0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
35 tayangan10 halaman
Bab 2 membahas tentang tinjauan pustaka mengenai alokasi sumber daya manusia dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan. Sumber daya manusia merupakan aset penting yang perlu dikelola dengan baik untuk mencapai kinerja organisasi yang tinggi. Bab ini juga membahas tentang peran perawat dalam pelayanan kesehatan primer dan pentingnya pengelolaan sumber daya manusia yang efektif dan efisien.
Bab 2 membahas tentang tinjauan pustaka mengenai alokasi sumber daya manusia dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan. Sumber daya manusia merupakan aset penting yang perlu dikelola dengan baik untuk mencapai kinerja organisasi yang tinggi. Bab ini juga membahas tentang peran perawat dalam pelayanan kesehatan primer dan pentingnya pengelolaan sumber daya manusia yang efektif dan efisien.
Bab 2 membahas tentang tinjauan pustaka mengenai alokasi sumber daya manusia dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan. Sumber daya manusia merupakan aset penting yang perlu dikelola dengan baik untuk mencapai kinerja organisasi yang tinggi. Bab ini juga membahas tentang peran perawat dalam pelayanan kesehatan primer dan pentingnya pengelolaan sumber daya manusia yang efektif dan efisien.
2.1 Alokasi Sumber Daya Dalam Pelayanan Keperawatan
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset yang paling vital perlu diajak serta memikirkan dan menangani permasalahan yang strategis. Pemberdayaan sumber daya manusia dapat dijadikan tolak ukur prestasi organisasi dalam menciptakan kebutuhan organisasi. Kinerja karyawan bukanlah suatu kebetulan, tetapi banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya kompensasi yang diberikan, lingkaran organisasi (gaya kepemimpinan), motivasi, dan lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut sangat penting untuk menjaga aktivitas karyawan dan akan memotivasi untuk melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga dapat menunjang ketercapaian kinerja yang tinggi (Adikusumah & Laksmiwati, 2017). Menurut (PP 32, 1996: UU 36, 2009) Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan semua orang yang berkerja dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. Selain itu sumber daya manusia dalam kesehatan merupakan tenaga kesehatan yang mengabdikan dirinya dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan dan berwenang melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan setiap orang yang memperoleh pendidikan formal maupun non formal yang mengabdikan dirinya dalam upaya bertujuan mencegah, mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat. Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis (dokter umum dan spesialis), tenaga keperawatan (perawat dan bidan), tenaga kefarmasian (apoteker, analis farmasi, dan asisten apoteker), tenaga kesehatan masyarakat (epidemolog, entomolog, mikrobiolog, penyuluhan, administrator kesehatan dan sanitarian), tenaga gizi, tenaga fisioterapi, dan tenaga teknisi medis (Kurniati & Efendi, 2012). Sumber daya manusia dalam keperawatan merupakan semua orang yang bekerja di bidang keperawatan dengan memberikan pelayanan kesehatan dan menggerakkan masyarakat untuk mengembangkan primary healt care. World Health Organization mendeklarasikan mengenai perubahan peran perawat dan perlu mempersiapkan perawat dengan kemampuan memimpin sebagai penggerak, pembawa perubahan dan pembaharuan serta berperan aktif dalam perencanaan program dan evaluasi kesehatan. Perawat merupakan garda terdepan dalam pelayanan di klinik maupun komunitas melalui pemberian asuhan keperawatan. Perawat di Indonesia memiliki tingkatan pendidikan yang bervariasi dimulai dari sekolah perawat kesehatan, diploma 4 keperawatan, sarjana keperawatan, dan profesi keperawatan (Tutu April, 2018). Perawat berfungsi sebagai narasumber dengan memberikan intervensi dan informasi yang terampil. Perawat memberikan intervensi khusus untuk dapat mengaktifkan komunikasi dengan pasien. Peran intervensi termasuk dalam kategori yang bertujuan meningkatkan interaksi antara masyarakat dan pelayanan kesehatan untuk mencapai kesadaran yang lebih baik dan menumbuhkan rasa kepemilikan pada program khusus untuk masyarakat (Hapsara Habib, 2018). Tupoksi perawat rawat inap untuk menjamin terlaksananya asuhan keperawatan dan pelayanan keluhan pasien dengan standart mutu yang telah ditetapkan rumah sakit yaitu (Hapsara Habib, 2018): 1. Akuntabilitas Utama a. Menetapkan dilaksanakannya asuhan keperawatan pada pasien yang akn menjadi tanggung jawa perawat sesuai dengan standart mutu pelayanan yang ada dirumah sakit. b. Menetapkan asuhan keperawatan berupa catatan yang lengkap. c. Merespon terkait keluhan pada pasien atau keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan. d. Melakukan operan tugas dengan teman sejawat dengan selalu memperhatiakn kondisi pasien dan selalu memprioritaskan keluhan pasien. e. Menciptakan komunikasi yang baik dengan tenaga profesi kesehatan lainnya dengan mendukung tugas dan tanggung jawab. 