Anda di halaman 1dari 21

FARMAKOLOGI II

“PENGARUH METABOLISME OBAT PADA HEWAN UJI”

LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan Untuk Memenuhi Satu Persyaratan Pratikum Farmakologi II
Jurusan Frmasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan

OLEH

KELOMPOK : III (TIGA)


KELAS : B- D3 FARMASI 2019
ASISTEN : AHMAD RIFLY SULEMAN

LABORATORIUM BAHAN ALAM FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Lembar Pengesahan

FARMAKOLOGI II
“PENGARUH METABOLISME OBAT PADA HEWAN UJI”

OLEH

KELOMPOK : III

1. Andi Fani Ryanti (821319067)


2. Israwati Adam (821319087)
3. Muhamad Yahya Muchtar (821319062)
4. Siti Gustiyawati Kiay (821319049)
5. Sulistiawati Panyue (821319062)
6. Syaadilla S Bunta (821319071)
8. Wahida A Tahir (821319068)

Gorontalo , April 2021 Nilai


Mengetahui

AHMAD RIFLY SULEMAN


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan Karena-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
“Pengaruh metabolisme obat pada hewan uji” ini tepat pada wakunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Farmakologi II. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Pengaruh metabolisme obat pada hewan uji” bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terimakasih telah
memberikan tugas laporan ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.
Kami juga mengucapkan teimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat
saya sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga kami dapat
menyelesaiakan laporan praktikum ini. Saya menyadari, laporan yang saa tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu.

Gorontalo, April 2021


Penyusun

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Maksud danTujuan..................................................................................... 2
1.3 Prinsip Percobaan....................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1 Dasar Teori................................................................................................ 3
2.2 Uraian Hewan ............................................................................................ 7
2.3 Uraian Bahan.............................................................................................. 8
BAB III METODE KERJA.................................................................................... 12
3.1 Alat dan Bahan........................................................................................... 13
3.2 Cara Kerja................................................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 14
4.1 Hasil............................................................................................................ 14
4.2 Pembahasan................................................................................................ 14
BAB V PENUTUP................................................................................................. 16
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 16
5.2 Saran........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Informatorium Obat Nasional Indonesia atau disingkat IONI, memuat
informasi mengenai produk-produk obat yang disetujui beredar di Indonesia.
Sesuai ketentuan yang berlaku, sebelum disetujui beredar di Indonesia, obat harus
melalui penilaian khasiat, keamanan dan mutu, sehingga obat yang beredar telah
memenuhi 3 kriteria tersebut. Informasi tersebut mencakup informasi mengenai
indikasi, cara penggunaan serta farmakodinamik dan farmakokinetik obat.
Bentuk sediaan obat dan cara pemberian merupakan penentu dalam
memaksimalkan proses absorbsi obat oleh tubuh karena keduanya sangat
menentukan efek biologis suatu obat seperti absorpsi, kecepatan absorpsi, dan
bioavailabilitas (total obat yang dapat diserap), cepat atau lambatnya obat mulai
bekerja (onset of action), lamanya obat bekerja (duration of action), intensitas
kerjaobat, respons farmakologi yang dicapai serta dosis yang tepat untuk
memberikan respons tertentu.
Proses metabolisme obat inilah yang mengubah obat non polar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dalam
proses metabolisme dapat terjadi metabolisme obat berupa induksi atau inhibisi
enzim pemetabolisme, terutama enzim sitokrom P-450. Induksi enzim berarti
peningkatan sintesis enzim metabolisme pada tingkat transkripsi sehingga terjadi
peningkatan kecepatan metabolisme obat yang menjadi substrat enzim yang
bersangkutan.
Obat sebaiknya dapat mencapai reseptor kerja yang diinginkan setelah
diberikan melalui rute tertentu yang nyaman dan aman seperti suatu obat yang
memungkinan diberikan secara oral dan diedarkan didalam darah langsung
dengan harapan dapat menimbulkan efek yang relatif lebih cepat dan bermanfaat.
Metabolisme dapat digunakan untuk menilai atau menaksir manfaat dan
keamanan obat, merangsang pengaturan dosis, menaksir kemungkinan terjadinya
resiko atau bahaya dari zat pengotor dan lain-lain. Oleh karena itu, metabolisme
obat perlu dipelajari oleh mahasiswa farmasi untuk mengetahui salah satu proses

