oleh :
KELOMPOK PEMINATAN JIWA
Salwa Nirwanawati 206070300111003
Dessy Ekawati 206070300111007
Dewa Ayu Anggi G 206070300111011
Atin Humayya 206070300111014
Ridwan Sofian 206070300111024
Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Analisis Konsep Asuhan
Keperawatan Jiwa Lanjut Pada Defisit Perawatan Diri Sesuai Studi Kasus Jurnal
Internasional” oleh mahasiswa Magister Keperawatan Peminatan Keperawatan Jiwa
tahun 2021 ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini, telah disusun
semaksimal dan seoptimal mungkin sesuai dengan point-point yang diminta dan
berdasarkan pada literature atau jurnal yang kami dapatkan. Namun, kami hanyalah
manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dalam penulisan maupun tata bahasa.
Dengan segala kerendahan hati, tim penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, tim penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN JURNAL
b. Spesialis
1. Psikoterapi yang dapat diberikan kepada klien yaitu Cognitive
Behavioural Therapy (CBT). Terapi ini akan dilakukan sebanyak
12 sesi, dengan jadwal kunjungan 2 kali seminggu selama 2
bulan. Selama 12 sesi, klien akan diberikan tindakan berupa
psikoedukasi, restrukturisasi kognitif, narasi trauma, pemrosesan
ulang kognitif, dan latihan relaksasi untuk mengatasi gejala
traumatis. Setelah diberikan tindakan tersebut, diharapkan klien
benar-benar bebas dari gejala deficit perawatan diri, mampu
berinteraksi dengan orang lain, mampu membangun hubungan
sosial yang baik, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Berikut implementasi CBT:
a) Tahap awal pengobatan, klien diberikan psikoedukasi
mengenai perawatan diri dan perawat mencoba menggali
perasaan klien tentang dirinya sendiri
b) Tahap selanjutnya, klien dituntun untuk mengidentifikasi
pikiran negatifnya dan bersama-sama dengan perawat
merubah pikiran negative tersebut menjadi pikiran positif.
Pada tahap ini, klien juga dikaji kembali mengenai gejala
stress yang disebabkan oleh gangguan citra tubuh.
c) Tahap akhir, perawat membantu klien untuk melakukan
interaksi kembali dengan keluarganya. Perawat menggali
aspek-aspek positif atau kemampuan positif yang dimiliki
oleh klien sebelumnya, kemudian bersama-sama menyusun
kegiatan tersebut menjadi aktivitas terjadwal.
d) Tahap evaluasi, klien mengatakan mulai dapat merasakan
emosi positif, perlahan menjadi pribadi yang lebih
ekstrovert, mulai memiliki tujuan hidup, dan mulai mencoba
terus berfikir positif. Klien juga masih melakukan kegiatan
positif sesuai jadwal yang disepakati sebelumnya dengan
perawat.
2. Psikoterapi yang dapat diberikan kepada keluarga yaitu
psikoedukasi keluarga. Terapi keluarga mampu meningkatkan
kemampuan merawat klien dengan masalah deficit perawatan
diri dan dapat menurunkan beban dalam merawat klien dengan
demensia. Adapun sesi psikoedukasi yang dapat dilakukan:
a) Sesi 1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
klien dan masalah keluarga (care giver) dalam merawat
klien
b) Sesi 2. Merawat masalah kesehatan klien
c) Sesi 3. Melatih manajemen stres untuk keluarga
d) Sesi 4. Melatih manajemen beban untuk keluarga
e) Sesi 5. Memanfaatkan sistem pendukung
f) Sesi 6. Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga.
3.2.4 Evaluasi Keperawatan
Pada studi kasus diatas tidak dijelaskan bagaimana evaluasi dari
permasalahan tersebut, namun apabila intervensi yang diberikan pada
klien sesuai dengan yang sudah disebutkan diatas baik intervensi
keperawatan generalis maupun keperawatan spesialis, maka evaluasi
keperawatan yang diharapakan adalah sebagai berikut :
S : klien mengatakan akan rajin mandi, mengganti pakaian yang kotor
menjadi pakaian yang bersih, rapi dan wangi
O : klien menggunakan pakaian yang bersih, rapi dan wangi. Tubuh
klien juga lebih bersih dan rambut tersisir rapi
A : pemberian terapi generalis yakni melatih klien untuk berpakaian
dan berdandan dengan baik telah dilaksanakan. Klien bersikap
kooperatif selama pemberian terapi
P : pemberian terapi generalis SP 3 dapat dilanjutkan dengan
diimbangi terapi spesialis CBT sesi 1
3.3 Prinsip Etik Dan Hukum Yang Harus Diperhatikan
Pada kasus diatas, perawat harus memperhatikan etik dan hukum dalam
memberikan terapi mengingat klien memiliki riwayat demensia dan mengalami
agnosia. Klien tidak mampu mengenali objek, orang, suara, bentuk, atau bau
sehingga banyak sekali hal yang perlu diperhatikan. Beberapa kebijakan yang
harus diperhatikan dan berfokus mengenai masalah kesehatan jiwa yaitu UU RI
No 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, PMK RI No 39 tahun 2016 tentang
pedoman penyelenggaraan program Indonesia sehat terutama tercantum pda
pasal 3 mengenai penderita gangguan jiwa mendapat pengobatan dan tidak di
telantarkan (Wuryaningsih, 2018). Pada kasus diatas, tinjauan etik yang harus
diperhatikan perawat yaitu:
a. Otonomi: klien tersebut memiliki kebebasan untuk memilih atau menolak
terapi yang diberikan oleh perawat yang disesuaikan dengan kondisinya dan
pasien berhak untuk mendapatkan pengobatan yang tepat, serta pasien juga
harus tetap memperoleh dan atau menyetujui informasi dari setiap tindakan
atau terapi yang akan diberikan.
