Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS JURNAL TERAPI KOMPLEMENTER

TENTANG HERBAL

Disusun untuk memenuhi tugas terapi komplementer

Dosen Pengampu : Ibu Puji Purwaningsih S.Kep., M.kep.

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Aliyah (010116A005)
2. Annisa latifatul irsiana (010116A009)
3. Eka kartika rukmi (010116A025)
4. Ida kusumawati (010116A045)
5. Khoirunnisa (010116A048)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019
ANALISIS JURNAL 1

Judul JAMU PADA PASIEN TUMOR/KANKER


SEBAGAI TERAPI KOMPLEMENTER
Penulis Siti Nur Hasanah , Lucie Widowati
Nama Jurnal Jurnal Kefarmasian Indonesia

Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan


kekayaan flora nomor 2 di dunia, memiliki
berbagai macam tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat termasuk untuk
pengobatan kanker. Akan tetapi dalam
pemakaian tumbuhan untuk pengobatan
masih rendah bila dibandingkan dengan
beberapa negara Asia, terutama dalam hal
pemakaian tumbuhan obat yang
terintegrasikan dalam pelayanan kesehatan
formal. Diberbagai belahan dunia tumbuhan
obat telah banyak digunakan untuk
pengobatan kanker, baik sebagai pencegahan
maupun pengobatan. Tanaman yang
digunakan adalah yang mengandung senyawa
atau substansi seperti karotenoid, vitamin C,
selenium, serat dan komponenkomponennya,
dithiolthiones, isotiosianat, indol, fenol,
inhibitor protease, senyawa aliin, fitisterol,
fitoestrogen dan limonen. Glukosianalat dan
indol, tiosianat dan isotiosianat, fenol dan
kumarin dapat menginduksi multiplikasi
enzim fase II (melarutkan dan umumnya
mengaktivasi). Asam askorbat dan fenol
memblok pembentukan karsinogen seperti
nitrosamine.Flavonoid dan karotenoid
bertindak sebagai antioksidan. Karotenoid
dan sterol mengubah struktur membran atau
integritas. Senyawa yang mengandung sulfur
dapat menekan DNA dan sintesis protein,
sedangkan fitoestrogen bersaing dengan
estradiol untuk reseptor estrogen sehingga
akan terjadi keadaan anti proliperatif. Terapi
jamu yang diberikan berupa ramuan beberapa
komponen jamu yang berbeda-beda oleh tiap
dokter.
Dalam satu terapi jamu dapat terdiri dari satu
komponen tunggal maupun gabungan
beberapa komponen jamu dengan rata-rata 3-
4 komponen, dan yang terbanyak sampai 12
komponen jamu dalam satu terapi. Pada
Tabel 6 diuraikan 10 komponen jamu yang
paling sering digunakan dalam terapi
tumor/kanker. Ditemukan ramuan jamu
dengan komponen yang sama diberikan oleh
8 dokter yang berbeda yaitu rumput mutiara,
kunyit putih dan bidara upas. Penyakit
kanker juga menyebabkan beban pembiayaan
negara sangat tinggi.
Analisis PICO Population/problem :
Penggunaan Jamu sebagai obat terapi
komplementer pada tumor/kanker.
Intervention :
Salah satu non intervensi pada pasien dokter
praktik jamu komplementer-alternatif di
rumah sakit, Puskesmas, dan praktik mandiri
pada jejaring dokter di Indonesia. Pengobatan
kanker yang baik harus memenuhi fungsi
menyembuhkan (kuratif), mengurangi rasa
sakit (paliatif) dan mencegah timbulnya
kembali (preventif).6 Pengobatan
komplementer alternatif adalah salah satu
pelayanan kesehatan yang akhir-akhir ini
banyak diminati oleh masyarakat maupun
kalangan kedokteran konvensional.7
Pelayanan kesehatan tradisional komple-
menter alternatif merupakan pelayanan yang
menggabungkan pelayanan konven-sional
dengan kesehatan tradisional dan/atau hanya
sebagai alternatif menggunakan pelayanan
kesehatan tradisional, terintegrasi dalam
pelayanan kesehatan formal.7 Keberhasilan
masuknya obat tradisional ke dalam sistem
pelayanan kesehatan formal hanya dapat
dicapai apabila terdapat kemajuan yang besar
dari para klinisi untuk menerima dan
menggunakan obat tradisional
Comparison :
-
Outcome :
Dari hasil penelitian (Tabel 1) diperoleh
karakteristik pasien dengan keluhan kanker
berada pada usia antara 20 hingga lebih dari
71 tahun. Persentase terbesar pada rentang
usia 41-50 tahun yaitu sebesar 39,4%, diikuti
usia 31-40 tahun sebesar 23,9%, usia 51-60
tahun sebesar 16,9%. Jumlah pasien
perempuan 6 kali lebih banyak daripada laki-
laki.
Menurut Oemiati, dkk, berdasarkan
kelompok umur, makin tua usia responden
risiko terkena penyakit tumor/kanker makin
tinggi, yang mencapai puncaknya pada usia
35 sampai 44 tahun. Selanjutnya secara
perlahan risikonya akan menurun dan akan
terjadi peningkatan kembali pada usia > 65
tahun. Menurut jenis kelamin risiko penyakit
tumor/kanker lebih banyak perempuan
dibandingkan laki-laki.9 Data statistik WHO
menunjukkan bahwa tumor ganas payudara
menempati urutan pertama dengan jumlah
kasus terbanyak dari seluruh jenis kasus
keganasan di seluruh dunia.
Kesimpulan Sepuluh komponen jamu yang paling
banyakdigunakan pada pasien tumor/kanker
berturut-turutadalahkunyit putih, rumput
mutiara, bidara upas, sambiloto, keladi tikus,
temulawak, temu mangga, daun dewa,
benalu,dandaun sirsak.
Pada akhir terapi ditemukan 79,6% pasien
dengan kualitas hidup yang membaik dan
20,4% yang menetap, pada penelitian ini
dapatdisimpulkan bahwa terapi
komplementer alternatif dapat meningkatkan
kualitas hidup pada pasien tumor/kanker
yang berobat di dokter praktek jamu yang
terlibat dalam penelitian ini.
ANALISIS JURNAL 2