1
yang penting dalam pembuatan dan pemberian obat beserta efek yang ditimbulkan
jika suatu obat diberikan bersama dengan obat lain.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas menjadi dasar dilakukannya
percobaan ini untuk menganalisis efek metabolisme diazepam yang diberikan
secara bersamaan dengan cimetidin pada hewan uji mencit (Mus musculus).
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk menganalisis efek metabolisme
diazepam yang diberikan secara bersamaan dengan cimetidin pada hewan uji
mencit (Mus musculus).
1.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan ini adalah berkurangnya kemampuan enzim
dalam metabolisme Diazepam yang menyebabkan konsentrasi Diazepam menjadi
lebih tinggi di dalam darah yang dapat diamati dengan durasi efek yang lebih
lama.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Metabolisme Obat
Metabolisme atau biontransformasi merupakan rangkaian reaksi yang
mengubah dan mengkonversi obat menjadi senyawa yang larut air agar dapat
diekresikan. Tanpa ada metabolisme obat akan memiliki efek, pada tubuh dan
bahkan memebahayakan jika terakumulasi hingga mencapai kadar toksik. Hati
merupaka orga primer dalam metabolisme obat (Fulcher and Soto, 2012).
Hasil metaolisme obat umumnya menjadi bentuk yang kurang atau tidak
aktif secara farmakologis dibanding obat bentuk awal, kecuali obat yang bersifat
prodrug seperti kodein (Peltoniemi, 2013).
Metabolisme obat di hati dapat terbagi menjadi metabolisme fase I dan
fase II. Metabolisme fase I bertujuan untuk mengubah obat yang bersifat lipofil
menjadi lebih larut air, yang meliputi fase oksidasi, reduksi, dan hidrolisis.
Reaksi-reaksi ini umumnya menghasilkan metabolit dengan gugus fungsional
yang lebih polar seperti –OH, NH 2, -SH, atau –COOH. Famili enzim CYP450
memiliki kontribusi terbesar dalam metabolisme fase I. Jika sudah cukup polar,
metabolit fase I dapat segera diekskresikan. Namun, ada pula produk fase I yang
tidak dieliminasi secara cepat dan mengalami reaksi berikutnya (fase II), yaitu
reaksi konjugasi (Katzung, 2012).
2.1.2 Tahap Metabolisme
Metabolisme obat juga dikenal dengan biontransformasi obat yang
bertujuan untuk mengubah xenobiotik lebih hidrofil sehingga dapat dieliminasi
secara efisien oleh ginjal. Ada dua kategori utama reaksi metabolisme yaitu fase 1
dan fase II. Dimana reaksi fase 1 berkaitan dengan penambaahan dan
pengurangan gugus fungsional yang digunakan untuk menyelesaikan fase II.
Sebagian besar reaksi fase I diperantai oleh sitokrom P450 yang dilaksanakan
oleh enzim polimorfisme. Obat (Inhibitor enzim) dapat menghambat kerja enzim
yang dapat meningkatkan konsentrasi obat dan substrat. Obat dapat menginduksi

