TUGAS AKHIR
1508505010
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
i
ii
Lembar Pengesahan
TUGAS AKHIR
Tugas Akhir ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm.) di Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana
Oleh
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. rer. nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Si., Apt. Ni Made Widi Astuti, S.Farm., M.Si., Apt.
NIP.196804201994021001 NIP.1987091620110222001
Mengesahkan,
Koordinator Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
ii
iii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul “Identifikasi Sidik Jari Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar
tidak terlepas dari dukungan, saran, dan bimbingan berbagai pihak. Maka dari itu,
1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan
penulis mulai dari awal hingga akhir sehingga tugas akhir ini selesai dengan
2. Drs. Ida Bagus Made Suaskara, M.Si., selaku Dekan Fakultas Matematika dan
3. Dewa Ayu Swastini, S.F., M.Farm., Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi
4. Dr. rer. nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Si., Apt. selaku dosen
akhir ini.
5. Ni Made Widi Astuti, S.Farm., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing II yang
7. Keluarga, yaitu orang tua yang sangat penulis sayangi dan cintai, Ibu, Bapak,
dan Adik yang penulis kasihi. Terima kasih atas dukungan doa dan semangat
yang telah diberikan baik moral maupun material dalam penyusunan tugas
akhir ini.
dan membantu saat dalam kesulitan serta yang selalu menemani dari awal
10. Semua pihak yang terlibat dan telah membantu penulis dalam penyusunan
tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, tidak ada
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
v
vi
yang bersifat membangun, sehingga di masa yang akan datang dapat menjadi
lebih baik. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
Penulis
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... . i
ABSTRAK .......................................................................................... xv
2.3.1 Alkaloid................................................................ 6
vii
viii
Spektrofotodensitometri ................................................. 10
viii
ix
Sawentar ........................................................................ 20
LAMPIRAN ........................................................................................ 49
ix
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Tanaman Ubi Jalar Varietas Sawentar ............................. 4
Flavonoid ....................................................................... 26
Polifenol......................................................................... 31
Saponin .......................................................................... 40
Triterpenoid ................................................................... 44
x
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Fase Gerak untuk Identifikasi Sidik Jari Fitokimia .............. 10
xi
xii
DAFTAR ISTILAH
perubahan
xii
xiii
DAFTAR SINGKATAN
GF : Gypsum Fluoresence
Rf : Retardation factor
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Pereaksi Pendeteksi Penentuan Sidik Jari Fitokimia ..... 49
xiv
xv
ABSTRAK
Kata Kunci : daun ubi jalar varietas Sawentar, sidik jari fitokimia, KLT-
Spektrofotodensitometri.
xv
xvi
ABSTRACT
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
potensial. Ubi jalar merupakan salah satu tumbuhan tropis sebagai sumber
unggul ubi jalar hingga tahun 2016 (Balitkabi, 2016). Salah satu kelompok
varietas baru ubi jalar yang ditemukan yaitu ubi jalar varietas Sawentar (Ipomoea
bebas dari induk betina Mantang Merah (var lokal asal Jawa Barat) pada
polycross nursery (Balitkabi, 2016). Tumbuhan ini memiliki helai daun berwarna
hijau, tulang daun berwarna ungu, umbi berbentuk elip membulat, kulit umbi
Bagian tumbuhan ubi jalar varietas Sawentar yang menjadi target utama
penelitian adalah daunnya. Ubi jalar varietas Sawentar memiliki daun berwarna
hijau dengan tulang daun berwarna ungu. Warna ungu pada daun ubi jalar varietas
batatas L. var. Sawentar) masih sangat jarang dilakukan. Sampai saat ini belum
ada penelitian yang menjelaskan komponen senyawa kimia pada ubi jalar varietas
1
2
bidang kesehatan terkait aktivitas farmakologi yang diberikan oleh ubi jalar
varietas Sawentar.
sidik jari fitokimia. Senyawa kimia yang diidentifikasi berupa senyawa metabolit
terpenoid, glikosida, minyak atsiri dan steroid. Sidik jari fitokimia ditunjukkan
dengan profil kromatogram berupa spot, densitogram, dan spektrum (Reich and
Blatter, 2004). Pola sidik jari fitokimia dapat dijadikan acuan dalam standarisasi
herbal. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk identifikasi sidik jari
dengan metode KLT dipiih karena lebih cepat, fleksibel, dapat menganalisis
terdapat pada tumbuhan. Pemilihan fase diam dan fase gerak mengacu pada
senyawa juga dilakukan dengan pereaksi pendeteksi yang sesuai. Terkait latar
belakang tersebut, maka penelitian ini dilakukan identifikasi sidik jari fitokimia
daun ubi jalar varietas Sawentar (Ipomoea batatas L. var. Sawentar). Hal tersebut
2
3
Bagaimana sidik jari fitokimia ekstrak etanol daun ubi jalar varietas
Spektrofotodensitometri?
Mengetahui sidik jari fitokimia ekstrak etanol daun ubi jalar varietas
Spektrofotodensitometri.
fitokimia ekstrak etanol daun ubi jalar varietas Sawentar (Ipomoea batatas L. var.
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Convolvulales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea L.
(Rukmana, 1997).
a. b.
Gambar 1. Tanaman Ubi Jalar Varietas Sawentar. a: Umbi b: Daun
(Balitkabi, 2016).
