Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat
dan ridhoNyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Sistem
Penghantaran Obat yang membahas tentang “ Drug Delivery System Intranasal”.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Fitrianingsih, S.Farm., M. Farm., Apt.
selaku dosen mata kuliah Sistem Penghantaran Obat serta rekan-rekan yang
memberikan masukan dan saran kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna serta masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran
sangat dinantikan guna penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca
dalam memahami maksud kami. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi kami maupun
pembaca. Semoga Tuhan senantiasa membrikan bimbingan dan petunjuk
kepada kita semua.

Jambi, November 2019

Kelompok VIII
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bermacam sistem mucosa dalam tubuh manusia (nasal, pulmonal, rectal
dan vaginal) dapat dimanfaatkan untuk titik masuk system
penghantaran obat. Dengan sendirinya system mucosa tersebut ada
perbedaan dan persamaan. Formulasi sediaan ini seharusnya tidak hanya
membahas aspek formulasi dan teknologi saja, tapi juga perlu membahas
aspek: fisiologi, biokimia, metabolisme mucosal obat dan absorpsi obat. Sistem
penghantaran obat nasal ini telah berlangsung sejak lama, dikenal
dalam pengobtan Ayurvedi di India dan oleh orang Indian di Amerika
Selatan, melalui cara penghisapan (snuff) obat untuk meningkatkan daya
tahan tubuh. Pemberian obat secara intranasal merupakan alternative
ideal untuk menggantikan system penghantaran obat sistematik parenteral.
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi,
perkembangan di dunia farmasi pun tidak ketinggalan. Semakin hari semakin
banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul dan perkembangan pengobatan
pun terus dikembangkan. Selain memodifikasi senyawa obat, upaya yang
banyak dilakukan adalah memodifikasi bentuk sediaan dan sistem
penghantaran obat. Bermacam sistem mucosal dalam tubuh manusia (nasal,
pulmonal, rectal dan vaginal) dapat dimanfaatkan untuk titik masuk sistem
penghantaran obat.
DDS (Drug Delivery System) Nasal adalah metode pengiriman obat yang
aktif dalam dosis rendah dan tidak menunjukan bioavailabilitas oral yang
minimal. Awalnya, terapi inhalasi diterapkan di India pada 4000 tahun yang
lalu, dimana penderita batuk menghirup daun Atropa belladona. Pada awal
abad 19 ditemukan metode nebulisasi cairan, suatu pengembangan baru
metode dalam farmakoterapi. Pemberian obat secara intranasal merupakan
alternative ideal untuk menggantikan sistem penghantaran obat sistemik
parenteral.
Keuntungan pemberian obat secara nasal ini meliputi: pencegahan eliminasi
lintas pertama hepatic, metabolisme dinding saluran cerna atau
destruksi obat di saluran cerna; kecepatan dan jumah absorpsi, serta
profil konsentrasi obat versus waktu relative sebanding dengan
pengobatan secara intravena, keberadaan vaskulator yang besar dan
struktur yang sangat permeabel mukosa nasal ideal untuk absorpsi
sistematik, dan kemudian pemberian serta kenyamanan obat secara intra
nasal untuk pasien.
Pemberian obat menurut rute nasal merupakan sustem
penghantaran obat yang menarik, seperti terbukti dengan introduksi
bentuk sediaan yang dapat diterima misalkan sitonin untuk osteoporosis
dan analog dari luteinizing harmone-releasing harmone untuk
endometrosis. Selain itu telah diteliti pula semacam obat untuk diberikan
secaraintranasal (misal kartikosteroid, antibiotika, kardiovaskular, histamine
dan anti histamine dan lain sebagainya).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme pelepasan obat melalui pemberian intranasal?
2. Bagaimana bentuk sediaan dari intranasal?1
3. Bagaimana perjalanan obat melalui pemberian intranasal?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bentuk sediaan dari intranasal
2. Untuk mengetahui mekanisme pelepasan obat melalui pemberian intranasal.
3. Untuk mengetahui perjalanan obat melalui pemberiaan intranasal.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Drug Delivery System Intranasal (DDS Intranasal) merupakan system


penghantaran obat melalui hidung. Mukosa hidung telah dianggap sebagai rute
pemberian obat untuk mencapai absorpsi yang lebih cepat dan lebih tinggi
karena dapat mengurangi aktivitas dari saluran pencernaan,
mengurangi aktivitas pankreas dan aktivitas enzimatik lambung, pH netral pada
mucus hidung akan mengurangi aktivitas gastrointestinal (Krishnamoorthy R et
al, 1998; Kisan R et al, 2007 dalam Alagusundaram: 2010). Dalam beberapa
tahun terakhir banyak obat telah terbukti mencapai bioavailabilitas yang lebih
baik ke sistemik melalui rute pemberian hidung dibandingkan dengan rute
pemberian oral. Pengobatan melalui hidung, telah diakui dalam sistem
Ayurvedic obat India, yang disebut dengan “NASAYA KARMA” (Chien YW et
al.,1989 dalam Alagusundaram: 2010).