3
dan menginhibisi enzim yang dapat meningkatkan dan menurunkan kecepatan
metabolisme obat (Syamsudin, 2011).
Metabolisme obat dihati dapat terbagi menjdi fase I dan fase II.
Metabolisme fase I bertujuan untuk mengubah obat yang bersifat lipofil menjadi
lebih larut air, yang meliputi fase oksidasi, reduksi dn hidrolisis. Reaksi ini
umumnya menghasilkan metabolit dengan gugus fungsional yang polar seperti –
OH, NH2, -SH, atau –COOH. Family enzim P450 memiliki kontribusi terbesar
dalam fase I (Hu and Li, 2011). Jika sudah cukup polar fase 1 dapat segera
dieksresikan. Namun, ada pula produk fase I yang tidak dieliminase secara cepat
dan mengalami reaksi berikutnya (fase II) yaitu reaksi konjugasi (Katzung, 2012).
2.1.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi metabolisme obat
Menurut Stockley (2010), beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi
kecepatan biotransformasi, yaitu:
1. Faktor intrinsik
Meliputi sifat yang dimiliki obat seperti sifat fisika-kimia obat, lipofilitas
dosis, dan cara pemberian. Banyak obat, terutama yanglipofil dapat menstimulir
pembentukan dan aktivitas enzim-enzim hati. Sebaliknya dikenal pula obat yang
menghambat atau menginaktifkan enzim tersebut, misalnya anti koagulansia,
antidiabetika oral, sulfonamide, antidepresiva trisiklis, metronidazol, allopurinol
dan disulfiram.
2. Faktor fisiologi
Menurut Peltoniemi, (2013), meliputi sifat-sifat yang dimiliki makhluk
hidup seperti jenis atau spesies, genetik, umur, dan jenis kelamin.
a. Perbedaan Spesies dan galur
Dalam proses metabolisme obat, perubahan kimia yang terjadi pada
spesies dan galur kemungkinan sama atau sedikit berbeda, tetapi kadang-
kadang ada perbedaanyang cukup besar pada reaksi metabolismenya.
Pengamatan pengaruh perbedaan spesies dan galur terhadap metabolisme
obat sudah banyak dilakukan yaitu pada tipe reaksi metabolik atau
perbedaan kualitatif dan pada kecepatan metabolismenyaatau perbedaan
kuantitatif.

4
b. Faktor Genetik
Perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat kadang-
kadang terjadi dalam sistem kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
genetik atau keturunan berperan terhadap kecepatan metabolisme.
c. Perbedaan Umur
Pada usia tua, metabolisme obat oleh hati mungkin menurun, tapi
biasanya yang lebih penting adalah menurunnya fungsi ginjal. Pada usia
65 tahun, Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) menurun sampai 30% dan tiap 1
tahun berikutnya menurun lagi 1-2% sebagai akibat hilangnya sel dan
penurunan aliran darah ginjal. Oleh karena itu, orang lanjut usia
membutuhkan beberapa obat dengan dosis lebih kecil dari pada orang
muda.
d. Perbedaan jenis Kelamin
Pada beberapa spesies binatang menunjukkan ada pengaruh jenis kelamin
terhadap kecepatan metabolisme obat. Pada manusia baru sedikit yang
diketahui tentang adanya pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap
metabolisme obat. Contoh nikotin dan asetosal dimetabolisme secara
berbeda pada pria dan wanita.
3. Faktor farmakologi
Meliputi inhibisi enzim oleh inhibitor dan induksi enzim oleh induktor.
Kenaikan aktivitas enzim menyababkan lebih cepatnya metabolisme
(deaktivitasnya obat). Akibatnya, kadar dalam plasma berkurang dan
memperpendek waktu paruh obat. Karena itu, intensitas dan efek farmakologinya
berkurang dan sebaliknya.
4. Faktor patologi
Menyangkut jenis dan kondisi penyakit, contohnya pada penderita stroke,
pemberian Fenobarbital bersama dengan Warfarin secara agonis akan mengurangi
efek anti koagulasinya sehingga sumbatan pembuluh darah dapat dibuka.
Demikian pula Cimetidin (antagonis reseptor H-2) akan menghambat aktivitas
sitokrom P-450 dalam memetabolisme obat-obat lain.

