SKRIPSI
Oleh
PUTIH CAHYANING ATI
NIM 145100901111029
Oleh
PUTIH CAHYANING ATI
NIM 145100901111029
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
v
Alhamdulillah dan terimakasih
atas segala karunia yang Telah Allah berikan,
Hingga sebuah karya tulis ini mampu
terselesaikam dengan baik.
vi
vii
viii
PUTIH CAHYANING ATI. NIM: 145100901111029. Uji Pengaruh
Pemberian Limbah Cair Peternakan Sapi Terhadap
Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Komoditas Tanaman
Kopi (Coffea canephora) (Studi Kasus Pada PT. Greenfields
Indonesia). Skripsi. Pembimbing: Dr. Ir. J Bambang Rahadi
W, MS dan Akhmad Adi Sulianto, STP, M. Eng.
RINGKASAN
Limbah cair peternakan memiliki kandungan bahan organik
yang tinggi, terutama limbah cair peternakan sapi. Limbah
peternakan sapi yang dihasilkan adalah berupa feses, urin, dan air
cucian kandang sapi. Limbah tersebut apabila tidak dimanfaatkan
akan menimbulkan dampak bagi lingkungan, menjadi sumber
penyakit, dapat memacu peningkatan gas metan dan juga
gangguan pada estetika dan kenyamanan. PT. Greenfields
Indonesia mengembangkan usaha di Kecamatan Wlingi-Blitar
dengan mendirikan peternakan sapi. Aktivitas dari peternakan sapi
tersebut tentu menghasilkan limbah cair dari kandang sapi.
Penelitian ini akan menguji pengaruh pemberian limbah cair
peternakan sapi terhadap kesuburan tanah dan pertumbuhan
tanaman kopi (Coffea canephora). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksperimen lapang menggunakan RAK
(Rancangan Acak Kelompok) dengan perlakuan 0x (kontrol),
pemberian 1x, dan pemberian 2x. Selanjutnya untuk kelompok
yaitu petak 1, petak 2, dan petak 3. Kemudian dilakukan analisis
data dengan menggunakan uji ANOVA taraf kepercayaan 5%
dilakukan dengan program IBM SPSS Statistic 22, dan dilanjutkan
dengan uji lanjut Tukey.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah cair peternakan
sapi memberikan pengaruh yang kurang signifikan terhadap
kesuburan tanah. Komponen pertumbuhan tanaman kopi untuk
parameter tinggi tanaman menunjukkan peningkatan ditiap
minggunya. Untuk laju pertumbuhan tinggi tanaman kopi
cenderung menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
perlakuan pemberian 2x limbah cair. Parameter diameter tanaman
kopi memberikan pengaruh yang kurang signifikan antar
perlakuan. Tetapi dari minggu ke-2 hingga minggu ke-12
mengalami peningkatan. Sedangkan untuk laju pertumbuhan
ix
diameter kanopi menunjukkan pengaruh yang cukup signifikan
baik pada perlakuan pemberian 1x maupun 2x. Parameter wiwilan
tanaman kopi meningkat pada pemberian 1x dan 2x. Pemberian
limbah cair peternakan sapi terhadap parameter ground cover
tanaman kopi memberikan pengaruh yang kurang signifikan antar
perlakuan. Begitupun juga dengan laju ground cover menunjukkan
perubahan laju yang fluktuatif.
x
PUTIH CAHYANING ATI. NIM: 145100901111029 The Effect of
Liquid Manure to The Fertility of Soil and Coffea Plants
(Coffea canephora) (Case Study: PT. Greenfields Indonesia).
Final Assignment. Tutors: Dr. Ir. J Bambang Rahadi W, MS
dan Akhmad Adi Sulianto, STP, M. Eng.
SUMMARY
Liquid livestock waste has high organic consist of, especially
liquid waste from cow farms. The wastes are feces, urine, and
water used in cleaning the environment. Those wastes will have
negative impacts if not handled properly such as will cause
diseases, increasement in metane gases, and aestetic problems.
Green Fields Indonesia has developed cow barn devision in
Wlingi, Blitar by raising a cow barn. The activities of the barn
produces liquid wastes.this research will test the effect of cow barn
liquid waste on soil’s fertility at coffe plant (Coffe canephora). The
method used in this research was field experiment using
Randomized Block Design with three treatment for land application
these are 0 (control), 1, and 2 times application. The treatment was
conducted in three replication using different area. Data were then
analyzed using ANOVA test IBM SPSS Statictic 22 Program with
5% and continued with Tukey further test.
The result showed that cow barn liquid wastes gave less
significant effect to soil fertility. The plant for height parameter
showed an increase in each weekThe growth rate tend to show a
significant effect on. The diameter of plants canopy give less
significant effect between treatments, but on week 2 to week 12
had been increased. While the growth rate of canopy’s diameter
showed a significant influence both on treatment which had been
given one (1x) and two (2x) times application. The parameter of
“Wiwilan” coffe plants increased in one (1x) and two (2x) times
application. The treatment of cow barn liquid waste give less
significant effect to the ground cover parameter of coffe plants
between treatments. Likewise also with the ground cover rate
shows a fluctuating rate change.
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang atas segala rahmat dan hidayah- Nya, hingga
penyusun kegiatan penelitian untuk tugas akhir. Tugas Akhir ini
berjudul “Uji Pengaruh Pemberian Limbah Cair Peternakan
Sapi Terhadap Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan
Komoditas Tanaman Kopi (Coffea canephora) (Studi Kasus
pada PT. Greenfields Indonesia)”. Penyusunan tugas akhir ini
merupakan salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana
Teknik di Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Keteknikan
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terim kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua, kakak, serta keluarga yang senantiasa
memberikan dukungan, semangat dan doa
2. Bapak Dr. Ir. J Bambang Rahadi W., MS selaku dosen
pembimbing satu yang telah memberikan arahan, bimbingan,
ilmu pengetahuan, wawasan dan saran selama proses
penyusunan tugas akhir
3. Bapak Dr. Eng. Akhmad Adi Sulianto, STP, M. Eng. selaku
dosen pembimbing dua yang telah memberikan arahan,
bimbingan, ilmu pengetahuan, wawasan dan saran selama
proses penyusunan tugas akhir
4. Ibu Dr. Eng. Evi Kurniati. STP. MT selaku dosen penguji atas
segala saran dan masukannya.
5. Ibu La Choviya H.,STP.MP.Ph.D selaku ketua jurusan
Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Brawijaya.
6. Mikailla, Fauzan, Widya, Vida, Ayin, Faisal, Nisa, Yufli yang
senantiasa membantu selama pelaksanaan penelitian tugas
akhir sampai penyusunan laporan tugas akhir ini, juga telah
menjadi pendengar yang baik atas keluh kesah yang
disampaikan oleh penyusun.
7. Obby, Zulvi, Mbak Aulia, Mbak Wulan, Mas isnu, Mas Fadil,
Alfian, Anggit, Bagja, Icad, Saras, Dea, Fara, Suci, Ihsan,
Nanda, Lazu, dan Dicky, atas dukungan, semangat, tenaga,
dan waktu yang telah diberikan selama penelitian berlangsung.
xii
8. Keluarga Teknik Lingkungan Angkatan 2014 dan keluarga BPH
Adhibrata KMTL yang telah memberikan semangat dan doa
kepada penyusun
Penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan,
referensi an pengalaman, penyusun mengharapkan saran dan
masukan demi lebih baiknya penulisan tugas akhir ini. Akhirnya
harapan penyusun semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
penyusun maupun pihak lain yang membutuhkan.
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Teks Halaman
Cover .......................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ....................................................................... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... vii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................ viii
RINGKASAN ............................................................................. ix
SUMMARY ................................................................................ xi
KATA PENGANTAR ................................................................ xii
DAFTAR ISI ............................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................. xviii
No Teks Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Hara dan Air pada Pupuk Organik
Hewan .................................................................. 18
Tabel 2.2 Kandungan Unsur Hara Urin Berbagai Jenis Ternak . 19
Tabel 2.3 Standar Kualitas Unsur Makro Pupuk........................ 20
Tabel 3.1 Data Pengamatan Rancanngan Acak Kelompok ....... 26
Tabel 3.2 Sidik Ragam Anova................................................... 27
Tabel 3.3 Timeline Penelitian .................................................... 38
Tabel 4.1 Hasil Analisis Limbah Cair Peternakan Sapi.............. 39
Tabel 4.2 Kandungan Tanah Awal ............................................ 44
Tabel 4.3 Perbandingan Kandungan Limbah Cair dengan
Kandungan Tanah Sebelum dan Sesudah Perlakuan
............................................................................. 47
Tabel 4.4 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Tanah .. 55
Tabel 4.5 Data Iklim Wilayah Wlingi .......................................... 56
Tabel 4.6 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Tinggi
Tanaman Kopi ...................................................... 59
Tabel 4.7 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Laju
Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kopi ..................... 61
Tabel 4.8 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Diameter
Kanopi Tanaman Kopi .......................................... 63
Tabel 4.9 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Laju
Diameter Kanopi Tanaman Kopi ........................... 64
Tabel 4.10 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Jumlah
Wiwilan Tanaman Kopi ......................................... 65
Tabel 4.11 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Grund
Cover Tanaman Kopi............................................ 67
Tabel 4.12 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Laju
Grund Cover Tanaman Kopi ................................. 68
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ................................................... 23
Gambar 3.2 Diagram Alir Tahapan Penelitian ........................... 28
Gambar 3.3 Ilustrasi Petak Tampak Atas.................................. 30
Gambar 3.4 Ilustrasi Grid untuk Cover ...................................... 30
Gambar 3.5 Ilustrasi Parit Tampak Atas ................................... 31
Gambar 3.6 Ilustrasi Parit Tampak Samping ............................ 31
Gambar 3.7 Waktu Pemberian Pupuk Cair Peternakan Sapi dan
Pengamatan ......................................................... 33
Gambar 3.8 Pengukuran Tinggi Tanaman dan Diameter Kanopi
Tanaman .............................................................. 35
Gambar 3.9 Tunas Air (wiwilan) ................................................ 35
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap
Tinggi Tanaman Kopi .......................................... 60
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap
Diameter Kanopi Tanaman Kopi .......................... 63
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap
Jumlah Wiwilan Tanaman Kopi............................ 66
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap
Ground Cover Tanaman Kopi .............................. 68
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
Lampiran 1 Data Hasil Penelitian Terdahulu (literatur) ............. 81
Lampiran 2 Hasil Analisis Uji Limbah Cair Peternakan Sapi ..... 83
Lampiran 3 Hasil Analisis Sampel Tanah untuk Tiap Perlakuan
pada 3 Petak .......................................................... 84
Lampiran 4 Prosedur Uji Sampel Tanah .................................. 87
Lampiran 5 Kriteria Peneilaian Hasil Analisis Tanah .............. 111
Lampiran 6 Data Curah Hujan................................................ 112
Lampiran 7 Data Kelembaban Udara dan Penyinaran Matahari
............................................................................. 113
Lampiran 8 Anova Kandungan Tanah .................................... 114
Lampiran 9 Anova Tinggi Tanaman Kopi ............................... 125
Lampiran 10 Anova Laju Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kopi 132
Lampiran 11 Anova Diameter Kanopi Tanaman Kopi ............. 138
Lampiran 12 Anova Laju Pertumbuhan Diameter Kanopi Tana-
man Kopi .......................................................... 145
Lampiran 13 Anova Wiwilan Tanaman Kopi ........................... 151
Lampiran 14 Anova Ground Cover Tanaman Kopi ................ 157
Lampiran 15 Anova Laju Ground Cover Tanaman Kopi ......... 163
Lampiran 16 Dokumentasi ..................................................... 170
xviii
BAB I PENDAHULUAN
4
1.5 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini sebagai
berikut.
1. Limbah yang digunakan pada penelitian yaitu limbah cair
peternakan sapi.
2. Penelitian ini dilakukan dalam skala lapang.
3. Penelitian ini hanya membahas kandungan limbah cair
peternakan sapi yang terdapat pada tanah dan tanaman
kopi (Coffea canephora).
4. Parameter yang diamati yaitu komponen tanah dan
komponen pertumbuhan tanaman kopi (Coffea canephora).
5. Tanah tercemar limbah cair peternakan sapi didapat
dengan menambahkan limbah cair peternakan sapi.
6. Penelitian ini tidak meneliti mikroba tanah yang dapat
mereduksi limbah cair peternakan sapi.
5
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
11
2.3 Tanaman Kopi
2.3.1 Asal Usul Tanaman Kopi
Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan yang
berasal dari Benua Afrika, tepatnya dari negara Ethiopia pada
abad ke-9. Suku Ethiopia memasukan biji kopi sebagai
makanan mereka yang dikombinasikan dengan
makananmakanan popok lainnya, seperti daging dan ikan.
Tanaman ini mulai diperkenalkan di dunia pada abad ke-17 di
India. Selanjutnya, tanaman kopi menyebar ke Benua Eropa
oleh seorang yang berkebangsaan Belanda dan terus
dilanjutkan ke negara lain termasuk ke wilayah jajahannya yaitu
Indonesia. Penyebaran tanaman kopi di Indonesia sudah terjadi
sejak tahun 1700-an, khususnya di Pulau Jawa. Selain di Pulau
Jawa, penyebaran tanaman kopi juga dilakukan di Pulau
Sumatera dan Sulawesi setelah percobaan penanaman kopi di
Pulau Jawa berhasil. Jenis kopi yang pertama kali
dibudidayakan di Indonesia adalah kopi jenis arabika. Akan
tetapi, ketika timbul serangan penyakit karat daun pada tahun
1869 di Srilangka, pemerintah Belanda mendatangkan jenis kopi
baru, yaitu liberika. Kopi liberika dipilih karena memiliki
keunggulan tahan terhadap serangan penyakit karat daun yang
disebabkan oleh patogen Hemelia vastatrix. Akan tetapi, kopi
jenis ini menghasilkan produktivitas yang rendah dibandingkan
kopi arabika. Hal ini menyebakan pemerintahan Belanda
mendatangkan jenis kopi baru yaitu kopi jenis robusta. Kopi
jenis ini lebih tahan terhadap serangan penyakit karat daun dan
memiliki produksi yang lebih baik dibandingkan kopi jenis
liberika. Pada tahun 1920-an, pemerintah mendirikan Balai
Penelitian Tanaman Kopi di Pulau Jawa yang bertugas
mengembangkan dan meneliti kopi jenis arabika dan robusta.
Seiring dengan waktu dan perkembangan teknologi, kopi jenis
robusta dan arabika yang asli telah mengalami penyilangan-
penyilangan dan menghasilkan beberapa hibrida atau Genotipe
unggul (Panggabean 2011).
14
pemangkasan, pohon peneduh/penaung, dan peberantasan
hama dan penyakit.
1. Pemupukan
Adanya panenan yang terus menerus telah menghabiskan
persediaan hara tanaman di dalam tanah, selain itu akan terjadi
hilangnya hara tanaman karena pencucian dan fiksasi. Hara
tanaman yang hilang dan terambil tidak sedikit jumlahnya, maka
perlu adanya pengganti hara dalam bentuk pupuk. Pemupukan
yang mudah diperoleh dan dekat adalah pemberian mulsa dan
ditambah dengan pupuk organik yang lain seperti pupuk
kandang, kompos, serta sisa-sisa pemangkasan daun-daun
yang membusuk (AAK, 1988).
Pemupukan perlu mengingat umur dan jenis tanaman, jarak
tanam, tanaman tersebut ada pelindungnya atau tidak , tanah,
iklim, dan jenis pupuk. Kebutuhan pupuk juga dapat berbeda-
beda antar lokasi. Secara umum pupuk yang dibutuhkan
tanaman kopi ada 2 jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk an-
organik. Diutamakan pemberian pupuk organik berupa kompos,
pupuk kandang atau limbah kebun lainnya yang telah
dikomposkan. Pupuk diberikan setahun dua kali, yaitu pada
awal dan pada akhir musim hujan. Pada daerah basah (curah
hujan tinggi), pemupukan sebaiknya dilakukan lebih dari dua kali
untuk memperkecil resiko hilangnya pupuk karena pelindian
(tercuci air). Cara pemberian pupuk yaitu sebagai berikut :
pupuk diletakkan secara alur melingkar 75 cm dari batang
pokok, dengan kedalaman 2-5 cm (PERMENTAN, 2014).
2. Pemangkasan
Pada perkebunan kopi yang baik harus selalu diadakan
pemangkasan, baik mengenai tanaman poko maupun pohon
pelindung. Pemangkasan dimaksudkan untuk memberi
keleluasaan masuknya cahaya kepada tanaman kopi secara
merata guna merangsang pembentukan bunga, memperlancar
udara sehingga proses penyerbukan bisa berlangsung secara
intensif, menghindarkan kelembapan, serta membuang cabang
tua yang kurang produktif atau terkena hama sehingga zat hara
dapat disalurkan kepada cabang-cabang muda yang lebih
produktif. Ada berbagai macam pemangkasan antara lain (AAK,
1988):
15
a. Pangkasan bentuk
b. Pangkasan pemeliharaan
c. Pangkasan peremajaan (rejuvenisasi)
3. Pohon Peneduh/Pelindung/Penaung
Penanaman pohon pelindung dapat berpengaruh pada
umur tanaman akan lebih panjang dan masa produksinya pun
akan lebih panjang pula, menghindari adanya over produksi
sehingga yang mati awal akan lebih sedikit, kepekaan serangan
hama penyakit lebih berkurang, guguran dan pangkasan daun
akan mengasilkan mulch. Pohon pelindung yang tetap, harus
sesuai dengan tanaman pokok dan tidak boleh menghisap
terlalu banyak air zat makanan. Mereka harus tahan lama dan
berakar dalam dan kuat. Cabang-cabangnya harus lebar dan
cukup tinggi diatas kopi, sehingga keadaannya tidak terlalu
teduh dan cabangnya tidak boleh mudah patah. Pohon
pelindung yang sering dipergunakan di dalam perkebunan ialah
jenis-jenis (AAK, 1988):
a. Dadap (Eurythrina lithosperma)
Pohon yang pertama-tama dipergunakan di perkebunan.
Pohon tersebut tumbuhnya cepat, bentuk dari naungannya
merata, daunnya banyak, tahan pemangkasan berat, dan kalau
dipangkas cepat tumbuh dan mudah ditanam dengan stek.
b. Sengon Laut (Albizzia falcata)
Pohon sengon laut sebagai pohon pelindung harus sudah
ditanam jauh sebelum penanaman pohon kopi. Sebab tanaman
itu menjadi rimbun dan memenuhi syarat sebagai pelindung
setelah ditanam beberapa tahun.
c. Lamtoro (Leucaena glauca)
Hampir semua perkebunan kopi menggunakan pohon
pelindung lamtoro, meskipun daunnya sedikit. Tetapi lamtoro
memiliki kelemahan yaitu mudah diserang hama seperti kutu
loncat, sehingga banyak biaya pemeliharaan.
4. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Di beberapa perkebunan kopi banyak dikenal gangguan-
gangguan tanaman kopi yang sangat merugikan. Gangguan-
gangguan tersebut kebanyakan disebabkan oleh hama dan
penyakit, juga disebabkan keadaan sekeliling, yang pada
16
umumnya menyerang pada akar batang, ranting, bunga, buah,
dan daun (AAK, 1988).
19
Pupuk cair organik adalah jenis pupuk berbentuk cair tidak
padat mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-
unsur penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik cair
mempunyai banyak kelebihan diantaranya, pupuk tersebut
mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme jarang
terdapat dalam pupuk organik padat dalam bentuk kering.
Selain kelebihan tersebut, pupuk organik cair dapat secara
cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam
pencucian hara, dan mampu menyediakan hara yang cepat.
Dibandingkan dengan pupuk anorganik cair, pupuk organik cair
umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun
digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk organik cair juga
memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan
kepermukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman
(Safitri, 2015).
Standar kualitas unsur makro pupuk organik berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian No.28/ SNI/ Permentan/ OT.140/ 2/
2009 dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.3 Standar Kualitas Unsur Makro Pupuk
Persyaratan
Parameter Satuan Teknis Keterangan
C-Organik % >=4 Kandungan C-Organik
Jika > 2% diduga sudah kimia
N, P, K % <2
anorganik
Salmonella harus negatif
Patogen cfu/g <10
karena tingkat bahayanya
Mikroba
cfu/g - Tingkat keaktifan bakteri
Fungsional
pH yang terlalu asam/basa
pH - 4-8
tidak untuk tanah
Sumber: PERMENTAN (2011)
22
BAB III METODE PENELITIAN
24
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada saat penelitian adalah:
1. Tanaman Kopi yang telah berumur 2-3 tahun sebagai objek
penelitian
2. Limbah Cair Peternakan digunakan untuk menambah unsur
hara pada tanah
3. Sampel Tanah sebagai objek penelitian
25
Data pengamatan yang akan diperoleh dapat dilihat pada Tabel
3.1
Tabel 3.1 Data Pengamatan Rancangan Acak Kelompok
Petak (U)
Perlakuan
U1 U2 U3
K KU1 KU2 KU3
1x 1xU1 1xU2 1xU3
2x 2xU1 2xU2 2xU3
26
Tabel 3.2 Sidik Ragam (ANOVA)
SK Db JK KT
27
hingga kegiatan penelitian. Secara umum tahapan penelitian
dapat dilihat pada Gambar 3.2
U2
U3
32
1x 2x
M. ke-0 M. ke-2 M. ke-4 M. ke-6 Mgg ke-8 M. ke-10 M. ke-12
33
pertumbuhan generatif kurang baik, demikian pula pembungaan
dan pembuahannya, dapat dengan cepat kekurangan bahan
organis karena lapisan humusnya cepat sekali lenyap akibat
kena teriknya matahari langsung dan curah hujan terus menerus
pada lapisan tanah atas.
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap dampak
pengaplikasian limbah cair peternakan sapi terhadap parameter
pertumbuhan tanaman kopi dan kesuburan tanah. Pengamatan
dengan parameter pertumbuhan tanaman kopi dilakukan tiap 2
minggu sekali selama 12 minggu, dikarenakan komoditi yang
diamati merupakan tanaman jenis tanaman tahunan. Komponen
pertumbuhan tanaman untuk komoditi uji tanaman kopi diamati
secara non-destruktif. Pengamatan secara non-destruktif
tersebut meliputi:
1) Tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah sampai
daun tertinggi tanaman, dapat dilihat pada Gambar 3.5
2) Diameter kanopi, diukur dari daun terluar hingga daun
terluar lainnya, dapat dilihat pada Gambar 3.5
3) Ground cover dengan menghitung jumlah kotak (grid) yang
tidak terkena paparan sinar matahari dalam kotak tersebut.
Dilakukan pengukuran mulai jam 10.00-12.00 WIB dimana
saat matahari berada diatas/ditengah. Selanjutnya dihitung
untuk mendapatkan persentase ground cover
menggunakan rumus:
34
Gambar 3.5 Pengukuran Tinggi Tanaman dan Diameter Kanopi
Tanaman
36
Sampel tanah tersebut diuji terhadap 14 parameter yang telah
disebutkan pada sub bab sebelumnya.
37
Tabel 3.3 Timeline Penelitian
Tanggal Kegiatan
22 Januari 2018 Survei lahan di Desa Ngadirenggo (perkebunan
di sekitar PT. Greenfield Indonesia
09 Februari 2018 Persiapan lahan (pembuatan ground cover dan
pebuatan parit) dan tanaman
Sampling limbah cair
14 Februari 2018 Perlakuan 1 (pemberian limbah cair peternakan
sapi ke-1)
Pengamatan tanaman kopi minggu ke-0
20 Februari 2018 Sampling tanah untuk kontrol dan telah diberikan
pemberian limbah ke-1
02 Maret 2018 Perlakuan 2 (pemberian limbah cair peternakan
sapi ke-2)
Pengamatan tanaman kopi minggu ke-2
09 Maret 2018 Sampling tanah untuk pemebrian limbah ke-2
16 Maret 2018 Pengamatan tanaman kopi minggu ke-4
30 Maret 2018 Pengamatan tanaman kopi minggu ke-6
13 April 2018 Pengamatan tanaman kopi minggu ke-8
27 April 2018 Pengamatan tanaman kopi minggu ke-10
12 Mei 2018 Pengamatan tanaman kopi minggu ke-12
13 Mei 2018 Pengolahan dan analisis data
38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
40
kalium, sehingga unsur ini juga dikenal dengan unsur
fungsional. Keberadaan unsur hara Na tidak saja berpengaruh
pada sifat kimia tanah tetapi juga pada sifat fisik tanah, terutama
dalam kemantapan struktur (Supriyadi, 2015). Hasil analisis
limbah cair peternakan untuk kandungan natrium ini tidak
terdeteksi, dan natrium ini bukan termasuk unsur hara yang
esensial.
Kandungan Magnesium dibutuhkan dalam aktivasi enzim-
enzim dan sebagai atom pusat dari molekul klorofil.
Pengaplikasian Nitrogen (N) dan Kalium (K) tanpa pemberian
Mg dapat menyebabkan defisiensi Magnesium (khlorosis).
Pemberian pupuk dengan kandungan Magnesium juga dapat
meningkatkan pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman
(Achmad, 2016). Sedangkan hasil uji sampel limbah cair
peternakan sapi menunjukkan kandungan Magnesiumnya
sebesar 50,09 mg/L, dan baku mutu untuk parameter
Magnesium tidak tercantum.
Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensial yang
keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Nitrogen dibutuhkan tanaman
dalam jumlah banyak sehingga disebut unsur hara makro
(Fitriyanto, 2015). Unsur hara nitrogen (N) terutama berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan,
terutama batang, cabang dan daun. Pembentukan hijau daun
juga berkaitan erat dengan unsur nitrogen. Selain itu unsur ini
berpengaruh dalam pembentukan protein, lemak dan berbagai
persenyawaan organik lainya (Liza, 2011). Hasil uji limbah cair
kotoran sapi menunjukkan kandungan nitrogen sebesar 43,10
mg/L. Hasil uji tersebut masih berada diatas standar baku mutu
dan berada dibawah persyaratan teknis minimal pupuk cair
organik.
Fosfor (P) adalah unsur hara essensial bagi tanaman, tidak
ada unsur lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam
tanaman. Kandungan fosfor berkaitan dengan kandungan N
dalam substrat, semakin besar nitrogen yang dikandung maka
multiplikasi mikroorganisme yang merombak fosfor akan
41
meningkat, sehingga kandungan fosfor dalam pupuk cair juga
meningkat. Kisaran P dalam limbah industri peternakan adalah
1,1% sampai 4,6% dari total solid (Hidayati, 2011). Hasil uji
sampel limbah cair peternakan sapi menunjukkan fosfor sebesar
1,439 mg/l. Nilai tersebut masih jauh dari batas baku mutu
pupuk organik cair.
Parameter Coli Tinja pada limbah cair peternakan sapi
setelah dilakukan analisis memiliki kandungan sebesar 1,7
MPN/mL. Nilai tersebut masih dalam batas baku mutu pupuk
organik cair yaitu maks 102. Escherichia coli atau coli tinja
sebagai salah satu bakteri indikator adanya pencemaran pada
air. Escherichia coli (E. coli) merupakan salah satu kelompok
terbesar dari bakteri Coliform dan umum ditemukan di dalam
kotoran ternak termasuk sapi (Suardana, 2016). Penelitian
menunjukkan rata-rata jumlah bakteri yang terdapat pada
limbah peternakan sapi sebesar 18 MPN/mL (Waluyo, 2016).
Apabila dibanddingkan dengan kandungan bakteri coli tinja
pada sampel limbah cair peternakan sapi lebih rendahdan
masih jauh dari nilai baku mutu.
Semakin tinggi kandungan C-Organik suatu tanah, maka
semakin tinggi pula kandungan bahan organiknya. Bahan
organik tanah berpengaruh terhadap sifat fisik, biologi dan kimia
tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah
yang sangat baik, selain itu berperan sebagai sumber hara bagi
tanaman dan sumber energi bagi organisme tanah (Wicaksono,
2015). Hasil uji sampel menunjukkan, bahwa kandungan C-
Organik pada sampel limbah cair peternakan sapi sebesar 1620
mg/L. Hal tersebut masih sangat jauh dari baku mutu yang
ditetapkan yaitu minimal 60.000 mg/L, sehingga semakin
banyak pupuk organik yang diberikan, maka akan membantu
meningkatkan kandungan C-Organik pada tanah yang
selanjutnya dapat berperan penting dalam menyediakan unsur
hara bagi tanaman.
Menurut Aldiatma (2016), menyatakan bahwa pengukuran
rasio C/N dapat dilakukan dengan menghitung perbandingan
42
nilai Total C-Organik dan Nitrogen Total yang diperoleh dari
data hasil analisis, dapat ditunjukkan pada rumus.
43
Tabel 4.2 Kandungan Tanah Awal
Kriteria
Penilaian Sifat
No Parameter Satuan Hasil Analisa
Kimia Tanah
*)
1 pH H2O - 5,07 Masam
2 pH KCL - 4,63 -
3 C-Organik % 3,2 Tinggi
4 N.Total % 0,41 Sedang
5 C/N - 8 Rendah
6 P (Phospor) mg/Kg 1,47 Sangat
Rendah
7 K (Kalium) me/100 g 0,14 Rendah
8 Na (Natrium) me/100 g 0,18 Rendah
9 Ca (Kalsium) me/100 g 5,86 Rendah
10 Mg (Magnesium) me/100 g 1,57 Sedang
11 KTK me/100 g 41,04 Sangat Tinggi
12 Jumlah Basa me/100 g 7,75 -
13 Kejenuhan Basa % 19 Sangat
Rendah
14 Pasir % 29,67 -
15 Debu % 52,67 -
16 Liat % 17,67 -
17 Tekstur - Lempung -
Berdebu
Keterangan:*) Berdasarkan LPT (1983)
Kandungan bahan organik yang rendah dan pH yang
rendah dengan reaksi tanah ada yang masam sampai agak
masam (pH 4,6-5,5), kandungan bahan organik rendah dengan
ratio C/N tergolong rendah (5-10) dan kandungan P (phospor)
potensial rendah mengakibatkan tingkat kesuburan tanah juga
rendah. Untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam
tanah dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik seperti
pupuk kandang. Pupuk kandang juga dapat meningkatkan C/N
tanah yang tergolong rendah. Bahan organik juga dapat
meningkatkan pH tanah yang masam sehingga permasalahan
yang ada pada tanah dapat teratasi (Sihite, 2016). Kalium
merupakan unsur hara yang esensial. Jika kalium rendah maka
dapat menyebabkan tanah tersebut miskin hara, sehingga hal
44
tersebut perlu dibantu dengan proses pemupukan. Selain itu
untuk kation-kation basa yang lain seperti Na dan Ca, apabila
nilainya rendah juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman
(Darlita, 2017).
Kapasitas Tukar Kation pada hasil uji menunjukkan hasil
yang sangat tinggi yaitu sebesar 41,04 me/100g. KTK sangat
erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan
KTK tinggi lebih mampu menyediakan unsur hara dibandingkan
dengan KTK rendah. Makin Tinggi KTK tanah, makin tinggi
kemampuan tanah menyimpan hara (Prijono, 2012). KTK yang
tinggi pada tanah tersebut dapat dikarenakan adanya
kandungan C-Organik yang tinggi, yaitu sebesar 3,2%. Menurut
Novita (2013), nilai KTK juga dipengaruhi oleh bahan organik,
dimana makin tinggi bahan organik maka semakin tinggi nilai
KTK. Dan C-Organik merupakan komponen sebagian besar
penyusun bahan organik.
Kejenuhan basa pada hasil uji menunjukkan kriteria yang
sangat rendah. Nilai KB berhubungan erat dengan pH dan
tingkat kesuburan tanah. Kemasaman akan menurun dan
kesuburan akan meningkat dengan meningkatnya KB. Laju
pelepasan kation terjerab bagi tanaman tergantung pada tingkat
kejenuhan basa tanah. Kejenuhan basa tanah berkisar 50%-
80% tergolong mempunyai kesuburan sedang dan dikatakan
tidak subur jika kurang dari 50% (Siregar, 2010).
45
Pupuk dari limbah peternakan sapi memiliki kandungan
yang dapat menentukan kemampuan tanah untuk mendukung
pertumbuhan tanaman, salah satunya adalah bahan organik.
Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat fisik, biologi
dan kimia tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap
agregat tanah yang sangat baik, selain itu berperan sebagai
sumber hara bagi tanaman dan sumber energi bagi organisme
tanah (Wicaksono, 2015). Semakin banyak pupuk yang
diberikan, maka semakin banyak pula bahan organik
ditambahkan, dan unsur hara pada tanah juga akan bertambah,
yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Tabel 4.3 menunjukkan perbandingan antara kandungan
limbah cair peternakan sapi, hasil pengujian tanah sebelum
diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan
pemberian pupuk limbah cair peternakan sapi baik 1x
pemberian maupun 2x pemberian. Sedangkan untuk hasil uji
kandungan tanah setelah diberikan pemberian limbah cair
sebanyak 1x dan 2x dapat dilihat pada Lampiran 3.
