Anda di halaman 1dari 4

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus

Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa oleh ayah dan ibu tirinya ke
klinik rawat jalan dengan gangguan Autisme dan gangguan perkembangan serta
memiliki riwayat kekerasan sejak usia 2 tahun. Menurut orang tuanya, anak
mengalami hiperaktif sehingga sulit untuk diarahkan dan dan memeiliki masalah
perilaku kekerasan. Pasien masih sering membuang air kecil dan air besar di
sembarang tempat dan mengotori tembok dengan kotorannya tersebut. pasien
sering menyakiti adik laki-lakinya yang berusia 9 bulan. Beberapa hari yang lalu,
pasien memukul adiknya dengan kaus kaki yang berisi mur dan baut sehingga
membuat wajah adiknya lebam. Pasien juga sering menyakiti hewan dan ia
membunuh hewan dengan cara mematahkan leher pada beberapa hewan seperti
kucing, kalkun, burung, anjing dan babi. Pasien juga sering berkelahi dengan
teman sekolahnya dengan cara memukul, meninju, menggigit, dan
menginjaknya. Jika bermain pasien sangat agresif dan sering menghancurkan
mainannya. Saat diperiksa, ada penyangkalan pada gejala mania, penyangkalan
masalah kecemasan, dan menyangkal masalah psikotik. Dari hasil pemeriksaan
pasien di diagnosis ADHD dan Conduct Disorder. Pasien kemudian diberikan
pengobatan Guanfacine 0,5 mg perhari.

Sebulan kemudian, keluarga membawa ke unit gawat darurat rumah sakit jiwa
dan di rawat inap karena pasien mengancam akan membunuh sepupunya yang
berusia 13 tahun. Pasien mengambil pisau dan mengancungkan ke sepupunya
dan mengancam akan membunuhnya karena tidak diizinkan untuk menonton tv.
Pasien juga semakin menunjukkan perilaku agresif dan kekerasan kepada teman
sekolahnya dan binatang disekitarnya. Selama perawatan 7 hari, pasien
mendapatkan terapi amphetamine 2,5 mg perhari untuk gejala ADHD, da
clonidine 0,05 mg untuk membantu tidur. Dosis obat kemudian ditinggikan
amphetamine 5 mg pagi hari dan clonidine 0,1 mg sebelum tidur. Didapatkan
bahwa kecenderungan kekerasan disebabkan karena kurangnya pengawasan
keluarga.

3.2 Analisis Studi Kasus

3.2.1 Pengkajian

A. Faktor Predisposisi

1. Biologis
Pasien mengalami gangguan perilaku agresif dan perkembangan serta
gangguan autism yang diderita sejak usia 2 tahun.
2. Psikologis
Kurang perhatian dari orang tua merupakan faktor psikologis yang terjadi
3. Sosial budaya
Tidak dapat dikaji

B. Faktor Predisposisi

Kurangnya pengawasan dan kasih sayang dari orang tua juga merupakan
pencetus kondisi perilaku agresif pasien. Kondisi penyakit ADHD yang
semakin memburuk juga merupakan pencetus perilaku kekerasan yang
semakin memburuk pada pasien. Faktor pencetus lainnya juga perlu di kaji
lebih dalam termaksud kepatuhan pengobatan yang diberikan kepada pasien
saat pengobatan ke klinik rawat jalan.

C. Penilaian Terhadap Stresor

1. Kognitif : pasien berpikir bahwa saat ia melakukan perilaku agresif dan


perilaku kekerasan merupakan suatu hal yang lucu.
2. Afektif : emosi labil cenderung mania, pasien sangat peka terhadap suara-
suara yang keras, merasa sangat bahagia dan sering berbohong
3. Fisiologis : tidak dijelaskan
4. Perilaku : hiperaktif, cenderung melakukan perilaku agresif dan kekerasan.
Perilaku kekerasan terhadap saudaranya dan teman-teman sekolahnya serta
perilaku kekerasan pada binatang. Suka menghancurkan barang atau
mainan saat ia merasa itu lucu.
5. Sosial : adanya penyangkalan mania, penyangkalan psikotik, dan
penyangkalan kecemasan.

D. Sumber Koping

1. Kemampuan personal : ketidakmampuan pasien untuk mengenali


kondisinya
2. Dukungan sosial : ada dukungan dari orang tua untuk membawa anaknya
periksa ke klinik tetapi setelah anak berusia 5 tahun sementara gejala yang
ditimbulkan terjadi sejak usia 2 tahun.
3. Asset material : ketersediaan klinik dan rumah sakit jiwa yang mudah
dijangkau dan diakses oleh keluarga dan pasien.
4. Keyakinan positif : dalam kasus terseut belum dapat terlihat keyakinan
positif yang dimiliki pasien.

E. Mekanisme Koping

Perilaku pasien yang agresif dan perilaku kekerasan serta kondisi hiperaktif
menunjukkan mekanisme koping destruktif yang menyebabkan respon
maladaptif yang ditunjukkan oleh pasien.

3.2.2 Diagnosa

A. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu perilaku kekerasan dan risiko


menciderai diri sendiri dan orang lain

B. Diagnosa Medis
Diagnosa medis sesuai dengan kasus tersebut yaitu ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder)

Anda mungkin juga menyukai