oleh :
Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Studi Kasus
Asuhan Keperawatan Jiwa Lanjut pada Diagnosa Keperawatan Koping
Keluarga Tidak Efektif” oleh mahasiswa Magister Keperawatan Peminatan
Keperawatan Jiwa dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini, telah disusun
semaksimal dan seoptimal mungkin sesuai dengan point-point yang diminta dan
berdasarkan pada literature atau jurnal yang kami dapatkan. Namun, kami
hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dalam penulisan maupun
tata bahasa.
Dengan segala kerendahan hati, tim penyusun menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, tim penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
c. Dukungan sosial
Tn. A mengatakan anak-anaknya berada diluar kota dan hanya
kembali ketika lebaran saja karena kesibukan dan tiket pesawat yang
datang. Tn. A juga enggan meminta bantuan istrinya untuk
merawatnya.
d. Keyakinan Positif
Kurangnya kebersamaan dalam keluarga serta adanya persepsi Tn A
bahwa masalah akan dapat ia selesaikan tanpa memberitahu keluarga
sehingga dapat duisimpulkan bahwa komunikasi didalam keluarga
tersebut tidak berjalan dengan baik.
3.2.5 Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang terdapat dalam kelurga Tn A merupakan
mekanisme koping destruktif dengan respon koping maladaptif.
3.2.6 Strategi koping
Strategi koping yang dapat digunakan untuk kasus tersebut yaitu
startegi CHIP (Coping Health Inventory for Parents). Strategi ini
menggambarkan kemampuan keluarga ketika memiliki salah satu
anggota keluarga yang mengalami sakit dalam jangka waktu singkat atau
lama dan membutuhkan perawatan terus-menerus. Penilaian pola koping
terdiri dari 3 bagian, yaitu : (Sugiyanto, 2016)
a. Adanya perilaku kerjasama antar anggota keluarga yang berfokus
pada penguatan kehidupan dan hubungan keluarga
b. Adanya pemeliharaan lingkungan dengan menunjukkan adanya
dukungan sosial untuk meningkatkan harga diri dan identitas diri
c. Perilaku memahami perawatan, dimana keluarga harus mampu
memahami perawatan kesehatan untuk anggota keluarga yang
mengalami sakit melalui komunikasi dan konsultasi pada tim
kesehatan dan profesional lain serta berdasarkan pengalaman orang
lain.
3.2.7 Diagnosa
a. Diagnosa keperawatan
Dari kasus diatas, diagnosa yang mungkin muncul yaitu koping
keluarga tidak efektif
b. Kondisi Klinis Terkait
Kanker, Penyakit kronis
3.2.8 Intervensi
Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi keperawatan
Koping keluarga tidak Status koping 1) Kemampuan memenuhi peran Terapi Generalis
efektif meningkat 1) Kenalkan masalah yang terjadi dalam keluarga
Tujuan Umum: 2) Perilaku koping adaptif 2) Lakukan cara penyelesaian masalah dalam
Setelah dilakukan 3) Kemampuan penyelesaian keluarga
asuhan keperawatan masalah meningkat 3) Lakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
…x24 jam status 4) Kemampuan menggunakan koping keluarga tidak efektif
koping keluarga system pendukung 4) Diskusikan tindakan atau koping yang tepat
membaik untuk mengatasi masalah
5) Diskusikan koping alternatif atau solusi
Tujuan Khusus: penyelesaian yang baru
1) Kemampuan 6) Evaluasi kemampuan keluarga menggunakan
memenuhi peran koping efektif
membaik
2) Perilaku koping Terapi Spesialis : Family psychoeducation therapy
adaptif terpenuhi (FPE), Triangle Therapy
3) Keluarga
menunjukkan
perilaku asertif
3.2.9 Implementasi
Terapi Generalis
1. Mengenal masalah yang terjadi dalam keluarga
2. Melakukan cara penyelesaian masalah dalam keluarga
3. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan koping keluarga tidak
efektif
4. Mendiskusikan tindakan atau koping yang tepat untuk mengatasi
masalah
5. Mendiskusikan koping alternatif atau solusi penyelesaian yang baru
6. Mengevaluasi kemampuan keluarga menggunakan koping efektif
(Sugiyanto, E. P., 2016)
Terapi Spesialis
a. Psikoterapi pada Keluarga
Family psychoeducation therapy (FPE) merupakan terapi kelompok
yang dapat dilakukan perawat spesialis pada koping kelompok tidak
efektif (Keliat, B. A., dkk., 2020)
Sesi 1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien dan
masalah kesehatan keluarga (care giver) dalam merawat klien
Sesi 2. Merawat masalah kesehatan klien
Sesi 3. Manajemen stres untuk keluarga
Sesi 4. Manajemen beban untuk keluarga
Sesi 5. Memanfaatkan sistem pendukung
Sesi 6. Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga
Terapi komplementer
Terapi komplementer atau terapi penunjang lain yang dapat diberikan
yaitu:
1. Terapi mindfulness, yaitu:
a) kesadaran (awareness)
b) pengalaman saat ini (present experience)
c) penerimaan (acceptance) (Martinez, 2019)
2. Terapi triangle yaitu:
a) Perawat berdiskusi dengan anggota keluarga terkait
kesalahpahaman yang terjadi
b) Keluarga diberikan kesempatan untuk menyampaikan persepsi
terhadap masalah dan pandangan mereka terhadap penyelesaian
masalah serta harapan keluarga terhadap masalah yang terjadi.
c) Selanjutnya hal yang sama juga dilakukan pada klien
d) Setelah perawat bertemu dengan klien dan keluarga di tempat yang
terpisah, klien dan keluarga bersepakat untuk bertemu dan
menyelesaikan kesalahpahaman diantara mereka agar tidak lagi
bertengkar (Efendi, 2020).
3.3 Prinsip Etik dan Hukum
Pada kasus diatas, perawat harus memperhatikan etik dan hukum dalam
memberikan terapi mengingat keluarga memiliki koping yang tidak efektif
sehingga seluruh tindakan harus diberikan dan dijelaskan terlebih dahulu.
Beberapa kebijakan yang harus diperhatikan dan berfokus mengenai masalah
kesehatan jiwa yaitu UU RI No 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, PMK RI
No 39 tahun 2016 tentang pedoman penyelenggaraan program Indonesia sehat
terutama tercantum pda pasal 3 mengenai penderita gangguan jiwa mendapat
pengobatan dan tidak di telantarkan (Wuryaningsih, 2018). Pada kasus diatas,
tinjauan etik yang harus diperhatikan perawat yaitu :
a) Autonomy: klien tersebut memiliki kebebasan untuk memilih atau menolak
terapi yang diberikan oleh perawat yang disesuaikan dengan kondisinya dan
pasien berhak untuk mendapatkan pengobatan yang tepat, serta pasien juga
harus tetap memperoleh dan atau menyetujui informasi dari setiap tindakan
atau terapi yang akan diberikan.
b) Beneficience dan non maleficience: perawat harus memberikan perlakuan
baik kepada klien dan tidak merugikan klien, perawat harus memperhatikan
efek samping yang terjadi selama terapi berlangsung, terutama riwayat
penyakit kronis dan penyakit saraf yang dimiliki oleh klien.
c) Justice: perawat harus adil dalam memberikan intervensi kepada klien
tersebut dan juga klien lain. Tidak ada diskriminasi yang diberikan kepada
klien sekalipun klien tersebut menunjukkan gejala psikologis dan gangguan
depresi sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi
d) Veracity: pada kasus tersebut, kunci utama perawat yaitu kejujuran sehingga
akan timbul rasa percaya pada klien.
e) Confidentiality: perawat juga harus mampu menjaga kerahasiaan informasi
klien terutama saat berada diluar area pelayanan karena informasi terkait
gangguan jiwa dilindungi secara undang-undang
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker paru atau yang biasa disebut karsinoma bronkhogenik
merupakan tumor ganas yang dapat ditemukan di seluruh bagian paru.
(Muttaqin, 2014) Kanker paru merupakan salah satu kondisi klinis
yang memicu timbulnya masalah ketidakmampuan koping keluarga
akibat kurangnya sumber informasi dan pengetahuan, serta
ketidaksiapan individu atau keluarga dalam beradaptasi dengan
stressor yang muncul. Ketidakmampuan koping keluarga yaitu kondisi
keluarga yang sangat ambivalen dan tidak adanya dukungan kepada
keluarga yang sakit sehingga ketidaksanggupan pemecahan masalah
oleh anggota keluarga dan tanggung jawab terhadap proses keluarga
yang tidak sesuai dengan fungsinya. (Townsend, 2015)
Studi kasus diatas merupakan gambaran dari tahap perkembangan
keluarga usia lanjut (>60 tahun). Tahap perkembangan ini mengalami
gangguan/hambatan dikarenakan Tn. A tidak ingin penyakitnya
diketahui oleh istri. Oleh karena itu, perawat jiwa terlebih dahulu harus
mengenali permasalahan apa yang terjadi dalam keluarga Tn. A, untuk
kemudian diidentifikasi dan disesuaikan penggunaan strategi koping
untuk keluarga tersebut. Strategi koping yang dapat digunakan yaitu
strategi CHIP (Coping Health Inventory for Parents). (Sugiyanto,
2016)
4.2 Saran
Diharapkan penjabaran kasus diatas dapat menambah wawasan
tentang penanganan pasien jiwa yang juga memiliki gangguan
kesehatan pada fisiknya. Selain itu, dukungan dari orang terdekat,
keluarga serta masyarakat sangat membantu dalam proses
penyembuhan pasien serta menambah keyakinan positif pada klien
untuk percaya bahwa ia dapat sembuh
DAFTAR PUSTAKA
Anjarwati, Dwi. 2021. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ca Paru Dengan
Kebutuhan Aman dan Nyaman : Ansietas. Doctoral Dissertation Universitas
Kusuma Husada Surakarta
Azizah, L. M, Zainuri, I. Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa: Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka
Bulechek, G, M., et al. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi
Indonesia. Singapura: Elsevier
Efendi, S., Susanti, H., Wardani, I.Y. and Eka, A.R., 2020. Manajemen Beban
dengan Pendekatan Terapi Keluarga Triangles dalam Mengatasi Beban
Subjektif Keluarga Merawat Klien Diabetes Melitus. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 8(2), pp.153-160
Frida. (2019). Penyakit Paru-paru dan Pernapasan. Semarang: Alprin
Herdman, T, H., Kamitsuru, S. (2015). Diagnosa Keperawatan: Definisi &
Kalsifikasi 2015-2017. Edisi Indonesia. Jakarta: EGC
Ikawati. (2016). Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan.
Yogyakarta: Bursa Ilmu
Keliat, B. A., dkk, (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Martinez A., Masluk B., Montero, M. J., Navarro-Gil, M. T., Magallo, R. (2019).
Validation Of Five Facets Mindfulness Questionnaire – Short Form , In
Spanish , General Health Care Services Patients Sample : Prediction Of
Depression Through Mindfulness Scale
Maryam, Siti. 2017. Strategi Coping : Teori dan Sumberdayanya.Jurnal Konseling
Andi Matappa Volume 1 Nomor 2 : Hal 101-107.
Moorhead, S., et al. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC):
Pengukuran Outcomes Kesehatan. Edisi Indonesia. Singapura: Elsevier
Muttaqin, A. (2014). Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Putra, C Andhika. (2020). Kanker Paru. Indonesia: Guepedia.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2
0 18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Agustus 2018.
Shives, L. R. (2012). Basic concepts of psychiatric-mental health nursing.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Stuart Gail. (2016). Prinsip dan Praktik: Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart
Edisi Indonesia. Singapore: Elsevier.
Sugiyanto, E. P. (2016). Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada
Keluarga dengan Koping Tidak Efektif Menggunakan Modifikasi Model
Adaptasi Roy dan kebutuhan dar Henderson di RSMM Bogor. Depok:
Universitas Indonesia
Swearingen, P. L., & Wright, J. (2016). All-in-One Nursing Care Planning
Resource-E-Book: Medical-Surgical, Pediatric, Maternity, and Psychiatric-
Mental Health. Fourth Edition. Canada: Elsevier Health SciencesTim Pokja
SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawtan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik.. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Townsend, M. C. (2015). Psychiatric mental health nursing: Concepts of care in
evidence-based practice. Eighth Edition. Philadelphia: FA Davis
Wuryaningsih, E W., Windarwati, HD., Dewi, EI., Deviantony, F., Hadi, E.
(2018). Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Jember : UPT Percetakaan &
penerbitan Universitas Jember.
Zaini Mad. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial Di Pelayanan
Klinis Dan Komunitas. Yogyakarta: Deepublish Publisher