46
Tabel 4.3 Perbandingan Kandungan Limbah Cair dengan Kandungan Tanah Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kandungan Limbah Cair
Kandungan Tanah dan Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah*)
Peternakan Sapi
No Parameter
Perlakuan Perlakuan Perlakuan
Satuan Hasil Satuan Penilaian Penilaian Penilaian
0x 1x 2x
1 pH H2O - 7,4 - 5,07 Masam 4,9 Masam 5,03 Masam
2 pH KCL - - - 4,63 - 4,57 4,6
3 C-Organik mg/L 1620 % 3,2 Tinggi 3,52 Tinggi 3,29 Tinggi
4 N.Total mg/L 43,10 % 0,41 Sedang 0,42 Sedang 0,36 Sedang
5 C/N - 37,58 - 8 Rendah 8,33 Rendah 9,44 Rendah
Sangat Sangat Sangat
6 P (Phospor) mg/L 1,439 me/kg 1,47 4,54 4,96
Rendah Rendah Rendah
7 K (Kalium) mg/L 13,75 me/100 g 0,14 Rendah 0,26 Sedang 0,72 Tinggi
8 Na (Natrium) mg/L tt**) me/100 g 0,18 Rendah 0,44 Sedang 0,7 Sedang
9 Ca (Kalsium) - - me/100 g 5,86 Rendah 5,75 Sedang 3,95 Rendah
10 Mg (Magnesium) mg/L 50,09 me/100 g 1,57 Sedang 1,49 Sedang 0,44 Rendah
11 KMnO4 mg/L 6487 - - - - - -
12 Coli Tinja MPN/ml 1,7 - - - - - -
Sangat Sangat
13 KTK - - me/100 g 41,04 45,37 31,72 Tinggi
Tinggi Tinggi
14 Jumlah Basa - - - 7,75 - 7,94 - 5,77 -
Sangat Sangat Sangat
15 Kejenuhan Basa - - % 19 17,33 18,67
Rendah Rendah Rendah
16 Pasir - - % 29,67 - 25,67 - 24 -
17 Debu - - % 52,67 - 41,33 - 62,33 -
18 Liat - - % 17,67 - 33 - -
Lempung
Lempung Lempung
19 Tekstur - - - - - Liat -
Berdebu Berliat
Berdebu
Keterangan: *) Berdasarkan LPT (1983); **) tt = Tidak Terdeteksi.
47
Adanya perubahan yang signifikan pada parameter pH baik
H2O maupun KCl setelah diberikan pupuk limbah cair
peternakan sapi terhadap lahan penelitian, dapat dilihat pada
Tabel 4.3. Lahan penelitian tersebut mengalami penurunan pH
(H2O dan KCl) setelah diberikan perlakuan pemberian limbah
cair 1x. pH H2O mengalamai penurunan sebesar 3,35%,
sedangkan untuk pH KCl mengalami penurunan sebesar 2,14%.
Kemudian mengalami penurunan pada perlakuan sesudah
diberikan perlakuan 2x jika dibandingkan dengan sebelum
diberikan limbah cair peternakan sapi (0x) yaitu sebesar 0,78%
untuk pH H2O, dan penurunan sebesar 1,5% untuk pH KCl.
Kandungan tanah tersebut setelah diberikan pupuk cair
tergolong bersifat masam. Menurut Soepardi (1983) hampir
semua pupuk majemuk (mengandung lebih dari 1 macam hara)
cenderung mencipatakan suasana masam dalam tanah. Hal
tersebut terutama disebabkan oleh pembawa nitrogen, terutama
yang mensuplai amonia atau yang menghasilkan amonia bila
ditambahkan dalam tanah.
Perubahan yang signifikan untuk parameter C-Organik
pada tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Pada
perlakuan pemberian limbah 1x, mengalami peningkatan yaitu
sebesar 9,1%. Perlakuan selanjutnya apabila dibandingkan
dengan sebelum diberikan limbah cair peternakan sapi (0x)
mengalami peningkatan yaitu sebesar 2,73%. Tetapi
mengalamai penurunan dari sebelum diberikan limbah cair 1x.
Begitupun dengan parameter N. Total menunjukkan grafik
perubahan N. Total pada tiap-tiap perlakuan yaitu 0x, 1x, dan
2x. Setelah diberikan perlakuan pemberian limbah 1x, N. Total
pada tanah mengalami peningkatan sebesar 0,23%.
Selanjutnya setelah diberikan perlakuan pemberian limbah cair
2x mengalami penurunan sebesar 12,2% jika dibandingkan
dengan sebelum diberikan limbah cair peternakan sapi. Menurut
Santoso (2011) turunnya bahan organik tanah sejalan dengan
turunnya N total tanah yang digunakan untuk pertumbuhan
tanaman, disamping juga akibat pelindian. Hal ini disebabkan
turunnya kadar N total yang telah digunakan untuk pertumbuhan
49
tanaman. Kandungan bahan organik tanah merupakan indeks
untuk menentukan kapasitas penyediaan N di tanah.
Peningkatan parameter perbandingan C/N tanah dapat
dilihat pada Tabel 4.3. Perlakuan dengan pemberian limbah cair
1x mengalami peningkatan dari sebelumnya, yaitu sebesar
3,96%. Mengalami peningkatan kembali yang cukup tajam dari
sebelum diberikan limbah cair peternakan sapi (0x) yaitu
sebesar 14,25% dengan setelah diberikan perlakuan pemberian
limbah cair 2x. Penambahan bahan organik dengan C/N ratio
yang tinggi pada tanah mungkin merangsang
perkembangbiakan mikroorganisme tanah, yang dapat
memfiksai hara tanah dalam tubuhnya sehingga menyebabkan
kandungan nitrogen dalam tanah agak berkurang (Safitri, 2015).
Peningkatan P (fosfor) tanah dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Perlakuan dengan pemberian limbah cair peternakan sapi 1x
meningkat tajam yaitu sebesar 67,62% dari sebelum diberikan
perlakuan atau kontrol. Kemudian meningkat kembali pada
perlakuan pemberian limbah 2x. Jika dibandingkan dengan
sebelum diberikan limbah cair peternakan sapi meningkat tajam
yaitu sebesar 70,36%. Menurut Suyono (2010) dalam
penelitiannya, unsur P yang berasal dari pupuk kandang sapi
lebih terjaga ketersediaannya dalam tanah sehingga
kandungannya dalam tanaman meningkat seiring dengan
peningkatan dosis pemberiannya. Adanya peningkatan
kandungan P-berasal dari pupuk kandang sapi yang tidak
berbeda nyata dalam bulir/biji/buah tanaman diduga lebih
disebabkan oleh rendahnya kandungan P dalam pupuk kandang
sapi. Dan dalam kandungan limbah cair peternakan sapi setelah
dilakukan pengujian memang kandungan fosfor sangat rendah
yaitu 1,439 mg/L.
Peningkatan kandungan kalium tanah disetiap perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 4.3. Perlakuan dengan pemberian
limbah cair 1x mengalami peningkatan cukup tajam dari
sebelumnya, yaitu sebesar 46,15%. Mengalami peningkatan
kembali yang tajam dari sebelum diberikan limbah cair
peternakan sapi (0x) yaitu sebesar 80,55% dengan setelah
50
diberikan perlakuan pemberian limbah cair 2x. sesuai dengan
literatur, bahwa residu kandungan K dalam tanah makin tinggi
dengan makin tingginya status K tanah dan dosis pupuk K yang
diberikan (Sumarni, 2012).
Peningkatan kandungan natrium tanah disetiap perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 4.3. Perlakuan dengan pemberian
limbah cair 1x mengalami peningkatan cukup tajam dari
sebelumnya, yaitu sebesar 59,1%. Mengalami peningkatan
kembali yang tajam dari sebelum diberikan limbah cair
peternakan sapi (0x) yaitu sebesar 74,28% dengan setelah
diberikan perlakuan pemberian limbah cair 2x. Berdasarkan
penelitian oleh Zaitun (2010), kadar basa dapat ditukar seperti
natrium pada tanah yang diberi perlakuan dengan pupuk
organik cair lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang
menambahkan pupuk anorganik. Tingginya kadar basa dapat
ditukar (natrium) pada tanah yang diberi perlakuan dengan
pupuk organik cair dapat disebabkan karena semakin seringnya
pemberian pupuk organik cair.
Penurunan pada parameter kalsium tanah di tiap perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 4.3. Perlakuan dengan pemberian
limbah cair 1x mengalami penurunan dari sebelumnya, yaitu
sebesar 1,87%. Kemudian mengalami penurunan kembali dari
sebelum diberikan limbah cair peternakan sapi (0x) yaitu
sebesar 32,6% dengan setelah diberikan perlakuan pemberian
limbah cair 2x. Begitupun juga pada parameter magnesium
tanah mengalami penurunan di tiap perlakuan yaitu 0x, 1x, dan
2x. Perlakuan dengan pemberian limbah cair 1x mengalami
penurunan dari sebelumnya, yaitu sebesar 3,8%. Kemudian
mengalami penurunan kembali yang tajam dari sebelum
diberikan limbah cair peternakan sapi (0x) yaitu sebesar 71,61%
dengan setelah diberikan perlakuan pemberian limbah cair 2x.
Parameter kalsium dan magnesium merupakan unsur yang
relatif mudah tercuci, besarnya laju pencucian dipengaruhi oleh
jumlah Magnesium dalam mineral tanah, laju pelapukan,
intensitas pelindian dan penyerapan oleh tanaman. Mg dan Ca
lebih mudah tercuci karena Mg dan Ca diikat lemah pada tapak‐
51
tapak jerapan. Magnesium dan kalsium di dalam tanah dapat
hilang bersama air perkolasi, diserap oleh tanaman maupun
organisme dalam tanah, diabsorpsi oleh partikel liat dan
diendapkan menjadi mineral sekunder. Kehilangan magnesium
dan kalsium dapat disebabkan oleh erosi, pencucian dan
diangkut oleh tanaman (Ariyanti, 2010).
Adanya perubahan Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada
tiap-tiap perlakuan yaitu 0x, 1x, dan 2x dapat dilihat pada Tabel
4.3. Setelah diberikan perlakuan pemberian limbah 1x, KTK
pada tanah mengalami peningkatan sebesar 9,54%.
Selanjutnya setelah diberikan perlakuan pemberian limbah cair
2x mengalami penurunan sebesar 22,71% jika dibandingkan
dengan sebelum diberikan limbah cair peternakan sapi. KTK
dapat dipengaruhi bahan organik tanah, yakni peningkatan
bahan organik tanah dapat meningkatkan KTK dalam tanah
(Soepardi, 1983). Hasil pengujian bahan organik dalam C-
Organik mengalami kenaikan juga diikuti dengan kenaikan KTK
tanah, dan selanjutnya sama-sama mengalami penurunan.
Adanya perubahan kejenuhan basa pada tiap-tiap
perlakuan yaitu 0x, 1x, dan 2x dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Setelah diberikan perlakuan pemberian limbah 1x, jumalah basa
pada tanah mengalami peningkatan sebesar 2,4%. Selanjutnya
setelah diberikan perlakuan pemberian limbah cair 2x
mengalami penurunan sebesar 25,54% jika dibandingkan
dengan sebelum diberikan limbah cair peternakan sapi (0x).
Perubahan persetase kejenuhan basa juga diikuti dengan
perubahan pH dalam tanah yang mendapat perlakuan dengan
pemberian pupuk organik. Persentase kejenuhan basa dan pH
terdapat korelasi yang nyata. Selain meningkatkan pH, tingginya
persentase kejenuhan basa juga diikuti dengan rendahnya
kadar Al dan H pada tanah dan pemupukan organik yang
dierikan telah mereduksi kadar Al dan H dalam tanah (Soepardi,
1983).
Adanya perubahan Jumlah basa tanah pada tiap-tiap
perlakuan yaitu 0x, 1x, dan 2x dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Setelah diberikan perlakuan pemberian limbah 1x, jumalah basa
52
pada tanah mengalami peningkatan sebesar 2,4%. Selanjutnya
setelah diberikan perlakuan pemberian limbah cair 2x
mengalami penurunan sebesar 25,54% jika dibandingkan
dengan sebelum diberikan limbah cair peternakan sapi (0x).
Penurunan parameter pasir tanah ditiap perlakuan yaitu 0x,
1x, dan 2x dapat dilihat pada Tabel 4.3. Perlakuan dengan
pemberian limbah cair 1x mengalami penurunan dari
sebelumnya, yaitu sebesar 13,48%. Kemudian mengalami
penurunan kembali dari sebelum diberikan limbah cair
peternakan sapi (0x) yaitu sebesar 19,11% dengan setelah
diberikan perlakuan pemberian limbah cair 2x, sedangkan pada
parameter debu tanah menunjukkan mengalami penurunan di
tiap perlakuan yaitu 0x, 1x, dan 2x. Perlakuan dengan
pemberian limbah cair 1x mengalami penurunan dari
sebelumnya, yaitu sebesar 21,53%. Kemudian mengalami
peningkatan dari sebelum diberikan limbah cair peternakan sapi
(0x) yaitu sebesar 18,34% dengan setelah diberikan perlakuan
pemberian limbah cair 2x. Selanjutnya pada parameter liat
tanah setelah diberikan perlakuan mengalami perubahan yang
signifikan. Perlakuan pemberian limbah cair peternakan 1x
mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu sebesar
46,45%. Selanjutnya mengalami peningkatan kembali apabila
dibandingkan dengan sebelum diberikan limbah cair (0x) yaitu
sebesar 25,35% setelah perlakuan pemberian limbah cair 2x.
Tetapi mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan
perlakuan 1x.
Berdasarkan Tabel 4.3 dan penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pemberian limbah cair peternakan sapi
dengan perlakuan 1x pemberian dapat meningkatkan
kandungan C-Organik, N. Total, C/N, Phospor, Kalium, Natrium,
Kapasitas Tukar Kation (KTK), Jumlah Basa, dan Liat.
Sedangkan untuk parameter yang lain seperti pH, Kalsium,
Magnesium, Kejenuhan Basa, Pasir, dan Debu dengan
perlakuan pemberian 1x mengalami penurunan. Pada
pemberian limbah cair peternakan sapi dengan perlakuan 2x
memberikan pengaruh terhadap penigkatan kandungan C-
53
Organik, C/N, Phospor, Kalium, Natrium, dan Debu. Sedangkan
untuk parameter sisanya yaitu pH, N.Total, Kalsium,
Magnesium, Kejenuhan Basa, Pasir, Kapasitas Tukar Kation
(KTK), Jumlah Basa, dan Liat mengalami penurunan dari
perlakuan pemberian limbah cair 2x. Hal ini dapat disebabkan
karena jarak waktu pemberian limbah cair yang pertama dan
kedua memiliki rentang yang cukup jauh, sehingga
menyebabkan hasil yang didapatkan perbedaan antar perlakuan
tidak signifikan, dikarenakan beberapa unsur hara yang ada
pada tanah yang telah dialiri sebelumnya sudah dimanfaatkan
untuk pertumbuhan oleh tanaman. Selanjutnya dilakukan uji
anova yang dapat dilihat pada Lampiran 8, dan untuk hasil
analisa dapat dilihat pada Tabel 4.4. Selain itu adanya curah
hujan yang cukup tinggi pada waktu pegaliran limbah
menyebabkan terjadinya proses pencucian unsur hara. Hal
tersebut juga disebutkan oleh Yamani (2012), bahwa
kandungan unsur hara N dan Mg dilokasi penelitian pada
umumnya rendah yang disebabkan terjadinya proses pencucian
unsur hara tersebut oleh karena curah hujan yang cukup tinggi
dan erosi yang terjadi.
54
Tabel 4.4 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Tanah
Kandungan Perlakuan
Unsur Hara Kontrol Pemberian Pemberian P-Value
1x 2x
Nitrogen (N) 0,417a 0,420a 0,363a 0,561
Phospor (P) 1,470a 4,543a 4,627a 0,327
Kalium (K) 0,083a 0,257a 0,717a 0,104
Kalsium (Ca) 5,860a 5,750a 3,950a 0,069
Magnesium 1,557a 1,490a 0,407a 0,084
(Mg)
Natrium (Na) 0,187a 0,443a 0,697a 0,293
C-Organik 3,193a 3,520a 3,283a 0,854
C/N Ratio 8a 8,333a 9,333a 0,444
pH 5,067b 4,9a 5,033b 0,016
KTK 41,043a 45,373a 31,720a 0,155
Kejenuhan 19a 17,333a 18,667a 0,826
Basa
Keterangan: P-val didapatkan dari uji Anova menggunakan SPSS; p-
val <0,05 = berbeda nyata; Angka merupakan rata-rata 3 kelompok
petak; Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama
menyatakan berbeda nyata berdasarkan uji Tukey 0,05.
Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa kandungan unsur hara
yang berhubungan dengan kesuburan tanah seperti parameter
nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, natrium, C-
Organik, C/N ratio, KTK, dan kejenuhan basa pada perlakuan
tanpa pemberian limbah (kontrol), pemberian 1x, dan pemberian
2x memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Sedangkan
untuk parameter pH memberikan pengaruh yang berbeda nyata
antara pemberian limbah 1x dengan kontrol dan pemberian 2x.
Tetapi hasil uji menunjukkan jika dimasukkan ke dalam kriteria
penilaian sifat kimia tanah sama-sama tergolong masam.
4.4 Iklim
Pertumbuhan tanaman kopi tentu juga dipengaruhi oleh
faktor iklim seperti, suhu atau temperatur, curah hujan,
kelembaban udara dan penyinaran matahari yang dijadikan
penelitian. Faktor iklim berupa curah hujan, suhu, kelembaban
udara, dan penyinaran matahari di daerah Ngadirenggo, Wlingi,
55
Blitar data diperoleh dari Stasiun BMKG Karangploso yang
dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.
Tabel 4.5 Data Iklim Wilayah Wlingi
57
termasuk dalam area PT. Greenfields Indonesia, dimana limbah
cair peternakan sapi itu diperoleh, dan pada nantinya limbah
tersebut juga akan dipergunakan sebagai pupuk tanaman kopi
secara berkelanjutan. Lahan ini juga sebelumnya tidak pernah
dialiri limbah cair peternakan sama sekali.
Lahan tanaman kopi ini juga ditanam dengan tanaman
selain tanaman kopi, karena tanaman kopi tersebut bukan
tanaman pokok. Meskipun tanaman kopi yang berada dilokasi
penelitian bukan tanaman pokok, tetapi masih dilakukan
budidaya tanaman. Budidaya tanaman kopi tersebut dilakukan
dengan cara pemangkasan cabang orthotrop dan pemangkasan
pemeliharan dengan cara mewiwil (membersihkan wiwilan).
Pemangkasan cabang orthotrop dilakukan setiap cabang
mencapai tinggi 1 meter, sedang kan untuk mewiwil dilakukan
ketika wiwilan tersebut tumbuh dan memiliki tinggi ±10 cm.
Untuk pemupukan sendiri hanya dilakukan pada saat
penanaman bibit. Selain dilakukan pemangkasan pada cabang
tanaman kopi juga dilakukan pemeliharaan terhadap pohon
penaung dengan cara memangkas pohon penaung yang
tumbuh lebat. Pohon penaung yang digunakan pada lahan
penelitian ini yaitu Lamtoro yang mempunyai manfaat untuk
melindungi tanaman kopi dari sinar matahari dan angin.
Tanaman kopi tidak tahan terhadap angin yang kencang dan
intensitas cahaya yang tinggi karena dapat mempengaruhi hasil
produksi. Selain itu pohon penaung atau pelindung ini dapat
mencegah terjadinya kekurangan bahan organis akibat teriknya
matahari langsung dan curah hujan yang dapat menyebabbkan
lapisan humus cepat lenyap.
Tanaman kopi yang digunakan pada lahan ini
merupakan kopi jenis BP 308. Bibit BP 308 dipilih karena
merupakan bibit unggul yang tidak mudah terserang gulma dan
hama. Waktu panen pada perkebunan tanaman kopi ini yaitu
setiap bulan ke 7 atau 8 yaitu bulan Juli sampai dengan
Agustus. Sehingga saat ini tanaman kopi yang berada di lokasi
penelitian sudah berbuah.
58
4.6 Pengaruh Limbah Cair Peternakan Sapi Terhadap
Tanaman Kopi
Penelitian ini tanaman kopi yang akan diamati berumur 2-3
tahun. Parameter yang diamati dari pengaruh pemberian limbah
cair peternakan sapi terhadap pertumbuhan tanaman kopi
meliputi tinggi tanaman, laju pertumbuhan tinggi tanaman,
diameter kanopi, laju pertumbuhan diameter kanopi, jumlah
wiwilan, dan ground cover. Pengaruh dari pemberian limbah cair
peternakan sapi diamati selama 12 minggu setelah diberikan
perlakuan yaitu kontrol, pemberian 1x dan pemberian 2x, dan
pengamatan dilakukan tiap 2 minggu sekali.
60
tanaman (Lampiran 10). Hasil analisa uji anova parameter laju
pertumbuhan tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Laju
Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kopi
61
diperlukan pasalnya tanaman yang kekurangan unsur (N) akan
terus mengecil, bahkan secara cepat berubah menjadi kuning
karena N yang tersedia tidak cukup untuk membentuk protein
dan klorofil. Selanjutnya pada perlakuan pemberian 1x dan 2x
menunjukkan kurang berpengaruh nyata, tetapi pemberian 2x
menunjukkan peningkatan laju lebih tinggi dari pemberian 1x.
Menurut Rusli (2015) semakin banyak jumlah pupuk yang
diberikan maka komponen pertumbuhan tanaman kopi
cenderung semakin meningkat. Dan pada penelitian ini, jarak
pemberian pupuk cair peternakan sapi adalah selang 2 minggu,
dimana sesuai dengan peelitian Dewi (2015), bahwa selang
waktu pemupukan dua minggu memberikan hasil yang terbaik
terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman.
62
Tabel 4.8 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Diameter
Kanopi Tanaman Kopi
63
Tabel 4.9 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Laju
Pertumbuhan Diameter Kanopi Tanaman Kopi
64
jumlah wiwilan yang tumbuh mulai dari minggu ke-0 hingga
minggu ke-12. Berikut adalah hasil analisis pengaruh pemberian
limbah cair peternakan sapi terhadap jumlah wiwilan.
Tabel 4.10 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Jumlah
Wiwilan Tanaman Kopi
65
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap
Jumlah Wiwilan Tanaman Kopi
66
Tabel 4.11 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Ground
Cover Tanaman Kopi
67
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap
Ground Cover Tanaman Kopi
Parameter untuk laju ground cover juga dilakukan
analisa untuk mengetahui pengaruh dari pemberian limbah cair
peternakan sapi.
Tabel 4.12 Pengaruh Perlakuan Limbah Cair Terhadap Laju
Ground Cover Tanaman Kopi
69
HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN
70
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah:
1. Pemberian limbah cair peternakan sapi dengan perlakuan
tanpa pemberian (0x), pemberian limbah 1x, dan pemberian
limbah 2x, menunjukkan adanya peningkatan unsur hara
dalam tanah.
2. Pemberian limbah cair peternakan sapi terhadap parameter
tinggi tanaman kopi memberikan pengaruh yang kurang
signifikan antar perlakuan. Tetapi dari minggu ke-2 hingga
minggu ke-12 mengalami peningkatan. Sedangkan untuk
laju pertumbuhan tinggi tanaman kopi cenderung
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perlakuan
pemberian 2x limbah cair, dan untuk pengaruh kelompok
tidak memberikan pengaruh, karena pada tiap petak tidak
memiliki perbedaan kondisi lahan.
3. Pemberian limbah cair peternakan sapi terhadap parameter
diameter tanaman kopi memberikan pengaruh yang kurang
signifikan antar perlakuan. Tetapi dari minggu ke-2 hingga
minggu ke-12 mengalami peningkatan. Sedangkan untuk
laju pertumbuhan diameter kanopi menunjukkan pengaruh
yang cukup signifikan baik pada perlakuan pemberian 1x
maupun 2x.
4. Pengaruh pemberian limbah cair peternakan sapi terhadap
wiwilan tanaman kopi meningkat pada pemberian 1x dan
2x. Rata-rata tumbuhnya wiwilan terbesar pada perlakuan
pemberian 2x yaitu pada minggu ke-12 sebesar 12,60.
5. Pemberian limbah cair peternakan sapi terhadap parameter
ground cover tanaman kopi memberikan pengaruh yang
kurang signifikan antar perlakuan. Tetapi dari minggu ke-2
hingga minggu ke-12 menunjukkan adanya peningkatan.
Sedangkan untuk laju ground cover tanaman kopi
menunjukkan laju yang fluktuatif.
71
5.2 Saran
Pada saat dilakukan penelitian, lebih baik tanaman-
tanaman disekitar objek penelitian dibersihkan secara berkala,
sehingga tidak mengganggu tanaman tersebut tumbuh.
Terutama untuk pohon penaung tanaman kopi sebaiknya
dilakukan perawatan, karena pohon penanung juga dapat
mempengaruhi tanaman kopi. Sebaiknya diberikan pupuk
tambahan selain limbah cair peternakan sapi, sehingga unsur
hara dalam tanah dapat bertambah dan membantu proses
pertumbuhan tanaman kopi, dan juga dilakukan analisis unsur
hara dari pupuk tambahan tersebut. Sebaiknya dilakukan
penambahan parameter penelitian jumlah cabang dan kualitas
biji tanaman kopi, dan penelitian dilakukan lebih dari 3 bulan.
72
DAFTAR PUSTAKA
73
Artiana , L.H, Sulaiman A, Hadie J. 2016. Pemanfaatan Limbah
Kotoran Sapi dan Jerami Kacang Tanah sebagai
Bokashi Cair Bagi Pertumbuhan Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.). Jurnal Enviro Scienteae, Vol. 12,
No. 3, Hal. 168-180.
Azzahrawani, E. 2010. Kualitas Pupuk Cair Dari Limbah
Monosodium Glutamat (MSG) dengan Penambahan
Sumber Hara Organik Tepung Tulang dan Guano Yang
Difermentasi dan Tanpa Fermentasi dengan Isi Rumen
Sapi. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Bernas, S.M. Bako J.B dan Wijaya A. 2009. Efisiensi Pupuk
Organik dan Teras dalam Mengurangi Degradasi
Lahan dan Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi
Kopi Organik di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan.
Sumatera Selatan: Balai Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia.
Darlita, R.R, Benny J, Rija S. 2017. Analisis Beberapa Sifat
Kimia Tanah Terhadap Peningkatan Produksi Kelapa
Sawit pada Tanah Pasir di Perkebunan Kelapa Sawit
Selangkun. Jurnal Agrikultura. 28(1). 15-20.
Dewi, K. 2015. Pemberian Pupuk Majemuk dan Selang
Waktu Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kakao (Theobroma cacao L.). Prosiding Seminar
Nasional Lahan Suboptimal. Palembang.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis.
Jakarta: Akademika Pressindo.
74
_____________, 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Hartatik, W dan Widowati L.R.,. 2006. Pupuk Kandang. Bogor:
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Hermayasari, A. 2013. Pengelolaan Limbah Peternakan
“Karakteristik Limbah Sapi Perah”. Bandung:
Universitas Padjajaran.
Hidayati, Y.A. 2011. Kualitas Pupuk Cair Hasil Pengolahan
Feses Sapi Potong Menggunakan Saccharomyces
cereviceae. Jurnal Ilmu Ternak. 11(2). 104-107.
Indrawaty, P.V. 2016. Pengaruh Penggunaan Urin sebagai
Sumber Nitrogen Terhadap Bentuk Fisik dan Unsur
Hara Kompos Feses Sapi. Jambi: Universitas Jambi.
Lithourgidis, A.S., T. M, N. Barbayiannis, and C.A. Dordas.
2007. Effect of Liquid Cattle Manure on Corn Yield,
Composition, and Soil Properties. Agron. J. 99:1041-
1047.
Liza. 2011. Pengaruh Pemupukan Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor
L.). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta.
LPT (Lembaga Penelitian Tanah). 1983. Penuntun Analisa
Fisika Tanah. Lembaga Penelitian Tanah. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Lubis, M.A.T.P. 2012. Evaluasi Sifat-Sifat Kimia Tanah yang
Diaplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Di PT
Smart Kebun Padang Halaban Kabupaten Labuhan
Batu Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Marjuki, B. 2008. Penerapan Teknik Perolehan Data Tutupan
Kanopi (Canopy Cover) Menggunakan Pendekatan
75
Indeks Vegetasi dan Hubungannya dengan Tingkat
Erosi Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Masroni, I. 2016. Pengaruh Starter “Stimulator Plus” dengan
Kadar Berbeda terhadap Penampilan Fisik dan
Kualitas Kimia Pupuk Organik Cair. Skripsi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Nainggolan, G.D., Suwardi dan Darmawan. 2009. Pola
Pelepasan Nitrogen dari Pupuk Tersedia Lambat (Slow
Release Fertilizer) Urea-Zeolit-Asam Humat. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Novita, D. 2013. Pengaruh Pupuk Terhadap Sifat Kimia
Tanah dan Populasi Mikrob Rizosfer Tanaman Kilemo
(Litsea cubeba Pers). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nugroho, E.D. 2017. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Perah
PT Greenfields Indonesia Desa Babadan Kecamatan
Ngajum Kabupaten Malang Jawa Timur. Purwokerto:
Universitas Jenderal Soedirman.
Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta (ID): Agro
Media Pustaka.
Partoyo. 2005. Analisis indeks kualitas tanah pertanian di
lahan pasir Pantai Samas Yogyakarta. Ilmu Pertanian,
12 (2): 140 – 15.
Plaster, E. 2003. Soil science and Management (4th ed). New
York: Thomson Learning,Inc.
Prasetyo, T. 2011. Penilaian Kualitas Tanah pada Produksi
Tanaman Sayuran dengan Metode Karbon Teroksidasi
KMnO4 (Potassium Permanganate). Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Prijono, S. 2012. Dasar Ilmu Tanah. Malang: Universitas
Brawijaya.
76
Rahardjo, P. 2012. Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi
Arabika dan Robusta. Trias QD, editor. Jakarta(ID):
Penerbar Swadaya.
Republik Indonesia. 2009. PERMENTAN (Peraturan Menteri
Pertanian) No. 70 Tahun 2011 tentang Pupuk Organik,
Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah. Lembaran Negara
RI Tahun 2011, No. 140. Jakarta: Sekretariat Negara.
Rusli, S, dan Wardiana E. 2015. Pengaruh Pemupukan
terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Kualitas Biji Empat
Klon Kopi Robusta di Tanah Podsolik Merah Kuning,
Lampung Utara. Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar,
Vol. 2, No. 2, Hal. 107-112.
Safitri, M. 2015. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Cair
dari Limbah Kulit Buah Pisang Kepok terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea
Reptans Poir). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Santoso, R.S. 2011. Hasil Padi Sawah yang Diaplikasi Pupuk
Organik. Jurnal Agrivigor. 10(3). 319-330.
Setianingsih, N. I. 2015. Pengolahan Air Limbah Kadar
Garam Tinggi dengan Sistem Lumpur Aktif. Semarang:
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri.
Yusuf, M.A. Pre-Treatment of Raw Water Using Fixed Bed
Reactor Technology. Tesis. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Sihite, E.A, Damanik, Mariani S. 2016. Perubahan Beberapa
Sifat Kimia Tanah, Serapan P dan Pertumbuhan
Tanaman Jagung Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala
Akibat Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan
Beberapa Sumber P. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
77
Simanungkalit dan Suriadikarta. 2006. Pupuk Organik dan
Pupuk Hayati. Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Siregar, F.L.R.M. 2010. Kejenuhan Basa, Ketersediaan Hara
Bagi Pertumbuhan Tanaman Bangun-Bangun (Coleus
amboinicus Lour.) dan Kecipir (Psophocarpus
tetragonolobus) pada Tanah Gambut Asal Labuhan
Batu. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Sudiarto, B. 2008. Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu
dan Agribisnis yang Berwawasan Lingkungan.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Bandung: Universitas Padjajaran.
Sufiriyanto, Hastuti S, Prabowo D, Setyawati. 2012.
Opimalisasi Pupuk Cair Urine Sapi Bunting dan Slury
Biogas Metode Nanometer untuk Meningkatkan
Produktivitas Rumput Gajah. Prosiding Seminar
Nasional Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan
Kearifan Lokal Berkelanjutan II. Purwokerto.
Suharjo, E. 2012. Budidaya Kopi Robusta di PTPN IX
Persero. Tugas Akhir. Semarang.
Sumarni, N., Rosliani R, Basuki RS, dan Hilman Y. 2012.
Pengaruh Varietas, Status K-Tanah, dan Dosis Pupuk
Kalium terhadap Pertumbuhan, Hasil Umbi, dan
Serapan Hara K Tanaman Bawang Merah. Jurnal
Hortikultura. 22(3). 233-241.
Supriyadi, S. 2009. Status Unsur-Unsur Basa (CA2+, Mg2+, K+,
and Na+) di Lahan Kering Madura. Madura: Universitas
Trunojoyo.
78
Suwardana, I.W. 2016. Isolasi dan Identifikasi Escherichia
coli O157:H7 pada Feses Sapi di Kecamatan Petang,
Kabupaten Badung-Bali. Bali: Universitas Udayana.
Suyono, A.D., dan Citraresmini A. Komposisi Kandungan
Fosfor pada Tanaman Padi Sawah Berasal dari Pupuk
P dan Bahan Organik. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik.
12(3). 126-135.
Utami, N.H. 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat
Biologi Tanah Paska Tambang Galian C pada Tiga
Penutupan Lahan. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Waluyo, T., Erlin H, Wowon J. 2016. Deteksi Jumlah Bakteri
Coliform pada Proses Pembentukan Biogas Feses
Sapi Potong Reaktor Tipe Fixed-Dome. Bandung:
Universitas Padjajaran.
Wicaksono, T. 2015. Kajian Aktivitas Mikroorganisme Tanah
pada Beberapa Cara Penggunaan Lahan di Desa Pal IX
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.
Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Widyastuti, F.R. 2013. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha
Peternakan Sapi di Kawasan Usahatani Terpadu
Bangka Botanical Garden Pangkalpinang. Prosiding
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan. Semarang: Universitas Diponegoro.
Winarso S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan
Kualitas Tanah. Yogyakarta: Gava Media.
Yamani, A. 2012. Analisis Kadar Hara Makro Tanah pada
Hutan Lindung Gunung Sebatung di Kabupaten
Kotabaru. Jurnal Hutan Tropis. Vol. 12(2). 181-187.
Zenda, S. 2012. Evaluasi Kesesuaian Lahan Kualitatif dan
Kuantitatif Kopi Robusta (Coffea Canephora) pada
79
Kelompok Tani Binakarya Desa Pesawaran Indah
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
Lampung: Universitas Lampung.
80