Anda di halaman 1dari 4

BAB 1.

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Data di Indonesia berdasarkan Laporan Riskesdas Bidang Biomedis tahun 2007
menunjukkan bahwa prevalensi dislipidemia dengan konsentrasi kolesterol total >200
mg/dL adalah 39,8%. Beberapa propinsi di Indonesia seperti Nangroe Aceh, Sumatra
Barat, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau mempunyai prevalensi dislipidemia
50% (Riskesdas, 2010). Besarnya masyarakat yang memiliki pravalensi dislipidemia
yang tergolong besar, maka dibutuhkan terapi obat anti kolesterol. WHO (2007)
mencatat bahwa pada tahun 2003 di Amerika, penggunaan obat penurun kadar
kolesterol menempati posisi teratas dengan penjualan sebesar 13,9 milyar USD.
Walaupun telah mengonsumsi obat anti kolesterol, namun kadar LDL kolesterol
pengonsumsi obat ini pun masih tinggi dan banyak terjadi kesalahan dosis dalam
penanganannya (Munawar et al., 2013). Oleh karena itu, perlu ditemukan suatu bahan
untuk menurunkan kadar kolestrol dengan khasiat yang baik. Saat ini obat yang
digemari adalah obat bahan alam karena mendukung slogan Back to Nature, di
Indonesia obat bahan alam yang telah dimanfaatkan secara turun menurun adalah
jamu.
Jamu memiliki peranan penting dalam pengobatan tradisional pada negara
berkembang. Berkisar 70 - 80% penduduk negara berkembang bergantung pada
pengobatan tradisional (Mahady, 2001). Jamu juga lebih aman untuk dikonsumsi
karena relatif tidak beracun dan mempunyai khasiat yang telah terbukti secara empiris
sejak ribuan tahun lalu (Winarno, 1997). Efek samping yang kecil membuat jamu
aman dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Dalam mendorong penggunaan
jamu lebih luas, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencanangkan program
Saintifikasi jamu dan telah mengesahkan Komisi Nasional Saintifikasi Jamu melalui
Surat Keputusan Nomor 296/Menkes/SK/VIII/2013. Komisi nasional saintifikasi
jamu memiliki tugas dan kewenangan untuk mengevaluasi secara terpisah ataupun

1
2

bersamaan hasil penelitian pelayanan termasuk perpindahan metode/upaya antara


kuratif dan non kuratif hasil penelitian pelayanan praktik/ klinik jamu, serta
mengusulkan kelayakan hasil penelitian menjadi program sinergis, integrasi, dan
rujukan pelayanan jamu. Oleh karena itu, ramuan tradisional yang sudah digunakan
secara turun menurun dapat diuji klinik untuk menjadi jamu saintifik.
Formula jamu sampai saat ini hanya didasarkan pada pengetahuan nenek
moyang yang diwariskan secara turun-temurun dalam mengatasi suatu penyakit.
Formulasi dari beberapa tanaman herbal dapat memberikan informasi baru terhadap
peningkatan respons efek sinergis dibandingkan respons dari masing-masing
komponen. Hal ini dibuktikan antara lain pada penelitian Adam et al. (2006), bahwa
proliferasi sel prostat diatasi menggunakan 6 ekstrak tanaman herbal menunjukkan
bahwa efek terapi campuran ekstrak tanaman lebih baik dibandingkan dengan ekstrak
tanaman tunggal. Schmidt et al. (2007) meyakini bahwa campuran dari beberapa
komponen yang dihasilkan oleh tanaman dapat menjadi suatu aset yang berharga dan
sumber penting dalam penemuan obat baru, terutama pengembangan kombinasi
terapi obat.
Salah satu formulasi tanaman yang umumnya dijadikan ramuan penurun
kolesterol adalah daun salam (Syzygium polyanthum), akar alang-alang (Imperata
cylindrical), pegagan (Centella asiatica) dan sambiloto (Andrographis paniculata).
Beberapa tanaman tersebut di Indonesia telah lama dikenal sebagai ramuan penurun
kolesterol. Berdasarkan penelitian Lajuck (2012) menyatakan bahwa pemberian
ekstrak daun salam 1 grm mampu menurunkan kolestrol total dan LDL lebih efektif
dibandingkan statin 10 mg pada penderita dislipidemia. Hasil tersebut diperkuat oleh
Rahayuningsih (2014), ekstrak daun salam memiliki efek menahan laju peningkatan
kadar kolestrol total terbesar dari pada rebusan daun salam. Pengaruh tersebut
dikarenakan adanya kandungan flavonoid pada ekstrak daun salam lebih besar dari
pada rebusan daun salam. Flavonoid diketahui dapat menghambat peningkatan kadar
kolestrol total dengan mekanisme menghambat aktivitas enzim HMG KoA reduktase
yang berperan penting dalam biosintesis kolestrol (Rahayuningsih, 2014). Flavonoid
3

juga dapat bertindak sebagai kofaktor enzim kolesterol esterase dan inhibitor absorbsi
kolestrol makanan dengan menghambat pembentukan misel sehingga penyerapan
kolestrol terhambat (Olivera, 2007).
Berdasarkan formulasi ramuan obat tradisional anti kolestrol tersebut, maka
dilakukan pengkajian tentang efek farmakologis dari masing-masing bahan, cara
pembuatan ramuan obat tradisional serta pemberian komunikasi, edukasi, dan
informasi mengenai ramuan obat tradisional tersebut.

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara pembuatan dan penggunaan ramuan jamu anti kolestrol?
2. Bagaimana mekanisme tanaman obat dalam mengatasi kolestrol?

1. 3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui cara pembuatan dan penggunaan ramuan jamu anti kolestrol.
2. Mengetahui mekanisme tanaman obat dalam mengatasi kolestrol.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, LS., Navindra, PS., Mary, LH., Catherine, C., David H. 2006. Analysis of the
Interactions of Botanical Extract Combinations Againts the Viability of Prostate
Cancer Cell Lines. Evid Based Complement Alternat Med. 3(1): 117-124.
Lajuck, P. 2012. Ekstrak Daun Salam (Eugenia Poliantha) Lebih Efektif Menurunkan
Kadar Kolesterol Total dan LDL Dibandingkan Statin pada Penderita
Dislipidemia. Denpasar: Universitas Udayana.
4

Mahady GB. 2001. Global Harmonization of Herbal Health Claim. J. Of Nutr. 131:
1120S-1123S.
Menteri Kesehatan RI. 2013. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Tentang Komisi Nasional Saintifikasi Jamu. KepMenKes RI Nomor
296/MENKES/SK/VIII/2013.
Munawar, M., Hartono, B., Rifqi, S. 2013. LDL Cholesterol Goal Attainment in
Hypercholesterolemia: CEPHEUS Indonesian Survey. Acta Cardiologica
Sinica. 29(1): 71-81.
Olivera, T., Ricardo, KFS., Almeida, MR., Costa, MR., Nagem, TJ. 2007.
Hypolipidemic Effect of Flavonoids and Cholestyramine in Rats Tania. Latin
American Journal of Pharmacy. 26 (3): 407-10.
Rahayuningsih, H.M. 2014. Perbedaan Pengaruh antara Ekstrak dan Rebusan Daun
Salam (Eugenia polyantha) dalam Pencegahan Peningkatan Kadar Kolesterol
Total pada Tikus Sprague Dawley. Journal of Nutrition College. 3(1): 142-149.
Schmidt, BM., Ribnicky, DM., Lipsky, PE., Raskin, I. 2007. Revisiting the Ancient
Concept of Botanical Therapeutics. Nat Chem Biol. (3): 360-366.
Tim Biomedis Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Laporan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Bidang Biomedis. 20-5.
Winarno, FG. 1997. Naskah Akademis Keamanan Pangan. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
World Heath Organization. 2007. Prevention of Cardiovascular Disease: Pocket
Guidelines for Assessment and Management of Cardiovascular Risk. WHO,
Geneva (CH).

Anda mungkin juga menyukai