Judul Kompres Jahe Berkhasiat dalam Menurunkan Intesitas Nyeri pada


Penderita Rheumathoid Arthritis.

Penulis Henny Syapitri

Nama Jurnal Jurnal Mutiara Ners, 57-64. Januari 2018, Vol.1 No.1

Latar Belakang Penyakit rematik dan keradangan sendi merupakan penyakit yang
banyak dijumpai di masyarakat, khususnya pada orang yang berumur
40 tahun keatas. Lebih dari 40 persen dari golongan umur tersebut
menderita keluhan nyeri sendi otot. Dalam hal ini masalah rematik
dipandang sebagai salah satu masalah kesehatan utama sejak tahun
2000 (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2010). Berdasarkan
hasil Riskesdas tahun 2008 penyakit sendi/ reumatik/ encok/
osteoartritis adalah penyakit yang sering terjadi dengan pertambahan
umur terutama setelah berumur 45 tahun ke atas. Saat ini diperkirakan
paling tidak 355 juta penduduk dunia menderita rematik, yang artinya
1 dari 6 penduduk dunia mengalami penyakit rematik. Sementara itu,
hasil survei di benua Eropa pada tahun 2004 menunjukkan bahwa
penyakit rematik merupakan penyakit kronik yang paling sering
dijumpai. Kurang lebih 50% penduduk Eropa yang berusia diatas 50
tahun mengalami keluhan nyeri muskuloskeletal paling tidak selama 1
bulan pada waktu dilakukan survei (Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara, 2010). Berdasarkan American College Of
Rheumathology (2013) menyatakan bahwa sebanyak 52,5 juta atau
sekitar 23 persen penduduk dewasa Amerika Serikat menderita
rheumatoid arthritis.

Salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat


secara mandiri dalam menurunkan skala nyeri rheumathoid arhtritis
yaitu dengan kompres jahe (Santoso, 2013). Jahe (Zinger Officinale
(L) Rosc) mempunyai manfaat yang beragam, antara lain sebagai
rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat. Secara
tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati rematik, asma,
stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi,
mual, demam dan infeksi ( Ali et al, 2008 dalam Hernani & Winarti,
2010). Beberapa komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol dan
zingerone memberi efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan,
anti inflamasi, analgesik, antikarsinogenik (stoilova et al.2007 dalam
Hernani & Winarti, 2010).

Analisis PICO Population/problem :

Penurunan Intesitas Nyeri Pada Penderita Rheummathoid Arthritis


Intervention :

Salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat


secara mandiri dalam menurunkan skala nyeri rheumathoid arhtritis
yaitu dengan kompres jahe (Santoso, 2013). Jahe (Zinger Officinale
(L) Rosc) mempunyai manfaat yang beragam, antara lain sebagai
rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat. Secara
tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati rematik, asma,
stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi,
mual, demam dan infeksi ( Ali et al, 2008 dalam Hernani & Winarti,
2010). Beberapa komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol dan
zingerone memberi efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan,
anti inflamasi, analgesik, antikarsinogenik (stoilova et al.2007 dalam
Hernani & Winarti, 2010).

