Anda di halaman 1dari 45

PELAYANAN KEFARMASIAN

(Pharmaceutical Care)
Pertemuan I
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan XXX
TA 2020/2021
Fakultas Farmasi UNJANI

LOGO
1. PENDAHULUAN
Latar belakang
1
Peran Apoteker dalam sistem kesehatan
2 nasional

3 Pelayanan Kefarmasian

4 GPP & Pharmaceutical


Care
5 Perbedaan paradigma lama dan
paradigma baru
LATAR BELAKANG PERUBAHAN PERAN APOTEKER

WHO 1946:

“ health is a state of complete physical,mental and social well


being,not merely the absence or desease or infirmity”

WHO 1984:
“Health is the extent to which individual or group is able,on the one
hand,to realise aspirations and satisfy needs:and; on the other
hand,to change or cope with the enviroment.
Health is therefore,seen as a resources for everyday life,not an object
of living;
It’s a positive concept emphasizing social and personal resources, as
well as phusical capacities
UU Kesehatan No.36/2009 :
Kesehatan adalah :
Keadaan sehat,baik secara
fisik,mental,spiritual maupun
sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan
ekonomis
PERUBAHAN
PARADIGMA SEHAT
Wellness Wellness

Preventing Managing
Preventing
Disease Health Disease
Managing
Health

Managing
Treating Managing Treating Individual
Disease
Disease
Disease Disease

Illness Illness
Acute Chronic Acute Chronic
Konsep
Konsep
Konsep Bisinis Pelayanan
Konsep Bisinis
KAEF saat ini
Pelayanan KAEF ke depan ke
kefarmasian
kefarmasian saat Depan→ Patient
ini→ drug oriented oriented
PELAYANAN KEFARMASIAN
yang berbasis
PHARMACEUTICAL CARE

ME
PATIENT’s
QUALITY
CARE
STANDAR
PELAYANAN POR
KEFARMASIAN
Pelayanan Kefarmasian

adalah suatu pelayanan LANGSUNG dan


BERTANGGUNG JAWAB kepada PASIEN,
yang berkaitan dengan SEDIAAN FARMASI
dengan maksud MENCAPAI HASIL yang PASTI
untuk MENINGKATKAN MUTU KEHIDUPAN
pasien.
(menurut PP No 51 Tahun 2009, Bab I Pasal 1)
Standar Pelayanan Kefarmasian mnrt
Permenkes no.72,73 & 74 tahun 2016

Pelayanan Kefarmasian :
Suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
Standar Pelayanan Kefarmasian mnrt
Permenkes no.72,73 & 74 tahun 2016

Ruang Lingkup Standar Pelayanan Kefarmasian meliputi :


a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai;dan
b. Pelayanan Farmasi Klinik
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

Standar Pelayanan Kefarmasian bertujuan


untuk:
a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien (patient safety).

Key words : Penggunaan Obat Rasional ; patient safety


APOTEK
PUSKESMAS
Rumah Sakit

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. perencanaan; d.penyimpanan
b. pengadaan; e. pemusnahan
c. penerimaan; f. pengendalian
g. pencatatan dan pelaporan
.
RUMAH SAKIT

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan,
dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan
Kefarmasian
PUSKESMAS
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang
dimulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan
evaluasi.
B. PELAYANAN FARMASI KLINIK
What is Clinical Pharmacy
(Farmasi Klinik) ?
❖ Semua kegiatan pelayanan kefarmasian yang
dilakukan oleh Apoteker di RS, apotek, nursing
home, klinik, dan semua pusat pelayanan
kesehatan yang beriorientasi kepada pasien
(patient oriented)
❖ Kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dengan
tugas utama adalah berinteraksi dengan tim
kesehatan, interview dan ases pasien utk
mendapatkan rekomendasi terapi yg spesifik,
memantau terapi obat pasien dan memberikan
informasi tentang obat yang digunakan pasien
Standar pelayanan farmasi klinik

Pelayanan farmasi klinik di Apotek


merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien.
Standar pelayanan farmasi klinik

Pelayanan farmasi klinik meliputi:


1. pengkajian Resep→ Identifikasi DRP
2. dispensing;
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
4. konseling;
5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN di
APOTEK No.73/2016

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di bidang


kefarmasian telah terjadi :
▪pergeseran orientasi Pelayanan Kefarmasian dari pengelolaan Obat sebagai
komoditi kepada pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) dalam
pengertian tidak saja sebagai pengelola Obat namun dalam pengertian yang
lebih luas mencakup :
▪ pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan Obat yang
benar dan rasional, (POR)
▪ monitoring penggunaan Obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta
kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan.(ME)

Dispensing
Penyerahan obat dan PIO
Hasil yg ingin dicapai dari penerapan
Ph Care secara klinik
(sumber : A Practical Guide to Ph Care yg diterbitkan oleh APhA) :
1.Menyembuhkan penyakit
2.Menghilangkan atau mengurangi gejala penyakit pasien
3.Menahan atau memperlambat penyakit agar tidak
semakin memburuk.
4.Mencegah timbulnya penyakit
Hasil yg ingin dicapai dari penerapan
Ph Care secara klinik
(sumber : A Practical Guide to Ph Care yg diterbitkan oleh APhA) :

Ph care dilaksanakan dengan menggunakan 5 langkah:


1.Membangun hubungan profesional dg pasien
2.Mengumpulkan ,mencatat,mengelola dan memelihara
informasi pengobatan pasien
3.Mengevaluasi informasi pengobatan pasien secara
spesifik untuk mengembangkan rencana pengobatan
bersama pasien
4.Menjamin pasien mendapatkan seluruh obat beserta
informasinya guna membantu dalam rencana
pengobatan selanjutnya
5.Meninjau ulang,memonitor dan memodifikasi rencana
pengobatan pasien dg tim kesehatan lainnya
A Systemic approach to the delivery of Pharmaceutical Care
Patients receiving or
requiring a
Pharmaceutical product
or service

SET PRIORITY
FOR CARE

STEP 1
Asses needs and
identify drug problems

STEP 4 STEP 2
Monitor and Develop a care
review the care plan
plan
STEP 3
Implement the care
plan
Sumber : “Developing Pharmacy Practice”, 2006 Ed, Handbook of WHO and IPF
Company Logo www.themegallery.com
Pharmaceutical Care

❖ Is a Practice
❖ Patient focused
❖ Interaksi langsung dengan pasien
❖ Terapi obat rasional: tepat, efektif, aman,
nyaman, biaya
❖ Quality of life
❖ Definite outcome
❖ Terdokumentasi
❖ DRP (Drug Related Problem)
Definite outcome of Pharmaceutical Care ?

Outcomes:
❖ kesembuhan (cure of disease)
❖ pengurangan gejala penyakit (elimination or
reduction of patient’s symptoms)
❖ perlambatan proses terjadinya penyakit
(arresting or slowing of a disease process)
❖ pencegahan penyakit atau gejala penyakit
(preventing a disease or symptoms)
Good Pharmacy Practice

• Suatu Pedoman yang


dipakai untuk menjamin
bahwa layanan yang
diberikan farmasis
kepada setiap pasien
telah memenuhi Kualitas
yang tepat dan terjamin
1.FIP Council meeting in Tokyo on September 5,1993:Guidelines GPP
2.35th meeting of WHO Expert Committee on Specifications for Ph
Preparations in April 1997 and approved by the FIP Congress in Sept 1997.
LATAR BELAKNG GPP

Standar Nasional menuju GPP harus mencakup :


Promosi kesehatan,pengadaan obat2-an,perbekalan farmasi
atau alat Kesehatan lainnya,swamedikasi dan peningkatan
pelayanan resep termasuk penggunaan obat2annya oleh
apoteker→ pelayanan yg komprehensif

PMK no.72/2016
PMK no.73/2016
PMK n0.74/2016
Pengertian GPP

GPP merupakan cara untuk melaksanakan Pelayanan kefarmasian


yang baik secara komprehensif, berupa Panduan yang berisi
sejumlah standar bagi para apoteker dalam menjalankan praktek
profesinya sehingga menjamin bahwa layanan yang diberikan
apoteker kepada setiap pasien telah memenuhi kualitas yang tepat
dan terjamin yaitu meliputi:

✓ Indikasi yang tepat


✓ Rasional (khasiat,dosis dan harga)
✓ Aman
✓ Efektif
✓ Kepatuhan pasien dalam pengobatan
4 pilar GPP

Professional Patient
Regulation
Peraturan / UU / Kode Etik Sertifikasi kompetensi,
Kefarmasian STRA,SIPA,SIA Q
Pharmaceutical Care U
Practice & SOP A
Dokter L
Pasien
I
DRP Identifying, T
Resolving Y
ME Preventing DRP
- ME O
f
Education Apoteker Quality L
Standar: Fasilitas, I
Bank Data & Informasi Obat,
Peralatan, Layanan F
Partisipasi Sosial & Kesehatan Penunjang, E
Masyarakat
Manajemen Mutu
Materi Diklat & Pendidikan LOGO
(SDM, Proses, Produk)
Berkelanjutan (CPD/CE)
Apoteker sebagai penyambung kesenjangan
komunikasi antara pasien dengan dokter

Pasien

Dokter Apoteker
Substansi utama GPP
❖Pharmaceutical Care yg lazim disebut Asuhan
Kefarmasian dilaksanakan secara komprehensif oleh
apoteker bersama dokter/tenaga kesehatan lainnya
dengan melibatkan pasien, untuk menghindari
terjadinya DRP dan ME,sehingga dicapai hasil
optimum dan kualitas hidup pasien meningkat.

❖Pharmaceutical care akan berjalan efektif dengan


dukungan regulasi,tenaga yang profesional,kualitas
produk dan layanan yang memenuhi standar serta
edukasi yang tepat serta berkelanjutan
Standar 1/5 Standar 4/5 Standar 5/5
Standar 3/5
Standar 2/5
Fasilitas, Hukum, Partisipasi
Mutu layanan
Peralatan Manajemen Regulasi dan Dalam
dan Mutu Kode Etik Kegiatan Sosial
Layanan dan Kesehatan
(Quality
Penunjang (Quality (Law, Masyarakat
Service)
Management) Regulations
(Facility, and Ethics) (Social and
Equipment Community
and Participation)
Auxiliary
Service)
FOKUS GPP:
4 elemen yang direkomendasikan FIP bagi Negara
berkembang
2.PELATIHAN:
1.PERSONIL: Apoteker hrs mampu
Aksestabilitas apoteker mengembangkan kompetensi dan
bagi masyarakat yang ketrampilan berkomunikasi
membutuhkan konsultasi interpersonal sehingga apoteker
dan informasi tentang harus mengikuiti pelatihan yang
obat,pengobatan serta tepat dan berkesinambungan (CPD)
edukasi tentang kesehatan

3.STANDAR:
a.Bangunan
4.PERATURAN
b.Penyerahan obat:
perundangan dan
Tepat obat,tepat dosis,tepat
Kebijakan Obat
sediaan,interaksi obat,daluarsa
Nasional
obat,instruksi dan informasi
(KONAS)
c.Wadah/kantong obat : BABE
d.Etiket
e.Instruksi: how and when minum obat
f.PMR
g.KIE ttg kesehatan
Peran Apoteker dalam GPP

❖Pengelolaan sediaan farmasi, alkes,BMHP


❖Tanggung jawab profesi dalam memberikan
pelayanan informasi yang akurat
❖Penggunaan obat yang rasional
❖Pemantauan penggunaan obat
❖Promosi rasioanlisasi penggunaan obat
dengan biaya yang terjangkau dan
penyerahan obat
Ruang Lingkup Pelayanan Farmasi
Why Pharmaceutical care?
Core competency pharmacist
Kriteria core competency:
1.Valuable :mempunyai
manfaat dan bernilai tinggi
bagi pencapaian pelayanan
kefarmasian
2.Unique : kemampuan yang
bersifat spesifik
3.Costly to imitate: sulit dan
mahal untuk ditiru
4.Nonsubstitutable :tak
tergantikan oleh profesi lain
PARADIGMA TERKINI PELAYANAN KEFARMASIAN

Patient Oriented
Drug oriented (Good Pharmacy Practice w/
Pharmaceutical Care )
What is a Profession?

A profession is a disciplined group of individuals who


adhere to ethical standards and uphold themselves to and
are accepted by the public as possessing special
knowledge and skill in a widely recogniced body of
learning derived from research, education, and training at
a high level, and who are prepared to exercise this
knowledge and these skill in the interest of others.
(Resource: Kelly W, Pharmacy)

Definisi FIP /IPF (International Pharmaceutical


Federation) ttg Profesi:
➢Kemauan individu farmasis/apoteker untuk
melakukan praktek kefarmasian sesuai syarat
legal minimum yang mematuhi standar
profesi dan etik kefarmasian
Pedoman Pelayanan
Kefarmasian untuk
Tearpi Obat
PERAN APOTEKER DLM GPP
Peran apoteker dalam 4 aktifitas utama
dan 3 aktivitas pendukung:
AKTIVITAS UTAMA:
1.Aktifitas yang berhubungan dengan peningkatan kesehatan,pencegahan sakit dan
pencapaian tujuan pengobatan
2.Aktivitas yang berhubungan dengan pasokan dan penggunaan obat/produk kesehatan
lainnya.
3.Aktivitas yang berhubungan dengan swamedikasi (self medication) termasuk pemberian
saran tentang pengunaan dan pemilihan obat untuk gejala-gejala yang dapat diobati.
4. Aktivitas yang dapat mempengaruhi proses peresepan dan penggunaan obat,berupa
kontrol rasionalitas penggunaan.
PERAN APOTEKER DLM GPP
Peran apoteker dalam 4 aktifitas utama
dan 3 aktivitas pendukung:

AKTIVITAS PENDUKUNG:
1.Bersama dokter dan tenaga kesehatan lainnya secara aktif mencegah terjadinya
penyalahgunaan obat dan kesalahan pengobatan oleh masyrakat (komunikasi)
2.Bersama dokter dan tenaga kesehatan lainnya,aktif memberikan informasi tentang
kesehatan dalam hal pemberian informasi obat dan pengobatan (Informasi)
3.Bersama doketr dan tenaga kesehatan lainnya,ikut ,e,berikan pengetahuan mengenai
kesehatan,baik kepada pasien,masyarakat luas maupun calon tenaga kesehatan (Edukasi)
DAFTAR PUSTAKA
A. Peraturan dan Perundangan:
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 51 Tahun 2009 tentang
PEKERJAAN KEFARMASIAN
3.Peraturan Menteri Kesehatan RI No.72/2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.73/2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian diApotek
5.Peraturan Menteri Kesehatan RI No.74/2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

B. BUKU
6.Rovers,J.P., et.al.,2003, A Practical Guide to Pharmaceutical care.
Edition,AphA,Washington, D.C.
7.Aslam,M.,et al.,2003, Farmasi Klinik ,Universitas Surabaya,
PT Gramedia, jakarta.
8. Wiedenmayer K.,et.al., 2006, Developing Pharmacy Practice Handbook,
World Health Organozation and International Pharmaceutical Federation,
Netherland
www.themegallery.com

LOGO

Anda mungkin juga menyukai