WIRDAYANTI
G 611 08265
2012
Oleh
WIRDAYANTI
G 611 08265
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada
Jurusan Teknologi Pertanian
MAKASSAR
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: STUDI
PEMBUATAN
MIE
KERING
DENGAN
PENAMBAHAN PASTA UBI JALAR (Ipomoea batatas),
PASTA KACANG TUNGGAK DAN PASTA TEMPE
KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L)
Nama
: WIRDAYANTI
Stambuk
: G 611 08265
Program Studi : ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
Disetujui
1. Tim Pembimbing
Mengetahui
2. Ketua Jurusan
3. Ketua Panitia
Ujian Sarjana
Teknologi
Pertanian
Fak.
Pertanian
beserta
staff
atas
proposal
hingga
ujian
meja
Nesha
dan
Dian
atas
tepatnya
pada tanggal 23
ilmu
dan
teknologi
pangan
jurusan
teknologi
pertanian
universitas
hasanuddin.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................
xiv
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
3
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................
3
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. mie
..........................................................................................
4
B. Ubi Jalar.........................................................................................
7
C. Kacang Tunggak............................................................................
10
D. Tempe Kacang Tunggak ..............................................................
11
E. Tepung Terigu ...........................................................................
14
F. Tepung Tapioka
.......................................................................
16
G. Natrium Metabisulfit ......................................................................
20
H. Bahan Tambahan...........................................................................
21
I. Metode Pembuatan Mie.................................................................
25
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat .......................................................................
29
B. Alat dan Bahan ............................................................................
29
C. Prosedur Penelitian .....................................................................
29
D. Perlakuan Penelitian...................................................................
31
E. Prosedur Analisa .........................................................................
32
F. Pengolahan Data .........................................................................
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kadar Air ......................................................................................
39
B. Kadar Abu.....................................................................................
41
43
45
47
V.
1 Warna.......................................................................................
47
2 Aroma ......................................................................................
49
3 Rasa ........................................................................................
50
4 Elastisitas ................................................................................
51
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................
53
B. Saran .........................................................................................
53
54
DAFTAR TABEL
NO
JUDUL
HALAMAN
5. Komposisi zat gizi pada kacang tunggak, kacang hijau, gude dan
kedelai .............................................................................................
11
15
19
19
DAFTAR GAMBAR
NO
JUDUL
HALAMAN
DAFTAR LAMPIRAN
NO
JUDUL
HALAMAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mie merupakan produk pasta atau ekstrusi. Menurut Astawan
(2008),miemerupakan produk pangan yang dibuat dari adonan terigu atau
tepunglainnya sebagai bahan utama dengan atau tanpa penambahan
bahan tambahanlainnya. Dalam upaya diversifikasi pangan, mie dapat
dikategorikan sebagaisalah satu komoditi pangan substitusi karena dapat
berfungsi sebagai bahanpangan pokok. Menurut Juniawati (2003), mie
merupakan produk pangan yangsering dikonsumsi oleh sebagian besar
konsumen baik sebagai sarapanmaupun sebagai makanan selingan.
Produk mie yang telah dikenal oleh masyarakat yaitu mie basah, mie
mentah, mie kering dan mie instan. Produk-produk mie saat ini telah
mengalami perkembangan dengan variasi campuran antara terigu sebagai
dankacang-kacangan
di
Indonesia
sebagai bahan campuran pada pembuatan mie masih sangat rendah. Hal
ini terlihat dari konsumsi masyarakat yang luas terhadap umbi-umbian
tetapi hanya untuk diolah dalam bentuk yang sederhana saja seperti
direbus, digoreng, dan lain sebagainya.
Salah satu jenis umbi-umbian dan kacang-kacangan dan olahannya
(tempe) yang dapat divariasikan pada pembuatan mie yaitu ubi jalar dan
kacang tunggak.Ubi jalar dan kacang tunggak memiliki prospek yang
sangat besar sebagai bahan baku industri pangan.Kandungan kimia ubi
jalar cukub baik untuk dijadikan bahan pangan. Sebagai bahan pangan
sumber energi, tiap 100 g ubi jalar mampu menyediakan energi sebesar
123 kalori. Ubi jalar selain menyediakan energi yang tinggi yang sebagian
besar dalam bentuk karbohidrat, juga mempunyai kandungan karoten,
asam askorbat, niacin, riboflavin, thiamin dan mineral yang tinggi.
Kacang Tunggak (Vigna unguiculata, L) termasuk dalam keluarga
Leguminosa. Bijinya mempunyai kandungan protein cukup tinggi (25%).
Selama ini ubi jalar dan kacang tunggak sebagian besar digunakan untuk
bahan sayuran dan makanan seperti kue, gorengan, dan jajanan lainnya
(Anonim, 2011b).
Tempe merupakan salah satu hasil fermentasi kedelai (Susanto dan
Suneto, 1994). Selain dari kacang kedelai, tempe dapat pula dibuat dari
kacang tunggak.Nilai nutrisi tempe kacang tunggak cukup tinggi. Tiap 100
g tempe mengandung 33 g protein, 2 g lemak,53 g karbohidrat, 3 g serat,
Karena
kandungan
gizi
(vitamin,
mineral,
protein
dan
karbohidrat) ubi jalar dan kacang tunggak cukup tinggi sehingga baik
dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dan subtitusi untuk produk mie.
B. Rumusan Masalah
Penambahan ubi jalar yang telah dikukus, kacang tunggak dan
olahannya (tempe) sebagai bahan tambahan gizi dan subtitusi untuk mie
belum diketahui, sehingga pada pembuatan mie yang akan dikeringkan
(mie kering)perlu diketahui perbandingan (persentase) yang tepat untuk
menghasilkan mie yang baik (tekstur: Kekenyalan, tidak mudah putus;
Warna yang menarik) jugamemiliki kandungan gizi yang lebih baik dari
produk mie umum yang ada, serta dapat diterima oleh konsumen.
Mie kering berasal dari mie mentah yang dikeringkan dengan kadar
air sekitar 10%. Pengeringan dilakukan pada suhu 35-40C dengan
kelembaban 70-75% selama 5 jam. Mie instan atau mie siap hidang
dibuat dari untaian mie (mie mentah) yang selanjutnya dikukus dan
dikeringkan. Proses pengukusan dan pengeringan, akan memodifikasi pati
sehingga dihasilkan tekstur mie kering yang porous dan mudah
direhidrasi. Proses pengukusan dilakukan pada suhu 100 C selama 1-5
menit. Tahapan proses pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan cara penggorengan atau dengan cara pengeringan
menggunakan hembusan udara panas. Proses penggorengan dilakukan
pada suhu penggorengan 140-160C selama 1-2 menit. Produk akhir
yang dihasilkan memiliki kadar minyak 1520% dan kadar air 2 5%. Jika
proses pengeringan dilakukan dengan udara panas, maka digunakan
suhu 7090C selama 30-40 menit. Produk yang dihasilkan memiliki kadar
minyak 3% dengan kadar air 8 12% (Anonim, 2008).
Defenisi mie kering berdasarkan SNI 01-2974-1992 adalah produk
makanan kering yang terbuat dari terigu atau gandum dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang
diizinkan dengan bentuk khas berupa mie. Produk mie umumnya
digunakan sebagai sumber energi karena kandungan karbohidratnya yang
relatif tinggi.
Mie yang dibuat tanpa penambahan STPP, CMC, atau gliserin,
tingkat kekenyalan (elastis, tidak mudah putus) kurang sehingga agak
lengket. Keawetannya pada suhu kamar hanya bertahan 12 jam sudah
agak berbau asam dan mulai berlendir (Widyaningsih dan Murtini, 2006).
Besi (mg)
0,8
2,8
Vitamin A (SI)
0
0
Vitamin B1 (mg)
0
0,01
Vitamin C (mg)
0
0
Air (mg)
80,0
28,6
Sumber: Direktorat Gizi, Depkes (1992)
Menurut SNI 01-2974-1992 syarat mutu mie kering dapat dilihat pada
tabel 2 dibawah ini:
Persyaratan
Mutu I
2
3
4
5
7
8
Keadaan :
1.1 bau
1.2 warna
1.3 rasa
air, % b/b
abu, % b/b
protein (Nx6,25), % b/b
bahan
tambahan
makanan:
5.1 boraks
5.2 pewarna
Cemaran logam
6.1 timbal (Pb), mg/kg
6.2 tembaga (Cu),
mg/kg
6.3 seng (Zn), mg/kg
6.4 raksa (Hg), mg/kg
arsen (As)
Normal
Normal
Normal
Maks. 8
Maks. 3
Min 11
Mutu II
Normal
Normal
Normal
Maks. 10
Maks. 3
Min 8
Cemaran mikroba
8.1 angka lempeng, total
8.2 E.coli
8.3 Kapang
Koloni/g
APM/g
Koloni/g
Maks.1,0x10
Maks.1,0x10
Maks.10
Maks.10x104
Maks.10
Maks.10x104
Sumber: Data SNI 01-2974-1992 tentang standar mutu Mie kering
Tabel 4. Perbandingan Komposisi Kimia Ubi Jalar Putih dan Ubi Jalar
Kuning
Komposisi
Ubi Jalar Putih
Ubi Jalar Kuning
Air (%)
64,60
76,59
Abu (%)
0,98
0,92
Pati (%)
28,19
28
Protein (%)
2,07
1,19
Gula (%)
0,38
0,43
Serat kasar (%)
2,16
5,24
- karoten (ppm)
51,20
174,21
Sumber: Juanda dan Bambang (2000).
Steinbaeur dan Kushman (1971) mengatakan bahwa ubi jalar
merupakan bahan pangan dengan gizi yang cukup tinggi karena
merupakan sumber energi dalam bentuk gula dan karbohidrat. Selain itu
ubi jalar juga mengandung berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan
oleh tubuh, seperti kalsium dan zat besi serta vitamin A dan C.
Ubi jalar tidak mempunyai komponen gluten yaitu suatu massa yang
kohesif dan viskositas yang dapat meregang secara elastis. Gluten
merupakan komponen terpenting dalam tepung terigu yang berupa protein
glutenin dan gliadin yang telah beraksi dengan air sehingga membentuk
massa yang elastis dan ekstensibel. Protein gliadin merupakan fraksi
massa yang dapat larut dalam air sedangkan protein gluten bersifat
lengket dan tidak larut dalam air. Menurut Somaatmadja (1985), sifat
elastis gluten pada adonan menyebabkan mie tidak mudah putus pada
proses pencetakan dan gelatinisasi.
C. Kacang Tunggak
Kacang Tunggak (Vigna unguiculata, L) termasuk dalam keluarga
Leguminosa. Bijinya mempunyai kandungan protein cukup besar yaitu
sekitar 25%.Tanaman ini diperkirakan berasal dari Afrika Barat. Di
samping toleran terhadap kekeringan kacang tunggak juga mampu
mengikat nitrogen dari udara. Daun dan polongnya yang masih muda
cukup nikmat bila dikonsumsi sebagai sayuran (Anonim, 2011b).
Mengingat secara umum konsumsi protein penduduk Indonesia
adalah kurang, maka sangat perlu meningkatkan produksi pangan sumber
protein yangmurah, baik hewani maupun nabati.Jenis kacang-kacangan
yang terdapat diIndonesia cukup potensial untuk dikembangkan menjadi
produk yang bergizi, aman dan sesuai dengan selera masyarakat.
Misalnya produk atau olahan biji kacang tunggak, biji turi, koro benguk
(Handayani, 1994).
Kadar protein kacang tunggak setara dengan kacang hijau dan gude.
Bahkan, kadar vitamin B1 yang relatif lebih tinggi dari pada kacang hijau.
Tabel 5. Komposisi zat gizi pada kacang tunggak, kacang
kedelai
Komposisi Zat
Kacang
Kacang
Gude
Gizi
tunggak
hijau
1. Protein (g)
22,9
22,2
20,7
2. Lemak (g)
1,4
1,2
1,4
3. Karbohidrat (g) 6,6
62,9
62,0
4. Kalsium (mg)
77,0
125,0
125,0
5. Fosfor (mg)
449,0
32,0
275,0
6. Besi (mg)
6,5
6,7
4,0
7. Vitamin (SI)
30,0
157,0
150,0
8. Vitamin B (mg) 0,9
0,6
0,5
9. Vitamin C (mg) 2,0
6,0
5,0
Sumber : Departemen Kesehatan RI (1979)
dengan oven (55oC, 24 jam), setelah kering, digiling dan diayak dengan
ayakan berukuran 30-40 mesh (Astawan, 2008).
Tepung tempe dapat dengan baik ditambahkan pada makanan lain
tanpa mengurangi atau mengubah cita rasa makanan yang ditambahkan.
Selain itu tepung tempe juga dapat digunakan sebagai sumber protein
utama dalam makanan tambahan anak sepihan yang siap untuk dimasak
(Sarwono, 2005).
Hasil
penelitian
Balai
Besar
Penelitiandan
Pengembangan
menjadi
tempe
tanpaharus
disubstitusi
dengan
abu.
berbedadengan
Dari
karakteristik
tempe
sensori,tempe
kedelai.
kacang
tunggak
Namun,berdasarkan
uji
tempe,
keripik
tempe,dan
tempe
bacem.
Dengan
bagaimana
kacang
tunggak
dengan
kandungannutrisi
mengandungp-caumaric
lainnya.
acid
dan
pada
tempe
mampu
menurunkantekanan
darah
dan
p-
kehilangan
protein
selama
proses
pembuatannya.
Dengan
cara
pengukusan
akan
lebih
cepat
kering
diperoleh
dari
gandum
(Triticum
vulgare)
yang
digiling.
yang dikehendaki adalah terigu yang memiliki kadar air 14%, kadar protein
8-12%, kadar abu 0,025-0,60% dan glutein basah 24-36% (Astawan,
2008).
Tepung gandum merupakan produk serealiayang mengandung
protein yang tinggi. Protein merupakan komponen yang tertinggi bila
dibandingkan dengan komponen yang lain pada gandum. Gandum keras
yang ditanam di musim dingin mengandung 14% protein (Kent, 1975).
Tabel6. Komposisi Tepung Terigu dalam 100 gr bahan
Komposisi
Jumlah
Bdd (%)
100
Energi (kal)
375
Air (g)
12,0
Protein (g)
8,9
Lemak (g)
1,3
Karbohidrat (g)
77,3
Mineral (g)
0,5
Kalsium (g)
16
Phosphor (mg)
10,6
Besi (mg)
1,2
Vitamin B1 (mg)
1,2
Vitamin C (mg)
0
Sumber: Nio, (1992)
Bila
ingin
mendapatkan
mutu
mie
yang
lebih
baik
dapat
menggunakan terigu jenis hard flourdengan kadar gluten yang lebih tinggi.
Namun, harga mie yang dihasilkan akan mejadi lebih mahal (Widyaningsih
dan Murtini, 2006).
Menurut Astawan (2008) berdasarkan kandungan glutein (protein),
tepung terigu yang beredar dipasaran dapat dibedakan atas 3 macam
yaitu:
Hard flour. Tepung ini berkualitas paling baik. Kandungan proteinnya
12-13%. Tepung ini biasanya digunakan untuk pembuatan roti dan mie
berkualitas tinggi. Contohnya, terigu dengan merk dagang Cakra
Kembar.
segitiga biru.
Soft flour.
terigu
ini
mengandung
protein
sebesar
7-8,5%.
gluten,
sehingga
aman
bagi
yang
alergi.
Karena
Kalium (mg)
11
Natrium (mg)
1
Seng (mg)
0,12
Tembaga (mg)
0,02
Mangan (mg)
0,11
Selenium (mg)
0,8
Asam folat (g)
4
Sumber: http://www.nutritionanalyser.com
Syarat-syarat mutu tepung tapioka menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Standar Mutu Tepung Tapioka
No
Persyaratan
Satuan
.
1.
Kadar air
% b/b
2.
Kadar abu
% b/b
3. Serat dan benda asing
% b/b
4.
Derajat putuh
%
5.
Kekentalan
Engler
6.
Derajat asam
ml 1N NaOH/100g
7.
Timbal
mg/kg
8.
Tembaga
mg/kg
9.
Seng
mg/kg
10.
Raksa
mg/kg
11.
Arsen
mg/kg
12.
Angka lempeng total
Koloni/g
13.
E.Coli
Koloni/g
14.
Kapang
Koloni/g
Sumber : Rampengan, dkk., 1985.
Jumlah
Maks.15
Maks 0.6
Maks 0.6
Min 94.5
Min 3-4
Maks 3
Maks 1
Maks 10
Maks 40
Maks 0.05
Maks 0.5
Maks 1000.000
Maks 10
Maks 1000.000
Nilai energi dan karbohidrat tapioka tidak kalah dari nasi atau olahan
tepungterigu. Konsumsi 100 gram makanan olahan tapioka setara dengan
100 gram nasiatau roti. Karena itu, kurang tepat mengonsumsi makanan
olahan tapioka sebagaicamilan (Anonim, 2011c).
G. Natrium Metabisulfit (Na2S2O5)
Sodium metabisulfit atau Natrium metabisulfit merupakan salah satu
pengawet makanananorganik. Senyawa yang memiliki penampakan
kristal atau bubuk berwarna putih ini bersifat mudah larut dalam air dan
lechitin.Selain
sebagai
pengemulsi,
lechitin
juga
dapat
merupakan
control
terhadap
-amilase
jika
aktivitas
rendah
pengemulsi,
CMC
sangat
baik
untuk
memperbaiki
Pati meleleh dan membentuk lapisan tipis (film) yang dapat mengurangi
B0
B1
A1B0
A2B0
A1B1
A2B1
B
A1
A2
Keterangan:
A: Perbandingan tepung yang digunakan 55%:15%:20%:10%
A1 = tepung terigu+ tapioca +kukusan ubi jalar+pasta kacang tunggak
A2 = tepung terigu+ tapioca +kukusan ubi jalar+pasta tempe kacang
tunggak
B:Perlakuan blanching pada suhu 100 oC, 15 menit terhadap Ubi jalar,
kacang tunggak, dan Tempe
4 Daya Rehidrasi
Kecepatan rehidrasi diketahui berdasarkan waktu yang diperlukan
mie kering untuk menjadi basah kembali setelah perebusan. Proses
pengeringan dengan metode oven selama 100 detik dengan suhu 150 oC.
Mie kering ditimbang sebanyak 50 gr, kemudian mie dimasukkan kedalam
air mendidih dan dicatat waktunya yang dibutuhkan sampai menjadi
kembali seperti mie basah (sebelum dioven).
5 Uji Organoleptik (Rampengan dkk., 1985)
pengupasan
Blanching :
B0 = blanching tanpa natrium metabisulfit(suhu
100 oC, 15 menit)
B1 = blanching dengan natrium metabisulfit0,2%
(suhu 100 oC,15 menit)
penghalusan
Perebusan
Pengupasan kulit
blanching:
B0 = blanching tanpa Natrium metabisulfit(suhu
100 oC,15 menit)
B1= blanching dengan natrium metabisulfit0,2%
(suhu 100 oC ,15 menit)
Pengupasan kulit
Blanching:
B0 = blanching tanpa Natrium metabisulfit(suhu 100 oC,15 menit)
B1 = blanching dengan Natrium metabisulfit0,2% (suhu 100 oC, 15 menit)
Pengukusan 20 menit
penirisan
pengukusan15 menit
Pencampuran Bahan
Pengadukan
selama 20 menit
Pembentukan Lembaran
Pemotongan/pencetakan mie
Mie Kering
A. Kadar Air
Air merupakan komponen penting dalambahan makanan karena
dapat
mempengaruhikenampakan,
tekstur
serta
cita
rasa
11.02
10
8
6
Kadar Air (%)
Blanching tanpa Natrium metabisulfit
4
9.78
7.56
2
0
Perbandingan Bahan
SNI
01-2974-1992,
kadar
air
mie
kering
dengan
B. Kadar Abu
Kadar abu yang dihasilkan pada mie kering dengan kombinasi
tepung terigu, tepung tapioka, pasta ubi jalar, pasta kacang tunggak dan
kombinasi tepung terigu, tepung tapioka, pasta ubi jalar, pasta tempe
kacang tunggak berkisar antara 2,5% pada penambahan ubi jalar kukus
dan pasta kacang tunggak yang diblanching tanpa natrium metabisulfit
memiliki kadar abu
metabisulfit memiliki kadar abu 2,69%. Sementara itu kadar abu mie yang
terbuat dari penambahanpasta ubi jalar dan pasta tempe kacang tunggak
yang diblanching tanpa natrium metabisulfit memiliki kadar abu 2,58% dan
yang diblanching dengan natrium metabisulfit memiliki kadar abu 2,65%.
2.7
2.69
2.68
2.66
2.65
2.64
2.62
Kadar Abu (%)
2.6
2.59
Blanching tanpa Natrium metabisulfit
2.58
2.56
2.54
2.52
Perbandingan Bahan
berbeda nyata pada taraf 1%. Sedangkan pada uji lanjutan beda nyata
jujur (BNJ) memperlihatkan bahwa penambahan pasta ubi jalar, pasta
kacang tunggak dan pasta tempe kacang tunggak dengan perlakuan
blanching tanpa dan dengan penambahan natrium metabisulfit tidak
berbeda nyata terhadap mie kering yang dihasilkan.
Hasil analisa kadar abu tertinggi terdapat
pada
perlakuan
penambahan ubi jalar kukus dan kacang tunggak. Hal ini dikarenakan
kandungan mineral ubi jalar (393 mg)dan kandungan mineral yang
terdapat pada kacang tunggak lebih banyak jika dibandingkan dengan
tempe kacang tunggak yang telah mengalami penurunan selama proses
pengolahan hingga menjadi tempe. Kadar abu berasal dari unsur mineral
dan komposisi kimia yang tidak teruapkan selama proses pengabuan.
Kadar abu menunjukkan jumlah mineral yang terkandung dalam bahan,
biasanya ditentukan dengan cara pengabuan atau pembakaran (Pangloli
dan Royaningsih, 1998).
Blanching dengan natrium metabisulfit 0,2 % selama 30 menit
memiliki kadar abu lebih tinggi dibanding blanching tanpa natrium
metabisulfit karena proses blanching dengan perendaman natrium
metabisulfit danpengeringan akan meningkatkan kadar abu. Menurut
Apandi (1984), bahwa perlakuan pengeringan dengan sulfur dioksida
(SO2) yang biasa digunakan dalam pengeringan merusak thiamin, yang
tidak rusak oleh pengeringan adalah karoten, riboflavin, niasin dan asam
folat; juga Ca dan Fe tidak hilang.
Penambahan ubi jalar kukus, kacang tunggak, dan kacang tunggak
tidak mempengaruhi kadar abu secaranyata, dimana hal ini sudah sesuai
dengan standar SNI, yaitu kadar abu untuk mie kering berkisar antara 1
3%.
C. Kadar Protein
Protein merupakan zat makanan yang amatpenting bagi tubuh
karena zat ini selain berfungsisebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsisebagai zat pembangun dan pengatur (Winarno,2004).
Kadar protein yang dihasilkan pada mie kering dengan kombinasi
tepung terigu, tepung tapioka, pasta ubi jalar, pasta kacang tunggak dan
kombinasi tepung terigu, tepung tapioka, pasta ubi jalar, pasta tempe
kacang tunggak berkisar antara 12 -14% pada penambahan ubi jalar
kukus dan pasta kacang tunggak yang diblanching tanpa natrium
metabisulfit memiliki kadar protein 14,05% dan yang diblanching dengan
natrium metabisulfit memiliki kadar protein 13,74%. Sementara itu kadar
protein mie kering yang terbuat dari penambahan ubi jalar kukus dan
tempe kacang tunggak yang diblanching tanpa natrium metabisulfit
memiliki kadar protein 13,03% dan yang diblanching dengan natrium
metabisulfit memiliki kadar protein 13,15%.
14.2
14.05
14
13.8
13.74
13.6
13.4
Kadar Protein (%)
13.2
Blanching tanpa Natrium metabisulfit
13
13.15
13.03 metabisulfit
Blanching dengan Natrium
12.8
12.6
12.4
Perbandingan Bahan
tunggak dan pasta tempe kacang tunggak yang diblanching tanpa dan
dengan penambahan natrium metabisulfit pada taraf 5%.Sedangkan pada
uji lanjutan beda nyata jujur (BNJ) memperlihatkan bahwa penambahan
pasta ubi jalar, pasta kacang tunggak dan pasta tempe kacang tunggak
dengan perlakuan blanching tanpa dan dengan penambahan natrium
metabisulfit tidakberbeda nyata terhadap mie kering yang dihasilkan.
Hasil analisa kadar protein menunjukkan bahwa jumlah kadar protein
yang tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan pasta ubi jalar dan
pasta kacang tunggak dan diblanching tanpa penambahan natrium
metabisulfit. Hal ini dikarenakan kandungan protein tertinggi terdapat pada
kacang tunggak dibanding olahannya tempe. Menurut Anonim (2011b)
kacang tunggak mengandung protein 25%. Pada saat diolah menjadi
tempe
terjadi
proses
perendaman
dan
pemasakan
yang
dapat
8.1
8.08
8.06 8.05
Blanching tanpa Natrium metabisulfit
8.04
Daya Rehidradasi (Menit)
8.02
8
8
7.98
Blanching dengan Natrium metabisulfit
7.96
7.94
Ubi Jalar Kukus + pasta Kacang Tunggak
Perbandingan Bahan
tidak
faktor
diantaranya
citarasa,warna,
tekstur,
dan
nilai
blanching
dengan
menggunakan
natrium
metabisulfit
3.53
3.46
3.4
3.3
3.2
WARNA (SKALA 1-5)
3.06
3.1
3
Blanching Tanpa Natrium Metabisulfit 3Blanching dengan Natrium
Metabisulfit
2.9
2.8
2.7
Ubi Jalar Kukus + Pasta Kacang Tunggak
Perbandingan Bahan
3.8
3.73
3.7
3.6
3.5
AROMA (SKALA 1-5)
3.46
3.46
3.4
3.7
3.6
3.6
3.46
3.5
3.4
3.3
3.26
3.2
3.13
Blanching tanpa Natrium metabisulfit Blanching dengan Natrium metabisulfit
3.1
3
2.9
2.8
Ubi Jalar Kukus + Pasta Kacang Tunggak
Perbandingan Bahan
4 Elastisitas
Hasil uji organoleptik dengan metode hedonik terhadap tekstur mie
kering yang dihasilkan dengan campuran pasta ubi jalar dan pasta tempe
kacang tunggak yang di blanching dengan natrium metabisulfit memiliki
skor 2,6 yang berarti agak disukai panelis sedangkan yang diblanching
dengan natrium metabisulfit memiliki skor 2,73 (agak disukai panelis).
Sedangkan campuran pasta ubi jalar danpasta kacang tunggak yang
diblanching dengan natrium metabisulfit memiliki skor 2,9 (agak disukai)
dan yang diblanching tanpa natrium metabisulfit 3,33 (agak disukai
panelis).
3.5
3
3.33
2.93
2.73
2.6
2.5
2
ELASTISITAS (SKALA 1-5)
blanching tanpa Natrium metabisulfit
1.5
blanching dengan Natrium metabisulfit
1
0.5
0
Ubi Jalar Kukus + Pasta Kacang Tunggak
Perbandingan Bahan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
______,
2011b.
Potensi
Kacang
Tunggak.
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/398/. Akses Tanggal 25
September 2011, Makassar.
______,
2011c.
Tepung
http://www.scribd.com/doc/24470702/Tepung-Tapioka.
Tanggal 25 September 2011, Makassar.
______,
2011d.
Sodium
Metabisulfit.http://id.wikipedia.org/wiki/Sodium_metabisulfit.
AksesTanggal 25 September 2011, Makassar.
Tapioka.
Akses
Harli, Muhammad. 2004. Intisari Kado Tempe Buat Mama. PT. Gramedia:
Jakarta
Juanda, Dede., dan bambang Cahyono., 2000. Ubi Jalar, Budidaya dan
Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.
Juniawati, 2003. Optimasi Proses Pengolahan Mie Jagung Instan
Berdasarkan Kajian Preferensi Konsumen. Skripsi Departemen
Teknologi Pangan Dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Judoadmijojo, M., 1985. Pengolahan dan Pengawetan Pangan,
Pendidikan dan Latihan Tenaga Penyuluh Lapangan Spesialis
Industri Kecil Pengolahan Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian,
IPB, Bogor.
Kent, N., 1975. Technology of Cereals. Pergamon Press Oxford, New York.
Kotecha, PM., and S.S. Kadam. 1998. Sweet Potato, in Handbook of
Vegetable Science and Technology (Salunkhe, D.K and S.S
Kadam eds). MarcelDekker Inc. New York.
Oh, N.H., D.A.Seib, C.W. Deyoe, and A.B. Ward.1985. The Surface
Firmness of Cooked Noodles from Soft and Hard Wheat Flours.
Cereal Chemistry.
Pangloli, Philipus dan Sri Royaningsih, 1988. Pembuatan Mie Basah
(boiled Noodle) Dari Campuran Terigu Dan Tepung Sagu.
Seminar Penelitian Pascapanen Pertanian: Prosiding, Bogor.
Pratitasari, 2007. Mengenal Mie, Yuk!!. Kompas, 25 Februari 2007.
Rampengan, V.J. Pontoh dan D.T. Sembel., 1985. Dasar-Dasar
Pengawasan Mutu Pangan. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi
Negeri Indonesia Bagian Timur, Ujung Pandang.
Teknologi
Pangan.
Steinbaeur, L.E. dan L.J. Kushman. 1971. Sweet Potato Culture and
Disease, Agriculture Hand Book No. 388 United State
Departement of Agriculture. Washington DD.C.
Sudarmadji, Slamet., Bambang Haryono dan Suhardi, 1997. Prosedur
Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty,
Yogyakarta
Suprapti, L. 2003. Pembuatan Tempe. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Suryani, A., I. Sailah dan E. Hambali, 2002. Teknologi Emulsi. IPB-Press,
Bogor.
Susanto, T. Dan B. Saneto. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.
Bina Ilmu. Surabaya.
Tjahyadi, N. 2000. Bertanam Cabai. Kanisius. Yogyakarta.
Ubaidillah, M., 2000. Penambahan Pengental pada Mie. Karya Ilmiah, FMIPA, USU, Medan.
Widyaningsih, T.B. dan E.S. Murtini, 2006.Alternatif Pengganti Formalin
Pada Produk Pangan. Trubus Agrisarana, Surabaya.
LAMPIRAN
Lampiran 01. Kadar Air Mie Kering (Basis Kering)
Lampiran 01a. Hasil Pengukuran Kadar Air
Bahan
Perlakua
dasar
n
ulangan
mie
Blanching ulangan 1
2
total
rata2
b0
9.96
10.04
20
10
a1
15.1
b1
7.57
7.55
2
7.56
22.0
b0
11.01
11.02
3 11.015
a2
19.5
b1
9.85
9.71
6
9.78
76.7
total
38.39
38.32
1 38.36
19.1
rata2
9.60
9.58
8
9.59
Sumber: Data Sekunder Penelitian Mie Kering, 2012
Keterangan:
A1 = pasta ubi jalar + pasta kacang tunggak
A2 = pasta ubi jalar+ pasta tempe kacang tunggak
B0 = blanching tanpa natrium metabisulfit
B1 = blanching dengan natrium metabisulfit 0,2%
Lampiran 01b. Tabel Analisis Sidik Ragam Terhadap
Kering
Sumber
keragaman
JK
DB
KT
F hit.
Bahan dasar mie
5.23
1 5.233 1,579.657**
Perlakuan
blanching
6.75
1 6.753 2,038.585**
Interaksi
0.73
1 0.726
219.174**
galat
0.01
4 0.003
F 5%
F 1%
7.709 21.198
7.709 21.198
7.709 21.198
Total
12.72
7
** : sangat berbeda nyata pada taraf 5% dan 1%. Koefisien keragaman =
0,57%.
Lampiran 01c. Uji lanjutan beda nyata jujur (BNJ) pengaruh Bahan
dasar mie terhadap kadar air mie kering
Bahan dasar mie
BNJ 5%
BNJ 1%
pasta Ubi Jalar + pasta kacang
tunggak
a
A
pasta Ubi jalar + pasta tempe
b
B
kacang tunggak
Ket : perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata.
Lampiran 01d. Uji lanjutan beda nyata jujur (BNJ) pengaruh blanching
terhadap kadar air mie kering
Perlakuan Blanching
BNJ 5%
BNJ 1%
Tanpa Na2S2O5
b
B
dengan Na2S2O5
a
A
Ket : perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata.