Comparison :

Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum (Pre-Test) Dan Sesudah


(PostTest) Kompres Jahe

Outcome :

Dari hasil analisa data dengan menggunakan wilcoxon signed rank test
untuk mengetahui kekuatan pengaruh kompres jahe terhadap intensitas
nyeri rheumathoid arthtritis menghasilkan rata-rata (mean) intensitas
nyeri sebelum diberikan kompres jahe sebesar 4,73 dengan standar
deviasi 1,311. Rata-rata (mean) intensitas nyeri setelah diberikan
kompres jahe sebesar 2,13 dengan standar deviasi 1,008.

Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p Value (α) sebesar 0,000.
Dengan demikian nilai p Value lebih kecil dari 0,1 sehingga Ho
ditolak, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata skala
nyeri rheumathoid arthritis yang bermakna antara sebelum kompres
jahe dan setelah kompres jahe dan dapat disimpulkan bahwa
hipotesisnya ada pengaruh kompres jahe terhadap perubahan intensitas
nyeri rheumathoid arthritis pada usia diatas 40 tahun di lingkungan
kerja Puskesmas Tiga Balata tahun 2015.

Kesimpulan Berdasarkan data penelitian yang telah diperoleh, kompres jahe terlihat
memiliki pengaruh dalam mengurangi intensitas nyeri rheumathoid
arthritis dimana seluruh responden mengalami penurunan intensitas
nyeri setelah perlakuan kompres jahe.
ANALISIS JURNAL 3

Judul EFEKTIVITAS DAUN SIRSAK DALAM MENURUNKAN NILAI


ASAM URAT DAN KELUHAN NYERI PADA PENDERITA GOUT
DI KELURAHAN TAMALANREA MAKASSAR

Penulis Ilkafah

Nama Jurnal PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 2 MEI


2017 ISSN 2302 – 2493

Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan status gizi bagi masyarakat pada
dekade terakhir ini telah menyebabkan transisi pola kebiasaan hidup
termasuk pola makan. Hal ini berdampak pada perubahan dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit itu
berhubungan dengan pola makan, dari pola makan yang tradisional
yang mengandung banyak serat dan sayuran ke pola makan dengan
komposisi banyak protein, lemak dan garam. Pola makan yang banyak
mengandung purin apabila proses metabolismenya terganggu maka
kadar asam urat didalam darah akan meningkat dan menimbulkan
penumpukan kristal asam urat (Zakhiah, 2015). Kristal asam urat ini
akan membentuk endapan garam urat yang menumpuk di dalam
jaringan ikat di seluruh tubuh (endapan ini di sebut tofus). Gout (pirai)
yang dikenal juga sebagai gout arthritis merupakan penyakit metabolik
yang ditandai dengan endapan urat sendi sehingga sendi artritis terasa
menyakitkan (Paramita, 2011). Penyakit ini disebabkan oleh produksi
asam urat berlebih, ekskresi asam urat yang kurang atau keduanya serta
adanya penyakit lain yang menyebabkan peningkatan asam urat di
dalam tubuh (Kowalak, et all, 2011).

Penanganan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri dapat dilakukan


secara farmakologis dan non farmakologis. Penanganan farmakologis
yaitu pemberian obat kelompok salisilat dan kelompok obat anti
inflamasi nonsteroid, tetapi salah satu efek yang serius dari obat anti
inflamasi nonsteroid adalah perdarahan saluran cerna. Sedangkan
penanganan non farmakologis tidak mengeluarkan biaya yang mahal
dan tidak memiliki efek yang berbahaya. Dalam keperawatan terapi
nonfarmakologi disebut keperawatan komplementer. Terapi
komplementer merupakan terapi alamiah diantaranya adalah dengan
terapi herbal. Jenis terapi herbal yang dapat di gunakan dalam
mengurangi nyeri pada penderita gout yaitu daun sirsak (Annona
Muricata L.) (Wirahmadi, 2013).
Sirsak merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis di Benua
Amerika, yaitu hutan Amazon (Amerika Selatan), Karibia dan
Amerika Tengah. Masuknya tanaman sirsak di Indonesia diduga
dibawa oleh Bangsa Belanda pada abad ke-19. Tanaman ini nyatanya
tumbuh subur dan berkembang dengan baik karena iklim tropis
Indonesia yang cocok bagi tanaman sirsak (Dewi & Hermawati, 2013).
Pada daun dan buahnya mengandung senyawa fruktosa, lemak, protein,
kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan vitamin B. Metabolit sekunder
yang terkandung didalamnya adalah Senyawa yang paling penting
adalah tannin, resin dan magostine yang mampu mengatasi nyeri sendi
pada penyakit gout (Lina & Juwita dalam Wirahmadi, 2013).
Penelitian tentang daun sirsak terhadap nyeri gout belum banyak
dilakukan oleh karena itu diperlukan penelitian tentang pengaruh
rebusan daun sirsak terhadap penurunan nyeri sendi dan kadar asam
urat pada penderita gout.
Analisis PICO Population/problem