4
5
Ubi jalar varietas Sawentar merupakan salah satu ubi jalar varietas baru di
Indonesia. Ubi jalar ini merupakan persilangan bebas dari induk betina Mantang
Merah (var lokal asal Jawa Barat) pada polycross nursery (Balitkabi, 2016). Ubi
jalar varietas Sawentar baik tumbuh pada lahan sawah dan tegalan di daerah
Varietas Sawentar memiliki kerangka daun berbentuk hati, daun berwarna hijau
dengan tulang daun berwarna ungu, bentuk umbi bulat, kulit umbi berwarna
merah, dan daging umbi berwarna krem. Masa panen ubi dalam 6 bulan
(Balitkabi, 2016). Ubi jalar varietas Sawentar memiliki kadar protein 1,94%,
kadar serat 5,34%, kadar gula total 5,23%, dan kadar betakaroten 350,12 μg/100 g
golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan. Senyawa kimia yang
kromatografi lapis tipis dilakukan karena hasil yang diperoleh dapat langsung
al., 2004). Hasil sidik jari fitokimia ditunjukkan dengan profil kromatogram
5
6
Fitokimia berasal dari kata phyto (tumbuhan) yang berarti senyawa kimia
yang terdapat pada tumbuhan (Saxena, 2013). Secara umum fitokimia merupakan
2.3.1 Alkaloid
sedikit satu atom N yang bersifat basa pada umumnya (Endarini, 2016). Alkaloid
berupa padatan kristal tidak larut, tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa
berwarna merah). Basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, dan
beberapa pseudoalkalod serta protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan
alkaloid quartener sangat larut dalam air (Endarini, 2016). Alkaloid pada beberapa
6
7
2.3.2 Flavonoid
asam dan dapat larut dalam basa. Flavonoid juga merupakan senyawa polihidroksi
(gugus hidroksil) sehingga bersifat polar dan dapat larut dalam pelarut polar
seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida
(Li et al., 2009). Flavonoid juga mudah larut dalam air karena adanya gugus
memberikan warna merah, ungu, biru, dan kuning pada tumbuhan (Endarini,
2009).
2.3.3 Triterpenoid
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik,
yaitu skualena. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi
dan bersifat optis aktif (Harborne, 1987). Triterpenoid memiliki struktur siklik
yang rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau atom karboksilat, dan larut
dalam pelarut organik dan eter (Endarini, 2016). Triterpenoid dilaporkan berperan
2.3.4 Tanin
protein, polisakarida, alkaloid, asam nukleat, dan mineral (Saxena, 2013). Tanin
7
8
secara umum memiliki gugus fenol dan bersifat koloid. Semua jenis tanin dapat
larut dalam air, kelarutannya besar dan akan bertambah besar apabila dilarutkan
dalam air panas dan pelarut organik seperti metanol, etanol, aseton serta pelarut
2.3.5 Saponin
memiliki sifat larut dalam air dan etanol (Endarini, 2016). Saponin dilaporkan
2.3.6 Polifenol
Polifenol memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus fenol dalam
molekulnya. Polifenol dalam air bersifat sebagai asam lemah jadi mengion, karena
itu fenol dapat bereaksi dengan basa dan membentuk garam fenolat. Senyawa
fenolik memiliki kelarutan agak larut dalam air dan berperan memberikan
2.3.7 Steroid
merupakan hasil reaksi dari turunan terpena atau skualen. Steroid memiliki
kelarutan larut dalam pelarut organik dan eter (Endarini, 2016). Steroid dilaporkan
8
9
Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan
kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma
yang khas. Minyak atsiri yang baru diekstrak biasanya tidak berwarna atau
berwarna kekuningan. Minyak atsiri umumnya larut dalam alkohol dan pelarut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Prinsip
ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non
polar dalam senyawa non polar (like dissolves likes) (Depkes RI, 2000). Metode
ekstraksi yang digunakan mengacu pada metode Wicaksono dkk., (2016). Pada
dapat mempercepat waktu kontak antara sampel dan pelarut meskipun pada suhu
ruang. Gelombang ultrasonik akan merusak struktur dinding sel tanaman dan
mempercepat difusi pelarut melalui membran, sehingga sel menjadi lisis dan
menjadi mudah dalam pelepasan isi sel (Falleh et al., 2012). Pelarut yang
digunakan dalam metode ektraksi ini adalah etanol, karena berdasarkan sifat fisika
kimia dari senyawa-senyawa fitokimia sebagian besar larut pada etanol. Etanol
9
10
afinitas analit pada fase diam dan fase gerak. Metode KLT dikombinasikan
Identifikasi sidik jari yang digunakan mengacu pada metode yang telah
dikembangkan oleh Harbone (1987) dan Reich and Blatter (2004). Fase diam
yang umumnya digunakan untuk identifikasi sidik jari fitokimia adalah plat silika
gel (Reich and Blatter, 2004). Fase gerak yang umumnya digunakan untuk
penentuan sidik jari fitokimia yang terdapat di dalam tanaman dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Fase Gerak untuk Identifikasi Sidik Jari Fitokimia (Harbone, 1987;
Reich and Blatter, 2004).
No Senyawa Fase Gerak
1. Alkaloid Toluena, etl asetat, dietil amin atau ammonia (70:20: 10)
2. Minyak Atsiri dan Etil asetat atau metanol dan toluen atau heksana dalam
Triterpenoid berbagai konsentrasi, atau diklorometana
3. Flavonoid Etil asetat, asam formit, asam asetat, akuades (100:
11:11:26) atau asam formit, akuades, etil asetat
4. Saponin Kloroform, metanol, akuades (70: 30: 4)
Asam asetat, akuades, 1-butanol (10:40:50) atau ammonia,
akuadet, etanol, etil astat (1:9:25:65)
5. Tanin dan Toluen, etil asetat (93:7)
Polifenol
6. Steroid Etil asetat atau metanol dan toluen atau heksana dalam
berbagai konsentrasi, atau diklorometana
10
11
Tabel 2. Pereaksi Pendeteksi Umum (Harbone, 1987; Reich and Blatter, 2004).
11
12
BAB III
METODE PENELITIAN
ekstrak etanol dari daun ubi jalar varietas Sawentar (Ipomoea batatas L. var.
