Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER PREFORMULASI BAHAN ALAM

DISUSUN OLEH :

Tiara Rahma Dhesti

190106061

Mata Kuliah :

Preformulasi Bahan Alam

Tanggal Ujian :

Selasa, 10 Mei 2022

Dosen Pengampu:

Apt. Rizky Dwi Larasati, M.S.Farm

Apt. Fauzia Ningrum, M.Farm

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2021-2022
REVIEW JURNAL

Judul Formulasi Dan Aktifitas Antioksidan Pada Serbuk Instan Buah


Naga Super Merah (Hylocereus Costaricensis) Dengan Pemanis
Alami Daun Stevia (Stevia Rebaudiana Bertoni M.) Dan Minuman
Jamu Kunyit Asam Daun Sirih

Jurnal Jurnal Teknologi Pertanian Andalas dan Jurnal Terpadu Ilmu


Kesehatan

Volume&halaman Vol. XXIII. No. 1

Vol. V. No. 2 Hal 110-237

Tahun 2019 dan 2016

Penulis Nur Arifah Qurota A’yunin , Umar Santoso , dan Eni Harmayani

Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari

Reviewer Tiara Rahma Dhesti (190106061)

Tanggal 10 Mei 2022

Pendahuluan Jamu adalah sediaan ramuan tradisional khas Indonesia yang ada
sejak zaman dahuli, dimanfaatkan secara turun-temurun dan
berkembang di masyarakat sampai saat ini. Kehebatan jamu telah
dibuktikan secara empiris, namun masih sangat diperlukan data
ilmiah untuk membuktikan keamanan dan manfaat jamu. Secara
alamiah dalam kehidupan sehari-hari, tubuh manusia tidak terlepas
dari paparan radikal bebas yang bisa memicu penuaan dini. Faktor
penyebab penuaan dini yang paling sering diungkapkan adalah teori
senyawa radikal bebas. Antioksidan berperan untuk menetralisir
atau menangkap radikal bebas sehingga menghambat proses
penuaan (Kosasih, dkk., 2006). Radikal bebas adalah molekul yang
memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan (Pietta,
1999; Wijaya, 1996). Antioksidan mendapat perhatian secara luas
karena antioksidan terbukti mencegah berbagai penyakit akibat
adanya reaksi oksidasi. Senyawa antioksidan alami umumnya
adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang bersifat relatif tidak
stabil terhadap panas. Proses termal dalam pengolahan dapat
meningkatkan aktivitas antioksidan (Kim et al., 2008). Kombinasi
beberapa macam bahan dalam suatu produk juga akan
mempengaruhi potensi antioksidan (Zulueta et al., 2007). Buah
naga super merah mempunyai kandungan vitamin C dan karoten
yang ditaksir sebagai antioksidan dan berdasarkan penelitian
terbukti bahwa buah naga super merah mempunyai aktivitas sebagai
antioksidan dilakukan dengan menggunakan DPPH atau
Difenilpikril Hidrazil Hidrat sebagai radikal bebas yang stabil
(Umayah,E. & Moch.A., 2007). Adapun minuman jamu kunyit
asam, yang terbuat dari rimpang kunyit, buah asam Jawa, air, gula
dan ekstrak daun sirih. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa bahan dasar minuman jamu tersebut memiliki aktivitas
biologis yang baik untuk kesehatan karena kandungan senyawa
bioaktif (seperti asam organik, polifenolik, dan flavonoid). Kunyit
sebagai bahan utama minuman jamu kunyi asam memiliki manfaat
sebagai antioksidan (Navarro et al., 2002) dan antibakteri (Chan et
al., 2011) karena peran senyawa kurkumin. Dalam pembuatannya,
minuman jamu kunyit asam ada yang ditambahkan ekstrak daun
sirih dan dipercaya akan lebih meningkatkan manfaatnya bagi
kesehatan. Beberapa literatur menyebutkan bahwa daun sirih
memiliki potensi antibakteri (Jenie et al., 2011), antioksidan dan
antitirosin serta mengandung senyawa bioaktif berupa golongan
fenolik, flavonoid dan caffeoylquinic acid (Tan et al., 2014).

Metoda uji yang Metode pengujian yang dilakukan yaitu eksperimental kuantitatif
digunakan dengan One shot case study secara metode DPPH dengan alat
pengukuran spektrofotometri UV-Vis

Analisis hasil dan Untuk hasil uji organoleptik serbuk jamu instan buah naga super
pembahasan merah dengan pemanis alami daun stevia warna merah keunguan,
berbau langu, rasanya hambar saat pertama pengecapan dan manis
setelah beberapa saat, terakhir teksturnya lembut. Uji organoleptik
pada serbuk jamu instan buah naga super merah ini dengan
menggunakan panca indera untuk mendeskripsikan tekstur, warna,
bau, dan rasa. Terlihat serbuk minuman jamu instan memiliki
warna merah keunguan, aroma atau bau langu, tekstur serbuk yang
sangat lembut seperti serbuk susu instan dan rasa condong pada
rasa yang hambar pada pengecapan pertama dan terasa manis pada
pengecapan kedua atau beberapa saat setelah dirasakan.

Uji pH serbuk minuman jamu instan dengan cara melarutkan 8


gram serbuk minuman instan dengan 20 ml air. Dari hasil uji pH
menggunakan pH meter, pH yang didapat sebesar 4,47. Hasil uji
pH yang didapatkan harus asam (pH 6- 6,8) karena mempengaruhi
kualitas rasa serbuk (Afifah et al, 2011), ini membuktikan bahwa
pH serbuk minuman jamu instan tidak sesuai standar (basa). pH
minuman jamu kunyit asam sirih lebih tinggi dibanding formula
minuman jamu jamu instan buah naga. Ekstrak daun sirih yang
digunakan pada penelitian ini memiliki pH 4. Derajat keasaman
atau pH merupakan logaritma negatif dari konsentrasi molar ion
H+ pada suatu bahan, dan makin tinggi konsentrasi molar ion H+
maka pH makin rendah dan sebaliknya. pH minuman jamu kunyit
asam dengan variasi waktu perebusan dan formula disajikan.
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa waktu
perebusan tidak berpengaruh nyata (p≥5%) terhadap pH minuman
jamu kunyit asam . Tidak adanya perbedaan nilai pH minuman
jamu dimungkinkan karena jumlah asam-asam organik yang
leaching baik pada perebusan 2,5 maupun 7,5 menit, berada dalam
jumlah yang sama sehingga tidak mempengaruhi pH minuman
jamu.

Berdasarkan data pada, nilai IC50 (Inhibition concentration)


sediaan instan buah naga dengan pemanis alami stevia adalah
132,125 ppm termasuk kedalam kategori sedang. Nilai kapasitas
antioksidan (%RSA) tertinggi adalah minuman jamu kunyit asam
dengan penambahan ekstrak daun sirih. Hal ini berkorelasi positif
dengan tingginya kandungan total fenolik minuman kunyit asam
sirih dibandingkan minuman jamu kunyit asam dan minuman jamu
kunyit asam jeruk nipis. Berdasarkan data tersebut, diduga
kemampuan minuman jamu kunyit asam dalam menangkal radikal
bebas didominasi oleh peran senyawa fenolik. Minuman jamu
kunyit asam (konsentrasi 20%) hasil penelitian ini memiliki
kapasitas antioksidan yang diukur sebagai %RSA berada di
kisaran nilai % RSA 80 ppm asam askorbat (sebagai standar
antioksidan komersial yang sudah banyak digunakan). Nilai
kapasitas antioksidan yang dinyatakan sebagai % Radical
Scavenging Activity (%RSA) terhadap radikal DPPH dari
berbagai formula minuman jamu kunyit asam dengan variasi
waktu perebusan disajikan. Berdasarkan hasil analisis ragam (uji f)
menunjukkan bahwa waktu perebusan memberikan pengaruh beda
nyata (p≤5%) terhadap %RSA minuman jamu. Nilai %RSA
minuman jamu kunyit asam dengan waktu perebusan 7,5 menit
memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan %RSA dengan waktu
perebusan 2,5 menit. Hal ini berkorelasi positif dengan total
fenolik dan flavonoid minuman jamu yang meningkat dengan
makin lama waktu perebusan. Dengan demikian adanya aktivitas
antioksidan pada minuman jamu kunyit asam karena peran
senyawa fenolik dan flavonoid.

Kesimpulan Dari penelitian dan pengamatan di atas dapat disimpulkan aktivitas


antioksidan minuman jamu kunyi asam dipengaruhi oleh
komposisi bahan dan waktu perebusan. Minuman jamu kunyit
asam sirih merupakan minuman yang tinggi antioksidan, karena
pada konsentrasi minuman jamu sebesar 20% dan 1% memiliki
kapasitas antioksidan setara dengan kemampuan antioksidan 80
ppm asam askorbat (%RSA) dan 10 ppm asam askorbat (nilai
FRAP). Minuman jamu kunyit asam sirih dengan waktu perebusan
selama 2,5 menit merupakan minuman jamu kunyit asam yang
memiliki kualitas dan aktivitas aktioksidan lebih tinggi
dibandingkan jenis minuman jamu kunyit asam lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

A, Cece Wijaya. (1996). Pendidikan Remidial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya
Manusia. Bandung: Rosdakarya.

Amrun, M., Umiyah, & Umayah, E., 2007, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Dan Ekstrak
Metanol Beberapa Varian Buah Kenitu (Chrysophyllum cainito L.) dari daerah
Jember. Berk. Penel. Hayati 2007;13:45-50

Chan E.W.C., Ng V.P., Tan V.V. and Low Y.Y., 2011, Antioxidant and Antibacterial
Properties of Alpinia galanga, Curcuma longa, and Etlingera elatior (Zingiberaceae),
Pharmacognosy Journal, 3 (22), 54–61. Terdapat di:
http://dx.doi.org/10.5530/pj.2011.22.11.

Djuhono Tan, et al. (2015). Pengujian kesuksesan sistem informasi delone & mclean pada
sektor publik. University Research Colloquium 2015, ISSN 2407-9189, hlm. 111-122.

Jenie, B. 2011. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: Kanisius.

Kim et al., 2008. Brand Equity In Hospital Marketing. Journal Of Business Research.

Kosasih, E.N., Tony S. dan Hendro H. 2006. Peran Antioksidan pada Lanjut Usia. Pusat Kajian
Nasional Masalah Lanjut Usia. Jakarta

Molyneux, P., 2004, The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH) for
Estimating Antioxidant Activity, Songklanakarin J. Sci. Technol. , 26(2), 211-21

Pietta P-G., 1999. Flavonoids as Antioxidants, Reviews, J. Nat. Prod., 63, 1035-1042.

Anda mungkin juga menyukai