b. Beneficience dan non maleficience: perawat harus memberikan perlakuan
baik kepada klien dan tidak merugikan klien, perawat harus memperhatikan
efek samping yang terjadi selama terapi berlangsung, dan perawat juga harus
memperhatikan kondisi klien yang tergolong lansia terutama riwayat
penyakit kronis dan penyakit metabolism yang dimiliki oleh klien.
c. Justice: perawat harus adil dalam memberikan intervensi kepada klien
tersebut dan juga klien lain. Tidak ada diskriminasi yang diberikan kepada
klien sekalipun klien tersebut menunjukkan gejala fisik yang diakibatkan
karena faktor usia seperti penurunan daya ingat.
d. Veracity: pada kasus tersebut, kunci utama perawat yaitu kejujuran sehingga
akan timbul rasa percaya pada klien.
e. Confidentiality: perawat juga harus mampu menjaga kerahasiaan informasi
klien terutama saat berada diluar area pelayanan karena informasi terkait
gangguan jiwa dilindungi secara undang-undang.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DPD adalah ketidakmampuan seseorang untuk melaksanakan atau
menyelesaikan aktivitas kebersihan diri (SDKI, 2016). Dimana seseorang gagal
untuk melakukan kebersihan diri, berpakaian, makan dan minum, eliminasi, dan
lingkungan secara mandiri (NANDA-I, 2018).Demensia adalah suatu sindroma
penurunan kemampuan bersifat kronik atau progresif pada kognitif dan fungsional
akibat neurodegeneratif dan proses serebrovaskuler yang menyebabkan gangguan
fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari (Asyrofi, 2019). Terkadang
penderita Demensia tidak menyadari bahwa pakaiannya kotor dan menolak untuk
mengganti pakaian terutama jika pakaian yang digunakan merupakan pakaian
yang disukai, sehingga dapat ditarik diagnosa keperawatan berupa defisit
perawatan diri. Adapun tindakan keperawatan spesialistik yang dapat dilakukan
adalah dengan memberikan cognitive behavior therapy, psychoeducation family
therapy, sosial support.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan dapat mengaplikasikan
pengkajian pada klien dengan gangguan kesehatan jiwa defisit perawatan diri dan
menentukan intervensi spesialistik yang cocok untuk meningkatkan kemandirian
klien.
DAFTAR PUSTAKA
Asyrofi, M.Z.A. And Rokhmani, C.F., 2019. Demensia Vaskular Pada Perempuan
Usia 76 Tahun: Laporan Kasus. Jurnal Majority, 8(2), Pp.14-18.
Azizah, L. M, Zainuri, I. Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka
Hamdy, R. C., Kinser, A., Culp, J. E., Kendall-Wilson, T., Depelteau, A., Copeland,
R., & Whalen, K. (2018). Agnosia interferes with daily hygiene in patients with
dementia. Gerontology and geriatric medicine, 4, DOI:
10.1177/2333721418778419
Harnita Sary, P., Misbah, S.R. And Mongan, R., 2017. Identifikasi Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Demensia Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendari (Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).
Herdman, T. H. Dan Kamitsuru, S. (Eds.). (2018). Nanda International Nursing
Diagnoses: Definitions & Classification, 2018-2020. Oxford: Wiley Blackwell
Herdman, T, H., Kamitsuru, S. (2018). Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification 2018-2020. New York: NANDA International
Iftya, S.Y., 2019. Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Demensia Pada Lansia Di Panti
Sosial Tresna Werdha Jombang (Doctoral Dissertation, Stikes Insan Cendekia
Medika Jombang)
Juni, J.A., 2020. Selamatkan Otak, Kenali Gangguan Demensia (Pikun) Menjelang
Lansia. Selamatkan Otak, Kenali Gangguan Demensia (Pikun) Menjelang
Lansia, Pp.1-8
Keliat, B. A, dkk. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic
Course). Jakarta: EGC
Keliat, B. A., Dkk, (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Modul UI. (2019). Modul Terapi Perilaku. Depoj: Universitas Indonesia.
Putri, R.L.K., Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. I Dan Ny. S Yang Mengalami
Demensia Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Proses Pikir Di Griya
Lansia Gerbang Mas Lumajang Tahun 2018
Rahmawati, D.W., 2020. Studi Dokumentasi Defisit Perawatandiri: Berpakaian Dan
Berhias Pada Pasien Dengan Bipolar. Akademi Keperawatan Yky Yogyakarta.
Situmorang, H., 2020. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demensia
Di Puskesmas Gunting Saga Kec. Kualuh Selatan Kab. Labuhan Batu
Utara. Jurnal Online Keperawatan Indonesia, 3(2), Pp.118-125
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawtan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: DPP
PPNI
Wuryaningsih, E. W., Windarwati, H. D., Dewi, E. I., Deviantony, F., Dan Hadi, E.
(2018). Keperawatam Kesehatan Jiwa 1. Jember: Upt Percepatakan &
Penerbitan Universitas Jember
Yosep, I. Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama
Yusuf, A, Fitryasari,. P, Nihayati, H.E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.