Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
Disetujui,
Dosen Pembimbing:
Mengetahui,
i
SURAT PERNYATAAN
NPM : 2010024428022
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya susun dengan judul:
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat
skripsi orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat
kelulusan dan gelar kesarjanaannya).
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Pengaruh Penambahan Tempurung Kelapa Terhadap Kualitas Briket Kulit
Singkong. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dalam
menyelesaikan jenjang perkuliahan Strata I Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Riko Ervil, MT, IPU selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang;
2. Ibu Vina Lestari Riyandini,M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang dan Dosen
Pembimbing 1 yang telah meluangkan banyak waktu dalam memberikan
bantuan moral, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir
penelitian ini;
3. Bapak Andi Irawan.,MT selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan
banyak waktu dalam memberikan bantuan moral, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tugas akhir enelitian ini;
4. Dosen dan staff karyawan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND)
Padang;
5. Orang tua dari penulis yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat
penulis katakan, baik dari segi moril ataupun materil dalam mendukung
penyelesaian tugas akhir penelitian ini;
6. Teman-teman mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi
Teknologi Industri Padang yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
tugas akhir penelitian ini.
iii
i
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan dengan pahala
yang berlipat ganda. Penulis sadar bahwa tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi peningkatan di
masa depan. Semoga tugas akhir penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
kemajuan ilmu pengetahuan dan masyarakat luas pada umumnya
Penulis
iiiv
ABSTRACT
v
iii
ABSTRAK
vi
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
2.1.2 Biomassa................................................................................................8
vii
3.2.2 Waktu Penelitian...................................................................................25
3.3 Sampel................................................................................................................25
3.4.1 Alat......................................................................................................26
3.4.2 Bahan...................................................................................................27
viii
5.1.4 Pengaruh Kombinasi dari Jumlah Perekat Tepung Tapioka Terhadap
Nilai Kalor...........................................................................................44
6.2 Saran................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
LAMPIRAN 1. DOKUMENTASI......................................................................53
LAMPIRAN 2. LEMBAR KONSULTASI........................................................62
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sebesar 285,44 kg kemudian tahun 2020 sebesar 382,85 kg dan tahun 2021
sebesar 383,32 kg , naik sebesar 34% dari tahun 2019. Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui bahwa ubi kayu atau singkong memiliki potensi besar dalam
pengembangannya dikota Padang dan wilayah Sumatera Barat sekitarnya. Hal
tersebut dibuktikan berdasarkan data untuk kota Padang saja jumlah produktivitas
ubi kayu terus meningkat setiap tahunnya. Lonjakan permintaan akan produksi
makanan berbahan dasar singkong tentunya akan berakibat pada meningkatnya
permintaan terhadap bahan baku singkong. Hal tersebut mendorong banyak
wilayah di sekitar Sumatera Barat sadar untuk mengelola lahan menjadi lahan
perkebunan singkong. Semakin besarnya tingkat permintaan singkong tentu akan
membantu meningkatkan kemapuan ekonomi para petani singkong.
Salah satu industri pangan yang memanfaatkan singkong atau ubi kayu yang
berkembang dengan baik di kota Padang adalah IKM keripik balado. Berdasarkan
data dan informasi yang diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian
Kota Padang IKM keripik dikota padang sebanyak 15 IKM dimana setiap IKM
berproduksi sebanyak 1-3 ton / minggunya. Salah satu industri keripik balado
yang ada di Kota Padang adalah Industri Keripik Balado Salsabila. Industri
Keripik Balado Salsabila memproduksi keripik balado dengan kapasitas produksi
3 ton per minggu dan menghasilkan limbah kulit singkong sebanyak 450 kg
perminggunya.
Saat ini, pemilik IKM belum memiliki upaya yang berarti guna mengolah
limbah kulit singkong yang menumpuk tiap harinya tersebut. Kulit singkong
hanya dibuang langsung ketempat pembuangan sampah yang berada dihalaman.