5
5. Faktor makanan
Adanya konsumsi Alkohol, rokok, dan protein. Makanan pangan arang
dan sayur mayur cruciferous diketahui menginduksi enzim CP1A, sedang jus
buah anggur diketahui menghambat metabolisme oleh CP3A terhadap substrat
obat yang diberikan secara bersamaan.
6. Faktor lingkungan
Adanya insektisida dan logam-logam berat, merokok sigaret
memetabolisme beberapa obat lebih cepat daripada yang tidak merokok, karena
terjadi induksi enzim. Perbedaan yang demikian mempersulit penentuan dosis
yang efektif dan aman dari obat-obat yang mempunyai indeks terapi sempit
2.1.4 Enzim CYP450
Enzim CYP450 merupakan hemoprotein yang dikode oleh 57 gen berbeda,
dan memiliki kromofor yang muncul pada gelombang 450 nm (Peltoniemi, 2013).
Telah terindifikasi berbagai isoform CYP450 dihati mansuia. CYP450 dalam
metabolisme dapat diperiksa secara in vitro dengan penanda fungsional selektif,
inhibitor kimia selektif, dan CYP450. Secara in vivo pemeriksaan dapat dilakukan
dengan penandaan-penadaan non invasif yang relatif sedikit, misalnya tes napas
ataupun analisis urin. Metabolit tertentu setelah pemberian pelacak substrat
selektif CYP450 (Fulcher and Soto, 2012).
2.1.5 Inhibisi dan Induksi Enzim
Induksi merupakan peningkatan ekpresi CYP450 dapat meningkatkan laju
sintesis CYP atau mengurangi kecepatan penguaraiannya. Induksi menyebabkan
akselerasi metabolisme obat (substrat) dan biasanya penurunan efek farmakologis
penginduksi juga obat lain yang diberikan bersama-sam. Contoh induksi enzim
yaitu Rifampisin meningkatkan metabolisme siklosporin, sehingga menurunkan
efek farmakologis dari siklosporin (Stockley, 2010).
Inhibisi enzim merupakan penurunan metabolisme oleh obat atau senyawa
lain, sehingga menyebabkan akumulasi obat tersebut dalam bentuk aktif di dalam
tubuh. Efek obat menjadi setara dengan dosis obat tersebut dinaikkan. Contohnya
yaitu peningkatan kadar plasma sildenafil setelah diberikan Ritonavir
menghambat enzim CYP3A4 yang memetabolisme sildenafil (Stockley, 2010).

6
Baik inhibisi maupaun induksi memiliki pengaruh terhadap terapi,
contohnya yaitu Alupurinol yang dapat memperpanjang kemoterapiutik dan toksik
merkaptopurin melalui inhibisi konpetitif xantine oxidase. Karenanya untuk
menghindari toksistas sumsum tulang. Dosis Merkaptopurin harus dikurangi pada
pasien yang mendapat Alupurinol. Barbiturat (induktor enzim) jika digunakan
bersama Warfarin akan diperlukan peningkatan dosis Warfarin. Namun, jika
penggunaan Barbiturat dihentikan, metabolisme Warfarin akan berkurang atau
kembali normal sehingga beresiko terjadinya pendarahan, suatu efek toksik akibat
peingkatan kadar plasma dari antikoagulan tersebut (Katzung, 2012).
2.2 Uraian Hewan
2.2.1 Mencit (Mus musculus) (Akbar Budhi, 2010)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus Gambar 2.2.1
Spesies : Mus musculus Mencit (Mus musculus)
2.2.2 Morfologi
Mencit (Mus musculus) merupakan omnivora alami sehat dan kuat,
profilik, kecil dan jinak. Mencit memiliki bulu pendek halus berwarna putih serta
ekor berwarna kemerahan dengan ukuran lebih panjang dari pada badan dan
kepala. Mencit memiliki warna bulu yang berbeda disebabkan perbedaan dalam
proporsi darah mencit liar dan memiliki kelenturan pada sifat-sifat produksi dan
reproduksinya. Salah satu hewan laboratorium yang digunakan dalam penelitian
biologis maupun bromedis dan dipelihara secara intensif dilaboratorium
digunakan yaitu mencit (Mus musculus). Mencit dilaboratorium digunakan untuk
untuk meneliti atau untuk penelitian dalam bidang obat-obatan generik, diabetes
melitus dan obesitas. Mencit termasuk ke dalam golongan hewan omnivora
sehingga mencit dapat memakan semua jenis makanan (Weki Yuli Andri, 2011).

