Anda di halaman 1dari 85

TUGAS AKHIR

PENGARUH PENAMBAHAN TEMPURUNG KELAPA


TERHADAP KUALITAS BRIKET KULIT SINGKONG

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperolah Gelar Sarjana (S1)

Disusun Oleh:

NOVIA PUTRI ANDIKA


2010024428022

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
2023
TUGAS AKHIR

PENGARUH PENAMBAHAN TEMPURUNG KELAPA


TERHADAP KUALITAS BRIKET KULIT SINGKONG

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperolah Gelar Sarjana (S1)

Disusun Oleh:

NOVIA PUTRI ANDIKA


2010024428022

Disetujui,

Dosen Pembimbing:

Vina Lestari Riyandini, M.T Andi Irawan, MT


NIDN: 1012059301 NIDK: 8882970018

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ketua STTIND Padang

Vina Lestari Riyandini, M.T Riko Ervil, M.T, IPU


NIDN: 1012059301 NIDN: 1014057501

i
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Novia Putri Andika

NPM : 2010024428022

Program Studi : Teknik Lingkungan

Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya susun dengan judul:

“Pengaruh Penambahan Tempurung Kelapa Terhadap Kualitas Briket Kulit


Singkong”

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat
skripsi orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat
kelulusan dan gelar kesarjanaannya).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat


digunakan sebagaimana mestinya.

Padang, September 2023


Pembuat Pernyataan

(Novia Putri Andika)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Pengaruh Penambahan Tempurung Kelapa Terhadap Kualitas Briket Kulit
Singkong. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dalam
menyelesaikan jenjang perkuliahan Strata I Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Riko Ervil, MT, IPU selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang;
2. Ibu Vina Lestari Riyandini,M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang dan Dosen
Pembimbing 1 yang telah meluangkan banyak waktu dalam memberikan
bantuan moral, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir
penelitian ini;
3. Bapak Andi Irawan.,MT selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan
banyak waktu dalam memberikan bantuan moral, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tugas akhir enelitian ini;
4. Dosen dan staff karyawan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND)
Padang;
5. Orang tua dari penulis yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat
penulis katakan, baik dari segi moril ataupun materil dalam mendukung
penyelesaian tugas akhir penelitian ini;
6. Teman-teman mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi
Teknologi Industri Padang yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
tugas akhir penelitian ini.

iii
i
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan dengan pahala
yang berlipat ganda. Penulis sadar bahwa tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi peningkatan di
masa depan. Semoga tugas akhir penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
kemajuan ilmu pengetahuan dan masyarakat luas pada umumnya

Padang, September 2023

Penulis

iiiv
ABSTRACT

Indonesia is a country that continuously develops its economy, especially in the


field of tourism, the city of Padang as one of the cities with wide-spread tourist
destinations has been a special attraction to attract the attention of both domestic
and international tourists. A popular and well-known souvenir is "Sanjai", which
is made from manioc or cassava. One of the well-developed food industries that
are using manioc or cassava in Padang is the IKM "Balado Chips". At present,
the owner of the IKM does not make any significant effort to process the cassava
peel waste that accumulates daily. The cassava peels produced have the potential
to pollute the environment. Therefore, an alternative solution is needed to process
cassava peel waste, one of which is as a raw material for cassava peel briquettes.
Based on the combustion calorific value of cassava peels, which is 3,843.84
calories/gram, cassava peels have the potential to be used as raw material for the
production of charcoal briquettes, however the calorific value is still below the
calorific value required by the SNI for wood charcoal briquettes. In order to
increase the calorific value of cassava peels, a combination with coconut shells is
carried out. In this study, three methods are used, mainly using the ISO 1928:
2009 E test method aims to analyze the calorific value, the ISO 11722: 2013 E test
method aims to analyze the moisture content, and the ISO 1171: 2010 E test
method aims to analyze the ash content. The best composition with the addition of
coconut shells to the quality of cassava peel briquettes is obtained in the variation
of 50% cassava peel, 50% coconut shells and 3.5% tapioca gluten, which has a
calorific value of 5.434 cal/g, a moisture content of 2.550% and an ash content of
24.26%

Keywords :Cassava skin, coconut shell,briquettes

v
iii
ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang terus berkembang perekonomiannya, terutama


dibidang pariwisata, kota Padang sebagai salah satu kota dengan destinasi wisata
yang tersebar luas menjadi daya tarik tersendiri guna menarik perhatian
wisatawan baik domestik maupun internasiona. Sovenir yang sering dicari dan
terkenal adalah “Sanjai” yang terrbuat dari ubi kayu atau singkong. Salah satu
industri pangan yang memanfaatkan singkong atau ubi kayu yang berkembang
dengan baik di Kota Padang adalah IKM Keripik Balado Saat ini, pemilik IKM
belum memiliki upaya yang berarti guna mengolah limbah kulit singkong yang
menumpuk tiap harinya tersebut.Kulit singkong yang dihasilkan berpotensi
menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan solusi
alternatif dalam pengolahan limbah kulit singkong, salah satunya sebagai bahan
baku briket kulit singkong. Dilihat dari nilai kalor pembakaran dari kulit singkong
yaitu 3.843,84 kalori/gram, maka kulit singkong berpotensi untuk dijadikan bahan
baku pembuatan briket arang, namun, nilai kalor tersebut masih berada di bawah
nilai kalor yang di syaratkan dalam SNI briket arang kayu . Untuk menaikkan
nilai kalor pada kulit singkong maka dilakukan kombinasi dengan tempurung
kelapa. Didalam penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu menggunakan
metode Uji ISO 1928:2009 E bertujuan untuk menganalisa nilai kalor, metode Uji
ISO 11722:2013 E bertujuan untuk menganalisa kadar air, dan metode Uji ISO
1171:2010 E bertujuan untuk menganalisa kadar abu.Komposisi terbaik dengan
penambahan tempurung kelapa terhadap kualitas briket kulit singkong didapatkan
pada variasi kulit singkong 50%, tempurung kelapa 50% dan perekat tapioka
3,5% yang memiliki nilai kalor sebesar 5.434 kal/g, kadar air sebesar 2.550 % dan
kadar abu sebesar 24.26 %.

Kata Kunci :Kulit singkong, tempurung kelapa,briket

vi
iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................................4

1.3 Batasan Masalah.................................................................................................5

1.4 Rumusan Masalah..............................................................................................5

1.5 Tujuan Penelitian................................................................................................5

1.6 Manfaat Penelitian..............................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7


2.1 Landasan Teori.....................................................................................................7

2.1.1 Bahan Bakar Alternatif............................................................................7

2.1.2 Biomassa................................................................................................8

2.1.3 Kulit Singkong......................................................................................10

2.1.4 Tempurung Kelapa................................................................................11

2.1.5 Briket Bioarang.....................................................................................13

2.1.6 Bahan Perekat......................................................................................14

2.1.7 Kualitas Briket Bioarang.......................................................................15

2.2 Kerangka Konseptual.........................................................................................22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................24


3.1 Jenis Penelitian...................................................................................................24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................................24

3.2.1 Lokasi Penelitian..................................................................................24

vii
3.2.2 Waktu Penelitian...................................................................................25

3.3 Sampel................................................................................................................25

3.4 Alat dan Bahan Penelitian..................................................................................26

3.4.1 Alat......................................................................................................26

3.4.2 Bahan...................................................................................................27

3.5 Prosedur Penelitian...........................................................................................27

3.5.1 Prosedur Pembuatan Arang Kulit singkong..........................................27

3.5.2 Prosedur Pembuatan Arang Tempurung kelapa...................................27

3.5.3 Prosedur Pembuatan Perekat................................................................28

3.5.4 Prosedur Pembuatan Briket Kulit Singkong.........................................28

3.6 Data Dan Sumber Data.....................................................................................29

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data..............................................................29

3.8 Diagram Alur Penelitian...................................................................................31

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA.............................33


4.1. Pengumpulan Data...........................................................................................33

4.1.1 Pengumpulan Data Nilai Kalor..............................................................33

4.1.2 Pengumpulan Data Kadar Air................................................................34

4.1.3 Pengumpulan Data Kadar Abu............................................................35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................37


5.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian.....................................................................37

5.1.1 Pengaruh Komposisi kulit Singkong dan Tempurung Kelapa Terhadap


Nilai Kalor...........................................................................................37

5.1.2 Pengaruh Komposisi Kulit Singkong dan Tempurung Kelapa Terhadap


Nilai Kadar Air.....................................................................................39

5.1.3 Pengaruh Komposisi kulit Singkong dan Tempurung Kelapa Terhadap


Nilai Kadar Abu...................................................................................41

viii
5.1.4 Pengaruh Kombinasi dari Jumlah Perekat Tepung Tapioka Terhadap
Nilai Kalor...........................................................................................44

5.1.5 Pengaruh Kombinasi dari Jumlah Perekat Tepung Tapioka Terhadap


Nilai Kadar Air.....................................................................................44

5.1.6 Pengaruh Kombinasi dari Jumlah Perekat Tepung Tapioka Terhadap


Nilai Kadar Abu...................................................................................45

5.2 Komposisi Terbaik dengan Penambahan Tempurung Kelapa Terhadap Kualitas


Briket Kulit Singkong....................................................................................46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................47


6.1 Kesimpulan......................................................................................................47

6.2 Saran................................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
LAMPIRAN 1. DOKUMENTASI......................................................................53
LAMPIRAN 2. LEMBAR KONSULTASI........................................................62

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Kimia Kulit Singkong.....................................................................11


Tabel 2.2 Komposisi Kimia Tempurung Kelapa...............................................................12
Tabel 2.3 Sifat Fisik dan Kimia Briket Arang Buatan.......................................................14
Tabel 2.4 Penelitian yang Relevan.....................................................................................18
Tabel 3.1 Komposisi Kulit Singkong dan Tempurung Kelapa..........................................26
Tabel 3.2 Parameter dan Metode Analisis Kualitas...........................................................29
Tabel 4.1 Pengolahan Nilai Kalor......................................................................................33
Tabel 4.2 Pengolahan Nilai Kalor......................................................................................34
Tabel 4.3 Pengolahan Kadar Air........................................................................................34
Tabel 4.4 Pengolahan Data Kadar Air...............................................................................35
Tabel 4.5 Pengolahan Data Kadar Abu..............................................................................35
Tabel 4.6 Pengolahan Data Kadar Abu..............................................................................36

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tempurung Kelapa.............................................................................13


Gambar 2.2 Kerangka Konseptual.........................................................................22
Gambar 3.1 Denah lokasi Industri keripik.............................................................24
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian....................................................................32
Gambar 5.1 Grafik hasil uji nilai kalor variasi campuran......................................37
Gambar 5. 2 Grafik hasil uji nilai kadar air variasi campuran kulit singkong dan
tempurung kelapa menggunakan tepung tapioka 3.5% dan 5%............................40
Gambar 5.3 Grafik hasil uji nilai kadar abu variasi campuran kulit singkong dan
tempurung kelapa menggunakan tepung tapioka 3.5%. dan 5%...........................42

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang terus berkembang perekonomiannya,
terutama dibidang pariwisata. Indonesia sudah sejak dulu kala mempromosikan
pariwisata sebagai daya tarik untuk menargetkan wisatawan. Kota Padang sebagai
salah satu kota dengan destinasi wisata yang tersebar luas menjadi daya tarik
tersendiri guna menarik perhatian wisatawan baik domestik maupun internasional.
Dengan berbagai objek wisata yang tersebar diwilayah kota Padang. Kunjungan
para wisatawan tersebut pada akhirnya akan berdampak pada sektor perdagangan,
jasa hingga industri. Salah satu yang terdampak dan merasakan manfaat langsung
dari kunjungan wisatawan ini adalah Industri Kecil Menengah (IKM).
Industri Kecil Menengah (IKM) mempunyai peran penting dalam
memperkuat perkembangan ekonomi suatu negara karena IKM mampu bertahan
dibandingkan dengan usaha besar yang cenderung mengalami keterpurukan pada
saat terjadinya krisis ekonomi. Menurut Direktorat Jenderal Industri Kecil,
Menengah, dan Aneka 2022, keberadaan IKM yang tersebar di berbagai wilayah
Kota Padang dapat menekan angka pengangguran melalui penyediaan lapangan
kerja dan berpotensi menjadi wadah pemberdayaan masyarakat serta penggerak
dinamika perekonomian daerah. Sentra oleh-oleh yang dikelola oleh IKM
merupakan salah satu primadona dan ciri khas Kota Padang. Sentra oleh-oleh
menjadi media untuk memasarkan produk-produk hasil karya masyarakat untuk
dapat dibeli oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Oleh-oleh dapat
berupa dalam bentuk apapun baik makanan, minuman, pakaian, karya seni
lukisan, pahatan, gerabah, aksesoris bahkan produk mewah lainnya dan bentuk
lainnya yang dapat menjadi kenangan bagi wisatawan telah mengunjungi suatu
destinasi wisata (Marzouki, 2020). Oleh-oleh yang sering dicari dan terkenal
adalah “Sanjai” yang terbuat dari ubi kayu atau singkong.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019-2021 diketahui
persentasi peningkatan produktivitas ubi kayu di Kota Padang untuk tahun 2019