Peningkatan nilai pada penyakit gout dan Nyeri sendi yang disebabkan
oleh gout arthritis.

Intervention :

Intervensi dilakukan dengan cara meminum rebusan daun sirsak


sebanyak 10 lembar direbus dengan 2 gelas air hingga mendidih
sampai tersisa 1 gelas (dengan api sedang), diminum 2x sehari pada
pagi dan sore hari 1 jam setelah makan rutin selama 8 minggu. Untuk
mengukur adanya perbedaan nilai sebelum dan sesudah intervensi
digunakan uji statistik Paired Sample T-test karena data terdistribusi
normal.
Comparison :

Outcome :

Nilai rata-rata asam urat dari 32 responden sebelum dilakukan


pemberian rebusan daun sirsak yaitu 11,3 mg/dL. Kondisi ini disebut
hiperurisemia, dimana nilai ini sudah melebihi nilai asam urat normal
baik untuk laki-laki maupun perempuan. Nilai rata-rata asam urat
setelah pemberian rebusan daun sirsak yaitu 5,9 mg/dL. Hasil ini
menunjukkan ada penurunan kadar asam urat setelah pemberian
rebusan daun sirsak pada penderita gout. Sifat anti oksidan yang
dimiliki oleh daun sirsak dapat mengurangi terbentuknya asam urat
melalui penghambatan produksi enzim xantin oksidase. Enzim ini
berperan penting dalam perubahan basa purin menjadi asam urat.
Tanin dan resin merupakan suatu senyawa yang mengandung
flavonoid yaitu antioksidan pada sirsak.
Dari 32 responden rata-rata nilai skala nyeri responden sebelum
pemberian rebusan daun sirsak menurut skala VAST rata-rata adalah
7,4. Jika dikategorikan maka rata-rata nyeri responden adalah nyeri
berat.
Setelah diberikan rebusan daun sirsak selama 8 minggu rata-rata skala
nyeri rata skala VAST 3, 2 dengan standar deviasi 1,3. Penurunan
skala nyeri sebelum dan sesudah sangat bermakna. Pada minggu ke 4
penelitian keluhan nyeri juga diukur untuk melihat perkembangan
terapi herbal. Hasil yang didapatkan beberapa responden mengalami
penurunan nyeri (56%) selebihnya tetap. Hasil penurunan nyeri
signifikan didapatkan pada minggu ke 8.
Kesimpulan Salah satu terapi komplementer untuk menurunkan asam urat dan
keluhan nyeri sendi adalah daun sirsak. Terapi minum rebusan daun
sirsak terbukti efektif dalammenurunkan nilai asam urat darah dan
menurunkan keluhan nyeri sendi pada penderita gout arthritis.
ANALISIS JURNAL 4

Judul Pengaruh pemberian serbuk kering jahe merah terhadap pasien


diabetes melitus tipe 2.

Penulis Eliza arman, Deddy Almasdy, Rose Dinda Martini.

Nama Jurnal Jurnal Ipteks Terapan Research of Applied Science and Education
V10.i3.

Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kelainan kerja insulin atau keduanya (Dipiro et.al, 2008).
Penyakit ini merupakan penyakit yang prevalensinya cukup tinggi di
dunia. Diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih
umum dengan jumlah penderita mencapai 85-95% dari keseluruhan
populasi penderita diabetes (IDF, 2013). Terapi diabetes melitus
bertujuan untuk mencapai kadar glukosa normal, mengurangi onset dan
perkembangan retinopati, komplikasi nefropati dan neuropati, terapi
intensif untuk faktor risiko kardiovaskular yang terkait, dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup (Dipiro et.al, 2008). Terapi
ini dapat berupa terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi
farmakologi adalah terapi dengan pemberian obat-obatan sedangkan
untuk terapi non farmakologi lebih menitik beratkan kepada pola hidup
pasien seperti diet dan olah raga (Dipiro et.al, 2008). Kandungan utama
jahe adalah minyak atsiri (1-5%), seskuiterpenoid dan monoterpenoids,
gingerol, shogaols, paradols dan zingerones (Shukla & Singh, 2007).
Kebanyakan efek terapi jahe sebagai antiinflamasi, analgesik, hipotensi
dan diabetes yang berhubungan dengan gingerol dan shogaol yang
banyak terdapat dalam jahe segar dan jahe kering (Shukla & Singh,
2007).