2. Tugas Rutin Perawat a. Bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien. b. Melakukan operan tugas dengan perawat yang melakukan shift selanjutnya. c. Melakukan superfisi tentang kondisi pasien setelah melakukan operan. d. Menerima kelihan pasien atau keluarga dan menindaklanjuti dengan segera. e. Mencatat asuhan keperawatan pasien secara lengkap dan bertanggung jawab. f. Memperlakukan pasien dengan adil dalam pemberian asuhan keperawatan. 3. Beban kerja oerawat merupakan volume kerja perawat yang dibutuhkan untuk menangani pasien per hari di unit rumah sakit, klinik atau puskesmas. Cara menentukan beban kerja dengan metode perhitungan work sampling, metode time dan metode daily log (Antonius, 2020).
2.2 Primary Care Provider
Pelayanan kesehatan primer merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan swasta/ privat. Pelayana ini deiberikan kepada dokter, asiten dokter, dan perawat termasuk dalam praktik lingkup keluarga, anak atau penyakit dalam. Pelayanan kesehatan primer memiliki rentang pelayanan yang luas seperti pelayanan kesehatan dasar, perencanaan keluarga, penyediaan air bersih, sanitasi, imunisasi dan pendidikan nutrisi (Stanhope, 2016 dalam Mary A, 2019). Menurut (Mary A, 2019) pelayanan kesehatan primer memiliki ciri sebagai berikut: 1. Aksebilitas bersifat universal. 2. Merupakan sistem pelayanan kesehatan negara. 3. Termasuk dalam bagian integral pengembangan sosial dan ekonomi. 4. Merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat. 5. Membuat pelayanan kesehatan dapat dekat dengan tempat tinggal dan tempat kerja masyarakat. 6. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat seabagi kesatuan yang penuh. 7. Kolaborasi tim kerja dan profesi yang disiplin. 8. Pelayanan yang termasuk dalam komunitas. 9. Diberikan kepada tenaga professional dalam pelaynan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat. Pelayanan kesehatan primer menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau pelayanan kesehatan yang diberikan secara esensial yang bisa diraih dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang disertai percaya diri disertai pertisipasi masyarakat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan. Perawat kesehatan masyarakat mempunyai peranan penting dalam menlong orang untuk mempelajari cara merawat diri sendiri dan mau bekerja dengan masyarakat dalam mengembangkan kapasitas untuk menjamin pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Mamik, 2017). Fungsi perawatan primer menurut (Mamik, 2017) sebagai berikut: a) Perawatan kontak pertama bagi penderita ke dalam sistem pelayanan kesehatan. b) Sebagai pelayanan komperehensif. c) Menerima tanggung jawab yang terus-menerus untuk menindaklanjuti individu dan masalah kesehatan komunitas. d) Merupakan jenis pelayanan personalia yang tinggi. e) Mencakup perawatan pada pasien dalam keadaan sehat maupun sakit. Keperawatan primer merupakan penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh terhadap pasien selama 24 jam dalam asuhan keperawatan. Hal ini dilakukan mulai dari pasien masuk rumah sakit sampai pasien keluar dari rumah sakit. Dalam metode primer ditandai dengan adanya keterkaitan pasien yang terus menerus dan perawat ditugaskan untuk melakukan perencanaan, dan mengkordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat (Firawati, dkk., 2020). Selanjutnya konsep dasar keperawatan primer (Firawati, dkk., 2020): a) Terdapat tanggung jawab dan tanggung gugat. b) Terdapat otonomi. c) Terdapat ketertiban pasien dan keluarga. Firawati (2020), menambahakan tentang tugas perawat primer yaitu: a) Melakukan pengkajian pasien secara komperehensif. b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan. c) Melaksanakan rencana tindakan yang telah dibuat. d) Mengkomunikasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin ilmu lainnya atau perawat lain. e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai. f) Menerima dan menyesuaikan rencana. g) Menyiapkan penyuluhan untuk pasien yang akan pulang. h) Melakukan rujukan kepada pekerjaan sosial dengan kontak lembaga sosial di masyarakat. i) Membuat jadwal perjanjian klinik. j) Mengadakan kunjungan ke rumah pasien. Terakhir yaitu ketenagakerjaan dalam perawatan primer menurut (Firawati, dkk., 2020): a) Setiap perawat merupakan bed side. b) Beban perawat 4-6 orang pasien untuk satu perawat. c) Tugas ditentukan oleh kepala bangsal. d) Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun perawat nonprofessional sebagai perawat asisten.
