Anda di halaman 1dari 39

EFEKTIFITAS ANTIHIPERKOLESTEROL JUS HERBAL KOMBINASI

(ROSELLA, JERUK NIPIS, NANAS, CUKA APEL DAN MADU)


SETELAH MASA SIMPAN 1 BULAN PADA TIKUS JANTAN YANG
DIINDUKSI PTU & PAKAN TINGGI LEMAK

Nama : Alex Ferianto

Nim : 16 01 01 059

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan masyarakat Indonesia belakangan ini mengalami peralihan dari

mengkonsumsi makanan tradisional ke makanan siap saji yang akhir-akhir ini

sangat digemari. Komposisi makanan tersebut terlalu tinggi kandungan protein,

lemak, dan sedikit serat. Pergeseran pola makan ini banyak dibicarakan oleh para

ahli kesehatan dan dihubungkan dengan timbulnya berbagai penyakit, salah satu

penyakit yang dimaksud adalah kelebihan kolesterol (hiperkolesterolemia) karena

mengonsumsi lemak yang terlalu tinggi (Zuhrawati, 2014)

Proposal ini akan diseminarkan di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFI)


Bhakti Pertiwi Palembang.
Hari :
Jam :
Tempat : Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang
Pembimbing : 1. Sari Meisyayati, M.Si,Apt
2. Mauizatul Hasanah, M.T

1 STIFI Bhakti Pertiwi


2

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa kadar kolesterol

yang tinggi dalam darah menyumbang 56% dari kasus penyakit jantung koroner

di seluruh dunia dan menyebabkan sekitar 4,4 juta kematian setiap tahunnya.

Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh aterosklerosis, yaitu

penyempitan pembuluh darah koroner yang mengakibatkan insufisiensi aliran

darah ke miokardium (Dewi, 2019). Menurut hasil survei Riset Kesehatan Dasar

menyatakan prevalensi jantung koroner berdasarkan hasil survei yang sudah

terdiagnosis dokter Indonesia sebesar 34,1% dari penduduk Indonesia yang

mengalami penyakit jantung (Kemenkes, 2018).

Penatalaksanaan hiperlipidemia yang dapat dilakukan adalah dengan cara diet

rendah kolesterol, jika diet ini gagal dilakukan maka dilakukan terapi obat anti

hiperlipidemia (Dipiro dkk, 2011). Obat yang paling efektif dalam mengurangi

kolesterol total dan paling baik toleransinya untuk mengobati hiperlipidemia

adalah golongan inhibitor kompetitif HMG-KoA reduktase (statin) yang terdiri

dari lovastatin, atorvastatin, fluvastatin, pravastatin, simvastatin, rosuvastatin, dan

pitavastatin (Katzung dkk,2013). Namun obat-obat tersebut dapat menimbulkan

efek merugikan yaitu menyebabkan miopati bercirikan miaglia hebat serta rasa

lelah selama penggunaan obat (Goodman dan Gilman, 2012).

Tingginya harga obat sintesis dan adanya efek samping yang merugikan

kesehatan memicu masyarakat untuk menggunakan obat tradisional. Pengobatan

secara alami atau back to nature menjadi fenomena yang sering dibicarakan

dalam beberapa tahun terakhir ini. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun-temurun telah

STIFI Bhakti Pertiwi


3

diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Allo, 2013).

Berdasarkan penelitian sebelumnya, sediaan jus herbal kombinasi (cuka apel,

jeruk nipis, nanas, madu, dan rosela) terbukti mempunyai khasiat menurunkan

kadar kolestrol dalam tubuh dengan hasil rerata nilai rasio LDL/HDL jus herbal

kombinasi 5,4 ml/kgbb dan rasa jus herbal kombinasi ini dapat diterima oleh

masyarakat dan efektif terhadap nilai rasio LDL/HDL yang rendah (Andriliya,

2018).

Jus herbal kombinasi pada penelitian ini tidak menggunakan bahan pengawet

tetapi adanya kandungan rosela yang mengandung anthosianin yang berfungsi

sebagai antioksidan (Fitri, 2015). Jeruk nipis yang mempunyai kandungan

synephrine, n-methyltyramine, asam sitrat, kalsium, fosfor, besi, serta vitamin A,

B1, dan C (Lauma, 2013). Nanas yang mengandung Bromelin mempunyai

aktivitas anti-inflamasi, aktivitas fibrinolitik, dan dapat mencegah agregasi

platelet (Bhattacharyya, 2008). Cuka apel (apple cider vinegar) adalah cairan

fermentasi buah apel yang difermentasi oleh khamir dan bakteri asam asetat. Zat

yang terkandung dalam cuka apel yaitu flavonoid memiliki aktivitas antibakteri

(Adnyani 2019). Madu yang mempunyai kandungan Vitamin A, C, E, asam

organik, dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan serta penangkap

radikal bebas (Fajrilah dkk, 2013). yang digunakan sebagai bahan pengawet alami

untuk penyimpanan jus herbal kombinasi ini.

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Andriliya, 2018) masyarakat penderita

penyakit kolesterol, jus herbal sangat aman untuk dikonsumsi dan dapat

dikembangkan, sehingga memudahkan masyarakat dalam menemukan jus herbal

STIFI Bhakti Pertiwi


4

dipasaran, apabila jus herbal kombinasi sudah di olah dan di jadikan produk yang

bisa dipasarkan, tetapi belum dikonsumsi oleh masyarakat, maka produk ini dapat

memiliki kendala dari sisi penyimpanan. Permasalahan yang dapat merugikan

pada jus herbal berupa faktor intrinsik yaitu sifat fisika, kekentalan, pH,

organoleptik, faktor entrinstik yaitu kondisi lingkungan seperti suhu, susunan gas,

serta kelembapan, faktor implisif yaitu sifat yang dimiliki mikroba dan faktor

pengolahan (Zainal, 2011).

sediaan cair dapat mengalami perubahan karakteristik dan penurunan

efektifitas karena memiliki zat kimia seperti pada penelitian (Rizal dkk, 2016)

konsentrasi CMC 0,2% mampu menghasilkan minuman probiotik sari buah nanas

yang memiliki karakteristik organoleptik yang terbaik dengan lama penyimpanan

pada suhu dingin selama 1 bulan. Menurut (Wulandari, 2017) waktu penyimpanan

madu akan dapat mempengaruhi efektifitas. Pada penyimpanan suhu kamar 36 –

38 °C dengan lama penyimpanan 2 – 4 minggu madu mengalami sedikit

penurunan efektifitasnya, sedangkan pada suhu dingin + 50C madu tidak

mengalami penurunan efektifitas.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian untuk

mengetahui efektifitas antihiperkolesterolemia dari jus herbal kombinasi setelah

masa simpan 1 bulan dengan 2 perlakuan yaitu pada suhu ruang dan suhu lemari

pendingin. Dengan dilakukannya penelitian ini masyarakat dapat mengetahui

efektifitas antihiperkolesterolemia jus herbal kombinasi yang di simpan dalam

suhu ruang (25-30ºC) dan suhu lemari pendingin (5-13ºC) selama 1 bulan.

1.2 Rumusan Masalah

STIFI Bhakti Pertiwi


5

1. Apakah jus herbal kombinasi (cuka apel, jeruk nipis, nanas, madu, dan rosela)

masih memiliki efektivitas antihiperkolestrol selama masa simpan 1 bulan

pada suhu ruang dan suhu lemari pendingin?

2. Apakah terdapat perbedaan efektivitas antihiperkolestrol jus herbal

kombinasi (cuka apel, jeruk nipis, nanas, madu, dan rosela) selama masa

simpan 1 bulan pada suhu ruang?

3. Pada penyimpanan manakah antara suhu ruang atau suhu dingin yang

menghasilkan efektifitas antihiperkolestrol jus herbal kombinasi (cuka apel,

jeruk nipis, nanas, madu, dan rosela) terbesar?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara ilmiah apakah jus herbal

kombinasi rosela, nanas, jeruk nipis, cuka apel, dan madu akan tetap memberikan

efektifitas anti kolesterol pada suhu ruang dan suhu dingin selama masa

penyimpanan 1 bulan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat apakah jus herbal kombinasi (cuka

apel, jeruk nipis, nanas, madu, dan rosela) apakah masih memiliki efektivitas

sebagai antihiperkolestrol setelah masa simpan selama 1 bulan.

2. Dapat dijadikan sebagai informasi bahan penelitian dan kajian untuk

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masa penyimpanan jus herbal

kombinasi

STIFI Bhakti Pertiwi


6

1.5 Hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan efektifitas antihiperkolesterol antara pemberian jus

herbal kombinasi cuka apel, jeruk nipis, nanas, madu, dan rosela pada masa

simpan 1 bulan di suhu kamar dan suhu dingin.

H1 : Ada perbedaan efektifitas antihiperkolesterol antara pemberian jus herbal

kombinasi cuka apel, jeruk nipis, nanas, madu, dan rosela pada masa

simpan 1 bulan disuhu kamar dan suhu dingin.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

STIFI Bhakti Pertiwi


7

2.1 Tinjauan Tanaman Herbal

2.1.1 Deskripsi Rosela (Hibiscus sabdariffa L)

Tumbuhan rosela berupa semak, tumbuh tegak tinggi dapat mencapai 3 m.

Tanaman rosella mempunyai daun tunggal berbentuk bulat telur, bertulang

menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan pangkal berlekuk, panjang daun 6-15

cm dan lebar 5- 8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau dengan panjang 4-7 cm

(Mulyawwan, dkk, 2015)

Ekstrak rosella memiliki rasa yang asam. Rasa asam tersebut disebabkan

karena adanya dua komponen senyawa asam yang dominan yaitu asam askorbat

(vitamin C), asam sitrat dan asam malat (Mulyawan, dkk, 2015). Rosela memiliki

beberapa kandungan zat seperti gossypetin, glukoida, hibiscin, flavonoid,

theflavin, katekin dan antosianin (Widyanto dan Nelistya, 2008). Setiap 100 g

bunga rosella mengandung 96 mg antosianin (Hermawan, dkk. 2011). Secara

ilmiah sudah dibuktikan bahwa rosela dapat menurunkan kadar kolesterol total

(Chairunnisa, 2015). Tananam rosela sudah di uji klinik bahwa tanaman rosela

dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, serta dapat

meningkatkan kadar kolesterol HDL (Permenkes, 2016).

2.1.2 Deskripsi Nanas (Ananas comosus)

Tanaman nanas merupakan tanaman buah semak dengan tinggi tanaman

STIFI Bhakti Pertiwi


8

nanas sekitas 50-150 cm. Daun berbentuk pedang, tebal ujung daun nanas lancip,

tepi daun memiliki duri, dan warna hijau. Bentuk buah yaitu bulat panjang, warna

danging nanas muda berwarna hijau dan warna daging nanas tua atau masak

berwarna kuning. Apabila buah telah tumbuh maksimal (tua) dan sejalan dengan

proses pematangan, maka warna berubah (Mandiri, 2010). Nanas mengandung

karbohidrat, tanin, saponin, flavonoid, alkaloid, quinines, glycosida, terpenoid,

fenol, phytosteroid, steroid, anthoquinon (Praveena dan estherlydia, 2014). Nanas

juga merupakan sumber oksidan alami yang membantu meningkatkan kekebalan

tubuh terhadap infeksi penyakit dan meningkatkan konsentrasi leukosit

(Zuhrawati, 2014).

2.1.3 Deskripsi Jeruk Nipis

Pohon kecil, bercabang lebar tidak beraturan, ranting-rantingnya berduri

pendek-pendek. Daun berselang-seling, berbentuk jorong samping, buah yang

bulat sampai bulat telur, segmen buah berdaging hijau kekuning-kuningan, rasa

asam, mengandung banyak sari buah yang harum baunya (Arbain dkk, 2014).

Dilakukan hasil analisis fitokimia, jeruk nipis mengandung pectin, saponin,

tannin, alkaloid, steroid, dan flavonoid (Hesperidine, quercetin, tangeritin). Jeruk

nipis juga mengandung asam sitrat, kalsium, fosfor, besi, dan vitamin A,B, serta C

(Arbain dkk, 2014).

Berdasarkan penelitian (Yulianti dkk, 2013) penambahan sari jeruk nipis

dosis 4,5 ml/kgbb dapat menurunkan kadar kolesterol darah sedangkan pada

penelitian (Elon dan Polancos, 2015) menunjukkan hasil bahwa buah jeruk nipis

mengandung flavonoid yang berkhasiat sebagai antioksidan. Sehingga berperan

STIFI Bhakti Pertiwi


9

penting dalam proses aterogenesis, yaitu dengan menghambat oksidasi low

density lipoprotein (LDL). Selain itu, ekstrak daun jeruk nipis dapat berkhasiat

lain sebagai antidiabetik dan dapat menghambat pertumbuhan larva aedes spp

(Prijadi dkk, 2014).

2.1.4 Deskripsi Cuka Apel

Cuka apel merupakan hasil fermentasi asam asetat dan alkohol dari buah apel.

Asam asetat adalah komposisi kimia yang paling mendominasi didalam cuka apel

(Johnston dkk, 2006). Komposisi zat yang terkandung dalam cuka apel yang

berperan menyembuhkan adalah pektin, kalium dan magnesium yang terdapat

pada buah apel. Tingginya kandungan flavonoid seperti quercetin memberikan

efek perlindungan efektif terhadap penyakit jantung, asma dan kolesterol dengan

cara menekan enzim HMG-KoA. Cuka apel yang kaya serat membantu menyerap

air, lemak, racun, dan kolesterol dari saluran pencernaan dan membuangnya

keluar dari tubuh. Cuka apel yang kaya serat membantu menurunkan kolesterol

dengan cara mengikat kolesterol tersebut bersama serat, dan kemudia dibuang

oleh tubuh (Budiana, 2013). Berdasarkan penelitian (Arsana dkk, 2010)

pemberian kombinasi antara madu dan cuka apel dosis 0,5 ml/kgbb menunjukan

aktivitas penurunan kolesterol.

2.1.5 Deskripsi Madu

Madu merupakan substansi alam yang diproduksi oleh lebah madu yang

STIFI Bhakti Pertiwi


10

berasal dari nektar bunga atau sekret tanaman yang dikumpulkan oleh lebah

madu, diubah dan disimpan di dalam sarang lebah untuk dimatangkan. Madu

dikenal sebagai cairan yang menyehatkan dan berkhasiat, masyarakat Indonesia

menggunakan madu sebagai campuran pada jamu tradisional untuk meningkatkan

khasiat penyembuhan penyakit seperti infeksi pada saluran cerna dan pernapasan

serta meningkatkan kebugaran tubuh (Elsi dkk, 2014). Madu memiliki kandungan

vitamin A, C, E, asam organik, fenol, dan flavonoid yang berfungsi sebagai

antioksidan serta penangkap radikal bebas (Fajrilah dkk, 2013). Penelitian lain

menyatakan selain senyawa-senyawa tersebut, beta karoten merupakan salah satu

senyawa yang berperan sebagai antioksidan yang terkandung di dalam madu dan

mampu meredam radikal bebas (Parwata dkk, 2010).

2.2 Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan

simplisia awal (Depkes RI dan Ditjen POM, 2000).

Rendemen = Total ekstrak yang di dapat X 100

Jumlah Sampel

2.3 Ruang Lingkup Jus Herbal

2.3.1 Obat Herbal

STIFI Bhakti Pertiwi


11

Obat herbal adalah yang berasal dari tumbuhan yang di proses atau di ekstrak

sedemikian rupa senhingga menjadi serbuk, pil atau cairan yang dalam prosesnya

tidak mengandung zat kimia. Obat herbal digolongkan menjadi jamu, obat herbal

terstandar, fitofarmaka (Andareto, 2015). Obat herbal dengan efek samping

minim karna dibuat dari bahan bahan alam, tidak seperti obat-obat sintesis yang

dapat memberikan efek samping, baik secara langsung setelah penggunaan

ataupun setelah jangka waktu yang lama. Berdasarkan penelitian (Upia, 2017) dan

(Herpi, 2017) sediaan jus herbal yang mengandung rosela, nanas, bawang putih,

jahe merah, jeruk nipis, cuka apel dan madu merupakan obat tradisional karena

mengunakan bahan-bahan alam tidak mengggunakan bahan kimia murni.

Meskipun jus herbal ini mengandung cuka apel yang diproduksi oleh industri dan

merupakan hasil fermentasi (Trubus, 2013).

2.4 Penelitian pada jus herbal kombinasi

Berdasarkan penelitian oleh (Andriliya, 2018), yang diteliti untuk

memperbaiki rasa dari formula jus herbal kombinasi (Rosela, Nanas, Jeruk Nipis,

Cuka Apel, dan Madu), memiliki efek antihiperlipidemia dan pengaruh nilai rasio

LDL/HDL yang rendah. Penelitian ini menggunakan 24 hewan percobaan yang

dibagi 4 kelompok, kelompok kontrol negatif, positif, jus herbal kombinasi dosis

2,7 dan 5,4 ml/kgbb. Sediaan uji di berikan selama 10 hari, setelah itu dilakukan

pengambilan darah dari pleksus orbital. Pengukuran kadar kolesterol total,

trigliserida, HDL, menggunakan spektofotometer UV-VIS metode CHOD-PAP,

presipitasi, dan GPO-PAP serta penentuan nilai LDL, nilai rasio LDL/HDL pada

hari ke 11. Dengan hasil bahwa jus herbal kombinasi pada dosis 5,4 ml/Kgbb

STIFI Bhakti Pertiwi


12

lebih efektif memperbaiki profil lipid darah dan menyebabkan nilai rasio

LDL/HDL yang rendah.

Bahan jus herbal kombinasi yang digunakan dalam kondisi segar mempunyai

kandungan air yang lebih banyak sehingga mempermudah proses perajangan,

penyaringan menggunakan juicer dan kandungan kimianya yang lebih banyak

dibandingkan dengan sampel yang sudah kering. Kemudian jus herbal kombinasi

dilakukan pemanasan dengan suhu sekitar 40-60℃ selama 3-5 menit untuk

mensterilkan sediaan agar terhindar dari kontaminasi bakteri patogen selama

proses penyaringan. Penambahan cuka apel tanpa di didihkan terlebih dahulu

dalam proses pemanasan dapat menimbulkan bau yang menyengat sedangkan

madu mengandung enzim-enzim yang dapat dirusak oleh pemanasan karena

peningkatan temperatur mengakibatkan enzim mengalami denatruasi

menyebabkan turunya reaksi enzimatis (Ifora dkk, 2016)

2.5 Kolesterol

2.5.1 Definisi Kolesterol

Menurut keputusan Menteri Kesehatan tentang pedoman pemeriksaan kimia

klinik nomor 1792/MENKES/SK/XII/2010,Kolesterol adalah metabolit yang

mengandung lemak sterol yang ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan

dalam plasma darah. Kolesterol berperan sebagai bahan pembentuk sejumlah

steroid penting, estrogen, androgen dan progesteron. Kolesterol juga berfungsi

membantu seluruh proses enzimatis dalam tubuh (Almatsier, 2010).

Tabel 2.1 Klasifikasi Kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserida (PPK 2014)
Kolesterol Total Keterangan

STIFI Bhakti Pertiwi


13

<200 mg/dl Diinginkan


200-239 mg/dl Cukup tinggi
≥240 mg/dl Tinggi

2.6 Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia yaitu suatu kondisi kadar kolesterol dalam darah sama

dengan atau sudah melebihi batas normal 200 mg/dl (Guyton dan Hall, 2012).

Hiperkolesterolemia merupakan tingginya fraksi lemak darah, yaitu berupa

peningkatan kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL (Low Density

Lipoprotein), serta penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein).

2.6.1 Patofisiologi Hiperkolesterol

Mekanisme terjadinya hiperkolesterolemia dimulai dari konsumsi makanan

yang mengandung lemak akan mengalami proses pencernaan di dalam usus

menjadi asam lemak bebas, trigliserida, fosfolipid dan kolesterol. Kemudian

diserap dalam bentuk kilomikron. Zat sisa dari pemecahan kilomikron diedarkan

menuju hati lalu dipilah-pilah menjadi kolesterol. Sebagian kolesterol ini dibuang

melalui empedu sebagai asam empedu dan sebagian lagi bersama-sama dengan

trigliserida bergabung dengan protein tertentu (apoprotein) untuk membentuk

Very Low Density Lipoprotein (VLDL), yang selanjutnya dipecah oleh enzim

lipoprotein menjadi Intermediet Density Lipoprotein (IDL) yang tidak bisa

bertahan 2-6 jam karena langsung akan diubah menjadi (LDL) (Guyton dan Hall,

STIFI Bhakti Pertiwi


14

2012).

Pembentukan LDL oleh reseptor ini berperan penting dalam pengontrolan

kadar kolesterol darah. Di samping itu dalam pembuluh darah terdapat sel-sel

perusak yang dapat merusak LDL. Melalui jalur sel-sel perusak ini molekul LDL

akan dioksidasi, sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam aliran darah.

Kolesterol yang banyak terdapat dalam LDL akan menumpuk dalam sel-sel

perusak. Apabila hal ini terjadi selama bertahuntahun menyebabkan penumpukan

kolesterol pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Kemudian plak

akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium. Hal ini

yang kemudian dapat berkembang menjadi aterosklerosis (Guyton dan Hall,

2012).

2.7 Propiltiourasil

Propiltiourasil merupakan suatu obat anti tiroid untuk pengobatan

hipertiroidisme. Peningkatan kadar kolesterol dapat dilakukan secara endogen

dengan diinduksi propiltiourasil (PTU), mekanisme kerja PTU yaitu menghambat

enzim thyroperoxidase dan enzim 5’ deiodinase sehingga terjadi penurunan

sintesis hormone tiroid yang mengakibatkan penurunan ekspresi reseptor LDL

dan peningkatan sterol regulatory element-binding protein (SREBP), hal ini

mengakibatkan terjadi peningkatan kadar kolesterol dalam darah (Sahoo dkk,

2016).

2.8 Spektrofotometer UV-Vis

STIFI Bhakti Pertiwi


15

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar utraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.

Spektrum UV-Vis ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.

Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur

absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum

Lambert-Beer. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm

sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm

(Dachriyanus, 2004).

2.9 Pakan tinggi lemak

Pakan tinggi lemak merupakan penginduksi yang digunakan untuk membuat

tikus menjadi hiperlipidemia secara oksigen, dengan pemberian pakan tinggi

lemak dapat meningkatkan meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,

HDL, dan triasigliserida, Pemberian pakan tinggi lemak akan menyebabkan

peningkatkan konsentrasi kilomikron dalam plasma sebesar 1-2 persen dari total

plasma dalam waktu satu jam setelah makan. Kilomikron memiliki fungsi yang

sangat penting untuk mengangkut lipid yang terbentuk dari proses pencernaan dan

penyerapan menuju ke hati (Harsa, 2014).

2.10 Percobaan pada hewan uji

Penelitian yang dilakukan menggunakan hewan percobaan yaitu tikus putih

jantan galur Wistar, karena sifat dari farmakologis manusia hampir sama dengan

tikus tersebut. Tikus yang digunakan tikus jantan karena tidak terkait dengan

hormonal sehingga tidak mengalami daur esterogen. periode kehamilan, dan

STIFI Bhakti Pertiwi


16

menyusui yang dapat mengganggu aktivitas penelitian. Tikus yang digunakan

berusia 2-3 bulan karena pada usia tersebut pertumbuhan tikus masih dalam tahap

optimal yaitu dengan kemampuan metabolisme dan fungsi organ masih normal

sehingga diharapkan mempermudah dalam proses penggemukan dan peningkatan

serta pengamatan kadar kolesterol (Nisa dan Rosita, 2010).

2.11 Metode pemeriksaan kolesterol

2.11.1 Metode CHOD-PAP

Metode Cholesterol oxidase diaminase peroksidase aminoantipyrin (CHOD-

PAP) ini digunakan untuk mengukur kadar kolesterol total dan koleterol HDL.

Metode ini menggunakan prinsip oksidasi dan hidrolisis enzimatis. Dimana

prinsipnya adalah kolesterol ester pada lipoprotein dipecah oleh enzim kolesterol

esterase menjadi kolesterol dan asam lemak. Kolesterol kemudian mengalami

oksidasi dengan enzim kolesterol oksidase sebagai katalis menghasilkan senyawa

peroksida (H2O2) yang direaksikan bersama fenol dan 4-aminoantripirine

menghasilkan senyawa quinoneimine yang berwarna merah dan kemudian dapat

dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer UV-VIS (Olukanni, 2013).

2.11.2 Metode GPO-PAP

Metode glycerol-3-phosphate oxidase – phenol aminophenazone (GPO-PAP)

adalah metode yang digunakan untuk mengukur trigliserida. Prinsipnya adalah

trigliserida akan dihidrolisis oleh enzim lipase menghasilkan gliserol dan asam

lemak. Gliserol kemudian diubah menjadi gliserol-3-fosfat oleh enzim

STIFI Bhakti Pertiwi


17

gliserolkinase. Gliserol-3-fosfat yang dihasilkan dioksidasi menghasilkan

dihidroksi aseton fosfat dan peroksida (H2O2). Peroksida yang dihasilkan akan

bereaksi lebih lanjut dengan 4-aminofenazon dan 4-klorofenol menghasilkan

senyawa quinoneimine yang berwarna merah dan dapat diukur dengan

spektrofotometer UV-VIS (Olukanni, 2013).

2.12 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jus herbal (BPOM
RI, 2010)

Dalam membuat sediaan herbal terdapat beberapa faktor yang harus

diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap khasiat dan keamanan

penggunaan sediaan herbal tersebut untuk pengobatan. Adapun faktor-faktor yang

dimaksud adalah:

1. Identifikasi

Sebelum menggunakan sediaan herbal sebagai obat harus dipastikan bahwa

tidak menggunakan bahan tanaman yang salah. Menggunakan sediaan herbal yang

salah dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan atau keracunan.

2. Peralatan

Peralatan panci/wadah yang digunakan sebaiknya dari bahan gelas/kaca,

email atau stainless steel. Gunakan pisau atau spatula/ pengaduk yang terbuat dari

bahan kayu atau baja, saringan dari bahan plastik atau nilon. Jangan menggunakan

peralatan dari bahan aluminium karena dapat bereaksi dengan kandungan kimia

tertentu dari tanaman yang mungkin menjadi toksis.

3. Penimbangan dan pengukuran

STIFI Bhakti Pertiwi


18

Pada umumnya timbangan dapur dapat digunakan walaupun dengan gelas

ukur lebih akurat. Ukuran gram atau liter lebih mudah dan lebih umum digunakan

daripada ukuran besaran lainnya. Apabila mendapat kesukaran dalam menimbang

jumlah yang sedikit/kecil seperti 10g, maka dapat dilakukan dengan penimbangan

20g, kemudian hasil penimbangan dibagi dua.

4. Derajat kehalusan bahan tumbuhan obat

Dalam penyarian bahan berkhasiat yang terdapat dalam bahan tumbuhan

obat, derajat kehalusan merupakan hal yang terpenting. Derajat kehalusan bukan

merupakan faktor tunggal yang mempengaruhi proses pelepasan bahan berkhasiat,

tetapi jumlah dan sifat alami dari bahan pendamping/metabolit primer lain yang

terdapat dalam bahan obat juga memegang peranan penting.

5. Penyimpanan

Sediaan yang berbeda dapat bertahan untuk jangka waktu yang berbeda

sebelum mulai berkurang/kehilangan kandungan bahan berkhasiatnya. Simpanlah

infus atau dekok didalam lemari pendingin atau pada tempat yang teduh. Infus harus

dibuat segar setiap hari (24 jam) dan dekok harus digunakan dalam waktu 48 jam.

2.13 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas jus herbal (Zainal, 2011)

1. Faktor intrinstik, merupakan sifat fisik, kimia dan struktur yang dimiliki oleh

bahan pangan tersebut, seperti kandungan nutrisi, pH, senyawa mikroba.

2. Faktor entristik, yaitu kondisi lingkungan pada pada penganan dan

penyimpanan bahan pangan seperti suhu, kelembaban, susunan gas

diatmosfer.

3. Faktor implisit, merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba itu sendiri.

4. Faktor pengolahan, karena perubahan mikroba awal sebagai akibat

STIFI Bhakti Pertiwi


19

pengolahan bahan pangan, misalnya bahan pangan, misalnya pemanasan,

pendinginan, radiasi, dan penambahan bahan pengawet.

2.15 Faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri

1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan

bakteri. Terdapat beberapa jenis bakteri yang dapat hidup pada kisaran suhu

yang luas, dan ada juga bakteri jenis lainnya yang hanya dapat hidup pada

rentang suhu yang terbatas. Pada umumnya kisaran suhu pertumbuhan

mikroba terletak antara 0⁰C - 90⁰C (Huslina, 2019)

2. Zat Makanan

Sebagian besar yang hidup bebas dapat tumbuh baik pada ekstrak

ragi, bakteri parasit membutuhkan zat-zat khusus yang hanya terdapat dalam

darah atau dalam ekstrak jaringan hewan. Banyak organisme, satu senyawa

seperti asam amino dapat berlaku sebagai sumber energy, sumber karbon dan

sumber nitrogen, organisme lain yang memerlukan senyawa yang berbeda

untuk tiap sumber. Bila pada pembenihan nonsintetik bahan-bahan alamiah

yang digunakan zat makanan tertentu, zat makanan tersebut harus disediakan

tersendiri (Jawetz, 2007).

3. Oksigen

Kebutuhan oksigen pada bakteri tertentu mencerminkan mekanisme

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Bakterinya anaerobik

atau disebut anaerob adalah kelompok bakteri yang tidak dapat tumbuh

dengan adanya oksigen, bakteri anaerobik yang bersifat aerotoleran dapt

STIFI Bhakti Pertiwi


20

tumbuh dengan baik pada permukaan yang mempunyai tekanan oksigen

rendah (Wibowo, 2012).

4. Kelembapan

Konsentrasi larutan yang aktif secara osmotik didalam selnya bakteri,

umumnya lebih tinggi dari konsentrasi diluar sel. Kecuali bakteri

mycoplasma dan bakteri yang mengalami kerusakan dinding sel, tidak toleran

terhadap perubahan osmotic dan akan mengembangkan sistem transport

kompleks dan alat pengatur sensor osmotik untuk memelihara keadaan

osmotik konstan dalam sel. Pertumbuhan sel pada medium dengan

osmolaritas rendah mensintesis pada kecepatan sintesis nampaknya diatur

secara genetik untuk merespon perubahan osmolaritas medium (Wibowo,

2012)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan April

2020 di Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Farmakologi Sekolah Tinggi

Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus, juicer

(Philips®), timbangan analitik(Fulgid®), batang pengaduk(Iwaki®), botol infus

STIFI Bhakti Pertiwi


21

kaca 100 ml, beaker gelas (Approx®), erlenmeyer (Pyrex®), corong kaca (Iwaki®),

vial, sonde oral (Marmony Medica®), gelas ukur (Pyrex®), spuit (®Gid Care®),

tabung reaksi (Iwaki®), rak tabung (Pesona Scientific®), vortex portable mixer

(Thermo Scientific®).

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain yaitu:

rosela,nanas, jeruk nipis, madu (kembang joyo®), cuka apel (Tahesta®), aquadest

(Airmas Sakti®), OGB propiltiourasil (PTU) (Dexa Medica®) 0,01%, pakan tinggi

lemak (PTL), pakan standar (Gemco®), ketamin (Hameln®), reagen kolesterol

total.

3.2.3 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur

wistar(Rattus norvegicus strain wistar) dengan berat badan 150-250 gram.

Penentuan tikus untuk tiap kelompok ditentukan berdasarkan rumus Federer

(1963) sebagai berikut:

(t-1) x (n-1) ≥ 15

(4-1) x (n-1) ≥ 15

3n-3 ≥ 15

3n ≥ 18

n ≥6

Keterangan:

n = Besar sampel tiap kelompok

STIFI Bhakti Pertiwi


22

t = Banyaknya kelompok

Jadi, jumlah tikus yang digunakan untuk tiap kelompok terdapat 6 ekor dan ada 4

kelompok perlakuan yang berbeda-beda. Besar sampel keseluruhan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 24 ekor.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan terhadap jus herbal kombinasi

rosela, nanas, jeruk nipis, cuka apel, dan madu yang telah dilakukan peneliti

sebelumnya, Andriliya (2018). Penelitian ini akan melakukan uji efektifitas anti

hiperkolesterol jus herbal kombinasi rosela, nanas, jeruk nipis, cuka apel, dan

madu yang sudah diolah menjadi 3 sediaan jus herbal yaitu jus herbal segar dan

jus herbal yang dilakukan penyimpanan selama 1 bulan pada suhu ruangan dan

suhu dingin.

Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih jantan yang dibagi secara

acak menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok hewan yang diberi

perlakuan Na CMC 0,5%, kelompok hewan yang diberi Jus herbal yang sudah

disimpan 1 bulan pada suhu ruangan (25-30ºC), kelompok hewan yang diberi Jus

herbal yang sudah disimpan 1 bulan pada suhu dingin (5-13ºC) dan kelompok

hewan yang diberi Jus herbal segar, dengan masing-masing diberi jus herbal

kombinasi pada dosis 5,4 ml/kgbb. Semua hewan uji diinduksi dengan

propiltiourasil 0,01%, diberikan pakan tinggi lemak dan diberikan sediaan uji

sesuai kelompoknya masing-masing selama 10 hari.

Pengambilan sampel darah melalui vena ekor tikus pada seluruh kelompok

STIFI Bhakti Pertiwi


23

perlakuan. Hewan uji di aklimatisasi terlebih dahulu selama 7 hari, kemudian

pengukuran kadar kolesterol awal pada H0 sebelum perlakuan dan dilanjutkan

dengan pengukuran kadar kolesterol total setelah perlakuan pada H11 dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pengambilan Sampel

1. Bunga rosella (Hibiscus radiatus Cav), nanas (Ananas comosus.Meer),

jeruk nipis (Citrus aurantifolia), dan madu yang digunakan sebagai sampel

diambil di Desa Pedamaran, Kabupaten OKI, Provinsi Sumatra Selatan.

2. Cuka apel (Malus domestica sp) yang juga digunakan sebagai sampel

diperoleh dari apotek k24 di daerah Kota Palembang, Provinsi Sumatera

Selatan.

3.4.2 Persiapan Hewan Percobaan

Hewan percobaan tikus galur wistar yang digunakan sebanyak 24 ekor

diaklitisasi selama 7 hari dalam kandang yang baik beradaptasi dengan

lingkungan baru. Kemudian cek kadar kolesterol awal tikus lalu timbang dan

tandai masing-masing berat tikus, selanjutnya dilakukan pengelompokan hewan

percobaan dengan rangkap acak lengkap.

3.4.3 Pembuatan Sediaan Jus Herbal

Tabel 3.1 Tabel Formulasi Jus Herbal Kombinasi


Formula Jus Herbal
No Bahan Jumlah tiap 450 ml
1 Sari rosela 60 ml

STIFI Bhakti Pertiwi


24

2 Sari nanas 90 ml
3 Sari jeruk nipis 30 ml
4 Cuka apel 30 ml
5 Madu kembang joyo 240 ml

Cara pembuatan jus herbal kombinasi :

Bersihkan bunga rosela, nanas dari kulitnya, jeruk nipis kemudian cuci bersih

dengan air matang. Lalu diekstraksi kelopak bunga rosella mengunakan alat

juicer lalu diambil ekstrak sebanyak 60 ml, buah nanas diekstraksi menggunakan

alat juicer lalu diambil ekstrak sebanyak 90 ml, jeruk nipis diperas lalu saring

ambil ekstrak sebanyak 30 ml aduk hingga homogen. Panaskan kurang lebih 5

menit kemudian dinginkan lalu tambahkan cuka apel 30 ml dan madu 240 ml.

3.4.4 Pengemasan Sediaan Jus Herbal

Proses pengemasan dilakukan setelah proses pembuatan, jus herbal dikemas

dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman

selama penyimpanan dan pengangkutan. Tahap pengemasan pada jus herbal

sebagai berikut :

1. Jus herbal pada suhu kamar yang sudah dibuat di masukan kedalam wadah

botol kaca sebanyak 150 ml, tutup rapat botol pastikan tidak ada tempat

oksigen untuk masuk. Setelah tertutup rapat jus herbal disimpan pada suhu

kamar (25-30ºC) dengan masa penyimpanan 1 bulan.

2. Jus herbal pada suhu dingin yang sudah dibuat dimasukan kedalam wadah

botol kaca sebanyak 150 ml, tutup rapat botol pastikan tidak ada tempat

oksigen untuk masuk. Setelah tertutup rapat jus herbal disimpan pada suhu

dingin (5-13ºC) dengan masa penyimpanan 1 bulan.

STIFI Bhakti Pertiwi


25

Jus herbal dibuat pada saat pelaksanaan penelitian, jus herbal yang sudah

dibuat dimasukan kedalam wadah botol kaca sebanyak 150 ml, tutup rapat

botol pastikan tidak ada tempat oksigen untuk masuk. Jus herbal segar ini

tidak ada masa penyimpanan.

3.4.5 Pembuatan Pakan Tinggi Lemak

Pada penelitian ini menggunakan pakan standard pakan tinggi lemak 30

g/hari (Andriliya, 2018). Komposisi pakan tinggi lemak untuk 10 hari di buat 600

gram untuk satu tikus dengan dosis : lemak sapi, minyak jelantah, telur puyuh,dan

pur dengan perbandingan 1:1:2:4.

Siapkan alat dan bahan dicuci semua alat, lemak sapi dipanaskan dengan

minyak jelantah hinggga lemak sapi larut, tambahkan telur puyu dan pur 551. Di

aduk semua bahan sampai homogen. Setelah homogen dicetak mengunakan

mesin cetak terbentuk butiran butiran kecil lalu dikeringkan di oven.

3.4.6 Pembuatan Sediaan Uji

1. Suspensi Na- CMC 0,5% b/v

Serbuk Na-CMC ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian ditaburkan

sedikit demi sedikit kedalam 20 ml aquadest panas hingga mengembang,

digerus kemudian tambahkan air hingga air 100 ml.

2. Larutan propiltiourasil 0,01% b/v

Serbuk propiltiourasil ditimbang 200 mg kemudian dilarutkan dalam air 2

liter aquadest.

3. Suspensi jus herbal kombinasi dosis 5,4 ml/kgbb

STIFI Bhakti Pertiwi


26

Jus herbal kombinasi diambil 27 ml lalu dilarutkan dalam 50 ml Na-CMC

0,5% diaduk hingga homogen.

3.4.6 Prosedur Uji Efek Antihiperkolestrol

Hewan percobaan tikus galur wistar yang digunakan sebanyak 24 ekor

diaklitisasi selama 1 minggu dalam kandang yang baik beradaptasi dengan

lingkungan barunyan. Kemudian cek kadar kolesterol awal tikus lalu timbang dan

tandai masing-masing berat tikus, selanjutnya dilakukan pengelompokan hewan

percobaan dengan rangkap acak lengkap.

Tikus dibagi menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok diberikan

pakan tinggi lemak, propiltiourasil dan perlakuan sediaan uji dosis tunggal satu

kali sehari selama 10 hari berturut-turut secara per oral yaitu kelompok hewan

yang diberi perlakuan Na CMC 0,5%, kelompok hewan yang diberi Jus herbal

yang sudah disimpan 1 bulan pada suhu kamar (25-30ºC), kelompok hewan yang

diberi Jus herbal yang sudah disimpan 1 bulan pada suhu dingin (5-13ºC) dan

kelompok hewan yang diberi Jus herbal segar, dengan masing-masing diberi jus

herbal kombinasi pada dosis 5,4 ml/kgbb.

Selanjutnya pada hari ke-11, semua tikus diambil kembali sampel darah

melalui ekor tikus dengan menggunakan pipet heparin untuk pemeriksaan kadar

kolesterol total, yang diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar kolesterol total pada semua kelompok

perlakuan. Sampel darah data hasil pengukuran kadar kolesterol dianalisa secara

statistik.

3.4.7 Penentuan Kadar Kolesterol Total

STIFI Bhakti Pertiwi


27

Pemeriksaan kadar kolestrol total mengunakan metode clolesterol oxidase

-phenol aminophenazonen (CHOD-PAP). Sebelum melakukan pengukuran

sampel kolesterol, maka lakukan pengukuran panjang gelombang kolesterol

standar penentuan absorsi standar kolesterol total. Kemudian lakukan penentuan

kolestrol dalam sampel, sebanyak 10 uL serum dipipet dengan pipet mikro

dimasukan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan reagen kolesterol

sebanyak 1000 uL, lalu di vortek agar homogen. Selanjutnya diinkubasi pada suhu

25oC selama 0 menit atau pada suhu 37oC selama 5 menit. Absorbansi dapat

diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimal 560 nm atau

diukur pada panjang gelombang antara 470-560 nm (Fransisco dkk, 2013).


Sampel
Kadar kolesterol (mg/dL) = x 200 mg/dl
Standar kolesterol total

3.5 Analisis Data

Data hasil penelitian berupa kadar kolesterol total hari ke-0 dan ke-11, persen

penurunan kadar kolesterol total yang telah diukur pada hari ke-11 disajikan

dalam bentuk tabel dan diagram batang. Data yang diperoleh diolah dengan

program komputer SPSS versi 22. Data tersebut diuji normalitasnya dengan uji

Shapiro Wilk karena jumlah subyek kurang dari 50. Homogenitas data varians

diukur dengan Levene Test. Jika data terdistribusi normal digunakan uji statistik

parametrik One Way Anova dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

STIFI Bhakti Pertiwi


28

DAFTAR PUSTAKA

Adnyani, N.M.D. (2019) Perbedaan Zona Hambat Pertumbuhan


Propionibacterium acnes Pada Berbagai Konsentrasi Cuka Apel (Apple
Cider Vinegar) Secara In Vitro, Diploma thesis, Poltekkes Denpasar.

Allo, I.G., Pemsi, M.W., dan Henoch, A., (2013), Uji Efek Ekstrak Etanol Daun
Jambu Biji (Psidium guajava L) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus
Wistar (Rattus norvegicus), Jurnal e-Biomedik.

Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Andareto, O. (2015). Apotik Herbal. Jakarta : Pustaka ilmu semesta

Andriliya, A. (2018). Rasio LDL/HDL tikus putih jantan hiperlipidemia setelah


pemberian jus herbal kombinasi (rosela, nanas, jeruk nipis, cuka apel, dan
madu). (Skripsi). Palembang,. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi

Arbain D, Bakhtiar A, Putra DP, Nurainas. Tumbuhan Obat Sumatera. Padang:


UPT Sumber Daya Hayati Sumatera Universitas Andalas; 2014.

Perkeni. (2015). Panduan Pengelolahan Dislipidemia di Indonesia. Jakarta: Pusat


Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia;

STIFI Bhakti Pertiwi


29

BPOM RI. (2010). Acuan sediaan herbal (Edisi 1, volume IV). Jakarta: Direktorat
OAI, Deputi II, Badan POM RI.

Budiana, N. S. (2013). Buah Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta : Penebar Swadaya.

Chairunnisa, N.H., (2015), Efectivity of Roselle Extract (Hibiscus sabdariffa L.)


as Treatment For Hyperlipidemia, Jurnal Majority, 4 (4)

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik. (Skripsi), Padang:


Andalas University Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Direktorat Jendral Pengawas


Obat dan Makanan. (2000). Parameter standar umum ekstrak tumbuhan
obat. Jakarta: Departemen Kesehatan

Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G. and Posey L.M.,
2011, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 8th ed., Mc Graw
Hill, United State of America

Dewi, P. (2019). Pengaruh Pemberian Air Perasan Jeruk Nipis (citrus aurantifolia
swingle) Terhadap Kadar Kolesterol Pada Mencit Hiperkolesterolemia.
Jurnal Riset Hesti Medan 4(1)

Elon, Y. dan Polancos, J. (2015). Manfaat jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan
olahraga untuk menurunkan kolesterol total klien dewasa. Jurnal
SKOLASTIK Keperawatan. 1(2) ISSN 2443-0935 E-ISSN 2443-1699

Fajrilah BR, Ulfah DI, Qathrunnada D. (2013). Pengaruh pemberian madu


terhadap kadar malondialdehyde (MDA) plasma darah pada tikus yang
diinduksi alloxan. Studi experimental pada tikus putih jantan galur wistar.
Jurnal Sains Medika. 5(2): 98-100.

Fathiyah, Ujang, S, Ikeu, T. (2015), Analisis Pengetahuan Gizi dan Produk Jus
Herbal Kemasan Dihubungkan Dengan Merek Yang Dikonsumsi Pada
Mahasiswa IPB. (Skripsi) Institute Pertanian Bogor.

Fitri, K.Y. (2015). Dried Rosella (Hisbiscus sabdarifa) Petals Influenceon Serum
Cholesterol Level. J. Majority. 4(2)

Francisco, J., Rendodol, F., Grau, M., dan Fernandez, D. (2013). Cholesterol and
cardiovascular disease in the elderly, facts and gaps. Aging and Disease
Journal, 4(3), 154-169.

Goodman & Gilman, (2012), Farmakologi Dasar Terapi, Edisi 10, Editor Joel. G.
Hardman & Lee E. Limbird, Konsultan Editor Alfred Goodman Gilman,
Diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Penerbit

STIFI Bhakti Pertiwi


30

Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Graha, K.C. (2010). Kolesterol. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Gropper,S.S., Smith, J.L. and Groff.J.L. (2009). Advance Nutrition and Human
Metabolism, Wadsworth; USA (5th ed)

Guyton, A. C dan J. E. Hall. (2012). Buku Ajar Fisiogi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Harjana, T., (2011), Kajian Tentang Potensi Bahan-Bahan Alami Untuk


Menurunkan Kadar Koleterol Darah, Prosiding Seminar Nasional
Penelitian.

Harsa, Made Subhawa., (2014), Efek Pemberian Diet Tinggi Lemak Terhadap
Profil Lemak Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus), Jurnal Ilmiah
Kedokteran.

Hasdianah & Suprapto, S. I. (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit.


Yogyakarta :Nuha Medika.

Hermawan, R. dkk. (2010). Effect of Temperatur, pH On Total Concentration and


Color Stability of Anthocyanins Compound Extract Roselle Calyx
(Hibiscus sabdariffa L.). Jurnal ALCHEMY. 2(1)

Herpi, J. (2017). Efek penurunan kadar kolesterol total dan peningkatan cita rasa
modifikasi jus herbal kombinasi buah nanas, bawang putih, jahe merah,
jeruk nipis, cuka apel, madu (Skripsi). Palembang Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi Bhakti Pertiwi.

Huslina, F. Harahap, D. (2019). Isolasi Bakteri Pengikat Nitrogen Dengan


Menggunakan Media Jensen. (Skripsi) Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry. Banda Aceh.

Ifora., Dharma, S, Darma, M.D. (2016). Pengaruh pemberian kombinasi jahe


merah, bawang putih, apel, lemon dan madu terhadap kadar kolesterol
total dan histopatologis pembuluh darah aorta jantung tikus putih. Jurnal
Farmasi Higea. 8(2)

Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia;
2014.

Jawetz, Melnick dan Adelberg. (2007). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23.


Nugroho, edi dan maulany, R. F., penerjemah ; Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

STIFI Bhakti Pertiwi


31

Johnston, C., Kim, C., dan Buller A. (2006). Vinegar improves insulinsensitivity
toa high-carbohydrate meal subjectswith insulis resistance or diabetes.
Diabetes Care.

Katzung, B.G., Masters, S. B., dan Trevor, A. J. (2013). Buku Farmakologi dasar
& klinik (Edisi 12, vol 2). Jakarta : EGC.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Nasional Riset


Kesehatan Dasar 2018. 1–582.

Mandiri, T.K.T (2010). Pedoman Bertanam Buah Nanas. Bandung : Nuansa


Aulia.

Mulyana, Rosmawati, Mustikhasary. (2015), Penambahan bunga rosella (Hibiscus


sabdariffa L.) Pada pakan ketahanan tubuh ikan gurami (Osphronemus
gouramy) yang diuji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophila.
Bogor. Jurnal Pertanian. 4(10 ISSN 2087-4936

Nisa, C.A. dan Rosita, L. (2010). Pengaruh ekstrak etanol bawang merah (Allium
cepa L) terhadap kolesterol total tikus (Rattus norvegcus). Jurnal Mutiara
Medika. 10(1)

Olukanni, O.D., Akande,O.T., Alagbe,Y.O., Adeyeni,S.O., Olukanni,A.T &


Damarola,G.G. (2013). Lemon juice elevanted level of reduced glutathion
and improved lipid profil in wistar rats. Journal American- Eurasian J.
13(9) ISSN 1818-6769

Parwata, O.A., Ratnayani K., Listya, A., (2010). Aktivitas Antiradikal Bebas
Serta Kadar Beta Karoten Pada Madu Randu (Ceiba Pentandra) dan Madu
Kelengkeng (Nephelium Longata L.). Jurnal Kimia. 4(1):ISSN 1907-9850

Peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia. (2016). Formularium Obat


Herbal Asli Indoneisa. Diakses pada 17 Januari 2020. pada
http://www.gpjamujateng.org/peraturan/PMK no. 6 ttg Formularium Obat
Herbal Asli Indonesia.Pdf

Perkeni. (2015). Panduan pengelolaan dislipidemia di Indonesia. Jakarta: Pusat


Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indoneisa.

Praveena, J., dan Estherlydia, D. (2014). Comperative study of phytochemical


screening and antioxidant cepacities of vinegar made from peel and fruit of
pineaple (Ananas comosus L). Int Journal Pharm Bio SCI. 5(4):ISSN
0975-6299

Prawitasari, T.,Sastroasmoro,S., Sjarif DR. (2011). Skrinning Sistematik

STIFI Bhakti Pertiwi


32

Terhadap Hiperkolesterolemia pada Anak. Sari Pediatri. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jurnal Sari Pediatri 13(2):152-8

Prijadi, D.K., Wahongan, G.J.P., J.B.B. (2014). Uji efektivitas ekstrak daun jeruk
nipis(Citrus aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan larva Aedes
spp. (Skripsi). Universitas Samratulangi. Manado

Rahmana, M.A. (2014). Minimalisai Proses Pengolahan Jus Buah, (Skripsi)


Institute Pertanian Bogor. Bogor.

Rizal, S., Fibra, N., Meilan, A., (2016). Pengaruh Konsentrasi CMC Dan Lama
Penyimpanan Pada Suhu Dingin Terhadap Karakteristik Organoleptik
Minuman Probiotik Sari Buah Nanas. Jurnal Prosiding Karya Ilmiah, 2:
2460-5506

Sahoo DB., Parijtham DBO.,(2016). Effects of hypothyroidisme on total


cholesterol, triglycerides and LDL. Schloras Journal of Applied Medical
Sciences. 4(6):2056-2058
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2012.

Siswono. 2012. Kolesterol Tinggi Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta : Agro Media
Pustaka.

Stephanie, L. et al., (2010). Hubungan antara pengeluaran energi harian dengan


kadar kolesterol total pada pasien usia minimal 30 tahun. Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara. 16(2):106

Suyatna, F.D. (2011). Farmakologi dan terapi. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia,

Trubus, Redaksi. (2013). My trubus healt life herbal dari kitan suci. Depok : PT
Trubus Swadaya.

Upia, D. (2017). Efek penurunan kadar kolesterol total dan peningkatan cita rasa
modifikasi jus herbal kombinasi terhadap tikus putih jantan galur wistar
yang diinduksi propiltiourasil (Skripsi). Palembang, Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi Bhakti Pertiwi.

Wibowo, MS, (2012). Pertumbuhan dan control bakteri. Jurnal : pertumbuhan


bakteri. 070502

Widyanto, P.S., dan A. Nelistya., (2008). Rosella. Aneka Olahan, Khasiat dan
Ramuan. Penebar Swadaya, Jakarta.

STIFI Bhakti Pertiwi


33

Winarso, A., dkk. (2014). Stabilitas Fisik dan Mutu Hedonik Sirup dari Bahan
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Poltekkes Kemenkes Surakarta

Wulandari, D, D., (2017). Kualitas Madu (Keasaman, Kadar Air, Dan Kadar Gula
Pereduksi) Berdasarkan Perbedaan Suhu Penyimpanan. Jurnal Kimia
Riset, 2(1): 16-32

Yulianti, W., Murningsih, W., dan Ismadi, V.D.Y.B. (2013). Pengaruh


penambahan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam ransum terhadap profil
lemak darah itik megelang jantan. Animal Agriculture Journal. 2(1):51-58

Zainanl, (2011). Makanan sehat. http://sherlidankesling.blogspot.co.id/2011


(diakses 17 Jan 2020).

Zuhrawati, N,A, (2014). Pengaruh pemberian jus nanas (Ananas comosus)


terhadap kadar kolesterol total darah kelinci (oryotolagus cuniculus )
hiperkolesterolemia. Jurnal medika veterania, 8 (1):ISSN 0853-1943

Lampiran 1. Gambar Sampel

STIFI Bhakti Pertiwi


34

(a) (b) (c)

(d) (e)

Keterangan :

(a) Gambar bunga rosella


(b) Gambar buah nanas
(c) Gambar buah jeruk nipis
(d) Gambar cuka apel
(e) Gambar madu

Lampiran 2. Pembutan Jus Hrbal Kombinasi

Bunga Rosela Nanas Jeruk Nipis


STIFI Bhakti Pertiwi
-Ambil kelopak cuci bersih Potong jeruk
bunga Rosela cuci sebanyak 1kg sebanyak 1kg
ambi sebanyak 1 kg -ekstraksi dengan lalu peras
-Ekstraksi dengan juicer
35

Lampiran 3. Skema Pembuatan Pakan Tinggi Lemak

STIFI Bhakti Pertiwi


36

Minyak lemak sapi Telur puyuh Pur 551


jelantah 900 gram 900 gram 1800 gram 3600 gram

Panaskan minyak
jelantah dan lemak sapi

Tambahkan telur puyuh dan


pur 551 aduk sampai rata
setelah itu dijemur

Pakan Tinggi Lemak

Lampiran 4. Skema Kerja Efek Antihiperkolestrol

24 tikus putih jantan galus wistar


STIFI Bhakti Pertiwi
37

Aklitimasi 7 hari

Kolestrol total
Pengambilan darah melalui
ekor tikus hari ke-0

Kontrol negatif Penyimpanan jus herbal Penyimpanan jus herbal Jus herbal segar
1 bulan pada suhu 1 bulan pada suhu
PTU0.01%, PTL kamar pendingin Dosis 5,4 ml/kgbb
0,5% Na-CMC & PTU 0.01%,
Dosis5,4ml/kgbb Dosis 5,4 ml/kgbb PTL
&PTU0.01%, PTL & PTU0.01%, PTL

Pengambilan darah melalui


ekor tikus hari ke-11

Sspektrofotometri UV-VIS

Perhitungan kadar kolestrol total

Kadar kolestrol total

Anlisis statistic dengan ANOVA

Lampiran 5. Perhitungan Formula Pakan Tinggi Lemak

STIFI Bhakti Pertiwi


38

Pakan tinggi lemak diberikan 30 g/hari untuk 1 tikus :


30 gram x 24 tikus = 720 gram
Untuk 10 hari pemberian pakan :
720 gram x 10 hari = 7200 gram / 7,2 kg

1. Tabel formula pakan tinggi lemak

No Bahan Jumlah
1. Minyak Jelantah 900 gram

2. Lemak Sapi 900 gram


3. Telur Puyuh 1800 gram
4. Pur 551 3600 gram
Pakan tinggi lemak yaitu minyak jelantah, lemak sapi, telur puyuh, pur 551

dengan perbandingan 1:1:2:4

Lampiran 6. Perhitungan Dosis Sediaan Uji

1. Suspensi Na-CMC 0,5 %

STIFI Bhakti Pertiwi


39

0,5
x 50 ml = 0,25 g / 250 mg
100

Untuk 50 ml sediaan = 250 mg dilarutkan ke dalam aquadest ad 50 ml

2. Propiltiourasil 0,01%

Propiltiourasil untuk 2000 ml/ 2 liter

0,01
= x 2000 ml
100

= 0,2 g/ 200 mg ditimbang dan dilarutkan dalam aquadest ad 2000 ml

3. Suspensi Jus Herbal Dosis 5,4 ml/kgbb

5,4 ml
= 1000 x 200g = 1,08ml / 200g

Untuk 50 ml sediaan

50ml
= 2ml x 1.08 ml = 27 ml sediaan dilarutkan dalam 50ml Na CMC 0.5%

STIFI Bhakti Pertiwi

Anda mungkin juga menyukai