SKRIPSI
Oleh:
TASYA SYAHFIRA
NIM. 165100901111035
i
PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI KERTAS
DENGAN BAHAN ADITIF TAPIOKA DAN KAOLIN
Oleh:
TASYA SYAHFIRA
NIM. 165100901111035
i
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
v
Skripsi ini dipersembahkan untuk semua orang yang
menyayangi dan mendukung penulis terutama Ibu Megawati
dan Bapak Irvansyah. Terimakasih untuk segalanya
v
PERNYATAAN KEASLIAN TA
Menyatakan bahwa,
Tasya Syahfira
NIM. 165100901111035
v
TASYA SYAHFIRA. 165100901111035. Pemanfaatan
Limbah Cair Tahu Menjadi Kertas dengan Bahan Aditif
Tapioka dan Kaolin. TA. Pembimbing: Prof.Dr.Ir.Bambang
Suharto. MS. dan Prof.Dr.Ir.Ruslan Wirosoedarmo.MS.
RINGKASAN
Produksi tahu di Indonesia didominasi oleh industri kecil yang
jarang memiliki instalasi pengolahan limbah karena
mempertimbangkan biaya yang besar untuk membangun instalasi
pengolahan limbah dan operasionalnya. Penanganan limbah cair tahu
yang belum maksimal dan sering dibuang begitu saja mengakibatkan
kerugian bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Limbah cair tahu
berasal dari proses perendaman, pencucian kedelai, pencucian
peralatan, proses produksi tahu, penyaringan serta pencetakan tahu.
Limbah cair tahu memiliki kandungan bahan- bahan organik yang
tinggi, rendahnya kandungan oksigen terlarut, bau busuk, serta pH
yang rendah. Limbah cair tahu dapat dimanfaatkan menjadi nata de
soya, nata de soya merupakan biomassa yang sebagian besar terdiri
dari selulosa, berbentuk seperti agar dan berwarna putih. Nata de
soya memiliki kandungan selulosa mikrobial. Selulosa mikrobial
mempunyai karakteristik yang unik dan relatif lebih unggul dari
selulosa kayu terutama kemurniannya hal ini dapat menjadikan
selulosa mikrobial sebagai bahan pembuatan kertas. Penelitian ini
menggunakan tambahan bahan aditif yang untuk memperbaiki sifat
tertentu pada kertas seperti ketahanan terhadap cairan, opasitas, warna,
kepadatan dan kekuatan. Bahan aditif yang digunakan yaitu tapioka
dan kaolin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh bahan
aditif tapioka dan kaolin terhadap kertas yang berasal dari nata de
soya dan untuk mengetahui perbedaan karakteristik fisik kertas antara
penambahan bahan aditif dengan kontrol. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode rancangan percobaan lengkap
dengan tiga kali ulangan, 16 perlakuan sehingga ada 48 kombinasi
perlakuan. Konsentrasi tapioka yang digunakan yaitu 0, 2,5, 5, 7,5
persen
b/v dan kaolin 0, 2,5, 5, 7,5 persen b/v
Kata kunci: Limbah cair tahu, Nata de soya, Selulosa mikrobial dan
Bahan Aditif
v
TASYA SYAHFIRA. 165100901111035. Pemanfaatan
Limbah Cair Tahu Menjadi Kertas dengan Bahan Aditif
Tapioka dan Kaolin. TA. Pembimbing: Prof.Dr.Ir.Bambang
Suharto. MS. dan Prof.Dr.Ir.Ruslan Wirosoedarmo.MS.
SUMMARY
Tofu production in Indonesia is dominated by small industries that
rarely have wastewater treatment plant because they consider the large
costs of building waste treatment plants and their operations. Handling
of tofu liquid waste that has not been maximized and is often disposed
of simply results in losses for the community and the surrounding
environment. Tofu liquid waste comes from the process of soaking,
washing soybeans, washing equipment, tofu production process,
filtering and printing of tofu. Tofu liquid waste has high organic matter
content, low dissolved oxygen content, foul odor, and low pH. Tofu
liquid waste can be utilized as nata de soya, nata de soya is biomass
consisting mostly of cellulose, shaped like jelly and white. Nata de
soya has microbial cellulose content. Microbial cellulose has unique
characteristics and is relatively superior to wood cellulose, especially
its purity. This can make microbial cellulose as a material for making
paper. This research uses additives which improve certain properties
on paper such as resistance to liquid, opacity, color, density and
strength. Additives used are tapioca and kaolin. The method used in
this study is a complete random design method with three replications,
9 treatments so that there are 27 treatment combinations. Tapioca
concentrations used are 0, 2.5, 5 percent w / v and kaolin 0, 2.5, 5,
percent w / v. The addition of tapioca additives and kaolin had a
significant effect on the parameters of the gramatur and brightness test
but did not significantly influence the paper tensile strength.
Concentration of tapioca additives 5 percent and kaolin 5 percent
showed the highest gramatur values, the concentration of tapioca
additives 5 percent and kaolin 2.5 percent showed the highest tensile
strength values, and 0 percent tapioca concentrations and 5 percent
kaolin showed the highest brightness values
Keywords: Tofu liquid waste, Nata de soya, Microbial Cellulose
and Additives
i
KATA
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya hingga
penyusun dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul
“Pemanfaatan Limbah Cair Tahu menjadi Kertas dengan Bahan
Aditf Tapioka dan Kaolin”. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Suharto, MS selaku Dosen
Pembimbing Pertama, yang telah memberikan masukan,
bimbingan, nasihat, dan ilmu yang bermanfaat kepada penyusun.
2. Bapak Prof Dr. Ir. Ruslan Wirosoedarmo, MS selaku Dosen
Pembimbing Kedua yang telah memberikan masukan, bimbingan,
nasihat, dan ilmu yang bermanfaat kepada penyusun.
3. Ibu Putri Setiani ST, MES, Ph.D selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan, bimbingan, nasihat, dan ilmu yang
bermanfaat kepada penyusun.
4. Papa dan mama yang telah memberikan banyak dukungan moral
dan finansial kepada penyusun sehingga penyusun bisa berdiri
sampai tahap ini.
5. Adik – adik tersayang (Dinda, Aya, Evan) yang telah menjadi
penghibur dan penyemangat penyusun.
6. Seluruh Keluarga Besar Almh. HJ. Sya’Baniah Sinaga yang telah
mendukung penyusun hingga saat ini.
7. Seluruh Keluarga Besar Alm. H. Amir Husin yang telah
mendukung penyusun hingga saat ini.
8. Nada dan Nabila sebagai sahabat yang selalu mengerti dalam
setiap situasi. Terima kasih telah menjadi telinga yang baik.
9. Mba Disa dan Mba Rere yang memberikan ilmunya dan
mengenalkan perkuliahan dari jaman maba, penyemangat
kehidupan ini dan yang selalu membantu penyusun
x
10. Mba Muna, Mba Ndip, Mba Kisma dan Mba Reni sahabat
penyusun dari ratusan teman yang senantiasa mengingatkan dan
mengajak dalam kebaikan.
11. Teman – teman seperjuangan AWKARIN GENGS (Dewi, Jella,
Cimeng), yang menjadi peyemangat penyusun, dan yang banyak
memberi kenangan dan drama kepada penyusun😊
12. ASLAB TSAL (Yana, Alfian, Dika, dan Hana) yang selalu
membantu dan menyemangati penyusun saat penelitian
13. Teman – teman SOSMA BEM FTP 2016 (Mas Kris, Mas sae
Arvin, Uzi, Shinta) yang memberikan banyak ilmu diorganisasi
14. Teman – teman SOSLING BEM FTP 2017 (Mba Abida, Arvin,
Shinta, Vania, Vina, Rachel, Febi, Shafira) yang memberikan
banyak ilmu diorganisasi
15. Teman – teman FORKITA 2016 dan 2017 (Mba Ananta, Mba
Ndip, Mba Widya, Fira, Rizka ) yang memberikan banyak ilmu
diorganisasi
16. Grandma Kosan Terusan Cikampek (Mba dila, Saras, Nada,
Karen, Rahma) yang selalu mendengarkan keluh kesah penyusun
17. Vira dan Mas Bayu yang sudah banyak membantu penyusun dan
memberikan motivasi belajar untuk penyusun.