1
2

sebesar 285,44 kg kemudian tahun 2020 sebesar 382,85 kg dan tahun 2021
sebesar 383,32 kg , naik sebesar 34% dari tahun 2019. Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui bahwa ubi kayu atau singkong memiliki potensi besar dalam
pengembangannya dikota Padang dan wilayah Sumatera Barat sekitarnya. Hal
tersebut dibuktikan berdasarkan data untuk kota Padang saja jumlah produktivitas
ubi kayu terus meningkat setiap tahunnya. Lonjakan permintaan akan produksi
makanan berbahan dasar singkong tentunya akan berakibat pada meningkatnya
permintaan terhadap bahan baku singkong. Hal tersebut mendorong banyak
wilayah di sekitar Sumatera Barat sadar untuk mengelola lahan menjadi lahan
perkebunan singkong. Semakin besarnya tingkat permintaan singkong tentu akan
membantu meningkatkan kemapuan ekonomi para petani singkong.
Salah satu industri pangan yang memanfaatkan singkong atau ubi kayu yang
berkembang dengan baik di kota Padang adalah IKM keripik balado. Berdasarkan
data dan informasi yang diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian
Kota Padang IKM keripik dikota padang sebanyak 15 IKM dimana setiap IKM
berproduksi sebanyak 1-3 ton / minggunya. Salah satu industri keripik balado
yang ada di Kota Padang adalah Industri Keripik Balado Salsabila. Industri
Keripik Balado Salsabila memproduksi keripik balado dengan kapasitas produksi
3 ton per minggu dan menghasilkan limbah kulit singkong sebanyak 450 kg
perminggunya.
Saat ini, pemilik IKM belum memiliki upaya yang berarti guna mengolah
limbah kulit singkong yang menumpuk tiap harinya tersebut. Kulit singkong
hanya dibuang langsung ketempat pembuangan sampah yang berada dihalaman.
Minimnya edukasi dan pemahaman pelaku IKM dalam memanfaatkan limbah
secara optimal. Kulit singkong yang dihasilkan berpotensi menimbulkan
pencemaran bagi lingkungan. Kulit singkong yang dibuang akan menjadi limbah
organik yang mudah terurai secara alami. Kulit singkong yang sudah
dikelupaskan harus segera diolah agar tidak membusuk. Karena kulit singkong
mengandung air sehingga mikroorganisme mudah tumbuh dan menyebabkan bau
serta pencemaran lingkungan (Octaviana, 2022). Padahal limbah kulit singkong
tersebut dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang mendatangkan manfaat dan nilai
3

ekonomis tentunya. Oleh karena itu dibutuhkan solusi alternatif dalam pengolahan
limbah kulit singkong, salah satunya sebagai bahan baku briket kulit singkong.
Briket merupakan salah satu energi alternatif dengan memanfaatkan limbah
untuk meningkatkan nilai tambah dari limbah hasil pertanian, seperti limbah kulit
singkong (Mannihot Utilissima) yang dapat digunakan sebagai sumber bahan
bakar padat alternatif. Selain itu, menurut Adan (1998) sumber bahan padat
alternatif dapat berupa briket arang yang menghasilkan energi panas. Menurut
Wijaya (2012) Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari bahan
biomassa atau limbah biomassa, kandungan energi yang terdapat dalam suatu
biomassa cukup tinggi, yaitu antara 4.000-5000 kkal/kg. Saat ini, Indonesia
diprediksi mempunyai potensi energi biomassa cukup besar yang bersumber dari
berbagai limbah biomassa pertanian. Salah satu biomassa yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar yaitu biobriket arang . Briket arang termasuk bahan bakar
alternatif yang murah dan dapat dikembangkan secara masal dalam waktu yang
relatif singkat.
Saat ini briket yang banyak diproduksi adalah briket batubara. IKM masih
banyak memproduksi briket batubara karena peminatnya masih banyak. Dengan
jumlah permintaan yang terus meningkat, hingga mencapai 50 persen setiap
bulannya (Republika,2015). Walaupun begitu briket batubara memiliki kelemahan
tersendiri. Asap pembakaran briket batubara menyebabkan korosi pada besi. Asap
pembakaran menyebabkan polusi udara dan mengganggu pernafasan. Hasil
pembakaran menimbulkan bekas yang membuat tembok menjadi hitam dan kotor.
Berbagai penelitian ilmiah telah banyak dilakukan untuk mengolah limbah
kulit singkong sebagai bahan pembuatan briket. Salah satunya penelitian yang
dilakukan oleh Delly,dkk (2014) bahwa laju pembakaran briket kulit singkong
dengan perekat sagu adalah 0.43 gr/menit dan dengan perekat tanah liat adalah
0.56 gram/menit. Menurut penelitian Suryani,dkk (2019) pada briket campuran
20% arang kulit durian: 80% arang tempurung kelapa nilai kalor pada briket ini
menunjukkan semakin banyak kandungan tempurung kelapa, maka akan
semakin tinggi nilai kalornya. Hal tersebut karena tempurung kelapa memiliki
nilai kalor lebih tinggi dibandingkan dengan kulit durian.
4

Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Leni Rumiyanti dkk, (2018)
bahwa kualitas briket arang terbaik adalah kulit singkong karena memiliki kadar
air yang terendah yaitu sebesar 0,3833% dan kadar abu terendah yaitu sebesar
0,8452%. Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Irmawati Syahrir
dkk, (2017), biobriket yang diperoleh telah memenuhi beberapa parameter standar
yang telah di tetapkan oleh SNI, yaitu kadar air, kadar abu, dan nilai kalor. Briket
yang telah memenuhi standar tersebut yaitu pada waktu karbonisasi 30 menit dan
penambahan massa tepung tapioka 1,5gram dengan nilai kalor 5449 kal/gr, kadar
air 7,89%, kadar abu 7,72%, kadar zat terbang 32,7% dan kadar karbon terikat
78,69%.
Hirniah (2020) Dilihat dari nilai kalor pembakaran dari kulit singkong yaitu
3.843,84 kalori/gram, maka kulit singkong berpotensi untuk dijadikan bahan baku
pembuatan briket arang, namun, nilai kalor tersebut masih berada di bawah nilai
kalor yang di syaratkan dalam SNI briket arang kayu (Rusdianto, 2014) Untuk
menaikkan nilai kalor pada kulit singkong maka dilakukan kombinasi dengan
tempurung kelapa, Oleh karena itu, untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan
penelitian untuk menghasilkan briket arang yang baik menggunakan komposisi
kulit singkong dan campuran tempurung kelapa dengan perekat tepung tapioka.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik mengangkat judul Pengaruh
Penambahan Tempurung Kelapa Terhadap Kualitas Briket Kulit Singkong.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Potensi limbah kulit singkong sangat besar yaitu 1-3 ton per minggunya.
2. Limbah kulit singkong belum termanfaatkan dengan baik oleh IKM
sehingga akan menimbulkan pencemaran lingkungan seperti pencemaran
bau yang tidak sedap.
3. Masih adanya IKM yang menggunakan briket batubara sebanyak 50
persen setiap bulannya, padahal asap pembakaran briket batubara
menyebabkan korosi pada besi dan akan mencemari lingkungan.
5

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada
masalah sebagai berikut:
1. Pemanfaatan limbah kulit singkong dan tempurung kelapa menjadi briket
arang dengan komposisi yang digunakan dalam pembuatan briket dengan
nilai perbandingan kulit singkong terhadap tempurung kelapa, massa
gabungan arang kulit singkong dan tempurung kelapa yaitu sebanyak 500
gr setiap perlakuan.
2. Penelitian dilakukan dengan komposisi bahan baku dan bahan perekat
3. Penelitian ini dilakukan skala laboratorium.
4. Pengukuran dan pengujian yang akan dilakukan yaitu analisis secara
kimia terhadap kadar air, kadar abu, dan nilai kalor.
5. Kualitas briket dibandingkan dengan SNI 01-6235-2000.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penmbahan komposisi tempurung kelapa terhadap
kualitas briket kulit singkong?
2. Bagaimana pengaruh kombinasi dari jumlah perekat tepung Tapioka
terhadap briket?
3. Komposisi manakah yang terbaik dalam pembuatan briket arang kulit
singkong dengan penambahan komposisi kulit singkong dan tempurung
kelapa?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Menganalisis pengaruh penambahan tempurung kelapa terhadap kualitas
briket kulit singkong.
2. Menganalisis pengaruh persentasi perekat tepung tapioka terhadap kualitas
briket terhadap parameter nilai kalor, kadar air dan kadar abu sesuai SNI
01-6235-2000.
3. Menganalisis komposisi terbaik dengan penambahan tempurung kelapa
terhadap kualitas briket kulit singkong berdasarkan SNI 01-6235-2000.
6

1.6 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini bagi penulis maupun masyarakat yang membaca
antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai salah satu upaya memperluas wawasan dan khazanah ilmu
pengetahuan, serta sebagai informasi dan referensi bagi Mahasiswa,
Dosen, Peneliti dan Masyarakat mengenai pembuatan briket dari kulit
singkong dan campuran tempurung kelapa.
2. Manfaat Akademis
Penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk dijadikan
referensi dan pedoman bagi mahasiswa STTIND Padang yang akan
melakukan penelitian khususnya tentang pemanfaatan limbah industri kulit
singkong.
3. Manfaat Praktis
Penelitian dapat mejadi bahan pertimbangan pemerintah daerah dalam
pengolahan limbah industri singkong agar tidak mencemari lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Bahan Bakar Alternatif
Penggunaan energi semakin meningkat sejak keberadaan minyak bumi
ditemukan untuk pertama kalinya pada awal abad ke-18. Penggunaan energi
juga terus meningkat sejak adanya penemuan mesin berbahan bakar bensin
dan solar.Hingga sekarang ini, penggunaan energi minyak bumi yang berasal
dari fosil makhluk hidup yang tertimbun di dalam perut bumi memegang
peranan penting dalam setiap kegiatan pembangunan. Sumber energi dapat
didefinisikan sebagai kekayaan alam yang dapat memberikan sejumlah daya
dan tenaga apabila diproses dan diolah serta bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat luas di dalam penyebarannya. Karena sifatnya yang tidak dapat
diperbaharui secara cepat atau lambat, cadangan minyak bumi akan semakin
berkurang di dalam perut bumi. Hal ini menjadi masalah krusial yang harus
dicarikan jalan keluarnya (Kurniawan dan Marsono, 2008).
Tahun 1976 Indonesia pernah dilanda krisis energi dan kini kembali
terjadi lagi. Setelah mengalami masa stabil, kini pembangunan tersendat lagi
ketika harga minyak mentah di pasaran internasional melonjak tajam.
Kenaikan harga minyak mentah ini telah mendekati nilai 140 dolar AS per
barel pada Juni 2008. Direktorat Jenderal Kelistrikan dan Energi Alternatif
mengatakan bahwa sejuta barel minyak bumi habis dalam sehari untuk
memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Hal ini setara dengan pengeluaran
anggaran rutin sebesar 100 juta dolar AS atau sebanding dengan satu triliun
rupiah yang harus dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia untuk
menyelenggarakan pembangunan negeri (Kurniawandan Marsono, 2008).
Sebagian besar dari energi tersebut digunakan untuk keperluan sarana
transportasi, penerangan jalan dan rumah tangga. Oleh karena itu, untuk
meringankan beban anggaran negara pemerintah menghimbau kepada

7
8

masyarakat untuk mengadakan kegiatan penghematan energi dan


menggunakan energi alternatif (Kurniawan dan Marsono, 2008).
2.1.2 Biomassa
Biomassa merupakan suatu limbah padat berupa bahan kering material
organik atau bahan yang tersisa setelah suatu tanaman atau material organik
dihilangkan kadar airnya dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar
yang dapat diperbaharui. Biomassa meliputi limbah kayu, limbah pertanian,
limbah perkebunan, limbah hutan dan komponen organik dari industri dan
rumah tangga. Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif
pengganti bahan bakar fosil (minyak bumi) karena sifatnya yang dapat
diperbaharui dan relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak terjadi
polusi udara (Sinurat, 2011).
Salah satu aspek yang berperan penting dalam pengembangan biomassa
adalah teknologi konversi biomassa. Teknologi konversi biomassa memiliki
perbedaan pada alat yang digunakan untuk mengkonversi biomassa dan juga
dapat menghasilkan perbedaan jenis bahan bakar yang dihasilkan. Secara
umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat dibedakan
menjadi 3 (Hidayah, 2004).
1. Pembakaran langsung
2. Konversi termokimiawi
3. Konversi biokimiawi
Dalam pemanfaatannya, biomassa memiliki dampak - dampak yang
dihasilkan antara lain sebagai berikut (Kong, 2010):
1. Udara yang berada di sekitar proses pembakaran biomassa lebih
bersih dibandingkan kualitas udara di dekat proses pembakaran
BBM fosil. Dengan demikian, masyarakat lebih diuntungkan dalam
menghemat biaya perawatan kesehatannya.
2. Bagi pengelola pembangkit daya yang berbahan bakar biomassa,
penggunaan bahan bakar biomassa dapat menekankan biaya investasi
dalam membeli alat pencegah emisi yang tidak terlalu canggih
maupun biaya operasional harian. Semakin kompleks
9

pengoperasiannya, semakin besar energi listrik yang diperlukan


karena setiap unit pencegahan polusi perlu energi listrik.
3. CO2 hasil pembakaran biomassa juga dikategorikan sebagai “carbon
neutral” karena diserap kembali oleh tumbuh-tumbuhan guna
menopang pertumbuhannya.
Biomassa memiliki keunggulan sebagai bahan bakar, adapula
keterbatasan-keterbatasannya, yaitu kandungan tingkat kelembabannya
(moisture content) cukup tinggi hingga 60% dan kandungan abu sisa
pembakaran relative tinggi, namun mempunyai titik leleh yang rendah (low
ash melting temperature) serta kandungan unsur klorin yang cukup tinggi
untuk jenis-jenis biomassa tertentu.
Pemanfaatan optimal biomassa mengharuskan untuk
mengklasifikasikan keunggulan-keunggulan maupun kekurangan-
kekurangannya agar kemudian dapat diambil gambaran karakteristik biomassa
untuk mendesain ruang bakar (combustion chamber) yang sesuai sehingga
dapat digunakan bagi proses pembakaran biomassa, baik sebagai bahan bakar
tunggal (100% biomassa) maupun sebagai bahan bakar pencampur batubara
dengan porsi antara 5-10% dari basis berat (weight basis). Abu batubara yang
bersifat lebih stabil akan menjadi faktor penyeimbang abu biomassa sehingga
abu campuran batubara, biomassa tidak mudah meleleh pada temperatur
rendah dan dapat mencegah terjadinya atau terbentuknya kerak di dalam ruang
bakar.
Faktor-faktor keunggulan dan kelemahan pemanfaatan energi biomasa
menurut Kong (2010).
a) Keunggulan pemanfaatan energi biomassa
1. Terdapat di semua tempat.
2. Mengurangi sampah-sampah perkotaan, pertanian, maupun
industri.
3. Bahan bakar yang selalu tersedia, bila diproses dengan benar.
4. Pembakaran biomassa mengurangi secara signifikan emisi gas
sulfur,NOx dan CO2.
10

b) Kelemahan pemanfaatan energi biomassa


1. Kandungan energinya tidak setinggi bahan bakar fosil.
2. Biaya total pretreatment relatif tinggi, terutama untuk jenis
biomassa dengan kandungan kelembaban tinggi.
3. Menimbulkan emisi bila terjadi pembakaran tidak sempurna.

