Anda di halaman 1dari 25

1

Universitas Indonesia

MODUL
TERAPI PERILAKU (TOKEN
EKONOMI )
PADA PASIEN SKIZOFRENIA

Oleh
Tim Penyusun

Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Jiwa


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
Depok, 2019
2

BAB I
PENDAHULUAN

Skizoprenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang berat. Menurut Lenzenweger dan
Gottesman (1994, dalam Sinaga, 2007) skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat
yang akan membebani masyarakat sepanjang hidup pasien, ditandai dengan disorganisasi,
pikiran, perasaan, dan perilaku. Skizofrenia menurut PPDGJ- III (Maslim, 2001) adalah
gabungan gejala positif dan negatif yang ditemukan secara bermakna selama satu bulan
atau lebih. Hal ini dapat menjelaskan bahwa gangguan jiwa sangat membebani masyarakat
dan membutuhkan perawatan yang cukup lama dari gejala tersebut timbul.

Beberapa studi tentang masalah-masalah yang ditimbulkan klien gangguan jiwa pada
keluarga yang paling sering muncul menurut Torrey (1988 dalam Setiadi, 2006) adalah
ketidakmampuan merawat diri, ketidakmampuan menangani keuangan, social withdrawal,
kebiasaan-kebiasaan pribadi yang aneh, ancaman bunuh diri/ gangguan pada kehidupan
keluarga, misalnya dalam pekerjaan, sekolah, kegiatan sosial, dan ketakutan atas
keselamatan. Stuart dan Laraia (2003 dalam Keliat, 2004) mengatakan perilaku yang
sering muncul pada klien skizofrenia antara lain : motivasi kurang (81%), isolasi sosial
(72%), perilaku makan dan tidur yang buruk (72%), sukar menyelesaikan tugas (72%),
sukar mengatur keuangan (72%), penampilan yang tidak rapi/bersih (64%), lupa
melakukan sesuatu (64%),kurang perhatian pada orang lain (56%), sering bertengkar
(47%), bicara pada diri sendiri (41%), dan tidak teratur makan obat (40%). Penjelasan ini
dapat diartikan bahwa pada klien dengan skizofrenia mengalami penurunan motivasi yang
tinggi (81%) dalam melakukan kebersihan diri dan penampilan.

Menurut Struat dan Laraia (2005) token ekonomi adalah bentuk dari reinforcement positif
yang digunakan baik secara individu maupun kelompok pasien di ruang psikiatri atau
pasien anak-anak. Reward diberikan secara konsisten terhadap pasien misalnya dengan
tanda, poin atau tiket. Apabila dapat mengubah perilaku yang ditargetkan, target perilaku
dapat meliputi : tentang personal hygine, menghadiri pertemuan atau mengekspresikan
marahnya secara verbal dari pada melakukan perilaku kekerasan. Token ekonomi adalah
bentuk dari modifikasi perilaku yang didisain untuk meningkatkan perilaku yang
diharapkan dan menurunkan perilaku yang tidak diharapkan dengan menggunakan token.
Individu menerima token sesudah melakukan perilaku yang.

Kunci harapan utama dalam terapi kesehatan jiwa adalah menginginkan klien dapat
berperilaku atau berperan sesuai dengan harapan sosial atau keadaan sosial. Pelaksanaan
dalam token ekonomi meliputi mengidentifikasi kemampuan interpersonal yang positif dan
perilaku self care klien yang akan dikuatkan dan mendapatkan dispensasi berupa tanda
3

pada klien apabila kemampuannya meningkat. Apabila klien mengerjakan perilaku yang
didinginkan akan mendapatkan tanda, sebaliknya jika tidak mengerjakan apa yang dilatih
akan kehilangan tanda, (Wanda K Mohr,2005).
4

BAB II
KONSEP DASAR
TERAPI PERILAKU TOKEN ECONOMY

A. Pengertian Terapi Perilaku Token Economy


Token ekonomi adalah bentuk dari reinforsement positif yang digunakan baik secara
individu maupun kelompok pasien di ruang psikiatri atau pasien anak-anak (Stuart &
Laraia,2006). Token economy, yaitu sebuah teknik berdasarkan prinsip-prinsip
pengkondisian operan. Token ekonomi didesain bagi pasien penyakit mental agar
menghasilkan perilaku yang diinginkan. Conditioned reinforcer dalam bentuk token
diberikan pada pasien yang memunculkan respon yang diinginkan seperti memakai
baju sendiri, makan tanpa bantuan, atau menyelesakan tugas secara baik. Token-token
ini nantinya dapat ditukar untuk mendapatkan primary reinforcer, yaitu sesuatu yang
diinginkan dan dinikmati orang lain seperti: baju baru, interaksi sosial, kosmetik,
menonton film, dll.

Pelaksanaan dalam token ekonomi meliputi mengidentifikasi kemampuan interpersonal


yang positif dan perilaku self care klien yang akan dikuatkan dan mendapatkan
dispensasi berupa tanda pada klien apabila kemampuannya meningkat (McMonagle &
Sultana,2004). Menurut Yustinus (2007) Token adalah pembuatan simbolis, seperti
halnya dengan poker chip yang kemudian dapat ditukarkan dengan barang-barang atau
hal-hal yang lain,merupakan bentuk langsung dari pemerkuat, seperti manisan atau
penghargaan bertambah.

B. Tujuan Terapi Perilaku Token Economy


Tujuan akhir setelah pemberian terapi perilaku Token Ekonomi pada klien Skizofrenia
adalah :
1. Meningkatkan pemahaman klien akan kemmapuan yang dimiliki
2. Meningkatkan kemampuan klien terhadap perawatan diri
3. Meningkatkan kemampuan klien mengontrol perilaku kekerasan
4. Meningkatkan kemampuan klien dalam interaksi sosial
5. Meningkatkan kemampuan klien terhadap harga diri rendah
6. Meningkatkan kemmapuan klien mengontrol halusinasi
7. Meningkatkan pemahaman akan manfaat dan hasil dari dilakukannya kemampuan
8. Meningkatkan kemandirian klien untuk melakukan kemmapuan

C. Indikasi Terapi Perilaku Token Economy


Token ekonomi dapat digunakan pada individu maupun kelompok, baik pasien di
ruang psikiatri atau untuk pasien anak-anak. Pasien-pasien psikiatri yang diberikan
5

terapi ini pada umumnya adalah pasien-pasien dengan diagnosa keperawatan defisit
perawatan diri, selain itu untuk klien perilaku kekerasan, isolasi sosial, halusinasi dan
harga diri rendah.

D. Kriteria Terapis
1) Minimal lulus S2 Keperawatan jiwa
2) Berpengalaman dalam praktek keperawatan jiwa di rumah sakit minimal 2 tahun.

E. Teknik Pelaksanaan Perilaku Token Economy


1. Bentuk token sebaiknya adalah suatu obyek yang benar-benar diinginkan klien atau
kehormatan yang penuh arti atau hadiah yang bagus.
2. Hadiah dapat bersifat individual tergantung dari umur, jenis kelamin, hobi, dan tipe
intensitas dari tanda yang tampak pada klien.
3. Besarnya reward/hadiah adalah sama nilainya untuk semua individu dalam suatu
kelompok.
4. Penggunaan dari hukuman lebih sedikit resikonya dibandingkan bentuk-bentuk
hukuman yang lain.
5. Kontrak yang sangat jelas mengenai waktu dan tujuan diberikannya token ekonomi
kepada pasien.
6

BAB III
PROSES PELAKSANAAN TERAPI PERILAKU TOKEN EKONOMI

A. Pelaksanaan Terapi Perilaku Token Ekonomi


Modul terapi perilaku token ekonomi ini diberikan sebagai terapi individu. Berikut ini akan
dijelaskan aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terapi perilaku token ekonomi.
1. Terapis
Peran terapis pada tahap awal peran terapis adalah :
a. Menjelaskan tujuan terapi perilaku token ekonomi pada pasien Skizofrenia
b. Menjelaskan manfaat terapi perilaku token ekonomi
c. Mengadakan kontrak awal yang jelas pada pasien Skizofrenia
d. Melatih kemampuan yang diharapkan sesuai masalah klien
e. Melakukan observasi akan kemampuan klien
2. Proses kerja
a. Persiapan
1) Melakukan seleksi klien Skizofrenia yang akan diikutsertakan dalam terapi
perilaku token ekonomi
2) Membuat kontrak waktu dengan klien
b. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan terapi perilaku token ekonomi terdiri dari 4 (empat) sesi:
1) Sesi 1 Mengadakan kontrak melatih kemampuan klien ke satu
2) Sesi 2 Melatih kemampuan klien kedua
3) Sesi 3 Melatih kemampuan klien ketiga
4) Sesi 4 : Mengungkapkan manfaat dan hasil dari latihan tiap sesi serta
merencanakan tindak lanjut.
c. Evaluasi dan dokumentasi
1) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan terapi perilaku token ekonomi
2) Melakukan pendokumentasian terhadap proses dan hasil terapi yang dilakukan
klien

B. Waktu Pelaksanaan
Intervensi dilakukan sebanyak 4 sesi selama 3 hari dan dilakukan observasi selama 3
minggu. Setelah dilakukan intervensi sesi pertama klien sudah mempraktekkan
kemampuan merawat dirinya dan langsung dilakukan observasi pada hari keduanya.
Sesi kedua dilakukan hari ke dua dan hari ke tiga langsung dilakukan observasi untuk
kemampuan sesi satu dan sesi dua. Sesi tiga ketiga dilakukan hari ke tiga dan hari
keempatnya dilakukan observasi untuk semua sesi selama 3 mingggu. Setiap satu
minggu token ekonomi yang diperoleh dihitung dan dijumlahkan untuk menukarkan
kupon dengan hadiah barang sesuai dengan daftar yang tersedia.Terapi ini dilakukan
setiap hari kerja mulai dari jam 08.00 wib sampai dengan 16.00 wib.
7

C. Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan dapat dilakukan di rumah sakit maupun dikomunitas.
8

BAB IV
PETUNJUK PELAKSANAAN TERAPI PERILAKU TOKEN EKONOMI

1.1 SESI I : Mengadakan kontrak, melatih kemampuan klien


A. Tujuan
1. Klien dapat menyepakati program terapi token ekonomi
2. Klien dapat melakukan perubahan perilaku yang negatif ke positif
3. Klien dapat melatih kemampuan klien.
4. Klien dapat melaksanakan kemampuan
B. Langkah-langkah
1. Persiapan
a. Mengingatkan klien 1 jam sebelum pelaksanaan terapi
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Memperkenalkan nama dan panggilan terapis, kemudian menanyakan nama
dan panggilan klien
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan bagaimana perasaan klien dan menanyakan kegiatan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan pertemuan, untuk mengetahui kemampuan klien
2) Terapis mengingatkan langkah-langkah setiap sesi sebagai berikut :
a) Menyepakati pelaksanaan terapi 4 sesi
b) Lama kegiatan sesi 1 : 20 menit, sesi 2 : 15-20 menit, sesi 3 : 15-20
menit, sesi 4: 15-20.
c) Klien dapat mengikuti sesi 1 ini dari awal sampai akhir dan
memahami kontrak yang akan dibuat bersama terapis.
3. Kerja
2). Menanyakan kepada klien tentang kemampuannya
3). Memberi pujian atas kemampuan positif yang dimiliki klien.
4). Terapis mencatat kemampuan positif klien
5). Terapis menjelaskan tentang terapi token ekonomi kepada klien yang terdiri dari 3
bagian
6). Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
7). Melatih kemampuan klien dengan metode:terapis memodelkan /
mendemonstrasikan
8). Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan klien yang telah dilakukan
dan menjelaskan makna dari melakukan kemampuan dengan benar
9). Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
10).Terapis memberikan pujian atas kemampuan Klien yang dimiliki.
41

11).Terapis menanyakan kembali kebiasaan klien menghadapi masalah


12).Klien melakukan kembali / redemostrasi cara yang disepakati
13).Terapis juga dapat menggunakan lembar observasi dan wawancara dalam melatih
klien
14).Pengurangan poin token akan dilakukan jika klien tidak mampu melakukan
separuh dari ketentuan yang telah disepakati.
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Subyektif: Menanyakan perasaan klien setelah selesai sesi 1
2) Obyektif
a) Menyimpulkan hasil diskusi sesi 1
b) Menanyakan kembali tentang tehnik yang sudah dilakukan
c) Memberikan umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan klien
dalam menyampaikan hal-hal positif yang dimiliki dan kemampuan klien
dalam mempelajari
d) Memasukkan dalam jadwal kegiatan
b. Tindak Lanjut
- Menganjurkan klien untuk memperaktekkan kemampuan klien
- Menyepakati jadwal
- Menyepakati tehnik
c. Kontrak yang akan datang
- Menyepakati topik sesi 2
- Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya.

DOKUMENTASI SESI I
No Aspek yang dinilai Tanggal
Ya Tidak
1 Menyepakati kontrak
2 Mampu menyebutkan tujuan terapi
3 Mampu menyebutkan kemampuan positif yang dimiliki
klien
4 Mengikuti kegiatan latihan sesuai dengan prosedur.
5 Melakukan redemonstrasi sesuai dengan prosedur yang
telah diajarkan
6 Menerima umpan balik dari terapis terhadap kemampuan
klien
7 Menerima pujian atas kemampuan yang dimiliki
Jumlah

1.2 SESI II :. Melatih kemampuan kedua klien


A. Tujuan
1. Klien dapat melatih kemampuan
2. Klien dapat melaksanakan kemampuan
42

B. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
3. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan bagaimana perasaan klien
2) Menanyakan kepada klien tentang kegiatan kemarin yang telah dilakukan
3) Meminta klien untuk menjelaskan tehnik yang biasa dia lakukan
4) Memberi pujian jika klien telah melakukan
c. Kontrak
1) Menyepakati terapi sesi 2
2) Menjelaskan tujuan sesi 2 yaitu melatih kemampuan klien
3) Menjelaskan pemberian token sesuai dengan perilaku yang akan dirubah.
4) Menyepakati tempat dan waktu
4. Kerja
a. Melatih kemampuan klien dengan metode : terapis
memodelkan/mendemonstrasikan :
b. Klien melakukan kembali / redemostrasi
c. Terapi memberikan umpan balik terhadap kemampuan klien yang telah dilakukan
dan menjelaskan makna dari melakukan kegiatan dengan benar
d. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
e. Terapis memberikan pujian atas kemampuan Klien yang dimiliki.
5. Terminasi
a. Evaluasi
1) Subyektif: Menanyakan perasaan klien setelah selesai sesi 2
2) Obyektif
a) Menyimpulkan hasil diskusi sesi 2
b) Menanyakan kembali proses melakukan kegiatan
c) Memberikan umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan klien
d) Memasukkan dalam jadwal
b. Tindak Lanjut
1) Menganjurkan klien untuk memperaktekkan kembali kemampuan klien
2) Menyepakati tehnik melakukan kegiatan
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati topik sesi 2 yaitu Melatih klien sesuai dengan kemampuan positif
yang teridentifikasi pada sesi 1
2) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya.
43