18. Teman – teman Teknik Lingkungan 2016 (Corry, Nonis, Diba,
Nica, Alfin, Farhan, Wildan, Arfan, Sindy, Elvi, Eve, Zira, Hartis,
Sela, Via, Mira, Rina, Nadya, Icut, Rifka, Uya, Trisha, Andre,
Helmi, Adinda Nduty, Adinda Ratih, Ruth, Vika, Mondir, Amat,
Yufi, Thania, Jauhar, Ian, Robert, Benita, Fetik, Novita, Regita,
Begail, Tichita, Fai, Ara, Inas dan lainnya yang ga bisa penyusun
sebutkan satu persatu kelas M maupun O) telah banyak membantu
penyusun dan menjadi penghibur penyusun
19. Sahabat – sahabat SMA ku tersayang, Dina, Mustika dan Fany
yang telah mendoakan penyusun, memberikan support dari
kejauhan dan selalu mengingat penyusun.
20. Sahabat dari SD hingga menutup usia, Sonal yang selalu menjadi
pendengar terbaik dan selalu menyemangati penyusun
xi
21. Sahabat dari SMP (Shakapitanady), Jesika, Yohana, Cindy, yang
selalu menjadi pendengar penyusun dan tempat perghibahan
penyusun
22. Adik – adik kosan aku tersayang (Lutvia, Eka, Nana, Marlyn,
Dila, Dima) yang selalu menyemangati penyusun
23. Mba kosan cantik 139 (Mba yulia dan mba Atma) yang selalu
memberi semangat penyusun
24. Bapak Tono selaku laboran Lab TSAL yang selalu menyebarkan
tawa dan kebaikan
25. Teman – teman Bali ku yang banyak memberi kenangan indah
(Justika, Melda, Belli, Dewi)
26. Teman – teman seperjuangan ditanah rantau (Ibrahim, Yopi, Apri,
Nada) yang memberikan dukungan
27. Teman – teman organisasi BEM FTP 2016, 2017 dan Forkita
2016, 2017 yang menjadi penghibur penyusun (Meme, Erika,
Lina, Naomik, April) dan
28. Semua orang yang menyayangi dan mendukung penyusun dengan
tulus, Terimakasih atas segalanya 😊
Tasya Syahfira
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL..............................................................i
HALAMAN JUDUL................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..........Error! Bookmark not defined.
RIWAYAT HIDUP.................................................................iii
UCAPAN TERIMAKASIH.....................................................vi
PERNYATAAN KEASLIAN TA...........................................vii
RINGKASAN......................................................................viii
SUMMARY...........................................................................ix
KATA PENGANTAR.............................................................x
DAFTAR ISI........................................................................xiii
DAFTAR TABEL................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR..........................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................xviiii
DAFTAR SIMBOL..............................................................xix
I. PENDAHULUAN................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................4
1.5 Batasan Penelitian.....................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................5
2.1 Limbah Cair Tahu.....................................................................5
x
2.2 Nata de Soya...................................................................6
2.3 Kertas........................................................................................9
2.4 Selulosa dan Selulosa Mikrobial.............................................10
2.5 Bahan Aditif Pembuatan Kertas..............................................12
2.5.1 Tapioka..........................................................................13
2.5.2 Kaolin...........................................................................11
2.6 Sifat Fisik Kertas.....................................................................14
2.6.1 Kekuatan Tarik.....................................................................15
2.6.2 Gramatur.......................................................................16
2.6.3 Kecerahan......................................................................16
2.7 Penelitian Terdahulu...............................................................17
2.8 Hipotesa..................................................................................18
III. METODE PENELITIAN..................................................19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................19
3.2 Alat dan Bahan........................................................................21
3.2.1 Alat..................................................................................21
3.2.2 Bahan..............................................................................22
3.3 Metode Penelitian....................................................................22
3.4 Pelaksanan Penelitian..............................................................24
3.4.1 Pengambilan Limbah......................................................24
3.4.2 Pembuatan Nata de Soya.........................................24
3.4.3 Pembuatan Kertas...........................................................26
3.4.4 Pengujian Sampel...........................................................27
3.4.5 Analisa Data...................................................................28
3.5 Rancangan Percobaan..............................................................28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................29
x
4.1 Gramatur Kertas...........................................................29
4.2 Kekuatan Tarik Kertas............................................................32
4.3 Kecerahan Kertas....................................................................35
4.4 Kualitas Sensori Kertas...........................................................38
4.4.1 Warna..................................................................................38
4.4.2 Tekstur Permukaan..............................................................40
4.4.2.1 Tekstur Depan..........................................................40
4.4.2.2 Tekstur Belakang.....................................................42
4.4.3 Kenampakan Serat...............................................................44
4.4.4 Aroma..................................................................................46
4.4.5 Daya Terima Masyarakat.....................................................48
4.4.6 Jenis dan Rekomendasi Kertas............................................49
4.5 Rendemen Pulp.......................................................................50
4.6 Pemilihan Perlakuan Terbaik..................................................53
V. PENUTUP................................................................................55
5.1 Kesimpulan..............................................................................55
5.1 Saran.......................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA............................................................57
x
DAFTAR
Nomor Teks
Halaman
1 Alat Penelitian................................................................21
2 Bahan Penelitian............................................................22
3 Rancangan Percobaan Penelitian....................................23
4 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata - Rata Gramatur
Kertas.............................................................................30
5 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata – Rata Kuat Tarik
Kertas.............................................................................33
6 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata - Rata Kecerahan
Kertas.............................................................................36
7 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata – Rata Penlilaian
Preferensi Warna............................................................38
8 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata – Rata Penlilaian
Preferensi Tekstur Depan...............................................41
9 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata – Rata Penlilaian
Preferensi Tekstur Belakang...........................................43
10 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata – Rata Penlilaian
Preferensi Kenampakan Serat........................................45
11 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata – Rata Penlilaian
Preferensi Aroma Kertas................................................47
12 Jenis Kertas....................................................................50
13 Pemilihan Perlakuan Terbaik.........................................53
x
DAFTAR
x
DAFTAR
xv
DAFTAR
Satuan Besaran Penjelasan
g Massa gram
g/m2 Gramatur gram/meter persegi
kgf/cm2 Kekuatan Tarik kilogramforce/centimeter
persegi
mL Volume mililiter
0C Suhu suhu
% Konsentrasi persen
%ISO Kecerahan persen ISO
x
BAB I
1
instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Penanganan limbah
cair tahu yang belum maksimal dan sering dibuang begitu saja
mengakibatkan kerugian bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Kandungan limbah cair tahu yang langsung dibuang ke badan air dapat
menyebabkan penyakit dan bau busuk. Kandungan protein dan asam
amino yang cukup tinggi terdapat pada limbah cair tahu dapat
dimanfaatkan menjadi produk olahan pangan yaitu nata atau nata de
soya.
Menurut Haryaningsih (2017), nata de soya adalah nata yang
terbuat dari limbah cair tahu, berbentuk seperti agar dan berwarna
putih. Biomassa yang ada pada nata sebagian besar teridiri dari
selulosa. Selulosa yang terbentuk berupa benang- benang yang
bersamaan dengan polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan
yang menebal menjadi lapisan nata. Selulosa yang terbentuk dari
limbah cair tahu disebut selulosa mikrobial. Menurut Chawla et al.
(2009), selulosa mikrobial adalah suatu polisakarida yang diproduksi
oleh berbagai spesies bakteri, seperti dari Acetobacter,
Agrobacterium, Aerobacter, Achromobacter, Azotobacter,
Rhizobium, Sarcina, dan Salmonella. Kelebihan selulosa mikrobial
yaitu memiliki kemurnian yang lebih tinggi dan tingkat polimerisasi
dan indeks kristalinitas yang lebih tinggi serta memiliki kekuatan dan
daya tahan air yang sangat peka dibandingkan dengan selulosa
tanaman. Kelebihan selulosa mikrobial berpotensi menjadi bahan baku
yang sangat cocok untuk memproduksi speaker akustik dengan kualitas
tinggi, kertas berkualitas tinggi, dan makanan penutup. Menurut
Hardiyanti (2010), produktivitas selulosa mikrobial lebih tinggi
dibandingkan produktivitas selulosa kayu. Terbukti dari laju
pemanenan selulosa mikrobial yang hanya membutuhkan 5 – 7 hari
dibandingkan selulosa kayu yang membutuhkan waktu panen sekitar 4
– 6 tahun. Pemanfaatan selulosa mikrobial merupakan salah satu
alternatif untuk mengatasi kelemahan dalam penggunaan selulosa kayu
untuk produksi kertas (Hardiyanti, 2010). Harapannya dapat diperoleh
kertas dengan mutu yang sama dan produktivitas yang lebih baik serta
ramah terhadap lingkungan. Potensi yang menjanjikan dari
pemanfaatan limbah cair tahu menjadi latar belakang dalam penelitian
ini untuk dijadikan bahan baku pembuatan kertas.
