TIM PENYUSUN:
BAB I
PENDAHULUAN
Penyebab terjadinya diabetes mellitus disebabkan oleh berbagai hal seperti genetik,
usia, jenis kelamin, obesitas, aktivitasfisik, polamakan, stres (Price & Wilson,
2005).Penyebab yang utama adalah karena kurangnya produksi insulin. Insulin
berkurang karena ada beberapa factor diantaranya adalah rusaknya sel-sel beta pancreas
karena pengaruh dari luar (virus, zatkimia), penurunan reseptor glukosa pada kelenjar
pankreas, dan kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer (Buraerah, 2010). Perubah
aninilah yang akan membuat tubuh klien diabetes mellitus sulit mengatur metabolis
mekarbohidrat, protein dan lemak sehingga kadar glukosa melebihi ambang batas tubuh
klien, kemudian akan muncul tanda dan gejala klien diabetes mellitus akibat kurangnya
produksi insulin.
Tanda dan gejala yang khas pada pasien diabetes melitus antara lain: sering buang air
kecil dengan volume yang banyak (poliuri) lebih sering terutama pada malam hari,
mudah merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya (polidipsi), nafsu makan
meningkat (polifagi) berat badan menjadi turun, mudah lelah, gejala lain seperti gatal-
gatal, kesemutan dikaki, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae
(Perkeni, 2006). Keadaan hiperglikemia yang tidak ditangani dan dalam jangka waktu
yang lama akan menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal
3
dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada syaraf). Menurut Honas (2004)
kondisi hipoglikemia akan mempengaruhi perubahan perilaku dan psikososial seperti
mudah marah, merasa cemas, sulit berkonsentrasi, sering bermimpi buruk dan merasa
bingung.
Dampak yang akan terjadi pada klien yang menderita diabetes melitus terdiri dari
berbagai macam dampak. Dampak Fisik jika diabetes tidak dikelola dengan baik
(Waspadji (2009) akan mengakibatkan terjadinya penyulit menahun, diantaranya
penyakit jantung koroner, penyakit serebro vaskuler, penyakit pembuluh darah tungkai,
penyulit pada mata, ginjal dan syaraf. Dampak fisik yang lain juga telah diteliti oleh
Wild et al (2006) adalah adanya komplikasi yaitu adanya kebutaan akibat retinopati,
gangguan kaki, neuropati dan amputasi. Menurut Lien et al (2008) akibat yang
ditunjukkan oleh klien diabetes melitus adalah kesulitan untuk mengatur diet mereka
sendiri.
Dampak lain dari diabetes melitus akibat dari kondisi medik yang dialaminya adalah
ansietas dan depresi. Hasil penelitian David (2004) terdapat 48% klien diabetes melitus
yang mengalami kecemasan akibat penyakitnya. Menurunnya kepatuhan klien
mengikuti diet, kepatuhan minum obat dan monitoring gula darah berkaitan dengan
adanya depresi (Jousilahti, et al 2005). Solowiejczyk (2010), mengatakan 10 - 15 %
klien diabetes melitus menunjukkan gejala depresi terkait hiperglikemia dan
penatalaksanaan medis.
Beberapa penelitian yang terkait tentang penghentian pikiran pada klien ansietas adalah
Agustarika, Keliat dan Nasution (2009), memperoleh hasil bahwa terdapat penurunan
ansietas secara bermakna pada klien yang mendapat terapi penghentian pikiran yang
meliputi respon fisiologis, kognitif, perilaku dan emosi. Penelitian oleh Supriati, Keliat
dan Nuraini (2010) juga menunjukkan ansietas klien yang mendapat terapi penghentian
pikiran dan relaksasi progresif dapat menurunkan ansietas ditandai dengan menurunnya
tanda dan gejala ansietas secara fisiologis, kognitif, perilaku dan emosi secara
bermakna. Penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu, Keliat dan Wardani (2012)
4
mendapatkan hasil bahwa penghentian pikiran dapat mengatasi ansietas dan depresi.
Dari pemamparan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa terapi penghentian pikiran
efektif untuk penatalaksanaan ansietas.
1.2 Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan terapis mampu :
1.2.1 Memahami terapi penghentian pikiranpada klien diabetes melitus yang mengalami
ansietas dan depresi
1.2.2 Melakukan terapipenghentian pikiranpada klien diabetes melitus yang mengalami
ansietas dan depresi
1.2.3 Mengevaluasi pelaksanaan dan hasil terapi penghentian pikiran pada klien
diabetes melitus yang mengalami ansietas dan depresi
1.2.4 Melakukan dokumentasi pelaksanaan terapi penghentian pikiranpada klien
diabetes melitus dengan ansietas dan depresi
5
BAB II
2,1 Pengertian
Townsend (2009) menjelaskan bahwa penghentian pikiran (penghentian pikiran)
sebuah tehnik penghentian yang dipelajari sendiri oleh seseorang yang dapat digunakan
setiap kali individu ingin menghilangkan pikiran mengganggu atau negatif dan pikiran
yang tidak diinginkan dari kesadaran. Stuart dan Laraia (2005) menjelaskan
penghentian pikiranadalah suatu proses terapi yang dapat membantu menghentikan
pikiran yang mengganggu. Pengertian terapi penghentian pikiranpada klien diabetes
melitusadalah terapi penghentian pikiran yang diberikan pada klien diabetes dan melitus
yang mengalami ansietas dan depresi.
2.2 Tujuan
Terapi penghentian pikiranterhadap ansietas dan depresiklien diabetes
melitusbertujuan untuk :
2.2.1 Membantu klien diabetes melitus dalam mengatasi ansietas dan depresi.
2.2.2 Membantu klien diabetes melitus dalam mengidentifikasi pikiran yang
mengganggu, membuat ansietas dan depresi.
2.2.3 Melatih klien diabetes melitus untuk menghentikanpikiran yang
mengganggudanmenimbulkanansietas dan depresi
2.2.4 Mengevaluasi manfaat terapi penghentian pikiran terhadap ansietas dan
depresi
6
2.3 Indikasi
Klien diabetes melitus yang mengalami ansietas dan depresi akibat kondisi
penyakitnya.
2.4 Karakteristik klien diabetes melitus yang Mendapatkan Terapi Penghentian
Pikiran
2.4.1 Klien rawat inap dan didiagnosis menderita diabetes melitus tipe 2
2.4.2 Klien diabetes tanpa luka
2.4.3 Usia dalam rentang 20-65 tahun
2.4.4 Mengalami depresi dan atau ansietas
2.4.5 Bisa membaca dan menulis
2.4.6 Klien komunikatif, kooperatif, tidak mengalami penurunan kesadaran
saat berlangsungnya terapi
2.4.7 Bersedia menjadi responden
2.7 Tempat
Pelaksanaan terapi penghentian pikiran menggunakan ruang rawat inap Rumah
Sakit Umum Pringsewu
2.8 Metode
2.8.1 Diskusi dan tanya jawab
2.8.2 Role play
2.9 Alatterapi
Alatyang dipakai pada sesi ini adalah alat tulis, buku kerjadan buku evaluasi
8
BAB III
PANDUAN TERAPI PENGHENTIAN PIKIRAN YANG MENGGANGGU
KLIEN DIABETES MELITUS DIRUANG RAWAT INAP
Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi penghentian
pikiran pada masing – masing sesi dan cara melakukannya.
3.1.2 SETTING
3.1.2.1 Klien diabetes melitusdan terapis duduk berhadapan diruangan yang tenang
3.1.2.2 Terapis menggunakan papan nama
3.1.4 TERAPIS
Mempersiapkan diri dengan pengetahuan tentang terapi penghentian
pikiransertaketerampilan komunikasi penggunaan diri sendiri secara terapeutik.
3.1.5 LANGKAH – LANGKAH :
3.1.5.1 PERSIAPAN
1. Mengingatkan klien diabetes melitus 1hari sebelum pelaksanaan terapi
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
3.1.5.2 PELAKSANAAN
1. Fase Orientasi :
1.1 Salam terapeutik :salam dari terapis, memperkenalkan nama dan
panggilan terapis, menanyakan nama dan panggilan klien diabetes
melitus
1.2 Evaluasi
Menanyakan perasaan klien diabetes melitus hari ini, mengukur tanda
- tanda vital, menanyakan selera makan, tidur dan menanyakan
seberapa sering pikiran yang mengganggu muncul membuat ansietas
dan depresi
1.3 Validasi
Menanyakan latihan cara mengatasi ansietas yang dilakukan dirumah,
meminta klien diabetes melitusmenyampaikan kembali cara
mengatasi ansietasyang telah dilatih (tindakan keperawatan ners):
tarik nafas dalam, distraksi, imaginasi terpandu, hipnotis lima jari dan
spiritual, menanyakan kembali manfaat yang didapatkan setelah
melakukan cara mengatasi ansietas yang sudah diajarkan, memberi
reinforcement positif.
1.4 Kontrak :
10
3.Fase Terminasi :
3.1 Evaluasi
3.1.1 Menanyakan perasaan klien diabetes melitussetelah selesai latihan
penghentian pikiran
3.1.2Meminta klien diabetes melitusmenyebutkan kembali cara
melakukan penghentian pikirandengan menggunakan hitungan
teratur
3.1.3Memberikan reinforcement positif
3.2 Pertemuan Kedua : Penghentian Pikiran Yang Mengganggu Sesi II, III.
3.2.1 TUJUAN :
Klien diabetes mampu:
3.2.1.1 Menghentikan pikiran yang mengganggudengan cara hitungan bervariasi
3.2.1.2 Mengetahui manfaat menghentikan pikiran yang mengganggu.
3.2.2 SETTING
3.2.2.1 Klien diabetes melitusdan terapis duduk berhadapan diruangan yang
tenang
3.2.2.2 Terapis menggunakan papan nama
3.2.3 ALAT
Alat tulis, buku kerja
3.2.4 LANGKAH – LANGKAH
3.2.4.1 PERSIAPAN
Terapis mempersiapkan diri, yaitu : kemampuan komunikasi dan
penggunaan diri secara terapeutik
3.2.4.2 PELAKSANAAN
1. Fase Orientasi :
1.1 Salam terapeutik : salam dari terapis.
1.2Evaluasi :
Menanyakan perasaan klien diabetes melitushari ini, mengukur tanda -
tanda vital, menanyakan selera makan, tidur dan menanyakan seberapa
sering pikiran yang mengganggu muncul membuat ansietas, menanyakan
14
2, Fase Kerja
2.1 Memilih pikiran yang menggangu yang lain (lihat daftar) dan membuat
ansietas yang telah diidentifikasi sebelumnya.
2.2 Jelaskan proses pelaksanaan penghentian pikiran
2.2.1 Tarik nafas dalam ulangi 3-4 kali sampai rileks
2,.2.2 Tutup mata
2.2.3Kosongkan pikiran
2.2.4 Menghentikan pikiran mengganggu yang telah dipilih dengan cara
minta klien diabetes pikirkan tentang pikiran yang mengganggu dan
membuat ansietas serta bayangkan klien berada dalam situasi
pikiran yang muncul seolah-olah terjadi
2.2.5 Pikirkan pikiran mengganggu yang dipilih sampai hitungan ke 5,
Kemudian katakan “STOP”
15
3. Fase Terminasi
3.1 Evaluasi
3.1.1 Menanyakan perasaan klien diabetes melitussetelah selesai
mengikuti kegiatan
3.1.2 Meminta klien diabetes melitusmenyebutkan kembali cara
melakukan penghentian pikirandengan menggunakan hitungan 5,
7 dan 10
3.1.3 Meminta klien diabetes melitusmenyebutkan
manfaatmenghentikanpikiran yang mengganggu.
3.1.4 Memberikan reinforcement positif
DAFTAR REFERENSI