95% dan asam sitrat 3% (85:15 v/v), penguapan pelarut dari ekstrak etanol daun
ubi jalar vaietas Sawentar untuk uji skrining fitokimia, uji skrining fitokimia
ektrak etanol daun ubi jalar varietas Sawentar, penotolan ekstrak etanol daun ubi
jalar varietas Sawentar pada plat KLT, pengelusian menggunakan fase gerak yang
sesuai dengan golongan fitokimia yang positif pada uji skrining fitokimia,
deskriptif sebagai hasil sidik jari fitokimia sampel daun ubi jalar varietas Sawentar
Kacang dan Umbi), Malang, Jawa Timur. Proses ekstraksi, analisis sidik jari
fitokimia ekstrak etanol daun ubi jalar varietas Sawentar, dan analisis data
12
13
erlenmeyer 25 mL, 50 mL, dan 100 mL (Iwaki-Pyrex®), gelas ukur 500 mL dan
ukur 10 mL, 100 mL, dan 500 mL (Iwaki-Pyrex®), pipet ukur 5 mL dan 10 mL
(CAMAG), oven (Memmert®), Plat TLC silika gel GF254, spray, ATS (CAMAG),
Sampel tanaman yang digunakan adalah daun ubi jalar varietas Sawentar
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi), Malang, Jawa Timur. Bahan kimia
dan pelarut yang digunakan memiliki derajat kemurnian pro analisis. Bahan yang
digunakan untuk ekstraksi adalah asam sitrat P (Merck®). Bahan yang digunakan
untuk pembuatan pereaksi warna yaitu AlCl3 (Merck®), asam sitrat P (Merck®),
Pelarut yang digunakan untuk fase gerak yaitu akuades (Bratacem®), etil asetat P
(Merck®), metanol (Merck®), toluen (Merck®), dan dietil amin (Merck®). Pelarut
(Merck®)
BALITKABI (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi), Malang, Jawa
Timur.
Sampel daun ubi jalar varietas Sawentar dikumpulkan yang tidak busuk,
tidak cacat, dan dalam kondisi baik. Kemudian sampel dicuci dengan air mengalir,
(2016) dan Zhao and Li, (2015). Daun segar ubi jalar varietas Sawentar dipotong-
potong kecil dan ditimbang sebanyak 2,5 gram. Hasil penimbangan dimasukkan
(85:15 v/v) lalu disonikasi selama 30 menit dan disentrifugasi kecepatan 4000
rpm selama 10 menit. Supernatan diambil dan dimasukkan ke dalam botol vial
sebagai ekstrak daun ubi jalar varietas Sawentar (Ipomoea batatas L. var.
Sawentar).
15
penangas air dengan suhu kurang dari 60°C sampai didapatkan ekstrak yang tanpa
pelarut.
3.4.5 Uji Skrining Fitokimia Sampel Daun Ubi Jalar Varietas Sawentar
B. Pemeriksaan Alkaloid
dilarutkan dengan 5 mL HCl 2N. Kemudian dibagi larutan yang didapat ke dalam
3 tabung reaksi. Tabung pertama sebagai blanko ditambahkan dengan HCl 2N.
2006).
menunjukkan adanya steroid. Jika hasil yang diperoleh berupa cincin kecoklatan
atau violet pada perbatasan dua pelarut, menunjukkan adanya terpenoid (Jones
D. Pemeriksaan Saponin
yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit menunjukkan adanya saponin. Pada
penambahan 1 tetes HCl 2N, busa tidak menghilang (Depkes RI, 1995).
10%, apabila terjadi warna biru tua, biru kehitaman atau hitam kehijauan
menunjukkan adanya senyawa polifenol dan tanin (Robinson, 1991; Jones dan
Kinghorn, 2006).
F. Pemeriksaan Flavonoid
danserbuk halus asam oksalat P, dipanaskan secara hati-hati di atas tangas air dan
diperoleh residu. Hasil positif minyak atsiri ditandai dengan aroma khas yang
3.4.6 Identifikasi Sidik Jari Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar
Varietas Sawentar
Harbone (1987) dan Reich and Blatter (2004). Fase diam yang digunakan adalah
plat KLT silika gel GF254 dan fase gerak yang digunakan disesuaikan dengan
kandungan kimia daun ubi jalar varietas Sawentar. Fase gerak yang dapat
Tabel 3. Fase Gerak Penentuan Sidik Jari Fitokimia (Harbone, 1984; Reich and
Blatter, 2004).
Identifikasi sidik jari fitokimia ekstrak etanol daun ubi jalar varietas
Sawentar dilakukan dengan mencuci masing-masing plat silika gel GF254 dengan
metanol dan diaktivasi pada suhu 110 oC selama 10 menit. Sampel yang potitif
pada uji skrining ditotolkan pada plat dengan volume totolan 20 μL menggunakan
chamber yang dijenuhkan dengan fase gerak. Setelah dielusi plat dikeluarkan dari
chamber dan dikeringkan dalam oven selama 5 menit pada suhu 50oC.
18
Plat diamati secara visual di bawah sinar putih, sinar UV 254 nm, dan
sinar UV 366 nm dengan CAMAG TLC Visualizer. Kemudian plat KLT discan
pada panjang gelombang 210 nm, 366 nm, dan panjang gelombang maksimum
Hasil identifikasi sidik jari dari ekstrak etanol daun ubi Sawentar (Ipomoea
batatas L. var. Sawentar) berupa densitogram, spot, dan spektrum. Analisis data
BAB IV
digunakan sebagai sampel. Sampel yang digunakan adalah daun ubi jalar varietas
BALITKABI (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi), Malang, Jawa
Aneka Kacang dan Umbi), Malang, Jawa Timur. Hasil determinasi diperoleh
bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah benar daun ubi jalar
Sampel daun ubi jalar varietas Sawentar diperoleh dan dikumpulkan dari
BALITKABI (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi), Malang, Jawa
Timur. Sampel daun yang didapatkan dicuci untuk menghilangkan pengotor yang
masih melekat pada daun agar tidak mengganggu proses ekstraksi dan identifikasi.
20
21
gelombang ultrasonik yang dapat mempercepat waktu kontak antara sampel dan
pelarut meskipun pada suhu ruang. Gelombang ultrasonik akan merusak struktur
dinding sel tanaman dan mempercepat difusi pelarut melalui membran, sehingga
sel menjadi lisis dan menjadi mudah dalam pelepasan isi sel (Falleh et al., 2012).
Pelarut yang digunakan dalam ektraksi adalah etanol. Etanol merupakan pelarut
terdapat pada sampel daun ubi jalar varietas Sawentar. Setelah sonikasi, dilakukan
4.4 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Varietas
Sawentar
yang terdapat dalam ekstrak daun ubi jalar varietas Sawentar. Golongan senyawa
minyak atsiri, flavonoid, polifenol , dan tanin. Hasil skrining fitokimia ekstrak
Tabel 4. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Varietas
Sawentar.
Skrining
No Pustaka Hasil Kesimpulan
Fitokimia
1
1. Alkaloid Terbentuknya Larutan kuning tanpa (-) Alkaloid
endapan jingga membentuk endapan
(Pereaksi jingga
Dragendroff)
1
Terbentuk Larutan bening (-) Alkaloid
endapan putih kekuningan tanpa
kekuningan membentuk endapan
(Pereaksi Mayer) putih kekuningan
1
2. Steroid dan Terbentuk warna Terbentuk cincin (+) Triterpenoid
Triterpenoid hijau kebiruan kecoklatan pada
(steroid) atau perbatasan pelarut
cincin kecoklatan
atau violet
(triterpenoid)
4
3. Saponin Ada busa yang Terbentuk busa (+) Saponin
bertahan ± 10
menit setinggi 1-
10 cm
2
4. Polifenol dan Terjadi warna Terjadi warna hitam (+) Polifenol dan
Tanin biru tua, biru kehijauan Tanin
kehitanaman atau
hitam kehijauan
3
5. Minyak Atsiri Berbau khas Tidak berbau khas (-) Minyak Atsiri
aromatik aromatic
4
6. Flavonoid Fluoresensi Terdapat fluoresensi (+) Flavonoid
kuning itensif kuning intensif pada
pada UV 366 nm UV 366 nm
Keterangan: (1Jones dan Kinghon, 2006; 2Robinson, 1991; 3Ciulei, 1984; 4Depkes
RI, 1995)
Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ubi jalar
saponin, polifenol dan triterpenoid. Kandungan senyawa pada daun ubi jalar ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti genetik (bibit), umur tanaman
sewaktu panen, waktu panen, serta kondisi lingkungan tempat tumbuh termasuk
nutrisi dalam tanah, kandungan air, dan pH tanah (Depkes RI, 2010).
23
4.5 Identifikasi Sidik Jari Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar
Varietas Sawentar
senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun ubi jalar varietas
dengan melihat warna bercak dan Rf pada plat KLT di bawah sinar putih, sinar
UV 254 nm, sinar UV 366 nm, dan setelah dideteksi dengan pereaksi pendeteksi,
Spektrofotodensitometer.
Penentuan sidik jari fitokimia dari ekstrak etanol daun ubi jalar varietas
Sawentar untuk golongan senyawa flavonoid digunakan fase diam yaitu silika gel
GF254 dan fase gerak yang digunakan adalah etil asetat : asam formiat : asam
lempeng KLT, digunakan pereaksi pendeteksi yaitu uap ammonia, AlCl3, dan
putih. Hasil positif terhadap golongan flavonoid dengan pereaksi pendeteksi AlCl3
memberikan bercak berwarna kuning di bawah sinar putih. Hasil positif terhadap
12
10
9
8
2
A B C D E F
Gambar 2. Kromatogram ekstrak etanol daun ubi jalar varietas Sawentar setelah
dielusi dengan fase diam silika gel GF254 dan fase gerak etil asetat :
asam formiat : asam asetat : air (100:11:11:26) di bawah sinar UV
254 nm (A), UV 366 nm (B), sinar putih (C), setelah disemprot
dengan pereaksi pendeteksi uap ammonia di sinar putih (D), setelah
disemprot dengan pereaksi pendeteksi AlCl3 di sinar putih (E), dan
setelah disemprot dengan pereaksi sitoborat di UV 366 nm (F)
Keterangan:
Angka pada gambar kromatogram di atas merupakan nomor dari bercak yang disesuaikan dengan
nomor bercak pada Tabel 2 dan apabila ada angka yang tidak tercantum pada gambar di atas, maka
bercak tersebut tidak tampak.