2
Proses pembuatan kertas dari selulosa mikrobial menggunakan
penambahan bahan aditif. Bahan aditif berfungsi untuk bahan pengisi
(filler), bahan penguat (strength additives), bahan pendarihan (sizing
agent), pewarna, bahan penolong proses (processing aids), pencerah
(optical brightener) (Hardiyanti, 2010). Bahan aditif yang digunakan
pada penelitian ini adalah tapioka dan kaolin. Pemilihan tapioka
memiliki tujuan utama untuk meningkatkan ketahanan fisik kertas.
Menurut Hardiyanti (2010), tapioka digunakan untuk memperbaiki
ikatan antar serat sehingga dapat meningkatkan ketahanan tarik kertas
dan kemampuan cetak. Bahan aditif lainnya adalah kaolin,
penambahan kaolin bertujuan untuk meningkatkan opasitas cetak
karena kaolin menambah luas pantul cahaya meningkatkan derajat
putih serta memperbaiki kehalusan kertas.
1.3 Tujuan
3
1.4 Manfaat Penelitian
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5
bahan organik yang meningkat mengakibatkan kualitas air perairan
turun. Konsentrasi beban organik terlalu tinggi akan menjadikan
kondisi anaerobik yang menghasilkan produk dekomposisi berupa
amonia, karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida, dan metana.
Senyawa-senyawa tersebut sangat toksik bagi sebagian besar hewan
air, dan akan menimbulkan gangguan terhadap keindahan (gangguan
estetika) yang berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan bau.
Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun
terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena menghasilkan zat
beracun yang merugikan baik pada produk tahu sendiri ataupun tubuh
manusia. Air limbah yang dibiarkan akan berubah warnanya menjadi
cokelat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk akibat limbah cair
tahu dapat menyebabkan sakit pernapasan. Air limbah yang merembes
ke tanah yang dekat dengan sumur maka sumur tidak dapat
dimanfaakan lagi. Sungai yang sudah tercemari limbah cair tahu dan
masih digunakan akan menimbulkan gangguan kesehatan yang berupa
penyakit gatal, diare, kolera, radang usus dan penyakit lainnya,
khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor dan sanitasi
lingkungan yang tidak baik (Kaswinarni, 2007)
6
mengandung serat yang sangat dibutuhkan dalam proses fisiologi
(Haryaningsih, 2017)
Menurut Novianti (2003), terbentuknya nata diakibatkan sel - sel
Acetobacter xylium menyedot glukosa dari larutan gula dan
menggabungkanya dengan asam lemak, membentuk suatu prekursor
pada jaringan sel bersama enzim mempolimerisasi glukosa menjadi
selulosa diluar sel. Proses terbentuknya pelikel (lapisan tipis nata)
mulai dapat dilihat dipermukaan media cair setelah 24 jam inkubasi,
bersamaan dengan terjadinya proses penjernihan cairan dibawahnya.
Jaringan halus yang transparan yang terbentuk dipermukaan membawa
sebagian bakteri yang terperangkap didalamnya. Gas karbon dioksida
yang dihasilkan secara lambat oleh Acetobacter xylinum mungkin
menyebabkan pengapungan nata, sehingga nata didorong
kepermukaan. Polisakarida bakteri yang dibentuk oleh enzim – enzim
Acetobacter xylinum berasal dari suatu prekursor yang berkaitan β
(1-4) yang tersusun dari komponen gula yaitu glukosa, manosa, ribose,
dan rhamnosa. Prekursor dalam pembentukan selulosa bakteri
Acetobacter xylinum ialah UDPG ( Urasil Difosfo Glukosa).
Aktivitas pembentukan nata hanya terjadi pada kisaran pH antara 3.5
– 7,5. Kualitas nata terbaik dan terbanyak mencapai pada pH 5,0 dan
5,5 dalam media dan pada suhu kamar. Pertumbuhan Acetobacter
xylinum dipengaruhi oleh faktor – faktor antara lain pH, suhu, sumber
nitrogen dan sumber karbon. Sumber karbon untuk pertumbuhan nata
dapat dapat digunakan berbagai jenis gula seperti glukosa, sukrosa,
fruktosa, ataupun maltose dan untuk mengatur pH pada nata
digunakan asam asetat glasial. Ammonium sulfat berperan sebagai
nutrisi untuk bakteri. Wadah fermentasi nata lebih baik digunakan
wadah yang berbentuk segi empat dan luas permukaan yang relatif
besar yang untuk mendapatkan hasil nata yang efesien dan efektif
serta mempertinggi rendemen lebih baik. Pertukaran oksigen dapat
berlangsung dengan baik ketika wadah fermentasi berbentuk segi
empat dan luas permukaan yang besar. Menurut Rizal (2013), untuk
menghasilkan massa nata yang kokoh, tebal, kenyal, putih, dan
tembus pandang perlu diperhatikan suhu inkubasi (fermentasi),
komposisi dan pH atau keasaman medium, selain itu penggunaan biang
(starter) juga penting.
7
Menurut Putri (2017), nata yang dihasilkan dari limbah cair tahu
(nata de soya) pada umumnya memiliki tekstur yang padat dan
berserat serta tebal. Ketebalan dari nata de soya ini terjadi karena
adanya pemberian konsentrasi starter Acetobacter xylinum 100 mL
sehingga menghasilkan ketebalan nata de soya yang cukup tinggi.
Semakin tebal nata de soya yang dihasilkan menyebabkan selulosa
yang terbentuk juga semakin tinggi. Selulosa yang terbentuk pada nata
disebabkan adanya aktivitas bakteri Acetobacter xylinum. Nata de
soya tergolong produk pangan yang bergizi tinggi terutama pada
kandungan karbohidrat, protein dan serat kasarnya. Data tersebut
membuktikan bahwa Acetobacter xylinum mampu mengubah limbah
cair tahu yang tidak bernilai menjadi suatu produk pangan yang
bernilai gizi tinggi. Nata de soya lebih cenderung berwarna putih
kekuningan karena pada dasarnya warna limbah cair tahu sebelum
diolah berwarna putih kekuningan. Aroma dan bau yang dihasilkan
dari nata de soya adalah aroma dan bau yang khas dari limbah cair
tahu dan aroma kedelai. Nata de soya memiliki rasa seperti nata
pada umumnya yaitu hambar atau tidak berasa sebelum direbus dengan
gula.
Menurut Khairul (2010), nata yang dihasilkan dari limbah cair
tahu memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Kandungan
protein yang dimiliki nata de soya mulai dari 21.3 gram sampai
26.8 gram. Data ini membuktikan limbah cair tahu memiliki peluang
memiliki untuk diolah menjadi produk baru yang banyak memiliki
kandungan protein cukup, bermanfaat, baik bagi produsen tahu
maupun masyarakat sekitar pabrik tahu serta lingkungan. Pemanfaatan
limbah cair tahu selama ini kurang optimal karena dianggap sebagai
produk sampingan yang tidak bermanfaat atau tidak bernilai ekonomi,
sehingga sering dibuang percuma ke lingkungan dan akhirnya
menimbulkan permasalahan baru bagi lingkungan. Peran pemerintah
dan para peneliti sangat dibutuhkan untuk memberdayakan
sumberdaya melimpah tersebut, salah satunya cara yang dapat
dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah cair tahu menjadi
produk yang memenuhi kebutuhan masyarakat sehari - hari. Starter
bakteri Acetobacter xylinum merupakan bakteri yang menghasilkan
serat-serat selulosa yang sangat halus. Serat –
8
serat selulosa akan membentuk suatu jaringan pada lapisan permukaan
antara udara dan cairan yang disebut pelikel atau lapisan nata. Pelikel
memiliki ketebalan kira-kira 10 mm bergantung pada masa
pertumbuhan mikroba atau starter bakteri yang digunakan. Pelikel-
pelikel terdiri atas pita-pita yang mengandung kristalin yang tinggi.
Menurut Azhari (2015), jumlah starter bakteri yang diberikan akan
berpengaruh terhadap berat nata de soya yang dihasilkan dalam
penelitian. Jumlah starter bakteri yang diberikan pada masing-masing
perlakuan harus sebanding dengan jumlah ketersediaan nutrisi pada
media tersebut, jika tidak seimbang akan mengganggu proses
pembentukan selulosa serta terjadi proses makan memakan antara
sesama bakteri (kanibal). Faktor lain yang mempengaruhi hasil yang
diperoleh mengenai berat nata de soya adalah adanya gas-gas yang
terperangkap pada saat proses fermentasi, seperti H 2S dan CH4, kondisi
ini akan mengganggu produksi optimal nata de soya oleh starter
bakteri Acetobacter xylinum. Tidak homogenan media juga menjadi
faktor yang mempengaruhi hasil pada nata sehingga nutrisi yang ada
pada masing-masing media berbeda-beda.
2.3 Kertas
9
kertas kantong kertas minyak, pembungkus buah-buahan, kertas
bangunan, kertas isolasi elektris, karton dan pembungkus sayur-
sayuran.
10
dari densitas selulosa β, maka densitas selulosa mikrobial lebih kecil
dibandingkan dengan selulosa kayu. Selulosa kayu terdapat lamela
atau ultrastruktur sel serat sedangkan selulosa mikrobial memiliki
ultrafine sel serat penyebab dari perbedaan ukuran serat. Ukuran serat
selulosa mikrobial lebih kecil 1/10 sampai 1/1000 dari ukuran serat
selulosa. Perbedaan lainnya adalah derajat polimerisasi. Derajat
polimerisasi selulosa kayu lebih konstan sedangkan derajat polimerasi
selulosa mikrobial akan naik secara linier tergantung masa
pertumbuhan organismenya. Perbedaan juga terletak pada derajat
kristalinitas bahan. Selulosa mikrobial lebih memiliki derajat
kristalinitas yang lebih tinggi dibandingkan selulosa tanaman (kayu).
Formula molekul selulosa mikrobial tidak sama dengan selulosa
tumbuhan, terdapat perbedaan pada ciri fisik dan kimianya. Selulosa
mikrobial lebih baik dari pada selulosa tanaman, selulosa mikrobiali
memiliki kemurnian yang lebih tinggi dan menunjukkan tingkat
polimerisasi dan indeks kristalinitas yang lebih tinggi dan memiliki
kekuatan dan daya tahan air yang sangat peka dibandingkan dengan
selulosa tanaman, sehingga dapat menjadi bahan baku yang sangat
cocok untuk memproduksi speaker akustik dengan kualitas tinggi,
kertas berkualitas tinggi, dan makanan penutup. Selulosa mikrobial
adalah suatu polisakarida yang diproduksi oleh berbagai spesies
bakteri, seperti dari Acetobacter, Agrobacterium, Aerobacter,
Achromobacter, Azotobacter, Rhizobium, Sarcina, dan
Salmonella. Produksi selulosa dari Accobacter xylinum pertama kali
dilaporkan pada tahun 1886 oleh A.J.Brown yang mengamati bahwa
sel-sel Acetobacter menghasilkan selulosa dari oksigen dan glukosa.
Proses terbentuknya selulosa mikrobial yaitu bakteri pertama kali
mengeluarkan zat berlendir homogen secara struktural setelah
beberapa saat, serat selulosa terbentuk. Bakteri Acetobacter xylinum
menghasilkan dua bentuk selulosa yaitu selulosa I, polimer seperti pita,
dan selulosa II, termodinamik lebih polimer dengan amorf yang stabil.
Selulosa mikrobial dapat digunakan sebagai makanan diet dan dapat
menghasilkan bahan-bahan baru untuk diafragma speaker kinerja
tinggi, pembalut medis dan kulit buatan (Chawla et al, 2009).
1
Menurut Hardiyanti (2010), bakteri Acetobacter xylinum dapat
mengubah 19 persen gula menjadi selulosa. Selulosa yang terbentuk
merupakan benang – benang yang bersama-sama dengan polisakarida
berlendir membentuk suatu lapisan tebal atau pelikel. Enzim yang
berperan pada biosintesis selulosa oleh bakteri adalah cellulose
synthase yang terdapat dalam membran sel bakteri polisakarida
bakteri yang dibentuk oleh enzim – enzim bakteri Acetobacter
xylinum. Sintesis selulosa dari glukosa dalam suspensi bakteri yang
berkembang biak merupakan pengaruh dari fungsi oksigen. Produksi
selulosa tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh nitrogen. Kecepatan
produksi selulosa dapat disebabkan karena konsentrasi sel pada
pertumbuhan kultur dalam zona permukaan yang diaerasi. Gas CO2
dihasilkan bersamaan dengan pertumbuhan kultur ditandai dengan
munculnya gas CO2 yang mengangkat jaringan ke permukaan.
1
2.5.1 Tapioka
1
2.5.2 Kaolin
Menurut Nasution (2009), kertas adalah bahan yang tipis dan rata
yang dihasilkan dari penggilingan serat yang berasal dari pulp, serat
yang digunakan adalah serat alami yang berasal dari tumbuh –
tumbuhan, setelah melalui proses semua macam serat ataupun lebih
(paper mixture) dari sumber-sumber serat yang berbeda. Sumber serat
juga didapat dari mencampur kertas bekas dengan kertas bekas lainnya,
ataupun mecampur kertas bekas dengan serat yang baru (virgin fibre).
Adapun untuk mengetahui sifat – sifat fisik kertas, antara lain dengan
melakukan pengujian :
1
1. Gramatur adalah massa lembaran kertas dalam gram dibagi
dengan satuan luasnya (g/m2)
2. Kekuatan tarik kertas adalah daya tahan lembaran kertas terhadap
gaya tarik yang bekerja pada ujung kertas (kgf/m2)
3. Kecerahan dan warna adalah perbandingan intensitas cahaya biru
pada panjang gelombang 457 nm yang dipantulkan oleh
permukaan kertas dengan intensitas cahaya sejenis yang
dipantulkan oleh permukaan lapisan magnesium oksida pada
kondisi standar (sudut 450 dan sudut pantul 00)
Menurut Siagan (2004), kekuatan tarik adalah gaya tarik atau gaya
tahan lembaran pulp/kertas terhadap gaya tarik yang bekerja pada
kedua ujungnya yang dinyatakan dalam kilogram gaya atau
kiloNewton per meter. Indeks tarik adalah ketahanan tarik lembaran
pulp/kertas dibagi gramatur, dinyatakan dalam Nm/g.
Menurut Nurminah (2002), perbedaan kekuatan tarik pada kertas
disebabkan karena adanya perbedaan panjang serat yang menyusun
kertas. Kekuatan tarik pada kertas sebanding dengan kuadrat akar rata-
rata perbandingan panjang serat dan berat. Perbedaan kekuatan tarik
pada kertas dapat disebabkan karena pengaruh perbedaan metoda
pembuatan kertas. Proses produksi kertas menggunakan mesin, serat-
serat atau fiber akan mengikuti arah mesin atau sering disebut juga MD
(machine direction). Nilai kekuatan tarik untuk machine direction
berbeda dengan TD/CD (transverse direction/cross machine
direction) atau yang melintang arah mesin. Nilai kekuatan tarik pada
machine direction lebih tinggi dibandingkan dengan kekuatan tarik
pada cross machine direction. Perbedaan tersebut dikarenakan
machine direction serat-serat atau fiber tersusun secara teratur dan
terkumpul dalam satu arah tarikan sehingga kekuatan yang dibutuhkan
untuk memutuskan kertas tersebut lebih besar. Cross machine
direction serat-serat fiber melintang terhadap arah tarikan, sehingga
kekuatan antar serat menjadi tidak terlalu kuat ketika ditarik.
Peningkatan kadar air dalam kertas akan
1
meningkatkan ketahanan tarik sampai pada titik keseimbangan
kelembaban kertas. Sifat dan kekuatan kertas dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satu faktor yang paling penting adalah
penambahan bahan pengisi dan sizing dalam pembentukan lembaran
kertas. Perbedaan kekuatan kertas yang disebabkan karena perbedaan
keseragaman susunan kertas. Kadar air kertas mempengaruhi
perpanjangan putus kertas. Kertas yang memiliki keseimbangan
kelembaban udara relatif kurang dari 30 persen maka kertas akan rapuh
dan kekuatan tarik akan menurun dibandingkan pada kelembaban
relatif 30 sampai 50 persen dan bila kadar air meningkat di atas
keseimbangan 50 persen kelembaban relatif maka akan menyebabkan
penurunan ikatan dan kekuatan tarik kertas.
2.6.2 Gramatur
2.6.3 Kecerahan
1
oksida pada kondisi standar (sudut 450 dan sudut pantul 00). Bila kertas
semakin putih maka tingkat kecerahannya semakin tinggi karena
intensitas cahaya yang dipantulkan oleh warna putih lebih tinggi
dibandingkan warna lain
1
pembuatan kertas dengan nata de soya lebih murah karena
menggunakan bahan baku yang tidak bernilai.
2.7 Hipotesa
1
BAB III METODE PENELITIAN
1
Sumber : Google Earth Pro
Gambar 3.2 Industri Tahu, Wagir, Malang
2
dilarutkan dalam 100 mL aquades. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap dikarenakan percobaan yang digunakan
homogen atau dianggap tidak ada faktor lain yang mempengaruhi
respon dari luar faktor yang diteliti. Rancangan percobaan dapat dilihat
pada Tabel 3.3
2
Tabel 3.2 Bahan Penelitian
No. Bahan Fungsi
1 Limbah cair tahu Bahan baku kertas
2 Gula pasir Sumber nutrisi bakteri
3 Amonium Sulfat Sumber nutrisi bakteri
((NH4)2SO4)
4 Tapioka Rose brand Bahan aditif
5 Kaolin clay Bahan aditif
6 Acetobacter xylinum Bakteri fermentasi
7 Aquades Bahan pemutih nata de soya
8 Asam Asetat Sumber nutrisi bakteri
Perlakuan B0 B1 B2 B0 B1 B2 B0 B1 B2
Keterangan :
A0B0 = Tapioka 0 persen + Kaolin 0 persen b/v+ Nata de soya
25gram
A0B1 = Tapioka 0 persen + Kaolin 2,5 persen b/v+ Nata de soya
25gram
A0B2 = Tapioka 0 persen + Kaolin 5 persen b/v + Nata de soya
25gram
A1B0 = Tapioka 2,5 persen + Kaolin 0 persen b/v + Nata de soya
25gram
2
A1B1 = Tapioka 2,5 persen + Kaolin 2,5 persen b/v + Nata de soya
25gram
A1B2 = Tapioka 2,5 persen + Kaolin 5 persen b/v + Nata de soya
25gram
A2B0 = Tapioka 5 persen + Kaolin 0 persen b/v + Nata de soya
25gram
A2B1 = Tapioka 5 persen + Kaolin 2,5 persen b/v + Nata de soya
25gram
A2B2 = Tapioka 5 persen + Kaolin 5 persen b/v + Nata de soya
25gram
2
1. Persiapan media
Limbah cair tahu sebanyak satu liter disaring dengan kain saring
batis ukuran 20 x 20 cm dan dibersihkan dari kotoran. Kemudian
ditempatkan pada sebuah panci dan diberikan bahan tambahan untuk
memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri seperti gula sebanyak
25 gram, 2 gram amonium sulfat, dan 15 - 16 mL asam asetat. Setelah
itu dilakukan pengadukan
2. Rebusan
Limbah tahu yang sudah disaring dan ditambahkan bahan - bahan
kemudian direbus hingga mendidih selama 10 menit dengan suhu ±
100oC.
3. Pendinginan
Panci diangkat dari kompor, lalu masukan limbah tahu yang
sudah direbus ke wadah segi empat yang steril, setelah itu lakukan
pendinginan sampai medium bersuhu ±25oC.
4. Inokulasi
Tahap inokulasi dilakukan dengan teknik aseptis yaitu dengan
menambahkan Acetobacter xylinum sebanyak 100 mL pada medium
dan langsung dilakukan penutupan wadah dengan menggunakan kertas
koran dan diikat karet gelang, lalu disimpan pada suhu ruang ± 20 -
25oC. Diagram alir pembuatan nata de soya dapat dilihat pada
Gambar 3.3
2
Mulai
Nata De Soya
Selesai
2
3.4.3 Pembuatan Kertas
2
Mulai
Nata de soya
Pencetakan
Cetak dengan Screen T61 20 x
Kertas
30cm, midangan screen dan
kaca
Pengeringan
Selesai
2
3.4.4 Pengujian Sampel
2
3.5 Rancangan Percobaan
2
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
3
dependennya karena memiliki nilai signifikasi < 0,05. Pengaruh
interaksi antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
3
berbagai konsentrasi bahan aditif dan 25 gram nata de soya dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
180,00
163,05
160,00
140,00 125,88 122,54 124,45
120,00 109,95 114,71
Gramatur
100,00 87,02
76,11 84,41
80,00
60,00 Rerata
40,00
20,00
0,00
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2
Perlakuan
3
bahan anorganik yang berikatan pada permukaan serat selulosa mikrobial
juga menambah berat lembaran kertas yang terbentuk.
3
Tabel 4.2 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Kekuatan
Tarik Kertas
Perlakuan Rata- rata kuat tarik Notasi
(kgf/m2)
A0B0 0,348800 *) a
A0B1 0,0844 a
A0B2 0,240610 a
A1B0 0,233333 a
A1B1 0,224967 a
A1B2 0,357300 a
A2B0 0,253133 a
A2B1 0,356267 a
A2B2 0,295833 a
Sumber : Hasil Perhitungan, (2019)
Keterangan : BNJ = 0,2971028
*)Bilangan rata – rata yang didampingi huruf yang sama
menyatakan tidak berbeda nyata (α = 0,05)
3
0,4
0,3488 0,3573 0,3563
0,35
0,3 0,2958
Kuat Tarik (Kgf.cm-
0,24060,2333 0,2531
0,25 0,225
0,2
0,15 Rerata
0,1 0,0844
0,05
0
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2
Perlakuan
Gambar 4.2 Grafik Kuat Tarik Kertas dengan konsentrasi aditif 0
%, 2,5 %, 5% b/v
3
nilai tertinggi, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
ketidaksesuaian yaitu, pada alat pengujian, human error serta, proses
pengeringan yang tidak sempurna. Faktor lainnya yang mempengaruhi
kuat tarik kertas dikarenakan bahan aditif kurang terhomogenisasi pada
proses pencetakan sehingga berpengaruh terhadap ikatan antar serat.
3
Tabel 4.3 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Kecerahan
Kertas
Perlakuan Rerata Kecerahan Notasi
A0B0 76,1833 *) a
A0B1 90,5867 c
A0B2 91,4667 c
A1B0 82,6800 b
A1B1 88,7867 bc
A1B2 90,8333 c
A2B0 87,2300 bc
A2B1 90,3367 c
A2B2 89,9667 c
Sumber : Hasil Perhitungan (2019)
Keterangan : BNJ = 6,4180811
*) Bilangan rata – rata yang didampingi huruf yang
sama menyatakan tidak berbeda nyata (α = 0,05)
3
100
90,59 91,47 88,79 90,83 87,23 90,34 89,97
90
82,68
80 76,18
70
Kecerahan
60
50
40
Rerata
30
20
10
0
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2
Perlakuan
3
memantulkan cahaya) dan pati tapioka yang alamiahnya berwarna
putih.
4.4.1 Warna
4
Berdasarkan hasil uji Friedman rata - rata ranking preferensi
warna dari penilaian panelis yang tertinggi yaitu pada kertas dengan
perlakuan A2B2 dan yang terendah yaitu A1B0. Perlakuan dengan kode
A2B2 yaitu perlakuan yang ditambahkan tapioka sebanyak 5 persen dan
kaolin 5 persen, sedangkan perlakuan dengan kode A1B0 yaitu
perlakuan tapioka 5 persen dan kaolin
0 persen. Tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok kertas yang
panelis tidak suka terhadap warnanya yaitu ada dua karena warna yang
dihasilkan dari kertas tersebut yaitu kecoklatan akibat dari tidak diberi
dan sedikit diberi atau ditambahkan bahan aditif. Beberapa panelis
menilai bahwa produk kertas ini mempunyai nilai yang lebih menarik
dari kertas biasa walaupun dengan jenis warna dari selulosa mikrobial.
Kertas yang dihasilkan memiliki warna yang berbeda – beda pada
setiap perlakuannya, kertas dengan pemberian aditif rendah lebih
cederung coklat keputihan, sedangkan kertas dengan pemberian aditif
tinggi lebih cenderung berwarna putih. Selain itu, bukan hanya bahan
aditif saja yang mempengaruhi warna kertas, bahan baku pembuatan
kertas sendiri yaitu nata de soya juga yang sudah dimurnikan sangat
mempengaruhi warna pada kertas. Menurut Syamsu (2012), Selulosa
mikrobial yang dihasilkan memiliki nilai kadar air yang tinggi yaitu 98
%. Pemurnian dan penetralan selulosa mikrobial dapat menghasilkan
lembaran dengan warna yang relatif putih (tidak membutuhkan proses
bleaching).
Hasil uji Friedman terhadap warna pada kertas dapat dilihat pada
Lampiran 6. menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig < 0,05. Asymp.
Sig yang diperoleh yaitu 0,000, maka diambil kesimpulan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain terdapat perbedaan rata –
rata preferensi warna pada kertas dari setiap perlakuan. Berdasarkan
hasil uji Friedman warna pada Lampiran
6. Diketahui nilai Chi-Square Hitung sebesar 38,703 dan Chi – Square
Tabel adalah 15,507, maka dapat diambil kesimpulan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain ada perbedaan rata – rata
preferensi warna pada kertas dari setiap perlakuan. Beberapa panelis
mengatakan bahwa preferensi warna kertas ini dilihat dari fungsi kertas
tersebut akan menjadi apa, panelis juga mengatakan bahwa kertas yang
berwarna putih merupakan kertas yang baik digunakan sebagai
kertas cetak
4
seperti F4 dan sebagainya. Panelis lebih suka warna kertas yang lebih
cerah atau terang. Kertas yang berwarna cerah diakibatkan oleh
penambahan aditif yang diberikan serta proses penjemuran kertas
dengan sinar matahari. Menurut Pertiwi (2019), pengaruh bahan baku
dan perekat yaitu tepung tapioka memiliki warna yang paling menarik.
Kondisi itu karena warnanya lebih cerah dan terang. Perubahan warna
juga disebabkan oleh pengaruh waktu penjemuran yang tidak merata.
Penjemuran di pagi, siang, dan sore akan memiliki suhu pengeringan
yang berbeda-beda. Selain itu durasi yang terlalu lama juga dapat
mempengaruhi perubahan warna kertas. Jika terlalu lama waktu
penjemuran, maka warna kertas akan semakin gelap atau pekat.
Penjemuran menggunakan sinar matahari berpengaruh terhadap
stabilitas warna.
4
Tabel 4.5 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Penilaian
Preferensi Tekstur Depan
Perlakuan Rata- rata Ranking Keterangan
Preferensi
Tekstur
Depan
A0B0 3,77 8 Biasa
A0B1 4,83 5 Suka
A0B2 3,93 6 Biasa
A1B0 3,73 9 Biasa
A1B1 3.87 7 Biasa
A1B2 6,40 2 Sangat suka
A2B0 6,27 3 Sangat suka
A2B1 5,13 4 Sangat suka
A2B2 7,07 1 Sangat suka
Sumber : Hasil Perhitungan, (2019)
Keterangan : (1=sangat tidak suka) (2=tidak suka) (3=biasa) (4=suka)
(5=sangat suka)
4
Pratiwi, (2015), Tekstur permukaan sangat dipengaruhi oleh teknik
pencetakan dan ukuran serat. Ukuran serat pendek akan menghasilkan
tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan serat yang panjang.
Hasil uji Friedman terhadap tekstur depan pada kertas dapat dilihat
pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig < 0,05.
Asymp. Sig yang diperoleh yaitu 0,000, maka diambil kesimpulan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain terdapat
perbedaan rata – rata preferensi tekstur depan pada kertas dari setiap
perlakuan. Berdasarkan hasil uji Friedman tekstur depan pada
Lampiran 7. Diketahui nilai Chi-Square Hitung sebesar 38,307 dan
Chi – Square Tabel adalah 15,507, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain ada perbedaan
rata – rata preferensi tekstur depan pada kertas dari setiap perlakuan.
Pengambilan kesimpulan bahwa penambahan aditif yang lebih tinggi
dapat meningkatkan kualitas tekstur permukaan pada kertas.
4
Tabel 4.6 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Penilaian
Preferensi Tekstur Belakang
Perlakuan Rata- rata Ranking Keterangan
Preferensi
Tekstur
Belakang
A0B0 4.47 6 Suka
A0B1 4.60 5 Suka
A0B2 3.43 9 Biasa
A1B0 4.10 7 Suka
A1B1 3.90 8 Biasa
A1B2 6.63 2 Sangat suka
A2B0 5.73 3 Sangat suka
A2B1 4.90 4 Suka
A2B2 7.23 1 Sangat suka
Sumber : Hasil Perhitungan, (2019)
Keterangan : (1=sangat tidak suka) (2=tidak suka) (3=biasa) (4=suka)
(5=sangat suka)
4
kurang rata berbeda dengan kertas dipasaran yang memiliki tekstur rata
dibuat dengan metode pengepresan. Waktu penggilingan dan
pengeringan juga mempengaruhi tekstur kertas. Semakin lama waktu
yang digunakan saat penggilingan menyebabkan pulp lebih homogen
sehingga tekstur yang nampak menjadi lebih halus dibandingkan
digiling dengan waktu yang sebentar.
Hasil uji Friedman terhadap tekstur belakang pada kertas dapat
dilihat pada Lampiran 8 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig <
0,05. Asymp. Sig yang diperoleh yaitu 0,000, maka diambil
kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain
terdapat perbedaan rata – rata preferensi tekstur belakang pada kertas
dari setiap perlakuan. Berdasarkan hasil uji Friedman tekstur belakang
pada Lampiran 8. Diketahui nilai Chi-Square Hitung sebesar 32,897
dan Chi – Square Tabel adalah 15,507, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain ada perbedaan
rata – rata preferensi tekstur belakang pada kertas dari setiap
perlakuan.
4
Tabel 4.7 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Penilaian
Preferensi Kenampakan serat
Perlakuan Rata- rata Ranking Keterangan
Preferensi
Kenampakan
Serat
A0B0 5.17 4 Suka
A0B1 4.47 7 Sangat Suka
A0B2 3.83 8 Biasa
A1B0 4.63 6 Suka
A1B1 3.43 9 Biasa
A1B2 6.20 2 Sangat suka
A2B0 6.23 1 Sangat suka
A2B1 4.93 5 Suka
A2B2 6.10 3 Sangat suka
Sumber : Hasil Perhitungan, (2019)
Keterangan : (1=sangat tidak suka) (2=tidak suka) (3=biasa) (4=suka)
(5=sangat suka)
4
tampak), tetapi kertas akan mudah rapuh. Perbedaan dari bahan
pemasak yang digunakan sedikit maka kenampakan seratnya terlihat
sangat jelas dan bertekstur kasar.
Hasil uji Friedman terhadap kenampakan serat pada kertas dapat
dilihat pada Lampiran 9 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig <
0,05. Asymp. Sig yang diperoleh yaitu 0,006, maka diambil
kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain
terdapat perbedaan rata – rata preferensi kenampakan serat pada kertas
dari setiap perlakuan. Berdasarkan hasil uji Friedman kenampakan
serat pada Lampiran 9. Diketahui nilai Chi-Square Hitung sebesar
21,437 dan Chi – Square Tabel adalah 15,507, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain
ada perbedaan rata – rata preferensi kenampakan serat pada kertas dari
setiap perlakuan.
4.4.4 Aroma
4
Tabel 4.8 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Penilaian
Preferensi Aroma Kertas
Perlakuan Rata- rata Ranking Keterangan
Preferensi
Aroma
A0B0 3.93 9 Biasa
A0B1 4.83 6 Suka
A0B2 4.80 7 Suka
A1B0 5.37 3 Sangat Suka
A1B1 5.33 4 Sangat Suka
A1B2 5.30 5 Sangat suka
A2B0 4.37 8 Suka
A2B1 5.50 2 Sangat Suka
A2B2 5.57 1 Sangat suka
Sumber : Hasil Perhitungan, (2019)
Keterangan : (1=sangat tidak suka) (2=tidak suka) (3=biasa) (4=suka)
(5=sangat suka)
4
yang memiliki aroma garing tidak beraroma asam. Menurut Atmaka
(2016), Pemberian bahan aditif atau bahan tambahan akan
mempengaruhi aroma dari kertas dan meningkatkan preferensi pada
panelis ketika kertas tersebut memiliki aroma yang wangi ataupun
tidak berbau.
Hasil uji Friedman terhadap aroma pada kertas dapat dilihat
pada Lampiran 10 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig
< 0,05. Asymp. Sig yang diperoleh yaitu 0,165 maka diambil
kesimpulan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak atau dengan kata lain
tidak terdapat perbedaan rata – rata preferensi aroma pada kertas dari
setiap perlakuan. Berdasarkan hasil uji Friedman aroma pada
Lampiran 10. Diketahui nilai Chi-Square Hitung sebesar 11,705 dan
Chi – Square Tabel adalah 15,507, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa H0 diterima dan Ha ditolak atau dengan kata lain tidak ada
perbedaan rata – rata preferensi aroma pada kertas dari setiap
perlakuan. Pengambilan kesimpulan bahwa penambahan aditif yang
lebih rendah maupun yang tinggi tidak memberikan pengaruh dari segi
aroma.
5
tekstur belakang yang kasar juga menjadi preferensi bagi panelis
karena beberapa panelis mengatakan bahwa tekstur kasar pada kertas
lebih mudah untuk ditulis, kenampakan serat yang terlihat sangat
disukai karena beberapa panelis mengatakan bahwa kertas tersebut
cocok menjadi kertas seni dan aroma yang tidak berbau menjadi
preferensi panelis. Kondisi ini dipengaruhi oleh bahan baku yang
digunakan, konsentrasi bahan aditif, proses pembuatan dan
pengeringan.
5
Tabel 4.9 Jenis Kertas (SNI 7274 : 2008)
Perlakuan Jenis Kertas Cetak A
5
tahu yang dipanaskan selama 15 menit dengan kondisi mendidih dan
ditambahkan gula, asam asetat, dan ZA, setelah itu dituangkan
kewadah dan ditutup dengan koran dan diamkan sekitar 2 jam, lalu
masukkan Acetobacter xylinum sebanyak 100 mL Media tersebut
difermentasi selama 10 hari pada suhu ruang sekitar 25 -27 oC.
Selulosa mikrobial yang dihasilkan memiliki kadar air yang tinggi
yaitu 98% (Hardiyanti, 2010).
Proses pembuatan pulp dengan selulosa mikrobial diawali dengan
proses pemurnian selulosa mikrobial dari biomassa sel mikroba
pembentuk selulosa mikrobial. Tahap ini bertujuan diperolehnya
selulosa mikrobial dengan kemurnian yang tinggi. Pemurnian selulosa
ini lebih sederhana dibandingkan dengan pemurnian selulosa kayu.
Pemurnian selulosa mikrobial dilakukan dengan cara mencuci dan
membersihkan selulosa mikrobial dan setelah itu dilakukan pemasakan
selama 15 menit dalam 100 mL aquades pada suhu 60oC dengan empat
kali pemasakan dan pengantian aquades. Selulosa mikrobial dihasilkan
masih berbentuk lembaran dengan warna yang relatif putih sehingga
tidak perlu dilakukan proses bleaching. Perbedaan dengan pemurnian
selulosa kayu yang harus melalukan proses delignifikasi selulosa kayu
berkisar 3-4 jam dengan jumlah NaOH berdasarkan jumlah presentase
lignin yang terkandung dalam kayu. Menurut Hardiyanti (2010),
semakin tinggi presentase lignin akan semakin tinggi pula konsentrasi
NaOH (alkali) yang digunakan. Proses pemurnian selulosa mikrobial
ini, akan dilanjutkan dengan proses penghalusan nata dan penguraian
serat dan yang akan menghasilkan pulp selulosa mikrobial dapat
dilihat pada Gambar 4.4
Tahap selanjutnya yaitu tahap penghalusan nata dan penguraian
serat, penghalusan selulosa mikrobial dilakukan dengan alat penghalus
yaitu blender dan proses penguraian serat selulosa mikrobialnya
dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu menuangkan nata yang
sudah diblender halus diatas kain batis lalu diperas hingga tidak ada air
yang tersisa pada nata. Kondisi ini berbeda dengan penguraian serat
selulosa kayu yang biasanya dilakukan sebanyak dua tahap
(penguraian serat pada niagara beater dan penghalusan serat pada
disk refiner) serta membutuhkan air pencuci yang banyak.
Penggunaan air dan
5
lama pemasakan pada pemurnian selulosa mikrobial lebih sedikit
dibandingkan proses delignifikasi seluosa kayu. Penyebab dari
perbedaan ini adalah karakteristik selulosa kayu yang terikat bersama
lignin dan zat pengotor lainnnya sehingga membutuhkan kondisi
pemasakan dan pencucian berulang yang dapat menurunkan
kandungan lignin pada pulp. Selulosa mikrobial sendiri tidak
mengandung lignin dan zat – zat ekstraktif seperti pada selulosa kayu.
Proses pembuatan pulp selulosa mikrobial sangat sederhana dan ramah
lingkungan.
5
makan semakin besar pula rendemen yang dihasilkan. Sutiya et al.
(2012), menyatakan bahwa kandungan selulosa dalam serat dapat
digunakan untuk memperkirakan besarnya rendemen yang dihasilkan.
Nilai rendemen juga dipengaruhi oleh bahan baku dan komposisi
bahan tersebut. Menurut Hambali et. al. (2011), bahan yang memiliki
lignin yang tinggi cenderung menghasilkan rendemen yang rendah,
sedangkan bahan baku dengan kandungan selulosa yang tinggi
cenderung menghasilkan rendemen yang tinggi.
5
gramatur dan kecerahan ditunjukan pada perlakuan A 0B1 yaitu dengan
komposisi 25 gram nata de soya dengan tambahan bahan aditif tapioka
0 persen dan kaolin 5 persen, dan untuk perlakuan terbaik pada kuat
tarik yaitu perlakuan A0B0, dengan komposisi tapioka 0 persen dan
kaolin 0 persen. Menurut Hardiyanti (2010), penambahan kaolin pada
kertas bertujuan untuk meningkatkan opasitas cetak dikarenakan kaolin
menambah luas pantul cahaya meningkatkan derajat putih serta
memperbaiki kehalusan kertas. Penambahan kaolin pada kertas yang
berasal dari serat yang kasar sangat baik untuk memperbaiki sifat cetak
karena molekul-molekul kaolin mengisi ruang antar serat. Perlakuan
dari kertas penelitian ini dikatakan bagus karena telah memenuhi
syarat dari SNI kertas. SNI kertas cetak A dapat dilihat pada
Lampiran 18 dan Lampiran 19
5
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
5
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, I.A., Wijana, S., Rahma, N.L., Sugiarto, E., Mulyadi, A.F.
2015. Ketahanan Tarik Kertas Seni dan Serat Pelepah
Nipah (Nypa Froticans) (Kajian Proporsi Bahan Baku
dan Perekat). Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya
Nasional FKPT- TPI. Universitas Brawijaya. Malang
5
Hambali, E., Siti M., Armansyah H., Tambunan, Abdul W.P. dan
Roy H. 2011. Teknologi Bioenergi. Penerbit AgroMedia
ISBN9790061137, 9789790061132. Jakarta
6
Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia.2000.
Pedoman Penggunaan Kertas. No.04 Tahun 2000. Kepala
Arsip Nasional Republik Indonesia
Kurniaty, I., Habibah, H.I., Yustiana, D., Fajriah, M.I. 2017. Proses
Delignifikasi menggunakan NAOH dan AMONIA (NH3)
pada Tempurung Kelapa. Jurnal integrasi proses, Vol, 6,
No. 4 . Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jakarta
6
Pohan, Nurhasmawaty. 2008. Pembuatan Material Selulosa
Bakteri dalam Medium Air Kelapa Melalui Penambahan
Sukrosa, Kitosan, dan Gliserol Menggunakan
Acetobacter xylinum. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Medan
Siagian, R.M., Lestari, S.B., dan Yoswita. 2004. Sifat Pulp Sulfat
Kayu Kurang Dikenal Asal Jawa Barat. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan, Vol, 22, No. 2 : Indonesia
6
Siregar, Shinta. 2017. Pengaruh Konsentrasi Kaolin sebagai
Bahan Pengisi Terhadap Vulkanisasi Benang Karet.
Jurnal Ilmu Fisika dan Teknologi. Universitas Muslim
Nusantara. Medan
6
LAMPIRAN
6
LAMPIRAN 1. Rata – rata nilai Gramatur, Kuat Tarik,
Kecerahan
Gramatur (g/m2)
Ulangan
Rerata g/m2
Perlakuan I II III Total
A0B0 79,70 75,37 73,25 228,32 76,11
A0B1 81,66 98,75 80,65 261,06 87,02
A0B2 122,83 111,17 143,63 377,63 125,88
A1B0 99,41 76,57 77,24 253,22 84,41
A1B1 121,99 118,01 127,35 367,35 122,45
A1B2 109,13 119,37 145,13 373,63 124,54
A2B0 108,82 108,81 112,21 329,84 109,95
A2B1 118,05 100,37 125,71 344,13 114,71
A2B2 159,19 158,11 171,86 489,16 163,05
Jumlah 1000,78 966,53 1057,03 3024,34 1008,11
6
LAMPIRAN 1. Rata – rata nilai Gramatur, Kuat Tarik,
Kecerahan (Lanjutan)
Kecerahan (%)
Ulangan
Perlakuan I II III Total Rerata %
A0B0 75,84 78,11 74,60 228,55 76,18
A0B1 89,17 90,96 91,63 271,76 90,59
A0B2 90,44 92,58 91,38 274,40 91,47
A1B0 85,66 78,18 84,20 248,04 82,68
A1B1 85,78 90,45 90,13 266,36 88,79
A1B2 92,24 91,38 88,88 272,50 90,83
A2B0 85,90 87,89 87,90 261,69 87,23
A2B1 90,22 91,31 89,48 271,01 90,34
A2B2 90,91 92,79 86,20 269,90 89,97
Jumlah 786,16 793,65 784,40 2364,21 788,07
6
LAMPIRAN 2. Data Penilaian Panelis (Lanjutan)
Tekstur Depan
Panelis Kode
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 Total
1 3 3 3 3 3 3 4 4 5 31
2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 33
3 2 2 3 3 3 3 5 5 4 30
4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 35
5 4 3 3 3 4 4 4 3 5 33
6 3 3 3 3 4 4 4 4 4 32
7 2 2 2 2 2 2 2 2 3 19
8 4 5 5 5 4 5 5 5 5 43
9 3 3 3 3 3 4 3 3 4 29
10 4 5 4 4 1 5 5 5 5 38
11 3 4 4 5 2 5 4 3 5 35
12 3 4 4 2 4 4 4 4 4 33
13 2 5 2 2 3 5 4 4 4 31
14 5 4 5 5 5 5 5 4 5 43
15 4 5 3 4 4 5 5 3 3 36
Jumlah 50 56 51 50 48 62 62 57 65 501
Rerata 3,33 3,73 3,4 3,33 3,2 4,13 4,13 3,8 4,33 33,4
6
LAMPIRAN 2. Data Penilaian Panelis (Lanjutan)
Tekstur Belakang
Panelis Kode
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 Total
1 3 3 3 4 5 4 3 3 5 33
2 4 4 2 3 2 4 4 4 4 31
3 2 3 3 3 4 5 5 5 4 34
4 3 4 3 3 3 4 4 4 5 33
5 3 3 3 3 2 5 5 3 5 32
6 2 4 4 3 4 3 3 3 4 30
7 4 4 4 4 5 5 4 5 4 39
8 4 4 4 4 3 5 5 4 5 38
9 4 3 3 3 2 4 4 3 4 30
10 4 4 3 3 1 4 4 4 5 32
11 4 4 4 5 4 5 4 4 5 39
12 3 4 3 2 2 3 4 3 4 28
13 3 3 2 3 2 3 3 3 4 26
14 5 3 4 5 5 4 3 4 5 38
15 4 3 3 3 4 5 4 3 3 32
Jumlah 52 53 48 51 48 63 59 55 66 495
Rerata 3,466667 3,533333 3,2 3,4 3,2 4,2 3,933333 3,666667 4,4 33
6
LAMPIRAN 2. Data Penilaian Panelis (Lanjutan)
Warna
Panelis Kode
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 Total
1 3 5 5 3 3 5 4 4 4 36
2 2 3 3 2 3 4 2 4 4 27
3 2 4 4 3 4 4 2 4 5 32
4 3 3 4 3 3 5 4 4 5 34
5 4 3 4 2 3 5 5 3 4 33
6 3 4 3 3 4 4 4 3 4 32
7 5 3 3 5 5 4 5 5 3 38
8 3 4 4 3 3 4 4 3 4 32
9 3 4 3 3 3 3 3 3 3 28
10 1 4 3 4 4 5 5 4 5 35
11 3 4 4 2 4 4 4 3 4 32
12 2 3 4 2 3 2 2 3 4 25
13 2 4 3 2 3 4 4 4 5 31
14 2 4 4 2 3 5 5 5 4 34
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
Jumlah 42 56 55 43 52 62 57 56 62 485
Rerata 2,8 3,73 3,66 2,86 3,46 4,13 3,8 3,73 4,13 32,33
6
LAMPIRAN 2. Data Penilaian Panelis (Lanjutan)
AROMA
Panelis Kode
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 Total
1 1 4 3 1 3 4 1 5 5 27
2 4 2 2 4 4 3 2 3 2 26
3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 33
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
6 3 3 3 3 3 2 2 3 3 25
7 4 3 3 4 4 3 3 3 4 31
8 4 4 4 4 4 4 4 4 5 37
9 2 3 3 3 3 3 3 3 3 26
10 1 3 4 3 2 4 3 3 3 26
11 2 4 4 4 4 4 4 4 4 34
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
14 1 2 3 3 3 4 5 4 2 27
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
Jumlah 41 48 48 49 50 51 46 52 51 436
Rerata 2,7333 3,2 3,2 3,27 3,333 3,4 3,07 3,46 3,4 29,06
7
LAMPIRAN 2. Data Penilaian Panelis (Lanjutan)
Kenampakan Serat
Panelis Kode
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 Total
1 3 5 5 3 4 5 3 3 3 34
2 4 2 2 2 2 4 4 4 3 27
3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 33
4 3 4 5 4 2 5 5 4 5 37
5 4 2 3 4 3 5 5 3 4 33
6 3 3 4 4 4 3 5 3 3 32
7 4 3 3 4 3 3 3 4 3 30
8 3 4 3 4 3 4 4 4 5 34
9 4 3 3 3 3 3 3 3 3 28
10 4 5 3 4 2 5 5 5 5 38
11 4 5 5 2 2 4 4 3 4 33
12 3 3 2 2 2 3 4 4 4 27
13 2 2 2 3 2 3 3 3 5 25
14 5 3 3 4 4 4 3 3 5 34
15 4 3 2 3 3 5 5 4 4 33
Jumlah 54 51 47 50 43 60 60 53 60 478
Rerata 3,6 3,4 3,13 3,33 2,86 4 4 3,53 4 31,88
7
LAMPIRAN 3. Perhitungan SPSS Uji Gramatur
7
LAMPIRAN 3. Perhitungan SPSS Uji Gramatur (Lanjutan)
7
LAMPIRAN 3. Perhitungan SPSS Uji Gramatur (Lanjutan)
7
LAMPIRAN 4. Perhitungan SPSS Uji Kuat Tarik Kertas
7
LAMPIRAN 4. Perhitungan SPSS Uji Kuat Tarik Kertas (Lanjutan)
76
LAMPIRAN 4. Perhitungan SPSS Uji Kuat Tarik Kertas (Lanjutan)
77
LAMPIRAN 5. Perhitungan SPSS Uji Kecerahan
7
LAMPIRAN 5. Perhitungan SPSS Uji Kecerahan (Lanjutan)
7
LAMPIRAN 5. Perhitungan SPSS Uji Kecerahan (Lanjutan)
8
LAMPIRAN 6. Hasil Uji Friedman
8
LAMPIRAN 7. Hasi uji Friedman Tekstur Depan
8
LAMPIRAN 8. Hasi uji Friedman Tekstur Belakang
8
LAMPIRAN 9. . Hasil Uji Friedman Kenampakan Serat
8
LAMPIRAN 10. Hasil Uji Friedman
8
LAMPIRAN 11. Lembar Kuisioner Penilaian Panelis
UJI SENSORI
Nama :
Jurusan :
Tanggal Uji :
TTD :
Keterangan :
Skor 1-5, dimana :
1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Biasa
4. Suka
5. Sangat suka
86
LAMPIRAN 11. Lembar Kuisioner Penilaian Panelis
87
LAMPIRAN 12. Prosedur Pengujian
1. Gramatur (SNI 14 – 1764 – 1990)
Gramatur adalah massa lembaran kertas atau karton dalam
gram dibagi dengan satuan luasnya dalam meter persegi. Berikut
merupakan prosedur pengujian gramatur
a. Potong sampel dengan ukuran 10 cm x 10 cm
b. Mengukur luas potongan sampel
c. Menimbang massa potongan sampel
d. Mengulangi pengujian sampel sampai beberapa kali
8
LAMPIRAN 13. Gambar Produk Kertas
8
LAMPIRAN 13. Gambar Produk Kertas
90
LAMPIRAN 13. Gambar Produk Kertas
91
LAMPIRAN 14 . Dokumentasi Pembuatan Kertas
9
LAMPIRAN 14 . Dokumentasi Pembuatan Kertas (Lanjutan)
9
Penimbangan Pulp Pencetakan Kertas
9
LAMPIRAN 15. Dokumentasi Uji Sensori
9
LAMPIRAN 16. Hasil Pengujian Kuat Tarik
9
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan
9
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan
9
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan
9
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan
100
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan
101
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan
102
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan
10
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan
10
LAMPIRAN 18. SNI Kertas Cetak
10
106
10
10
10
11
LAMPIRAN 19. Spesifikasi Kertas Tulis dan Kertas Cetak
Kertas Tulis
11
Kertas
11