Analisis PICO Population/problem

Menurunkan glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2.


Intervention :

Mempelajari potensi hipoglikemik jahe yang telah diinduksi diabetes,


dengan memberikan jahe segar sebanyak 500 mg/kg setiap hari selama
7 minggu. Dosis tersebut efektif menurunkan level serum glukosa,
kolesterol dan triasilgliserol (AlAmin et.al, 2006). Klinik menunjukan
konsumsi 3 gram serbuk jahe kering setiap hari dalam dosis terbagi
selama 30 hari dapat menurunkan glukosa darah, trigliserida, kolesterol
total, LDL dan VLDL dalam darah (Andallu et.al, 2003). Namun,
konsumsi 2 gram jahe setiap hari selama 8 minggu tidak signifikan
dalam menurunkan glukosa darah puasa, HbA1C, HDL (Mahluji et.al,
2013).

Comparison :

Perbedaan GDP dan GD2PP sebelum penelitian (pretreatment) dan


sesudah penelitian (postreatment).

Outcome :

Glukosa Darah Puasa Tabel menunjukkan bahwa dari 17 orang yang


termasuk kelompok kontrol, rata-rata glukosa darah puasa sebelum
mengikuti penelitian adalah 178,6 ± 38,68 mg/dL. Hasil analisa
kovarian didapatkan nilai P 0,031<0,05 yang berarti signifikan.
Artinya ada pengaruh pemberian sediaan serbuk kering jahe merah
terhadap glukosa darah puasa dan tidak dipengaruhi oleh umur dengan
nilai P 0,555>0,05 yang artinya tidak signifikan. Dan Berdasarkan
hasil keterangan dari pasien yang bersedia mengikuti penelitian sampai
selesai diketahui bahwa efek samping yang muncul selama
penggunaan kapsul yang berisi serbuk kering jahe merah adalah pusing
(2 orang), diare (1 orang), rasa panas di lambung (4 orang).

Kesimpulan Serbuk kering jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) dengan
dosis 3 gram sehari signifikan mempengaruhi penurunan glukosa darah
puasa, tetapi tidak signifikan mempengaruhi penurunan glukosa darah
2 jam postprandial.
ANALISIS JURNAL 5

EKSPLORASI JENIS DAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT

Tumbuhan obat tradisional merupakan ramuan bahan alam yang secara tradisional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan keanekaragaman tumbuhan obat-
obatan dapat menunjangadanya ketersediaan obat-obat tradisional yang siap pakai. Dalam
perkembangan ilmu pengetahuan, tumbuhan obat dapat ditelaah melalui dua pendekatan yaitu
ilmu farmakologi dan ilmu etnobotani. Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang
membahas mengenai kerja obat dalam tubuh seperti mekanisme obat dan juga interaksi serta
khasiat obat pada tubuh. Lebih spesifik dikenal farmakognosi yaitu ilmu yang membahas
mengenai obat yang berasal dari tanaman, mineral dan hewan atau biasa disebut sebagai ilmu
herbal (Sanjoyo, R.,2010) ). Sedangkan, etnobotani mengarah kepada sasaran untuk
mengembangkan sistem pengetahuan masyarakat lokal terhadap tanaman obat sehingga dapat
menemukan senyawa kimia baru yang berguna dalam pembuatan obat-obatan modern untuk
menyembuhkan penyakit-penyakit berbahaya pada manusia. Pada prinsipnya kedua
pendekatan tersebut berperan dalam mengeksplorasi jenis dan pemanfaatan tumbuhan
berkhasiat obat yang dimanfaatkan manusia (etnofarmakologi) (Permatasari, et al., 2011)
Setiap daerah atau suku bangsa memiliki ciri khas masing-masing dalam hal pengobatan
tradisional. Hal ini disebabkan oleh kondisi alamnya khususnya ketersediaan tumbuh-
tumbuhan yang berkhasiat obat di masing-masing daerah, perbedaan falsafah budaya dan adat
istiadat yang melatarbelakanginya (Peneng dan Sumantera, 2007). Kenyataannya banyak
obat-obat yang dipakai sekarang sudah lama dikenal jauh sebelum ilmu pengetahuan
berkembang, khususnya untuk obat-obat perangsang atau obat yang mengurangi rasa nyeri.