sinar UV 254 nm, sinar UV 366 nm, dan setelah disemprot dengan pereaksi
pendeteksi uap ammonia, AlCl3, dan sitoborat pada plat KLT maka data berupa Rf
Nilai Rf sesuai
dengan Hasil Pengamatan Visual
Densitometer
Bercak Setelah
Ke- UV dideteksi Setelah Setelah
210 346 366 Sinar
UV 254 nm 366 dengan disemprot disemprot
nm nm nm putih
nm uap AlCl3 sitoborat
ammonia
1 0,05 0,05 0,05 - - - - - -
2 0,09 0,09 0,09 - - biru - - -
3 0,16 0,16 - - - - - - -
4 0,23 0,23 0,23 - - biru - - -
5 0,29 0,29 0,29 - - - - - -
6 0,34 0,34 - - - - - - -
7 0,41 0,41 0,41 - - - - - -
8 - lembayung biru kuning kuning* biru*
0,48 0,48 0,48
gelap kehijauan*
9 - lembayung - kuning kuning* -
0,60 0,60 0,60
gelap kehijauan*
10 kuning lembayung biru kuning kuning* biru*
0,73 0,73 0,73
redup gelap kehijauan*
11 0,79 0,79 0,79 - - - - - -
sinar putih setelah direaksikan dengan uap ammonia, terjadinya bercak berwarna
kuning di sinar putih setelah disenprot dengan AlCl3, dan terjadinya bercak
adanya golongan flavonoid pada plat KLT. Berdasarkan tabel 5, bercak ke-8, ke-
masing 0,48, 0,73, dan 0,84. Hal ini menunjukkan pada bercak tersebut
366 nm memberikan 10 puncak. Bentuk spektrum dari bercak ke-8, ke-10, dan ke-
(A)
(B)
(C)
Gambar 3. Profil kromatogram hasil densitometer ekstrak etanol daun ubi jalar
varietas Sawentar dengan fase diam silica gel GF254 dan fase gerak
etil asetat : asam formiat : asam asetat : air (100:11:11:26) pada
panjang gelombang (A) 210 nm, (B) 346 nm, dan (C) 366 nm.
Keterangan:
Angka pada gambar profil kromatogram hasil densitometer di atas merupakan nomor dari bercak
yang disesuaikan dengan nomor bercak Tabel 5 dan apabila angka yang didapat tidak tercantum
pada gambar di atas, maka bercak tersebut tidak tampak.
27
atas dua panjang gelombang maksimum yaitu pada rentang panjang gelombang
240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Jika dibandingkan dengan panjang
gelombang maksimum dari bercak ke-8, ke-10, dan ke-12 memiliki dua panjang
gelombang maksimum yang sesuai. Bercak ke-8 memiliki dua panjang gelombang
yaitu pada 249 nm dan 326 nm. Bercak-10 memiliki dua panjang gelombang
maksimum yaitu 268 nm dan 346 nm. Bercak-12 memiliki dua panjang
gelombang maksimum yaitu 249 nm dan 327 nm. Jadi, bercak ke-8, ke-9, ke-10,
Selanjutnya jika dilihat dari spektrum, jenis flavonoid flavon dan flavonol
umumnya flavonoid flavon memiliki dua puncak dengan rentang panjang
gelombang pada pita I 310-350 dan pita II pada rentang panjang gelombang 250-
280 sedangkan flavonoid flavonol (3-OH tersubstitusi) memiliki dua puncak
dengan rentang panjang gelombang pada pita I 330-360 dan pita II pada rentang
28
Penentuan sidik jari fitokimia ekstrak etanol daun ubi jalar varietas
Sawentar untuk golongan senyawa polifenol menggunakan fase diam yaitu silika
gel GF254 dan fase gerak adalah toluene : etil asetat (93:7). Untuk mengetahui
golongan senyawa polifenol pada plat KLT, digunakan pereaksi pendeteksi yaitu
pereaksi penampak bercak FeCl3 2% akan memberikan warna hitam di sinar putih
dan hasil positif terhadap golongan polifenol dengan pereaksi penampak bercak
1991). Untuk gambar dari kromatogram di bawah sinar UV 254 nm , UV 366 nm,
sinar putih, dan setelah disemprot dengan pereaksi pendeteksi dapat dilihat pada
putih, sinar UV 254 nm, sinar UV 366 nm, dan setelah disemprot dengan pereaksi
pendeteksi FeCl3 2% dan Folin-Ciocalteu pada plat KLT maka data berupa Rf dan
setelah direaksikan dengan FeCl3 2%, dan terjadinya bercak berwarna biru
adanya golongan polifenol pada lempeng KLT. Berdasarkan tabel 6, bercak ke-1
366 nm memberikan 2 puncak. Bentuk spektrum dari bercak ke-1 dapat dilihat
pada gambar 7.
1
A B C D E
Gambar 5. Sidik jari fitokimia ekstrak etanol daun ubi jalar varietas Sawentar
setelah dielusi dengan fase diam silica gel GF254 dan fase gerak etil
toluene : etil asetat (93:7). di bawah sinar UV 254 nm (A), sinar UV
366 nm (B), sinar putih (C), setelah disemprot dengan pereaksi
pendeteksi FeCl3 2% di sinar putih (D), setelah disemprot dengan
pereaksi pendeteksi Folin-Ciocalteu di sinar putih (E)
Keterangan:
Angka pada gambar kromatogram di atas merupakan nomor dari bercak yang disesuaikan dengan
nomor bercak pada Tabel 6 dan apabila ada angka yang tidak tercantum pada gambar di atas, maka
bercak tersebut tidak tampak.
30
Nilai Rf sesuai
dengan Hasil Pengamatan Visual
Densitometer
Bercak
Sinar Setelah Setelah
Ke-
210 330 366 Sinar Sinar UV UV dideteksi disemprot
nm nm nm putih 254 nm 366 dengan Folin-
nm FeCl3 2% Ciocalteu
Kunin lembayung Coklat
1 0,01 - 0,01 Biru Hitam*
g gelap kehitaman*
2 - 0,23 - - - - - -
3 0,62 - - - - - - -
4 0,76 0,76 0,76 - - - - -
Keterangan:
*= Diduga mengandung golongan senyawa polifenol
golongan senyawa polifenol adalah pada 280 nm. Jika dibandingkan dengan
panjang gelombang maksimum dari bercak ke-1 yaitu pada 330 nm memberikan
panjang gelombang maksimum yang lebih panjang. Tidak tepatnya nilai panjang
(A)
(B)
(C)
Gambar 6. Profil kromatogram hasil densitometer ekstrak etanol daun ubi jalar
varietas Sawentar dengan fase diam silica gel GF254 dan fase gerak
toluene : etil asetat (93:7) pada panjang gelombang (A) 210 nm, (B)
330 nm, dan (C) 366 nm.
Keterangan:
Angka pada gambar profil kromatogram hasil densitometer di atas merupakan nomor dari bercak
yang disesuaikan dengan nomor bercak Tabel 6 dan apabila angka yang didapat tidak tercantum
pada gambar di atas, maka bercak tersebut tidak
32
Penentuan sidik jari fitokimia dari ekstrak etanol daun ubi jalar varietas
Sawentar untuk golongan senyawa tanin digunakan fase diam yaitu silika gel
GF254 dan fase gerak yaitu toluene : etil asetat (93:7). Untuk mengetahui golongan
senyawa tanin pada plat KLT, digunakan pereaksi pendeteksi yaitu uap amonia
dan FeCl3 2%. Hasil positif terhadap golongan tanin dengan pereaksi pendeteksi
uap amonia akan memberikan warna ungu di bawah sinar UV 366 nm dan hasil
memberikan warna biru hingga coklat bawah di sinar putih (Robinson, 1991).
Untuk gambar dari kromatogram di bawah sinar UV 254 nm, UV 366 nm, sinar
putih, dan setelah disemprot dengan pereaksi pendeteksi dapat dilihat pada
gambar 8.
33
1
A B C D E
Gambar 8. Sidik jari fitokimia ekstrak etanol daun ubi jalar varietas Sawentar
setelah dielusi dengan fase diam silica gel GF254 dan fase gerak etil
toluene : etil asetat (93:7). di bawah sinar UV 254 nm (A), sinar UV
366 nm (B), sinar putih (C), setelah direaksikan dengan pereaksi
pendeteksi uap amonia di bawah UV 366 nm (D), setelah disemprot
dengan pereaksi pendeteksi FeCl3 2% di sinar putih (E)
Keterangan:
Angka pada gambar kromatogram di atas merupakan nomor dari bercak yang
disesuaikan dengan nomor bercak pada tabel 7 dan apabila ada angka yang tidak
tercantum pada gambar di atas, maka bercak tersebut tidak tampak.
sinar UV 254 nm, sinar UV 366 nm, dan setelah disemprot dengan pereaksi
pendeteksi uap amonia dan FeCl3 2% pada plat KLT maka data berupa Rf dan
Nilai Rf sesuai
dengan Hasil Pengamatan Visual
Densitometer
Bercak Setelah
Sinar
Ke- dideteksi Setelah
210 336 366 Sinar Sinar UV UV
dengan disemprot
nm nm nm putih 254 nm 366
uap FeCl3 2%
nm
ammonia
0,0 Kunin lembayung
1 - 0,01 biru ungu* hitam*
1 g gelap
2 - 0,23 - - - - - -
2 - - - - - - - -
0,7
3 0,76 - - - - - -
6
Keterangan:
*= Diduga mengandung golongan senyawa tanin
setelah direaksikan dengan FeCl3 2%, dan terjadinya bercak berwarna ungu di
golongan tanin pada plat KLT. Berdasarkan tabel 7, bercak ke-1 menghasilkan
positif dengan Rf masing-masing 0,01. Hal ini menunjukkan pada bercak tersebut
densitometer dapat dilihat pada gambar sekilan. Profil kromatogram pada panjang
puncak. Bentuk spektrum dari bercak ke-1 dapat dilihat pada gambar 10.
35
(A)
(B)
(C)
Gambar 9. Profil kromatogram hasil densitometer ekstrak etanol daun ubi jalar
varietas Sawentar dengan fase diam silica gel GF254 dan fase gerak
toluene : etil asetat (93:7) pada panjang gelombang (A) 210 nm, (B)
336 nm, dan (C) 366 nm.
Keterangan:
Angka pada gambar profil kromatogram hasil densitometer di atas merupakan nomor dari bercak
yang disesuaikan dengan nomor bercak Tabel 7 dan apabila angka yang didapat tidak tercantum
pada gambar di atas, maka bercak tersebut tidak tampak.
36
Gambar 10. Spektrum kromatogram pada bercak ke-1 menghasilkan positif tanin
dengan Rf 0,01.
golongan senyawa tanin adalah pada 280 nm. Jika dibandingkan dengan panjang
gelombang maksimum dari bercak ke-1 yaitu pada 336 nm memberikan panjang
Penentuan sidik jari fitokimia dari ekstrak etanol daun ubi jalar varietas
Sawentar untuk golongan senyawa saponin digunakan fase diam yaitu silika gel
GF254 dan fase gerak yaitu kloroform : methanol : akuades (70:30:4). Untuk
saponin jika memberikan warna hijau hingga biru dengan pemanasan 90 oC selama
akan memberikan hasil positif terhadap golongan saponin jika memberikan warna
abu hingga biru dengan pemanasan 120oC selama 10-20 menit di sinar UV 366
bawah sinar UV 254 nm , UV 366 nm, sinar putih, dan setelah disemprot dengan
7
6
3
2
1
A B C D E
Gambar 11. Sidik jari fitokimia ekstrak etanol daun ubi jalar varietas Sawentar
setelah dielusi dengan fase diam silica gel GF254 dan fase gerak
kloroform : metanol : akuades (70:30:4). di bawah sinar UV 254 nm
(A), sinar UV 366 nm (B), sinar putih (C), setelah disemprot dengan
pereaksi pendeteksi Lieberman-Buchard di bawah UV 366 nm (D),
setelah disemprot dengan pereaksi pendeteksi vanillin 1%-asam
posfat di bawah UV 366 nm (E)
Keterangan:
Angka pada gambar kromatogram di atas merupakan nomor dari bercak yang disesuaikan dengan
nomor bercak pada Tabel 8 dan apabila ada angka yang tidak tercantum pada
gambar di atas, maka bercak tersebut tidak tampak.
38
sinar UV 254 nm, sinar UV 366 nm, dan setelah disemprot dengan pereaksi
pendeteksi uap amonia dan FeCl3 2% pada plat KLT maka data berupa Rf dan
Nilai Rf sesuai
dengan Hasil Pengamatan Visual
Densitometer
Bercak Setelah
Sinar Setelah
Ke- disempro
210 325 366 Sinar Sinar UV UV dideteksi
t vanillin
nm nm nm putih 254 nm 366 Lieberman
1%-asam
nm -Buchard
posfat
Lembayung
1 0,03 0,03 0,03 Kuning Biru biru* biru*
gelap
Lembayung
2 0,08 0,08 0,08 Kuning Biru biru* biru*
gelap
Lembayung
3 0,12 0,12 0,12 Kuning Biru - biru
gelap
4 0,19 0,19 0,19 - - - - -
5 0,33 0,33 - - - -
6 0,44 0,44 0,44 - - - biru -
Lembayung
7 0,54 0,54 0,54 - Biru - biru
gelap
8 0,56 0,56 0,56 - - - - -
9 0,76 0,76 - - - - - -
10 0,87 0,87 0,87 - - - - -
Keterangan:
*= Diduga mengandung golongan senyawa saponin
hingga biru dengan pemanasan 120oC selama 10-20 menit di sinar UV 366 nm
saponin pada lempengan KLT. Berdasarkan tabel 8, bercak ke-1, ke-2, dan ke-3
menghasilkan positif dengan Rf masing-masing 0,03, 0,08, dan 0,12. Hal ini
39
saponin. Profil kromatogram hasil densitometer dapat dilihat pada gambar sekilan.
maksimum dari golongan senyawa saponin adalah pada 206 nm. Jika
dibandingkan dengan panjang gelombang maksimum dari bercak ke-1 dan ke-2
panjang. Tidak tepatnya nilai panjang gelombang maksimum pada pustaka dengan
yang mengganggu selama proses penentuan sidik jari fitokimia untuk golongan
senyawa saponin.
40
(A)
(B)
(C)
Gambar 12. Profil kromatogram hasil densitometer ekstrak etanol daun ubi jalar
varietas Sawentar dengan fase diam silica gel GF254 dan fase gerak
kloroform : methanol : akuades (70:30:4) pada panjang gelombang
(A) 210 nm, (B) 336 nm, dan (C) 366 nm.
Keterangan:
Angka pada gambar profil kromatogram hasil densitometer di atas merupakan nomor dari bercak
yang disesuaikan dengan nomor bercak Tabel 8 dan apabila angka yang didapat tidak tercantum
pada gambar di atas, maka bercak tersebut tidak tampak.
41
Gambar 13. Spektrum kromatogram pada bercak ke-1 dan ke-2 menghasilkan
positif saponin dengan Rf masing-masing 0,03 dan 0,08
Penentuan sidik jari fitokimia dari ekstrak etanol daun ubi jalar varietas
Sawentar untuk golongan senyawa triterpenoid digunakan fase diam yaitu silika
gel GF254 dan fase gerak yaitu kloroform : metanol (10:1). Untuk mengetahui
trterpenoid jika memberikan warna ungu setelah dipanaskan pada suhu 110oC
selama 5-10 diamati di sinar putih atau UV 366 dan pereaksi pendeteksi
dipanaskan pada suhu 100oC selama 5-10 menit di bawah sinar UV 366 nm
UV 366 nm, sinar putih, dan setelah disemprot dengan pereaksi pendeteksi dapat
2
1
A B C D E
Gambar 14.Sidik jari fitokimia ekstrak etanol daun ubi jalar varietas Sawentar
setelah dielusi dengan fase diam silica gel GF254 dan fase gerak etil
kloroform : metanol (10:1). di bawah sinar UV 254 nm (A), sinar
UV 366 nm (B), sinar putih (C), setelah disemprot dengan pereaksi
pendeteksi vanillin 1%-asam sulfatdi bawah UV 366 nm (D), setelah
disemprot dengan pereaksi pendeteksi anisaldehid-asam sulfat di
sinar putih (E)
Keterangan:
Angka pada gambar kromatogram di atas merupakan nomor dari bercak yang disesuaikan dengan
nomor bercak pada Tabel 9 dan apabila ada angka yang tidak tercantum pada gambar di atas, maka
bercak tersebut tidak tampak.
sinar UV 254 nm, sinar UV 366 nm, dan setelah disemprot dengan pereaksi
pendeteksi vanillin 1%-asam sulfat anisaldehid-asam sulfat pada plat KLT maka
data berupa Rf dan warna bercak yang terjadi dapat dilihat pada tabel 9.
43
Nilai Rf sesuai
dengan Hasil Pengamatan Visual
Densitometer
Setelah
Bercak dideteksi Setelah
Sinar
Ke- dengan disemprot
210 264 366 Sinar Sinar UV UV
vanillin anisaldehid
nm nm nm putih 254 nm 366
1%- -asam
nm
asam posfat
sulfat
Lembayung
1 0,01 0,01 0,01 Kuning Biru - biru
gelap
2 - 0,03 0,03 - - Biru Ungu -
3 0,08 0,08 0,08 - - - - -
4 - 0,23 0,23 - - - ungu* merah*
5 0,31 0,31 -
6 - - 0,60
7 0,70 0,70 0,70
8 0,96 - -
Keterangan:
*= Diduga mengandung golongan senyawa triterpenoid
dipanaskan pada suhu 110oC selama 5-10 diamati di sinar putih atau UV 366
setelah diberikan vanillin 1%-asam sulfat dan terjadinya bercak berwarna merah
keunguan di UV 366 setelah dipanaskan pada suhu 100oC selama 5-10 menit di
(A)
(B)
(C)
Gambar 15. Profil kromatogram hasil densitometer ekstrak etanol daun ubi jalar
varietas Sawentar dengan fase diam silica gel GF254 dan fase gerak
toluene : etil asetat (93:7) pada panjang gelombang (A) 210 nm, (B)
264 nm, dan (C) 366 nm.
Keterangan:
Angka pada gambar profil kromatogram hasil densitometer di atas merupakan nomor dari bercak
yang disesuaikan dengan nomor bercak Tabel 9 dan apabila angka yang didapat tidak tercantum
pada gambar di atas, maka bercak tersebut tidak tampak.
45
Menurut penelitian Jain and Agrawal (2008) dan Mekuria, et al. (2005),
210 nm. Jika dibandingkan dengan panjang gelombang maksimum dari bercak ke-
panjang. Tidak tepatnya nilai panjang gelombang maksimum pada pustaka dengan
yang mengganggu selama proses penentuan sidik jari fitokimia untuk golongan
senyawa triterpenoid.
46
BAB V
5.1 Kesimpulan
Puncak yang diduga senyawa flavonoid berada pada Rf 0,48; 0,73; dan 0,84. Sidik
diduga senyawa polifenol berada pada Rf 0,01. Sidik jari fitokimia golongan tanin
menghasilkan 3 puncak senyawa. Puncak yang diduga senyawa tanin berada pada
Puncak yang diduga senyawa saponin berada pada Rf 0,03 dan 0,08. Sidik jari
5.2 Saran
dapat digunakan sebagai marker dari ekstrak daun ubi jalar varietas Sawentar.
46
47
DAFTAR PUSTAKA
Balitkabi. 2016, Deskripsi Varietas Unggul Ubi Jalar 1997-2016, Balai Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Malang.
Depkes RI. 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Depkes RI. 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan
Pertama, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Falleh H., Riadh K., Marrie-Elizabeth L., Chedly A. and Christian M. 2012,
Ultrasound-Assisted Extraction: Effect of Extraction Time and Solvent
Power on The Levels of Polyphenols and Antioxidant Activity of
Mesembryanthemum Edule L. Aizoaceae Shoots, Tropical Journal of
Pharmaceutical Research, 11: 243-249
Jain, P.K. and Agrawal, R.K. 2008. High Performance Liquid Chromatographic
Analysis of Asiaticoside in Centella asiatica (L.) Urban. Chiang Mai J.
Sci. 35(3): 521-525.
Jones, W.P. dan Kinghorn, A.D. 2006, Extraction of plant secondary metabolites,
In: Sarker, S.D., Latif, Z. dan Gray, A.I., eds. Natural Products Isolation.
2nd Ed., Humana Press, New Jersey.
Li, F., Li, Q., Gao, D., Peng, Y. 2009, The Optimal Extraction Parameters and
Anti-Diabetic Activity of Flavonoids from Ipomoea batatas Leaf, Afr.
Journal Trad, 6: 195-202.
Liang., Xi-Zeng., P. Xie and K. Chen. 2004. Review: Quality Control of Herbal
Medicines. Journal of Chromatography. 812: 53-70.
Mabry, T.J., Markham, K .R., Thomas, M.B., 1970, The Systematic and
Identification of Flavonoid, Springer-Verlag, New York.
47
48
Magalhaes, A.F., Goulart, A.M., Santos, C.C., Serrano, D.R., Magalhaes, E.M.Z.,
Magalhaes, E.G., and Magalhaes, L.A. 2003. Saponin from Swartzia
langsdorffii: Biological Activities. Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de
Jeneiro, Vol. 98(5): 713-718
Mekuria, D.B., Kashiwagi, T., Tebayashi, S., and Kim, C. 2005. Cucurbitane
Triterpenoid Oviposition Deterrent from Momordica charantia to The
Leafminer; Liriomyza trifolii. Biosci. Biotechnol. Biochem., 69 (9), 1706-
1710.
Moghimipour, E., Sadaghi-Nejad B., Handali S., Ameri A., Ramezani Z., Azemi
M.E. 2015, In Vitro Screening of Anti-Candida Activity of Saponins
Extracted from Glycyrrhiza Glabra and Quillaja Saponaria, Asian Journal
of Pharmaeutical and Clinical Research, 7: 160-162.
Rukmana, R. 1997, Ubi Jalar Budi Daya dan Pascapanen, Kanisius, Yogyakarta.
Saxena M., Jyoti S., Rajeev N., Dharmendra S. and Abhishek G. 2013,
Phytochemistry of Medicinal Plant, Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistrys, 1: 168-182
Zhao, Z. And T. Li. 2015, Extraction and Purifucation of Pigment From Purple
Sweet Potato Wine Vinase, Advance Journal of Food Science and
Technologi, 7: 298-301.
48
49
Keterangan : (a) Markham, 1988; (b) Mabry et.al., 1970; (c) Moghimipour and
Handali 2015; (d) Robinson, 1991; (e) Santos et.al., 1978; (f)
Wagner, 1984.
49
50
a. Fase Gerak Flavonoid (Etil Asetat : Asam Formit : Asam Asetat : Air
(100:11:11:26))
Ditambahkan 1,85 mL asam formit, 1,85 mL asam asetat, dan 4,4 mL air ke
Ditambahkan 1,75 mL etil asetat ke dalam labu ukur tersebut dan digojog
hingga homogen.
hingga homogen.
Ditambahkan metanol 7,3 mL dan 0,96 akuades ke dalam labu ukur tersebut
50
51
hingga homogen.
51
52
a. Larutan AlCl3
b. Reagen Sitroborat
Sebanyak 5 gram asam sitrat P dan 5 gram asam borat P dilarutkan dalam
RI, 2010).
c. Larutan FeCl3
d. Reagen Folin-Ciocalteu
homogen.
52
53
h. Reagen Dragendorf
i. Reagen Wagner
53
54
54
55
55
56
Uji Alkaloid
56
57
Uji Saponin
57
58
Uji Flavonoid
58