7
2.2.3 Karakteristik Hewan Coba
Mencit merupakan hewan yang jinak, mudah, lemah, mudah ditangani,
takut cahaya dan aktif pada malam hari Hewan ini memiliki pendengaran yang
sangat tajam, penciuman yang cukup baik tetapi penglihatannya yang lemah.
Genus dan jenis mencit laboratorium adalah Mus musculus dan termasuk dalam
ordo Rodentia Jenisnya telah banyak diijinkan dan diternakan selama bergenarasi
dan mudah ditangani. Mencit termasuk ke dalam golongan hewan omnivora
sehingga mencit dapat memakan semua jenis makanan (Weki Yuli Andri, 2011).
2.2.4 Sifat Hewan Coba
Mencit merupakan hewan yang mudah ditangani dan bersifat penakut
fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Sehingga hewan
tersebut sering dan banyak digunakan di dalam laboratorium farmakologi dalam
berbagai bentuk percobaan (Imron, 2010).
2.2.5 Habitat Hewan Coba
Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan mamalia yang diduga
berasal dan tersebar dari wilayah mediteranian China. Mencit memiliki habitat
yang berada di sekitar manusia dan cukup tersebar luas. Mencit memiliki ukuran
tubuh sekitar 65-95 mm dan ekornya memiliki panjang sekitar 60-105 mm. Tubuh
mencit dilapisi rambut yang berwarna putih hingga kecokelatan sehingga
keberadaannya cukup mudah dideteksi (You Genome, 2017).
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979; Sweetman, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, Etanol, Etil Alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus struktur :

8
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, dan
bau khas.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P,
dan dalam eter P.
Khasiat : Sebagai antiseptik
Kegunaan : Sebagai zat penambah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk, dan
terhindar dari nyala api.
2.3.2 Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan


tidak berasa.
Kelarutan : Larut dalam etanol dan gliserin
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
2.3.3 Diazepam (Gunawan, 2010; Tjay, 2010; Gunawan, 2012)
Nama resmi : DIAZEPAM
Nama lain : Diazepamum
Rumus molekul : C16H13CIN2O
Berat molekul : 284, 65 g/mol
Rumus Struktur :

9
Pemerian : Serbuk hablur, hampir putih sampai kuning, praktis
tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam kloroform, benzen, aseton dan alkohol
Efek samping : Mengantuk, ataksia, kelelahan, erupsi pada kulit,
edema, mual dan konstipasi sakit kepala, amnesia,
hipotensi dan retensi urin.
Farmakodinamik : Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1-2 jam
pemberian oral. Waktu paruh bervariasi antara 20-
50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam
bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan
fungsi hati.
Farmakokinetik : Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja
utama Diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron
dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai
mediator pada sistem syaraf pusat. Dimetabolisme
menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam
dan oxazepam.
Indikasi : Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala
ansietas. Sebagai terapi tambahan untuk
meringankan spasme otot rangka karena inflamasi
atau trauma.
Kontra Indikasi : Penderita hipersensitifitas, bayi dibawah 6 bulan,
wanita hamil dan menyusui, depresi pernafasan,
gangguan pulmonar akut dan keadaan phobia.
Penyimpanan : Simpan ditempat yang sejuk dan terlindungi dari
cahaya matahari.
2.3.4 Na CMC (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama lain : Natrium karboksilmetilselulosa
Rumus molekul : C6H7O2(OH)2CH2COONa
Berat molekul : 644,65 g/mol

10
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk atau granul, putih atau hampir putih, tidak


berbau.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi
koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam
eter P, dan dalam pelarut organik lain
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

11
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.2 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah, batang pengaduk,
cawan porselin, dispo 1 ml, gelas ukur, gunting, kertas perkamen, lap haus, lap
kasar, penangas, pot salep, timbangan, sonde oral dan wadah.
3.1.3 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, aquadest,
diazepam, kapas, mencit, na-cmc, dan rifampicin.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pembuatan Na-CMC 1%
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat dengan alkohol 70 %
3. Ditimbang Na-CMC sebanyak 1 gr menggunakan neraca analitik
masukkan kedalam wadah
4. Dipanaskan air sebanyak 100 ml hingga mendidih
5. Dimasukkan kedalam gelas kimia
6. Ditambahkan 100 ml air panas
7. Diaduk hingga homoge
3.2.3 Cara perlakuan mencit
a. Diazepam
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat mengunakan alkohol 70%
3. Ditimbang mencit
4. Ditimbang diazepam sesuai perhitungan
5. Diambil sebanyak 5 ml larutan Na-CMC
6. Dimasukkan obat diazepam yang telah ditimbang kedalam pot salep
yang berisikan larutan Na-CMC aduk hingga homogen
7. Diambi 0,5 ml menggunakan dispo
8. Diberikan obat kepada mencit melalui oral

12
9. Diamati onset dan durasi dari mencit
b. Diazepam + Rifampicin
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat mengunakan alkohol 70%
3. Ditimbang mencit
4. Ditimbang diazepam sesuai perhitungan
5. Diambil sebanyak 10 ml larutan Na-CMC dimasukkan sebanyak 5 ml
pada tiap-tiap pot salep
6. Dimasukkan masing-masing obat kedalam tiap-tiap pot salep yang
berisikan larutan Na-CMC aduk hingga homogen
7. Diambi 0,5 ml obat yang telah dilarutkan menggunakan dispo, masing-
masing obat menggunakan dispo yang berbeda
8. Diberikan obat 0,5 diazepam pada mencit melalui oral, kemudian
diberikan lagi obat rifampicin 0,5 ml
9. Diamati onset dan durasi dari mencit

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
No Nama Obat Jalur Onset Waktu bangun
Pemberian Kembali
1 Diazepam Oral 1 jam 15 Menit
8 Menit
2 Diazepam + Rimfapicin Oral 1 jam 30 Menit

4.2 Pembahasan
Metabolisme atau biotransformasi merupakan rangkaian reaksi kimia yang
mengubah dari konvensi obat menjadi senyawa yang larut air agar dapat
diekskresikan (Fulcher dan Santoso, 2012).
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum mengenai
metabolisme obat pada hewan uji (mencit). Obat yang digunakan pada praktikum
kali ini yaitu diazepam dan rimfapicin. Tujuan penggunaan obat metabolisme ini
bertujuan untuk dilihat durasi obat pada mencit.
Pada perlakuan pertama diberikan obat diazepam pada mencit 1 dengan
diambil 1 ml obat yang diberikan kepada mencit kemudian dilihat reaksi mencit
dengan memperhatikan mekanisme kerja obat yang diberikan dari waktu tidur
hingga waktu bangun mencit. Menurut Santosa (2007) Diazepam digunakan
untuk mengatur pola tidur atau sebagai obat sedatif hipnotik karena diazepam
merupakan salah satu jenis benzodiazepin (obat penenang)..Dapat dilihat waktu
tertidur mencit itu sesuai dan setelah mencit itu bangun. berdasarkan data tersebut
dapat dijelaskan mekanisme kerja dari diazepam yaitu meningkatkan ikatan antara
(GMA) penghambat neurotransmiter pada sistem saraf pusat yang memberi efek
sedasi mengantuk dan melemaskan otot (holbrock, 2000) sehingga didapatkan
waktu onset 1 jam, 8 menit.
Selanjutnya pada praktikum kedua diberikan obat diazepam ditambah
rimfapicin diambil masing-masing 0,5 ml pada masing-masing obat yang
diberikan kepada mencit tersebut. Untuk pemberian obat yang pertama adalah
diazepam kemudian rimfapicin pada hasil yang didapatkan bahwa penggunaan