Hasil penelitian menunjukkan ditemukan 34 koleksi tanamanobat yang dimanfaatkan oleh


masyarakat Suku Muna di Pemukiman Kota Wuna Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna

1. Ficus septica Burm. f. Pohon atau perdu yang tegak dengantinggi 1-5 m.Daun
tunggal, besar, sangat runcing dengan duduk daun berseling atau berhadapan.Helaian
daun oval atau bulat telur dengan panjang daun 14-23 cm, lebar 8-14 cm. Memiliki
daun tumpul, pertulangan daun menyirip, tepi daun rata, warna daun dari atas hijau
tua mengkilat dengan banyak bintik-bintik yang pucat. Tanaman ini dimanfaatkan
sebagai obat mata merah (trahom), dengan cara daun awar-awar (Ficus septica Burm.
f.) tempat membungkus daun meniran (Phylantus niruri L.), dibakar diabu panas
selama 2 menit kemudian diangkat, dibuka lalu dicampur dengan empelur awar-awar,
kemudian diremas-remas sampai berair setelah itu air hasil remasan diteteskan pada
mata yang terkena trahom setiap pagi hari.
2. Averrhoa bilimbiL. Pohon dengan batang pokok besar, keras, bulat dan berwarna
coklat. Daun majemuk menyirip dengan duduk daun berseling dan bentuk daun
memanjang. Helaian daun 3-7 cm, lebar daun 1,5-2 cm. Tanaman ini dimanfaatkan
sebagai obat tekanan darah tinggi karena berkhasiat untuk menurunkan atau
menormalkan kembali tekanan darah, dengan cara memetik daun belimbing
(Averrhoa bilimbi L.) yang masih muda secukupnya setelah itu diberi air secukupnya
lalu direbus sampai mendidih, didinginkan dan diminum pagi dan sore sebanyak 1
gelas.
3. Piper retrofractum Vahl. Tanaman terna memanjat dengan panjang batang 5–15 m.
Daun tunggal dengan duduk daun berseling. Helaian daun memanjang, dengan
panjang daun 3-10 cm, lebar daun 2,5 - 4,5 cm. Memiliki buah dengan ujung bebas
membulat. Buah yang masih muda berwarna hijau, bila masak berwarna merahdan
susunan buah beruntai. Tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai obat kencing manis,
penggunaanya dengan cara memetik buah yang masih muda secukupnya, kemudian
dicuci hingga bersih setelah itu dikunyah secara perlahan-lahan sampai benar-benar
lumat kemudian ditelan bersama ampasnya.
4. Piper cilibracteum D.C. Merupakan tumbuhan terna memanjat dengan panjang
batang 5–15 m. Daun tunggal dengan duduk daun tersebar. Helaian daun bulat telur
dengan panjang daun 7-12 cm, lebar daun 5- 6,5 cm dan memiliki bau yang harum.
Tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat pencuci mata karena berkhasiat untuk
menjernihkan mata, dengan cara: daun sirih (Piper cilibractum D.C.) dihancurkan
sampai benar-benar halus kemudian diambil sedikit demi sedikit daun yang telah
halus dan diteteskan di mata tiap pagi dan sore hari.
5. Calanchoe pinnata L. Herba berdaging pada pangkalnya agak berkayu. Daun tunggal
dengan duduk daun berpasangan, ujung daun tumpul, pangkal daun runcing,
pertulangan daun menyirip dengan warna daun hijau muda. Tanaman ini
dimanfaatkan sebagai obat panas dalam karena berkhasiat untuk menurunkan panas
sehingga bibir tidak pecah-pecah, kulit kembali normal (tidak kering) dan
menyembuhkan sariawan, dengan cara: daun cucur bebek (Calanchoe pinnata L.)
dicampur dengan daun kapuk (Ceiba petandra Gaertn.), daun muda cendana
(Sannatalum album L.) dan daun kaghuse-ghuse, ditambah air masak secukupnya lalu
diembunkan kemudian diminum tiap pagi sebanyak 1 gelas.
6. Sannatalum album L. Pohon dengan tinggi 12-15 cm. Daun tunggal dengan duduk
daun berseling, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul dan warna daun pada
saat muda berwarna hijau muda, menjelang tua berwarna hijau tua. Tanaman ini
dimanfaatkan sebagai obat : Panas dalam karena berkhasiat untuk menurunkan panas
sehingga bibir tidak pecahpecah, kulit kembali normal (tidak kering) dan
menyembuhkan sariawan, dengan cara daun muda cendana (Sannatalum album L.)
dicampur dengan daun kapuk (Ceiba petandra Gaertn), daun kaghuses-ghuse dan