Menurut Petter dalam Kong (2010), nilai kalori biomassa dapat


dipengaruhi oleh kandungan kelembaban didalamnya. Jika kandungan
kelembaban biomassa tercatat 87% (acuan basah/wet basis), nilai kalori
nettonya (low heating value) akan menjadi nol, dan biasanya nilai kandungan
kelembaban di dalam biomassa tidak boleh melebihi 55% (acuan basah) agar
dapat dibakar sehingga muatan energinya dapat diambil.
Kandungan kelembaban sangat berpengaruh bagi biomassa sebagai
bahan bakar, sangat penting dalam perhitungan kandungan kelembaban
dicantumkan dasar pengukurannya agar tidak rancu. Hal ini penting karena
biomassa memiliki tingkat kandungan atau tingkat kelembaban yang sangat
besar bila diukur dari basis basah (on a wet basis).
2.1.3 Kulit Singkong
Kulit singkong merupakan limbah dari singkong yang memiliki
kandungan karbohidrat tinggi. Selama ini, kulit singkong umumnya
digunakan sebagai pakan ternak dan kadang hanya dibuang begitu saja
menjadi sampah. Persentase jumlah limbah kulit bagian luar sebesar 0,5-2%
dari berat total singkong segar dan limbah kulit bagian dalam sebesar 8-15%.
Limbah kulit singkong termasuk dalam kategori sampah organik karna
sampah ini dapat terdegradasi (membusuk atau hancur) secara alami (ABBA
Set al., 1995). Komposisi kimia kulit singkong dapat dilihat pada Tabel 2.1.
11

Tabel 2.1 Kandungan Kimia Kulit Singkong


Komponen Kadar
Air 7,9 – 10,32 %
Pati (starch) 44 – 59 %
Protein 1,5 – 59 %
Lemak 0,8 – 2,1 %
Abu 0,2 – 2,3 %
Serat 17,5 – 27,4 %
Ca 0,42 – 0,77 %
Mg 0,12 – 0,24 %
P 0,02 – 0,10 %
HCN (ppm) 18,0 – 309,4 ppm
Sumber: Nur Richana (2013)
2.1.4 Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa terletak dibagian dalam kelapa setelah sabut. Pada
bagian pangkal tempurung terdapat 3 buah lubang tumbuh (ovule) yang
menunjukkan bahwa bakal buah asalnya berlubang 3 dan yang tumbuh
biasanya satu buah. Tempurung merupakan lapisan yang keras dengan
ketebalan antara 3 mm sampai 5 mm tetapi mempunyai kadar lignin yang
lebih tinggi dan kadar selulosa lebih rendah dengan kadar air sekitar 6-9%
(dihitung berdasarkan berat kering) dan terutama tersusun dari lignin, selulosa
dan hemiselulosa (Triono, 2006).
Apabila tempurung kelapa dibakar pada temperatur tinggi dalam ruangan
yang tidak berhubungan dengan udara maka akan terjadi rangkaian proses
penguraian penyusun tempurung kelapa tersebut dan akan menghasilkan
arang. Tempurung kelapa yang dijadikan arang haruslah tempurung yang
bersih dan berasal dari kelapa yang tua, bahan harus kering agar proses
pembakarannya berlangsung lebih cepat dan tidak menghasilkan banyak asap.
Arang tempurung kelapa adalah produk yang diperoleh dari pembakaran tidak
sempurna terhadap tempurung kelapa. Arang lebih menguntungkan daripada
kayu bakar. Arang memberikan kalor pembakaran yang lebih tinggi dan asap
yang lebih sedikit.
12

Arang dapat ditumbuk kemudian dikempa menjadi briket dalam


berbagai macam bentuk. Briket lebih praktis penggunaannya dibanding kayu
bakar. Arang dapat diolah lebih lanjut menjadi arang aktif dan sebagai bahan
pengisi dan pewarna pada industri karet dan plastik. Pembakaran tidak
sempurna pada tempurung kelapa menyebabkan senyawa karbon kompleks
tidak teroksidasi menjadi karbondioksida, peristiwa tersebut disebut sebagai
pirolisis. Pada proses pirolisis energi panas mendorong terjadinya oksidasi
sehingga molekul karbon yang kompleks terurai sebagian besar menjadi
karbon atau arang. Pirolisis untuk pembentukan arang tersebut disebut sebagai
pirolisis primer. Arang dapat mengalami perubahan dalam proses yang lebih
lanjut menjadi karbon monoksida, gas hidrogen dan gas-gas hidrokarbon.
Peristiwa ini disebut sebagai pirolisis sekunder (Arni, 2013).
Sifat kerasnya disebabkan oleh banyaknya kandungan silikat (SiO2)
yang terdapat pada tempurung tersebut. Dari berat total buah kelapa antara
15% sampai 19% merupakan berat tempurungnya. Selain itu, tempurung juga
banyak mengandung lignin, sedangkan kandungan methoxyl dalam tempurung
hampir sama dengan yang terdapat dalam kayu. Pada umumnya, nilai kalor
yang terkandung dalam tempurung kelapa adalah berkisar antara 18200kJ/kg
hingga 19338,05 kJ/kg. Komposisi kimia yang terdapat pada tempurung
kelapa dapat pada tabel 2.2 dan gambar tempurung dapat dilihat pada gambar
2.1 di bawah ini.
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Tempurung Kelapa
Unsur Kimia Kandungan (%)
Sellulosa 26,60
Pentosan 27
Lignin 29,40
Kadar Abu 0,60
Solven Ekstraktif 4,20
Uronat Anhydrad 3,50
Nitrogen 0,11
Air 8,00
13

Sumber: Triono, 2006

Gambar 2.1 Tempurung Kelapa


2.1.5 Briket Bioarang
Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan
arang yang terbuat dari bioarang (bahan lunak). Bioarang yang sebenarnya
termasuk bahan lunak yang dengan proses tertentu diolah menjadi bahan arang
keras dengan berbentuk tertentu. Kualitas dari bioarang ini tidak kalah dengan
batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya (Archenita, 2010). Pembuatan
briket arang dari limbah pertanian dapat dilakukan dengan menambah bahan
perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk,
diampurkan dengan perekat, dicetak sesuai dengan yang diinginkan dan
dikeringkan secara manual.
Kualitas briket bioarang juga ditentukan oleh bahan pembuat atau
penyusunnya, sehingga mempengaruhi kualitas nilai kalor, kadar air, kadar
abu, kadar bahan menguap dan kadar karbon terikat pada briket tersebut.
Pembuatan briket degan menggunakan bahan perekat akan lebih baik hasilnya
jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan perekat. Disamping
meningkatnya nilai bakar dari bioarang, kekuatan briket arang dari tekanan
luar juga lebih baik (tidak mudah pecah). Kualitas briket yang dihasilkan
menurut standar mutu Inggris dan Jepang dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai
berikut
14

Tabel 2.3 Sifat Fisik dan Kimia Briket Arang Buatan


Jepang, Amerika, Inggris dan Indonesia
Sifat Jepang Amerika Inggris Indonesia
Kadar Air (%) 6-8 6,2 3,6 7,57
KadarAbu (%) 3-6 8,3 5,9 5,51
Kadar Zat menguap 15-30 19,28 16,4 16,14
(%)
Kadar Karbon terikat 60-80 60 75,3 78,35
(%)
Kerapatan (g/cm3) 10-12 1 0,48 0,4407
Keteguhan Tekanan 60-65 62 12,7 -
(kg/cm2)
Nilai Kalori (Kal/g) 6000-7000 6230 7289 6914,11
Sumber: Sudiro, 2014
2.1.6 Bahan Perekat
Untuk merekatkan partikel – partikel zat dalam bahan baku pada proses
pembuatan briket maka diperlukan zat perekat sehingga dihasilkan briket yang
kompak. Berdasarkan fungsi dari perekat dan kualitasnya, pemilihan bahan
perekat dapat dibagi sebagai berikut:
1. Berdasarkan sifat/bahan baku perekat briket.
Adapun karakteristik bahan baku perekatan untuk pembuatan
briket adalah sebagai berikut:
a) Memiliki gaya kohesi yang baik bila dicampur dengan
semikokas atau batubara.
b) Mudah terbakar dan tidak berasap.
c) Mudah didapat dalam jumlah banyak dan murah harganya.
d) Tidak mengeluarkan bau, tidak beracun dan tidak berbahaya.
2. Berdasarkan jenis
Jenis bahan baku yang umum dipakai sebagai pengikat untuk
pembuatan briket, yaitu:
15

a) Pengikat anorganik
Pengikat anorganik dapat menjaga ketahanan briket selama
proses pembakaran sehingga dasar permeabilitas bahan bakar
tidak terganggu. Pengikat anorganik ini mempunyai
kelemahan yaitu adanya tambahan abu yang berasal dari
bahan pengikat sehingga dapat menghambat pembakaran dan
menurunkan nilai kalor. Contoh dari pengikat anorganik
antara lain semen, lempung (tanah liat), natrium silikat.
b) Pengikat Organik
Pengikat organik menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah
pembakaran briket dan umumnya merupakan bahan perekat
yang efektif. Contoh dari pengikat organik diantaranya kanji,
tar, aspal, amilum, molase dan parafin. Adapun bahan perekat
dalam pembuatan briket ini adalah tepung tapioka (sagu).
Sagu merupakan tanaman tropik yang sangat produktif sebagai
penghasil pati dan energi. Diperkirakan produktifitas sagu
dapat mencapai dua kali produktifitas ubi kayu. Pada saat ini
potensi produksi sagu di Indonesia diperkirakan 4.913ton
tepung kering per tahun. Jumlah ini masih dapat
dikembangkan menjadi 90 kali lipat jika dilakukan
pemanfaatan 50 persen dari total daerah rawa yang ada dan
dilakukan perbaikan teknik budidaya (Setiawan, 2014).
2.1.7 Kualitas Briket Bioarang
Kualitas briket bioarang ditentukan oeh beberapa parameter dan faktor
yang mempengaruhi, berikut yang mempengaruhi kualitas briket bioarang.
Kualitas briket arang dapat dinilai dari beberapa parameter sebagai berikut:
1. Nilai kalor
Menurut Koesoemadinata (1980), nilai kalor bahan bakar adalah
jumlah panas yang dihasilkan atau ditimbulkan oleh suatu gram bahan
bakar tersebut dengan meningkatkan temperatur 1 gr air dari 3,5C –
4,50C, dengan satuan kalori. Dengan kata lain nilai kalor adalah
16

besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran suatu jumlah tertentu


bahan bakar. Semakin tinggi berat jenis bahan bakar, maka semakin
tinggi nilai kalor yang diperolehnya. Adapun alat yang digunakan
untuk mengukur kalor disebut kalorimeter bom (Bomb Calorimeter).
Ditinjau dari ukuran partikel briket maka semakin kecil ukuran
partikelnya, semakin tinggi nilai kalor. Nilai kalor dalam biobriket
dipengaruhi oleh kadar karbon terikat (fixed carbon). Kadar karbon
terikat (fixed carbon) rendah akan memiliki nilai kalor rendah dan
sebaliknya kadar karbon terikat (fixed carbon) tinggi akan memiliki
nilai kalor yang tinggi
2. Kadar Air
Kandungan air yang tinggi menyulitkan penyalaan dan mengurangi
temperatur pembakaran. Moisture dalam bahan bakar padat terdapat
dalam dua bentuk, yaitu sebagai air bebas (free water) yang mengisi
rongga pori-pori di dalam bahan bakar dan sebagai air terikat (bound
water) yang terserap di permukaan ruang dalam struktur bahan bakar
(Syamsiro, 2007).) Kadar air sangat menentukan kualitas arang yang
dihasilkan. Arang dengan kadar air rendah akan memiliki nilai kalor
tinggi. Makin tinggi kadar air maka akan makin banyak kalor yang
dibutuhkan untuk mengeluarkan air dari dalam kayu agar menjadi uap
sehingga energi yang tersisa dalam arang akan menjadi lebih kecil
(Soeparno,1993).
Perhitungan:
% Kadar air = berat yang hilang X 100% ……….( Persamaan 2.1 )
berat sampel
3. Kadar Abu
Abu sebagai bahan yang tersisa apabila kayu dipanaskan sampai berat
yang konstan. Kadar abu ini sebanding dengan berat kandungan bahan
anorganik di dalam kayu. Fengel dan Wegener (1995) mendefinisikan
abu sebagai jumlah sisa setelah bahan organik dibakar, yang komponen
utamanya berupa zat mineral, kalsium, kalium, magnesium dan silika.
17

Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tak
dapat terbakar dan tertinggal setelah proses pembakaran atau reaksi-
reaksi yang menyertainya selesai. Abu berperan menurunkan mutu
bahan bakar karena menurunkan nilai kalor.

Perhitungan:
% Kadar abu = berat abu x 100% ……… ( Persamaan 2.2 )
berat sampel 2.2 Penelitian yang relevan
18

Tabel 2.4 Penelitian yang Relevan


No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil Penelitian
1 Leni Rumiyanti, 2018 Analisis Proksimat Pada penelitian ini, yang memiliki kualitas briket arang terbaik
Annisa Irnanda, Pada Briket Arang adalah kulit singkong karena memiliki kadar air yang terendah yaitu
Yusup Limbah Pertanian sebesar 0,3833% dan kadar abu terendah yaitu sebesar 0,8452%.
Hendronursito Sementara, kualitas terburuk adalah tongkol jagung karena memiliki
kadar air tertinggi yaitu sebesar 2,412 % dan kadar karbon tertambat
terendah yaitu sebesar 71,442 %.
2 Irmawati Syahrir, 2017 Pemanfaatan Dari penelitian yang di lakukan hasil terbaik biobriket yang
Muhammad limbah padat hasil diperoleh telah memenuhi beberapa parameter standar yang telah di
Syahrir, hidrolisis dari kulit tetapkan oleh SNI, yaitu kadar air, kadar abu, dan nilai kalor.
Sirajuddin singkong menjadi Biobriket yang telah memenuhi standar tersebut yaitu pada waktu
biobriket karbonisasi 30 menit dan penambahan massa tepung tapioka
1,5gram dengan nilai kalor 5449 kal/gr, kadar air 7,89%, kadar abu
7,72%, kadar zat terbang 32,7% dan kadar karbon terikat 78,69%
3 Yaumal Arbi, 2018 Analisis nilai Dari penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai
Eka Rahmatul Kalori briket bahwa Nilai kalori briket tempurung kelapa menggunakan alat
Aidha, Linda tempurung kelapa bomb calorimeter 7.486 Kal/g dengan kadar air 0%, nilai ini sesuai
Deflianti sebagai bahan dengan standar SNI01-6235-2000 yang mensyaratkan min 5000
bakar alternatif di Kal/g untuk briket arang
kecamatan Sipora
Utara Kabupaten
Mentawai.

4 Lilih 2017 Pembuatan briket Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil
Sulistyaningkarti, arang dari limbah kesimpulan:
19

No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil Penelitian


dan Budi Utami organik tongkol
jagung dengan 1) Sumber energi alternatif yaitu briket arang dapat dibuat dari
menggunakan bahan dasar limbah biomassa dari limbah pertanian tongkol jagung,
variasi jenis dan 2) Briket arang limbah organik tongkol jagung dengan perekat
persentase perekat tepung tapioka memiliki kualitas yang lebih baik dari segi kadar air,
kadar zat menguap, kadar abu, kadar karbon terikat dan nilai kalor
jika dibandingkan dengan perekat tepung terigu,
3) Briket arang limbah organik tongkol jagung untuk masing
masing jenis perekat yaitu perekat tapioka dan perekat tepung
terigu, briket dengan persentase perekat 5% memiliki kualitas lebih
baik jika dibandingkan dengan persentase perekat 10% dan 15%,
4.) Karakteristik briket arang limbah organik tongkol jagung yang
terbaik adalah sebagai berikut:
a) Kadar air sebesar 3,67%,
b) Kadar zat menguap (volatile matter) sebesar 11,01%,
c) Kadar abu sebesar 4,83%,
d) Kadar karbon terikat (fixed carbon) sebesar 80,52% dan
e) Tinggi nilai kalor yaitu 5663, 50% memenuhi standar kualitas
SNI 01-6235-2000.

5 Renny Eka Putri 2017 Studi Mutu Briket Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan
dan Andasuryani Arang dengan bahwa semua briket yang dihasilkan sangat sesuai dengan SNI,
bahan baku Limbah karena sifat karakteristiknya sangat mendekati nilai parameter SNI.
Biomassa Hal ini terbukti dari pengujian mulai dari kadar air, kuat tekan,
densitas, kadar abu, kadar karbon dan nilai kalor yang dihasilkan,
sehingga dapat dikatakan briket yang dihasilkan layak pakai untuk
masyarakat setempat. Bukti yang sangat menguatkan ialah nilai
20

No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil Penelitian


kadar karbon mencapai 97.14% yang dikategorikan sangat
mendekati 100%. Hal ini berarti kualitas pembakaran briket tersebut
sangat bagus karena nilai kadar karbon sangat tinggi begitu pula
dengan kadar abu nya yang sangat rendah menyatakan bahwa
pembakaran briket yang dihasilkan sangat bagus.

6 J. Ajith Kumar, 2019 Comparative Dalam penelitian ini, sifat-sifat arang dan biomassa dengan pati
K. Vinoth analysis of sebagai pengikat dianalisis. Juga, pengaruh briket padat dan
Kumar, M briquettes obtained berongga pada abu, kadar air dan bahan mudah menguap dari briket
Petchimuthu, S. from biomass and dipelajari. Briket dibuat dari limbah kayu, arang murni dan arang
Iyahraja, D. charcoal dengan bahan pengikat pati. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
Vignesh Kumar arang murni memiliki nilai kalor yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bahan pengikat dan biomassa. Namun penambahan bahan
pengikat pada arang maupun briket bentuk berongga dapat
menurunkan kadar abu, kadar air dan bahan volatil yang dapat
memberikan manfaat berupa pengurangan efek korosi.
21

No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil Penelitian


7 Jamilu Tanko, 2020 Characterization of Dalam penelitian ini ditemukan bahwa CS memiliki nilai kalor
Umaru Ahmadu, Rice Husk and tertinggi, kadar air dan kadar abu yang rendah. Demikian pula,
Umar Shadiq, Coconut Shell diamati bahwa campuran RH dan CS dan briket pada rasio 60:40
Alhassan Muazu Briquette as an dan 90:10 RH terhadap CS telah meningkatkan nilai kalor. Hasil ini
Alternative Solid sangat baik dibandingkan dengan American Standard of Testing
Fuel. Materials (ASTM) dan yang dilaporkan dalam literatur dalam
kisaran yang dapat diterima dari 17 hingga 21 MJ/kg dan
menyiratkan bahwa mereka memiliki keunggulan pemanasan lebih
dan lebih kompetitif dibandingkan dengan bahan bakar padat
konvensional. Selanjutnya, hasil menunjukkan bahwa nilai kalor
dari lima rasio briket bukan merupakan fungsi dari kadar air dan
kadar abunya, melainkan kadar karbon totalnya

(Sumber : Hasil Review Jurnal, 2022)


22

2.2 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual terdiri input, proses dan output yang merupakan data-
data kebutuhan penelitian dan proses pengumpulan data lapangan yang dilakukan
pada saat penelitian serta hasil analisis data.

PROSES
1. Pembuatan arang kulit si OUTPUT
ngkong, arang tempurung
INPUT
kelapa dan perekat
1. Limbah Kulit Si tepung tapioka
Didapatkan
ngkong 2. Pengaduka briket dengan
briket dengan
2. Limbah tempuru variasi yang digunakan
yaitu perbandingan kulit kualitas sesuai
ng kelapa
singkong dan tempurung dengan SNI
3. Perekat tepung t
apioka kelapa yaitu 50:50 ; 01-6235-2000
60:40; 70:30 ; 80:20;
90:10 ; 100: 0 dengan
jumlah masa keduanya
500 gr. Komposisi
perekat yang digunakan
yaitu 3.5% dan 5% dari
jumlah bahan baku.
3. Pencetakan briket dan
pengeringan briket
4. Serta parameter yang
akan diuji adalah nilai
kalor, kadar air dan kadar
abu

Gambar 2.2 Kerangka


Konseptual
Adapun Input dalam penelitian ini adalah limbah kulit singkong yang
didapatkan dari indutri keripik di Kota Padang, limbah tempurung kelapa yang
didapatkandari industri santan yang ada di Kota Padang dan tepung tapioca
sebagai perekat. Proses yang akan di lakukan yaitu pembuatan arang kulit
singkong dan arang tempurung kelapa, setelah itu dilakukan pembuatan perekat
tepung tapioka, setelah semua bahan siap masuk ke tahap proses pembuatan briket
23

dengan variasi komposisi kulit singkong dan tempurung kelapa yaitu 50:50 ;
60:40; 70:30 ; 80:20; 90:10 ; 100: 0 dengan massa keduanya yaitu 500 gr. Setelah
itu di aduk dan di campur dengan perekat tepung tapioka dengan komposisi 3.5 %
dan 5 % dari jumlah bahan baku. Setelah itu di cetak dan di keringkan. Setelah
briket kulit singkong dan tempurung kelapa jadi dilakukan uji laboratorium yaitu
pengujian nilai kalor, kadar air dan kadar abu. lalu didapatkan output yaitu
mengetahui komposisi terbaik briket dengan kualitas sesuai dengan SNI 01-6235-
2000.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat
eksperimen. Penelitian eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendali (Sugiyono, 2011).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
1. Lokasi pengambilan sampel
Lokasi pengambilan sampel yaitu di IKM Keripik Singkong
Salsabila yang beralamat di Kubu Dalam Parak Karakah Kecamatan
Padang Timur Kota Padang. Sementara tempurung kelapa akan
diambil dari IKM pengolah santan yang ada di sekitar Kota Padang.

Gambar 3.3 Denah lokasi Industri keripik


2. Lokasi Pengujian
Pembuatan Briket dari kulit singkong dengan campuran tempurung
kelapa akan di lakukan di labor air STTIND Padang. Dan kemudian
akan dilanjutkan dengan pengujian kadar air dan kadar abu.
Selanjutnya penelitian pengujian nilai kalori pada briket akan
25

dilakukan di Laboratorium PT Semen Padang. Sampel yang


digunakan adalah briket tempurung kelapa dan kulit singkong.
Pengujian nilai kalori ini menggunakan Bomb Calorimeter. Bom
kalorimeter ini digunakan untuk menghitung nilai kalori briket
tempurung kelapa dan kulit singkong yang tepat, teliti dan sesuai
dengan standar yang sudah ditentukan. Penelitian ini hanya
menghitung nilai kalori dengan sampel yang sudah disediakan
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2022 sampai bulan Mei tahun
2023.
3.3 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit
singkong dan tempurung kelapa.
3.4 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua varibel yaitu variable bebas dan variable
terikat :
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini berupa komposisi kulit singkong,
tempurung kelapa dan tepung tapioka.
26

Tabel 3.5 Komposisi Kulit Singkong dan Tempurung Kelapa


Komposisi
Kode
Kulit Singkong Tempurung kelapa Tepung Tapioka
B1 50% 50%
B2 60% 40%
B3 70% 30%
3.5 %
B4 80% 20%
B5 90% 10%
B6 100% 0%
C1 50% 50%
C2 60% 40%
C3 70% 30%
5%
C4 80% 20%
C5 90% 10%
C6 100% 0%

2.Variabel terikat
Variabel terikat merupakan parameter uji yang dipakai pada penelitian ini :
a. Uji kadar air
b. Uji kadar abu
c. Uji nilai kalor
d. Suhu Karbonasi 500c
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
3.4.1 Alat
Alat yang akan digunaan pada penelitian ini yaitu:
1. Pipa diameter 2 cm, tinggi 4 cm
2. Tongkat penekan
3. Breaker glass (gelas piala) 500 ml
4. Spatula
5. Oven
6. Batang pengaduk
7. Neraca kasar
8. Ayakan ukuran 60 mesh
27

9. Drum bekas
10. Cawan porselen
11. Lesung dan alu keramik
12. Furnace
13. Bomb colorimeter
14. Desikator
3.4.2 Bahan
Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Kulit singkong sebanyak 6.750
2. Tempurung kelapa sebanyak 2.250 kg
3. Tepung tapioka (kanji) sebanyak 330 gr
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Prosedur Pembuatan Arang Kulit singkong
Prosedur pembuatan arang kulit singkong yaitu: (Irmawati Shahrir
dkk,2017).
1. Sampel kulit singkong disiapkan pada wadah penampung berupa
karung dengan kapasitas sebesar 40 kg.
2. Setelah sampel kulit singkong disortir dari lapangan langsung
dikeringkan dengan menggunakan cahaya matahari selama 1
minggu.
3. Selanjutnya kulit singkong yang sudah kering dikarbonasi
menggunakan furnace dengan suhu 500 oC selama 120 menit untuk
dijadikan arang.
4. Setelah sampel kulit singkong menjadi arang, sampel digiling sampai
halus dan diayak dengan ayakan ukuran 60 mesh.
5. Sampel siap digunakan.
3.5.2 Prosedur Pembuatan Arang Tempurung kelapa
Prosedur pembuatan arang tempurung kelapa yaitu: (leny rumiyanti
dkk ,2018).
1. Sampel tempurung kelapa disiapkan pada wadah penampung
berupa karung dengan kapasitas sebesar 30 kg.
28

2. Setelah sampel tempurung kelapa diambil dari lapangan,


dilakukan proses penyortiran terlebih dahulu.
3. Sampel tempurung kelapa yang sudah dipilih kemudian
dikarbonasi dengan suhu 700-800 oC untuk dijadikan arang.
4. Output proses karbonasi menghasilkan arang, sampel kemudian
digiling sampai halus dan diayak dengan ayakan ukuran 60
mesh.
5. Sampel siap digunakan.
3.5.3 Prosedur Pembuatan Perekat
Prosedur pembuatan perekat dari tepung tapioca yaitu:
1. Tepung tapioka ditimbang dalam beaker glass 500 ml sebanyak,
3.5% (17,5 gr) dan 5 % (25 gr) dari 500 gr campuran arang kulit
singkong dan arang tempurung kelapa.
2. Kemudian menambahkan air dengan perbandingan massa tepung
tapioka dengan air 1:10.
3. Diaduk-aduk menggunakan batang pengaduk didalam beaker
glass 500 ml sampai larut.
3.5.4 Prosedur Pembuatan Briket Kulit Singkong
Prosedur Pembuatan Briket kulit singkong yaitu: (Irmawati Syahrir
dkk, 2017)
1. Arang kulit singkong dan arang tempurung kelapa dicampur
dengan masing-masing perlakuan sebanyak 500 gr per sampel,
diaduk hingga homogen.
2. Tahap selanjutnya, setelah bahan sampel homogeny untuk
Sampel kode B1-B6 ditambahkan perekat tepung tapioca
dengan konsentrasi 3.5 % (17,5 gr) dan untuk sampel kode C1-
C6 ditambahkan perekat tepung tapioca dengan konsentrasi 5%
(25 gr).
3. Adonan arang dan perekat tapioka di aduk dan dicampur
hingga homogeny.
29

4. Setelah itu adonan dicetak menggunakan alat briket dengan


diameter 2 cm dan tinggi 4 cm.
5. Setelah briket terbentuk, lalu dikeringkan dengan oven dengan
suhu 60oC selama 24 jam atau pengeringan dengan cahaya
matahari selama 4-7 hari.
6. Briket arang kulit singkong campuran tempurung kelapa siap
digunakan untuk pengujian kualitas di laboratorium.
3.6 Data Dan Sumber Data
Data yang diambil dala penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Untuk data primer yang gunakan berasal dari hasil uji laboratorium
yang merupakan data kualitas briket. Sedangkan untuk data sekunder berasal dari
SNI 01-6235-2000 standard baku mutu briket arang kayu. Data dan sumber data
dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.6 Parameter dan Metode Analisis Kualitas
Briket Arang Kulit Singkong
No Parameter Satuan Metode Analisis
1. Kadar Air % SNI 06-3730-1995
2. Kadar Abu % SNI 06-3730-1995
4. Kalor kal/g SNI 01-6235-2000
Sumber: Badan Standarisasi Nasional
Hasil uji dari parameter kualitas briket arang kulit singkong tersebut
kemudian dibandingkan dengan Standar Mutu briket arang kayu (SNI 01-
62352000) untuk standarnya yaitu kadar air maksimum 8 %, kadar abu
maksimum 8%, kadar zat terbang maksimum 15 %, dan nilai kalor minimum
5000 kal/g.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik Pengolahan data yang akan dilakukan untuk menganalisa pengaruh
penambahan tempurung kelapa terhadap kualitas briket kulit singkong maka kita
harus tahu bagaimana cara akan pembuatan briket kulit singkong, sedangkan
untuk mengetahui kualitas briket yang di buat, maka harus dilakukan uji
laboratorium berdasarkan parameter-parameter pengujian kualitas briket sesuai
30

SNI 01-6235-2000. Parameter-parameter uji yang akan dilakukan yaitu pengujian


nilai kalor, kadar air dan kadar abu terhadap briket kulit singkong, tata cara
pengujian parameter tersebut yaitu:
1. Pengujian Kalor Bakar
Merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah unit
panas yang dikeluarkan per unit bahan bakar yang dibakar dengan
oksigen. Pada penelitian ini pengujian kalor bakar menggunakan alat ISO
Peribol Bomb Calorimeter PARR 1261. Pengujian menggunakan alat ini
akan menampilkan nilai kalor sampel yang di uji secara langsung.
2. Pengujian Kadar Abu
Pengujian kadar abu bertujuan untuk menentukan kadar mineral yang
tersisa setelah proses pembakaran secara sempurna pada suhu 550 oC. Nilai
kadar abu dilakukan dengan cara mengeringkan cawan abu terlebih dahulu
selama 1 malam pada suhu 550oC.selanjutnya dinginkan cawan
menggunakan desikator dan lakukan penimbangan berat cawan.
Kemudian timbang sampel briket yang digunakan sebanyak 1 gam dan
masukkan ke dalam cawan dan lakukan pembakaran dalam tanur pada
suhu 550oC sampai mencapai berat konstan. Selanjutnya dinginkan dengan
desikator dan lakukan penimbangan. Cara perhitungan Kadar abu dapat di
lihat di persamaan 3.1
Perhitungan:
% Kadar abu = berat abu x 100%..............(Persamaan 3.1)
berat sampel
3. Pengujian Kadar Air
Pengujian kadar air bertujuan untuk menentukan jumlah air yang
terkandung dalam bahan bakar dengan memanaskannya di dalam oven
pada suhu 105oC. pengujian dilakukan dengan menimbang berat cawan
terlebih dahulu kemudian menimbang berat cawan tambah berat sampel
briket sebelum dimasukkan ke oven menggunakan timbangan digital
selanjutnya bahan dengan cawan di oven pada suhu 105 oC selama 1 jam
31

lalu timbang lakukan tahap selanjutnya sampai didapatkan berat yang


konstan. Perhitungan kadar air dapat di lihat di persamaan 3.2
Perhitungan:
% Kadar air = B – C X 100% …………….. (Persamaan 3.2)
B–A
Keterangan: A = berat cawan (gram)
B = berat cawan + bahan sebelum di oven (gram)
C = berat cawan + bahan setelah di oven ( gram )
3.8 Diagram Alur Penelitian
Adapun langkah - langkah penelitian yang digunakan penulis dapat di lihat
pada kerangka metodologi berikut:
32

Gambar 3.4 Diagram Alur Penelitian


BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data


4.1.1 Pengumpulan Data Nilai Kalor
Data didapat dari proses eksperimen dilaboratorium dan pengujian
dilaboratorium. Proses pengujian parameter nilai kalor mengacu pada SNI
01-6235-2000. Data diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.7 Pengolahan Nilai Kalor
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka 3,5%
Variasi I II Rata-rata
Kode (kal/g) (kal/g) (kal/g)
50;50 5420 5448 5434
(B1)
60;40 4969 4989 4979
(B2)
70;30 4721 4729 4725
(B3)
80;20 4821 4845 4833
(B4)
90;10 4287 4292 4287
(B5)
100;0 2737 2759 2748
(B6)
Sumber: Pengujian laboratorium.
34

Tabel 4.8 Pengolahan Nilai Kalor


Menggunakan Perekat Tepung Tapioka 5%
Variasi I II Rata-rata
Kode (kal/g) (kal/g) (kal/g)
50;50 5368 5386 5377
(C1)
60;40 4906 4924 4915
(C2)
70;30 4457 4467 4462
(C3)
80;20 4607 4617 4612
(C4)
90;10 4543 4559 4551
(C5)
100;0 2869 2883 2876
(C6)
Sumber: Pengujian laboratorium.

4.1.2 Pengumpulan Data Kadar Air


Data didapatkan dari proses eksperimen dilaboratorium dan pengujian
dilaboratorium. Proses pengujian parameter kadar air mengacu pada SNI 01-
6235- 2000. Data diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.9 Pengolahan Kadar Air
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka 3.5%
Variasi I II Rata-rata
Campuran (%) (%) (%)
50;50
2,570 2,530 2,550
(B1)
60;40
3,505 3,494 3,500
(B2)
70;30
3,502 3,497 3,500
(B3)
80;20
4,644 4,655 4,650
(B4)
90;10
4,798 4,801 4,800
(B5)
100;0
5,645 5,655 5,650
(B6)
Sumber: Pengujian laboratorium.
35

Tabel 4.10 Pengolahan Data Kadar Air


Menggunakan Perekat Tepung Tapioka 5%
Variasi I II Rata-rata
Campuran (%) (%) (%)
50;50
2,798 2,801 2,800
(C1)
60;40
4,201 4,198 4,200
(C2)
70;30
4,039 4,060 4,050
(C3)
80;20
4,796 4,803 4,800
(C4)
90;10
4,946 4,953 4,950
(C5)
100;0
5,820 5,819 5,820
(C6)
Sumber: Pengujian laboratorium
4.1.3 Pengumpulan Data Kadar Abu
Data didapatkan dari proses eksperimen dilaboratorium dan pengujian
dilaboratorium. Proses pengujian parameter kadar abu mengacu pada SNI 01-
6235-2000. Data diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.11 Pengolahan Data Kadar Abu
Menggunakan Perekat Tepung Tapioka 3.5%
Variasi I II Rata-rata
Campuran (%) (%) (%)
50;50 (B1) 22.98 25.53 24.26
60;40 (B2) 29.35 24.65 27.00
70;30 31.68 31.71 31.69
(B3)
80;20 30.20 29.78 29.99
(B4)
90;10 30.66 32.30 31.48
(B5)
100;0 51.79 53.54 52.66
(B6)
Sumber: Pengujian laboratorium.
36

Tabel 4.12 Pengolahan Data Kadar Abu


Menggunakan Perekat Tepung Tapioka 5%
Variasi I II Rata-rata
Campuran (%) (%) (%)
50;50 28.74 28.60 28.67
(C1)
60;40 33.88 36.39 35.14
(C2)
70;30 33.24 32.80 33.02
(C3)
80;20 33.95 31.15 32.55
(C4)
90;10 35.08 35.52 35.50
(C5)
100;0 53.91 53.68 53.79
(C6)
Sumber: Pengujian laboratorium.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian


5.1.1 Pengaruh Komposisi kulit Singkong dan Tempurung Kelapa
Terhadap Nilai Kalor
Dari penelitian yang telah dilakukan terdapat grafik hasil parameter
nilai kalor variasi campuran kulit singkong dan tempurung kelapa dengan
menggunakan perekat tepung Tapioka 3.5% dan tepung tapioka 5%
dengan campuran 50:50; 60:40; 70:30; 80:40; 90:10 dan 100:0. Untuk
variasi campuran dengan kulit singkong dan tempurung kelapa dengan
menggunakan perekat tepung Tapioka 3.5% dan 5% dapat dilihat pada
Gambar 5.1

Hasil Uji Nilai Kalor


5500
Nilai Kalor (cal/g)

4500

3500

2500 Perekat 3,5%


Perekat 5%
1500

500

Variasi Campuran

Gambar 5.5 Grafik hasil uji nilai kalor variasi campuran


Kulit singkong dan tempurung kelapa menggunakan tepung tapioka 3.5% dan 5%
Dari gambar 5.1 terlihat perbedaan hasil nilai kalor pada setiap
variasi campuran kulit singkong dan tempurung kelapa dengan
menggunakan perekat tepung Tapioka 3.5%. Nilai kalor rata-rata untuk
campuran 50:50 sebesar 5434 kal/g, untuk campuran 60:40 sebesar 4974
38

kal/g, untuk campuran 70:30 sebesar 4725 kal/g, untuk campuran 80:20
sebesar 4833 kal/g, untuk campuran 90:10 sebesar 4287 kal/g, dan untuk
campuran 100:0 sebesar 2748 kal/g. Dengan nilai kalor tertinggi terdapat
pada campuran 50:50 sebesar 5434kal/g dan nilai kalor terendah terdapat
pada campuran 100:0 sebesar 2748 kal/g.
Dari gambar 5.1 terlihat perbedaan hasil nilai kalor pada setiap
variasi campuran kulit singkong dan tempurung kelapa dengan
menggunakan perekat tepung Tapioka 5%. Nilai kalor rata-rata untuk
campuran 50:50 sebesar 5377 kal/g, untuk campuran 60:40 sebesar 4915
kal/g, untuk campuran 70:30 sebesar 4462 kal/g, untuk campuran 80:20
sebesar 4612 kal/g, untuk campuran 90:10 sebesar 4551 kal/g, dan untuk
campuran 100:0 sebesar 2876 kal/g. Dengan nilai kalor tertinggi terdapat
pada campuran 50:50 sebesar 5377 kal/g dan nilai kalor terendah terdapat
pada campuran 100:0 sebesar 2876 kal/g.
Dari variasi campuran tersebut terdapat satu komposisi yang
memiliki nilai kalor sesuai dengan baku mutu standar nilai kalor pada SNI
01-6235-2000 yaitu >5000 kal/g terdapat pada variasi campuran kulit
singkong dan tempurung kelapa dengan perekat tepung tapioka 3.5%
terdapat pada variasi 50:50 yang memiliki nilai kalor yang optimum sebesar
5434 kal/g.
Nilai kalor merupakan sejumlah energi yang dihasilkan dari proses
pembakaran dari suatu bahan bakar seperti briket. Nilai kalor digunakan
untuk mengetahui nilai panas pembakaran yang dapat dihasilkan oleh
biobriket sebagai bahan bakar. Nilai kalor dapat dipengaruhi oleh jenis
bahan yang digunakan serta komposisi dari bahan. Perbedaan nilai kalor
tersebut diakibatkan komposisi bahan, dimana penggunaan kulit singkong
yang lebih banyak mengakibatkan semakin redahnya nilai kalor yang
diperoleh. Hal ini sesuai dengan penelitian Ropiudin (2022) yaitu perlakuan
komposisi bahan berpengaruh nyata terhadap nilai kalor, perlakuan
komposisi bahan 80% serbuk karbonisasi tempurung kelapa dan 20%
39

serbuk karbonisasi kulit singkong menghasilkan nilai kalor tertinggi yaitu


sebesar 7717,80 kal/g.
Selain itu penurunan nilai kalor yang terjadi pada lima variasi
lainnya tersebut disebabkan oleh berkurangnya konsentrasi arang
tempurung kelapa yang menyebabkan kadar karbon terikat ikut menurun.
Semakin tinggi kadar karbon akan mengakibatkan semakin tinggi nilai
kalornya dan sebaliknya semakin rendah kadar karbon maka nilai kalor
yang didapatkan juga akan semakin kecil (Andasuryani, 2017). Nilai kadar
air juga memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai kalor, semakin
kecil nilai kadar air mengakibatkan semakin besarnya nilai kalor dan
sebaliknya semakin besar nilai kadar air mengakibatkan nilai kalor akan
semakin kecil.
Selain komposisi bahan baku, menurut Triono (2006) terdapat
beberapa faktor lain yang dapat memperngaruhi nilai kalor diantaranya suhu
karbonasi, karena semakin rendah suhu karbonasi akan mengakibatkan nilai
kalor juga rendah disebabkan oleh kadar air, kadar abu, dan kadar zat
menguap akan menjadi tinggi namun kadar karbon terikat sehingga
menyebabkan penurunan nilai kalor.
5.1.2 Pengaruh Komposisi Kulit Singkong dan Tempurung Kelapa
Terhadap Nilai Kadar Air
Dari penelitian yang telah dilakukan terdapat grafik hasil parameter
kadar airr variasi campuran kulit singkong dan tempurung kelapa dengan
menggunakan perekat tepung Tapioka 3.5% dan tepung tapioka 5% dengan
campuran 50:50; 60:40; 70:30; 80:40; 90:10 dan 100:0. Untuk variasi
campuran dengan kulit singkong dan tempurung kelapa dengan
menggunakan perekat tepung Tapioka 3.5% dan 5% dapat dilihat pada
Gambar 5.2
40

Hasil Uji Kadar Air


8.5
7.5
6.5
5.5
Kadar Air (%)

4.5
3.5 Perekat
3,5%
2.5
Perekat
1.5 5%
0.5
50;50 60;40 70;30 80;20 90;10 100;0
Perekat 3,5% 2.55 3.5 3.5 4.65 4.8 5.65
Perekat 5% 2.8 4.2 4.05 4.8 4.95 5.82
SNI 8 8 8 8 8 8
Variasi Campuran

Gambar 5. 6 Grafik hasil uji nilai kadar air variasi campuran kulit singkong dan
tempurung kelapa menggunakan tepung tapioka 3.5% dan 5%
Dari gambar 5.2 terlihat perbedaan hasil kadar air pada setiap variasi
campuran kulit singkong dan tempurung kelapa dengan menggunakan
perekat tepung Tapioka 3.5%. kadar air rata-rata untuk campuran 50:50
sebesar 2.550%, untuk campuran 60:40 sebesar 3.500%, untuk campuran
70:30 sebesar 3.500%, untuk campuran 80:20 sebesar 4.650%, untuk
campuran 90:10 sebesar 4.800%, dan untuk campuran 100:0 sebesar 5.650
kal/g. Dengan Kadar air tertinggi terdapat pada campuran 100:0 sebesar
5.650% dan kadar air terendah terdapat pada campuran 50:50 sebesar
2.550%.
Dari gambar 5.2 terlihat perbedaan hasil kadar air pada setiap variasi
campuran kulit singkong dan tempurung kelapa dengan menggunakan
perekat tepung Tapioka 5%. Nilai kadar air rata-rata untuk campuran 50:50
sebesar 2.800%, untuk campuran 60:40 sebesar 4.200%, untuk campuran
70:30 sebesar 4.050%, untuk campuran 80:20 sebesar 4.800%, untuk
campuran 90:10 sebesar 4.950%, dan untuk campuran 100:0 sebesar
5.820%. Dengan nilai kadar air tertinggi terdapat pada campuran 100:0
sebesar 5.820% dan nilai kadar air terendah terdapat pada campuran 50:50
41

sebesar 2.800%.Dari variasi campuran tersebut semua komposisi yang


dilakukan sesuai dengan baku mutu standar kadar air pada SNI 01-
6235-2000 yaitu <8%.
Kadar air merupakan jumlah air yang terdapat pada briket setelah
dilakukannya proses pengeringan. Perhitungan nilai kadar air bertujuan
untuk menentukan besarnya kandungan air yang terdapat pada briket.
Perbedaan nilai kadar air diakibatkan oleh komposisi bahan yang
digunakan. Semakin besar komposisi tempurung kelapa yang digunakan
akan mengakibatkan semakin rendahnya nilai kadar air briket. Arang kulit
singkong memiliki tekstur yang lebih halus dan lebih ringan sehingga jika
dibandingkan dengan arang tempurung kelapa yang memiliki tekstur agak
kasar dan lebih berat. Perbedaan tekstur bahan tersebut mempengaruhi nilai
kadar air yang didapatkan, dimana pemberian arang kulit singkong yang
semakin banyak menyebabkan tingginya nilai kadar air dan sebaliknya,
semakin sedikit pemberian arang kulit singkong menyebabkan semakin
rendahnya nilai kadar air briket. Berdasarkan penelitian Sodiq (2014)
mengatakan bahwa semakin banyak jumlah kulit singkong yang digunakan
dalam komposisi pembuatan briket mengakibatkan bertambahnya nilai
kadar air briket. Selanjutnya berdasarkan penelitian Moeksin (2015) juga
mengatakan bahwa nilai kadar air akan semakin tinggi dengan semakin
banyaknya kompisis kulit singkong yang digunakan hal ini dipengaruhi oleh
kadar air total ubi kayu yang tinggi sehingga mempengaruhi kadar air
lembab kulit ubi kayu yang mengakibatkan semakin besarnya nilai kadar air
briket.
5.1.3 Pengaruh Komposisi kulit Singkong dan Tempurung Kelapa
Terhadap Nilai Kadar Abu
Dari penelitian yang telah dilakukan terdapat grafik hasil parameter
nilai kadar abu variasi campuran briket kulit singkong dan tempurung kelapa
dengan menggunakan perekat tepung Tapioka 3.5% dan tepung tapioka 5%
dengan campuran 50:50; 60:40; 70:30; 80:40; 90:10 dan 100:0. Untuk
variasi campuran briket kulit singkong dan tempurung kelapa dengan
42

menggunakan perekat tepung Tapioka 3.5% dan 5% dapat dilihat pada


Gambar 5.3

Hasil Uji Kadar Abu


60

52

44

36
Kadar Abu (%)

28

20 Perekat 3,5%
Perekat 5%
12

4
50;50 60;40 70;30 80;20 90;10 100;0
Perekat 3,5% 24.26 27 31.69 29.99 31.48 52.66
Perekat 5% 28.67 35.14 33.02 32.55 35.5 53.79
SNI 8 8 8 8 8 8

Variasi Campuran

Gambar 5.7 Grafik hasil uji nilai kadar abu variasi campuran kulit singkong dan
tempurung kelapa menggunakan tepung tapioka 3.5%. dan 5%
Dari gambar 5.3 terlihat perbedaan hasil nilai kadar abu pada setiap
variasi campuran briket kulit singkong dan tempurung kelapa dengan
menggunakan perekat tepung tapioka 3.5% dan 5%. Nilai kadar abu briket
dengan perekat 3.5% untuk perlakuan campuran 50:50 sebesar 24.26 kal/g,
untuk campuran 60:40 sebesar 27 kal/g, untuk campuran 70:30 sebesar
31.69 kal/g , untuk campuran 80:20 sebesar 29,99 kal/g , untuk campuran
90:10 sebesar 31.48 kal/g dan untuk campura 100:0 sebesar 52.66 kal/g.
Nilai kadar abu rata-rata untuk perekat 5% dengan campuran 50:50 sebesar
28.67 kal/g, untuk campuran 60:40 sebesar 35.14 kal/g, untuk campuran
70:30 sebesar 33.02 kal/g, untuk campuran 80:20 sebesar 32.55 kal/g, untuk
campuran 90:10 sebesar 35.50 kal/g, dan untuk campuran 100:0 sebesar
53.79 kal/g. berdasarkan gambar 5.3 dapat di lihat terdapatnya perbedaan
nilai kadar abu briket dimana nilai kadar abu tertinggi terdapat pada
campuran 100:0 perekat 5% sebesar 53.79 kal/g dan nilai kadar abu
43

terendah terdapat pada campuran 50:50 dengan perekat 3,5 % sebesar 24.26
kal/g. Dari kedua variasi campuran bahan baku diatas, pada variasi
campuran briket kulit singkong dan tempurung kelapa menggunakan tepung
tapioka 3,5% dan tepung tapioka 5% belum ada yang memenuhi standar
mutu berdasarkan SNI 01-6235-2000 yaitu <8%. Dari gambar juga dapat
dilihat bahwa nilai kadar abu briket fluktuatif yaitu peningkatan dan
penurunan nilai yang dihasilkan. Hal ini di akibatkan oleh komposisi
campuran bahan yang digunakan tidak berpengaruh secara nyata terhadap
nilai kadar abu briket.
Kadar abu merupakan bagian yang menjadi sisa dari hasil
pembakaran, dalam peristiwa ini abu yang dimaksud adalah abu dari sisa
pembakaran briket (Putri dan Andasuryani, 2017). Kadar abu terdiri dari
salah satu susunan unsur silika yang memiliki pengaruh kurang baik
terhadap nilai kalor dan nilai karbon. Nilai kadar abu dipengaruhi oleh jenis
bahan yang digunakan beserta komposisi perekat. Penelitian ini
menggunakan dua bahan utama berupa kulit singkong dan tempurung
kelapa. Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai kadar
abu yang diperoleh tidak sesuai SNI karena memiliki nilai kadar abu yang
lebih besar dari nilai SNI yaitu 8%. Hal ini disebabkan karena kulit
singkong memiliki kandungan organik yang lebih tinggi sehingga akan
mudah terikat pada proses pembakaran dan menghasilkan banyaknya sisa
pembakaran yang mengakibatkan semakin besarnya nilai kadar abu briket
(Nurhudah, 2018). Nilai kadar abu dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang
digunakan, dimana semakin tinggi kadar abu yang terdapat dalam biobriket
maka akan semkain rendah kualitas dari biobriket karena kandungan abu
yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor (Sodiq, 2014) dalam (Nurhudah,
2018). Menurut Sodiq (2014) semakin banyak jumlah kulit singkong yang
digunakan dalam pembuatan briket maka akan menyebabkan meningkatnya
nilai kadar abu briket.
44

5.1.4 Pengaruh Kombinasi dari Jumlah Perekat Tepung Tapioka


Terhadap Nilai Kalor
Nilai kalor sangat berpengaruh untuk menentukan kualitas dari briket
yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai kalor, maka akan semakin baik
kualitas dari briket. Tinggi dan rendahnya nilai kalor dipengaruhi oleh
konsentrasi perekat yang digunakan. Perekat yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan tapioka dengan konsentrasi 3,5% dan 5%.
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai kalor
tertinggi diperoleh pada perlakuan konsentrasi 3,5% tepung tapioka yang
semakin kecil mengakibatkan semakin tingginya nilai kalor. Begitupun
sebaliknya, semakin besar konsentrasi tapioka yang diberikan
mengakibatkan semakin rendahnya nilai kalor. Hal ini sesuai dengan
penelitian Iskandar, et al., (2019) yang mengatakan semakin bertambahnya
kadar tapioka yang diberikan akan mengakibatkan nilai kalor yang semakin
kecil.
5.1.5 Pengaruh Kombinasi dari Jumlah Perekat Tepung Tapioka
Terhadap Nilai Kadar Air
Briket memiliki sifat yang higroskopis (mudah menyerap uap air
dari sekelilingnya) yang tinggi. Perhitungan nilai kadar air dilakukan untuk
mengetahui sifat higroskopis arang dari hasil penelitian serta untuk
mengetahui besar kandungan air yang terdapat dalam briket. Besar kecilnya
nilai kadar air briket dipengaruhi oleh jenis perekat serta konsentrasi yang
digunakan. Penelitian ini menggunakan perekat berupa tapioka dengan
konsentrasi 3,5% dan 5%. Berdasarkan Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 dapat dilihat
bahwa nilai kadar air tertinggi didapatkan pada perlakuan konsentrasi 5%.
Sedangkan nilai kadar air terendah didapatkan pada perlakuan konsentrasi
3,5%. Perbedaan konsentrasi yang diberikan pada pembuatan briket
mempengaruhi nilai kadar airnya, dimana semakin besar konsentrasi perekat
yang digunakan mengakibatkan semakin besarnya nilai kadar air briket.
Sebaliknya, semakin kecil konsentrasi yang digunakan mengakibatkan
semakin kecilnya nilai kadar air yang diperoleh. Hal ini diakibatkan oleh
45

sifat perekat kanji dan arang yang tidak tahan terhadap kelembapan
sehingga mudah menyerap air dari udara. Penambahan konsentrasi perekat
yang semakin tinggi mengakibatkan air yang terkandung dalam perekat
masuk dan terikat dalam pori arang. Selain itu, pemberrian perekat yang
semakin tinggi akan menyebabkan briket akan mempunyai kerapatan yang
semakin tinggi juga sehingga pori-pori briket akan semakin kecil dan pada
saat dikeringkan air yang terperangkap dalam pori briket sukar menguap
(Maryono, et.al., 2013). Selanjutnya menurut Kurniawan, et.al., (2019) jenis
perekat dan konsentrasi perekat memberikan pengaruh terhadap kadar air
yang terkandung dalam briket. Kadar air sangat berpengaruh terhadap
kualitas briket yang dihasilkan, dimana kadar air yang tinggi akan
mengakibatkan briket susah dinyalakan pada saat proses pembakaran dan
akan banyak menghasilkan asap, selain itu, akan mengurangi temperatur
penyalaan dan daya pembakarannya (Hutasoit, 2012) dalam Putri dan
Andasuryani, 2017).
5.1.6 Pengaruh Kombinasi dari Jumlah Perekat Tepung Tapioka
Terhadap Nilai Kadar Abu
Penentuan nilai kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui bagian
yang tidak terbakar dan sudah tidak meiliki unsur karbon lagi setelah
dilakukannya proses pembakaran briket. Kadar abu berbanding lurus dengan
kandungan bahan anorganik yang terdapat dalam briket (Maryono, et.al.,
2013). Nilai kadar abu dapat menurunkan nilai kalor dan mengakibatkan
timbulnya kerak pada peralatan sehingga persentase abu yang diizinkan
tidak boleh terlalu besar (Anastasia, et al., 2020). Semakin tinggi nilai kadar
abu yang diperoleh maka akan semakin rendah kualitas dari briket yang
dihasilkan karena kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor
Sodiq (2014). Besar kecilnya nilai kadar abu briket dipengaruhi oleh jenis
perekat serta konsentrasi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan
perekat berupa tapioka dengan konsentrasi 3,5% dan konsentrasi 5%.
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai kadar abu
mengalami peningkatan seiring banyaknya konsentrasi tapioka yang
46

diberikan. Nilai kadar abu terkecil diperoleh pada perlakuan konsentrasi


tapioka 3,5% dan nilai kadar abu terbesar diperoleh pada perlakuan
pemberian konsentrasi tapioka5%. Hal ini diakibatkan oleh adanya
penambahan abu dari perekat tapioka yang digunakan. Semakin tinggi kadar
perekat maka kadar abu yang dihasilkan akan semakin tinggi. Selain itu,
tingginya nilai kadar abu diakibatkan oleh tingginya kandungan bahan
anorganik yang terdapat pada tepung tapioka (Iskandar, et al., 2019).
Semakin tinggi nilai kadar abu dalam suatu briket maka akan
mengakibatkan semakin rendahnya kualitas briket, karena kandungan abu
yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor dari briket (Maturin, 2002) dalam
(Anastasia, et al., 2020).
5.2 Komposisi Terbaik dengan Penambahan Tempurung Kelapa
Terhadap Kualitas Briket Kulit Singkong
Perlakuan kombinasi kulit singkong dan tempurung kelapa memberikan
hasil yang terbaik pada penelitian ini, dimana nilai kalor tertinggi diperoleh pada
perlakuan kombinasi campuran kulit singkong sebesar 50% dan tempurung kelapa
50% perekat tepung tapioka 3.5%. Selanjutnya perlakuan terbaik kadar air juga
diperoleh pada kombinasi campuran kulit singkong sebesar 50% dan tempurung
kelapa 50% perekat tepung tapioka 3.5% karena memiliki nilai kadar air yang
lebih rendah. Begitu juga dengan pengamatan kadar abu yang mendapatkan
perlakuan terbaik pada perlakuan kombinasi campuran kulit singkong sebesar
50% dan tempurung kelapa 50% perekat tepung tapioka 3.5% karena memiliki
nilai kadar abu paling rendah.Penggunaan campuran tempurung kelapa dilakukan
karena tempurung kelapa memiliki nilai kalor yang tinggi yaitu berkisar 7000
kal/g sehingga baik digunakan untuk sebagai bahan pencampuran biobriket.
Tempurung kelapa juga memiliki kadar selulosa yang lebih rendah dan kadar
lignin yang lebih tinggi yaitu sekitar 6-9% (Ropiudin 2022).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka kesimpulan
dari penelitian ini adalah:
1. Pengaruh penambahan komposisi campuran kulit singkong dan tempurung
kelapa menjadi briket sangat berpengaruh terhadap parameter nilai kalor,
kadar air, dan kadar abu sesuai SNI 01-6325-2000 dimana semakin banyak
tempurung kelapa akan meningkatkan nilai kalor, semakin banyak
tempurung kelapa nilai kadar air dan nilai kadar abu akan semakin rendah.
2. Pengaruh kombinasi dari jumlah perekat tepung tapioka 3.5% dan tepung
tapioka 5% terhadap kualitas briket kulit singkong dan tempurung kelapa
terhadap parameter nilai kalor, kadar air, kadar abu sesuai SNI 01-6235-
2000 Berdasarkan hasil penelitian pemberian konsetrasi perekat yang
semakin kecil mengakibatkan semakin tingginya nilai kalor sedangkan
semakin kecil konsetrasi perekat yang digunakan mengakibatkan
semakin kecil nilai kadar air yang diperoleh, begitu juga dengan kadar
abu semakin kecil persentase perekat semakin kecil pula nilai kadar abu
yang diperoleh.
3. Komposisi terbaik dengan penambahan tempurung kelapa terhadap
kualitas briket kulit singkong didapatkan pada variasi kulit singkong 50%,
tempurung kelapa 50% dan perekat tapioka 3,5% yang memiliki nilai
kalor sebesar 5434 kal/g, kadar air sebesar 2.550 % dan kadar abu sebesar
24.26 %. Nilai kalor dan nilai kadar air telah memenuhi SNI 01- 6325-
2000, sedangkan nilai kadar abu belum memenuhi SNI 01- 6325-2000
<8%.
6.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat memberikan
beberapa saran, yaitu sebagai berikut:
48

1. Untuk setiap industri yang menghasilkan limbah agar selalu memantau


dan memberikan tempat khusus didalam penanganan limbah ltersebut,
ini bertujuan agar tidak mengganggu estetika serta tidak merusak
lingkungan. Harus bertanggung jawab terhadap pemusnahan limbah
yang dihasilkannya tersebut agar terjaganya lingkungan yang bersih
untuk kehidupan selanjutnya.
2. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menggunakan limbah
lainnya, yang berpotensi digunakan untuk bahan baku briket sehingga
hal ini dapat membantu pemusnahan dan pemanfaatan limbah.
3. Diharapkan di masa yang akan datang penelitian ini dapat dilanjutkan
lagi oleh mahasiswa untuk memvariasikan jenis perekat briket dan
bahan baku yang berbeda
DAFTAR PUSTAKA

Adan U I (1998) “Membuat Briket Bioarang”. Kanisius. Yogyakarta.’

Anasthasia, P dkk. 2020. “Pembuatan Briket Arang dari tempurung


Kelapa dengan Metode Pirolisis” Jurnal Saintis Vol. 1 No. 2.
(oktober 2020)

Archenita, Dwina, Atmaja, Jajang, Hartati., 2010, Pengolahan Limbah


Daun Kering Sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Minyak,
Rekayasa Sipil, Volume VI. No. 2, ISSN : 1858-3695.

Delly, Jenny dkk. 2014. “Proses Pembuatan Briket Berbasis Kulit


Singkong Dan Kajian Eksperimen Parametris Pengaruh Bahan
Perekatnya Terhadap Nilai Kalor Dan Laju Pembakaran”. Jurnal
Dinamika Vol. 06 No. 01. 2014

Hidayah, N.F. 2012. “Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong Menjadi Kripik”.


http://data-smaku.blogspot.com/2012/10/karya-tulis-pemanfaatan-
limbah-kulit_23.html.
(9 September 2022)

Hirniah, F. E. (2020). Analisis Energi dalam Pembuatan Briket Arang


dari Kulit Singkong dengan Tepung Tapioka sebagai
Perekat (Doctoral dissertation, Fakultas Teknologi Pertanian).

Indriyati, Octaviana, dkk. 2022. “Pengolahan Limbah Kulit Singkong


Sebagai Upaya Mengurangi Pencemaran Lingkungan”. Jurnal
Pengolahan Pangan Vol.7 no.1

Iskandar, Norman dkk. 2019. “Uji Kualitas Produk Briket Arang


Tempurung Kelapa Berdasarkan Standar Mutu SNI” Jurnal
Momentum Vol. 15 No. 2. (Oktober 2019)
50

Jamilatun, Siti. 2008. “Sifat-Sifat Penyalaan dan Pembakaran Briket


Biomassa, Briket Batubara dan Arang Kayu”. Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta

Kurniawan, Edy Wibowo dkk. 2019. “Studi Karakteristik Briket


Tempurung Kelapa dengan Berbagai Jenis Perekat Briket” Jurnal
Buletin LOUPE Vol. 15 No. 1 (Juli 2019).

Kurniawan,O dan Marsono. 2008. Superkarbon Bahan Bakar Alernatif


Pengganti Minyak Tanah dan Gas. Jakarta: Penebar Swadaya.

Leny rumiyati dkk. 2018. “Analisis Proksimat Pada Briket Arang Limbah
Pertanian”. Jurnal Spektra Vol. 3 No. 1

Maryono, dkk. 2013. “Pembuatan dan Analisis Mutu Briket Arang


Tempurung Kelapa Ditinjau dari Kadar Kanji” Jurnal Chemica
Vol. 14 No. 1. (Juni 2013)

Marzouki, S. Y. (2020). Studying the Vital Role of Souvenirs Industry as an


Essential Component of Tourist Experience: A Case Study of the
United Arab Emirates (UAE). Journal of Tourism, Hospitality and
Sports, 46

Nurhudah, 2018. Pembuatan Briket dari Campuran Limbah Kulit


Singkong (Manihot utilissima) dan Kulit Kapuk (Ceiba pentandra
l. gaetrn) dengan Perekat Getah Pinus. Tugas Akhir. UIN Alauddin
Makassar.

Nuriana, Wahidin. 2013. Synthesis Preliminary Studies Durian Peel Bio


Briquettes As An Alternative Fuels. Conference and exhibition
Indonesia Renewabe Energy and Energy Conservation.

Puri, Fitria Etika, dkk. 2022. “Biobriket Limbah Kulit Singkong (Manihot
Esculenta), Inovasi Sumber Energi Alternatif di Wonogiri”. Jurnal
JARLITBANG Pendidikan, Vol.8 No.2.
51

Putri, Renny Eka dan Andasuryani. 2017. “Studi Mutu Briket dengan
Bahan Baku Limbah Biomassa”. Jurnal Teknologi Pertanian Vol 21.
No. 2. (September 20217).

Sudiro dan S. Suroto. 2014. Pengaruh komposisi dan ukuran serbuk


briket yang terbuat dari batubara dan jerami padi terhadap
karakteristik pembakaran. Jurnal Saintech Politeknik Indonusa
Surakarta. 2 (2) 1-18.

Ropiudin dan Syska Kavadya. 2022. “Analisis Kualitas Biobriket


Karbonisasi Tempurung Kelapa dan Kulit Singkong dengan
Perekat Tepung Singkong”. Jurnal Teknik Pertanian dan Biosistem
Vol 3 No. 1 (01 Juni 2022).

Rusdianto AS, Choiron M, dan Novijanto N. 2014. “Karakterisasi Limbah


Industri Tape Sebagai Bahan Baku Pembuatan Biopellet”. J.
Industria. Vol.1 No.3

Sinurat E. 2011. “Studi Pemanfaatan Briket Kulit Jambu Mete dan


Tongkol Jagung sebagai Bahan Bakar Alternatif”. Fakultas
Teknik. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Sodiq Mokhamad Bagus Permadi dan Susila Wayan, “Pembuatan Biobriket


dari Campuran Arang Limbah Kulit Singkong dan Serbuk
Gergaji Kayu Jati Menggunakan Perekat Tetes Tebu” Jurnal
Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya, Vol.3,
No.2, H.301-309, 2014

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Alfabeta.
52

Suryani, Indah., M. Yusuf Permana U., and M. Hatta Dahla. 2015.


“Pembuatan Briket Arang Dari Campuran Buah Bintaro Dan
Tempurung Kelapa Menggunakan Perekat Amilum.” Jurnal
Teknik Kimia, No. 1, Vol. 18, Januari 2012.

Suryani, E., Farid, M., & Mayub, A. (2019). Implementasi karakteristik


nilai kalor briket campuran limbah kulit durian dan tempurung
kelapa pada pembelajaran suhu dan kalor di SMP N 15 Kota
Bengkulu. PENDIPA Journal of Science Education, 3(3), 146-153.

Syahrir Irmawati. 2017. Pemanfaatan Limbah Padat Hasil Hidrolis Dari Kulit
Singkong Menjadi Biobriket. Seminar Nasional Inovasi dan Aplikasi
Teknologi di Industri. 2017, ITN Malang. www.sumbar.bps.go.id
diakes tanggal 06 Januari 2023.

Tobing, F. S dan A.C. Brades. 2007. Pembuatan Briket Arang dari Eceng
Gondok dengan Sagu Sebagai Pengikat. Jurnal Teknik Kimia. Vol.
20 (6): 45 – 56.

Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk


Gergajian Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl) dan Sengon
(Paraserianthes folcataria L. Nielsen) dengan Penambahan
Tempurung Kelapa (Cocos nucifera L). Skripsi Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Wijaya, P. 2012. Analisis Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong sebagai


Bahan Bakar Alternatif Biobriket.Skripsi. Bogor; Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN 1. DOKUMENTASI

Gambar 1. Bahan Baku Kulit Singkong

Gambar 2. Bahan Baku Kulit Singkong yang Telah di Karbonasi


Gambar 3 . Bahan baku tempurug Kelapa

Gambar 4. Bahan Baku Tempururng Kelapa yang Telah di Karbonasi


Gambar 5 Pengeringan Kulit Singkong

Gambar 6 Proses Karbonasi Kulit Singkong dan


Tempurung Kelapa Menjadi Arang
Gambar 7. Proses penghalusan Bahan baku

Gambar 8 proses penimbangan Bahan Baku


Gambar 9. Penimbangan air

Gambar 10 Dokumentasi keseluruhan bahan baku


Gambar 11. Proses Pembuatan Tepung Tapioka

Gambar 12. Proses Pencampuran Bahan Baku dengan Perekat Tepung Tapioka
Gambar 13. Proses Pencetakan Briket

Gambar 14. Proses Pengovenan Briket Kulit Singkong


Gambar 15. Hasil Briket kulit singkong dan tempurung Kelapa
LAMPIRAN 2. LEMBAR KONSULTASI

Nama : Novia Putri Andika

NPM : 2010024428022
Program Studi : Teknik Lingkungan

Judul Tugas Akhir : Pengaruh Penambahan Tempurung kelapa Terhadap


Kualitas Briket Kulit Singkong

No Tanggal Saran/Perbaikan Paraf


1 10 Februari 2022 Mencari jurnal yang berkaitan
dengan rencana tema tugas akhir
2 18 Februari 2022 Pemilihan enam jurnal yang
berkaitan dengan tema tugas akhir
3 27 Februari2022 Perbaikan tata penulisan dan isi
rangkuman review jurnal.
4 1 Maret 2022 Acc seminar review jurnal.
5 27 April 2022 Revisi Bab I penulisan
6 25 Juli 2022 Revisi Bab I pada isi latar
belakang, tujuan,
7 2 september 2022 Perbaikan Bab II pada penulisan.
8 3 November 2022 Perbaikan Bab II dan Bab III pada
penulisan
9 12 November 2022 Bimbingan mengenai susunan
proposal
10 16 November 2022 Revisi kedua mengenai Bab
I pada latar belakang lebih di
fokuskan pada kajian yang akan
dibahas.
11 4 Desember 2022 Bab III lebih perjelas lagi
pembahasannya Pada kesimpulan
lebih detail sesaui dengan tujuan.
12 15 Desember 2022 Revisi ketiga tentang
pembahasan mengenai Bab III
13 20 Desember 2022 Revisi tentang perbaikan dari
latar belakang yang dari umum
menuju khusus sehingga
gampang untuk dipahami, serta
penambahan tabel relevannya.
14 6 Januari 2023 Revisi perbaikan latar belakang,
variabel penelitian dan penulisan
daftar Pustaka yang benar.
15 15 Januari 2023 Acc Proposal
16 17 Februari 2023 Diskusi mengenai penelitian
17 16 Maret 2023 Diskusi mengenai alat penelitian
18 Revisi TA Bab I mengenai latar
24 Mei 2023
belakang dan tujuan
19 Revisi TA Bab IV mengenai
25 Mei 2023
pengolahan data penelitian
20 Revisi TA Bab V mengenai
25 Mei 2023
pembahasan dan apakah sudah
sesuai dengan tujuan.
21 Revisi mengenai Abstrak
2 Mei 2023
22 28 Mei 2023 Revisi mengenai lampiran
23 5 Juni 2023 Revisi penulisan Tugas Akhir
24 7 Juni 2023 Revisi penulisan Tugas Akhir
25 9 Juni 2023 ACC Tugas Akhir
26 4 September 2023 Revisi setelah Kompre yaitu
mengenai abstrak, dan penulisan
27 6 September 2023 Penambahan lembar konsultasi
dan lampiran
28 18 September 2023 Acc Jilid

Pembimbing I

( Vina Lestari Riyandini, MT )


LEMBAR KONSULTASI

Nama : Novia Putri Andika

NPM : 2010024428022
Program Studi : Teknik Lingkungan

Judul Tugas Akhir : Pengaruh Penambahan Tempurung Kelapa Terhadap


Kualitas Briket Kulit Singkong

No Tanggal Saran/Perbaikan Paraf


1 26 Februari 2022 Revisi Jurnal

2 28 Februari 2022 Pergantian Jurnal Internasional


dan reserch gap

3 1 Maret 2022 Acc Review Jurnal

4 5 Januari 2023 Revisi Proposal mengenai Latar


belakang

5 10 Januari 2023 Revisi Proposal mengenai tujuan


dan rumusan masalah

6 20 Januari 2023 Revisi Proposal mengenai


penulisan tinjauan pustaka

7 21 Februari 2023 Revisi Bab III mengenai tata cara


penelitian

8 22 Februari 2023 ACC Proposal

9 10 maret 2023 Diskusi mengenai kegiatan


penelitian

10 12 Juni 2023 Revisi Bab IV mengenai


pengolahan data

11 15 Juni 2023 Revisi Bab V mengenai data


kadar abu dan kadar air yang tidak
konsisten

12 16 Juni 2023 Revisi Bab V mengenai pengaruh


penambahan tepung tapioka
13 18 Juni 2023 Revisi Bab V mengenai pengaruh
nilai kalor terhadap briket

14 20 Juni 2023 Revisi penulisan Tugas Akhir

15 24 Juni 2023 Revisi penulisan Tugas Akhir

16 3 Juli 2023 ACC Tugas Akhir

Pembimbing II

(Andi Irawan., MT )
Lampiran 3. Tata Cara Pengujian

1. Pengujian Kalor Bakar


1.1 Bahan
1. Briket yang telah dihaluskan
2. Kawat nikel 2,3 Cal/cm
3. Aquadest
4. Indikator Metil Orange
5. Na2CO3
1.2 Alat
1. ISO Peribol Bomb Calorimeter PARR 1261 (1 set)
2. Krus Nikel
3. Neraca Analitik Digital
4. Tabung Bomb
5. Water Bucket
1.3 Cara Kerja
1. On kan power.
2. On kan Calorimeter, tekan F1 untuk mengaktifkan pompa,
heater dan sirkulasi.
3. On kan water handling untuk sirkulasi.
4. On kan cooler.
5. Ditunggu sampai suhu air yang ada dalam water handling antara
29 – 30oC dan suhu water jacket 35 oC.
6. Ditimbang sampel sebanyak + 1 gram dalam capsul dengan
ketelitian 0,1 mg.
7. Dibasahi kepala bomb dan tabung bomb dengan 5 ml aquadest.
8. Digantungkan capsul yang berisi contoh tadi pada gantungan
yang telah disediakan pada kepala bomb.
9. Diukur wire 10 cm (10 cm = 23 Cal), hubungkan kedua ujungnya
pada kedua elektroda dan buat gelungan atau lekukan di tengahnya
hingga menyentuh contoh.
10. Dipasang kepala bomb pada tabung bomb dan kunci sampai erat.
11. Ditutup valve tempat gas (O2) keluar (outlet valve).
12. Dihubungkan tempat gas (O2) masuk dengan oxigen filling.
13. Dibuka main valve O2 pada tabung.
14. Setting tekanan O2 pada regulator 450 psi.
15. Diisi tabung bomb dengan O2 dengan cara menekan O2 fill pada
keyboard calorimeter.
16. Dibiarkan sampai tekanan mencapai 450 psi (dengan otomatis akan
berhenti sendiri) ditandai dengan kedengaran bunyi (flashing).
17. Diukur suhu air yang keluar dari water handling bila telah mencapai
suhu 29-30oC langsung isi water bucket dengan air melalui delivery
volume sebanyak 2000 ml secara otomatis.
18. Dimasukkan water bucket ke dalam calorimeter.
19. Ditempatkan bomb ke dalam water bucket pada posisi yang
telah disediakan.
20. Dihubungkan kedua ujung elektroda pada bomb.
21. Ditutup calorimeter.
22. Ditekan shift F2 untuk menukar program dari standard ke
determination.
23. Pada display akan muncul DETR.
24. Ditekan tombol start untuk memulai pengujian.
data : call ID ENTER

Sample ID ENTER
weight (berat contoh)

ENTER

25. Ditekan tombol start untuk memulai pengujian.


26. Setelah itu pada display akan muncul PRE, tunggu sampai suhu
stabil.
27. Setelah suhu stabil maka secara otomatis akan terjadi pembakaran
yang didahului dengan bunyi alarm alat dan pada display PRE akan
berubah menjadi post.
28. Pada saat pembakaran alat tidak boleh dipegang atau disentuh
dengan bagian badan yang manapun juga.
29. Ditunggu sampai pembakaran selesai yang ditandai dengan bunyi
alarm dan pada display akan muncul gross heatnya.
30. Ditekan done untuk menyimpan data dan pada display akan keluar
secara bergantian suhu jacket dan bucket.
31. Dikeluarkan bomb dan water bucket dari calorimeter.
32. Air yang ada dalam bucket dimasukkan kembali ke dalam water
handling.
33. Dikeluarkan gas (O2) dari tabung melalui outlet valve sampai habis
(min. selama 1 menit).
34. Diinjeksikan air yang mengandung metil orange 1% 1 ml dalam 1
liter sebanyak 100 cc melalui outlet valve ke dalam tabung bomb
untuk mencuci seluruh bagian dalam bomb.
35. Dikumpulkan air pencuci tadi ke dalam beaker glass dan bilas
sampai tidak ada asamnya yang tertinggal dengan aquadest. Titrasi
larutan dengan larutan Na2CO3 1 ml = 1 cal sampai titik akhir (tepat
perubahan warna dari orange ke kuning).
36. Larutan bekas titrasi digunakan untuk penentuan total sulfur.
37. Jumlah volume (ml) Na2CO3 yang terpakai untuk menetralisir asam
= jumlah calori asam yang dihasilkan contoh yang diperiksa.
38. Diukur panjang wire yang tersisa, kemudian hitung panjang wire
yang terbakar dan kalikan dengan 2,3 Cal. Didapat kalori yang
dihasilkan wire (fuse).
39. Dihitung harga gross heat yang sesungguhnya dengan cara : Tekan
tombol RPT pada keyboard Calorimeter.
Isikan data : Sample ID ENTER

Fuse ID ENTER

Acid ENTER

Sulfur ENTER

40. Maka Gross Heat yang sesungguhnya akan keluar pada printer.
41. Stop alat dengan cara merubah switch ke posisi off

Gambar 1. Alat Uji Nilai Kalor (ISO Peribol Bomb


Calorimeter)

Pengujian Kadar Air (Metode Uji ISO 11722:2013 E)


1.4 Alat
1. Briket yang telah di haluskan
1.5 Bahan
1. Minimum Free
Space Oven
2. Cooling Vessel
3. Neraca analitik
4. Dish
5. Pinset
1.6 Cara kerja
1. On kan oven pengering dengan menekan switch ke arah On.
2. Diatur suhu oven 105-110 oC.
3. Dipanaskan dish pada suhu 105 - 110 oC minimal 60 menit.
4. Dikeluarkan dish dan didinginkan dalam desikator.
5. Ditimbang berat dish kosong bersih dan kering tambahkan
1 gram contoh ke dalam dish, catat beratnya.
6. Dimasukkan dish + contoh ke dalam oven pengering pada suhu 105
- 110oC tanpa tutup selama 2 jam atau sampai berat tetap.
7. Dikeluarkan dish dari oven, ditutup dan didinginkan dalam colling
vessel.
8. Ditimbang kembali dish yang berisi contoh.

Gambar 2. Alat Uji Kadar Air (Oven)

2. Pengujian Kadar Abu (Metode Uji ISO 1171:2010 E)


2.1 Alat
1. Briket yang telah di haluskan
3.2 Bahan
1. Neraca analitik
2. Furnace
3. Cawan porselen
4. Spatula
5. Desikator
3.3 Cara Kerja
1. Ditimbang cawan porselen yang telah dibersihkan dan
dikeringkan bersama tutupnya dengan ketelitian 0,1 mg.
2. Disebarkan contoh ke dalam cawan porselen sebanyak 1
gram kemudian tutup dan catat beratnya.
3. Disimpan tutup cawan porselen dalam desikator.
4. Cawan porselen dimasukkan kedalam furnace tanpa tutup.
5. Dinaikkan suhu furnace perlahan-lahan dari suhu ruang
sampai suhu 500oC selama 30 menit, kemudian dari 500oC
sampai 815oC + 10oC selama 30-60 menit dan tahan pada
suhu 815oC selama 60 menit.
6. Dikeluarkan cawan porselen dari dalam furnace dan
langsung ditutup.
7. Pertama letakkan dialas plat metal selama 60 menit
kemudian dinginkan dalam desikator selama 15 menit.
8. Ditimbang cawan porselen dan catat beratnya.
085263143700 helmi
081386283006 tri
Gambar 3. Alat Uji Kadar Abu (furnace)
BIODATA WISUDAWAN

No. Urut :

Nama : Novia Putri Andika, S.T

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl Lahir : Padang / 17 November 1997

NPM : 2010024428022

Program Studi : Teknik Lingkungan

Tanggal Lulus :

IPK : 3.33

Pedikat Lulus :

Judul Skripsi : Pengaruh penambahan tempurung


kelapa terhadap kualitas briket kulit
singkong

Dosen Pembimbing : 1. Vina Lestari Riyandini, M.T


2. Andi Irawan, MT
Asal SLTA : SMA N 15 Padang

Nama Orang Tua : Ayah : Junaidi, SE


Ibu : Eka Rahayu, S.Pd
Alamat : Simpang empat bandar buat no.29
RT.02 RW.VII , Kelurahan Bandar
Buat, Kecamatan Lubuk Kilangan
Kota Padang ,
Provinsi Sumatera Barat.
No HP / WA : 081365414491

Email : noviaputri17.na@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai