Tingkat Asumsi
Input Merupakan tingkat adaptasi stimulus. Terdapat tiga komponne menurut Susianti
(2017) yaitu:
a. Stimulus fokal merupakan stimulus yang bisa dirasakan secara langsung
dengan efek segera, seperti infeksi
b. Stimulus kontekstual yaitu stimulus yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan seperti isolasi sosial
c. Simulus residual adalah stimulus yang sulit untuk diobservasi seperti
kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu,
hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Menurut Roy level adaptasi
seseorang dibagi menjadi 3,yaitu : integrated , compensatory, compromised
Proses Merupakan mekanisme koping yang terdiri dari:
kontrol a. Subsistem regulator
Merupakan stimulus internal dan eksternal berupa refleks otonom yang dapat
dinilai sebagai perilaku
b. Subsistem kognator
Berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian, dan
emosi
Roy juga memjelaskan bagaimana sistem adaptasi melalui sistem internal diri
yaitu (Tomey and Alligod, 2010):
a. Fungsi fisiologi
Salah satu komponen diri yang dapat dikaji melalui struktur tubuh dan
fungsinya. Fungsi fisiologis dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas.
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri.
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan
ginjal.
4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan
istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen (kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
6) The sense/perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit.
8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress
dan merupakan dari regulator koping mekanisme.
b. Konsep diri
Merupakan persepsi diri sendiri yang terbentuk dari aspek internal dan respon
lingkungan. Dharma (2018), terdapat dua konsep diri yaitu:
1) Fisik diri terdiri dari anggota tubuh, fungsi tubuh, seksual, gambaran diri,
dan kondisi sehat-sakit
2) Personal diri terdiri dari pandangan individu tentanf karakter diri, ideal
diri, dan moraletikal spiritual diri
c. Fungsi peran
Merupakan respon perilaku berupa peran individu dan tatanan sosial
d. Interdependensi
Hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman yang saling
membutuhkan mencangkup keikhlasan serta kemampuan saling memberi dan
menerima.
Output Bentuk perilaku yang dapat diobeservasi secara subjektif. Perilaku tersebut
berupara respon adaptif atau maladaptif. Adaptasi dipengaruhi oleh
perkembangan individu dan kemampuan koping diri.
Teori ini berfokus pada perubahan status kesehatan individu melalui adaptasi diri
(Christensen, 2010). Kondisi ini menjadi dasar bahwa perilaku dapat mempengaruhi kondisi
sehat-sakit individu. Untuk itu, dalam mencapai kesembuhan yang optimal, semua faktor prilaku
harus dipertimbangkan, termasuk faktor keturunan, tingkat pengetahuan dan pola hidup
(Suryanti, 2017). Perawat tidak hanya sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada klien dalam
proses penyembuhan penyakit tetapi juga berperan dalam memenuhi kebutuhan secara holistik,
melalui kemampuan teknikal, dukungan emosional, psikologis, spiritual dan sosial (Lusiani,
2019). Komunikasi yang terbuka, sharing, dukungan positif merupakan hal yang konstruktif
membantu penderita beradaptasi terhadap penyakit yang dialami. Dukungan pendampingan
selain dari perawat yaitu keluarga, sahabat, caregiver, dan Grief Support Group
Daftar Pustaka
Akbar, M. A. (2019). Buku ajar Konsep – Konsep Dasar dalam Keperawatan Komunitas.
Cetakan Pertama. Sleman: Deepublish Publisher.
Lusiani, E., Yuliana, W., dan Setyawati, E. I. E. (2019). Pengaruh Caring Perawat Terhadap
Adaptasi Penderita Ca Colon Menurut Model Konsep Adaptasi Calista Roy di Komunitas Paliatif Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. 4(2):126-129.
Susianti, I. (2017). APLIKASI TEORI MODEL CALISTA ROY DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. S DENGAN KISTA OVARIUM DI SUKAMAJU KOTA BENGKULU. JNPH. 5(2): 42-49.
Christensen, P. J., Kenne, J. W. Proses Keperawatan. Aplikasi Model. Ed 4. Jakarta : EGC; 2010
Suryanti. (2017). APLIKASI MODEL KONSEP KEPERAWATAN CALISTA ROY PADA TN. N POST OP HERNIA
INGUINALIS DI RUANGAN SAFA RS.KOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU. JNPH. 5(2): 81-87.
Lusiani, 2019).