Lampiran 01e. Uji lanjutan beda nyata jujur (BNJ) pengaruh interaksi
bahan dasar mie dan perlakuan blanching terhadap
kadar air mie kering
Bahan dasar mie
Perlakuan blanching
BNJ 5%
BNJ 1%
pasta Ubi jalar +
Tanpa Na2S2O5
b
B
pasta kacang
tunggak
Dengan Na2S2O5
a
A
pasta Ubi jalar +
c
C
pasta tempe Kacang Tanpa Na2S2O5
tungak
Dengan Na2S2O5
b
B
Ket : perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata.
total
5.17
5.37
5.16
5.25
20.95
5.24
rata2
2.585
2.685
2.58
2.625
10.48
2.62
Keterangan:
A1 = pasta ubi jalar+ pasta kacang tunggak
A2 = pasta ubi jalar + pasta tempe kacang tunggak
B0 = blanching tanpa natrium metabisulfit
B1 = blanching dengan natrium metabisulfit 0,2%
Lampiran 02b.Tabel analisis sidik ragam kadar abu Mie Kering
Sumber
keragaman
JK
DB
KT
F hit.
F 5%
Bahan dasar
mie
0.0021125
1 0.0021125 24.14** 7.709
0.010512 120.14*
Perlakuan
blanching
0.0105125
1
5
* 7.709
0.001512
Interaksi
0.0015125
1
5
17.28* 7.709
galat
0.00035
4 0.000087
F 1%
21.19
8
21.19
8
21.19
8
Total
0.0144875
7
** : sangat berbeda nyata pada taraf 5% dan 1%. Koefisien keragaman =
0,35%.
* : berbeda nyata pada taraf 5%. Koefisien keragaman = 0,35%.
Lampiran 02c.Uji lanjutan beda nyata jujur (BNJ) pengaruh bahan dasar
mie terhadap kadar abu Mie Kering
Bahan dasar mie
BNJ 5%
BNJ 1%
pasta Ubi Jalar + pasta kacang tunggak
a
A
pasta Ubi Jalar + pasta tempe kacang
tunggak
a
A
Ket : perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata.
Lampiran 02d. Uji lanjutan beda nyata jujur (BNJ) pengaruh blanching
terhadap kadar abu Mie Kering
Blanching
BNJ 5% BNJ 1%
Tanpa Na2S2O5
a
A
Dengan Na2S2O5
a
A
Ket : perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata.
Lampiran 02e. Tabel uji lanjutan beda nyata jujur (BNJ) pengaruh
interaksi bahan dasar mie dan perlakuan blanching
terhadap kadar abu Mie Kering
Bahan dasar mie
Perlakuan blanching
BNJ 5%
Tanpa Na2S2O5
a
pasta Ubi jalar + pasta
kacang tunggak
dengan Na2S2O5
b
Tanpa Na2S2O5
a
pasta Ubi jalar + pasta
tempe kacang tunggak
dengan Na2S2O5
ab
Ket : perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata.
Keterangan:
A1 = pasta ubi jalar + pasta kacang tunggak
A2 = pasta ubi jalar + pasta tempe kacang tunggak
B0 = blanching tanpa natrium metabisulfit
B1 = blanching dengan natrium metabisulfit 0,2%
Lampiran 03b. Tabel analisis sidik ragam terhadap kadar protein mie
kering
Sumber
keragaman
JK
DB
KT
F hit.
F 5% F 1%
11.591
21.19
Bahan dasar
mie
1.28
1
1.28
* 7.709
8
0.0924
21.19
Perlakuan
blanching
5
1 0.09245
0.837 7.709
8
0.0180
21.19
Interaksi
5
1 0.01805
0.163 7.709
8
0.11042
galat
0.4417
4
5
Total
1.8322
7
* : berbeda nyata pada taraf 5%. Koefisien keragaman = 2,45%.
Lampiran 03c. uji lanjutan beda nyata jujur pengaruh bahan dasar mie
terhadap kadar protein mie Kering
Bahan dasar mie
BNJ 5%
pasta ubi jalar + pasta kacang tunggak
a
pasta ubi jalar + pastatempe kacang tunggak
a
Ket : perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak
nyata.
rata2
7.65
7.6
7.7
7.6
30.55
7.64
Keterangan:
A1 = pasta ubi jalar + pasta kacang tunggak
A2 = pasta ubi jalar + pasta tempe kacang tunggak
B0 = blanching tanpa natrium metabisulfit
B1 = blanching dengan natrium metabisulfit 0,2%
Lampiran 04b. Tabel analisis sidik ragam terhadap daya rehidrasi mie
kering
Sumber
keragaman
JK
DB
KT
F hit.
F 5%
F 1%
Bahan dasar
mie
0.00125
1 0.00125
0.04 7.709 21.198
Perlakuan
blanching
0.01125
1
0.01125
0.36 7.709 21.198
Interaksi
0.00125
1 0.00125
0.04 7.709 21.198
galat
0.125
4 0.03125
Total
0.13875
7
Ket: tidak berbeda nyata pada taraf 5%..
3 = agak suka
2 = agak tidak suka
1 = tidak suka
3 = agak suka
2 = agak tidak suka
1 = tidak suka
3 = agak suka
2 = agak tidak suka
1 = tidak suka
4 = suka
3 = agak suka
2 = agak tidak suka
1 = tidak suka