Mukosa hidung, karena luas permukaan yang besar, berpori endotel


membran, dan tinggi vaskularisasi, telah dianggap sebagai rute administrasi
potensi untuk mencapai lebih cepat dan tingkat yang lebih tinggi dari
penyerapan obat dengan menghindari metabolisme lintas pertama dan
aksesibilitas siap. Nasal administrasi molekul aktif termasuk peptida dan
protein untuk pengobatan sistemik dan imunisasi telah banyak diteliti dalam
beberapa tahun terakhir. Manfaat, keterbatasan dan mekanisme penyerapan
rute nasal dari sudut pandang yang berbeda juga telah dievaluasi oleh peneliti.
sistem pengiriman obat hidung Bioadhesive telah sebagian besar dirancang
sebagai bubuk, mikro dan nano partikel bentuk, hidrogel dan sisipan. Ulasan
ini pada hidung menyisipkan difokuskan pada hidung penyerapan, manfaatnya,
keterbatasan dan mekanisme pemberian obat

2.2 Macam-macam Pemberian Sediaan Intranasal Drug Delivery System


Menurut Puthet, (2009). Ada beberapa jenis system pengiriman obat, yang
telah lama digunakan untuk pengiriman obat untuk rongga hidung,
sepertisemprot hidung, tetes hidung,semprot aerosol dan insufflators.
a. Semprot hidung Ketersediaan pompa dosis terukur pada nasal spray
dapat memberikan dosis yang tepat dari 25-200 μm. Ukuran partikel
dan morfologi dari obat dan viskositas formulasi menentukan pilihan
pompa dan perakitan (Kushwara: 2011).
b. Tetes hidung Tetes hidung adalah salah satu yang paling sederhana dan
nyaman dikembangkan untuk penghantaran. Kerugian utama dari ini
adalah kurangnya presisi dosis tetes hidung mungkin tidak cocok untuk
produk resep (Kushwara: 2011).
c. Nasal gel Keuntungan dari nasal gel yaitu pengurangan dampak rasa
karena mengurangi menelan, pengurangan kebocoran anterior formulasi,
pengurangan iritasi dengan menggunakan eksipien
menenangkan/emolien dan sasaran pengiriman ke mukosa untuk
penyerapan lebih baik (Kushwara: 2011).
d. Nasal bubuk Keuntungan untuk bentuk sediaan serbuk hidung adalah
tidak adanya bahan pengawet dan stabilitas superior formulasi. Namun,
kesesuaian bubuk formulasi tergantung pada kelarutan, ukuran partike,
sifat aerodinamis dan iritasi hidung obat aktif dan/ atau bahan
pembantu. Tetapi iritasi mukosa hidung dan pengiriman dosis terukur
adalah beberapa tantangan formulasi. Umumnya, penyerapan bertindak
melalui salah satu dari mekanisme berikut antara lain menghambat
aktivitas enzim, mengurangi kekentalan lendir atau elastisitas,
penurunan pembersihan mukosiliar, dan melarutkan atau menstabilkan
obat (Kushwara: 2011).
e. Intranasal mikroemulsi Intranasal mikroemulsi merupakan salah satu
pengiriman obat non-invasif untuk sirkulasi sitemik. Vyas (2006) telah
melaporkan bahwa formulasi mikroemulsi clonazepam digabungkan
dengan agen mukoadhesif dipamerkan timbulnya status epileptikus.
Dalam penelitian lain, Vyas dkk dilaporkan cepat dan tingkat yang lebih
besar dari transportasi obat ke dalam otak tikus setelah pemberian
intranasal mukoadhesif mikroemulsi zolmitriptan dan sumatriptan.
Mukesh dkk (2008) mempelajari pengiriman intranasal risperidone dan
menyimpulkan bahwa jumlah yang signifikan dari risperidone dengan
cepat dan efektid disampaikn ke otak dengan pemberian intranasal
nanoemulsion mukoadhesif risperidone (Kushwara: 2011).

2.3 Mekanisme absorpsi obat intranasal


Menurut (Illum L et al., 1999dalam Kushwara: 2011), Begitu banyak
mekanisme yang telah diusulkan tetapi ada 2 mekanisme penyerapan
obat yang digunakan:
1. Mekanisme pertama Melibatkan rute berair transportasi, yang juga
dikenal sebagai rute paracellular. Rute ini lambat dan pasif. Ada
korelasi log-log terbalik antara intranasal penyerapan dan berat
molekul senyawa larut dalam air. Kurang bioavailabilitas diamati
untuk obat dengan berat molekul lebih besar dari 1000 Dalton
(Aurora J et al., 2002 dalam Kushwara: 2011).
2. Mekanisme kedua Melibatkan transportasi melalui rute lipoidal juga
dikenal sebagai proses transelular dan bertanggung jawab untuk
pengangkutan lipofilik obat yang menunjukkan tingkat
ketergantungan pada lipofilisitas mereka. Obat juga melintasi
membran sel dengan rute transpor aktif melalui carrier-dimediasi
berarti atau transportasi melalui pembukaan persimpangan ketat
(Aurora J et al., 2002). Sebagai contoh, kitosan, suatu biopolimer
alami dari kerang, membuka sambungan yang erat antara epitel sel
untuk memfasilitasi transportasi obat (Remo et al, 1998 dalam
Kushwara: 2011).
Adapun alur absorpsi dari jalur rute nasal yaitu sebagai berikut:
Obat dihirup melalui rongga hidung, partikel obat masuk melalui
vestibula hidung, melewati palatum (langit-langit mulut), masuk ke turbinat
inferior, kemudian masuk ke turbinat tengah hingga ke turbinat superior
(mukosa olfactory), menuju ke nasofaring , kemudian masuk ke faring, melalui
glottis, masuk ke dalam trakea , partikel tersuspensi dalam aliran gas di di
bronkus, selanjutnya partikel aliran gas tersuspensi di bronkiolus, partikel
terdisfusi ke dalam alveoli, di dalam alveoli ini terdapat banyak sekali pembuluh
darah kapiler, di mana partikel zat masuk ke dalam kapiler-kapiler pembuluh
darah, berdifusi ke saluran darah (masuk ke dalam pmbuluh darah), di dalam
pembuluh darah ini, partikel zat akan berikatan bersama reseptor, selanjutnya
obat akan terabsorpsi melalui neuron olfactory, menyerap melalui sel-sel
pendukung dan kapiler sekitarnya , hingga terabsorpsi ke dalam cairan
serebrospinal dan akan memberikan efek sistemik yang diharapkan.

2.4 Perjalanan Obat Intranasal


Adapun perjalanan sistem pengahantaran obat (Drug Delivery System)
Intranasal dalam tubuh adalah sebagai berikut :
a. Bentuk sediaan obat nasal dengan zat aktif Sediaan nasal diformulasikan
atau dirancang dengan sedemikian rupa untuk penggunaan efek lokal.
b. Fase biofarmasetik → obat dihisap melalui rongga hidung masuk ke dalam
sirkulasi sistemik. Fase ini meliputi waktu mulai penggunaan sediaan obat
melalui hidung hingga pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh.
c. Ketersediaan farmasi → obat siap untuk diabsorpsi Obat dalam bentuk zat
aktif terlarut siap untuk diabsorpsi yang selanjutnya zat aktif akan
didistribusikan keseluruh tubuh (sistemik).
d. Fase farmakokinetik → tidak terjadi ADME Fase ini meliputi waktu selama
obat diangkut ke organ yang ditentukan setelah obat dilepas dari bentuk
sediaan.
e. Ketersediaan hayati → obat untuk memberi efek Pada tahap ini obat mulai
memberikan efek pada pasien dengan cara berikatan dengan reseptor-
reseptor yang ada pada tubuh.
f. Fase farmakodinamik → interaksi dengan reseptor di tempat kerja Bila obat
telah berinteraksi dengan sisi reseptor biasanya protein membran akan
menimbulkan respon biologik. Tujuan utama fase ini adalah optimisasi dari
efek bilogik.
g. Efek terapi → obat pada akhirnya memberikan efek terapi atau pengobatan
pada pasien. Yang diharapkan dapat memberikan kesembuhan pada pasien.

2.5 Pengembangan Obat intanasal saat ini

Anda mungkin juga menyukai