daun cucur bebek (Calanchoe pinnata) ditambah air secukupnya lalu diembunkan lalu
diminum setiap pagi sebanyak 1 gelas. Kurus dan banyak keringat (kasoso) karena
berkhasiat untuk menurunkan panas dan menambah nafsu makan, dengan cara kulit
batang cendana (Sanntalum album L.) dicampur dengan daun kamboja (Plumeria
acuminate Poir.), daun kasape, akar kelapa lalu direbus dengan air secukupnya dan
diminum sebanyak 1 gelas tiap pagi, sore dan malam hari. Penyakit perut dan kadang
buang air disertai lendir dan darah (amuba), dengan cara kulit batang cendana
(Sanantalum album L.)dicampur dengan daun jambu batu (Psidium guajava L.), daun
tembelekan (Lantana camara L.), daun klengkeng (Schleichera oleosa Merr.) dan akar
sidaguri (Sida rhombifolia) setelah itu diberi air secukupnya lalu direbus sampai
mendidih. Hasil rebusan diminum 1 gelas tiap pagi, sore dan malam hari.
7. Paederia scandens Merr. Tumbuhan terna memanjat.Daun tunggal dengan duduk
daun berseling atau tersebar. Memiliki helaian daun memanjang, panjang 6-8 cm,
lebar daun 2-7 cm, daun bila diremas-remas akan mengeluarkan bau yang tidak
sedap.Tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat cacingan karena berkhasiat untuk
mematikan cacing-cacing yang ada dalam perut penderita dan dikeluarkan bersama-
sama dengan kotoran, dengan cara: daun kentut (Paederia scandens Merr.) dicampur
dengan daun sembung (Blumea balsanifera D.C.), daun selasi (Ocimum basilicum L.)
lalu diberi air masak secukupnya, diperas, disaring dan hasil perasan diminum tiap
pagi dan sore sebanyak 1 gelas.
8. Psidium guajava L. Perdu atau pohon kecil. Daun tunggal dengan duduk daun
berpasangan, helaian daun bulat panjang atau memanjang, dengan panjang daun 4,5-7
cm, lebar 3 - 4 cm. Bunga terletak diketiak daun, warna putih. Buah bentuk bulat
dengan bagian depan kasar membulat. Dalam buah berisi banyak biji, daging buah
putih kekuning-kuningan atau merah muda dengan rasa yang manis serta harum.
Tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat : Muntah berak karena berkhasiat untuk
menghentikan buang air besar yang disertai dengan muntah-muntah, dengan cara
daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang tua dicampur dengan jagung (disangrai
sampai hitam) setelah itu diberi air secukupnya lalu direbus sampai mendidih dan
hasil rebusan diminum 1 gelas tiap pagi, sore dan malam hari. Penyakit perut dan
kadang buang air disertai lendir dan darah (amuba) dengan cara menggunakan daun
jambu biji (Psidium guajava L.) dicampur dengan daun tembelekan (Lantana camara
L.), daun klengkeng (Schleichera oleosa Merr.), kulit batang cendana (Sannatalum
album L.)dan akar sidaguri (Sida rhombifolia) setelah itu diberi air secukupnya dan
direbus sampai mendidih. Hasil rebusan diminum 1 gelas tiap pagi dan sore dan
malam hari (La Niasa).
9. Jatropha curcas L. Perdu dengan tinggi 1,5–5 m. Daun tunggal dengan duduk daun
berseling, helaian daun bulat telur dengan panjang daun 8–15 cm, lebar 7–12 cm.
Ujung daun runcing. Pertulangan daun menjari. Bunga dalam malai rata yang
bercabang melebar. Memiliki buah bentuk telur lebar. Tanaman ini dimanfaatkan
sebagai obat sakit gigi karena berkhasiat untuk menghilangkan rasa sakit pada gigi
dan sariawan, dengan cara tangkai jarak (Jatropha curcas L.) yang masih muda
dipatahkan kemudian diambil getahnya lalu diteteskan pada sepotong kapas kecil lalu
kapas yang telah dibasahi dengan getah tangkai jarak tersebut dimasukan ke dalam
gigi yang berlubang (Lovadi, et al., 2013).
10. Aleurites mollucuna Willd. Pohon dengan memiliki tinggi 10-40 m. Daun tunggal
dengan duduk daun berpasangan. Helaian daun bulat telur dengan panjang daun 10-
18 cm, lebar daun 6-7 cm. Buah batu bentuk bola yang lebar, panjang 6 cm, dengan
dinding yang cukup tebal, berdaging kaku, dengan kulit biji yang sangat keras dan
bijinya mengandung minyak. Tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat penyakit kuning