14
obat diazepam dan rimfapicin mempengaruhi waktu tidur dari mencit setelah di
berikan obat itu di menit ke-10 dan kembali bangun pada menit ke-15. Dengan
artinya waktu tidur lama, hal ini tidak sesuai dengan literature yang dikemukakan
oleh Tatro (2011), Interaksi antara rifampisin dengan diazepam mengakibatkan
melemahnya atau menurunnya efek dari diazepam yang digunakan bersamaan
dengan rifampisin. Akan tetapi hasilnya lebih lama daripada dosis tunggl dari
diazepam sehingga waktu tidur dari mencit selama 30 menit berdasarkan hasil
yang didapatkan di atas dapat dijelaskan deklarasinya kerja dari rimfapicin yaitu
menghambat mekanisme kerja dari RNA. Polimerasi yang terkandung pada DNA
dan mikroba dan beberapa mikroorganisme. Kegunaan pada konsistensi tinggi
untuk menginduksi sintesis enzim bakteri dapat pula sekaligus menginhibisi
sintesis RNA dalam mitokondria. ( Welltman dkk 1991).
Kemungkinan kesalahan dalam percobaan ini kurangnya ketelitian
praktikan dalam menghitung dosis, menimbang bahan obat, serta kurang mahir
dalam perlakuan terhadap hewan coba ( mencit).

BAB V

15
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil kesimpulan diatas bahwa waktu yang dibutuhkanmencituntuk
balik atau sadar lebih lama adalah mencit kelompok ketiga yang diinduksika n
dengan diazepam bersamaan dengan rifampicin, daripada diinduksikan diazepam
saja hal ini karena rifampicin meningkatkan enzim pemetabolisme diazepam
sehingga efek farmakologis diazepam akan semakin kuat. Semakin lama
metabolisme suatu obat maka akan semakin tinggi kadar obat yang ada dalam
tubuh. Untuk Na-CMC hanya sebagai pembanding yang tidak memiliki efek balik
5.2 Saran
5.2.1 Saran Asisten Asisten
Lebih memperhatikan praktikan pada saat melakukan praktikum terutama
saat melakukan setiap pertemuan daring pada suatu percobaan saat praktikum
sedang berlangsung.
5.2.2 Saran untuk laboratorium
Lebih meningkatkan sarana dan prasarana dalam laboratorium untuk
memperlancar jalannya praktikum.
5.2.3 Saran untuk praktikan
Diharapkan agar praktikan lebih meningkatkan kinerjanya sehingga dapat
memahami serta melakukan dengan baik praktikum yang akandilaksanakan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Budhi. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang
Berpotensi sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta.

Gunawan, I. and Ahsan, K. .2010. Project Scheduling Improvement Using Design


Structure Matrix. International Journal of Project Organisation
and Management

Holbrook, M.B., 2001. The chain of effects from brand trust and brand affect to
brand performance: the role of brand loyalty. Journal of marketing

Imron Amrul. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta:

Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC, Jakarta

Neal, M.J. 2007. At a Glance Farmakologi Medis. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sweetman, S. C. 2009. Martindale the complete drug reference. 36th Edition,


London: Pharmaceutical Press

Stockley, L. H., 2010. Stockley’s Drug interactions. Ninth Edition.


Pharmaceutical Press.United Kingdom

Tjay T.H. and Rahardja K.. 2013. Obat-obat Penting, khasiat, penggunaan, dan
efek-efek sampingnya, 5th ed., PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai