Anda di halaman 1dari 132

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI KERTAS

DENGAN BAHAN ADITIF TAPIOKA DAN KAOLIN

SKRIPSI

Oleh:
TASYA SYAHFIRA
NIM. 165100901111035

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020

i
PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI KERTAS
DENGAN BAHAN ADITIF TAPIOKA DAN KAOLIN

Oleh:
TASYA SYAHFIRA
NIM. 165100901111035

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Teknik

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020

i
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal


4 April 1999 dan merupakan anak pertama
dari empat bersaudara oleh pasangan bapak
Irvansyah dan ibu Megawati. Penulis
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di
SD Brigjend Katamso 1 Medan pada tahun
2010, kemudian untuk sekolah menengah
pertama di SMP Brigjend Katamso 1 Medan
pada tahun 2013 dan dapat menyelesaikan
pendidikan sekolah
menengah atas di SMAN 15 Medan pada tahun 2016. Penulis pernah
mengikuti organisasi Paskibra di SMAN 15 Medan. Penulis mulai
mendapat gelar mahasiswi setelah diterima di program studi Teknik
Lingkungan Universitas Brawijaya melalui jalur SNMPTN pada tahun
2016. Selama masa pendidikan penulis pernah menjadi asisisten
pratikum Teknik Konservasi Lingkungan & Konservasi Tanah dan Air.
Penulis aktif di dua LKM FTP antara lain adalah sebagai staf Humas
pada tahun 2016 dan staf PSDM FORKITA (Forum Kajian Islam
Teknologi Pertanian) pada tahun 2017 dan pernah menjadi staf
kementrian Sosial dan Masyarakat 2016 serta Staf Sosial Masyarakat
dan Lingkungan 2017 BEM FTP (Badan Eksekutif Mahasiswa).
Penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitiaan seperti, Staf
konsumsi Inaugurasi TEP 2016, Staf Konsumsi SIAM (Social
Incredible Agritech Moment) 2017, Staf Perlengkapan Brawijaya Halal
Food Fair 2017, Staf Marketing dan Humas Harmoni Islamic Youth
Event 2017, Wakil Kordinator Konsumsi Pemilihan Wakil Mahasiswa
FTP 2017, Staf Konsumsi Rajawali FTP ( Ospek Fakultas) 2017,
Panitia Pengawas DDM dan Humas Pemilihan Mahasiswa Raya UB
2017, Staf Sponsor, dana dan Usaha ETALK 2017, Staf Dana dan
Usaha KMTL Anniv & ETALK 2018.

v
Skripsi ini dipersembahkan untuk semua orang yang
menyayangi dan mendukung penulis terutama Ibu Megawati
dan Bapak Irvansyah. Terimakasih untuk segalanya

“Allah Tidak Akan Memberikan Suatu Cobaan Di Luar Batas


Kemampuan Manusia”
(Q.S Al Baqarah : 286)

Karena suatu keyakinan yang sungguh – sungguh serta doa


yang selalu dipanjatkan akan menjadi sebuah kenyataan yang
indah
-Acaa-

v
PERNYATAAN KEASLIAN TA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tasya Syahfira


NIM 165100901111035
Program Studi : Teknik Lingkungan
Jurusan : Keteknikan Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Judul TA : Pemanfaatan Limbah Cair Tahu menjadi Kertas
dengan Bahan Aditif Tapioka dan Kaolin

Menyatakan bahwa,

TA dengan judul diatas merupakan karya asli penulis tersebut di atas.


Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar saya
bersedia dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Malang, 19 Desember 2019


Pembuat pernyataan,

Tasya Syahfira
NIM. 165100901111035

v
TASYA SYAHFIRA. 165100901111035. Pemanfaatan
Limbah Cair Tahu Menjadi Kertas dengan Bahan Aditif
Tapioka dan Kaolin. TA. Pembimbing: Prof.Dr.Ir.Bambang
Suharto. MS. dan Prof.Dr.Ir.Ruslan Wirosoedarmo.MS.
RINGKASAN
Produksi tahu di Indonesia didominasi oleh industri kecil yang
jarang memiliki instalasi pengolahan limbah karena
mempertimbangkan biaya yang besar untuk membangun instalasi
pengolahan limbah dan operasionalnya. Penanganan limbah cair tahu
yang belum maksimal dan sering dibuang begitu saja mengakibatkan
kerugian bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Limbah cair tahu
berasal dari proses perendaman, pencucian kedelai, pencucian
peralatan, proses produksi tahu, penyaringan serta pencetakan tahu.
Limbah cair tahu memiliki kandungan bahan- bahan organik yang
tinggi, rendahnya kandungan oksigen terlarut, bau busuk, serta pH
yang rendah. Limbah cair tahu dapat dimanfaatkan menjadi nata de
soya, nata de soya merupakan biomassa yang sebagian besar terdiri
dari selulosa, berbentuk seperti agar dan berwarna putih. Nata de
soya memiliki kandungan selulosa mikrobial. Selulosa mikrobial
mempunyai karakteristik yang unik dan relatif lebih unggul dari
selulosa kayu terutama kemurniannya hal ini dapat menjadikan
selulosa mikrobial sebagai bahan pembuatan kertas. Penelitian ini
menggunakan tambahan bahan aditif yang untuk memperbaiki sifat
tertentu pada kertas seperti ketahanan terhadap cairan, opasitas, warna,
kepadatan dan kekuatan. Bahan aditif yang digunakan yaitu tapioka
dan kaolin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh bahan
aditif tapioka dan kaolin terhadap kertas yang berasal dari nata de
soya dan untuk mengetahui perbedaan karakteristik fisik kertas antara
penambahan bahan aditif dengan kontrol. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode rancangan percobaan lengkap
dengan tiga kali ulangan, 16 perlakuan sehingga ada 48 kombinasi
perlakuan. Konsentrasi tapioka yang digunakan yaitu 0, 2,5, 5, 7,5
persen
b/v dan kaolin 0, 2,5, 5, 7,5 persen b/v
Kata kunci: Limbah cair tahu, Nata de soya, Selulosa mikrobial dan
Bahan Aditif

v
TASYA SYAHFIRA. 165100901111035. Pemanfaatan
Limbah Cair Tahu Menjadi Kertas dengan Bahan Aditif
Tapioka dan Kaolin. TA. Pembimbing: Prof.Dr.Ir.Bambang
Suharto. MS. dan Prof.Dr.Ir.Ruslan Wirosoedarmo.MS.
SUMMARY
Tofu production in Indonesia is dominated by small industries that
rarely have wastewater treatment plant because they consider the large
costs of building waste treatment plants and their operations. Handling
of tofu liquid waste that has not been maximized and is often disposed
of simply results in losses for the community and the surrounding
environment. Tofu liquid waste comes from the process of soaking,
washing soybeans, washing equipment, tofu production process,
filtering and printing of tofu. Tofu liquid waste has high organic matter
content, low dissolved oxygen content, foul odor, and low pH. Tofu
liquid waste can be utilized as nata de soya, nata de soya is biomass
consisting mostly of cellulose, shaped like jelly and white. Nata de
soya has microbial cellulose content. Microbial cellulose has unique
characteristics and is relatively superior to wood cellulose, especially
its purity. This can make microbial cellulose as a material for making
paper. This research uses additives which improve certain properties
on paper such as resistance to liquid, opacity, color, density and
strength. Additives used are tapioca and kaolin. The method used in
this study is a complete random design method with three replications,
9 treatments so that there are 27 treatment combinations. Tapioca
concentrations used are 0, 2.5, 5 percent w / v and kaolin 0, 2.5, 5,
percent w / v. The addition of tapioca additives and kaolin had a
significant effect on the parameters of the gramatur and brightness test
but did not significantly influence the paper tensile strength.
Concentration of tapioca additives 5 percent and kaolin 5 percent
showed the highest gramatur values, the concentration of tapioca
additives 5 percent and kaolin 2.5 percent showed the highest tensile
strength values, and 0 percent tapioca concentrations and 5 percent
kaolin showed the highest brightness values
Keywords: Tofu liquid waste, Nata de soya, Microbial Cellulose
and Additives

i
KATA
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya hingga
penyusun dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul
“Pemanfaatan Limbah Cair Tahu menjadi Kertas dengan Bahan
Aditf Tapioka dan Kaolin”. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Suharto, MS selaku Dosen
Pembimbing Pertama, yang telah memberikan masukan,
bimbingan, nasihat, dan ilmu yang bermanfaat kepada penyusun.
2. Bapak Prof Dr. Ir. Ruslan Wirosoedarmo, MS selaku Dosen
Pembimbing Kedua yang telah memberikan masukan, bimbingan,
nasihat, dan ilmu yang bermanfaat kepada penyusun.
3. Ibu Putri Setiani ST, MES, Ph.D selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan, bimbingan, nasihat, dan ilmu yang
bermanfaat kepada penyusun.
4. Papa dan mama yang telah memberikan banyak dukungan moral
dan finansial kepada penyusun sehingga penyusun bisa berdiri
sampai tahap ini.
5. Adik – adik tersayang (Dinda, Aya, Evan) yang telah menjadi
penghibur dan penyemangat penyusun.
6. Seluruh Keluarga Besar Almh. HJ. Sya’Baniah Sinaga yang telah
mendukung penyusun hingga saat ini.
7. Seluruh Keluarga Besar Alm. H. Amir Husin yang telah
mendukung penyusun hingga saat ini.
8. Nada dan Nabila sebagai sahabat yang selalu mengerti dalam
setiap situasi. Terima kasih telah menjadi telinga yang baik.
9. Mba Disa dan Mba Rere yang memberikan ilmunya dan
mengenalkan perkuliahan dari jaman maba, penyemangat
kehidupan ini dan yang selalu membantu penyusun

x
10. Mba Muna, Mba Ndip, Mba Kisma dan Mba Reni sahabat
penyusun dari ratusan teman yang senantiasa mengingatkan dan
mengajak dalam kebaikan.
11. Teman – teman seperjuangan AWKARIN GENGS (Dewi, Jella,
Cimeng), yang menjadi peyemangat penyusun, dan yang banyak
memberi kenangan dan drama kepada penyusun😊
12. ASLAB TSAL (Yana, Alfian, Dika, dan Hana) yang selalu
membantu dan menyemangati penyusun saat penelitian
13. Teman – teman SOSMA BEM FTP 2016 (Mas Kris, Mas sae
Arvin, Uzi, Shinta) yang memberikan banyak ilmu diorganisasi
14. Teman – teman SOSLING BEM FTP 2017 (Mba Abida, Arvin,
Shinta, Vania, Vina, Rachel, Febi, Shafira) yang memberikan
banyak ilmu diorganisasi
15. Teman – teman FORKITA 2016 dan 2017 (Mba Ananta, Mba
Ndip, Mba Widya, Fira, Rizka ) yang memberikan banyak ilmu
diorganisasi
16. Grandma Kosan Terusan Cikampek (Mba dila, Saras, Nada,
Karen, Rahma) yang selalu mendengarkan keluh kesah penyusun
17. Vira dan Mas Bayu yang sudah banyak membantu penyusun dan
memberikan motivasi belajar untuk penyusun.
18. Teman – teman Teknik Lingkungan 2016 (Corry, Nonis, Diba,
Nica, Alfin, Farhan, Wildan, Arfan, Sindy, Elvi, Eve, Zira, Hartis,
Sela, Via, Mira, Rina, Nadya, Icut, Rifka, Uya, Trisha, Andre,
Helmi, Adinda Nduty, Adinda Ratih, Ruth, Vika, Mondir, Amat,
Yufi, Thania, Jauhar, Ian, Robert, Benita, Fetik, Novita, Regita,
Begail, Tichita, Fai, Ara, Inas dan lainnya yang ga bisa penyusun
sebutkan satu persatu kelas M maupun O) telah banyak membantu
penyusun dan menjadi penghibur penyusun
19. Sahabat – sahabat SMA ku tersayang, Dina, Mustika dan Fany
yang telah mendoakan penyusun, memberikan support dari
kejauhan dan selalu mengingat penyusun.
20. Sahabat dari SD hingga menutup usia, Sonal yang selalu menjadi
pendengar terbaik dan selalu menyemangati penyusun

xi
21. Sahabat dari SMP (Shakapitanady), Jesika, Yohana, Cindy, yang
selalu menjadi pendengar penyusun dan tempat perghibahan
penyusun
22. Adik – adik kosan aku tersayang (Lutvia, Eka, Nana, Marlyn,
Dila, Dima) yang selalu menyemangati penyusun
23. Mba kosan cantik 139 (Mba yulia dan mba Atma) yang selalu
memberi semangat penyusun
24. Bapak Tono selaku laboran Lab TSAL yang selalu menyebarkan
tawa dan kebaikan
25. Teman – teman Bali ku yang banyak memberi kenangan indah
(Justika, Melda, Belli, Dewi)
26. Teman – teman seperjuangan ditanah rantau (Ibrahim, Yopi, Apri,
Nada) yang memberikan dukungan
27. Teman – teman organisasi BEM FTP 2016, 2017 dan Forkita
2016, 2017 yang menjadi penghibur penyusun (Meme, Erika,
Lina, Naomik, April) dan
28. Semua orang yang menyayangi dan mendukung penyusun dengan
tulus, Terimakasih atas segalanya 😊

Menyadari adanya keterbatasan pengetahuan, referensi dan


pengalaman, penyusun mengharapkan saran dan masukan demi lebih
baiknya Tugas Akhir ini. Harapan penyusun semoga Tugas Akhir ini
dapat bermanfaat bagi penyusun maupun semua pihak yang
membutuhkan.

Malang, 09 Desember 2019


Penyusun,

Tasya Syahfira

x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL..............................................................i
HALAMAN JUDUL................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..........Error! Bookmark not defined.
RIWAYAT HIDUP.................................................................iii
UCAPAN TERIMAKASIH.....................................................vi
PERNYATAAN KEASLIAN TA...........................................vii
RINGKASAN......................................................................viii
SUMMARY...........................................................................ix
KATA PENGANTAR.............................................................x
DAFTAR ISI........................................................................xiii
DAFTAR TABEL................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR..........................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................xviiii
DAFTAR SIMBOL..............................................................xix
I. PENDAHULUAN................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................4
1.5 Batasan Penelitian.....................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................5
2.1 Limbah Cair Tahu.....................................................................5

x
2.2 Nata de Soya...................................................................6
2.3 Kertas........................................................................................9
2.4 Selulosa dan Selulosa Mikrobial.............................................10
2.5 Bahan Aditif Pembuatan Kertas..............................................12
2.5.1 Tapioka..........................................................................13
2.5.2 Kaolin...........................................................................11
2.6 Sifat Fisik Kertas.....................................................................14
2.6.1 Kekuatan Tarik.....................................................................15
2.6.2 Gramatur.......................................................................16
2.6.3 Kecerahan......................................................................16
2.7 Penelitian Terdahulu...............................................................17
2.8 Hipotesa..................................................................................18
III. METODE PENELITIAN..................................................19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................19
3.2 Alat dan Bahan........................................................................21
3.2.1 Alat..................................................................................21
3.2.2 Bahan..............................................................................22
3.3 Metode Penelitian....................................................................22
3.4 Pelaksanan Penelitian..............................................................24
3.4.1 Pengambilan Limbah......................................................24
3.4.2 Pembuatan Nata de Soya.........................................24
3.4.3 Pembuatan Kertas...........................................................26
3.4.4 Pengujian Sampel...........................................................27
3.4.5 Analisa Data...................................................................28
3.5 Rancangan Percobaan..............................................................28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................29

x
4.1 Gramatur Kertas...........................................................29
4.2 Kekuatan Tarik Kertas............................................................32
4.3 Kecerahan Kertas....................................................................35
4.4 Kualitas Sensori Kertas...........................................................38
4.4.1 Warna..................................................................................38
4.4.2 Tekstur Permukaan..............................................................40
4.4.2.1 Tekstur Depan..........................................................40
4.4.2.2 Tekstur Belakang.....................................................42
4.4.3 Kenampakan Serat...............................................................44
4.4.4 Aroma..................................................................................46
4.4.5 Daya Terima Masyarakat.....................................................48
4.4.6 Jenis dan Rekomendasi Kertas............................................49
4.5 Rendemen Pulp.......................................................................50
4.6 Pemilihan Perlakuan Terbaik..................................................53
V. PENUTUP................................................................................55
5.1 Kesimpulan..............................................................................55
5.1 Saran.......................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA............................................................57

x
DAFTAR
Nomor Teks
Halaman

1 Alat Penelitian................................................................21
2 Bahan Penelitian............................................................22
3 Rancangan Percobaan Penelitian....................................23
4 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata - Rata Gramatur
Kertas.............................................................................30
5 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata – Rata Kuat Tarik
Kertas.............................................................................33
6 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata - Rata Kecerahan
Kertas.............................................................................36
7 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata – Rata Penlilaian
Preferensi Warna............................................................38
8 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata – Rata Penlilaian
Preferensi Tekstur Depan...............................................41
9 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata – Rata Penlilaian
Preferensi Tekstur Belakang...........................................43
10 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata – Rata Penlilaian
Preferensi Kenampakan Serat........................................45
11 Pengaruh Bahan Aditif terhadap Rata – Rata Penlilaian
Preferensi Aroma Kertas................................................47
12 Jenis Kertas....................................................................50
13 Pemilihan Perlakuan Terbaik.........................................53

x
DAFTAR

Nomor Teks Halaman

1 Laboraturium Teknik Sumber Daya Alam dan


Lingkungan....................................................................19
2 Industri Tahu..................................................................20
3 Diagram Alir Pembuatan Nata de Soya..........................25
4 Diagram Alir Pembuatan Kertas....................................27
5 Grafik Gramatur Kertas dengan Konsentrasi 0%, 2,5%,
5%..................................................................................31
6 Grafik Kuat Tarik Kertas dengan Konsentrasi 0%, 2,5%,
5%..................................................................................34
7 Grafik Kecerahan Kertas dengan Konsentrasi 0%, 2,5%,
5%..................................................................................37
8 Bubur Kertas dan Pulp Selulosa Mikrobial....................52

x
DAFTAR

Lampiran Teks Halaman

1 Rata – Rata nilai Gramatur, Kuat Tarik, Kecerahan


.............................................................................. 63
2 Data Penilaian Panelis...................................................65
3 Perhitungan SPSS Uji Gramatur...................................70
4 Perhitungan SPSS Uji Kuat Tarik.................................73
5 Perhitungan SPSS Uji Kecerahan..................................76
6 Hasil Uji Friedman Warna...........................................79
7 Hasil Uji Friedman Tekstur Depan..............................80
8 Hasil Uji Friedman Tekstur Belakang.........................81
9 Hasil Uji Friedman Kenampakan Serat.......................82
10 Hasil Uji Friedman Aroma..........................................83
11 Lembar Kuisioner Penilaian Panelis.............................84
12 Prosedur Pengujian.......................................................86
13 Gambar Produk Kertas..................................................88
14 Dokumentasi Pembuatan Kertas...................................90
15 Dokumentasi Uji Sensori..............................................93
16 Hasil Pengujian Kuat Tarik...........................................94
17 Hasil Pengujian Kecerahan...........................................95

xv
DAFTAR
Satuan Besaran Penjelasan
g Massa gram
g/m2 Gramatur gram/meter persegi
kgf/cm2 Kekuatan Tarik kilogramforce/centimeter
persegi
mL Volume mililiter
0C Suhu suhu
% Konsentrasi persen
%ISO Kecerahan persen ISO

x
BAB I

1.1 Latar Belakang

Industri tahu yang semakin tahun semakin meningkat seiring


dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia membuat banyaknya
pabrik tahu yang dengan mudah dapat ditemui disetiap daerah. Jumlah
industri tahu terhitung mencapai angka
15.000 industri. Banyaknya jumlah industri tahu meningkatkan
permintaan kedelai lebih dari 90 persen yang digunakan sebagai bahan
pangan olahan. Data yang diperoleh dari Kementrian Pertanian (2017),
mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang mengkonsumsi
tahu terbesar di dunia, konsumsi tahu di Indonesia mencapai 7,3
kg/kapita pada tahun 2016 dan di perkirakan akan terus meningkat
hingga 8,03 kg/kapita pada tahun 2019.
Menurut Pohan (2008), proses produksi tahu menghasilkan dua
jenis limbah yaitu limbah padat dan cair. Dua jenis limbah tersebut
yang memiliki potensi besar membuat lingkungan menjadi tercemar
yaitu limbah cair tahu. Limbah cair tahu cenderung dibuang langsung
ke badan air tanpa adanya pengolahan. Limbah padat tidak terlalu
berpotensi mencemari lingkungan karena dimanfaatkan sebagai pakan
ternak. Menurut Kaswinarni (2007), senyawa organik yang dimiliki
limbah cair tahu cukup tinggi akan mencemari lingkungan serta
membahayakan kesehatan manusia jika dibuang ke sungai tanpa
adanya proses pengolahan limbah. Limbah cair tahu mengandung zat-
zat karbohidrat, protein, lemak serta unsur hara yaitu Nitrogen (N),
Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Ferrum
(Fe). Limbah cair tahu berasal dari proses perendaman, pencucian
kedelai, pencucian peralatan dan proses produksi tahu, penyaringan
serta pengepresan atau pencetakan tahu. Limbah cair tahu
menghasilkan cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu atau air
dadih (whey).
Industri tahu di Indonesia didominasi oleh industri kecil yang
jarang memilki instalasi pengolahan limbah karena
mempertimbangkan biaya yang besar untuk membangun

1
instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Penanganan limbah
cair tahu yang belum maksimal dan sering dibuang begitu saja
mengakibatkan kerugian bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Kandungan limbah cair tahu yang langsung dibuang ke badan air dapat
menyebabkan penyakit dan bau busuk. Kandungan protein dan asam
amino yang cukup tinggi terdapat pada limbah cair tahu dapat
dimanfaatkan menjadi produk olahan pangan yaitu nata atau nata de
soya.
Menurut Haryaningsih (2017), nata de soya adalah nata yang
terbuat dari limbah cair tahu, berbentuk seperti agar dan berwarna
putih. Biomassa yang ada pada nata sebagian besar teridiri dari
selulosa. Selulosa yang terbentuk berupa benang- benang yang
bersamaan dengan polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan
yang menebal menjadi lapisan nata. Selulosa yang terbentuk dari
limbah cair tahu disebut selulosa mikrobial. Menurut Chawla et al.
(2009), selulosa mikrobial adalah suatu polisakarida yang diproduksi
oleh berbagai spesies bakteri, seperti dari Acetobacter,
Agrobacterium, Aerobacter, Achromobacter, Azotobacter,
Rhizobium, Sarcina, dan Salmonella. Kelebihan selulosa mikrobial
yaitu memiliki kemurnian yang lebih tinggi dan tingkat polimerisasi
dan indeks kristalinitas yang lebih tinggi serta memiliki kekuatan dan
daya tahan air yang sangat peka dibandingkan dengan selulosa
tanaman. Kelebihan selulosa mikrobial berpotensi menjadi bahan baku
yang sangat cocok untuk memproduksi speaker akustik dengan kualitas
tinggi, kertas berkualitas tinggi, dan makanan penutup. Menurut
Hardiyanti (2010), produktivitas selulosa mikrobial lebih tinggi
dibandingkan produktivitas selulosa kayu. Terbukti dari laju
pemanenan selulosa mikrobial yang hanya membutuhkan 5 – 7 hari
dibandingkan selulosa kayu yang membutuhkan waktu panen sekitar 4
– 6 tahun. Pemanfaatan selulosa mikrobial merupakan salah satu
alternatif untuk mengatasi kelemahan dalam penggunaan selulosa kayu
untuk produksi kertas (Hardiyanti, 2010). Harapannya dapat diperoleh
kertas dengan mutu yang sama dan produktivitas yang lebih baik serta
ramah terhadap lingkungan. Potensi yang menjanjikan dari
pemanfaatan limbah cair tahu menjadi latar belakang dalam penelitian
ini untuk dijadikan bahan baku pembuatan kertas.

2
Proses pembuatan kertas dari selulosa mikrobial menggunakan
penambahan bahan aditif. Bahan aditif berfungsi untuk bahan pengisi
(filler), bahan penguat (strength additives), bahan pendarihan (sizing
agent), pewarna, bahan penolong proses (processing aids), pencerah
(optical brightener) (Hardiyanti, 2010). Bahan aditif yang digunakan
pada penelitian ini adalah tapioka dan kaolin. Pemilihan tapioka
memiliki tujuan utama untuk meningkatkan ketahanan fisik kertas.
Menurut Hardiyanti (2010), tapioka digunakan untuk memperbaiki
ikatan antar serat sehingga dapat meningkatkan ketahanan tarik kertas
dan kemampuan cetak. Bahan aditif lainnya adalah kaolin,
penambahan kaolin bertujuan untuk meningkatkan opasitas cetak
karena kaolin menambah luas pantul cahaya meningkatkan derajat
putih serta memperbaiki kehalusan kertas.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana pengaruh bahan aditif tapioka dan kaolin terhadap
kertas berbahan baku nata de soya?
2. Bagaimana perbedaan antara kertas berbahan baku nata de
soya yang ditambah bahan aditif dengan yang tidak ditambah
bahan aditif ?
3. Bagaimana perbandingan hasil rendemen pulp antara selulosa
mikrobial dengan selulosa kayu dalam pembuatan kertas?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui pengaruh bahan aditif tapioka dan kaolin terhadap
kertas berbahan baku nata de soya
2. Mengetahui perbedaan antara kertas berbahan baku nata de
soya yang ditambah bahan aditif dengan yang tidak ditambah
bahan aditif
3. Mengetahui perbandingan hasil rendemen pulp selulosa
mikrobial dengan selulosa kayu dalam pembuatan kertas

3
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:


1. Bagi peneliti : Sebagai sarana melatih diri peneliti untuk
melakukan eksperimen dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama kuliah.
2. Bagi Akademis : Sebagai referensi dan inovasi baru untuk
akademisi yang ingin mempelajari bidang pemanfaatan limbah
cair tahu menjadi kertas dan sebagai informasi bahan
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat : Sebagai solusi dan informasi bagi
masyarakat mengenai pemanfaatan limbah cair tahu menjadi
kertas yang memiliki nilai ekonomis dan membantu
mengurangi limbah pada pabrik tahu.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :


1. Penelitian ini tidak membahas tentang fermentasi dalam proses
pembuatan nata de soya dan tidak membahas segi ekonomi
produksi nata de soya serta besar biaya yang dibutuhkan
2. Penelitian ini tidak membahas bagaimana proses terbentuknya
selulosa mikrobial
3. Penelitian ini difokuskan pada penambahan bahan aditif
tapioka dan kaolin untuk sifat fisik kertas
4. Penelitian ini dilakukan terbatas pada skala laboraturium

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Cair Tahu

Limbah cair tahu berasal dari proses perendaman, pencucian


kedelai, pencucian peralatan dan proses produksi tahu, penyaringan
serta pengepresan atau pencetakan tahu. Limbah cair tahu biasanya
menghasilkan cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu atau air
dadih (whey). Air limbah tahu memiliki kadar protein yang tinggi dan
dapat terurai secara cepat. Instalasi pengolahan limbah cair tahu masih
jarang ditemui dan pada umumnya limbah cair tahu dibuang langsung
tanpa ada pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau
busuk serta mencemari lingkungan (Kaswinarni, 2007)
Limbah cair tahu memiliki kandungan bahan-bahan organik yang
tinggi, rendahnya kandungan oksigen terlarut, bau busuk, dan pH yang
rendah, yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan dapat terjadi pada air, udara maupun tanah,
dan dapat mengakibatkan berbagai masalah terhadap sanitasi dan
kesehatan masyarakat. Limbah cair tahu yang dibuang langsung ke
badan air terhadap sungai dapat mengakibatkan masalah kesehatan dan
mengakibatkan perubahan pada tatanan ekosistem perairan dan
mengakibatkan matinya organisme aquatik (Azhari, 2015)
Pencemaran lingkungan terjadi salah satunya akibat dari
pembuangan limbah secara langsung ke sungai melalui saluran-
saluran. Pencemaran lingkungan yang timbul menyebabkan gangguan
serius yang biasanya berada diperairan sekitar industri tahu. Limbah
cair tahu memiliki karakteristik yang berbeda- beda tergantung
prosesnya. Nilai cemar air buangan pada proses pencucian dan
perendaman tidak begitu tinggi sehingga masih aman jika dibuang ke
perairan. Nilai cemar air buangan pada proses pemasakan memiliki
nilai cemar yang cukup tinggi sehingga harus dilakukan pengolahan
terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan (Kaswinarni, 2007).
Kehidupan biotik menjadi terganggu karena adanya pencemaran
bahan organik limbah industri tahu. Kandungan

5
bahan organik yang meningkat mengakibatkan kualitas air perairan
turun. Konsentrasi beban organik terlalu tinggi akan menjadikan
kondisi anaerobik yang menghasilkan produk dekomposisi berupa
amonia, karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida, dan metana.
Senyawa-senyawa tersebut sangat toksik bagi sebagian besar hewan
air, dan akan menimbulkan gangguan terhadap keindahan (gangguan
estetika) yang berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan bau.
Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun
terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena menghasilkan zat
beracun yang merugikan baik pada produk tahu sendiri ataupun tubuh
manusia. Air limbah yang dibiarkan akan berubah warnanya menjadi
cokelat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk akibat limbah cair
tahu dapat menyebabkan sakit pernapasan. Air limbah yang merembes
ke tanah yang dekat dengan sumur maka sumur tidak dapat
dimanfaakan lagi. Sungai yang sudah tercemari limbah cair tahu dan
masih digunakan akan menimbulkan gangguan kesehatan yang berupa
penyakit gatal, diare, kolera, radang usus dan penyakit lainnya,
khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor dan sanitasi
lingkungan yang tidak baik (Kaswinarni, 2007)

2.2 Nata de soya

Nata merupakan biomassa yang sebagian besar terdiri dari


selulosa, berbentuk seperti agar dan berwarna putih. Nata de soya
adalah nata yang terbuat dari limbah cair tahu, selain nata de soya
ada beberapa nata yang pernah dibuat seperti nata dari air kelapa
(nata de coco) dan dari sari buah nenas (nata de pina). Nata de soya
merupakan selulosa yang memiliki kandungan air sekitar 98 persen
dengan ciri - ciri tekstur kenyal, kokoh, putih, dan transparan dan
biasanya rasanya mirip dengan kolang- kaling. Lapisan nata terjadi
akibat adanya selulosa yang terbentuk berupa benang-benang yang
bersama - sama dengan polisakarida berlendir membentuk suatu
jalinan yang terus menebal. Nata de soya ini dapat digunakan sebagai
sumber makanan yang rendah kalori biasanya untuk keperluan diet
dan

6
mengandung serat yang sangat dibutuhkan dalam proses fisiologi
(Haryaningsih, 2017)
Menurut Novianti (2003), terbentuknya nata diakibatkan sel - sel
Acetobacter xylium menyedot glukosa dari larutan gula dan
menggabungkanya dengan asam lemak, membentuk suatu prekursor
pada jaringan sel bersama enzim mempolimerisasi glukosa menjadi
selulosa diluar sel. Proses terbentuknya pelikel (lapisan tipis nata)
mulai dapat dilihat dipermukaan media cair setelah 24 jam inkubasi,
bersamaan dengan terjadinya proses penjernihan cairan dibawahnya.
Jaringan halus yang transparan yang terbentuk dipermukaan membawa
sebagian bakteri yang terperangkap didalamnya. Gas karbon dioksida
yang dihasilkan secara lambat oleh Acetobacter xylinum mungkin
menyebabkan pengapungan nata, sehingga nata didorong
kepermukaan. Polisakarida bakteri yang dibentuk oleh enzim – enzim
Acetobacter xylinum berasal dari suatu prekursor yang berkaitan β
(1-4) yang tersusun dari komponen gula yaitu glukosa, manosa, ribose,
dan rhamnosa. Prekursor dalam pembentukan selulosa bakteri
Acetobacter xylinum ialah UDPG ( Urasil Difosfo Glukosa).
Aktivitas pembentukan nata hanya terjadi pada kisaran pH antara 3.5
– 7,5. Kualitas nata terbaik dan terbanyak mencapai pada pH 5,0 dan
5,5 dalam media dan pada suhu kamar. Pertumbuhan Acetobacter
xylinum dipengaruhi oleh faktor – faktor antara lain pH, suhu, sumber
nitrogen dan sumber karbon. Sumber karbon untuk pertumbuhan nata
dapat dapat digunakan berbagai jenis gula seperti glukosa, sukrosa,
fruktosa, ataupun maltose dan untuk mengatur pH pada nata
digunakan asam asetat glasial. Ammonium sulfat berperan sebagai
nutrisi untuk bakteri. Wadah fermentasi nata lebih baik digunakan
wadah yang berbentuk segi empat dan luas permukaan yang relatif
besar yang untuk mendapatkan hasil nata yang efesien dan efektif
serta mempertinggi rendemen lebih baik. Pertukaran oksigen dapat
berlangsung dengan baik ketika wadah fermentasi berbentuk segi
empat dan luas permukaan yang besar. Menurut Rizal (2013), untuk
menghasilkan massa nata yang kokoh, tebal, kenyal, putih, dan
tembus pandang perlu diperhatikan suhu inkubasi (fermentasi),
komposisi dan pH atau keasaman medium, selain itu penggunaan biang
(starter) juga penting.

7
Menurut Putri (2017), nata yang dihasilkan dari limbah cair tahu
(nata de soya) pada umumnya memiliki tekstur yang padat dan
berserat serta tebal. Ketebalan dari nata de soya ini terjadi karena
adanya pemberian konsentrasi starter Acetobacter xylinum 100 mL
sehingga menghasilkan ketebalan nata de soya yang cukup tinggi.
Semakin tebal nata de soya yang dihasilkan menyebabkan selulosa
yang terbentuk juga semakin tinggi. Selulosa yang terbentuk pada nata
disebabkan adanya aktivitas bakteri Acetobacter xylinum. Nata de
soya tergolong produk pangan yang bergizi tinggi terutama pada
kandungan karbohidrat, protein dan serat kasarnya. Data tersebut
membuktikan bahwa Acetobacter xylinum mampu mengubah limbah
cair tahu yang tidak bernilai menjadi suatu produk pangan yang
bernilai gizi tinggi. Nata de soya lebih cenderung berwarna putih
kekuningan karena pada dasarnya warna limbah cair tahu sebelum
diolah berwarna putih kekuningan. Aroma dan bau yang dihasilkan
dari nata de soya adalah aroma dan bau yang khas dari limbah cair
tahu dan aroma kedelai. Nata de soya memiliki rasa seperti nata
pada umumnya yaitu hambar atau tidak berasa sebelum direbus dengan
gula.
Menurut Khairul (2010), nata yang dihasilkan dari limbah cair
tahu memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Kandungan
protein yang dimiliki nata de soya mulai dari 21.3 gram sampai
26.8 gram. Data ini membuktikan limbah cair tahu memiliki peluang
memiliki untuk diolah menjadi produk baru yang banyak memiliki
kandungan protein cukup, bermanfaat, baik bagi produsen tahu
maupun masyarakat sekitar pabrik tahu serta lingkungan. Pemanfaatan
limbah cair tahu selama ini kurang optimal karena dianggap sebagai
produk sampingan yang tidak bermanfaat atau tidak bernilai ekonomi,
sehingga sering dibuang percuma ke lingkungan dan akhirnya
menimbulkan permasalahan baru bagi lingkungan. Peran pemerintah
dan para peneliti sangat dibutuhkan untuk memberdayakan
sumberdaya melimpah tersebut, salah satunya cara yang dapat
dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah cair tahu menjadi
produk yang memenuhi kebutuhan masyarakat sehari - hari. Starter
bakteri Acetobacter xylinum merupakan bakteri yang menghasilkan
serat-serat selulosa yang sangat halus. Serat –

8
serat selulosa akan membentuk suatu jaringan pada lapisan permukaan
antara udara dan cairan yang disebut pelikel atau lapisan nata. Pelikel
memiliki ketebalan kira-kira 10 mm bergantung pada masa
pertumbuhan mikroba atau starter bakteri yang digunakan. Pelikel-
pelikel terdiri atas pita-pita yang mengandung kristalin yang tinggi.
Menurut Azhari (2015), jumlah starter bakteri yang diberikan akan
berpengaruh terhadap berat nata de soya yang dihasilkan dalam
penelitian. Jumlah starter bakteri yang diberikan pada masing-masing
perlakuan harus sebanding dengan jumlah ketersediaan nutrisi pada
media tersebut, jika tidak seimbang akan mengganggu proses
pembentukan selulosa serta terjadi proses makan memakan antara
sesama bakteri (kanibal). Faktor lain yang mempengaruhi hasil yang
diperoleh mengenai berat nata de soya adalah adanya gas-gas yang
terperangkap pada saat proses fermentasi, seperti H 2S dan CH4, kondisi
ini akan mengganggu produksi optimal nata de soya oleh starter
bakteri Acetobacter xylinum. Tidak homogenan media juga menjadi
faktor yang mempengaruhi hasil pada nata sehingga nutrisi yang ada
pada masing-masing media berbeda-beda.

2.3 Kertas

Menurut ITPC (2015), kertas adalah barang yang berwujud


lembaran - lembaran tipis yang dihasilkan dengan kompresi serat yang
berasal dari pulp yang telah mengalami pengerjaan pengeringan,
dengan penambahan beberapa bahan tambahan yang saling menempel
dan saling menjalin, serat yang digunakan biasanya berupa serat alam
yang mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dibuat untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang sangat beragam. Kertas dikenal
sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan
banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya
kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan
ataupun toilet. Kertas dibedakan menjadi dua golongan, yaitu kertas
budaya dan kertas industri. Jenis kertas budaya adalah kertas- kertas
cetak dan kertas tulis, diantaranya adalah kertas kitab, buku, koran
dan kertas amplop. Jenis kertas industri adalah

9
kertas kantong kertas minyak, pembungkus buah-buahan, kertas
bangunan, kertas isolasi elektris, karton dan pembungkus sayur-
sayuran.

2.4 Selulosa dan Selulosa Mikrobial

Menurut Bahri (2015), selulosa (C6H10 O5)n merupakan polimer


berantai panjang polisakarida karbohidrat, dari beta- glukosa. Selulosa
adalah senyawa organik penyusun utama dinding sel dari tumbuhan.
Sifat dari selulosa yaitu berbentuk senyawa berserat, mempunyai
tegangan tarik yang tinggi, tidak larut dalam air dan pelarut organik.
Berdasarkan derajat polimerisasi (DP), selulosa dapat dibedakan atas
tiga jenis yaitu:
1. Selulosa α (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang,
tidak larut dalam larutan NaOH 17,5 persen atau larutan basa kuat
dengan DP (derajat polimerisasi) berkisar 600-1500. Selulosa α
dipakai sebagai penduga atau penentu tingkat kemurnian selulosa.
2. Selulosa β (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek,
larut dalam larutan NaOH 17,5 persen atau basa kuat dengan DP
berkisar 15-90, dan dapat mengendap bila dinetralkan.
3. Selulosa µ (Gamma cellulose) adalah selulosa berantai pendek,
larut dalam larutan NaOH 17,5 persen atau basa kuat dengan DP
kurang dari pada 15.
Menurut Hardiyanti (2010), selulosa mikrobial mempunyai
karakteristik yang unik dan relatif lebih unggul dari selulosa kayu
terutama tingkat kemurniaannya. Pada selulosa tanaman seperti kayu,
selulosa yang dihasilkan masih berikatan kuat dengan senyawa lignin
dan hemiselulosa. Persentase kandungan selulosa, lignin dan
hemiselulosa adalah 42, 16, dan 25 persen dari kayu lunak atau kayu
daun lebar. Selulosa terdiri dari selulosa α dan selulosa β. Selulosa
kayu dan selulosa mikrobial terdiri dari kedua selulosa tersebut, hanya
memiliki perbedaan komposisi. Selulosa kayu memiliki kandungan
selulosa α lebih tinggi yaitu sekitar 70 persen dan sisanya 30 persen
adalah selulosa β. Selulosa bakteri memiliki kandungan selulosa β lebih
besar yaitu sebanyak 60 persen. Denstitas selulosa α lebih besar

10
dari densitas selulosa β, maka densitas selulosa mikrobial lebih kecil
dibandingkan dengan selulosa kayu. Selulosa kayu terdapat lamela
atau ultrastruktur sel serat sedangkan selulosa mikrobial memiliki
ultrafine sel serat penyebab dari perbedaan ukuran serat. Ukuran serat
selulosa mikrobial lebih kecil 1/10 sampai 1/1000 dari ukuran serat
selulosa. Perbedaan lainnya adalah derajat polimerisasi. Derajat
polimerisasi selulosa kayu lebih konstan sedangkan derajat polimerasi
selulosa mikrobial akan naik secara linier tergantung masa
pertumbuhan organismenya. Perbedaan juga terletak pada derajat
kristalinitas bahan. Selulosa mikrobial lebih memiliki derajat
kristalinitas yang lebih tinggi dibandingkan selulosa tanaman (kayu).
Formula molekul selulosa mikrobial tidak sama dengan selulosa
tumbuhan, terdapat perbedaan pada ciri fisik dan kimianya. Selulosa
mikrobial lebih baik dari pada selulosa tanaman, selulosa mikrobiali
memiliki kemurnian yang lebih tinggi dan menunjukkan tingkat
polimerisasi dan indeks kristalinitas yang lebih tinggi dan memiliki
kekuatan dan daya tahan air yang sangat peka dibandingkan dengan
selulosa tanaman, sehingga dapat menjadi bahan baku yang sangat
cocok untuk memproduksi speaker akustik dengan kualitas tinggi,
kertas berkualitas tinggi, dan makanan penutup. Selulosa mikrobial
adalah suatu polisakarida yang diproduksi oleh berbagai spesies
bakteri, seperti dari Acetobacter, Agrobacterium, Aerobacter,
Achromobacter, Azotobacter, Rhizobium, Sarcina, dan
Salmonella. Produksi selulosa dari Accobacter xylinum pertama kali
dilaporkan pada tahun 1886 oleh A.J.Brown yang mengamati bahwa
sel-sel Acetobacter menghasilkan selulosa dari oksigen dan glukosa.
Proses terbentuknya selulosa mikrobial yaitu bakteri pertama kali
mengeluarkan zat berlendir homogen secara struktural setelah
beberapa saat, serat selulosa terbentuk. Bakteri Acetobacter xylinum
menghasilkan dua bentuk selulosa yaitu selulosa I, polimer seperti pita,
dan selulosa II, termodinamik lebih polimer dengan amorf yang stabil.
Selulosa mikrobial dapat digunakan sebagai makanan diet dan dapat
menghasilkan bahan-bahan baru untuk diafragma speaker kinerja
tinggi, pembalut medis dan kulit buatan (Chawla et al, 2009).

1
Menurut Hardiyanti (2010), bakteri Acetobacter xylinum dapat
mengubah 19 persen gula menjadi selulosa. Selulosa yang terbentuk
merupakan benang – benang yang bersama-sama dengan polisakarida
berlendir membentuk suatu lapisan tebal atau pelikel. Enzim yang
berperan pada biosintesis selulosa oleh bakteri adalah cellulose
synthase yang terdapat dalam membran sel bakteri polisakarida
bakteri yang dibentuk oleh enzim – enzim bakteri Acetobacter
xylinum. Sintesis selulosa dari glukosa dalam suspensi bakteri yang
berkembang biak merupakan pengaruh dari fungsi oksigen. Produksi
selulosa tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh nitrogen. Kecepatan
produksi selulosa dapat disebabkan karena konsentrasi sel pada
pertumbuhan kultur dalam zona permukaan yang diaerasi. Gas CO2
dihasilkan bersamaan dengan pertumbuhan kultur ditandai dengan
munculnya gas CO2 yang mengangkat jaringan ke permukaan.

2.5 Bahan Aditif Pembuatan Kertas

Menurut Nurlaily (2015), pembuatan kertas menggunakan bahan


aditif untuk memperbaiki sifat tertentu pada kertas seperti ketahanan
terhadap cairan, opasitas, warna, kepadatan dan kekuatan. Tapioka
adalah salah satu contoh bahan aditif yang berfungsi untuk
meningkatkan kekuatan kertas. Perekat kertas terbuat dari polimer,
baik alami maupun sintetis. Selain tapioka, bahan aditif lain yaitu
kaolin dan alum. Bahan aditif kaolin berfungsi untuk meningkatkan
opasitas cetak, meningkatkan derajat putih dan memperbaiki sifat
cetak. Alum berfungsi untuk membuat bahan aditif berikatan secara
efektif dengan serat.
Menurut Hardiyanti (2010), sifat kertas dapat diperbaiki dengan
melakukan penambahan bahan aditif. Bahan aditif berfungsi sebagai
bahan pengisi (filler), bahan penguat (strength additives), sizing
agent, pewarna, bahan penolong proses (processing aids), pencerah
(optical brightener), dan sebagainya. Bahan aditif diklasifikasikan
menjadi bahan aditif pemberi efek kualitas kertas dan bahan aditif
pembantu proses. Efek kualitas kertas dipengaruhi oleh penambahan
bahan aditifnya.

1
2.5.1 Tapioka

Menurut Rahman (2007), tepung tapioka merupakan salah satu


produk hasil olahan singkong yang banyak digunakan sebagai bahan
baku utama maupun bahan penolong dalam beberapa produk baik di
rumah tangga maupun industri. Pengunaan tapioka dalam industri
pangan misalnya pada produk kacang salut. Perbedaan mutu produk
industri pangan yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh sifat atau
karakteristik tepung tapioka yang digunakan. Tepung tapioka
merupakan pati yang diekstrak dari singkong. Tanaman singkong harus
dipertimbangkan usia atau kematangannya sebelum diekstrak menjadi
pati. Usia optimum yang telah ditemukan dari hasil percobaan terhadap
salah satu varietas singkong yang berasal dari jawa yaitu San Pedro
Preto adalah sekitar 18 - 20 bulan. Ketika umbi singkong dibiarkan di
tanah, jumlah pati akan meningkat sampai pada titik tertentu, lalu umbi
akan mejadi keras dan menyerupai kayu, sehingga umbi akan sulit
untuk ditangani ataupun diolah.
Menurut Hardiyanti (2010), proses pembuatan kertas yang
menambahkan bahan aditif tapioka dapat berfungsi sebagai sizer.
Tapioka ditambahkan sebelum pembentukan lembaran kertas. Tujuan
utama dalam penggunaan tapioka adalah untuk meningkatkan
ketahanan fisik kertas. Tapioka digunakan untuk memperbaiki ikatan
antar serat sehingga dapat meningkatkan ketahanan tarik kertas,
kemampuan cetak tetapi tidak meningkatkan ketahanan kertas dari air.
Kerugian yang ditimbulkan dengan pemakaian tapioka adalah
menurunnya opasitas cetak karena tapioka mengisi rongga-rongga
antar serat sehingga mengurangi luas pantul cahaya, menurunkan
derajat putih kertas karena tapioka yang tergelatinisasi lebih bersifat
transparan, dan kertas cenderung diserang oleh bakteri pengurai.
Pemakaian tapioka dalam pembuatan kertas berkisar antara 1,0- 5,0
persen dari berat pulp kering, tergantung pada jenis dan persentase
bahan penolong lainnya yang diberikan serta jenis pulp dan kertas yang
dihasilkan.

1
2.5.2 Kaolin

Menurut Siregar (2017), kaolin merupakan masa batuan yang


tersusun dari mineral lempung dengan kandungan besi yang rendah
dan berwarna putih atau agak keputihan, kaolin mempunyai komposisi
hidrous aluminium silikat (2H2OAl2O32Si2O2) dengan disertai
beberapa material penyerta. Cadangan kaolin di Indonesia sebesar
57.510.000 ton. Kaolin mempunyai mutu yang cukup baik sebagai
bahan keramik dan juga untuk bahan pengisi. Kaolin yang menjadi
peran untuk penambahan bahan pengisi bertujuan untuk meningkatkan
sifat fisik, memperbaiki karakteristik pengolahan tertentu dan
menurunkan biaya produksi produk.
Menurut Hardiyanti (2010), penambahan kaolin pada kertas
bertujuan untuk meningkatkan opasitas cetak dikarenakan kaolin
menambah luas pantul cahaya meningkatkan derajat putih serta
memperbaiki kehalusan kertas. Penambahan kaolin pada kertas yang
berasal dari serat yang kasar sangat baik untuk memperbaiki sifat cetak
karena molekul-molekul kaolin mengisi ruang antar serat. Adapun
kerugian dari penambahan kaolin akan menurunkan kekuatan kertas
karena kaolin dapat menurunkan ikatan antar serat.

2.6 Sifat Fisik Kertas

Menurut Nasution (2009), kertas adalah bahan yang tipis dan rata
yang dihasilkan dari penggilingan serat yang berasal dari pulp, serat
yang digunakan adalah serat alami yang berasal dari tumbuh –
tumbuhan, setelah melalui proses semua macam serat ataupun lebih
(paper mixture) dari sumber-sumber serat yang berbeda. Sumber serat
juga didapat dari mencampur kertas bekas dengan kertas bekas lainnya,
ataupun mecampur kertas bekas dengan serat yang baru (virgin fibre).
Adapun untuk mengetahui sifat – sifat fisik kertas, antara lain dengan
melakukan pengujian :

1
1. Gramatur adalah massa lembaran kertas dalam gram dibagi
dengan satuan luasnya (g/m2)
2. Kekuatan tarik kertas adalah daya tahan lembaran kertas terhadap
gaya tarik yang bekerja pada ujung kertas (kgf/m2)
3. Kecerahan dan warna adalah perbandingan intensitas cahaya biru
pada panjang gelombang 457 nm yang dipantulkan oleh
permukaan kertas dengan intensitas cahaya sejenis yang
dipantulkan oleh permukaan lapisan magnesium oksida pada
kondisi standar (sudut 450 dan sudut pantul 00)

2.6.1 Kekuatan Tarik

Menurut Siagan (2004), kekuatan tarik adalah gaya tarik atau gaya
tahan lembaran pulp/kertas terhadap gaya tarik yang bekerja pada
kedua ujungnya yang dinyatakan dalam kilogram gaya atau
kiloNewton per meter. Indeks tarik adalah ketahanan tarik lembaran
pulp/kertas dibagi gramatur, dinyatakan dalam Nm/g.
Menurut Nurminah (2002), perbedaan kekuatan tarik pada kertas
disebabkan karena adanya perbedaan panjang serat yang menyusun
kertas. Kekuatan tarik pada kertas sebanding dengan kuadrat akar rata-
rata perbandingan panjang serat dan berat. Perbedaan kekuatan tarik
pada kertas dapat disebabkan karena pengaruh perbedaan metoda
pembuatan kertas. Proses produksi kertas menggunakan mesin, serat-
serat atau fiber akan mengikuti arah mesin atau sering disebut juga MD
(machine direction). Nilai kekuatan tarik untuk machine direction
berbeda dengan TD/CD (transverse direction/cross machine
direction) atau yang melintang arah mesin. Nilai kekuatan tarik pada
machine direction lebih tinggi dibandingkan dengan kekuatan tarik
pada cross machine direction. Perbedaan tersebut dikarenakan
machine direction serat-serat atau fiber tersusun secara teratur dan
terkumpul dalam satu arah tarikan sehingga kekuatan yang dibutuhkan
untuk memutuskan kertas tersebut lebih besar. Cross machine
direction serat-serat fiber melintang terhadap arah tarikan, sehingga
kekuatan antar serat menjadi tidak terlalu kuat ketika ditarik.
Peningkatan kadar air dalam kertas akan

1
meningkatkan ketahanan tarik sampai pada titik keseimbangan
kelembaban kertas. Sifat dan kekuatan kertas dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satu faktor yang paling penting adalah
penambahan bahan pengisi dan sizing dalam pembentukan lembaran
kertas. Perbedaan kekuatan kertas yang disebabkan karena perbedaan
keseragaman susunan kertas. Kadar air kertas mempengaruhi
perpanjangan putus kertas. Kertas yang memiliki keseimbangan
kelembaban udara relatif kurang dari 30 persen maka kertas akan rapuh
dan kekuatan tarik akan menurun dibandingkan pada kelembaban
relatif 30 sampai 50 persen dan bila kadar air meningkat di atas
keseimbangan 50 persen kelembaban relatif maka akan menyebabkan
penurunan ikatan dan kekuatan tarik kertas.

2.6.2 Gramatur

Menurut Nurlaily (2015), Gramatur adalah nilai yang menunjukkan


bobot kertas per satuan luas kertas (g/m2). Pengambilan contoh dan
penimbangan dilakukan pada kondisi standar. Penimbangan gramatur
menggunakan neraca analitik, setelah ditimbang nilai gramatur
dihitung dengan persamaan (1) sebagai berikut :
Bobot contoh (g) 10.000 𝑐𝑚2
Gramatur (g/m2) = 𝑥 .............................(1)
100 𝑐𝑚2 1 𝑚2

Salah satu yang mempengaruhi sifat fisik pada kertas adalah


gramatur. Terutama sifat fisik kuat tarik dan sobek. Kertas yang
memiliki sisi yang tebal akan menghasilkan gramatur yang lebih
tinggi, bagian dari sisi yang tipis akan menghasilkan gramatur yang
lebih rendah.

2.6.3 Kecerahan

Menurut Diem (2013), kecerahan adalah perbandingan intensitas


cahaya biru pada panjang gelombang 457 nm yang dipantulkan oleh
permukaan kertas dengan intensitas cahaya sejenis yang dipantulkan
oleh permukaan lapisan magnesium

1
oksida pada kondisi standar (sudut 450 dan sudut pantul 00). Bila kertas
semakin putih maka tingkat kecerahannya semakin tinggi karena
intensitas cahaya yang dipantulkan oleh warna putih lebih tinggi
dibandingkan warna lain

2.7 Penelitian Terdahulu

Hardiyanti (2010), melakukan penelitian dengan judul “Kajian


Penggunaan Selulosa Mikrobial sebagai Bahan Baku Pembuatan
Kertas” tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh penambahan
bahan aditif pada kekuatan fisik kertas selulosa mikrobial yang
dihasilkan dan mengetahui besarnya peranan selulosa mikrobial
dalam mensubtitusi selulosa kayu sebagai bahan baku pembuatan
kertas dengan melakukan analisis konversi biomassa. Penelitian
Hardiyanti (2010), menggunakan bahan baku air kelapa yang
dijadikan Nata de coco sebagai mikrobial selulosanya. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap dua faktorial dan dua kali
ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan
aditif memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap gramatur dan
indeks tarik kertas, tetapi tidak menghasilkan perbedaan yang nyata
pada indeks sobek dan daya serap air kertas. Perlakuan yang
menghasilkan gramatur paling baik adalah pada perlakuan tapioka 2,5
persen dan kaolin 5 persen. Nilai indeks tarik yang paling baik
dihasilkan dari perlakuan tapioka 2,5 persen dan kaolin 5 persen.
Bahan aditif yang berpengaruh dalam memperbaiki kualitas kertas
(kekuatan fisiki) adalah tapioka 2,5 persen dan bahan aditif kaolin 5
persen memperbaiki penampakan kertas.
Perbedaan bahan baku pembuatan nata (selulosa mikrobial)
yaitu bahan baku yang digunakan dalam penelitan Hardiyanti (2010),
menggunakan air kelapa untuk pembuatan selulosa mikrobial,
sedangkan dalam penelitian ini menggunakan limbah cair tahu,
keuntungan yang didapatkan dalam pembuatan kertas menggunakan
bahan baku limbah cair tahu yaitu, mengurangi limbah cair di industri
tahu, meningkatkan nilai ekonomis untuk masyakarat sekitar, serta

1
pembuatan kertas dengan nata de soya lebih murah karena
menggunakan bahan baku yang tidak bernilai.

2.7 Hipotesa

Diduga semakin banyak bahan aditif yang ditambahkan dapat


menaikkan sifat ketahanan tarik dan gramatur kertas seni, dan
memperbaiki penampakan kertas. Kedua diduga bahwa kertas yang
tidak diberi bahan aditif akan menjadi kertas yang kurang baik.

1
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Teknik Sumberdaya


Alam dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang sebagai lokasi pembuatan kertas, lokasi berada di
7057’10.5” Lintang Selatan dan 112036’55.2” Lintang Timur, dapat
dilihat pada Gambar 3.1. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober
2019. Pengambilan sampel dilakukan di Industri tahu rumahan, Jalan
Gn Jati No. 20, Pandan Selatan, Pandan landung, Kec. Wagir, Malang,
Jawa Timur, Lokasi berada di 7098’37’’ Lintang Selatan dan
112059’29’’ Barat Timur dapat dilihat pada Gambar 3.2

Sumber : Google Earth Pro


Gambar 3.1 Laboraturium Teknik Sumber Daya Alam dan
Lingkungan

1
Sumber : Google Earth Pro
Gambar 3.2 Industri Tahu, Wagir, Malang

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat Penelitian


Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.1

3.2.1 Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada
Tabel 3.2

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian ini disusun dengan menggunakan metode


eksperimental laboratorik yaitu percobaan dalam skala laboraturium
yang dilakukan dengan tiga kali ulangan. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali
ulangan dan 9 perlakuan sehingga ada 27 kombinasi. Keterangannya
yaitu A = Tapioka, A0 = 0 persen, A1 = 2,5 persen, A2 = 5 persen dan
B = Kaolin, B0 = 0 persen , B1 = 2,5 persen, B2 = 5 persen
berat/volume (b/v) dari komposisi bahan baku Nata de soya 25
gram. Bahan

2
dilarutkan dalam 100 mL aquades. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap dikarenakan percobaan yang digunakan
homogen atau dianggap tidak ada faktor lain yang mempengaruhi
respon dari luar faktor yang diteliti. Rancangan percobaan dapat dilihat
pada Tabel 3.3

Tabel 3.1 Alat Penelitian


No. Alat Fungsi
1 Gelas Beaker Wadah limbah cair tahu
2 Kompor Bahan bakar untuk memanaskan
larutan

3 Panci Merebus limbah cair tahu


4 Pengaduk Menghomogenkan larutan
5 Stopwatch Mengukur waktu
6 Loyang Mencetak nata de soya
7 Timbangan Mengukur berat bahan
8 Gelas ukur Mengukur volume air
9 Blender Memecahkan atau menghaluskan
nata de soya

10 Screen T61 20 x 30 Mencetak kertas


cm

11 Midangan screen Mencetak kertas


12 Kain batis 20 x 20 cm Menyaring limbah tahu

13 Pisau Memotong nata de soya


14 Rakel ukuran 10 cm Mengepres bubur nata
15 Kaca 15 x 22 cm Sebagai wadah untuk pengeringan
kertas

16 Koran Menutup loyang


17 Jerigen Wadah limbah cair

2
Tabel 3.2 Bahan Penelitian
No. Bahan Fungsi
1 Limbah cair tahu Bahan baku kertas
2 Gula pasir Sumber nutrisi bakteri
3 Amonium Sulfat Sumber nutrisi bakteri
((NH4)2SO4)
4 Tapioka Rose brand Bahan aditif
5 Kaolin clay Bahan aditif
6 Acetobacter xylinum Bakteri fermentasi
7 Aquades Bahan pemutih nata de soya
8 Asam Asetat Sumber nutrisi bakteri

Tabel 3.3 Rancangan Percobaan Penelitian


Ulangan
1 2 3

Perlakuan B0 B1 B2 B0 B1 B2 B0 B1 B2

A0 A0B0 A0B1 A0B2 A0B0 A0B1 A0B2 A0B0 A0B1 A0B2

A1 A1B0 A1B1 A1B2 A1B0 A1B1 A1B2 A1B0 A1B1 A1B2

A2 A2B0 A2B1 A2B2 A2B0 A2B1 A2B2 A2B0 A2B1 A2B1

Keterangan :
A0B0 = Tapioka 0 persen + Kaolin 0 persen b/v+ Nata de soya
25gram
A0B1 = Tapioka 0 persen + Kaolin 2,5 persen b/v+ Nata de soya
25gram
A0B2 = Tapioka 0 persen + Kaolin 5 persen b/v + Nata de soya
25gram
A1B0 = Tapioka 2,5 persen + Kaolin 0 persen b/v + Nata de soya
25gram

2
A1B1 = Tapioka 2,5 persen + Kaolin 2,5 persen b/v + Nata de soya
25gram
A1B2 = Tapioka 2,5 persen + Kaolin 5 persen b/v + Nata de soya
25gram
A2B0 = Tapioka 5 persen + Kaolin 0 persen b/v + Nata de soya
25gram
A2B1 = Tapioka 5 persen + Kaolin 2,5 persen b/v + Nata de soya
25gram
A2B2 = Tapioka 5 persen + Kaolin 5 persen b/v + Nata de soya
25gram

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa tahap yaitu


pengambilan limbah cair, pembuatan nata de soya, pembuatan
kertas, pengujian sampel, analisis data.

3.4.1 Pengambilan Air Limbah


Limbah cair yang digunakan merupakan limbah cair tahu di
Industri tahu rumahan, Jalan Gn Jati No. 20, Pandan Selatan, Pandan
landung, Kec. Wagir, Malang, Jawa Timur, Lokasi berada di 7098’37’’
Lintang Selatan dan 112059’29’’ Lintang Timur. Limbah cair diambil
dari bak penampung air limbah, menggunakan jerigen. Kemudian
sampel dibawa ke laboratorium untuk dijadikan nata de soya.

3.4.2 Pembuatan Nata de soya


Metode pembuatan nata de soya ini mengacu pada komposisi
yang diberikan dari kementerian pertanian, badan penelitian dan
pengembangan pertanian (2013), dan ada sedikit modifikasi dalam
pembuatan nata de soya ini, yaitu komposisi dari badan penelitian
dan pengembangan pertanian yang menggunakan campuran air kelapa
dalam proses pembuatannya, pada pembuatan nata de soya ini
menggunakan murni limbah cair tahu. Adapun tahap pembuatan Nata
de soya adalah :

2
1. Persiapan media
Limbah cair tahu sebanyak satu liter disaring dengan kain saring
batis ukuran 20 x 20 cm dan dibersihkan dari kotoran. Kemudian
ditempatkan pada sebuah panci dan diberikan bahan tambahan untuk
memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri seperti gula sebanyak
25 gram, 2 gram amonium sulfat, dan 15 - 16 mL asam asetat. Setelah
itu dilakukan pengadukan
2. Rebusan
Limbah tahu yang sudah disaring dan ditambahkan bahan - bahan
kemudian direbus hingga mendidih selama 10 menit dengan suhu ±
100oC.
3. Pendinginan
Panci diangkat dari kompor, lalu masukan limbah tahu yang
sudah direbus ke wadah segi empat yang steril, setelah itu lakukan
pendinginan sampai medium bersuhu ±25oC.
4. Inokulasi
Tahap inokulasi dilakukan dengan teknik aseptis yaitu dengan
menambahkan Acetobacter xylinum sebanyak 100 mL pada medium
dan langsung dilakukan penutupan wadah dengan menggunakan kertas
koran dan diikat karet gelang, lalu disimpan pada suhu ruang ± 20 -
25oC. Diagram alir pembuatan nata de soya dapat dilihat pada
Gambar 3.3

2
Mulai

Limbah Cair Penyaringan dengan


kain saring batis ukuran
20 x 20 cm
Rebus Penambahan nutrisi
selama 10 (gula 25 gram, asam
menit dengan ± asetat 15 mL, amonium
100oC. sulfat 2 gram)

Pendinginan selama 60 menit dengan suhu ± 25oC


Penuangan limbah cair
tahu kewadah steril dan
ditutup dengan koran

Inokulasi Penambahan starter


Acetobacter xylinum
sebanyak 100 mL

Inkubasi (7-14 hari) dengan suhu ruang ± 20- 25oC

Nata De Soya

Selesai

Gambar 3.3 Diagram Alir Pembuatan Nata de Soya

2
3.4.3 Pembuatan Kertas

Adapun tahap pembuatan kertas dari nata de soya adalah sebagai


berikut:
1. Persiapan media
Nata de soya dibersihkan atau dilakukan pencucian
menggunakan air
2. Rebusan
Nata de soya yang sudah dilakukan pencucian selanjutnya
dipotong kecil-kecil kemudian direbus dengan aquades hingga jernih
dan berwarna putih
3. Pembuatan Pulp
Tahap pembuatan pulp ini dilakukan dengan cara memblender
sampai halus nata, setelah itu nata yang sudah halus diperas dengan
menggunakan kain saring batis hingga tidak ada air lagi, lalu
ditambahkan bahan aditif berupa tapioka dan kaolin sesuai perlakuan
yang dilarutkan dengan aquades 100 mL
4. Pencetakan
Pulp yang sudah terbentuk selanjutnya dicetak menggunakan
cetakan screen T61 ukuran 20 x 30 cm, mindangan screen dan
kaca dengan bantuan rakel untuk merapikan serat
5. Pengeringan
Dilakukan pengeringan untuk mengeringkan kertas sehingga
menjadi sebuah lembaran kertas yang berbahan baku limbah cair tahu
yang diolah menjadi nata de soya. Pengeringan dilakukan dengan
cara menggunakan oven yang bersuhu 400C selama 24 jam setelah itu
dikeluarkan dan dijemur dibawah sinar matahari. Diagram alir proses
pembuatan kertas dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan Dokumentasi
Pembuatan Kertas dapat dilihat pada Lampiran 14.

2
Mulai

Nata de soya

Rebusan Direbus dengan aquades 100 mL


hingga berwarna putih selama 10
menit sebanyak 4 kali
Dicuci

Blender nata hingga hancur dan


peras dengan kain batis lalu
dengan air hingga bersih
Pembuatan Pulp tambahkan bahan aditif

Pencetakan
Cetak dengan Screen T61 20 x
Kertas
30cm, midangan screen dan
kaca
Pengeringan

Dikeringkan dengan oven 400C


selama 24 jam dan sinar
matahari hingga kering
Kertas

Selesai

Gambar 3.4 Diagram Alir Pembuatan Kertas

2
3.4.4 Pengujian Sampel

Kertas yang diberikan perlakuan penambahan bahan aditif


tapioka dan kaolin akan diuji di laboraturium. Parameter yang diuji
meliputi kekuatan tarik kertas, gramatur, kecerahan. Sampel diambil
pada masing - masing perlakuan, untuk kekuatan tarik kertas,
gramatur, dan kecerahan diuji dengan alat penguji. Pengujian kuat tarik
menggunakan alat Brazilian Test, pengujian gramatur menggunakan
timbangan analitik dan pengujian kecerahan menggunakan
Colorimeter. Sampel diuji di laboraturium Daya dan Mesin
Keteknikan Pertanian, laboraturium Teknik Sumber Daya Alam dan
Lingkungan, dan laboraturium Agrokimia Teknik Industri Pertanian.
Prosedur dan hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 12,
Lampiran 16 dan Lampiran 17.

3.4.5 Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah diketahui nilai masing – masing


dari pengujian laboraturium dari kertas dan pengolahan data dengan
rancangan percobaan. Analisa data dilakukan untuk mengetahui
seberapa baik penambahan bahan aditif pada kertas. Berdasarkan
pengolahan data dapat dilakukan menggunakan metode rancangan
percobaan. Data yang didapatkan dari hasil uji laboratorium diolah
menggunakan software Statistical Package for the Social
Sciences (SPPS) 16.0 jika hasilnya berpengaruh nyata maka
dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey dengan tarif 5 %. Uji
perbandingan berganda Tukey atau BNJ (Beda Nyata Jujur) digunakan
untuk mencari nilai pembanding dalam menentukan nilai tengah
seluruh rata – rata perlakuan setelah uji (ANOVA). Data yang muncul
setelah uji lanjut Tukey atau BNJ (Beda Nyata Jujur) berupa rata –
rata perlakuan atau kelompok dengan notasi huruf.

2
3.5 Rancangan Percobaan

Metode penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah metode


eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor yang
diteliti yaitu penambahan bahan aditif tapioka dan kaolin. Dilakukan
pengujian sampel sebanyak 27 sampel kertas meliputi kekuatan tarik,
gramatur dan kecerahan.

2
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan memberikan pemaparan mengenai hasil


penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti. Hasil
penelitian disajikan dalam bentuk grafik dan tabel yang merupakan
rangkuman dari hasil penelitian. Grafik dan tabel tersebut ditampilkan
sesuai dengan jenis sub bahasan sehingga diharapkan dapat
memudahkan pembaca dalam memajami hasil penelitian ini.
Pembahasan yang tercakup dalam bab ini adalah : (1)
Gramatur kertas; (2) Kekuatan tarik kertas; (3) Kecerahan kertas;
(4) Kualitas sensori kertas; (5) Rendemen pulp; (6) Pemilihan
perlakuan terbaik. Urutan pembahasan ini disusun dengan tujuan agar
pembaca dapat lebih mudah memahami hasil dan pembahasan ini.

4.1 Gramatur Kertas

Gramatur merupakan perbandingan berat kertas (gram) dengan


luasan kertas (m2). Pengujian gramatur menghasilkan rata – rata
gramatur kertas antara 76,11 g/m2 hingga 163,05 g/m2. Rata – rata nilai
gramatur kertas dapat dilihat pada Lampiran 1. Lampiran
menunjukkan rata – rata gramatur yang paling tinggi adalah perlakuan
A2B2 yang mana perlakuan ini adalah penambahan bahan aditif tapioka
5 persen dan kaolin 5 persen, sedangkan gramatur yang paling rendah
adalah perlakuan A0B0 yang tidak ditambahkan bahan aditif apapun
yaitu murni nata de soya dengan pencampuran aquades 100mL. Data
yang didapatkan dari hasil pengujian gramatur kemudian diolah
dengan software Statistical Package for the Social Sciences
(SPSS) 16.0 untuk mengetahui hubungan penambahan bahan aditif
terhadap gramatur kertas. Tahap signifikasi yang digunakan pada
penelitian ini yaitu sebesar 0,05. Perlakuan dikatakan berbeda nyata
apabila memiliki nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05 dan tidak
berbeda nyata apabila memiliki nilai signifikasi lebih dari 0,05.
Perhitungan SPSS uji gramatur dapat dilihat pada Lampiran 3. Uji
lanjutan perlu dilakukan terhadap variabel independen yang memiliki
perbedaan nyata terhadap variabel

3
dependennya karena memiliki nilai signifikasi < 0,05. Pengaruh
interaksi antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Gramatur


Kertas
Perlakuan Rata - rata Notasi
Gramatur (g/m2)
A0B0 76,106 *) a
A0B1 84,406 ab
A0B2 87,020 ab
A1B0 109,95 bc
A1B1 114,71 bc
A1B2 122,45 c
A2B0 124,54 c
A2B1 125,88 c
A2B2 163,05 d
Sumber : Hasil Perhitungan, (2019)
Keterangan : BNJ = 32,381797
*) Bilangan rata – rata yang didampingi huruf yang
sama menyatakan tidak berbeda nyata (α = 0,05)

Tabel 4.1 menunjukkan kelompok mana yang berbeda atau tidak


memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok lainnya. Tabel
ini menunjukkan bahwa pada perlakuan A0B0 yang memiliki rerata
gramatur 76,106 dengan notasi a berbeda nyata terhadap perlakuan
A0B1, A0B2, dengan notasi ab, dan untuk perlakuan lainnya
menunjukkan bahwa berbeda nyata dengan notasi bc, c, dan d. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa adanya penambahan aditif dapat
meningkatkan dan memperkuat ikatan antar serat pada suspensi,
sehingga kemungkinan loss serat terbuang bersama air semakin kecil.
Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa penambahan aditif atau
bahan perekat juga akan menambah berat kertas serta gramaturnya.
Bahan aditif atau perekat mempunyai massa jenis apabila digunakan
sebagai bahan pengisi. Menurut Febrina, et al. (2017), menyatakan
bahwa gramatur pada sampel kertas tidak hanya dipengaruhi dari
massa bahan baku yaitu serat melainkan keberadaan perekat juga
sangat mempengaruhi. Grafik gramatur kertas pada

3
berbagai konsentrasi bahan aditif dan 25 gram nata de soya dapat
dilihat pada Gambar 4.1.

180,00
163,05
160,00
140,00 125,88 122,54 124,45
120,00 109,95 114,71
Gramatur

100,00 87,02
76,11 84,41
80,00
60,00 Rerata
40,00
20,00
0,00
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2
Perlakuan

Gambar 4.1 Grafik Gramatur Kertas dengan konsentrasi aditif 0%,


2,5 %, 5% b/v

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan kedua


bahan aditif tapioka 5 persen dan kaolin 5 persen menyebabkan
kenaikan nilai gramatur kertas, dibandingkan dengan penambahan
salah satu jenis bahan aditif dan tanpa bahan aditif. Jika dibandingan
dengan SNI kertas cetak A, maka kertas tersebut sudah memenuhi
standar dari syarat yang diberikan yaitu 50 – 100 g/m2. SNI kertas
cetak A dapat dilihat pada Lampiran 18. Semakin tinggi konsentrasi
bahan aditifnya semakin tinggi pula nilai gramaturnya. Peningkataan
dan penurunan nilai gramatur dipengaruhi oleh proporsi bahan baku
dan konsentrasi bahan aditif yang digunakan, serta proses pencetakan
antara partikel. Menurut Hardiyanti (2010), Penyebab dari konsistensi
nilai gramatur karena adanya akumulasi kedua bobot bahan tambahan
yang meningkatkan berat kertas. Penambahan tapioka cenderung
meningkatkan gramatur kertas karena meningkatkan daya ikatan antar
serat, kaolin juga sebagai

3
bahan anorganik yang berikatan pada permukaan serat selulosa mikrobial
juga menambah berat lembaran kertas yang terbentuk.

4.2 Kekuatan Tarik Kertas

Kuat tarik merupakan ketahanan terhadap gaya tarikan yang


dikenakan terhadap kertas. Pengujian kuat tarik kertas menghasilkan
rata – rata nilai ketahan tarik yang berkisar 0,159383 hingga 0,357500.
Rata – rata nilai kuat tarik kertas dapat dilihat pada Lampiran 1.
Lampiran menunjukkan rata – rata nilai kuat tarik yang paling tinggi
yaitu pada perlakuan A1B2 yang mana perlakuan ini adalah
penambahan tapioka 2,5 persen dan kaolin 5 persen dan yang paling
rendah adalah A0B1, yang mana perlakuan ini adalah kaolin 2,5 persen
tanpa adanya pencampuran tapioka. Data yang didapatkan dari hasil
pengujian kuat tarik diolah dengan software SPSS 16.0 untuk
mengetahui hubungan penambahan bahan aditif terhadap kuat tarik
kertas. Tahap signifikasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu
sebesar 0,05. Perlakuan dikatakan berbeda nyata apabila memiliki nilai
signifikasi lebih kecil dari 0,05 dan tidak berbeda nyata apabila
memiliki nilai signifikasi lebih dari 0,05. Perhitungan SPSS uji kuat
tarik dapat dilihat pada Lampiran 4. Uji lanjutan perlu dilakukan
terhadap variabel independen yang memiliki perbedaan nyata terhadap
variabel dependennya karena memiliki nilai signifikasi < 0,05.
Pengaruh interaksi antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

3
Tabel 4.2 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Kekuatan
Tarik Kertas
Perlakuan Rata- rata kuat tarik Notasi
(kgf/m2)
A0B0 0,348800 *) a
A0B1 0,0844 a
A0B2 0,240610 a
A1B0 0,233333 a
A1B1 0,224967 a
A1B2 0,357300 a
A2B0 0,253133 a
A2B1 0,356267 a
A2B2 0,295833 a
Sumber : Hasil Perhitungan, (2019)
Keterangan : BNJ = 0,2971028
*)Bilangan rata – rata yang didampingi huruf yang sama
menyatakan tidak berbeda nyata (α = 0,05)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata


terhadap perlakuan. Perlakuan satu hingga sembilan mendapatkan
notasi a. Hasil signifikasi 0,306 menunjukkan bahwa nilai signifikasi
lebih besar dari 0,05. Penambahan bahan aditif dan bahan baku yang
digunakan untuk membuat kertas tidak berpengaruh nyata pada kuat
tarik kertas. Menurut Dewi (2015), Penambahan bahan perekat pada
produksi kertas bertujuan memperkuat ikatan antar serat, serta
mengawetkan kertas sehingga diperoleh kertas yang berkualitas
dengan ketahanan tarik dan ketahanan sobek yang tinggi. Grafik
gramatur kertas pada berbagai konsentrasi bahan aditif dan 25 gram
nata de soya dapat dilihat pada Gambar 4.2.

3
0,4
0,3488 0,3573 0,3563
0,35
0,3 0,2958
Kuat Tarik (Kgf.cm-

0,24060,2333 0,2531
0,25 0,225
0,2
0,15 Rerata
0,1 0,0844
0,05
0
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2

Perlakuan
Gambar 4.2 Grafik Kuat Tarik Kertas dengan konsentrasi aditif 0
%, 2,5 %, 5% b/v

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan tapioka


2,5 persen dan kaolin 5 persen menyebabkan kenaikan nilai kuat tarik
pada kertas dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pengaruh
kenaikan dan penurunan kuat tarik kertas yaitu dari bahan baku kertas
tersebut dan bahan aditif yang ditambahkan. Serat dari selulosa
mikrobial yang halus. Menurut Hardiyanti (2010), kertas yang terbuat
dari serat halus memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Serat – serat halus
memiliki ikatan antar serat yang lebih tinggi sehingga serat lebih
kompak dan menyebabkan kekuatan tarik kertas tinggi. Selulosa
mikrobial terdiri dari serat – serat halus yang memiliki kristalinitas
tinggi dan kekompakan serat, maka dari itu kuat tarik yang diperoleh
relatif tinggi. Bahan aditif tapioka digunakan untuk memperbaiki
ikatan antar serat, sehingga dapat meningkatkan ketahanan tarik kertas,
dan kemampuan cetak kertas tetapi tidak meningkatkan ketahanan
kertas dari air, kaolin digunakanan untuk meningkatkan sifat fisik
kertas, meningkatkan opasitas cetak, tetapi dapat menurunkan
kekuatan kertas. Jika dilihat dari fungsi masing – masing bahan aditif
seharusnya penambahan bahan aditif tapioka yang tinggi dan kaolin
yang rendah mendapatkan

3
nilai tertinggi, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
ketidaksesuaian yaitu, pada alat pengujian, human error serta, proses
pengeringan yang tidak sempurna. Faktor lainnya yang mempengaruhi
kuat tarik kertas dikarenakan bahan aditif kurang terhomogenisasi pada
proses pencetakan sehingga berpengaruh terhadap ikatan antar serat.

4.3 Kecerahan Kertas

Derajat kecerahan kertas menyatakan banyaknya sinar yang


dipantulkan kembali oleh suatu bahan relatif terhadap bahan standar
yang dinyatakan dalam % ISO (Jepri, 2016). Pengujian kecerahan
menghasilkan rata -rata nilai kecerahan kertas berkisar 76,1833 hingga
91,4667. Rata – rata nilai kecerahan kertas dapat dilihat pada
Lampiran 1. Lampiran menunjukkan rata – rata kecerahan kertas
yang paling tinggi yaitu pada perlakuan A0B2 yang mana perlakuan ini
adalah penambahan aditif kaolin 5 persen tanpa adanya penambahan
tapioka dan yang paling rendah yaitu pada perlakuan A0B0 yang mana
perlakuan ini tidak diberikan bahan aditif apapun. Menurut Hardiyanti
(2010), Penambahan kaolin dimaksudkan untuk meningkatkan opasitas
cetak karena kaolin menambah luas pantul cahaya meningkatkan
derajat putih. Data yang didapatkan dari hasil pengujian kecerahan
kertas diolah dengan software SPSS 16.0 untuk mengetahui hubungan
penambahan bahan aditif terhadap kecerahan kertas. Tahap signifikasi
yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebesar 0,05. Perlakuan
dikatakan berbeda nyata apabila memiliki nilai signifikasi lebih kecil
dari 0,05 dan tidak berbeda nyata apabila memiliki nilai signifikasi
lebih dari 0,05. Perhitungan SPSS uji kecerahan dapat dilihat pada
Lampiran 5. Uji lanjutan perlu dilakukan terhadap variabel
independen yang memiliki perbedaan nyata terhadap variabel
dependennya karena memiliki nilai signifikasi < 0,05. Pengaruh
interaksi antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.3

3
Tabel 4.3 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Kecerahan
Kertas
Perlakuan Rerata Kecerahan Notasi
A0B0 76,1833 *) a
A0B1 90,5867 c
A0B2 91,4667 c
A1B0 82,6800 b
A1B1 88,7867 bc
A1B2 90,8333 c
A2B0 87,2300 bc
A2B1 90,3367 c
A2B2 89,9667 c
Sumber : Hasil Perhitungan (2019)
Keterangan : BNJ = 6,4180811
*) Bilangan rata – rata yang didampingi huruf yang
sama menyatakan tidak berbeda nyata (α = 0,05)

Tabel 4.3 menunjukkan kelompok mana yang berbeda atau


tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok lainnya.
Perlakuan A0B0 dengan notasi a memiliki perbedaan nyata dengan
perlakuan lainnya, perlakuan A1B0 notasi b, dengan perlakuan A1B1,
dan A2B0 dengan notasi bc memiliki perbedaan yang nyata dan
perlakuan A0B1, A0B2, A1B2, A2B1, A2B2, dengan notasi c tidak
memiliki perbedaan nyata.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa adanya penambahan
aditif mempengaruhi kecerahan pada kertas. Hasil analisis ini juga
menunjukkan bahwa penambahan aditif atau bahan perekat juga akan
menambah kecerahan kertas, serta bahan baku pembuatan kertas
sendiri mempengaruhi kecerahan kertas pada penelitian ini
menggunakan selulosa mikrobial yang memiliki warna putih setelah
dilakukan penetralan yaitu dengan merebus nata de soya dengan
aquades Menurut Roliadi, et al. (2013), derajat putih lembaran serat
meningkat dengan semakin besarnya porsi campuran pulp selulosa
mikrobial dan sebaliknya. Kondisi ini memperkuat indikasi
sebelumnya bahwa pulp selulosa mikrobial didominir oleh rantai
polimer selulosa (>90%) yang secara alami berwarna putih. Grafik
kecerahan kertas pada berbagai konsentrasi bahan aditif dan 25 gram
nata de soya dapat dilihat pada Gambar 4.3.

3
100
90,59 91,47 88,79 90,83 87,23 90,34 89,97
90
82,68
80 76,18
70
Kecerahan

60
50
40
Rerata
30
20
10
0
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2
Perlakuan

Gambar 4.3 Grafik Kecerahan Kertas dengan Konsentrasi Aditif 0


%, 2,5 %, 5%

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan ketiga


dengan komposisi bahan aditif tapioka 0 persen dan kaolin 5 persen
menyebabkan kenaikan nilai kecerahan kertas sebesar 91,47. Grafik
dari hasil pengujian masing – masing perlakuan kecerahan pada
penelitian ini memiliki rentang yang tidak berbeda jauh. Grafik hasil
pengujian ini juga menunjukkan bahwa kecerahan kertas yang
didapatkan sudah mendekati standar warna putih pada alat uji
colorimeter. Standar warna putih pada alat colorimeter adalah 92,24.
Perlakuan yang memiliki nilai paling rendah yaitu pada perlakuan
A0B0 yang mana perlakuan tersebut tidak ditambahkan bahan aditif
apapun, oleh sebab itu dapat diambil kesimpulan bahwa bahan aditif
dapat menambah kecerahan warna putih pada kertas. Menurut Roliadi,
et al. (2013), derajat putih juga meningkat akibat penggunaan bahan
aditif. Terdapat dugaan yaitu ada kaitannya dengan adanya kaolin atau
clay (sebagai pengisi yang bersifat banyak

3
memantulkan cahaya) dan pati tapioka yang alamiahnya berwarna
putih.

4.4 Kualitas Sensori Kertas

4.4.1 Warna

Data penilaian panelis terhadap warna dapat dilihat pada


Lampiran 2. Kertas yang terbuat dari selulosa mikrobial yaitu nata
de soya menunjukkan tingkat preferensi yang beragam. Rata - rata
skor preferensi warna terhadap kertas dari panelis berkisar antara 2,8
sampai 4,13. Rata - rata skor preferensi panelis menunjukkan bahwa
tingkat preferensi panelis terhadap kertas memiliki kualitas biasa
hingga suka dari segi warna. Data yang sudah didapatkan dari
penilaian panelis diolah menggunakan software SPSS 16.0 dengan
melakukan uji Friedman dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata - rata
urutan rangking penilaian panelis terhadap preferensi warna dapat
dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Penilaian


Preferensi Warna
Perlakuan Rata- rata Ranking Keterangan
Preferensi
Warna
A0B0 2,97 8 Tidak suka
A0B1 5,53 4 Sangat suka
A0B2 5,17 5 Sangat suka
A1B0 2,87 9 Tidak suka
A1B1 4,53 7 Suka
A1B2 6,53 2 Sangat suka
A2B0 5,67 3 Sangat suka
A2B1 5,14 6 Sangat suka
A2B2 6,60 1 Sangat suka
Sumber : Hasil Perhitungan, (2019)
Keterangan : (1=sangat tidak suka) (2=tidak suka) (3=biasa) (4=suka)
(5=sangat suka)

4
Berdasarkan hasil uji Friedman rata - rata ranking preferensi
warna dari penilaian panelis yang tertinggi yaitu pada kertas dengan
perlakuan A2B2 dan yang terendah yaitu A1B0. Perlakuan dengan kode
A2B2 yaitu perlakuan yang ditambahkan tapioka sebanyak 5 persen dan
kaolin 5 persen, sedangkan perlakuan dengan kode A1B0 yaitu
perlakuan tapioka 5 persen dan kaolin
0 persen. Tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok kertas yang
panelis tidak suka terhadap warnanya yaitu ada dua karena warna yang
dihasilkan dari kertas tersebut yaitu kecoklatan akibat dari tidak diberi
dan sedikit diberi atau ditambahkan bahan aditif. Beberapa panelis
menilai bahwa produk kertas ini mempunyai nilai yang lebih menarik
dari kertas biasa walaupun dengan jenis warna dari selulosa mikrobial.
Kertas yang dihasilkan memiliki warna yang berbeda – beda pada
setiap perlakuannya, kertas dengan pemberian aditif rendah lebih
cederung coklat keputihan, sedangkan kertas dengan pemberian aditif
tinggi lebih cenderung berwarna putih. Selain itu, bukan hanya bahan
aditif saja yang mempengaruhi warna kertas, bahan baku pembuatan
kertas sendiri yaitu nata de soya juga yang sudah dimurnikan sangat
mempengaruhi warna pada kertas. Menurut Syamsu (2012), Selulosa
mikrobial yang dihasilkan memiliki nilai kadar air yang tinggi yaitu 98
%. Pemurnian dan penetralan selulosa mikrobial dapat menghasilkan
lembaran dengan warna yang relatif putih (tidak membutuhkan proses
bleaching).
Hasil uji Friedman terhadap warna pada kertas dapat dilihat pada
Lampiran 6. menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig < 0,05. Asymp.
Sig yang diperoleh yaitu 0,000, maka diambil kesimpulan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain terdapat perbedaan rata –
rata preferensi warna pada kertas dari setiap perlakuan. Berdasarkan
hasil uji Friedman warna pada Lampiran
6. Diketahui nilai Chi-Square Hitung sebesar 38,703 dan Chi – Square
Tabel adalah 15,507, maka dapat diambil kesimpulan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain ada perbedaan rata – rata
preferensi warna pada kertas dari setiap perlakuan. Beberapa panelis
mengatakan bahwa preferensi warna kertas ini dilihat dari fungsi kertas
tersebut akan menjadi apa, panelis juga mengatakan bahwa kertas yang
berwarna putih merupakan kertas yang baik digunakan sebagai
kertas cetak

4
seperti F4 dan sebagainya. Panelis lebih suka warna kertas yang lebih
cerah atau terang. Kertas yang berwarna cerah diakibatkan oleh
penambahan aditif yang diberikan serta proses penjemuran kertas
dengan sinar matahari. Menurut Pertiwi (2019), pengaruh bahan baku
dan perekat yaitu tepung tapioka memiliki warna yang paling menarik.
Kondisi itu karena warnanya lebih cerah dan terang. Perubahan warna
juga disebabkan oleh pengaruh waktu penjemuran yang tidak merata.
Penjemuran di pagi, siang, dan sore akan memiliki suhu pengeringan
yang berbeda-beda. Selain itu durasi yang terlalu lama juga dapat
mempengaruhi perubahan warna kertas. Jika terlalu lama waktu
penjemuran, maka warna kertas akan semakin gelap atau pekat.
Penjemuran menggunakan sinar matahari berpengaruh terhadap
stabilitas warna.

4.4.2 Tekstur Permukaan

4.4.2.1 Tekstur Depan

Data penilaian panelis terhadap terksur permukaan dapat dilihat


pada Lampiran 2. Kertas yang dihasilkan dari bahan baku limbah cair
tahu ini memiliki tingkat preferensi yang beragam. Rerata skor
preferensi panelis terhadap tekstur permukan depan pada kertas antara
3,2 sampai 4,3. Kondisi ini menunjukkan bahwa panelis menilai kertas
tersebut memiliki kualitas biasa hingga suka dari segi tekstur
permukaan depan kertas. Teksur depan ini memiliki tekstur yang halus,
dan lebih rapi dibanding tekstur belakang, tetapi saat ditulis
menggunakan tinta harus menunggu beberapa detik agar tinta tidak
mencair. Data yang sudah didapatkan dari penilaian panelis diolah
menggunakan software SPSS 16.0 dengan melakukan uji Friedman
dapat dilihat pada Lampiran 7. Rata - rata urutan rangking penilaian
panelis terhadap preferensi permukaan tekstur depan dapat dilihat pada
Tabel 4.5

4
Tabel 4.5 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Penilaian
Preferensi Tekstur Depan
Perlakuan Rata- rata Ranking Keterangan
Preferensi
Tekstur
Depan
A0B0 3,77 8 Biasa
A0B1 4,83 5 Suka
A0B2 3,93 6 Biasa
A1B0 3,73 9 Biasa
A1B1 3.87 7 Biasa
A1B2 6,40 2 Sangat suka
A2B0 6,27 3 Sangat suka
A2B1 5,13 4 Sangat suka
A2B2 7,07 1 Sangat suka
Sumber : Hasil Perhitungan, (2019)
Keterangan : (1=sangat tidak suka) (2=tidak suka) (3=biasa) (4=suka)
(5=sangat suka)

Berdasarkan hasil uji Friedman rerata ranking preferensi tekstur


depan pada panelis tertinggi yaitu pada kertas dengan perlakuan A2B2
dan yang terendah yaitu A1B0. Perlakuan dengan kode A2B2 yaitu
perlakuan yang ditambahkan tapioka sebanyak 5 persen dan kaolin 5
persen, sedangkan perlakuan dengan kode A1B0 yaitu penambahan
tapioka 2,5 persen dan kaolin 0 persen. Tekstur permukaan depan
kertas ini dipengaruhi oleh serat yang dimiliki dari selulosa mikrobial
serta bahan aditif yang mempunyai daya rekat kuat sehingga
menghasilkan tekstur permukaan yang teratur dan padat. Selain serat
dan bahan aditif, cetakan juga mempengaruhi tekstur. Cetakan yang
digunakan yaitu screen T61 dengan ukuran 20 x 30 cm dan sebagai
wadah dari bubur kertasnya yaitu kaca, pada tekstur depan ini bubur
kertas yang menempel dikaca tidak langsung terkena sinar matahari
pada pengeringannya, sehingga tekstur depan ini lebih halus dan mulus
karena langsung menempel pada kaca, tetapi kekurangan dari tekstur
depan ini pada saat proses pembukaan kertasnya ada beberapa kertas
yang sangat lengket dengan kaca sehingga harus membutuhkan pisau
untuk membukanya dan dapat merusak kertas jika tidak berhati – hati
saat membuka. Menurut

4
Pratiwi, (2015), Tekstur permukaan sangat dipengaruhi oleh teknik
pencetakan dan ukuran serat. Ukuran serat pendek akan menghasilkan
tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan serat yang panjang.
Hasil uji Friedman terhadap tekstur depan pada kertas dapat dilihat
pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig < 0,05.
Asymp. Sig yang diperoleh yaitu 0,000, maka diambil kesimpulan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain terdapat
perbedaan rata – rata preferensi tekstur depan pada kertas dari setiap
perlakuan. Berdasarkan hasil uji Friedman tekstur depan pada
Lampiran 7. Diketahui nilai Chi-Square Hitung sebesar 38,307 dan
Chi – Square Tabel adalah 15,507, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain ada perbedaan
rata – rata preferensi tekstur depan pada kertas dari setiap perlakuan.
Pengambilan kesimpulan bahwa penambahan aditif yang lebih tinggi
dapat meningkatkan kualitas tekstur permukaan pada kertas.

4.4.2.2 Tekstur Belakang

Data penilaian panelis terhadap terksur permukaan dapat dilihat


pada Lampiran 2. Kertas yang dihasilkan dari bahan baku limbah cair
tahu ini memiliki tingkat preferensi yang beragam. Rata - rata skor
preferensi panelis terhadap tekstur permukaan belakang pada kertas
antara 3,2 sampai 4,4. Kondisi ini menunjukkan bahwa panelis menilai
kertas tersebut memiliki kualitas biasa hingga suka dari segi tekstur
permukaan belakang kertas. Tekstur belakang ini jika dirasakan oleh
tangan memiliki teksur yang kasar dan jika ditulis tinta tidak mudah
mencair. Beberapa panelis mengatakan bahwa kertas yang bertekstur
kasar lebih disukai, selain bagus digunakan untuk menulis dan tinta
tidak mudah mencair dikertas. Data yang sudah didapatkan dari
penilaian panelis diolah menggunakan software SPSS 16.0 dengan
melakukan uji Friedman dapat dilihat pada Lampiran 8. Rata - rata
urutan rangking penilaian panelis terhadap preferensi permukaan
tekstur belakang dapat dilihat pada Tabel 4.6

4
Tabel 4.6 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Penilaian
Preferensi Tekstur Belakang
Perlakuan Rata- rata Ranking Keterangan
Preferensi
Tekstur
Belakang
A0B0 4.47 6 Suka
A0B1 4.60 5 Suka
A0B2 3.43 9 Biasa
A1B0 4.10 7 Suka
A1B1 3.90 8 Biasa
A1B2 6.63 2 Sangat suka
A2B0 5.73 3 Sangat suka
A2B1 4.90 4 Suka
A2B2 7.23 1 Sangat suka
Sumber : Hasil Perhitungan, (2019)
Keterangan : (1=sangat tidak suka) (2=tidak suka) (3=biasa) (4=suka)
(5=sangat suka)

Berdasarkan hasil uji Friedman rerata ranking preferensi tekstur


belakang pada panelis tertinggi yaitu pada kertas dengan perlakuan
A2B2 dan yang terendah yaitu A 2B0. Perlakuan dengan kode A2B2 yaitu
perlakuan yang ditambahkan tapioka sebanyak 5 persen dan kaolin 5
persen, sedangkan perlakuan dengan kode A1B0 yaitu penambahan
tapioka 5 persen. Tekstur permukaan belakang kertas ini dipengaruhi
oleh serat yang dimiliki dari selulosa mikrobial serta bahan aditif yang
mempunyai daya rekat kuat sehingga menghasilkan tekstur permukaan
yang teratur dan padat. Selain serat dan bahan aditif, cetakan juga
mempengaruhi tekstur. Cetakan yang digunakan yaitu screen T61
ukuran 20 x 30 cm dan sebagai wadah dari bubur kertasnya yaitu kaca,
pada tekstur belakang ini bubur kertas tidak menempel dikaca dan
langsung terkena sinar matahari pada pengeringannya, sehingga tekstur
belakang ini lebih kasar dan tidak mulus karena tidak ada tutupan pada
kaca, sehingga dapat menyebabkan kontaminan dari banyak kondisi,
seperti adanya binatang yang menempel, adanya tetesan air, dan
sebagainya.
Menurut Pertiwi (2019), Proses pembuatan kertas secara manual
yaitu menggunakan screen, menghasilkan kertas yang

4
kurang rata berbeda dengan kertas dipasaran yang memiliki tekstur rata
dibuat dengan metode pengepresan. Waktu penggilingan dan
pengeringan juga mempengaruhi tekstur kertas. Semakin lama waktu
yang digunakan saat penggilingan menyebabkan pulp lebih homogen
sehingga tekstur yang nampak menjadi lebih halus dibandingkan
digiling dengan waktu yang sebentar.
Hasil uji Friedman terhadap tekstur belakang pada kertas dapat
dilihat pada Lampiran 8 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig <
0,05. Asymp. Sig yang diperoleh yaitu 0,000, maka diambil
kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain
terdapat perbedaan rata – rata preferensi tekstur belakang pada kertas
dari setiap perlakuan. Berdasarkan hasil uji Friedman tekstur belakang
pada Lampiran 8. Diketahui nilai Chi-Square Hitung sebesar 32,897
dan Chi – Square Tabel adalah 15,507, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain ada perbedaan
rata – rata preferensi tekstur belakang pada kertas dari setiap
perlakuan.

4.4.3 Kenampakan Serat

Data penilaian panelis terhadap kenampakan serat dapat dilihat


pada Lampiran 2. Kertas yang dihasilkan dari bahan baku limbah cair
tahu ini memiliki tingkat preferensi yang beragam. Rata - rata skor
preferensi panelis terhadap kenampakan serat pada kertas antara 2,86
sampai 4. Kondisi ini menunjukkan bahwa panelis menilai kertas
tersebut memiliki kualitas biasa hingga suka dari segi kenampakan
serat pada kertas. Beberapa panelis mengatakan bahwa kertas yang
memiliki serat yang tampak lebih unik dan bagus jika dijadikan kertas
dibanding kertas yang seratnya tidak tampak. Data yang sudah
didapatkan dari penilaian panelis diolah menggunakan software SPSS
16.0 dengan melakukan uji Friedman dapat dilihat pada Lampiran 9.
Rata - rata urutan rangking penilaian panelis terhadap preferensi
kenampakan serat dapat dilihat pada Tabel 4.7

4
Tabel 4.7 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Penilaian
Preferensi Kenampakan serat
Perlakuan Rata- rata Ranking Keterangan
Preferensi
Kenampakan
Serat
A0B0 5.17 4 Suka
A0B1 4.47 7 Sangat Suka
A0B2 3.83 8 Biasa
A1B0 4.63 6 Suka
A1B1 3.43 9 Biasa
A1B2 6.20 2 Sangat suka
A2B0 6.23 1 Sangat suka
A2B1 4.93 5 Suka
A2B2 6.10 3 Sangat suka
Sumber : Hasil Perhitungan, (2019)
Keterangan : (1=sangat tidak suka) (2=tidak suka) (3=biasa) (4=suka)
(5=sangat suka)

Berdasarkan hasil uji Friedman rata - rata ranking preferensi


kenampakan serat pada panelis tertinggi yaitu pada kertas dengan
perlakuan A2B0 dan yang terendah yaitu A1B1. Perlakuan dengan kode
A2B0 yaitu perlakuan yang ditambahkan tapioka sebanyak 5 persen,
sedangkan perlakuan dengan kode A 1B1 yaitu penambahan tapioka 2,5
persen dan kaolin 2,5 persen. Kenampakan serat pada kertas
dipengaruhi pada saat pemurnian nata de soya, selain itu juga
dipengaruhi oleh proses penghalusan nata de soya. Selulosa
mikrobial yang ketika diblender belum halus sempurna maka akan
menghasilkan serat yang sangat jelas dan tidak beraturan ketika
dicetak. Menurut Pratiwi (2015), Kenampakan serat pada kertas
dipengaruhi oleh bahan perebus selulosanya yang berperan dalam
pemisahan dan pemutusan serat. Waktu perebusan juga berpengaruh
terhadap kenampakan serat. Waktu perebusan yang terlalu lama akan
merusak selulosa sehingga serat-serat selulosa menjadi tidak tampak.
Penelitian Pertiwi (2019) mengatakan bahwa apabila bahan pemasak
yang digunakan terlalu banyak akan memutuskan serat - serat pada
bahan, sehingga serat semakin pendek dan menghasilkan kertas yang
halus (serat tidak

4
tampak), tetapi kertas akan mudah rapuh. Perbedaan dari bahan
pemasak yang digunakan sedikit maka kenampakan seratnya terlihat
sangat jelas dan bertekstur kasar.
Hasil uji Friedman terhadap kenampakan serat pada kertas dapat
dilihat pada Lampiran 9 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig <
0,05. Asymp. Sig yang diperoleh yaitu 0,006, maka diambil
kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain
terdapat perbedaan rata – rata preferensi kenampakan serat pada kertas
dari setiap perlakuan. Berdasarkan hasil uji Friedman kenampakan
serat pada Lampiran 9. Diketahui nilai Chi-Square Hitung sebesar
21,437 dan Chi – Square Tabel adalah 15,507, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain
ada perbedaan rata – rata preferensi kenampakan serat pada kertas dari
setiap perlakuan.

4.4.4 Aroma

Data penilaian panelis terhadap aroma kertas dapat dilihat pada


Lampiran 2. Kertas yang dihasilkan dari bahan baku limbah cair tahu
ini memiliki tingkat preferensi yang beragam. Rerata skor preferensi
panelis terhadap aroma pada kertas antara 2,7 sampai 3,4. Kondisi ini
menunjukkan bahwa panelis menilai kertas tersebut memiliki kualitas
biasa hingga suka dari segi aroma pada kertas. Beberapa panelis
mengatakan bahwa kertas yang tidak ditambahkan bahan aditif
memiliki aroma yang khas seperti aroma asam tetapi tidak bau. Data
yang sudah didapatkan dari penilaian panelis diolah menggunakan
software SPSS 16.0 dengan melakukan uji Friedman dapat dilihat
pada Lampiran 10. Rata - rata urutan rangking penilaian panelis
terhadap preferensi aroma dapat dilihat pada Tabel 4.8

4
Tabel 4.8 Pengaruh Bahan Aditif Terhadap Rata – Rata Penilaian
Preferensi Aroma Kertas
Perlakuan Rata- rata Ranking Keterangan
Preferensi
Aroma
A0B0 3.93 9 Biasa
A0B1 4.83 6 Suka
A0B2 4.80 7 Suka
A1B0 5.37 3 Sangat Suka
A1B1 5.33 4 Sangat Suka
A1B2 5.30 5 Sangat suka
A2B0 4.37 8 Suka
A2B1 5.50 2 Sangat Suka
A2B2 5.57 1 Sangat suka
Sumber : Hasil Perhitungan, (2019)
Keterangan : (1=sangat tidak suka) (2=tidak suka) (3=biasa) (4=suka)
(5=sangat suka)

Berdasarkan hasil uji Friedman rerata ranking preferensi aroma


pada panelis tertinggi yaitu pada kertas dengan perlakuan A2B2 dan
yang terendah yaitu A0B0. Perlakuan dengan kode A2B2 yaitu perlakuan
yang ditambahkan tapioka sebanyak 5 persen dan kaolin 5 persen,
sedangkan perlakuan dengan kode A 0B0 yaitu tidak ada penambahan.
Aroma kertas dipengaruhi oleh bahan baku dari kertas tersebut serta
pengeringan yang baik. Beberapa panelis mengatakan bahwa kertas
yang tidak diberikan atau sedikit diberikan bahan aditif memiliki
aroma yang cenderung masam, sedangkan yang penambahan aditifnya
lebih tinggi tidak memilki aroma apapun atau netral. Penilaian panelis
bahwa mereka menyukai kertas yang tidak memiliki aroma yang asam.
Aroma pada kertas ini dipengaruhi oleh bahan baku, pemasakan, bahan
aditif dan pengeringan kertas tersebut. Pemasakan atau perebusan nata
de soya yang berulang – ulang dan lebih lama akan menghasilkan
kertas yang tidak cenderung beraroma asam, serta penambahan aditif
yang semakin banyak menghasilkan kertas yang tidak berbau dan
proses pengeringan yang langsung terpapar sinar matahari akan
menghasilkan kertas

4
yang memiliki aroma garing tidak beraroma asam. Menurut Atmaka
(2016), Pemberian bahan aditif atau bahan tambahan akan
mempengaruhi aroma dari kertas dan meningkatkan preferensi pada
panelis ketika kertas tersebut memiliki aroma yang wangi ataupun
tidak berbau.
Hasil uji Friedman terhadap aroma pada kertas dapat dilihat
pada Lampiran 10 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig
< 0,05. Asymp. Sig yang diperoleh yaitu 0,165 maka diambil
kesimpulan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak atau dengan kata lain
tidak terdapat perbedaan rata – rata preferensi aroma pada kertas dari
setiap perlakuan. Berdasarkan hasil uji Friedman aroma pada
Lampiran 10. Diketahui nilai Chi-Square Hitung sebesar 11,705 dan
Chi – Square Tabel adalah 15,507, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa H0 diterima dan Ha ditolak atau dengan kata lain tidak ada
perbedaan rata – rata preferensi aroma pada kertas dari setiap
perlakuan. Pengambilan kesimpulan bahwa penambahan aditif yang
lebih rendah maupun yang tinggi tidak memberikan pengaruh dari segi
aroma.

4.4.5 Daya Terima Masyarakat

Hasil uji sensori dari 15 panelis yang berasal dari mahasiswa


Universitas Brawijaya yang diambil secara acak, menunjukkan tingkat
preferensi yang bervariasi. Beberapa panelis mengatakan bahwa
preferensi terhadap kertas dilihat dari selera dan fungsi dari kertas
tersebut. Lembar kuisioner penilaian panelis dapat dilihat pada
Lampiran 11. Kertas yang paling disukai yaitu pada perlakuan
dengan kode kertas A2B2, dengan komposisi nata de soya sebanyak
25 gram dan penambahan tapioka 5 persen dan kaolin 5 persen. Bagian
nilai terendah yaitu pada perlakuan dengan kode kertas A1B0, dengan
komposisi nata de soya sebanyak 25 gram dan penambahan tapioka
2,5 persen dan kaolin 2,5 persen. Untuk kategori perlakuan lainnya
juga masuk dalam rentang biasa sampai dengan sangat suka. Uji
sensori yang dilakukan yaitu warna, tekstur depan, tekstur belakang,
kenampakan serat dan aroma. Warna kertas yang paling disukai oleh
panelis yaitu warna kertas yang putih dan cerah, tekstur depan yang
halus menjadi preferensi bagi panelis,

5
tekstur belakang yang kasar juga menjadi preferensi bagi panelis
karena beberapa panelis mengatakan bahwa tekstur kasar pada kertas
lebih mudah untuk ditulis, kenampakan serat yang terlihat sangat
disukai karena beberapa panelis mengatakan bahwa kertas tersebut
cocok menjadi kertas seni dan aroma yang tidak berbau menjadi
preferensi panelis. Kondisi ini dipengaruhi oleh bahan baku yang
digunakan, konsentrasi bahan aditif, proses pembuatan dan
pengeringan.

4.4.6 Jenis Kertas

Panelis mengungkapkan bahwa kertas dari berbagai perlakuan


dalam penelitian ini tidak hanya satu jenis melainkan banyak jenis jika
dilihat secara kasat mata. Dokumentasi uji sensori dapat dilihat pada
Lampiran 15. Jenis kertas yang dimaksud yaitu mulai dari kertas
budaya dan kertas industri. Jenis kertas tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.9. Menurut Tarigan et.al. (2015), Kertas dibedakan menjadi
dua golongan, kertas budaya dan kertas industri. Kertas budaya yaitu
kertas - kertas cetak dan kertas tulis, contohnya adalah : kertas kitab
(bible- paper), buku, Bristol (kertas kartu), cover, kertas duplicating,
koran, kertas litho (kertas cetak), kertas amplop, dan kertas industri
yaitu kertas kantong, kertas minyak (tracing paper), pembungkus buah-
buahan (fruit wrapper), cigarette tissue, kertas bangunan dan karton,
kertas pengemas makanan, kertas makanan, kertas isolasi elektis,
karton, pembungkus sayur- sayuran (water leaf paper).
Kertas cetak A dan kertas tulis A adalah jenis kertas HVO
(Hourt Vrij Offset Papier) yang lazim terdapat dipasaran Indonesia
adalah kertas yang khusus dibuat dari pulp kimia, dapat mengandung
pulp mekanis maksimal 15 % digunakan untuk keperluan cetak
mencetak (KANRI, 2000). Jika dibandingkan dari beberapa referensi
bahwa jenis kertas dari penelitian ini termasuk kertas budaya, kertas
budaya ini termasuk dalam kategori kertas tulis atau kertas cetak A
(SNI 7274 : 2008). SNI kertas tulis atau kertas cetak A dapat dilihat
pada Lampiran 18 dan Lampiran 19

5
Tabel 4.9 Jenis Kertas (SNI 7274 : 2008)
Perlakuan Jenis Kertas Cetak A

A0B0 Kertas Mika, Layangan, Minyak


A0B1 Kertas Buku
A0B2 Kertas kanvas / tulis
A1B0 Kertas Cover
A1B1 Kertas Cover / Buffallo
A1B2 Kertas Gambar / Postcard
A2B0 Kertas HVS / Kertas Buku
A2B1 Buffallo
A2B2 Buffallo tekstur

Jenis kertas yang sesuai dengan referensi yaitu kertas budaya,


perbedaan jenis kertas dari berbagai perlakuan diakibatkan oleh
banyak faktor, mulai dari penggunaan bahan baku, proses pemasakan
bahan baku, proses pembuatan kertas, cetakan kertas, serta proses
pengeringan dan lama pengeringan dan yang sangat berpengaruh yaitu
penambahan bahan aditif pada kertas tersebut. Gambar produk kertas
dapat dilihat pada Lampiran 13.

4.5 Rendemen Pulp

Selulosa untuk membuat kertas pada penelitian ini merupakan


selulosa yang dihaslkan dari fermentasi limbah cair tahu dengan
bantuan dari akitifitas mikroba Acetobacter xylinum yang disebut
selulosa mikrobial. Selulosa mikrobial memiliki perbedaan
karakteristik dengan selulosa kayu yang biasanya digunakan sebagai
bahan utama pembuatan kertas. Selulosa mikrobial tidak bercampur
dengan lignin dan hemiselulosa sehingga tidak membutuhkan proses
delignifikasi yang biasanya digunakan pada pengambilan selulosa
kayu. Menurut Kurniaty, et al. (2017), Delignifikasi merupakan tahap
awal yang bertujuan untuk mengurangi kadar lignin didalam bahan
berlignoselulosa. Pada penelitian ini dilakukan proses pembuatan
selulosa mikrobial yang merupakan bahan utama pembuatan kertas.
Selulosa mikrobial yang dihasilkan yaitu berasal dari limbah cair

5
tahu yang dipanaskan selama 15 menit dengan kondisi mendidih dan
ditambahkan gula, asam asetat, dan ZA, setelah itu dituangkan
kewadah dan ditutup dengan koran dan diamkan sekitar 2 jam, lalu
masukkan Acetobacter xylinum sebanyak 100 mL Media tersebut
difermentasi selama 10 hari pada suhu ruang sekitar 25 -27 oC.
Selulosa mikrobial yang dihasilkan memiliki kadar air yang tinggi
yaitu 98% (Hardiyanti, 2010).
Proses pembuatan pulp dengan selulosa mikrobial diawali dengan
proses pemurnian selulosa mikrobial dari biomassa sel mikroba
pembentuk selulosa mikrobial. Tahap ini bertujuan diperolehnya
selulosa mikrobial dengan kemurnian yang tinggi. Pemurnian selulosa
ini lebih sederhana dibandingkan dengan pemurnian selulosa kayu.
Pemurnian selulosa mikrobial dilakukan dengan cara mencuci dan
membersihkan selulosa mikrobial dan setelah itu dilakukan pemasakan
selama 15 menit dalam 100 mL aquades pada suhu 60oC dengan empat
kali pemasakan dan pengantian aquades. Selulosa mikrobial dihasilkan
masih berbentuk lembaran dengan warna yang relatif putih sehingga
tidak perlu dilakukan proses bleaching. Perbedaan dengan pemurnian
selulosa kayu yang harus melalukan proses delignifikasi selulosa kayu
berkisar 3-4 jam dengan jumlah NaOH berdasarkan jumlah presentase
lignin yang terkandung dalam kayu. Menurut Hardiyanti (2010),
semakin tinggi presentase lignin akan semakin tinggi pula konsentrasi
NaOH (alkali) yang digunakan. Proses pemurnian selulosa mikrobial
ini, akan dilanjutkan dengan proses penghalusan nata dan penguraian
serat dan yang akan menghasilkan pulp selulosa mikrobial dapat
dilihat pada Gambar 4.4
Tahap selanjutnya yaitu tahap penghalusan nata dan penguraian
serat, penghalusan selulosa mikrobial dilakukan dengan alat penghalus
yaitu blender dan proses penguraian serat selulosa mikrobialnya
dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu menuangkan nata yang
sudah diblender halus diatas kain batis lalu diperas hingga tidak ada air
yang tersisa pada nata. Kondisi ini berbeda dengan penguraian serat
selulosa kayu yang biasanya dilakukan sebanyak dua tahap
(penguraian serat pada niagara beater dan penghalusan serat pada
disk refiner) serta membutuhkan air pencuci yang banyak.
Penggunaan air dan

5
lama pemasakan pada pemurnian selulosa mikrobial lebih sedikit
dibandingkan proses delignifikasi seluosa kayu. Penyebab dari
perbedaan ini adalah karakteristik selulosa kayu yang terikat bersama
lignin dan zat pengotor lainnnya sehingga membutuhkan kondisi
pemasakan dan pencucian berulang yang dapat menurunkan
kandungan lignin pada pulp. Selulosa mikrobial sendiri tidak
mengandung lignin dan zat – zat ekstraktif seperti pada selulosa kayu.
Proses pembuatan pulp selulosa mikrobial sangat sederhana dan ramah
lingkungan.

Gambar 4.4 Bubur kertas dan Selulosa Mikrobial

Penelitian ini menghasilkan rendemen pulp selulosa mikrobial


murni sebesar 30,44 % (basis kering perasan serat). Penelitian
Hardiayanti (2010), menggambil kutipan bahwa rendemen yang
didapatkan lebih rendah dari randemen pulp selulosa kayu dengan
proses semi kimia yang bekisar 65 % (basis kering oven serat).
Rendahnya rendemen pulp ini dikarenakan selulosa mikrobial yang
memiliki serat halus, sehingga banyak serat yang tercuci bersama air
dan lolos dalam saringan. Ukuran serat selulosa mikrobial adalah 1/10
sampai 1/1000 dari ukuran serat selulosa kayu. Semakin banyak serat
selulosa yang digunakan

5
makan semakin besar pula rendemen yang dihasilkan. Sutiya et al.
(2012), menyatakan bahwa kandungan selulosa dalam serat dapat
digunakan untuk memperkirakan besarnya rendemen yang dihasilkan.
Nilai rendemen juga dipengaruhi oleh bahan baku dan komposisi
bahan tersebut. Menurut Hambali et. al. (2011), bahan yang memiliki
lignin yang tinggi cenderung menghasilkan rendemen yang rendah,
sedangkan bahan baku dengan kandungan selulosa yang tinggi
cenderung menghasilkan rendemen yang tinggi.

4.6 Pemilihan Perlakuan Terbaik

Pemilihan perlakuan terbaik antara kombinasi nata de soya dan


penambahan bahan aditif pada penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan hasil pengujian dari masing – masing perlakuan yang
sudah diolah menggunakan SPSS 16.0 dan dibandingkan dengan SNI
(Standard Nasional Indonesia) kertas cetak A dapat dilihat pada Tabel
4.10

Tabel 4.10 Pemilihan Perlakuan Terbaik


Parameter Satuan Hasil Perlakuan SNI
kertas
Gramatur g/m2 84,406 A0B1 50 - 100
Kuat tarik Kgf.cm-2 0,348800 A0B0 min0,0203
Kecerahan % ISO 90,5867 A0B1 min 75
Sumber : Hasil Perhitungan, (2019)
*)Hasil perlakuan terbaik dengan SNI

Pemilihan perlakuan terbaik pada kertas dengan bahan baku nata


de soya dan bahan aditif tapioka dan kaolin dilakukan dengan
mengolah data menggunakan software SPSS 16.0. Perlakuan terbaik
ini dipilih dengan membandingkan persyaratan dari kertas cetak A
sesuai dengan SNI, nilai ideal untuk tiap parameternya dengan nilai
gramatur minimal, ketahanan tarik maksimal dan derajat kecerahan
maksimal. Perlakuan terbaik ini juga dipilih berdasarkan faktor
ekonomi yang digunakan dalam komposisi, semakin kecil biaya yang
dikeluarkan maka semakin baik untuk proses produksi kertas. Hasil
perlakuan terbaik untuk

5
gramatur dan kecerahan ditunjukan pada perlakuan A 0B1 yaitu dengan
komposisi 25 gram nata de soya dengan tambahan bahan aditif tapioka
0 persen dan kaolin 5 persen, dan untuk perlakuan terbaik pada kuat
tarik yaitu perlakuan A0B0, dengan komposisi tapioka 0 persen dan
kaolin 0 persen. Menurut Hardiyanti (2010), penambahan kaolin pada
kertas bertujuan untuk meningkatkan opasitas cetak dikarenakan kaolin
menambah luas pantul cahaya meningkatkan derajat putih serta
memperbaiki kehalusan kertas. Penambahan kaolin pada kertas yang
berasal dari serat yang kasar sangat baik untuk memperbaiki sifat cetak
karena molekul-molekul kaolin mengisi ruang antar serat. Perlakuan
dari kertas penelitian ini dikatakan bagus karena telah memenuhi
syarat dari SNI kertas. SNI kertas cetak A dapat dilihat pada
Lampiran 18 dan Lampiran 19

5
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Bahan aditif tapioka dan kaolin berpengaruh nyata terhadap


gramatur dan kecerahan, tetapi tidak berpengaruh nyata
terhadap kuat tarik kertas. Perlakuan dengan nilai tertinggi
yaitu pada gramatur terdapat pada perlakuan A2B2 (tapioka 5
persen dan kaolin 5 persen) sebesar 163,05 g/m2, pada kuat
tarik yaitu perlakuan A1B2 (tapioka 2,5 persen dan kaolin 5
persen) sebesar 0,357300 kgf.cm-2 dan pada kecerahan yaitu
perlakuan A0B2 (tapioka o persen dan kaolin 5 persen) sebesar
91,4667 % ISO.
2. Kertas yang tidak ditambahkan bahan aditif menghasilkan
produk yang kurang baik dari segi karakteristik kertas serta
penilaian preferensi dari panelis.
3. Rendemen pulp selulosa mikrobial murni sebesar 30,44
% bahwa rendemen yang didapatkan lebih rendah dari
randemen pulp selulosa kayu 65%, selulosa mikrobial sangat
layak dijadikan penganti alternatif kayu dalam pembuatan
kertas karena biaya produksinya yang rendah dan
pembuatannya yang ramah lingkungan.

5.2 Saran

1. Kendala dalam penelitian ini yaitu pada cetakan kertas yang


menggunakan cetakan manual dan penggunaan alat
– alat sederhana saat mencetak kertas. Pencetakan yang
menggunakan kaca sebagai wadah pengeringan membentuk
dua tekstur yang berbeda yaitu tekstur halus dan tekstur kasar.
Kendala ini dapat diatasi dengan penggunaan mesin cetak
kertas.
2. Penelitian selanjutnya disarankan melakukan pengujian
tambahan yang belum dilakukan pada penelitian ini seperti
parameter ketebalan, ketahanan sobek, opasitas cetak ,
penetrasi minyak, kadar air, biodegribilitas dan sebagainya.

5
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

5
DAFTAR PUSTAKA

Atmaka, W., Manuhara, G.J., Destiana, N., Kawiji, K., Khasanah,


L.U., Utami, R. 2016. Karakterisasi Pengemasan Kertas
Aktif dengan Penambahan Oleorisin dari Ampas
Pengepresan Rimpang Temulawak (Curcuma
Xanthorrhiza Roxb). Jurnal Reaktor, Vol 16, No. 1 :
Universitas Sebelas Maret. Solo

Azhari, M., Sunarto dan Wiryanto. 2015. Pemanfaatan Limbah


Cair Tahu menjadi Nata de soya dengan Menggunakan
Air Rebusan Kecambah Kacang Tanah dan Bakteri
Acetobacter Xylinum. Jurnal Ekosains, Vol 7, No.1 :
Surakarta

Bahri, Syamsul. 2015. Pembuatan Serbuk Pulp dari Daun


Jagung. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, Vol 4, No.1. Hal 46 -
59 : Aceh

Chawla, P.R., Bajaj, I.B., Survesea, S.A., Singhal, R.S. 2009.


Microbial Cellulose : Fermentative Production and
Application. Food Biotechnol Vol 47, No.2 : India

Dewi, I.A., Wijana, S., Rahma, N.L., Sugiarto, E., Mulyadi, A.F.
2015. Ketahanan Tarik Kertas Seni dan Serat Pelepah
Nipah (Nypa Froticans) (Kajian Proporsi Bahan Baku
dan Perekat). Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya
Nasional FKPT- TPI. Universitas Brawijaya. Malang

Diem, D. A. R. 2013. Optical Brightening Agent (OBA)


Karakteristik dan Pemanfaatannya dalam Industri
Kertas. Jurnal Teknik Kimia. 2(19): 10-16

Febrina, H.A.A., Yenie, E., Sasmita, A. 2017. Pengaruh Variasi


Konsentrasi Perekat terhadap Massa Bahan Baku
pada Dasar Ulang Karton Kemasan Aseptik. Jurnal
Fakultas Teknik Vol,4 No.1 : Universitas Riau. Riau

5
Hambali, E., Siti M., Armansyah H., Tambunan, Abdul W.P. dan
Roy H. 2011. Teknologi Bioenergi. Penerbit AgroMedia
ISBN9790061137, 9789790061132. Jakarta

Hardiyanti, Siti. 2010. Kajian Penggunaan Selulosa Mikrobial


sebagai Bahan Baku Pembuatan Kertas. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor

Haryaningsih. 2017. Pembuatan Edible Film dari Nata de soya


(Ampas Tahu) Sebagai Bentuk Waste To Product Ukm
Tahu. Jurnal Ilmiah Cendikia Eksakta. ISSN 2528 – 5912 :
Semarang

Indonesian Trade Promotion Center (ITPC). 2015. Kertas HS


Code4802.http://djpen.kemendag.go.id/membership/data/f
iles/1cc5e-kertas-final.pdf. Diakses pada 23 Agustus 2019
: Mexico City

Jepri, H.C., Hamzah, F., Sulaeman, R. 2016. Mutu Kertas dari


Pulp Batang Kelapa Sawit The Paper Quality of Stem
Palm Pulp. Jurnal Faperta UR, Vol 3, No. 2. Universitas Riau.
Riau

Kaswirnarni, Fibria. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah


Padat dan Cair Industri Tahu. Tesis. Universitas
Diponegoro . Semarang

Kementerian Pertanian. 2013. Produksi Nata De Soya dengan


Substrat Limbah Cair Industri Tahu. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2017. Buletin
Konsumsi Pangan Semester 1 2017.
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/arsip-buletin/53-
buletin-konsumsi/485-buletin-konsumsi-pangan-semster- 1-
2017. Diakses pada 23 Agustus 2019

6
Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia.2000.
Pedoman Penggunaan Kertas. No.04 Tahun 2000. Kepala
Arsip Nasional Republik Indonesia

Khairul, A. 2010. Produksi Nata de Coco. Skripsi. Institut


Teknologi Bandung. Bogor

Kurniaty, I., Habibah, H.I., Yustiana, D., Fajriah, M.I. 2017. Proses
Delignifikasi menggunakan NAOH dan AMONIA (NH3)
pada Tempurung Kelapa. Jurnal integrasi proses, Vol, 6,
No. 4 . Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jakarta

Nasution, Zainal. 2009. Analisa Sifat Fisik Kertas Campuran


Daur Ulang dari Kertas Kraft Bekas Kantong Semen
dan Kertas Batang Kelapa SawIt. Jurnal Riset Teknologi
Industri, Vol 3, No.5. Medan

Novianti, Hendrizon. Pembuatan Nata de Soya dari Limbah


Cair Pabrik Tahu. 2003. Skripsi .Universitas Sriwijaya.
Palembang

Nurlaily, Ahda. 2015. Penggunaan Batang Jagung dan Limbah


Nata De Coco Sebagai Substitusi Serat Kayu Dalam
Pembuatan Kertas. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Nurminah, Mimi. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan


Kemasan Plastik dan Kertas Serta Pengaruhnya
Terhadap Bahan Yang Dikemas. Universitas Sumatera
Utara. Medan

Pertiwi, Ardiyana. R. 2019. Kualitas Kertas Seni dari Kombinasi


Limbah Ampas Tebu dan Kulit Singkong dengan
Bahan Perekat PVAC dan Tepung Umbi Singkong.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

6
Pohan, Nurhasmawaty. 2008. Pembuatan Material Selulosa
Bakteri dalam Medium Air Kelapa Melalui Penambahan
Sukrosa, Kitosan, dan Gliserol Menggunakan
Acetobacter xylinum. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Medan

Pratiwi, R.C. 2015. Pemanfaatan Limbah Bulu Ayam dan


Kulit Jagung sebagai Bahan Pembuatan Kertas Seni
dengan Penambahan NaoH dan Pewarna Alami. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Putri, W.M., Normalasari, B., Sari, D.P., Widyastuti, A.W. 2017.


Pemanfaatan Limbah Cair Tahu sebagai Bahan Baku
Pembuatan Nata de soya. Jurnal Semnas Sains &
Entrepreunurship, Vol 4 : Semarang

Rahman, Adie. 2007. Mempelajari Karakteristik Kimia dan


Fisik Tepung Tapioka dan Mocal (Modified Cassava
Flour) Sebagai Penyalut Kacang Pada Produk Kacang
Salut. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Rizal, H.M., Pandiangan, D.M., Saleh, A. 2013. Pengaruh


Penambahan Gula, Asam Asetat dan Waktu
Fermentasi Terhadap Kualitas Nata De Corn. Jurnal
Teknik Kimia Vol, 19, No.1. Universitas Sriwijaya. Palembang

Roliadi, H., Indrawan, D.A., Tampubolon, R.M. 2013.


Pemanfaatan Bahan Serat Alternatif untuk Pulp dan
Kertas. Prosiding Seminar Teknologi Pulp dan Kertas, Pusat
Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan,
Bogor, hal 107

Siagian, R.M., Lestari, S.B., dan Yoswita. 2004. Sifat Pulp Sulfat
Kayu Kurang Dikenal Asal Jawa Barat. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan, Vol, 22, No. 2 : Indonesia

6
Siregar, Shinta. 2017. Pengaruh Konsentrasi Kaolin sebagai
Bahan Pengisi Terhadap Vulkanisasi Benang Karet.
Jurnal Ilmu Fisika dan Teknologi. Universitas Muslim
Nusantara. Medan

Standar Nasional Indonesia (SNI) 7274-2008. Kertas Cetak A.


Badan Standar Nasional
Sutiya, B., Istikowati, W.T., Rahmadi, A., Sunardi. 2012.
Kandungan Kimia dan Sifat Serat Alang – Alang
(Imperata cylindrica) sebagai Gambaran Bahan Baku
Pulp dan Kertas. Jurnal Bioscientiae, Vol 9, No. 1.
Universitas Lambung Mangkurat. Kalimantan Selatan

Syamsu, K., Roliadi, H., Chandar, K.P. Hardiyanti, S.S. 2012.


Produksi Kertas Selulosa Mikroba Nata De Coco dan
Analisis Biokonversinya. Jurnal Teknologi Pertanian Vol, 8,
No. 2. Universitas Mulawarman.

Tarigan, D.F., Sembiring, M., Sinuaji, P. 2015. Pembuatan dan


Karakterisasi Kertas dengan Bahan Baku Tandan
Kosong Kelapa Sawit. Jurnal Fisika FMIPA. Universitas
Sumatera Utara

6
LAMPIRAN

6
LAMPIRAN 1. Rata – rata nilai Gramatur, Kuat Tarik,
Kecerahan

Gramatur (g/m2)
Ulangan
Rerata g/m2
Perlakuan I II III Total
A0B0 79,70 75,37 73,25 228,32 76,11
A0B1 81,66 98,75 80,65 261,06 87,02
A0B2 122,83 111,17 143,63 377,63 125,88
A1B0 99,41 76,57 77,24 253,22 84,41
A1B1 121,99 118,01 127,35 367,35 122,45
A1B2 109,13 119,37 145,13 373,63 124,54
A2B0 108,82 108,81 112,21 329,84 109,95
A2B1 118,05 100,37 125,71 344,13 114,71
A2B2 159,19 158,11 171,86 489,16 163,05
Jumlah 1000,78 966,53 1057,03 3024,34 1008,11

Kuat Tarik (Kgf.cm-2 )


Ulangan
Rerata
Perlakuan I II III Total Kgf.cm-2
A0B0 0,1750 0,4313 0,4401 1,0464 0,3488
A0B1 0,1594 0,0687 0,0250 0,2531 0,0844
A0B2 0,2281 0,0656 0,4281 0,7218 0,2406
A1B0 0,3906 0,1531 0,1563 0,7000 0,2333
A1B1 0,2093 0,2406 0,2250 0,6749 0,2250
A1B2 0,3375 0,4719 0,2625 1,0719 0,3573
A2B0 0,2000 0,3063 0,2531 0,7594 0,2531
A2B1 0,3063 0,4125 0,3500 1,0688 0,3563
A2B2 0,3000 0,3219 0,2656 0,8875 0,2958
Jumlah 2,3062 2,4719 2,4057 7,1838 2,3946

6
LAMPIRAN 1. Rata – rata nilai Gramatur, Kuat Tarik,
Kecerahan (Lanjutan)
Kecerahan (%)
Ulangan
Perlakuan I II III Total Rerata %
A0B0 75,84 78,11 74,60 228,55 76,18
A0B1 89,17 90,96 91,63 271,76 90,59
A0B2 90,44 92,58 91,38 274,40 91,47
A1B0 85,66 78,18 84,20 248,04 82,68
A1B1 85,78 90,45 90,13 266,36 88,79
A1B2 92,24 91,38 88,88 272,50 90,83
A2B0 85,90 87,89 87,90 261,69 87,23
A2B1 90,22 91,31 89,48 271,01 90,34
A2B2 90,91 92,79 86,20 269,90 89,97
Jumlah 786,16 793,65 784,40 2364,21 788,07

6
LAMPIRAN 2. Data Penilaian Panelis (Lanjutan)
Tekstur Depan
Panelis Kode
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 Total
1 3 3 3 3 3 3 4 4 5 31
2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 33
3 2 2 3 3 3 3 5 5 4 30
4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 35
5 4 3 3 3 4 4 4 3 5 33
6 3 3 3 3 4 4 4 4 4 32
7 2 2 2 2 2 2 2 2 3 19
8 4 5 5 5 4 5 5 5 5 43
9 3 3 3 3 3 4 3 3 4 29
10 4 5 4 4 1 5 5 5 5 38
11 3 4 4 5 2 5 4 3 5 35
12 3 4 4 2 4 4 4 4 4 33
13 2 5 2 2 3 5 4 4 4 31
14 5 4 5 5 5 5 5 4 5 43
15 4 5 3 4 4 5 5 3 3 36
Jumlah 50 56 51 50 48 62 62 57 65 501
Rerata 3,33 3,73 3,4 3,33 3,2 4,13 4,13 3,8 4,33 33,4

6
LAMPIRAN 2. Data Penilaian Panelis (Lanjutan)
Tekstur Belakang
Panelis Kode
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 Total
1 3 3 3 4 5 4 3 3 5 33
2 4 4 2 3 2 4 4 4 4 31
3 2 3 3 3 4 5 5 5 4 34
4 3 4 3 3 3 4 4 4 5 33
5 3 3 3 3 2 5 5 3 5 32
6 2 4 4 3 4 3 3 3 4 30
7 4 4 4 4 5 5 4 5 4 39
8 4 4 4 4 3 5 5 4 5 38
9 4 3 3 3 2 4 4 3 4 30
10 4 4 3 3 1 4 4 4 5 32
11 4 4 4 5 4 5 4 4 5 39
12 3 4 3 2 2 3 4 3 4 28
13 3 3 2 3 2 3 3 3 4 26
14 5 3 4 5 5 4 3 4 5 38
15 4 3 3 3 4 5 4 3 3 32
Jumlah 52 53 48 51 48 63 59 55 66 495
Rerata 3,466667 3,533333 3,2 3,4 3,2 4,2 3,933333 3,666667 4,4 33

6
LAMPIRAN 2. Data Penilaian Panelis (Lanjutan)
Warna
Panelis Kode
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 Total
1 3 5 5 3 3 5 4 4 4 36
2 2 3 3 2 3 4 2 4 4 27
3 2 4 4 3 4 4 2 4 5 32
4 3 3 4 3 3 5 4 4 5 34
5 4 3 4 2 3 5 5 3 4 33
6 3 4 3 3 4 4 4 3 4 32
7 5 3 3 5 5 4 5 5 3 38
8 3 4 4 3 3 4 4 3 4 32
9 3 4 3 3 3 3 3 3 3 28
10 1 4 3 4 4 5 5 4 5 35
11 3 4 4 2 4 4 4 3 4 32
12 2 3 4 2 3 2 2 3 4 25
13 2 4 3 2 3 4 4 4 5 31
14 2 4 4 2 3 5 5 5 4 34
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
Jumlah 42 56 55 43 52 62 57 56 62 485
Rerata 2,8 3,73 3,66 2,86 3,46 4,13 3,8 3,73 4,13 32,33

6
LAMPIRAN 2. Data Penilaian Panelis (Lanjutan)
AROMA
Panelis Kode
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 Total
1 1 4 3 1 3 4 1 5 5 27
2 4 2 2 4 4 3 2 3 2 26
3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 33
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
6 3 3 3 3 3 2 2 3 3 25
7 4 3 3 4 4 3 3 3 4 31
8 4 4 4 4 4 4 4 4 5 37
9 2 3 3 3 3 3 3 3 3 26
10 1 3 4 3 2 4 3 3 3 26
11 2 4 4 4 4 4 4 4 4 34
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
14 1 2 3 3 3 4 5 4 2 27
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
Jumlah 41 48 48 49 50 51 46 52 51 436
Rerata 2,7333 3,2 3,2 3,27 3,333 3,4 3,07 3,46 3,4 29,06

7
LAMPIRAN 2. Data Penilaian Panelis (Lanjutan)
Kenampakan Serat
Panelis Kode
A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2B0 A2B1 A2B2 Total
1 3 5 5 3 4 5 3 3 3 34
2 4 2 2 2 2 4 4 4 3 27
3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 33
4 3 4 5 4 2 5 5 4 5 37
5 4 2 3 4 3 5 5 3 4 33
6 3 3 4 4 4 3 5 3 3 32
7 4 3 3 4 3 3 3 4 3 30
8 3 4 3 4 3 4 4 4 5 34
9 4 3 3 3 3 3 3 3 3 28
10 4 5 3 4 2 5 5 5 5 38
11 4 5 5 2 2 4 4 3 4 33
12 3 3 2 2 2 3 4 4 4 27
13 2 2 2 3 2 3 3 3 5 25
14 5 3 3 4 4 4 3 3 5 34
15 4 3 2 3 3 5 5 4 4 33
Jumlah 54 51 47 50 43 60 60 53 60 478
Rerata 3,6 3,4 3,13 3,33 2,86 4 4 3,53 4 31,88

7
LAMPIRAN 3. Perhitungan SPSS Uji Gramatur

7
LAMPIRAN 3. Perhitungan SPSS Uji Gramatur (Lanjutan)

7
LAMPIRAN 3. Perhitungan SPSS Uji Gramatur (Lanjutan)

7
LAMPIRAN 4. Perhitungan SPSS Uji Kuat Tarik Kertas

7
LAMPIRAN 4. Perhitungan SPSS Uji Kuat Tarik Kertas (Lanjutan)

76
LAMPIRAN 4. Perhitungan SPSS Uji Kuat Tarik Kertas (Lanjutan)

77
LAMPIRAN 5. Perhitungan SPSS Uji Kecerahan

7
LAMPIRAN 5. Perhitungan SPSS Uji Kecerahan (Lanjutan)

7
LAMPIRAN 5. Perhitungan SPSS Uji Kecerahan (Lanjutan)

8
LAMPIRAN 6. Hasil Uji Friedman

8
LAMPIRAN 7. Hasi uji Friedman Tekstur Depan

8
LAMPIRAN 8. Hasi uji Friedman Tekstur Belakang

8
LAMPIRAN 9. . Hasil Uji Friedman Kenampakan Serat

8
LAMPIRAN 10. Hasil Uji Friedman

8
LAMPIRAN 11. Lembar Kuisioner Penilaian Panelis
UJI SENSORI

Nama :

Jurusan :

Tanggal Uji :

TTD :

Bahan Uji : Kertas dari limbah cair tahu

Perlakua Tekstu Tekstur Kenampaka Warn Arom


n r Belakan n Serat a a
Depan g depan
A0B0
A0B1
A0B2
A1B0
A1B1
A1B2
A2B0
A2B1
A2B2

Keterangan :
Skor 1-5, dimana :
1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Biasa
4. Suka
5. Sangat suka

86
LAMPIRAN 11. Lembar Kuisioner Penilaian Panelis

87
LAMPIRAN 12. Prosedur Pengujian
1. Gramatur (SNI 14 – 1764 – 1990)
Gramatur adalah massa lembaran kertas atau karton dalam
gram dibagi dengan satuan luasnya dalam meter persegi. Berikut
merupakan prosedur pengujian gramatur
a. Potong sampel dengan ukuran 10 cm x 10 cm
b. Mengukur luas potongan sampel
c. Menimbang massa potongan sampel
d. Mengulangi pengujian sampel sampai beberapa kali

2. Kuat Tarik Kertas (Brazillian Test)


Alat pengukuran kuat tarik terdiri atas 4 bagian utama yaitu
celah penjepit kertas, motor penggerak, bagian penarik kertas, dan
pembaca skala. Langkah – langkah uji kuat tarik kertas adalag
sebagai berikut:
a. Alat yang terdiri dari bagian bergerak yang berfungsi sebagai
penarik kertas dan bagian statis disiapkan pada posisi masing
– masing lalu motor penggerak dihidupkan. Bagian penarik
dikunci dengan pengait agar tidak bergerak
b. Kertas yang akan diukur dipotong 8 x 4 cm lalu di rentangkan
diantara kedua celah penjepit di bagian statis dan bagian
penarik. Sekrup pada masing – masing penjepit dirapatkan
c. Penjepit dilepas sehingga bagian penarik mulai bergerak
menarik kertas, skala yang terbaca pada bagian penarik tepat
saat kertas terputus akibat tarikan menunjukkan nilai kuat
tarik kertas
3. Kecerahan (Colorimeter)
Penggunaan alat colorimeter untuk mendeskripsikan
presepsi suatu bahan, dan menentukan jumlah suatu senyawa yang
dapat memberikan serapan warna pada panjang gelombang tertentu.
Langkah – langkah uji kecerahan kertas sebagai berikut:
a. Siapkan sampel kertas dengan ukuran min 3 x 3 cm
b. Tekan tombol ON pada alat
c. Letakan kertas diatas bunderan putih pada alat
d. Lakukan pembacaan

8
LAMPIRAN 13. Gambar Produk Kertas

8
LAMPIRAN 13. Gambar Produk Kertas

90
LAMPIRAN 13. Gambar Produk Kertas

91
LAMPIRAN 14 . Dokumentasi Pembuatan Kertas

Lokasi Pengambilan Limbah Limbah Cair Tahu

Pengambilan Limbah cair tahu Fermentasi limbah cair tahu

9
LAMPIRAN 14 . Dokumentasi Pembuatan Kertas (Lanjutan)

Nata de soya Perebusan nata de soya

Blender nata de soya Pulp

9
Penimbangan Pulp Pencetakan Kertas

Pencetakan Kertas Pengeringan Kertas

9
LAMPIRAN 15. Dokumentasi Uji Sensori

9
LAMPIRAN 16. Hasil Pengujian Kuat Tarik

9
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan

9
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan

9
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan

9
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan

100
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan

101
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan

102
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan

10
LAMPIRAN 17. Hasil Pengujian Kecerahan

10
LAMPIRAN 18. SNI Kertas Cetak

10
106
10
10
10
11
LAMPIRAN 19. Spesifikasi Kertas Tulis dan Kertas Cetak
Kertas Tulis

11
Kertas

11

Anda mungkin juga menyukai