DOKUMENTASI SESI II

No Aspek yang dinilai Tanggal


Ya Tidak
1 Memberikan informasi tentang kesiapan dirinya
2 Menyepakati kontrak
3 Mengikuti kegiatan latihan
4 Melakukan redemonstrasi sesuai dengan prosedur yang
telah diajarkan
5 Menerima umpan balik dari terapis terhadap kemampuan
klien
6 Menerima pujian atas kemampuan yang dimiliki
Jumlah

1.3 SESI III : Melatih kemampuan ketiga klien


A. Tujuan
1. Klien dapat melatih kemampuan
2. Klien dapat melaksanakan kemampuan merawat diri
B. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan bagaimana perasaan klien
2) Menanyakan kepada klien tentang kegiatan kemarin yang telah dilakukan
3) Meminta klien untuk menjelaskan tehnik yang biasa dia lakukan
4) Memberi pujian jika klien telah melakukan
c. Kontrak
1) Menyepakati terapi sesi 3
2) Menjelaskan tujuan sesi 3 yaitu melatih kemampuan klien dalam melakukan
kegiatan
3) Menjelaskan pemberian token sesuai dengan perilaku yang akan dirubah.
4) Menyepakati tempat dan waktu
3. Kerja
a. Melatih kemampuan klien dalam hal yang disepakati dengan metode : terapis
memodelkan/mendemonstrasikan
b. Klien melakukan kembali / redemostrasi
c. Terapi memberikan umpan balik terhadap kemampuan klien yang telah dilakukan
dan menjelaskan makna dari melakukan kegiatan dengan benar
d. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
e. Terapis memberikan pujian atas kemampuan Klien yang dimiliki.
44

f. Token yang didapat oleh klien jika melakukan hal ini semua adalah 6 token
g. Jika klien tidak dapat melakukan semua maka token dihitung sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki klien.
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Subyektif: Menanyakan perasaan klien setelah selesai sesi 3
2) Obyektif
a) Menyimpulkan hasil diskusi sesi 3
b) Menanyakan kembali proses melakukan kegiatan
c) Memberikan umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan klien
dalam mempelajari kemampuan
b. Tindak Lanjut
1) Menganjurkan klien untuk memperaktekkan kemampuan klien sesuai yang
telah diajarkan
2) Menyepakati tehnik melakukan kegiatan
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati topik sesi 4 yaitu: Mengungkapkan manfaat dan hasil dari latihan
sesi 1, 2, 3 serta merencanakan tindak lanjut
2) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya.
DOKUMENTASI SESI III
No Aspek yang dinilai Tanggal
Ya Tidak
1 Memberikan informasi tentang kesiapan dirinya
2 Menyepakati kontrak
3 Mengikuti kegiatan latihan sesuai dengan prosedur.
4 Melakukan redemonstrasi sesuai dengan prosedur yang
telah diajarkan
5 Menerima umpan balik dari terapis terhadap kemampuan
klien
6 Menerima pujian atas kemampuan yang dimiliki
Jumlah

4.4 SESI IV : Mengungkapkan manfaat dan hasil dari latihan tiap sesi serta
merencanakan tindak lanjut.
A. Tujuan
1. Klien dapat mengetahui manfaat latihan pada tiap sesi
2. Klien dapat membuat perencanaan tindak lanjut untuk dirinya
B. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
45

Salam dari terapis kepada klien


b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini
2) Menanyakan kepada klien tentang kegiatan klien setelah dilatih
3) Meminta klien untuk mengulang kegiatan yang telah dilatihkan
4) Berikan pujian setelah klien melakukannya
c. Kontrak
1) Menjelaskan meyepakati sesi 4
2) Menjelaskan tujuan sesi 4 yaitu : mengungkapkan manfaat dan hasil
dari sesi 4 dan membuat rencana tindak lanjut
3. Kerja
a. Terapis meminta klien menyampaikan manfaat apa yang didapatkan klien dalam
latihan
b. Memberi pujian atas kemampuan positif yang dimiliki klien
c. Merencanakan melakukan supervisi setiap 2 minggu sekali untuk melihat
kemampuan klien .
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Menyimpulkan hasil diskusi sesi 4
2) Menanyakan perasaan klien setelah selesai sesi 4
3) Memberikan umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan klien dalam
menyampaikan manfaat yang didapatkan setelah melakukan sesi
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan klien untuk selalu melatih kemampuan yang dilakukannya dirumah
sakit maupun dirumah nanti
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati rencana kontrak evaluasi kemampuan secara periodik

DOKUMENTASI SESI IV
No Aspek yang dinilai Tanggal
Ya Tidak
1 Klien mampu menyebutkan manfaat berlatih kegiatan 1
2 Klien mampu menyebutkan manfaat berlatih kegiatan 2

3 Klien mampu menyebutkan manfaat berlatih kegiatan 3


4 Menyepakati kontrak secara periodic
Jumlah

Hasil Penelitian terkait:


a. Parendrawati, D., Keliat, B. A. (2008): Pengaruh Terapi Token Ekonomi pada klien Defisit
Perawatan Diri RS Marzoeki Mahdi Bogor
b. Ricky, D.P., Keliat, B.A., & Gayatri, D. (2014). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik dan token
ekonomi terhadap pencapaian tugas perkembangan usia pra sekolah pada anak usia pra sekolah di
Kelurahan Campaka Bandung
46

UNIVERSITAS INDONESIA

MODUL

TERAPI PERILAKU: MODELING


PARTISIPAN

Disusun oleh:
Dwi Indah iswanti, S.Kep, Ns
Novy Helena Catharina Daulima, S.Kp, M.Sc.
Ice Yulia Wardani, SKp, M.kep, Sp.Kep.J

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN JIWA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2016
47

MODUL PELAKSANAAN
TERAPI PERILAKU MODELING PARTISIPAN

A. Pengertian
Modeling adalah suatu strategi yang digunakan untuk membentuk perilaku baru,
meningkatkan ketrampilan atau meminimalkan perilaku yang dihindari (Laraia, 2009).
Sedangkan menurut Nelson (2011) menguraikan modeling partisipan menekankan kinerja in
vivo pada tugas-tugas yang ditakutkan, dengan konsekuensi yang dimunculkan oleh kinerja
sukses yang dianggap sebagai wahana utama bagi perubahan psikologis.
Menurut Bandura (1974, dalam Winarto, 2011) menguraikan istilah Modeling
sesungguhnya tidak tepat kalau hanya peniruan terhadap apa yang dilakukan seorang
model (orang lain), tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan
tingkahlaku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus dengan
melibatkan proses kognitif.
.
B. Tujuan Terapi
Merubah perilaku lama pasien dengan memberikan role model dari seorang modeling
(partisipan) sehingga menghasilkan perilaku baru yaitu kepatuhan terhadap program
pengobatan

C. Prinsip Terapi
1. Pasien melihat dan mengobservasi contoh perilaku untuk mengontrol lingkungan
yang dimodelkan oleh terapis,
2. Pasien meniru perilaku yang dicontohkan terapis
3. Terapis dan pasien menampilkan perilaku bersama-sama sebelum ditampilkan oleh
pasien secara mandiri
4. Terapis menjaga tingkat kepercayaan/ kredibilitas didepan pasien
5. Modeling mengubah tingkah laku lama disamping mempelajari tingkahlaku baru,
6. Tingkahlaku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang
sudah dimiliki pengamat.
7. Tingkahlaku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau
memperlemah pengamat untuk melakukan tingkahlaku yang tidak diterima secara
social.
8. Kalau tingkahlaku yang tidak dikehendaki itu justru diganjar, pengamat cenderung
meniru tingkahlaku itu, sebaliknya kalau tingkahlaku yang tidak dikehendaki itu
dihukum, respon pengamat menjadi semakin lemah.
48

D. Kriteria Pasien
Modeling partisipan dapat digunakan pada individu, baik pasien di ruang psikiatri atau
untuk pasien anak-anak dan remaja. Pasien psikiatri yang diberikan terapi ini pada
umumnya adalah pasien dengan diagnosa keperawatan penatalaksanaan regimen
terapeutik tidak efektif karena ketidakpatuhan pasien menjalani program pengobatan.

E. Kriteria Model
1. Model memiliki perilaku patuh minum obat
2. Model dalam satu ruangan dengan pasien
3. Model telah mencapai tingkat perawatan minimal care
4. Model bersedia secara aktif menjadi role model bagi pasien

F. Panduan Terapi
1. Tingkahlaku baru melalui modeling partisipan diperoleh karena adanya
kemampuan kognitif.
2. Stimuli berbentuk tingkahlaku dari modeling ditranformasi menjadi gambaran
mental, kemudian menjadi simbol verbal yang dapat diingat suatu saat nanti.
3. Ketampilan kognitif yang bersifat simbolik ini, membuat orang dapat mentranform
apa yang dipelajarinya atau menggabung-gabung apa yang diamatinya dalam
berbagai situasi menjadi pola tingkahlaku baru.

G. Tahapan Terapi
Terapi modeling partisipan yang dikembangkan mengacu pada tahapan terapi modeling
partisipan yang dikemukakan oleh Nelson (2011), Stuart laraia (2009) & Bandura
(1974) serta dimodifikasi dengan prinsip komunikasi terapeutik dalam keperawatan,
yaitu:
Sesi 1 : Mengidentifikasi perilaku tidak patuh minum obat dan memberikan role
model cara patuh minum obat
Sesi 2 : Mendampingi pasien minum obat dan membantu mengatasi efek samping
obat
Sesi 3 : Membudayakan perilaku patuh minum obat tanpa pendampingan dari
terapis
Sesi 4 : Mendiskusikan manfaat terapi dan mencegah kekambuhan
49

H. Pelaksanaan

SESI I : Mengidentifikasi perilaku ketidakpatuhan minum obat, Memberikan


role model cara patuh minum obat
1. Tujuan
a. Pasien dapat menyepakati program terapi modeling partisipan untuk membentuk
perilaku baru: kepatuhan minum obat.
b. Pasien memiliki gambaran cara patuh minum obat dari seorang modeling
(partisipan) yang sukses menjalani program pengobatan

2. Langkah-langkah
a. Persiapan
1). Mengingatkan pasien 1 jam sebelum pelaksanaan terapi
2). Mempersiapkan model, alat, dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada pasien
b) Memperkenalkan nama dan panggilan terapis, kemudian menanyakan nama dan
panggilan pasien
2) Evaluasi/validasi
Menanyakan bagaimana perasaan pasien dan menanyakan kegiatan mengenai
minum obat.
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan terapi secara umum dan topik pertemuan:
mengidentifikasi perilaku ketidakpatuhan minum obat dan memberikan role
model cara patuh minum obat
b) Terapis mengingatkan langkah-langkah terapi pada setiap sesi sebagai
berikut :
a. Menyepakati pelaksanaan terapi 4 sesi
b. Lama kegiatan sesi 1 : 25 menit, sesi 2 : 15-20 menit, sesi 3 : 15 menit,
dan sesi 4: 15
c. Pasien dapat mengikuti sesi 1 ini dari awal sampai akhir dan memahami
kontrak yang akan dibuat bersama terapis.
c. Kerja
2). Menanyakan kepada pasien tentang pengalaman tidak patuh minum obat selama ini.
3). Terapis mencatat pengalaman ketidakpatuhan pasien dalam hal minum obat
4). Terapis menjelaskan tentang terapi modeling partisipan kepada pasien yang terdiri dari
4 bagian
5). Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
50

6). Memberikan contoh cara patuh minum obat melalui role model yang diberikan oleh
modeling bersama terapis.
7). Pasien meredemonstrasikan kembali ketrampilan cara patuh minum obat
8). Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan pasien yang telah dilakukan
dengan menjelaskan makna dan manfaat yang akan didapatkan pasien jika patuh
minum obat dengan benar
9). Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
10).Terapis memberikan pujian atas kemampuan pasien yang dimiliki.
d. Terminasi
1) Evaluasi
a) Subyektif
Menanyakan perasaan pasien setelah selesai sesi 1
b) Obyektif
- Menyimpulkan hasil diskusi sesi 1
- Menanyakan kembali tentang cara patuh minum obat dan manfaat yang akan
didapatkan kelak.
- Memberikan umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan pasien
dalam menyampaikan pengalaman ketidakpatuhan dan kemampuan pasien
melakukan cara patuh minum obat.
e)Memasukkan dalam jadwal kegiatan
2) Tindak Lanjut
- Menganjurkan pasien untuk mempraktekkan cara patuh minum obat sesuai
yang telah diajarkan
- Menyepakati jadwal kegiatan cara patuh minum obat
3) Kontrak yang akan datang
- Menyepakati topik sesi 2 yaitu terapis akan mendampingi pasien minum obat
dan menurunkan kecemasan terhadap efek samping obat yang tidak
menyenangkan bagi pasien
- Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya.

DOKUMENTASI SESI I
No Aspek yang dinilai Tanggal
Ya Tidak
1 Menyepakati kontrak
2 Mampu menyebutkan tujuan terapi
3 Mampu menyebutkan pengalaman
ketidakpatuhan minum obat selama ini
4 Mengikuti kegiatan saat modeling dan terapis
memberi contoh cara patuh minum obat
5 Melakukan redemonstrasi minum obat tepat
waktu
6 Melakukan redemonstrasi meminta obat
51

kepada perawat
7 Melakukan redemonstrasi minum obat
dengan prinsip benar
8 Menyebutkan kembali cara mengatasi efek
samping obat
9 Menyebutkan kembali manfaat dari minum
obat
Jumlah

SESI II:. Mendampingi pasien minum obat dan membantu mengatasi efek samping
obat
1. Tujuan
a. Pasien dapat melaksanakan kemampuan minum obat dengan prinsip benar
b. Pasien dapat melatih kemampuan mengatasi efek samping yang tidak
menyenangkan.
c. Pasien dapat melaksanakan kemampuan mengatasi efek samping yang tidak
menyenangkan
2. Langkah-langkah kegiatan
a. Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan pasien
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada pasien
2) Evaluasi/validasi
b). Menanyakan bagaimana perasaan pasien
c). Menanyakan kepada pasien tentang kegiatan kemarin yang telah dilakukan
yaitu : cara patuh minum obat
d). Meminta pasien untuk menjelaskan kegiatan cara patuh minum obat yang
telah dilakukan
e). Memberi pujian jika pasien telah melakukan
3) Kontrak
a) Menyepakati terapi sesi 2
b) Menjelaskan tujuan sesi 2 yaitu mendampingi pasien minum obat dan
membantu mengatasi efek samping obat yang tidak menyenangkan selama
ini
c) Menyepakati tempat dan waktu
c. Kerja
2). Modeling dan terapis mendampingi pasien minum obat dengan prinsip benar
52

3). Melatih kemampuan pasien mengatasi efek samping obat yang tidak
menyenangkan, dengan metode: modeling dan terapis mendemonstrasikan cara
mengatasi efek samping obat
4). Pasien melakukan kembali / redemostrasi cara mengatasi efek samping dari
obat
5). Terapi memberikan umpan balik terhadap kemampuan pasien yang telah
dilakukan dan menjelaskan makna dari mengatasi efek samping obat dengan
benar
6). Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
7). Terapis memberikan pujian atas kemampuan Pasien yang dimiliki.
d. Terminasi
1) Evaluasi
Subyektif
Menanyakan perasaan pasien setelah selesai sesi 2
Obyektif
a) Menyimpulkan hasil diskusi sesi 2
b) Menanyakan kembali proses minum obat dengan prinsip benar dan cara
mengatasi efek samping obat yang tidak menyenangkan bagi pasien
c) Memberikan umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan pasien
dalam minum obat dan mengatasi efek samping obat
d) Memasukkan dalam jadwal
2) Tindak Lanjut
1) Menganjurkan pasien untuk sewaktu-waktu memperaktekkan kembali
kemampuan pasien minum obat dan mengatasi efek samping obat sesuai
yang diajarkan
2) Menyepakati tehnik minum obat yang benar dan cara mengatasi efek
samping obat
3) Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati topik sesi 3 yaitu Membudayakan perilaku patuh minum obat
tanpa pendampingan dari terapis
2) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya.

DOKUMENTASI SESI II
No Aspek yang dinilai Tanggal
Ya Tidak
1 Menyepakati kontrak
2 Melakukan kegiatan minum obat dengan prinsip
benar didampingi modeling dan terapis.
3 Mengikuti kegiatan latihan mengatasi efek samping
obat yang tidak menyenangkan sesuai prosedur.
4 Melakukan redemonstrasi mengatasi efek samping
53

obat dengan prosedur yang telah diajarkan


Jumlah

SESI III : Membudayakan perilaku patuh minum obat tanpa pendampingan dari
terapis
1. Tujuan
a. Pasien dapat melatih kemampuan minum obat dan mengatasi efek samping yang
selama ini dirasakan secara mandiri
b. Pasien dapat melaksanakan kemampuan minum obat dan mengatasi efek samping
secara mandiri
2. Langkah-langkah kegiatan
a. Persiapan
1). Mengingatkan kontrak dengan pasien
2). Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada pasien
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan pasien
b) Menanyakan kepada pasien tentang kegiatan kemarin yang telah dilakukan:
minum obat dan mengatasi efek samping obat
c) Meminta pasien untuk menjelaskan cara minum obat dan tehnik mengatasi
efek samping yang tidak menyenangkan
d) Memberi pujian jika pasien telah melakukan
3) Kontrak
a) Menyepakati terapi sesi 3
b) Menjelaskan tujuan sesi 3 yaitu membudayakan kemampuan pasien dalam
melakukan perilaku patuh minum obat secara mandiri.
c) Menyepakati tempat dan waktu
c. Kerja
2). Mendiskusikan dan mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan perilaku
kepatuhan minum obat meliputi:
a. Kedisiplinan pasien minum obat sesuai jadwal (advis)
b. Kemampuan pasien meminta obat kepada perawat
c. Kemampuan pasien meminum obatnya dengan prinsip benar
d. Kemampuan mengatasi efek samping obat yang dirasakan
e. Ungkapan manfaat yang dirasakan pada perilaku patuh minum obat
3). Terapi memberikan umpan balik terhadap kemampuan pasien dalam
melakukan perilaku patuh minum obat yang telah dilakukan dan menjelaskan
makna dari melakukan kepatuhan minum obat
54

4). Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya


5). Terapis memberikan pujian atas kemampuan Pasien yang dimiliki.
d. Terminasi
1) Evaluasi
Subyektif
Menanyakan perasaan pasien setelah selesai sesi 3
Obyektif
a) Menyimpulkan hasil kegiatan pada sesi 3
b) Menanyakan kembali proses melakukan perilaku patuh minum obat
c) Memberikan umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan pasien
dalam melakukan perilaku patuh minum obat
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pasien untuk memperaktekkan kemampuan cara patuh
minum obat
b) Menyepakati kriteria kepatuhan minum obat dengan 5 kemampuan minum
obat
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati topik sesi 4 yaitu: mendiskusikan manfaat terapi dan
mencegah kekambuhan
b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya.

DOKUMENTASI SESI III


No Aspek yang dinilai Tanggal
Ya Tidak
1 Menyepakati kontrak
2 Melakukan kedisiplinan minum obat sesuai jadwal
(advis)

3 Kemampuan klien meminta obat kepada perawat


4 Kemampuan klien meminum obatnya dengan prinsip
benar
5 Kemampuan mengatasi efek samping obat yang
dirasakan
6 Ungkapan manfaat yang dirasakan pada perilaku baru
(patuh minum obat)
7 Ungkapan makna dari melakukan perilaku
kepatuhan minum obat
Jumlah

SESI IV : Mendiskusikan manfaat hasil terapi dan mencegah kekambuhan


A. Tujuan
1. Pasien dapat mengetahui manfaat latihan pada tiap sesi
2. Pasien dapat membuat perencanaan tindak lanjut untuk mencegah kekambuhan
55

B. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan pasien
2). Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
1). Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada pasien
2). Evaluasi/validasi
1) Menanyakan bagaimana perasaan pasien saat ini
2) Menanyakan kepada pasien tentang kegiatan klien dalam melakukan
kepatuhan program pengobatan
3) Meminta pasien untuk mengulang kegiatan 5 kriteria perilaku kepatuhan
minum obat
4) Berikan pujian setelah pasien melakukannya
3). Kontrak
1) Menjelaskan dan meyepakati sesi 4
2) Menjelaskan tujuan sesi 4 yaitu : mengungkapkan manfaat terapi dan
membuat rencana tindak lanjut untuk mencegah kekambuhan
3. Kerja
a. Terapis meminta pasien menyampaikan manfaat apa yang didapatkan dalam
melakukan perilaku kepatuhan minum obat, manfaat bagi pasien, keluarga dan
petugas kesehatan
b. memberi pujian atas kemampuan positif dalam melakukan perilaku kepatuhan
minum obat yang dimiliki pasien
c. Merencanakan kegiatan untuk mengatasi dan mencegah kekambuhan:
kemandirian minum obat, kedisiplinan minum obat dan melakukan kontrol
rutin.
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Menyimpulkan hasil diskusi sesi 4
2) Menanyakan perasaan pasien setelah selesai sesi 4
3) Memberikan umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan pasien
dalam menyampaikan manfaat yang didapatkan setelah melakukan sesi dan
perencanaan mencegah kekambuhan
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan pasien untuk selalu melatih kemampuan perilaku kepatuhan
minum obat dan dilakukannya dirumah sakit maupun dirumah nanti
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati rencana kontrak evaluasi kemampuan secara periodik
56

DOKUMENTASI SESI IV
No Aspek yang dinilai Tanggal
Ya Tidak
1 Menyepakati kontrak
2 Pasien mampu menyebutkan manfaat
perilaku baru kepatuhan minum obat bagi
dirinya
3 Pasien mampu menyebutkan manfaat perilaku
baru kepatuhan minum obat bagi keluarganya
4 Pasien mampu menyebutkan manfaat perilaku
baru kepatuhan minum obat bagi petugas
kesehatan
5 Pasien mampu merencanakan kegiatan untuk
mencegah kekambuhan: kemandirian minum obat,
kedisiplinan minum obat dan melakukan kontrol
rutin.
6 Menyepakati kontrak secara periodik
Jumlah

Hasil Penelitian terkait :

a. Iswanti, D.I., Helena, N.C.D., Wardani, I.Y., (2012): Pengaruh Terapi Perilaku
Modeling Partisipan terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Klien Penatalaksanaan
Regimen Terapeutik tidak Efektik di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
57

Daftar Pustaka

Winarto, J. (2011). Teori Belajar social Albert Bandura. Diakses dari


http://edukasi.kompasiana.com pada tanggal 06 Maret 2012.

Nelson-Jones, R. 2011. Teori dan praktik konseling dan terapi. Edisi 4. Pustaka pelajar :
Yogyakarta.

Nursalim, M. (2009). Modeling Partisipan. Diakses dari http://www.slideshare.net pada


tanggal 19 Februari 2012.

Parendrawati, D.P. (2008). Efektifits Terapi perilaku : Token ekonomi pada klien Defisit
perawatan diri (DPD) di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis FIK UI.
Depok: Tidak dipublikasikan

Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2009). Principles and practice of psychiatric nursing. (7th
edition). St.Louis: Mosby

Wardani, I.Y. (2009). Pengalaman keluarga menghadapi ketidakpatuhan anggota keluarga


dengan skizofrenia dalam mengikuti regimen terapeutik: pengobatan. Tesis FIK UI.
Depok: Tidak dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai