dari berbagai sumber bacaan terbaru.
DAFTAR PUSTAKA

(Berner & Kydonieus, 1996) Berner B & Kydonieus A (1996) “Novel drug delivery
systems” Welling PG, Lasagna L, & Banakar UV, Eds, Marcel Dekker: New
York, NY, 169–201.
(Check, 1984) Check WA (1984) “New drugs and drug delivery systems in the year
2000” American Pharmacy NS24 44–56.
Anief, Moh. Drs, Apt. Ilmu Farmasi. 1984. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ansel, C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press
Garnett, M., Targeted Drug Conjugates: Principles and Progress, Adv.Drug. Del.rev.,
2001,53:171-216
Gaurav Tiwari dkk., “Drug delivery systems: An updated review”. International Journal
of Pharmaceutical Investigation. Vol. 2 No. 1. Hal. 2-11.
Heller, J. 1993, ‘Modulated Release from Drug Devices’, Critical Reviews in
Therapeutic Drug Carrier Systems, Vol. 10, No. 3: 253-305.
Jufri, M., Arah dan Perkembangan Liposomes Drugs Delivery Systems, Majalah Ilmu
Kefarmasian, 2004, Vol 1 No 2, hal 59-68
Patil, J., dkk. 2010, ‘Ionotropic Gelationand Polyelectrolyte Complexation: The Novel
Techniquesto Design Hydrogel Particulate Sustained, Modulated Drug Delivery
System: A Review’, Digest Journal of Nanomaterials and Biostructures, Vol. 5,
No. 1: 241-248.
Prisca Safriani Wicita. 2019, APLIKASI XANTHAN GUM DALAM SISTEM
PENGHANTARAN OBAT: REVIEW, Farmaka Volume 15 Nomor 3, Program
studi Pascasarjana Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran.
S.BEETHA ROHINI. 2012, FORMULATION AND EVALUATION OF
BIODEGRADABLE IMPLANTABLE DRUG DELIVERY SYSTEM OF
CLINDAMYCIN HYDROCHLORIDE, DEPARTMENT OF
PHARMACEUTICS RVS COLLEGE OF PHARMACEUTICAL SCIENCES,
Sulur, Coimbatore.
Winarti, lina. 2013. “SISTEM PENGHANTARAN OBAT TERTARGET, MACAM,
JENIS-JENIS SISTEM PENGHANTARAN, DAN APLIKASINYA”,
Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 10 No. 2 2013: 75-81.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai