Anda di halaman 1dari 72

EFEKTIVITAS ANTIHIPERKOLESTEROL JUS HERBAL

KOMBINASI (ROSELA, JERUK NIPIS, NANAS, CUKA APEL


DAN MADU) SETELAH MASA SIMPAN 50 HARI PADA
TIKUS JANTAN YANG DIINDUKSI PTU &
PAKAN TINGGI LEMAK

SKRIPSI SARJANA FARMASI

Oleh

ALEX FERIANTO

NIM : 16.01.01.059

PROGRAM SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala karunia dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ”EFEKTIVITAS

ANTIHIPERKOLESTEROL JUS HERBAL KOMBINASI

(ROSELA, JERUK NIPIS, NANAS, CUKA APEL, DAN MADU)

SETELAH MASA SIMPAN 50 HARI PADA TIKUS JANTAN

YANG DIINDUKSI PTU & PAKAN TINGGI LEMAK”

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program

pendidikan strata satu jurusan farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti

Pertiwi Palembang. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang tidak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. H. Noprizon, M. Kes, Apt. selaku Ketua Yayasan Notari Bhakti

Pertiwi Palembang.

2. Bapak Erjon, M.Kes., Apt. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti

Pertiwi Palembang.

3. Ibu Ade Arinia Rasyad, M.Kes., Apt. selaku Ketua Prodi Sarjana Farmasi

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang.

vi
4. Kepada ibu Sari Meisyayati M.Si., Apt. selaku pembimbing I yang telah

banyak memberikan waktu, tenaga, pikiran, bimbingan, dan nasehat-

nasehatnya yang bermanfaat selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian

penulisan skripsi ini.

5. Kepada ibu Mauizatul Masanah S.T.,M.T. selaku pembimbing II yang telah

banyak memberikan waktu, tenaga, pikiran, bimbingan, dan nasehat-

nasehatnya yang bermanfaat selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian

penulisan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen beserta staf Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi

Palembang yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis

demi terselesainya skripsi ini.

7. Semua pihak dan rekan-rekan Mahasiswa/i STIFI Bhakti Pertiwi Palembang

Angkatan 2014 yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada

penulis demi terselesainya penelitian ini.

Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampun penulis. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Palembang, 21 Juli 2020

Penulis

vii
ABSTRAK

Pada penelitian terdahulu telah diketahui bahwa jus herbal kombinasi (rosela,
jeruk nipis, nanas, cuka apel, dan madu) memiliki efek antihiperkolesterol dan
rasio LDL/HDL pada penelitian sebelumnya. Tujuan penelitian ini mengetahui
efektivitas pemberian jus herbal kombinasi setelah masa simpan 50 hari terhadap
penurunan kolesterol total. Kelompok hewan terdiri dari kontrol negatif (Na CMC
0,5%), jus herbal suhu dingin (5-13ºC), jus herbal suhu kamar (25-30ºC), dan jus
herbal tanpa penyimpanan dengan masing-masing dosis 5,4 ml/KgBB yang
diberikan selama 10 hari yang diikuti PTU & pakan tinggi lemak. Kemudian
pengukuran kadar kolesterol total dilakukan pada hari ke-0 dan ke-11 dengan
menggunakan fotometer semi-automatic chemistry analyzer metode CHOD-PAP.
Dari hasil penelitian bahwa sediaan jus herbal suhu dingin (11%) dan jus herbal
suhu kamar (-40%) masih mempunyai efektivitas antihiperkolesterol
dibandingkan dengan Na-CMC 0.05%, dengan hasil uji hedonik 85% dari 10
responden lebih menyukai sediaan jus herbal yang disimpan pada suhu dingin.

Kata kunci : Antihiperkolesterol, jus herbal kombinasi, waktu simpan.

viii
ABSTRACT

In the previous research, it was known that mixed herbal juice (garlic, red
ginger, lime, apple vinegar, and honey) had a reducing effect antihypercholesterol
and ratio LDL/HDL on research previous. The objective of the research was to
know the effectiveness of giving mixed herbal juice with after shelf life of 50 days
on the reducing total cholesterol. Group animal consists of, namely negative
control (Na CMC 0.5%), herbal juice at cold temperatures (5-130C), herbal juice
at room temperatures (25-300C), and herbal juice without storage each with
dosage 5.4 ml/KgBB wich are give 10 days a following PTU and high eat feat .
Then, the total cholesterol levels were measured on day-0 and day-11 by using a
photometer semi-automatic chemistry analyzer with CHOP-PAP method. From
the research result, it showed that herbal juice (11%) and herbal juice at room
temperatures a still gave effectiveness of antihypercholesterol. With percent
decrease the biggest of herbal juice it showed. While the hedonic test results
showed 85% of 10 respondents preferred herbal juice provision stored at cold
temperatures.

Keyword: Antihypercholestrol, mixed herbal juice, save time.

9 STIFI Bhakti Pertiwi


10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan masyarakat Indonesia belakangan ini mengalami peralihan dari

mengkonsumsi makanan tradisional ke makanan siap saji yang akhir-akhir ini

sangat digemari. Komposisi makanan tersebut terlalu tinggi kandungan protein,

lemak, dan sedikit serat. Pergeseran pola makan ini banyak dibicarakan oleh para

ahli kesehatan dan dihubungkan dengan timbulnya berbagai penyakit, salah satu

penyakit yang dimaksud adalah kelebihan kolesterol (hiperkolesterolemia) karena

mengonsumsi lemak yang terlalu tinggi (Zuhrawati, 2014).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa kadar kolesterol

yang tinggi dalam darah menyumbang 56% dari kasus penyakit jantung koroner

di seluruh dunia dan menyebabkan sekitar 4,4 juta kematian setiap tahunnya.

Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh aterosklerosis, yaitu

penyempitan pembuluh darah koroner yang mengakibatkan insufisiensi aliran

darah ke miokardium (Dewi, 2019). Menurut hasil survei Riset Kesehatan Dasar

menyatakan prevalensi jantung koroner berdasarkan hasil survei yang sudah

terdiagnosis dokter Indonesia sebesar 34,1% dari penduduk Indonesia yang

mengalami penyakit jantung (Kemenkes, 2018).

Penatalaksanaan hiperlipidemia yang dapat dilakukan adalah dengan cara diet

rendah kolesterol, jika diet ini gagal dilakukan maka dilakukan terapi obat anti

hiperlipidemia (Dipiro dkk, 2011). Obat yang paling efektif dalam mengurangi

kolesterol total dan paling baik toleransinya untuk mengobati hiperlipidemia

STIFI Bhakti Pertiwi


11

adalah golongan inhibitor kompetitif HMG-KoA reduktase (statin) yang terdiri

dari lovastatin, atorvastatin, fluvastatin, pravastatin, simvastatin, rosuvastatin, dan

pitavastatin (Katzung dkk,2013). Namun obat-obat tersebut dapat menimbulkan

efek merugikan yaitu menyebabkan miopati bercirikan miaglia hebat serta rasa

lelah selama penggunaan obat (Goodman dan Gilman, 2012).

Tingginya harga obat sintesis dan adanya efek samping yang merugikan

kesehatan memicu masyarakat untuk menggunakan obat tradisional. Pengobatan

secara alami atau back to nature menjadi fenomena yang sering dibicarakan

dalam beberapa tahun terakhir ini. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun-temurun telah

diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Allo dkk, 2013).

Berdasarkan penelitian sebelumnya, sediaan jus herbal kombinasi (cuka apel,

jeruk nipis, nanas, madu, dan rosela) terbukti mempunyai khasiat menurunkan

kadar kolestrol dalam tubuh dengan hasil rerata nilai rasio LDL/HDL jus herbal

kombinasi 5,4 ml/kgbb dan rasa jus herbal kombinasi ini dapat diterima oleh

masyarakat dan efektif terhadap nilai rasio LDL/HDL yang rendah (Andriliya,

2018).

Jus herbal kombinasi pada penelitian ini tidak menggunakan bahan pengawet

tetapi adanya kandungan rosela yang mengandung anthosianin yang berfungsi

sebagai antioksidan (Fitri, 2015). Jeruk nipis yang mempunyai kandungan

synephrine, n-methyltyramine, asam sitrat, kalsium, fosfor, besi, serta vitamin A,

B1, dan C (Lauma dkk, 2013). Nanas yang mengandung Bromelin mempunyai

aktivitas anti-inflamasi, aktivitas fibrinolitik, dan dapat mencegah agregasi

STIFI Bhakti Pertiwi


12

platelet (Bhattacharyya, 2008). Cuka apel (apple cider vinegar) adalah cairan

fermentasi buah apel yang difermentasi oleh khamir dan bakteri asam asetat. Zat

yang terkandung dalam cuka apel yaitu flavonoid memiliki aktivitas antibakteri

(Adnyani 2019). Madu yang mempunyai kandungan Vitamin A, C, E, asam

organik, dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan serta penangkap

radikal bebas yang digunakan sebagai bahan pengawet alami untuk penyimpanan

jus herbal kombinasi ini (Fajrilah dkk, 2013).

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Andriliya, 2018) masyarakat penderita

penyakit kolesterol, jus herbal sangat aman untuk dikonsumsi dan dapat

dikembangkan, sehingga memudahkan masyarakat dalam menemukan jus herbal

dipasaran, apabila jus herbal kombinasi sudah di olah dan di jadikan produk yang

bisa dipasarkan, tetapi belum dikonsumsi oleh masyarakat, maka produk ini dapat

memiliki kendala dari sisi penyimpanan. Permasalahan yang dapat merugikan

pada jus herbal berupa faktor intrinsik yaitu sifat fisika, kekentalan, pH,

organoleptik, faktor entrinstik yaitu kondisi lingkungan seperti suhu, susunan gas,

serta kelembapan, faktor implisif yaitu sifat yang dimiliki mikroba dan faktor

pengolahan (Zainal, 2011).

Sediaan cair dapat mengalami perubahan karakteristik dan penurunan

efektifitas karena memiliki zat kimia seperti pada penelitian (Rizal dkk, 2016)

konsentrasi CMC 0,2% mampu menghasilkan minuman probiotik sari buah nanas

yang memiliki karakteristik organoleptik yang terbaik dengan lama penyimpanan

pada suhu dingin selama 1 bulan. Menurut (Wulandari, 2017) waktu penyimpanan

madu akan dapat mempengaruhi efektifitas. Pada penyimpanan suhu kamar 36 –

STIFI Bhakti Pertiwi


13

38 °C dengan lama penyimpanan 2 – 4 minggu madu mengalami sedikit

penurunan efektifitasnya, sedangkan pada suhu dingin + 50C madu tidak

mengalami penurunan efektifitas.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian untuk

mengetahui efektifitas antihiperkolesterolemia dari jus herbal kombinasi setelah

masa simpan 1 bulan dengan 2 perlakuan yaitu pada suhu ruang dan suhu lemari

pendingin. Penelitian ini bertujuan untuk masyarakat dapat mengetahui efektifitas

antihiperkolesterolemia jus herbal kombinasi yang di simpan dalam suhu ruang

(25-30ºC) dan suhu lemari pendingin (5-13ºC) selama 1 bulan.

1.2 Rumusan Masalah

1 Apakah jus herbal kombinasi (rosela, jeruk nipis, nanas, cuka apel, dan madu)

masih memiliki efektivitas antihiperkolestrol selama masa simpan 50 hari

pada suhu ruang dan suhu lemari pendingin?

2 Apakah terdapat perbedaan efektivitas antihiperkolestrol jus herbal

kombinasi (rosela, jeruk nipis, nanas, cuka apel, dan madu) selama masa

simpan 50 hari pada suhu ruang dan suhu lemari pendingin?

3 Pada penyimpanan manakah antara suhu ruang atau suhu dingin yang

menghasilkan efektifitas antihiperkolestrol jus herbal kombinasi (rosela, jeruk

nipis, nanas, cuka apel, dan madu) terbesar?

STIFI Bhakti Pertiwi


14

1.3 Tujuan Penelitian

1 Mengetahui apakah jus herbal kombinasi (rosela, jeruk nipis, nanas, cuka

apel, dan madu) masih memiliki efektivitas antihiperkolestrol selama masa

simpan 50 hari pada suhu ruang dan suhu lemari pendingin.

2 Mengetahui apakah terdapat perbedaan efektivitas antihiperkolestrol jus

herbal kombinasi (rosela, jeruk nipis, nanas, cuka apel, dan madu) selama

masa simpan 50 hari pada suhu ruang dan suhu lemari pendingin.

3 Mengetahui pada penyimpanan manakah antara suhu ruang atau suhu dingin

yang menghasilkan efektifitas antihiperkolestrol jus herbal kombinasi (rosela,

jeruk nipis, nanas, cuka apel, dan madu) terbesar.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat apakah jus herbal (rosela, jeruk

nipis, nanas, cuka apel, dan madu) apakah masih memiliki efektivitas sebagai

antihiperkolestrol setelah masa simpan selama 50 hari.

2. Dapat dijadikan sebagai informasi bahan penelitian dan kajian untuk

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masa penyimpanan jus herbal

kombinasi

STIFI Bhakti Pertiwi


15

1.5 Hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan efektifitas antihiperkolesterol antara pemberian jus

herbal kombinasi rosela, jeruk nipis, nanas, cuka apel, dan madu, pada

masa simpan 50 hari di suhu kamar dan suhu dingin.

H1 : Ada perbedaan efektifitas antihiperkolesterol antara pemberian jus herbal

kombinasi rosela, jeruk nipis, nanas, cuka apel, dan madu, pada masa

simpan 50 hari di suhu kamar dan suhu dingin.

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tanaman Herbal

2.1.1 Deskripsi Rosela (Hibiscus sabdariffa L)

Tumbuhan rosela berupa semak, tumbuh tegak tinggi dapat mencapai

3 m. Tanaman rosella mempunyai daun tunggal berbentuk bulat telur,

bertulang menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan pangkal berlekuk,

panjang daun 6-15 cm dan lebar 5- 8 cm. Tangkai daun bulat berwarna

hijau dengan panjang 4-7 cm (Mulyana, dkk, 2015).

Ekstrak rosella memiliki rasa yang asam. Rasa asam tersebut

disebabkan karena adanya dua komponen senyawa asam yang dominan

yaitu asam askorbat (vitamin C), asam sitrat dan asam malat (Mulyana,

dkk, 2015). Rosela memiliki beberapa kandungan zat seperti gossypetin,

glukoida, hibiscin, flavonoid, theflavin, katekin dan antosianin (Widyanto

dan Nelistya, 2008). Setiap 100 g bunga rosella mengandung 96 mg

antosianin (Hermawan, dkk. 2010). Secara ilmiah sudah dibuktikan bahwa

rosela dapat menurunkan kadar kolesterol total (Chairunnisa, 2015).

Tananam rosela sudah di uji klinik bahwa tanaman rosela dapat

menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, serta dapat

meningkatkan kadar kolesterol HDL (Permenkes, 2016).

16 STIFI Bhakti Pertiwi


17

2.1.2 Deskripsi Nanas (Ananas comosus)

Tanaman nanas merupakan tanaman buah semak dengan tinggi tanaman

nanas sekitas 50-150 cm. Daun berbentuk pedang, tebal ujung daun nanas lancip,

tepi daun memiliki duri, dan warna hijau. Bentuk buah yaitu bulat panjang, warna

danging nanas muda berwarna hijau dan warna daging nanas tua atau masak

berwarna kuning. Apabila buah telah tumbuh maksimal (tua) dan sejalan dengan

proses pematangan, maka warna berubah (Mandiri, 2010). Nanas mengandung

karbohidrat, tanin, saponin, flavonoid, alkaloid, quinines, glycosida, terpenoid,

fenol, phytosteroid, steroid, anthoquinon (Praveena dan estherlydia, 2014). Nanas

juga merupakan sumber oksidan alami yang membantu meningkatkan kekebalan

tubuh terhadap infeksi penyakit dan meningkatkan konsentrasi leukosit

(Zuhrawati, 2014).

2.1.3 Deskripsi Jeruk Nipis

Pohon kecil, bercabang lebar tidak beraturan, ranting-rantingnya

berduri pendek-pendek. Daun berselang-seling, berbentuk jorong samping,

buah yang bulat sampai bulat telur, segmen buah berdaging hijau

kekuning-kuningan, rasa asam, mengandung banyak sari buah yang harum

baunya (Arbain dkk, 2014). Dilakukan hasil analisis fitokimia, jeruk nipis

mengandung pectin, saponin, tannin, alkaloid, steroid, dan flavonoid

(Hesperidine, quercetin, tangeritin). Jeruk nipis juga mengandung asam

sitrat, kalsium, fosfor, besi, dan vitamin A,B, serta C (Arbain dkk, 2014).

STIFI Bhakti Pertiwi


18

Berdasarkan penelitian (Yulianti dkk, 2013) penambahan sari jeruk

nipis dosis 4,5 ml/kgbb dapat menurunkan kadar kolesterol darah

sedangkan pada penelitian (Elon dan Polancos, 2015) menunjukkan hasil

bahwa buah jeruk nipis mengandung flavonoid yang berkhasiat sebagai

antioksidan. Sehingga berperan penting dalam proses aterogenesis, yaitu

dengan menghambat oksidasi low density lipoprotein (LDL). Selain itu,

ekstrak daun jeruk nipis dapat berkhasiat lain sebagai antidiabetik dan

dapat menghambat pertumbuhan larva aedes spp (Prijadi dkk, 2014).

2.1.4 Deskripsi Cuka Apel

Cuka apel merupakan hasil fermentasi asam asetat dan alkohol dari

buah apel. Asam asetat adalah komposisi kimia yang paling mendominasi

didalam cuka apel (Johnston dkk, 2006). Komposisi zat yang terkandung

dalam cuka apel yang berperan menyembuhkan adalah pektin, kalium dan

magnesium yang terdapat pada buah apel. Tingginya kandungan flavonoid

seperti quercetin memberikan efek perlindungan efektif terhadap penyakit

jantung, asma dan kolesterol dengan cara menekan enzim HMG-KoA.

Cuka apel yang kaya serat membantu menyerap air, lemak, racun, dan

kolesterol dari saluran pencernaan dan membuangnya keluar dari tubuh.

Cuka apel yang kaya serat membantu menurunkan kolesterol dengan cara

mengikat kolesterol tersebut bersama serat, dan kemudia dibuang oleh

tubuh (Budiana, 2013). Berdasarkan penelitian (Arsana dkk, 2010)

pemberian kombinasi antara madu dan cuka apel dosis 0,5 ml/kgbb

menunjukan aktivitas penurunan kolesterol.

STIFI Bhakti Pertiwi


19

2.1.5 Deskripsi Madu

Madu merupakan substansi alam yang diproduksi oleh lebah madu

yang berasal dari nektar bunga atau sekret tanaman yang dikumpulkan

oleh lebah madu, diubah dan disimpan di dalam sarang lebah untuk

dimatangkan. Madu dikenal sebagai cairan yang menyehatkan dan

berkhasiat, masyarakat Indonesia menggunakan madu sebagai campuran

pada jamu tradisional untuk meningkatkan khasiat penyembuhan penyakit

seperti infeksi pada saluran cerna dan pernapasan serta meningkatkan

kebugaran tubuh (Elsi dkk, 2014). Madu memiliki kandungan vitamin A,

C, E, asam organik, fenol, dan flavonoid yang berfungsi sebagai

antioksidan serta penangkap radikal bebas (Fajrilah dkk, 2013). Penelitian

lain menyatakan selain senyawa-senyawa tersebut, beta karoten

merupakan salah satu senyawa yang berperan sebagai antioksidan yang

terkandung di dalam madu dan mampu meredam radikal bebas (Parwata

dkk, 2010).

2.2 Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan

simplisia awal (Depkes RI dan Ditjen POM, 2000).

Rendemen = Total ekstrak yang di dapat X 100


Jumlah Sampel

STIFI Bhakti Pertiwi


20

2.3 Ruang Lingkup Jus Herbal

Obat herbal adalah yang berasal dari tumbuhan yang di proses atau di

ekstrak sedemikian rupa senhingga menjadi serbuk, pil atau cairan yang

dalam prosesnya tidak mengandung zat kimia. Obat herbal digolongkan

menjadi jamu, obat herbal terstandar, fitofarmaka (Andareto, 2015). Obat

herbal dengan efek samping minim karna dibuat dari bahan bahan alam,

tidak seperti obat-obat sintesis yang dapat memberikan efek samping,

baik secara langsung setelah penggunaan ataupun setelah jangka waktu

yang lama. Berdasarkan penelitian (Upia, 2017) dan (Herpi, 2017) sediaan

jus herbal yang mengandung rosela, nanas, bawang putih, jahe merah,

jeruk nipis, cuka apel dan madu merupakan obat tradisional karena

mengunakan bahan-bahan alam tidak mengggunakan bahan kimia murni.

Meskipun jus herbal ini mengandung cuka apel yang diproduksi oleh

industri dan merupakan hasil fermentasi (Trubus, 2013).

2.4 Penelitian pada Jus Herbal Kombinasi

Berdasarkan penelitian oleh (Andriliya, 2018), yang diteliti untuk

memperbaiki rasa dari formula jus herbal kombinasi (Rosela, Nanas, Jeruk

STIFI Bhakti Pertiwi


21

Nipis, Cuka Apel, dan Madu), memiliki efek antihiperlipidemia dan

pengaruh nilai rasio LDL/HDL yang rendah. Penelitian ini menggunakan

24 hewan percobaan yang dibagi 4 kelompok, kelompok kontrol negatif,

positif, jus herbal kombinasi dosis 2,7 dan 5,4 ml/kgbb. Sediaan uji di

berikan selama 10 hari, setelah itu dilakukan pengambilan darah dari

pleksus orbital. Pengukuran kadar kolesterol total, trigliserida, HDL,

menggunakan spektofotometer UV-VIS metode CHOD-PAP, presipitasi,

dan GPO-PAP serta penentuan nilai LDL, nilai rasio LDL/HDL pada hari

ke 11. Dengan hasil bahwa jus herbal kombinasi pada dosis 5,4 ml/Kgbb

lebih efektif memperbaiki profil lipid darah dan menyebabkan nilai rasio

LDL/HDL yang rendah.

Bahan jus herbal kombinasi yang digunakan dalam kondisi segar

mempunyai kandungan air yang lebih banyak sehingga mempermudah

proses perajangan, penyaringan menggunakan juicer dan kandungan

kimianya yang lebih banyak dibandingkan dengan sampel yang sudah

kering. Kemudian jus herbal kombinasi dilakukan pemanasan dengan

suhu sekitar 40-60℃ selama 3-5 menit untuk mensterilkan sediaan agar

terhindar dari kontaminasi bakteri patogen selama proses penyaringan.

Penambahan cuka apel tanpa di didihkan terlebih dahulu dalam proses

pemanasan dapat menimbulkan bau yang menyengat sedangkan madu

mengandung enzim-enzim yang dapat dirusak oleh pemanasan karena

peningkatan temperatur mengakibatkan enzim mengalami denatruasi

menyebabkan turunya reaksi enzimatis (Ifora dkk, 2016)

STIFI Bhakti Pertiwi


22

2.5 Kolesterol

2.5.1 Definisi Kolesterol

Menurut keputusan Menteri Kesehatan tentang pedoman pemeriksaan

kimia klinik nomor 1792/MENKES/SK/XII/2010,Kolesterol adalah

metabolit yang mengandung lemak sterol yang ditemukan pada membran

sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. Kolesterol berperan sebagai

bahan pembentuk sejumlah steroid penting, estrogen, androgen dan

progesteron. Kolesterol juga berfungsi membantu seluruh proses enzimatis

dalam tubuh (Almatsier, 2010).

Tabel 2.1 Klasifikasi Kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserida (PPK 2014)
Kolesterol Total Keterangan
<200 mg/dl Diinginkan
200-239 mg/dl Cukup tinggi
≥240 mg/dl Tinggi

2.6 Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia yaitu suatu kondisi kadar kolesterol dalam darah

sama dengan atau sudah melebihi batas normal 200 mg/dl (Guyton dan

Hall, 2012). Hiperkolesterolemia merupakan tingginya fraksi lemak darah,

yaitu berupa peningkatan kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL

(Low Density Lipoprotein), serta penurunan kadar kolesterol HDL (High

Density Lipoprotein).

2.6.1 Patofisiologi Hiperkolesterol

STIFI Bhakti Pertiwi


23

Mekanisme terjadinya hiperkolesterolemia dimulai dari konsumsi

makanan yang mengandung lemak akan mengalami proses pencernaan di

dalam usus menjadi asam lemak bebas, trigliserida, fosfolipid dan

kolesterol. Kemudian diserap dalam bentuk kilomikron. Zat sisa dari

pemecahan kilomikron diedarkan menuju hati lalu dipilah-pilah menjadi

kolesterol. Sebagian kolesterol ini dibuang melalui empedu sebagai asam

empedu dan sebagian lagi bersama-sama dengan trigliserida bergabung

dengan protein tertentu (apoprotein) untuk membentuk Very Low Density

Lipoprotein (VLDL), yang selanjutnya dipecah oleh enzim lipoprotein

menjadi Intermediet Density Lipoprotein (IDL) yang tidak bisa bertahan 2-

6 jam karena langsung akan diubah menjadi (LDL) (Guyton dan Hall,

2012).

Pembentukan LDL oleh reseptor ini berperan penting dalam

pengontrolan kadar kolesterol darah. Di samping itu dalam pembuluh

darah terdapat sel-sel perusak yang dapat merusak LDL. Melalui jalur sel-

sel perusak ini molekul LDL akan dioksidasi, sehingga tidak dapat masuk

kembali ke dalam aliran darah. Kolesterol yang banyak terdapat dalam

LDL akan menumpuk dalam sel-sel perusak. Apabila hal ini terjadi selama

bertahuntahun menyebabkan penumpukan kolesterol pada dinding

pembuluh darah dan membentuk plak. Kemudian plak akan bercampur

dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium. Hal ini yang

kemudian dapat berkembang menjadi aterosklerosis (Guyton dan Hall,

2012).

STIFI Bhakti Pertiwi


24

2.7 Propiltiourasil

Propiltiourasil merupakan suatu obat anti tiroid untuk pengobatan

hipertiroidisme. Peningkatan kadar kolesterol dapat dilakukan secara

endogen dengan diinduksi propiltiourasil (PTU), mekanisme kerja PTU

yaitu menghambat enzim thyroperoxidase dan enzim 5’ deiodinase

sehingga terjadi penurunan sintesis hormone tiroid yang mengakibatkan

penurunan ekspresi reseptor LDL dan peningkatan sterol regulatory

element-binding protein (SREBP), hal ini mengakibatkan terjadi

peningkatan kadar kolesterol dalam darah (Sahoo dan Parijtham, 2016).

2.8 Pakan Tinggi Lemak

Pakan tinggi lemak merupakan penginduksi yang digunakan untuk

membuat tikus menjadi hiperlipidemia secara oksigen, dengan pemberian

pakan tinggi lemak dapat meningkatkan meningkatkan kadar kolesterol

total, kolesterol LDL, HDL, dan triasigliserida, Pemberian pakan tinggi

lemak akan menyebabkan peningkatkan konsentrasi kilomikron dalam

plasma sebesar 1-2 persen dari total plasma dalam waktu satu jam setelah

makan. Kilomikron memiliki fungsi yang sangat penting untuk

mengangkut lipid yang terbentuk dari proses pencernaan dan

penyerapan menuju ke hati (Harsa, 2014).

STIFI Bhakti Pertiwi


25

2.9 Percobaan pada Hewan Uji

Penelitian yang dilakukan menggunakan hewan percobaan yaitu tikus

putih jantan galur Wistar, karena sifat dari farmakologis manusia hampir

sama dengan tikus tersebut. Tikus yang digunakan tikus jantan karena

tidak terkait dengan hormonal sehingga tidak mengalami daur esterogen.

periode kehamilan, dan menyusui yang dapat mengganggu aktivitas

penelitian. Tikus yang digunakan berusia 2-3 bulan karena pada usia

tersebut pertumbuhan tikus masih dalam tahap optimal yaitu dengan

kemampuan metabolisme dan fungsi organ masih normal sehingga

diharapkan mempermudah dalam proses penggemukan dan peningkatan

serta pengamatan kadar kolesterol (Nisa dan Rosita, 2010).

2.10 Metode Pemeriksaan Kolesterol

2.10.1 Metode CHOD-PAP

Metode Cholesterol oxidase diaminase peroksidase aminoantipyrin

(CHOD-PAP) ini digunakan untuk mengukur kadar kolesterol total dan

koleterol HDL. Metode ini menggunakan prinsip oksidasi dan hidrolisis

enzimatis. Dimana prinsipnya adalah kolesterol ester pada lipoprotein

dipecah oleh enzim kolesterol esterase menjadi kolesterol dan asam lemak.

Kolesterol kemudian mengalami oksidasi dengan enzim kolesterol

STIFI Bhakti Pertiwi


26

oksidase sebagai katalis menghasilkan senyawa peroksida (H2O2) yang

direaksikan bersama fenol dan 4-aminoantripirine menghasilkan senyawa

quinoneimine yang berwarna merah dan kemudian dapat dilakukan

pengukuran dengan spektrofotometer UV-VIS (Olukanni, 2013).

2.10.2 Metode GPO-PAP

Metode glycerol-3-phosphate oxidase – phenol aminophenazone

(GPO-PAP) adalah metode yang digunakan untuk mengukur trigliserida.

Prinsipnya adalah trigliserida akan dihidrolisis oleh enzim lipase

menghasilkan gliserol dan asam lemak. Gliserol kemudian diubah menjadi

gliserol-3-fosfat oleh enzim gliserolkinase. Gliserol-3-fosfat yang

dihasilkan dioksidasi menghasilkan dihidroksi aseton fosfat dan peroksida

(H2O2). Peroksida yang dihasilkan akan bereaksi lebih lanjut dengan 4-

aminofenazon dan 4-klorofenol menghasilkan senyawa quinoneimine yang

berwarna merah dan dapat diukur dengan spektrofotometer UV-VIS

(Olukanni, 2013).

2.11 Fotometer Semi-automatic Chemistry Analyzer

Fotometer yaitu instrumen laboratorium klinik yang digunakan

untuk pemeriksaan sampel cairan tubuh manusia dengan menangkap

cahaya atau interaksi cahaya yang ditransmisikan atau pengukuran

berdasarkan cahaya dengan sumber radiasi elektromagnetik, fotometer alat

instrument yang biasanya menggunkan sampel klinis serum atau plasma.

STIFI Bhakti Pertiwi


27

Komponen-komponen fotometer meliputi sumber cahaya atau sumber

radiasi yaitu lampu halogen, filter, tempat sampel atau kuvet, dan detektor.

Prinsip fotometer yaitu pengukuran penyarapan sinar akibat interaksi

sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau zat

warna dilewatinya. Sampel yang telah diinkubasi kemudian disedotkan

pada aspirator sehingga masuk kedalam kuvet sehingga dibaca oleh sinar

cahaya kemudian sampel akan disedot kembali dengan pompa peristaltic

menuju kepembuangan (Mengko, 2013)

2.12 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan Jus Herbal (BPOM
RI, 2010)

Dalam membuat sediaan herbal terdapat beberapa faktor yang harus

diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap khasiat dan keamanan

penggunaan sediaan herbal tersebut untuk pengobatan. Adapun faktor-

faktor yang dimaksud adalah:

1. Identifikasi

Sebelum menggunakan sediaan herbal sebagai obat harus dipastikan bahwa

tidak menggunakan bahan tanaman yang salah. Menggunakan sediaan herbal

yang salah dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan atau keracunan.

2. Peralatan

Peralatan panci/wadah yang digunakan sebaiknya dari bahan gelas/kaca,

email atau stainless steel. Gunakan pisau atau spatula/ pengaduk yang terbuat

dari bahan kayu atau baja, saringan dari bahan plastik atau nilon. Jangan

STIFI Bhakti Pertiwi


28

menggunakan peralatan dari bahan aluminium karena dapat bereaksi dengan

kandungan kimia tertentu dari tanaman yang mungkin menjadi toksis.

3. Penimbangan dan pengukuran

Pada umumnya timbangan dapur dapat digunakan walaupun dengan gelas

ukur lebih akurat. Ukuran gram atau liter lebih mudah dan lebih umum

digunakan daripada ukuran besaran lainnya. Apabila mendapat kesukaran

dalam menimbang jumlah yang sedikit/kecil seperti 10g, maka dapat

dilakukan dengan penimbangan 20g, kemudian hasil penimbangan dibagi

dua.

4. Derajat kehalusan bahan tumbuhan obat

Dalam penyarian bahan berkhasiat yang terdapat dalam bahan tumbuhan

obat, derajat kehalusan merupakan hal yang terpenting. Derajat kehalusan

bukan merupakan faktor tunggal yang mempengaruhi proses pelepasan bahan

berkhasiat, tetapi jumlah dan sifat alami dari bahan pendamping/metabolit

primer lain yang terdapat dalam bahan obat juga memegang peranan penting.

5. Penyimpanan

Perlakuan seperti penyimpanan dan pengemasan perlu dilakukan untuk

mempertahankan mutu. Pegemasan dilakukan sebelum pemasaran dan

bertujuan untuk mencegah kerusakan produk. Penyimpanan menurut (Mareta,

2011) adalah suatu tindakan pengawetan bahan pangan dan pakan yang

dimaksudkan untuk memperpanjang daya simpan agar dapat dikonsumsi pada

waktu yang akan datang dengan mutu yang tetap baik.

STIFI Bhakti Pertiwi


29

Sediaan yang berbeda dapat bertahan untuk jangka waktu yang

berbeda sebelum mulai berkurang/kehilangan kandungan bahan

berkhasiatnya. Simpanlah infus atau dekok didalam lemari pendingin atau

pada tempat yang teduh. Infus harus dibuat segar setiap hari (24 jam) dan

dekok harus digunakan dalam waktu 48 jam.

2.13 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Jus Herbal (Zainal, 2011)

1. Faktor intrinstik, merupakan sifat fisik, kimia dan struktur yang dimiliki oleh

bahan pangan tersebut, seperti kandungan nutrisi, pH, senyawa mikroba.

2. Faktor entristik, yaitu kondisi lingkungan pada pada penganan dan

penyimpanan bahan pangan seperti suhu, kelembaban, susunan gas

diatmosfer.

3. Faktor implisit, merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba itu sendiri.

4. Faktor pengolahan, karena perubahan mikroba awal sebagai akibat

pengolahan bahan pangan, misalnya bahan pangan, misalnya pemanasan,

pendinginan, radiasi, dan penambahan bahan pengawet.

2.14 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri

1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan bakteri.

Terdapat beberapa jenis bakteri yang dapat hidup pada kisaran suhu yang

luas, dan ada juga bakteri jenis lainnya yang hanya dapat hidup pada rentang

STIFI Bhakti Pertiwi


30

suhu yang terbatas. Pada umumnya kisaran suhu pertumbuhan mikroba

terletak antara 0⁰C - 90⁰C (Huslina, 2019)

2. Zat Makanan

Sebagian besar yang hidup bebas dapat tumbuh baik pada ekstrak ragi,

bakteri parasit membutuhkan zat-zat khusus yang hanya terdapat dalam darah

atau dalam ekstrak jaringan hewan. Banyak organisme, satu senyawa seperti

asam amino dapat berlaku sebagai sumber energy, sumber karbon dan sumber

nitrogen, organisme lain yang memerlukan senyawa yang berbeda untuk tiap

sumber. Bila pada pembenihan nonsintetik bahan-bahan alamiah yang

digunakan zat makanan tertentu, zat makanan tersebut harus disediakan

tersendiri (Jawetz, 2007).

3. Oksigen

Kebutuhan oksigen pada bakteri tertentu mencerminkan mekanisme yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Bakterinya anaerobik atau

disebut anaerob adalah kelompok bakteri yang tidak dapat tumbuh dengan

adanya oksigen, bakteri anaerobik yang bersifat aerotoleran dapt tumbuh

dengan baik pada permukaan yang mempunyai tekanan oksigen rendah

(Wibowo, 2012).

4. Kelembapan

Konsentrasi larutan yang aktif secara osmotik didalam selnya bakteri,

umumnya lebih tinggi dari konsentrasi diluar sel. Kecuali bakteri

mycoplasma dan bakteri yang mengalami kerusakan dinding sel, tidak toleran

terhadap perubahan osmotic dan akan mengembangkan sistem transport

STIFI Bhakti Pertiwi


31

kompleks dan alat pengatur sensor osmotik untuk memelihara keadaan

osmotik konstan dalam sel. Pertumbuhan sel pada medium dengan

osmolaritas rendah mensintesis pada kecepatan sintesis nampaknya diatur

secara genetik untuk merespon perubahan osmolaritas medium (Wibowo,

2012).

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan

Juli 2020 di Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Farmakologi

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus,

juicer, timbangan analitik, batang pengaduk, beaker gelas, erlemeyer,

corong kaca, vial, sonde oral, gelas ukur, spuit, tabung ependorf,

sentrifuge, vortex portable mixer, mikropipet, tabung reaksi, rak tabung,

mikro kuvet, dan fotometer semi-automatic chemistry

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain yaitu:

bawang putih, jahe merah, jeruk nipis, madu, cuka apel, aquadest,

propiltiourasil (PTU) 0,01%, Na CMC 0,5 %, pakan tinggi lemak (PTL),

pakan standar, reagen kolesterol total.

STIFI Bhakti Pertiwi


33

3.2.3 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur

wistar(Rattus norvegicus strain wistar) dengan berat badan 150-250 gram.

Penentuan tikus untuk tiap kelompok ditentukan berdasarkan rumus

Federer (1963) sebagai berikut:

(t-1) x (n-1) ≥ 15

(4-1) x (n-1) ≥ 15

3n-3 ≥ 15

3n ≥ 18

n ≥6

Keterangan:

n = Besar sampel tiap kelompok

t = Banyaknya kelompok

Jadi, jumlah tikus yang digunakan untuk tiap kelompok terdapat 6 ekor dan ada 4

kelompok perlakuan yang berbeda-beda. Besar sampel keseluruhan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 24 ekor.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan terhadap jus herbal

kombinasi rosela, nanas, jeruk nipis, cuka apel, dan madu yang telah

dilakukan peneliti sebelumnya, Andriliya (2018). Penelitian ini akan

melakukan uji efektifitas anti hiperkolesterol jus herbal kombinasi rosela,

nanas, jeruk nipis, cuka apel, dan madu yang sudah diolah menjadi 3

STIFI Bhakti Pertiwi


34

sediaan jus herbal yaitu jus herbal segar dan jus herbal yang dilakukan

penyimpanan selama 50 hari pada suhu ruangan dan suhu dingin.

Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih jantan yang dibagi

secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok hewan yang

diberi perlakuan Na CMC 0,05%, kelompok hewan yang diberi Jus herbal

yang sudah disimpan 50 hari pada suhu ruangan (25-30ºC), kelompok

hewan yang diberi Jus herbal yang sudah disimpan 50 hari pada suhu

dingin (5-13ºC) dan kelompok hewan yang diberi Jus herbal segar, dengan

masing-masing diberi jus herbal kombinasi pada dosis 5,4 ml/kgbb. Semua

hewan uji diinduksi dengan propiltiourasil 0,01%, diberikan pakan tinggi

lemak dan diberikan sediaan uji sesuai kelompoknya masing-masing

selama 10 hari.

Pengambilan sampel darah melalui vena ekor tikus pada seluruh

kelompok perlakuan. Hewan uji di aklimatisasi terlebih dahulu selama 7

hari, kemudian pengukuran kadar kolesterol awal pada H0 sebelum

perlakuan dan dilanjutkan dengan pengukuran kadar kolesterol total

setelah perlakuan pada H11 dengan menggunakan fotometer semi-

automatic chemistry.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pengambilan Sampel

STIFI Bhakti Pertiwi


35

1. Bunga rosella (Hibiscus radiatus Cav), nanas (Ananas comosus.Meer),

jeruk nipis (Citrus aurantifolia), dan madu yang digunakan sebagai sampel

diambil di Desa Pedamaran, Kabupaten OKI, Provinsi Sumatra Selatan.

2. Cuka apel (Malus domestica sp) yang juga digunakan sebagai sampel

diperoleh dari apotek K24 di daerah Kota Palembang, Provinsi Sumatera

Selatan.

3.4.2 Persiapan Hewan Percobaan

Hewan percobaan tikus galur wistar yang digunakan sebanyak 24 ekor

diaklitisasi selama 7 hari dalam kandang yang baik beradaptasi dengan

lingkungan baru. Kemudian cek kadar kolesterol awal tikus lalu timbang

dan tandai masing-masing berat tikus, selanjutnya dilakukan

pengelompokan hewan percobaan dengan rangkap acak lengkap.

3.4.3 Pembuatan Sediaan Jus Herbal

Tabel 3.1 Tabel Formulasi Jus Herbal Kombinasi


Formula Jus Herbal
No Bahan Jumlah tiap 450 ml
1 Sari rosela 60 ml
2 Sari nanas 90 ml
3 Sari jeruk nipis 30 ml
4 Cuka apel 30 ml
5 Madu kembang joyo 240 ml

Cara pembuatan jus herbal kombinasi :

Bersihkan bunga rosela, nanas dari kulitnya, jeruk nipis kemudian

cuci bersih dengan air matang. Lalu diekstraksi kelopak bunga rosella

mengunakan alat juicer lalu diambil ekstrak sebanyak 60 ml, buah nanas

STIFI Bhakti Pertiwi


36

diekstraksi menggunakan alat juicer lalu diambil ekstrak sebanyak 90 ml,

jeruk nipis diperas lalu saring ambil ekstrak sebanyak 30 ml aduk hingga

homogen. Panaskan kurang lebih 5 menit kemudian dinginkan lalu

tambahkan cuka apel 30 ml dan madu 240 ml.

3.4.4 Pengemasan Sediaan Jus Herbal

Proses pengemasan dilakukan setelah proses pembuatan, jus herbal

dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau

mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan. Tahap

pengemasan pada jus herbal sebagai berikut :

1. Jus herbal pada suhu kamar yang sudah dibuat di masukan kedalam wadah

botol kaca sebanyak 150 ml, tutup rapat botol pastikan tidak ada tempat

oksigen untuk masuk. Setelah tertutup rapat jus herbal disimpan pada suhu

kamar (25-30ºC) dengan masa penyimpanan 50 hari.

2. Jus herbal pada suhu dingin yang sudah dibuat dimasukan kedalam wadah

botol kaca sebanyak 150 ml, tutup rapat botol pastikan tidak ada tempat

oksigen untuk masuk. Setelah tertutup rapat jus herbal disimpan pada suhu

dingin (5-13ºC) dengan masa penyimpanan 50 hari.

Jus herbal dibuat pada saat pelaksanaan penelitian, jus herbal yang sudah

dibuat dimasukan kedalam wadah botol kaca sebanyak 150 ml, tutup rapat

botol pastikan tidak ada tempat oksigen untuk masuk. Jus herbal segar ini

tidak ada masa penyimpanan.

3.4.5 Pembuatan Pakan Tinggi Lemak

STIFI Bhakti Pertiwi


37

Pada penelitian ini menggunakan pakan standard pakan tinggi lemak

30 g/hari (Andriliya, 2018). Komposisi pakan tinggi lemak untuk 10 hari

di buat 600 gram untuk satu tikus dengan dosis : lemak sapi, minyak

jelantah, telur puyuh,dan pur dengan perbandingan 1:1:2:4.

Siapkan alat dan bahan dicuci semua alat, lemak sapi dipanaskan

dengan minyak jelantah hinggga lemak sapi larut, tambahkan telur puyu

dan pur 551. Di aduk semua bahan sampai homogen. Setelah homogen

dicetak mengunakan mesin cetak terbentuk butiran butiran kecil lalu

dikeringkan di oven.

3.4.6 Pembuatan Sediaan Uji

1. Suspensi Na- CMC 0,05% b/v

Serbuk Na-CMC ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian ditaburkan sedikit

demi sedikit kedalam 20 ml aquadest panas hingga mengembang, digerus

kemudian tambahkan air hingga air 100 ml.

2. Larutan propiltiourasil 0,01% b/v

Serbuk propiltiourasil ditimbang 200 mg kemudian dilarutkan dalam air 2

liter aquadest.

3. Suspensi jus herbal kombinasi dosis 5,4 ml/kgbb

Jus herbal kombinasi diambil 27 ml lalu dilarutkan dalam 50 ml Na-CMC

0,5% diaduk hingga homogen.

3.4.7 Prosedur Uji Efek Antihiperkolestrol

STIFI Bhakti Pertiwi


38

Hewan percobaan tikus galur wistar yang digunakan sebanyak 24 ekor

diaklitisasi selama 1 minggu dalam kandang yang baik beradaptasi dengan

lingkungan barunyan. Kemudian cek kadar kolesterol awal tikus lalu

timbang dan tandai masing-masing berat tikus, selanjutnya dilakukan

pengelompokan hewan percobaan dengan rangkap acak lengkap.

Tikus dibagi menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok

diberikan pakan tinggi lemak, propiltiourasil dan perlakuan sediaan uji

dosis tunggal satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut secara per oral

yaitu kelompok hewan yang diberi perlakuan Na CMC 0,05%, kelompok

hewan yang diberi Jus herbal yang sudah disimpan 50 hari pada suhu

kamar (25-30ºC), kelompok hewan yang diberi Jus herbal yang sudah

disimpan 50 hari pada suhu dingin (5-13ºC) dan kelompok hewan yang

diberi Jus herbal segar, dengan masing-masing diberi jus herbal kombinasi

pada dosis 5,4 ml/kgbb.

Selanjutnya pada hari ke-11, semua tikus diambil kembali sampel

darah melalui ekor tikus dengan menggunakan pipet heparin untuk

pemeriksaan kadar kolesterol total, yang diukur dengan menggunakan

fotometer semi-automatic chemistry. Selanjutnya dilakukan perhitungan

kadar kolesterol total pada semua kelompok perlakuan. Sampel darah data

hasil pengukuran kadar kolesterol dianalisa secara statistik.

3.4.8 Penentuan Kadar Kolesterol Total

Pemeriksaan kadar kolesterol total menggunakan metode cholesterol

oxidase- phenol aminophenazone (CHOD-PAP). Sebelum melakukan

STIFI Bhakti Pertiwi


39

pengukuran sampel kolesterol, maka lakukan pengukuran blanko

kolesterol standar dan penentuan absorbansi standar kolesterol total.

Proses pengukuran diawali dengan pengambilan sampel darah tikus

sebanyak 5 cc kedalam tabung reaksi, kemudian sampel darah

disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm untuk

mendapatkan serum darah, sebelum pengukuran kadar kolesterol

dilakukan dengan 1000 ul reagen dan kemudian diinkubasi pada tempratur

25ºC selama 20 menit pengukuran dilakukan dengan tujuan untuk

mengidentifikasi terjadinya perubahan kadar kolesterol, pengukuran kadar

kolesterol dengan menggunakan alat fotometer semi-auto chemistry

analyzer (Ricky dkk, 2012).

3.5 Analisis Data

Data hasil penelitian berupa kadar kolesterol total hari ke-0 dan ke-

11, persen penurunan kadar kolesterol total yang telah diukur pada hari

ke-11 disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang. Data yang

diperoleh diolah dengan program komputer SPSS versi 22. Data tersebut

diuji normalitasnya dengan uji Shapiro Wilk karena jumlah subyek kurang

dari 50. Homogenitas data varians diukur dengan Levene Test. Jika data

terdistribusi normal digunakan uji statistik parametrik One Way Anova

dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

STIFI Bhakti Pertiwi


40

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Setelah dilakukan penelitian mengenai efektifitas anti hiperkolesterol jus

herbal kombinasi (rosela, jeruk nipis, nanas, cuka apel, dan madu) setelah masa

simpan buan pada tikus jantan yang diinduksi PTU & pakan tinggi lemak

diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Hasil Rendemen Jus Herbal Kombinasi

Hasil rendemen rosela, dan jeruk nipis yang merupakan komponen dari jus

herbal kombinasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil rendemen jus herbal kombinasi


Sampel Berat Awal Ekstrak Jus Rendemen

Bunga Rosela 1000 g 400 g 40 %

Nanas 1000 g 156 g 15,602 %

Jeruk Nipis 1000 g 573,07 g 57,30 %

2. Hasil pengukuruan kadar kolesterol

STIFI Bhakti Pertiwi


42

Tabel 4.3 rerata kadar kolesterol total tikus putih jantan dari seluruh kelompok
perlakuan

Kadar Kolesterol Total


Rata-Rata % Penuruan
(mg/dL)
Kelompok
Hari Ke-0 Hari Ke-11
(Mean±SD) (Mean±SD)
Na CMC 0,5% 40,16 ± 9,02 96,33 ± 15,98 -150 %
Jus Herbal Suhu
72,5 ± 28,06 61 ± 17,60 10,83 %
Dingin (5-13ºC)
Jus Herbal Suhu
64,3 ± 16,10 88,16 ± 23,84 -39,83 %
Kamar (25-30ºC)
Jus Herbal Tanpa
69,5 ± 7,00 60,33 ± 5,53 12,66 %
Penyimpanan

Dari tabel 4.3 seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0 dan hari ke-11 akan

terlihat hasil seperti gambar 4.1.

3. Hasil diagram batang rata - rata kadar kolestero pada hari ke-0 dan hari ke-11
120

100 96.33
88.16
80 72.5 69.5
Kadar Kolesterol (mg/dl) 64.3
61 60.33
60
40.16
40

20

0
NA CMC 0,05% Jus Herbal Suhu Jus Herbal Suhu Jus Herbal Tanpa
Dingin 5,4 ml/Kgbb Kamar 5,4 ml/Kgbb Penyimpanan
5,4ml/Kgbb

H0 H11

Keterangan :

Hari ke-0 Hari ke-11

Gambar 4.1 Diagram batang rata-rata kadar kolesterol total tikus putih jantan dari
seluruh kelompok perlakuan pada hari ke-0 dan hari ke-11
4. Hasil diagram batang rata - rata penurunan kadar kolesterol (%)

STIFI Bhakti Pertiwi


43

40.00%
20.00% 10.83% 12.66%
Kadar Kolesterol Total mg/dl

0.00%
. ... ... ..
-20.00% l .. al al al.
tro r b r b rb
-40.00% Ko
n He He He
s -39.83% s s
-60.00% Ju Ju Ju
-80.00%
-100.00%
-120.00%
-140.00%
-160.00% -150.33%
Kelompok Perlakuan

Gambar 4.2. Diagram batang % penurunan kadar kolesterol total tikus


putih jantan pada semua kelompok perlakuan.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas penurunan kadar

kolesterol total. Pada penelitian ini menggunakan jus herbal kombinasi dengan

komposisi rosela, jeruk nipis, nanas, yang digunakan berupa sampel segar,

dikarenakan untuk mencegah terjadinya perubahan secara kimia dari tanaman

uji pada proses pengeringan pengambilan sari dilakukan dengan menggunakan

alat extractor juicer (Lampiran 9). Hasil penyaringan yang sudah didapat

kemudian dipanaskan pada suhu 40º-50ºC selama 5 menit. Kemudian

penambahan cuka apel dengan madu tanpa pemanasan karena cuka apel dalam

pemanasan menimbulkan bau menyengat dan mudah teroksidasi sedangkan

madu mengandung enzim-enzim yang dapat rusak oleh pemanasan karena

peningkatan temperatur yang menyebabkan enzim mengalami denaturasi yang

menyebabkan turunnya kecepatan reaksi enzimatis (ifora dkk, 2016).

STIFI Bhakti Pertiwi


44

Setelah jus tercampur homogen jus masuk pengemasan kedalam botol bening

yang ditutup rapat dengan tujuan jus tidak mudah terkontaminasi kemudian jus

tersebut disimpan pada suhu kamar (25º-30ºC) dan suhu dingin (5º-13ºC)

dengan waktu penyimpanan selama 50 hari.

Pemberian pakan tinggi lemak dengan komposisi pakan standar, lemak sapi,

minyak jelantah dan telur puyuh dapat meningkatkan kadar kolesterol total

dengan konsentrasi kilomikron dalam plasma sebesar 1-2 persen dari total

plasma dalam waktu satu jam saja setelah makan, kilomikron berfungsi sangat

penting untuk mengangkut lipid yang terbentuk dari proses pencernaan dan

penyerapan menuju kehati (Harsa, 2014).

Pemberian minum dengan PTU yang menyebabkan peningkatan kadar

kolesterol dengan menghambat enzim thyroperoxidase dan enzim 5’deiodinase

sehingga terjadi penurunan sintesis hormon tiroid yang mengakibatkan

penurunan ekspresi reseptor LDL dan peningkatan sterol regulatory element-

binding protein (SREBP) hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan kadar

kolesterol dalam darah (Sahoo DB dkk, 2016).

Pada penelitian ini menggunakan tikus jantan putih galur wistar yang sudah

berumur 3 bulan dengan rata-rata bobot hewan berkisar 150 gram, hewan

percobaan terlebih dahulu diaklimatisasi selama 1 minggu agar tikus dapat

menyesuaikan terhadap kondisi lingkungan, setelah itu semua kelompok tikus

dipuasakan ±12 jam dengan diberikan air minum, kemudian tikus dilakukan

pemerikasaan kadar kolesterol total awal (H0) dengan fotometer semi-auto

chemistry analyzer. Kemudian tikus dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan

STIFI Bhakti Pertiwi


45

dengan masing-masing kelompok perlakuan ada 6 ekor tikus, 4 kelompok

tersebut yaitu kelompok control negatif Na-CMC 0,05%, perlakuan jus herbal

suhu dingin, jus herbal suhu kamar dan jus herbal suhu segar, dengan masing-

masing dosis 5,4 ml/Kgbb kemudian sediaan uji diberikan selama 10 hari

bersamaan dengan penginduksi tikus hiperlipidemia berupa propiltiourasil dan

pakan tinggi lemak, hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas

jus herbal setelah masa simpan selama 50 hari.

Setelah dilakukan perlakuan pada kelompok hewan selama 10 hari

dilanjutkan lagi untuk mengukur kadar kolesterol pada H11 dengan

menggunakan alat fotometer semi-auto chemistry analyzer diperoleh nilai

rentan kadar kolesterol darah tikus sebesar 60,33mg/dL – 96,33mg/dL. Apabila

dibandingkan dengan kadar kolesterol manusia yang hiperkolesterol

≥240mg/dL (goodman & gilman, 2012) maka nilai kadar kolesterol tikus jauh

lebih kecil. Namun berdasarkan (Smith dkk, 1998) kadar kolesterol darah

normal tikus 10-54 mg/dL sehingga dapat dikatakan bahwa kadar kolesterol

seluruh kelompok perlakuan telah melebihi batas normal pada tikus.

Hasil penentuan efektifitas kadar kolesterol dibuat dalam bentuk %

penurunan, maka kelompok kontrol negatif Na-CMC 0,05% diperoleh persen

penurunan sebesar -150.33%, menyatakan bahwa tidak terjadi penurunan tetapi

terjadinya peningkatan kadar kolesterol, serta persen penurunan lebih kecil

dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang memperoleh hasil kontrol

negatif sebesar -189,455% (Ayu, 2018). sedangkan pada pemberiaan sediaan

uji jus herbal segar 5,4 ml/Kgbb dengan nilai penurunan 12,66% mempunyai

STIFI Bhakti Pertiwi


46

efektifitas sebagai antihiperkolesterol, serta persen penurunan tetap sama lebih

kecil dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang memperoleh hasil jus

segar sebesar 21.30% (Ayu, 2018) hal ini mungkin disebabkan oleh faktor usia

tikus yang berbeda. Pada pemberian sediaan uji jus herbal suhu dingin 5,4

ml/KgBB yang disimpan selama 50 hari dengan nilai penurunan 10,83%

masih mempunyai efektifitas sebagai antihiperkolesterol, berbeda pada

pemberian sediaan jus herbal suhu kamar 5,4 ml/KgBB dengan nilai penurunan

-39,83% yang tidak terlalu signifikan dalam proses penurunan kolesterol.

Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk mengetahui perbedaan secara

bermakna yang menunjukan bahwa data sampel normalitas Shapiro wilk

(Lampiran 13) terdistribusi normal (p>0,05%), dan pada hasil uji homogenitas

levene (Lampiran 13) menunjukan bersifat tidak homogen (p<0,05%), dalam

hal ini menunjukan bahwa data semua kelompok tidak terdistribusi secara

normal dan tidak mempunyai nilai yang sama, tetapi masih memiliki

efektivitas pada jus herbal kamar, jus herbal pada suhu dingin, dan jus herbal

segar dibandingkan dengan pemberian Na-CMC 0.05%.

Pada tahap hasil homogenitas yang menunjukkan bersifat tidak homogen

maka diperlukan uji independent T-test (Lampiran 14). Dari hasil uji

independent T-test yang dilakukan antara kelompok kontrol negatif Na-CMC

0.05% dengan jus herbal suhu segar, dingin, dan kamar dengan hasil

menunjukan nilai (p< 0.05) hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan sehingga masih memiliki efektivitas kadar kolesterol, dan kelompok

perlakuan dingin dengan jus herbal suhu kamar, jus herbal segar dengan hasil

STIFI Bhakti Pertiwi


47

menunjukkan nilai (p< 0.05) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan,

tetapi masih dapat menurunkan kadar, berbeda pada kelompok dingin dan

segar dengan hasil yang menunjukkan nilai (p>0.05) hal ini menunjukkan tidak

ada perbedaan sehingga mampu untuk menurunkan kadar kolesterol. Karena

adanya kandungan-kandungan senyawa kimia yang terdapat didalam jus herbal

tersebut yang menyebabkan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi

penurunan efektifitas kadar kolesterol selama proses penyimpanan, adanya

kandungan senyawa antioksidan pada jus herbal dapat berkurang, dikarenakan

aktivitas antioksidan terjadi proses oksidasi selama penyimpanan. Perlakuan

penyimpanan pada suhu dingin tidak berbeda nyata dengan penyimpanan pada

suhu kamar untuk penurunan kadar kolesterol di bandingkan dengan

pemberian Na-CMC 0.05%.

STIFI Bhakti Pertiwi


48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Jus herbal kombinasi (rosela, jeruk nipis, nanas, cuka apel, dan madu)

pada penyimpanan suhu dingin (5-10ºC) dan suhu kamar (25-30ºC) masih

mempunyai efektivitas antihiperkolesterol, namun terjadi penurunan yang

signifikan pada jus herbal yang disimpan pada suhu kamar dibandingkan

jus herbal tanpa penyimpanan.

2. Jus herbal kombinasi (rosela, jeruk nipis, nanas, cuka apel, dan madu)

pada penyimpanan di suhu dingin (5-10ºC) lebih efektif dalam

menunjukkan efektivitas antihiperkolesterol dan tidak berbeda nyata

dengan jus herbal tanpa penyimpanan

3. Jus herbal kombinasi (rosela, jeruk nipis, nanas, cuka apel, dan madu)

pada penyimpanan di suhu dingin (5-10ºC) menunjukan efektifivitas

antihiperkolesterol terbesar dibandingkan pada penyimpanan suhu kamar

(25-30ºC) dan tidak berbeda nyata dengan jus herbal tanpa penyimpanan.

dan 85% responden lebih menyukai sediaan jus herbal suhu dingin.

STIFI Bhakti Pertiwi


49

5.2 Saran

Saran bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui lebih berapa lama lagi

waktu pada batas penyimpanan jus herbal kombinasi.

2. Pada pembuatan jus herbal kombinasi ini sebaiknya jus herbal disimpan

pada suhu dingin, walaupun dapat disimpan pada suhu kamar sebaiknya

penyimpanan disuhu kamar tidak terlalu lama.

STIFI Bhakti Pertiwi


50

DAFTAR PUSTAKA

Adnyani, N.M.D. (2019) Perbedaan Zona Hambat Pertumbuhan


Propionibacterium acnes Pada Berbagai Konsentrasi Cuka Apel (Apple
Cider Vinegar) Secara In Vitro, Diploma thesis, Poltekkes Denpasar.

Allo, I.G., Pemsi, M.W., dan Henoch, A., (2013), Uji Efek Ekstrak Etanol Daun
Jambu Biji (Psidium guajava L) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus
Wistar (Rattus norvegicus), Jurnal e-Biomedik.

Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Andareto, O. (2015). Apotik Herbal. Jakarta : Pustaka ilmu semesta

Andriliya, A. (2018). Rasio LDL/HDL tikus putih jantan hiperlipidemia setelah


pemberian jus herbal kombinasi (rosela, nanas, jeruk nipis, cuka apel, dan
madu). (Skripsi). Palembang,. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi

Arbain, D., Bakhtiar, A., Putra Dp, dan Nurainas. (2014) Tumbuhan Obat
Sumatera. Padang: UPT Sumber Daya Hayati Sumatera Universitas
Andalas; 2014.

Arsana, P. M., Rosandi, R., Manaf, A., Budhiarta, A., Permana, H., Sucipta, K.
W., dan Suhartono, T. (2015). Panduan pengelola dislipidemia di
Indonesia. Pb. Perkeni, 4. Diakses pada 17 Januari 2020.
http://doi.org/10.1002/bit.22430.

Perkeni. (2015). Panduan Pengelolahan Dislipidemia di Indonesia. Jakarta: Pusat


Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia;

Bhattacharyya B.K. (2008). Bromelain: an overview. Natural product radiance


7(4):360-2

Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. (2010). Acuan sediaan herbal (Edisi
1, volume IV). Jakarta: Direktorat OAI, Deputi II, Badan POM RI.

Budiana, N. S. (2013). Buah Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta : Penebar Swadaya.

STIFI Bhakti Pertiwi


51

Chairunnisa, N.H., (2015), Efectivity of Roselle Extract (Hibiscus sabdariffa L.)


as Treatment For Hyperlipidemia, Jurnal Majority, 4 (4)
Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik. (Skripsi), Padang:
Andalas University Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Direktorat Jendral Pengawas


Obat dan Makanan. (2000). Parameter standar umum ekstrak tumbuhan
obat. Jakarta: Departemen Kesehatan

Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G. and Posey L.M.,
2011, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 8th ed., Mc Graw
Hill, United State of America

Dewi, P. (2019). Pengaruh Pemberian Air Perasan Jeruk Nipis (citrus aurantifolia
swingle) Terhadap Kadar Kolesterol Pada Mencit Hiperkolesterolemia.
Jurnal Riset Hesti Medan 4(1)

Elon, Y. dan Polancos, J. (2015). Manfaat jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan
olahraga untuk menurunkan kolesterol total klien dewasa. Jurnal
SKOLASTIK Keperawatan. 1(2) ISSN 2443-0935 E-ISSN 2443-1699

Elsi, (2014) Perbandingan Daya Hambat Madu Alami Dengan Madu Kemasan
Secara Invitro Terhadap Streptococcus beta hemoliticus Group A sebagai
Penyebab Fangiritis. (Thesis). Universitas Padang

Fajrilah B.R., Ulfah, D.I., dan Qathrunnada, D. (2013). Pengaruh pemberian


madu terhadap kadar malondialdehyde (MDA) plasma darah pada tikus
yang diinduksi alloxan. Studi experimental pada tikus putih jantan galur
wistar. Jurnal Sains Medika. 5(2): 98-100.

Fathiyah, Ujang, S, Ikeu, T. (2015), Analisis Pengetahuan Gizi dan Produk Jus
Herbal Kemasan Dihubungkan Dengan Merek Yang Dikonsumsi Pada
Mahasiswa IPB. (Skripsi) Institute Pertanian Bogor.

Fitri, K.Y. (2015). Dried Rosella (Hisbiscus sabdarifa) Petals Influenceon Serum
Cholesterol Level. J. Majority. 4(2)

Goodman & Gilman, (2012), Farmakologi Dasar Terapi, Edisi 10, Editor Joel. G.
Hardman & Lee E. Limbird, Konsultan Editor Alfred Goodman Gilman,
Diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Guyton, A. C., dan Hall, J. E. (2012). Buku Ajar Fisiogi Kedokteran. Jakarta:
EGC.

STIFI Bhakti Pertiwi


52

Harsa., S., M., I. (2014). Efek pemberian diet tinggi lemak terhadap profil lemak
darah tikus putih (Rattus norvegicus). Jurnal Ilmiah Kedokteran. 3(1), 63-68.

Hasdianah & Suprapto, S. I. (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit.


Yogyakarta :Nuha Medika.

Hermawan, R. (2011). Effect of Temperatur, pH On Total Concentration and


Color Stability of Anthocyanins Compound Extract Roselle Calyx
(Hibiscus sabdariffa L.). Jurnal ALCHEMY. 2(1)

Herpi, J. (2017). Efek penurunan kadar kolesterol total dan peningkatan cita rasa
modifikasi jus herbal kombinasi buah nanas, bawang putih, jahe merah,
jeruk nipis, cuka apel, madu (Skripsi). Palembang Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi Bhakti Pertiwi.

Huslina, F., dan Harahap, D. (2019). Isolasi Bakteri Pengikat Nitrogen Dengan
Menggunakan Media Jensen. (Skripsi) Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry. Banda Aceh.

Ifora., Dharma, S., dan Darma, M., D. (2016). Pengaruh pemberian kombinasi
jahe merah, bawang putih, apel, lemon dan madu terhadap kadar kolesterol
total dan histopatologis pembuluh darah aorta jantung tikus putih. Jurnal
Farmasi Higea, 8(2), 163-174.

Ikatan Dokter Indonesia. (2014) Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia;
2014.

Jawetz, Melnick dan Adelberg. (2007). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23.


Nugroho, edi dan maulany, R. F., penerjemah ; Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Johnston, C., Kim, C., dan Buller A. (2006). Vinegar improves insulinsensitivity
toa high-carbohydrate meal subjectswith insulis resistance or diabetes.
Diabetes Care.

Katzung, B.G., Masters, S. B., dan Trevor, A. J. (2013). Buku Farmakologi dasar
& klinik (Edisi 12, vol 2). Jakarta : EGC.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Nasional Riset


Kesehatan Dasar 2018. 1–582.

Lauma, S. W., Pangemanan, D.H.C., dan Hutagulung, B.S.P. (2015). Uji


Efektifitas Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolisa S) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah
Farmasi. 4(4): 1-7.

STIFI Bhakti Pertiwi


53

Mandiri, T.K.T (2010). Pedoman Bertanam Buah Nanas. Bandung : Nuansa


Aulia.

Mengko, R. (2013). Instrumentasi laboratorium klinik. Bandung : ITB.


Mulyana., Rosmawati., Mustikhasary.. (2015), Penambahan bunga rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) Pada pakan ketahanan tubuh ikan gurami
(Osphronemus gouramy) yang diuji tantang dengan bakteri Aeromonas
hydrophila. Bogor. Jurnal Pertanian. 4(10 ISSN 2087-4936

Nisa, C.A. dan Rosita, L. (2010). Pengaruh ekstrak etanol bawang merah (Allium
cepa L) terhadap kolesterol total tikus (Rattus norvegcus). Jurnal Mutiara
Medika. 10(1)

Olukanni, O.D., Akande,O.T., Alagbe,Y.O., Adeyeni,S.O., Olukanni,A.T &


Damarola,G.G. (2013). Lemon juice elevanted level of reduced glutathion
and improved lipid profil in wistar rats. Journal American- Eurasian J.
13(9) ISSN 1818-6769

Parwata, O.A., Ratnayani K., dan Listya, A., (2010). Aktivitas Antiradikal Bebas
Serta Kadar Beta Karoten Pada Madu Randu (Ceiba Pentandra) dan Madu
Kelengkeng (Nephelium Longata L.). Jurnal Kimia. 4(1):ISSN 1907-9850

Peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia. (2016). Formularium Obat


Herbal Asli Indoneisa. Diakses pada 17 Januari 2020. pada
http://www.gpjamujateng.org/peraturan/PMK no. 6 ttg Formularium Obat
Herbal Asli Indonesia.Pdf

Perkeni. (2015). Panduan pengelolaan dislipidemia di Indonesia. Jakarta: Pusat


Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indoneisa.

Praveena, J., dan Estherlydia, D. (2014). Comperative study of phytochemical


screening and antioxidant cepacities of vinegar made from peel and fruit of
pineaple (Ananas comosus L). Int Journal Pharm Bio SCI. 5(4):ISSN
0975-6299

Prawitasari, T.,Sastroasmoro,S., Sjarif DR. (2011). Skrinning Sistematik


Terhadap Hiperkolesterolemia pada Anak. Sari Pediatri. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jurnal Sari Pediatri 13(2):152-8

Prijadi, D.K., Wahongan, G.J.P., (2014). Uji efektivitas ekstrak daun jeruk
nipis(Citrus aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan larva Aedes
spp. (Skripsi). Universitas Samratulangi. Manado

STIFI Bhakti Pertiwi


54

Ricky, D., R, Horasida, S., dan Stephanus, S., P. (2012). Pengaruh pemebrian
dosis curcumin terhadap pola penurunan kadar kolesterol pada tikus wistar
terinduksi aloksan. Journal ilmu pengetahuan alam, 5(2), 7-13.
Rizal, S., Fibra, N., dan Meilan, A., (2016). Pengaruh Konsentrasi CMC Dan
Lama Penyimpanan Pada Suhu Dingin Terhadap Karakteristik
Organoleptik Minuman Probiotik Sari Buah Nanas. Jurnal Prosiding
Karya Ilmiah, 2: 2460-5506

Sahoo, D. B., dan Prijtham. (2016). Effects of hypothyroidisme on total


cholesterol, triglycerides and LDL. Schloras of applied medical sciences.
Jurnal Sains. 4(6), 2056-2058.

Smith, J. B., dan Mangkoewidjojo, S. (1988). Pemeliharaan pembiakan hewan


percobaan didaerah tropis. Universitas Indonesia : Jakarta. Retrived from
https://books.google.co.id/books?
id=ALGUnQECAAJ&hl=id&source=gbs_navlinks_s.

Trubus, (2013). My trubus healt life herbal dari kitan suci. Depok : PT Trubus
Swadaya.

Upia, D. (2017). Efek penurunan kadar kolesterol total dan peningkatan cita rasa
modifikasi jus herbal kombinasi terhadap tikus putih jantan galur wistar
yang diinduksi propiltiourasil (Skripsi). Palembang, Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi Bhakti Pertiwi.

Wibowo, M.S, (2012). Pertumbuhan dan control bakteri. Jurnal : pertumbuhan


bakteri. 070502

Widyanto, P.S., dan A. Nelistya., (2008). Rosella. Aneka Olahan, Khasiat dan
Ramuan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Winarso, A., dkk. (2014). Stabilitas Fisik dan Mutu Hedonik Sirup dari Bahan
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Poltekkes Kemenkes Surakarta

Wulandari, D, D., (2017). Kualitas Madu (Keasaman, Kadar Air, Dan Kadar Gula
Pereduksi) Berdasarkan Perbedaan Suhu Penyimpanan. Jurnal Kimia
Riset, 2(1): 16-32

Yulianti, W., Murningsih, W., dan Ismadi, V.D.Y.B. (2013). Pengaruh


penambahan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam ransum terhadap profil
lemak darah itik megelang jantan. Animal Agriculture Journal. 2(1):51-58

Zainanl, (2011). Makanan sehat. http://sherlidankesling.blogspot.co.id/2011


(diakses 17 Jan 2020).

STIFI Bhakti Pertiwi


55

Zuhrawati, N,A, (2014). Pengaruh pemberian jus nanas (Ananas comosus)


terhadap kadar kolesterol total darah kelinci (oryotolagus cuniculus )
hiperkolesterolemia. Jurnal medika veterania, 8 (1):ISSN 0853-1943

STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 1. Gambar Sampel

(a) (b) (c)

(d) (e)

Keterangan :

(a) Gambar bunga rosella


(b) Gambar buah nanas
(c) Gambar buah jeruk nipis
(d) Gambar cuka apel
(e) Gambar madu

56 STIFI Bhakti
Pertiwi
Lampiran 2. Pembutan Jus Hrbal Kombinasi

Bunga Rosela Nanas Jeruk Nipis

-Ambil kelopak bunga cuci bersih Potong jeruk


Rosela cuci ambi sebanyak 1kg sebanyak 1kg
sebanyak 1 kg -ekstraksi lalu peras
-Ekstraksi dengan dengan juicer
juicer

Ampas Ekstrak Ampas Ekstrak Ampas Ekstrak Cuka Apel Madu

-Didihkan ekstrak 5 menit


Jus Herbal -lalu dinginkan
-Setelah dingin
tambahkan madu
1 bulan -Aduk hingga homogen
penyimpanan

Uji efek terhadap kadar kolestrol total

STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 3. Skema Pembuatan Pakan Tinggi Lemak

Minyak lemak sapi Telur puyuh Pur 551


jelantah 900 gram 900 gram 1800 gram 3600 gram

Panaskan minyak
jelantah dan lemak sapi

Tambahkan telur puyuh dan


pur 551 aduk sampai rata
setelah itu dijemur

Pakan Tinggi Lemak

STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 4. Skema Kerja Efek Antihiperkolestrol

24 tikus putih jantan galus wistar

Aklitimasi 7 hari

Kolestrol total
Pengambilan darah melalui
ekor tikus hari ke-0

Kontrol negatif Penyimpanan jus herbal Penyimpanan jus herbal Jus herbal segar
1 bulan pada suhu 1 bulan pada suhu
PTU0.01%, PTL kamar pendingin Dosis 5,4 ml/kgbb
0,5% Na-CMC & PTU 0.01%,
Dosis5,4ml/kgbb Dosis 5,4 ml/kgbb PTL
&PTU0.01%, PTL & PTU0.01%, PTL

Pengambilan darah melalui


ekor tikus hari ke-11

Sspektrofotometri UV-VIS

Perhitungan kadar kolestrol total

Kadar kolestrol total

Anlisis statistic dengan ANOVA

STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 5. Perhitungan Formula Pakan Tinggi Lemak

Pakan tinggi lemak diberikan 30 g/hari untuk 1 tikus :


30 gram x 24 tikus = 720 gram
Untuk 10 hari pemberian pakan :
720 gram x 10 hari = 7200 gram / 7,2 kg

Tabel formula pakan tinggi lemak

No Bahan Jumlah
1. Minyak Jelantah 900 gram

2. Lemak Sapi 900 gram


3. Telur Puyuh 1800 gram
4. Pur 551 3600 gram
Pakan tinggi lemak yaitu minyak jelantah, lemak sapi, telur puyuh, pur 551

dengan perbandingan 1:1:2:4

Lampiran 6. Perhitungan Dosis Sediaan Uji

STIFI Bhakti Pertiwi


1. Suspensi Na-CMC 0,5 %

0,5
x 50 ml = 0,25 g / 250 mg
100

Untuk 50 ml sediaan = 250 mg dilarutkan ke dalam aquadest ad 50 ml

2. Propiltiourasil 0,01%

Propiltiourasil untuk 2000 ml/ 2 liter

0, 01 g
= 100 ml x 2000 ml

= 0,2 g/ 200 mg ditimbang dan dilarutkan dalam aquadest ad 2000 ml

3. Suspensi Jus Herbal Dosis 5,4 ml/kgbb

5,4 ml
= 1000 x 200g = 1,08ml / 200g

Untuk 50 ml sediaan

50 ml
= 2ml x 1.08 ml = 27 ml sediaan dilarutkan dalam 50ml Na CMC 0.5%

Lampiran 7. Perhitungan Konversi Dosis Jus Herbal Kombinasi

STIFI Bhakti Pertiwi


Dosis yang digunakan adalah 5,4 ml/70 kgbb manusia

Konversi ke dosis tikus = 5,4 ml/Kgbb x faktor konversi dari manusia ke

Tikus = 5,4 x 0,018

= 0,0972 ml / 200 gbb

= 0,000486 x 1000

= 0,486 ml / kgbb

Lampiran 8. Hasil Rendemen Jus Herbal Kombinasi

STIFI Bhakti Pertiwi


a. Ekstrak Jus Rosela

%Rendemen = Massa ekstrak X 100%

Berat sampel

= 400 g X 100%

1000g

= 40 % v/b

b. Ekstrak Jus Nanas

%Rendemen = Massa ekstrak X 100%

Berat sampel

= 156,02g X 100%

1000 g

= 15,602 % v/b

c. Ekstrak Jus Jeruk Nipis

%Rendemen = Massa ekstrak X 100%

Berat sampel

= 573,07 g X 100%

1000g

= 57,30 % v/b

STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 9. Proses Penelitian Pembuatan Jus Herbal Kombinasi (Rosela,
Jeruk Nipis, Nanas, Cuka Apel, dan Madu)

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Keterangan gambar :
a) : Proses penyarian jus dengan Juicer
b) : Jus Rosela, jus jeruk nipis, Jus nanas
c) : Jus herbal kombinasi dipanaskan
d) : jus herbal kombinasi untuk suhu kamar
e) : jus herbal kombinasi untuk suhu dingin
f) : jus herbal kombinasi untuk suhu segar

STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 10. Dokumentasi Pemberiaan Sediaan Uji dan pengukuran Kadar
Kolesterol total

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

(j)

Keterangan gambar :
a) : Penimbangan berat badan tikus
b) : Pemberian sediaan uji
c) : Pengambilan sampel darah melalui ekor
d) : Sampel darah di sentrifugasi
e) : Contoh sampel darah yang telah di sentrifugasi
f) : Pengambilan plasma darah yang sudah di sentrifugasi

STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 10. Lanjutan

g) : Plasma dimasukan kedalam tabung reaksi


h) : Pengambilan reagen kolesterol dengan pipet volume kedalam tabung reaksi
yang telah berisi plasma
i) : Pengukuran kadar kolesterol dengan menggunakan alat spektrofotometer
Uv- Vis
j) : Reagen Kolesterol

STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 11. Hasil Pengukuran Absorbansi Kolesterol Total H0 dan H11
pada Serum Darah Tikus Menggunakan Spektrofotometer Uv-
Vis dengan Panjang Gelombang 500 nm

Absorbansi Absorbansi
Absorbansi Absorbansi
Kelompok Standar Standar
Tikus Kolesterol Kolesterol
Uji Kolesterol Kolesterol
Total H0 Total H11
Total H0 Total H11
0,775 0,818
T1 0,175 0,418
Kontrol T2 0,106 0,316
Negatif T3 0,194 0,342
(Na-CMC T4 0,183 0,432
0,05%) T5 0,126 0,192
T6 0,760 0,155 0,803 0,370
T1 0,198 0,202
T2 0,230 0,343
Jus Herbal
T3 0,242 0,236
Suhu Dingin
T4 0,196 0,143
T5 0,474 0,302
T6 0,760 0,321 0,803 0,253
T1 0,214 0,419
T2 0,236 0,267
Jus Herbal T3 0,242 0,502
Suhu kamar T4 0,365 0,381
T5 0,219 0,280
T6 0,775 0,196 0,818 0,279
T1 0,268 0,279
T2 0,284 0,272
Jus Herbal
T3 0,255 0,276
Tanpa
T4 0,310 0,247
Penyimpanan
T5 0,230 0,250
T6 0,272 0,217

STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 12. Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Total H0 dan Pengukuran

Kelompok Kadar Kolesterol Kadar Kolesterol % Penurunan


Tikus
Uji Total H11 Total H11 kadar kolesterol

T1 45 mg/dl 102 mg/dl -126 %


T2 27 mg/dl 77 mg/dl -185 %
Kontrol T3 50 mg/dl 83 mg/dl -66 %
Negatif T4 47 mg/dl 106 mg/dl -125 %
(Na-CMC T5 32 mg/dl 120 mg/dl -275 %
0,05%) T6 40 mg/dl 90 mg/dl -125 %
Rata-rata
40,16 ± 9,02 96,33 ± 15,98 -150,33 %
± SD
T1 52 mg/dl 50 mg/dl 4%
T2 60 mg/dl 85 mg/dl -42 %
Jus Herbal T3 63 mg/dl 59 mg/dl 6%
Suhu T4 51 mg/dl 35 mg/dl 31 %
Dingin T5 124 mg/dl 74 mg/dl 40 %
T6 85 mg/dl 63 mg/dl 26 %
Rata-rata
72 ± 28 61 ± 17 10.83 %
± SD
T1 56 mg/dl 104 mg/dl -80 %
T2 62 mg/dl 66 mg/dl -6 %
T3 63 mg/dl 125 mg/dl -98 %
Jus Herbal
T4 96 mg/dl 95 mg/dl 1%
Suhu
T5 58 mg/dl 70 mg/dl -21 %
Kamar
T6 51 mg/dl 69 mg/dl -35 %
Rata-rata
64 ± 16 88 ± 23 -39,83 %
± SD
T1 69 mg/dl 66 mg/dl 4%
T2 73 mg/dl 67 mg/dl 8%
Jus Herbal T3 66 mg/dl 59 mg/dl 10 %
Tanpa T4 80 mg/dl 60 mg/dl 25 %
Penyimpan T5 59 mg/dl 52 mg/dl 12 %
an T6 70 mg/dl 58 mg/dl 17 %
Rata-rata
69 ± 7 60 ± 5 12,6 %
± SD

STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 13. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Persentase Penurunan
Kadar Kolesterol

Tests of Normality
Test of Homogeneity of Variances

Persen.penurunan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Levene StatisticKelompok.perlakuan
df1 df2 StatisticSig. Df Sig. Statistic df Sig.

3.928
Persen.penuruna 3 Na
Kontrol Negatif 20 .024
.299 6 .100 .890 6 .317
n CMC 0,05%

Jus herbal suhu


.242 6 .200* .886 6 .297
dingin 5,4 ml/KgBB

Jus herbal suhu


.214 6 .200* .896 6 .353
kamar 5,4 ml/KgBB

Jus herbal tanpa


.202 6 .200* .954 6 .771
penyimpanan

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Lampiran 14. Hasil Uji Independent T-Test Persentase Penurunan Kadar


Kolesterol Pada Kelompok Jus Herbal Suhu Dingin, Jus
Herbal Suhu Kamar, Dan Jus Herbal Tanpa Penyimpanan.

A. Uji T-Test Pada Kelompok Perlakuan Na-CMC 0,05% & jus suhu kamar

Group Statistics

Std. Error
Kelompok_Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean

persen_penurunan Kontrol Negatif Na CMC


6 -150.33 71.737 29.287
0,05%

Jus herbal suhu kamar


6 -39.83 40.464 16.520
5,4ml/KgBB

STIFI Bhakti Pertiwi


Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95%
Confidence
Sig.
Interval of the
(2- Mean Std. Error
Difference
tailed Differenc Differenc
F Sig. t df ) e e Lower Upper

persen_penuruna Equal
- - -
n variance 1.17 .
3.28 10 .008 -110.500 33.624 185.42 35.58
s 6 304
6 0 0
assumed

Equal
- - -
variance 7.88
3.28 .011 -110.500 33.624 188.22 32.77
s not 9
6 8 2
assumed

B. Uji T-Test Pada Kelompok Perlakuan Na-CMC 0.05% & jus suhu dingin

Group Statistics

Kelompok_Perlakua
n N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

persen_penuruna Kontrol Negatif Na


6 -150.33 71.737 29.287
n CMC 0,05%

Jus herbal suhu


6 10.83 29.492 12.040
dingin 5,4ml/KgBB

Independent Samples Test

STIFI Bhakti Pertiwi


Group Statistics

Kelompok_Perlakua
n N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

persen_penuruna Kontrol Negatif Na


6 -150.33 71.737 29.287
n CMC 0,05%

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95%
Confidence
Sig.
Interval of the
(2- Mean Std. Error
Difference
tailed Differenc Differenc
F Sig. t df ) e e Lower Upper

persen_penuruna Equal
- - -
n variance .
2.888 5.09 10 .000 -161.167 31.665 231.72 90.61
s 120
0 1 3
assumed

Equal
- - -
variance 6.64
5.09 .002 -161.167 31.665 236.86 85.46
s not 3
0 6 8
assumed

C. Uji T-Test Pada Kelompok Perlakuan Na-CMC 0.05% & jus herbal tanpa
penyimpanan

STIFI Bhakti Pertiwi


Group Statistics

Std. Error
Kelompok_Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean

persen_penurunan Kontrol Negatif Na CMC


6 -150.33 71.737 29.287
0,05%

Jus herbal tanpa


6 12.67 7.421 3.029
penyimpanan

Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95%
Confidence
Sig.
Interval of the
(2- Mean Std. Error
Difference
tailed Differenc Differenc
F Sig. t df ) e e Lower Upper

persen_penuruna Equal
- - -
n variance 7.62 .
5.53 10 .000 -163.000 29.443 228.60 97.39
s 6 020
6 3 7
assumed

Equal
- - -
variance 5.10
5.53 .002 -163.000 29.443 238.21 87.78
s not 7
6 1 9
assumed

D. Uji T-Test Pada Kelompok Perlakuan jus suhu dingin & jus suhu kamar

STIFI Bhakti Pertiwi


Group Statistics

Std. Error
Kelompok_Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean

persen_penurunan Jus herbal suhu kamar


6 -39.83 40.464 16.520
5,4ml/KgBB

Jus herbal suhu dingin


6 10.83 29.492 12.040
5,4ml/KgBB

Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95%
Confidence
Sig.
Interval of the
(2- Mean Std. Error
Difference
tailed Differenc Differenc
F Sig. t df ) e e Lower Upper

persen_penuruna Equal
- - -
n variances 1.151 .309 10 .033 -50.667 20.442
2.479 96.213 5.120
assumed

Equal
variances - - -
9.143 .035 -50.667 20.442
not 2.479 96.799 4.535
assumed

E. Uji T-Test Pada Kelompok Perlakuan jus suhu dingin & jus tanpa
penyimpanan

STIFI Bhakti Pertiwi


Group Statistics

Std. Error
Kelompok_Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean

persen_penurunan Jus herbal suhu dingin


6 10.83 29.492 12.040
5,4ml/KgBB

Jus herbal tanpa


6 12.67 7.421 3.029
penyimpanan

Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95%
Confidence
Interval of the
Sig. Mean Std. Error
Difference
(2- Differenc Differenc
F Sig. t df tailed) e e Lower Upper

persen_penuruna Equal
-.14 -
n variances 4.579 .058 10 .886 -1.833 12.415 25.830
8 29.496
assumed

Equal
variances -.14 5.63 -
.888 -1.833 12.415 29.035
not 8 1 32.702
assumed

F. Uji T-Test Pada Kelompok Perlakuan Jus Herbal Suhu Kamar & Jus
Herbal Tanpa Penyimpanan

STIFI Bhakti Pertiwi


Group Statistics

Std. Error
Kelompok_Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean

persen_penurunan Jus herbal suhu kamar


6 -39.83 40.464 16.520
5,4ml/KgBB

Jus herbal tanpa


6 12.67 7.421 3.029
penyimpanan

Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95%
Confidence
Sig.
Interval of the
(2- Mean Std. Error
Difference
tailed Differenc Differenc
F Sig. t df ) e e Lower Upper

persen_penuruna Equal
- -
n variance 12.14 . -
3.12 10 .011 -52.500 16.795 89.92
s 4 006 15.078
6 2
assumed

Equal
- -
variance 5.33 -
3.12 .024 -52.500 16.795 94.86
s not 6 10.132
6 8
assumed

Lampiran 15. Tabel Faktor Konversi Dosis Manusia dan Hewan (Laurence
dan Bacharach, 1964)

STIFI Bhakti Pertiwi


Mencit Tikus Marmut Kelinc Kucing Kera Anjing Manusia
20 gr 200 gr 400 gr i1,5 kg 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg

Mencit
1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
20 gr

Tikus
0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
200 gr

Marmut
0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
400 gr

Kelinci
0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
1,5 kg

Kucing
0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
2 kg

Kera
0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1.9 6,1
4 kg

Anjing
0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
12 kg

Manusia
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0
70 kg

STIFI Bhakti Pertiwi

Anda mungkin juga menyukai