2.3 Sumber Daya Efektif dan Efisien
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah suatu wadah dalam berbagai bidang peminatan atau kemampuan individu yang dibutuhkan oleh suatu organisasi (Larasati, 2018). Pengambilan keputusan terbaik dihasilkan dari sumber daya manusia yang aktif. SDM yang efektif dan efisien mampu melakukan pekerjaan dengan lebih tepat dan baik. Untuk itu suatu organisi perlu menentukan atau mengembangkan SDM guna mempercepat pekerjaan dan mengurangi kesalahan yang sebelumnya (Susan, 2019). Adanya pengelolaan organisasi sejak tahap rekrutmen, seleksi, klasifikasi, penempatan sesuai skill, keahlian, keterampilan, dan pengembangan SDM (Sutrisno, 2017). Menurut Ruki dalam Riniwati (2016), sumber daya kritis terbagi menjadi tiga yaitu sumber keuangan, sumber manusia, dan sumber informasi. Dari ketika sumber tersebut dapat membangun SDM yang efektif dan efisien. Adapun tugas dari manajemen SDM yaitu: 1) Fungsi manajerial: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. 2) Fungsi operasional: pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja. 3) Fungsi ketiga merupakan posisi dari manajemen SDM untuk mencapaik tujuan organisasi secara tertruktur. Selanjutnya tujuan dari SDM yang efektif dan efisien secara menajerial menurut Schuler et al dalam Sutrisno (2017): 1) Menstabilkan tingkat produktifitas 2) Membenahi kualitas kehidupan kerja 3) Memberikan arahan organisasi untuk memenuhi aspek-aspek legal. Tidak hanya dibutuhkan kecepatan dan kebenaran tugas, SDM organisasi dituntut untuk memliki pengetahuan, skill, tanggung jawab, dan kepercayaan pada organisas (Sutrisno, 2017). Kesulitan yang mungkin dihadapi organisasi dalam membentuk SDM yaitu ketika SDM semakin beragam dan banyaknya tuntutan organisasi. Untuk itu sebuah organisasi harus mampu dapat menentukan SDM yang sesuai dnegan visi, msi, strategi, dan jumalah fungsional (Sutrisno, 2017). Tenaga kesehatan merupakan salah satu pelaku SDM dari sebuah organisasi. Tenaga kesehatan tersebut seperti dokter, perawat, apoteker, fisioterapi, ahli gizi dan lain sebagainya. Semua profesi kesehatan dituntut dapat memberikan pelayanan kesehatan secara kholistik (Larasati, 2018). UU RI No. 25 tahun 2000 menjelaskan tentang pelayanan kesehatan yang harus disesuaikan denagan kesehatan jiwa. Adapun tugas pokok dan fungsi tersebut yaitu: 1) menyelenggarakan, melaksanakan pelayanankesehatan meliputi promotif, pemulihan rehabilitasi. 2) penyelenggaraan pelayanan medik, penyelenggaraan sistem rujukan, penyelenggaraan pelayanan penunjang dan non medik, penyelenggaraan pelayanan asuhan keperawatan, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan. Menurut Astuti (2018), perlu adanya aturan utuk menentukan SDM yaitu dengan: 1) menetapkan jumlah, kualitas, dan penetapan kerja yang efektif sesuai dengan kebutuhan organisasi 2) menetapkan penarikan, seleksi, dan penetapan SDM 3) menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi, dan pemberhentian 4) merancang tawaran dan permintaan SDM yang mungkin terjadi massa depan 5) memonitor dengan cermat peraturan balas budi dan teknologi 6) melaksanakan pendidikan, latihan, dan penilaian prestasi SDM
2.4 Kompetensi Perawat Jiwa
Perawat merupakan tenaga kesehatan dengan intensitas waktu paling alam dalam melayanan klien. Perawat ditutut mampu memiliki inteletual, teknikal, dan interpersonal serta tanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. Hingga saat ini, ketersediaan obat-obatan untuk pasien dengan gangguan jiwa masih terbatas. Untuk itu perawat yang kompeten sangat dibutuhkan selama memberikan asuhan keperawatan, salah satunya memiliki komunikasi terapeutik yang baik. Tidak hanya pada lingkup kesehatan fisik namun juga kesehatan jiwa. Menurut Yusuf (2016), kompetensi yang harus dimiliki perawat jiwa: 1) Memberikan asuhan keperawatan Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Perawat melakukan pengkajian mulai dari alasan masuk, predisposisi, presipitasi, psikososial, status mental, mekanisme koping dan kebutuhan persiapan pulang. Selanjutnya menentukan asuhan keperawatan menggunakan sepuluh masalah keperawatan yaitu halusinasi, waham, isolasi sosial, harga diri rendah, resiko bunuh diri, perilaku kekerasan, defisit perawatan diri: mandi, makan, eliminasi, berhias. Selanjutnya melakukan implementasi menggunakan pendekatan strategi pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah di susun. 2) Melaksanakan tindakan sesuai SOP SOP dibuat sebagai alat bantu perawat di RSJ dalam memberikan asuhan keperawatam pada pasien gangguan jiwa. Perawat jiwa diharuskan mampu memahami dan menjalankan seluruh proses sosialisasi secara bertahap dari kepala ruangan ke perawat ruangan 3) Melakukan terapi modalitas keperawatan jiwa Pemberian terapi modalitas dilakukan dengan menilai jenis, pelaksana, waktu, fasilitas, tempat dan metode. Jenis yang paling sering dilaksanakan adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) dengan berbagai topik dan Pendidikan Kesehatan Keluarga di Rumah Sakit (PKRS) dan di masyarakat. 4) Dokumentasi keperawatan Dokumentasi merupakan tahap akhir dalam menentukan asuhan keperawatan. Evaluasi asuhan keperawatan dilaksanakan dengan membuat catatan perkembangan setiap shift yang diisi oleh perawat pelaksana dengan format SOAP, sementara perawat yang berperan sebagai ketua tim akan melakukan evaluasi berdasarkan catatan perkembangan ke catatan terintergasi dengan format SBAR. Selain tugas kompetensi diatas, perawat sebagai fasilitator, manajemen ruangan, sumber daya manusia, dan dapat mengetahui kondisi pasien (Tutu, 2019). DAFTAR PUSTAKA
Rahasia Terpendam Yang Kini Terkuak! Kuasai Praktik Manajemen SDM Terbaik. Yogyakarta: Deepublish. April Tutu, A. (2018). Komunikasi Keperawatan. Malang: Universitas Muhmmadiyah Malang. A Mary, McEwen Melanie. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga. Edisi Indonesi: Elsevier. Astuti, S. (2018). Peran Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Karyawan Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit. Jurnal Fokus Bisnis. 17(1): 1- 23. Fhirawati, dkk. (2020). Konsep Dasar Perawat. Jakarta: Yayasan Kita Menulis. Habib Hapsara. (2018). Percepatan Pembangunan Kesehatan di Indonesia: Melandaskan Para Paradigma Sehat dan Pemikiran Dasar Pembangunan Kesehatan. Yogyakarta: Tim UGM Press. Kurniati Anna, Efendi Ferry. (2012). Kajian SDM Kesehatan di Indonesia. Jakarta:Salemba Medika. Mamik. (2017). Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Sidoarjo: Zifatama Jawara. Larasati, S. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Deepublish. Lestari, T. R. P. (2018). Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan di Puskesmas melalui Pendekatan Manajemen Sumberdaya Manusia Kesehatan. Kajian. 23(3): 157- 174. Riniwati, H. (2016). Manajemen Sumberdaya Manusia. Cetakan Pertama. Malang: UB Press. Rino Antonius, V. (2020). Beban Kerja dan Stress Kerja. Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media. Susan, E. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia. JUrnal Manajemen Pendidikan Islam. 9(2): 952-962. Sutrisno, E. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Ke-9. Jakarta: Kencana. Yusuf, A., Fitryasari, R., Nihayati, H. E., Tristiana, R. D. (2016). Kompetensi Perawatan dalam Merawat Pasien Gangguan Jiwa. Jurnal Ners. 11(2): 230-239.