dengan cara kulit batang kemiri (Aleurites molucana Willd.) dicampur dengan akar
alangalang (Imperata cylindrical Beauv.), akar pinang dan batang serei (Andropogon
nardus L.), daun, batang dan akar waru putih direbus dengan air secukupnya sampai
mendidih, didinginkan lalu diminum sebanyak 1 gelas pagi dan sore hari.
11. Phylantus niruri L. Herba,. Tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat mata merah
(trahom) dengan cara menggunakan daun meniran (Phylantus niruri L.) dibungkus
didaun awar-awar (Ficus septica Burm. f.), lalu dibakar diabu panas selama 2 menit
setelah itu diangkat, dibuka lalu dicampur dengan empelur awar-awar (Ficus septica
Burm. f.) kemudian diremas-remas sampai berair setelah itu air hasil remasan
diteteskan dimata setiap pagi hari.
12. Euphorbia hirta L.Tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat katarak karena berkhasiat
untuk menghilangkan katarak pada mata, dengan cara mengambil batang patikan kebo
(Euphorbia hirta L.) yang masih muda, dipatahkan kemudian diambil getahnya lalu
diteteskan pada mata yang terkena katarak setiap pagi dan sore hari.
13. Plumeria acuminata Poir. Tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat: Setelah melahirkan
yang berkhasiat untuk membersihkan darah kotor, memulihkan tenaga,
mengencangkan kembali urat yang kendor setelah melahirkan, dengan cara daun
kamboja (Plumeria acuminate Poir.) dicampur dengan daun sembung (Blumea
balsanifera D.C.), akar kasape, kulit batang kayu gabus (Alstonia scholaris R.Br.),
akar sidaguri (Sida rhombifolia), akar pinang, akar kelapa dan akar pagoda
(Cleropendrum japonicum L.) direbus dalam air sebanyak 2 liter.Hasil rebusan
diminum pagi dan sore hari sebanyak 1 gelas. Kurus dan badan terasa panas (kasoso)
yang berkhasiat untuk menurunkan panas, dan menambah nafsu makan dengan cara
daun kamboja (Plumeria acuminata Poir.) dicampur dengan daun kasape, akar kelapa
dan kulit batang cendana (Santalum album L.) lalu direbus dengan air secukupnya dan
diminum sebanyak 1 gelas tiap pagi, sore dan malam hari.
14. Blumea balsanifera D.C. Habitus mirip herba atau perdu. Tanaman ini dimanfaatkan
sebagai obat : Cacar karena berkhasiat untuk merangsang penyakit cacar yang
tertinggal dalam tubuh agar cepat keluar di permukaan kulit sehingga tidak terjadi
peradangan dengan cara daun sembung (Blumea balsanifera D.C.) dicampur dengan
batang kakalei-kaleinondoke diberi air secukupnya lalu direbus sampai mengeluarkan
bau yang tidak enak, didinginkan lalu diminum sebanyak 1 gelas tiap pagi dan sore
hari. Cacingan karena berkhasiat untuk mematikan cacing yang ada dalam perut
penderita dan dapat dikeluarkan bersamaan dengan kotoran dengan cara daun
sembung (Blumea balsanifera D.C.) dicampur dengan daun kentut (Paederiascandens
Merr.), daun selasi (Ocimim basilicum L.) setelah itu diberi air masak, air secukupnya
lalu diperas, disaring dan hasil perasan diminum tiap pagi dan sore hari sebanyak 1
gelas.
15. Alstonia scholaris R. Br. Tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat Demam yang
berkhasiat untuk memulihkan kembali panas dan dingin dengan cara kulit batang
kayu gabus (Alstonia scholaris R.Br.)direbus dalam air secukupnya sampai mendidih.
Hasil rebusan dimunum tiap pagi dan sore hari sebanyak 1 gelas. Setelah melahirkan
yang berkhasiat untuk membersihkan darah kotor, memulihkan tenaga,
mengencangkan kembali urat-urat yang kendor setelah melahirkan dengan cara
menggunakan kulit batang kayu gabus (Alstonia scholaris R.Br.) dicampur dengan
daun cempaka (Plumeria acuminatea Poir.), daun sembung (Blumeabalsanifera D.C.),
akar kasape, akar sidaguri (Sida rhombifolia), akar pinang, akar kelapa dan akar
pagoda (Cleropendrum japonicum L.) dan direbus dalam air sebanyak 2 liter. Hasil
rebusan diminum pagi dan sore hari sebanyak 1 gelas.

Anda mungkin juga menyukai