Minimnya edukasi dan pemahaman pelaku IKM dalam memanfaatkan limbah
secara optimal. Kulit singkong yang dihasilkan berpotensi menimbulkan
pencemaran bagi lingkungan. Kulit singkong yang dibuang akan menjadi limbah
organik yang mudah terurai secara alami. Kulit singkong yang sudah
dikelupaskan harus segera diolah agar tidak membusuk. Karena kulit singkong
mengandung air sehingga mikroorganisme mudah tumbuh dan menyebabkan bau
serta pencemaran lingkungan (Octaviana, 2022). Padahal limbah kulit singkong
tersebut dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang mendatangkan manfaat dan nilai
3
ekonomis tentunya. Oleh karena itu dibutuhkan solusi alternatif dalam pengolahan
limbah kulit singkong, salah satunya sebagai bahan baku briket kulit singkong.
Briket merupakan salah satu energi alternatif dengan memanfaatkan limbah
untuk meningkatkan nilai tambah dari limbah hasil pertanian, seperti limbah kulit
singkong (Mannihot Utilissima) yang dapat digunakan sebagai sumber bahan
bakar padat alternatif. Selain itu, menurut Adan (1998) sumber bahan padat
alternatif dapat berupa briket arang yang menghasilkan energi panas. Menurut
Wijaya (2012) Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari bahan
biomassa atau limbah biomassa, kandungan energi yang terdapat dalam suatu
biomassa cukup tinggi, yaitu antara 4.000-5000 kkal/kg. Saat ini, Indonesia
diprediksi mempunyai potensi energi biomassa cukup besar yang bersumber dari
berbagai limbah biomassa pertanian. Salah satu biomassa yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar yaitu biobriket arang . Briket arang termasuk bahan bakar
alternatif yang murah dan dapat dikembangkan secara masal dalam waktu yang
relatif singkat.
Saat ini briket yang banyak diproduksi adalah briket batubara. IKM masih
banyak memproduksi briket batubara karena peminatnya masih banyak. Dengan
jumlah permintaan yang terus meningkat, hingga mencapai 50 persen setiap
bulannya (Republika,2015). Walaupun begitu briket batubara memiliki kelemahan
tersendiri. Asap pembakaran briket batubara menyebabkan korosi pada besi. Asap
pembakaran menyebabkan polusi udara dan mengganggu pernafasan. Hasil
pembakaran menimbulkan bekas yang membuat tembok menjadi hitam dan kotor.
Berbagai penelitian ilmiah telah banyak dilakukan untuk mengolah limbah
kulit singkong sebagai bahan pembuatan briket. Salah satunya penelitian yang
dilakukan oleh Delly,dkk (2014) bahwa laju pembakaran briket kulit singkong
dengan perekat sagu adalah 0.43 gr/menit dan dengan perekat tanah liat adalah
0.56 gram/menit. Menurut penelitian Suryani,dkk (2019) pada briket campuran
20% arang kulit durian: 80% arang tempurung kelapa nilai kalor pada briket ini
menunjukkan semakin banyak kandungan tempurung kelapa, maka akan
semakin tinggi nilai kalornya. Hal tersebut karena tempurung kelapa memiliki
nilai kalor lebih tinggi dibandingkan dengan kulit durian.
4
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Leni Rumiyanti dkk, (2018)
bahwa kualitas briket arang terbaik adalah kulit singkong karena memiliki kadar
air yang terendah yaitu sebesar 0,3833% dan kadar abu terendah yaitu sebesar
0,8452%. Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Irmawati Syahrir
dkk, (2017), biobriket yang diperoleh telah memenuhi beberapa parameter standar
yang telah di tetapkan oleh SNI, yaitu kadar air, kadar abu, dan nilai kalor. Briket
yang telah memenuhi standar tersebut yaitu pada waktu karbonisasi 30 menit dan
penambahan massa tepung tapioka 1,5gram dengan nilai kalor 5449 kal/gr, kadar
air 7,89%, kadar abu 7,72%, kadar zat terbang 32,7% dan kadar karbon terikat
78,69%.
Hirniah (2020) Dilihat dari nilai kalor pembakaran dari kulit singkong yaitu
3.843,84 kalori/gram, maka kulit singkong berpotensi untuk dijadikan bahan baku
pembuatan briket arang, namun, nilai kalor tersebut masih berada di bawah nilai
kalor yang di syaratkan dalam SNI briket arang kayu (Rusdianto, 2014) Untuk
menaikkan nilai kalor pada kulit singkong maka dilakukan kombinasi dengan
tempurung kelapa, Oleh karena itu, untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan
penelitian untuk menghasilkan briket arang yang baik menggunakan komposisi
kulit singkong dan campuran tempurung kelapa dengan perekat tepung tapioka.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik mengangkat judul Pengaruh
Penambahan Tempurung Kelapa Terhadap Kualitas Briket Kulit Singkong.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Potensi limbah kulit singkong sangat besar yaitu 1-3 ton per minggunya.
2. Limbah kulit singkong belum termanfaatkan dengan baik oleh IKM
sehingga akan menimbulkan pencemaran lingkungan seperti pencemaran
bau yang tidak sedap.
3. Masih adanya IKM yang menggunakan briket batubara sebanyak 50
persen setiap bulannya, padahal asap pembakaran briket batubara
menyebabkan korosi pada besi dan akan mencemari lingkungan.
5
7
8
a) Pengikat anorganik
Pengikat anorganik dapat menjaga ketahanan briket selama
proses pembakaran sehingga dasar permeabilitas bahan bakar
tidak terganggu. Pengikat anorganik ini mempunyai
kelemahan yaitu adanya tambahan abu yang berasal dari
bahan pengikat sehingga dapat menghambat pembakaran dan
menurunkan nilai kalor. Contoh dari pengikat anorganik
antara lain semen, lempung (tanah liat), natrium silikat.
b) Pengikat Organik
Pengikat organik menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah
pembakaran briket dan umumnya merupakan bahan perekat
yang efektif. Contoh dari pengikat organik diantaranya kanji,
tar, aspal, amilum, molase dan parafin. Adapun bahan perekat
dalam pembuatan briket ini adalah tepung tapioka (sagu).
Sagu merupakan tanaman tropik yang sangat produktif sebagai
penghasil pati dan energi. Diperkirakan produktifitas sagu
dapat mencapai dua kali produktifitas ubi kayu. Pada saat ini
potensi produksi sagu di Indonesia diperkirakan 4.913ton
tepung kering per tahun. Jumlah ini masih dapat
dikembangkan menjadi 90 kali lipat jika dilakukan
pemanfaatan 50 persen dari total daerah rawa yang ada dan
dilakukan perbaikan teknik budidaya (Setiawan, 2014).
2.1.7 Kualitas Briket Bioarang
Kualitas briket bioarang ditentukan oeh beberapa parameter dan faktor
yang mempengaruhi, berikut yang mempengaruhi kualitas briket bioarang.
Kualitas briket arang dapat dinilai dari beberapa parameter sebagai berikut:
1. Nilai kalor
Menurut Koesoemadinata (1980), nilai kalor bahan bakar adalah
jumlah panas yang dihasilkan atau ditimbulkan oleh suatu gram bahan
bakar tersebut dengan meningkatkan temperatur 1 gr air dari 3,5C –
4,50C, dengan satuan kalori. Dengan kata lain nilai kalor adalah
16
Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tak
dapat terbakar dan tertinggal setelah proses pembakaran atau reaksi-
reaksi yang menyertainya selesai. Abu berperan menurunkan mutu
bahan bakar karena menurunkan nilai kalor.
Perhitungan:
% Kadar abu = berat abu x 100% ……… ( Persamaan 2.2 )
berat sampel 2.2 Penelitian yang relevan
18
4 Lilih 2017 Pembuatan briket Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil
Sulistyaningkarti, arang dari limbah kesimpulan:
19
5 Renny Eka Putri 2017 Studi Mutu Briket Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan
dan Andasuryani Arang dengan bahwa semua briket yang dihasilkan sangat sesuai dengan SNI,
bahan baku Limbah karena sifat karakteristiknya sangat mendekati nilai parameter SNI.
Biomassa Hal ini terbukti dari pengujian mulai dari kadar air, kuat tekan,
densitas, kadar abu, kadar karbon dan nilai kalor yang dihasilkan,
sehingga dapat dikatakan briket yang dihasilkan layak pakai untuk
masyarakat setempat. Bukti yang sangat menguatkan ialah nilai
20
6 J. Ajith Kumar, 2019 Comparative Dalam penelitian ini, sifat-sifat arang dan biomassa dengan pati
K. Vinoth analysis of sebagai pengikat dianalisis. Juga, pengaruh briket padat dan
Kumar, M briquettes obtained berongga pada abu, kadar air dan bahan mudah menguap dari briket
Petchimuthu, S. from biomass and dipelajari. Briket dibuat dari limbah kayu, arang murni dan arang
Iyahraja, D. charcoal dengan bahan pengikat pati. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
Vignesh Kumar arang murni memiliki nilai kalor yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bahan pengikat dan biomassa. Namun penambahan bahan
pengikat pada arang maupun briket bentuk berongga dapat
menurunkan kadar abu, kadar air dan bahan volatil yang dapat
memberikan manfaat berupa pengurangan efek korosi.
21
PROSES
1. Pembuatan arang kulit si OUTPUT
ngkong, arang tempurung
INPUT
kelapa dan perekat
1. Limbah Kulit Si tepung tapioka
Didapatkan
ngkong 2. Pengaduka briket dengan
briket dengan
2. Limbah tempuru variasi yang digunakan
yaitu perbandingan kulit kualitas sesuai
ng kelapa
singkong dan tempurung dengan SNI
3. Perekat tepung t
apioka kelapa yaitu 50:50 ; 01-6235-2000
60:40; 70:30 ; 80:20;
90:10 ; 100: 0 dengan
jumlah masa keduanya
500 gr. Komposisi
perekat yang digunakan
yaitu 3.5% dan 5% dari
jumlah bahan baku.
3. Pencetakan briket dan
pengeringan briket
4. Serta parameter yang
akan diuji adalah nilai
kalor, kadar air dan kadar
abu
dengan variasi komposisi kulit singkong dan tempurung kelapa yaitu 50:50 ;
60:40; 70:30 ; 80:20; 90:10 ; 100: 0 dengan massa keduanya yaitu 500 gr. Setelah
itu di aduk dan di campur dengan perekat tepung tapioka dengan komposisi 3.5 %
dan 5 % dari jumlah bahan baku. Setelah itu di cetak dan di keringkan. Setelah
briket kulit singkong dan tempurung kelapa jadi dilakukan uji laboratorium yaitu
pengujian nilai kalor, kadar air dan kadar abu. lalu didapatkan output yaitu
mengetahui komposisi terbaik briket dengan kualitas sesuai dengan SNI 01-6235-
2000.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2.Variabel terikat
Variabel terikat merupakan parameter uji yang dipakai pada penelitian ini :
a. Uji kadar air
b. Uji kadar abu
c. Uji nilai kalor
d. Suhu Karbonasi 500c
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
3.4.1 Alat
Alat yang akan digunaan pada penelitian ini yaitu:
1. Pipa diameter 2 cm, tinggi 4 cm
2. Tongkat penekan
3. Breaker glass (gelas piala) 500 ml
4. Spatula
5. Oven
6. Batang pengaduk
7. Neraca kasar
8. Ayakan ukuran 60 mesh
27
9. Drum bekas
10. Cawan porselen
11. Lesung dan alu keramik
12. Furnace
13. Bomb colorimeter
14. Desikator
3.4.2 Bahan
Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Kulit singkong sebanyak 6.750
2. Tempurung kelapa sebanyak 2.250 kg
3. Tepung tapioka (kanji) sebanyak 330 gr
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Prosedur Pembuatan Arang Kulit singkong
Prosedur pembuatan arang kulit singkong yaitu: (Irmawati Shahrir
dkk,2017).
1. Sampel kulit singkong disiapkan pada wadah penampung berupa
karung dengan kapasitas sebesar 40 kg.
2. Setelah sampel kulit singkong disortir dari lapangan langsung
dikeringkan dengan menggunakan cahaya matahari selama 1
minggu.
3. Selanjutnya kulit singkong yang sudah kering dikarbonasi
menggunakan furnace dengan suhu 500 oC selama 120 menit untuk
dijadikan arang.
4. Setelah sampel kulit singkong menjadi arang, sampel digiling sampai
halus dan diayak dengan ayakan ukuran 60 mesh.
5. Sampel siap digunakan.
3.5.2 Prosedur Pembuatan Arang Tempurung kelapa
Prosedur pembuatan arang tempurung kelapa yaitu: (leny rumiyanti
dkk ,2018).
1. Sampel tempurung kelapa disiapkan pada wadah penampung
berupa karung dengan kapasitas sebesar 30 kg.
28
4500
3500
500
Variasi Campuran
kal/g, untuk campuran 70:30 sebesar 4725 kal/g, untuk campuran 80:20
sebesar 4833 kal/g, untuk campuran 90:10 sebesar 4287 kal/g, dan untuk
campuran 100:0 sebesar 2748 kal/g. Dengan nilai kalor tertinggi terdapat
pada campuran 50:50 sebesar 5434kal/g dan nilai kalor terendah terdapat
pada campuran 100:0 sebesar 2748 kal/g.
Dari gambar 5.1 terlihat perbedaan hasil nilai kalor pada setiap
variasi campuran kulit singkong dan tempurung kelapa dengan
menggunakan perekat tepung Tapioka 5%. Nilai kalor rata-rata untuk
campuran 50:50 sebesar 5377 kal/g, untuk campuran 60:40 sebesar 4915
kal/g, untuk campuran 70:30 sebesar 4462 kal/g, untuk campuran 80:20
sebesar 4612 kal/g, untuk campuran 90:10 sebesar 4551 kal/g, dan untuk
campuran 100:0 sebesar 2876 kal/g. Dengan nilai kalor tertinggi terdapat
pada campuran 50:50 sebesar 5377 kal/g dan nilai kalor terendah terdapat
pada campuran 100:0 sebesar 2876 kal/g.
Dari variasi campuran tersebut terdapat satu komposisi yang
memiliki nilai kalor sesuai dengan baku mutu standar nilai kalor pada SNI
01-6235-2000 yaitu >5000 kal/g terdapat pada variasi campuran kulit
singkong dan tempurung kelapa dengan perekat tepung tapioka 3.5%
terdapat pada variasi 50:50 yang memiliki nilai kalor yang optimum sebesar
5434 kal/g.
Nilai kalor merupakan sejumlah energi yang dihasilkan dari proses
pembakaran dari suatu bahan bakar seperti briket. Nilai kalor digunakan
untuk mengetahui nilai panas pembakaran yang dapat dihasilkan oleh
biobriket sebagai bahan bakar. Nilai kalor dapat dipengaruhi oleh jenis
bahan yang digunakan serta komposisi dari bahan. Perbedaan nilai kalor
tersebut diakibatkan komposisi bahan, dimana penggunaan kulit singkong
yang lebih banyak mengakibatkan semakin redahnya nilai kalor yang
diperoleh. Hal ini sesuai dengan penelitian Ropiudin (2022) yaitu perlakuan
komposisi bahan berpengaruh nyata terhadap nilai kalor, perlakuan
komposisi bahan 80% serbuk karbonisasi tempurung kelapa dan 20%
39
4.5
3.5 Perekat
3,5%
2.5
Perekat
1.5 5%
0.5
50;50 60;40 70;30 80;20 90;10 100;0
Perekat 3,5% 2.55 3.5 3.5 4.65 4.8 5.65
Perekat 5% 2.8 4.2 4.05 4.8 4.95 5.82
SNI 8 8 8 8 8 8
Variasi Campuran
Gambar 5. 6 Grafik hasil uji nilai kadar air variasi campuran kulit singkong dan
tempurung kelapa menggunakan tepung tapioka 3.5% dan 5%
Dari gambar 5.2 terlihat perbedaan hasil kadar air pada setiap variasi
campuran kulit singkong dan tempurung kelapa dengan menggunakan
perekat tepung Tapioka 3.5%. kadar air rata-rata untuk campuran 50:50
sebesar 2.550%, untuk campuran 60:40 sebesar 3.500%, untuk campuran
70:30 sebesar 3.500%, untuk campuran 80:20 sebesar 4.650%, untuk
campuran 90:10 sebesar 4.800%, dan untuk campuran 100:0 sebesar 5.650
kal/g. Dengan Kadar air tertinggi terdapat pada campuran 100:0 sebesar
5.650% dan kadar air terendah terdapat pada campuran 50:50 sebesar
2.550%.
Dari gambar 5.2 terlihat perbedaan hasil kadar air pada setiap variasi
campuran kulit singkong dan tempurung kelapa dengan menggunakan
perekat tepung Tapioka 5%. Nilai kadar air rata-rata untuk campuran 50:50
sebesar 2.800%, untuk campuran 60:40 sebesar 4.200%, untuk campuran
70:30 sebesar 4.050%, untuk campuran 80:20 sebesar 4.800%, untuk
campuran 90:10 sebesar 4.950%, dan untuk campuran 100:0 sebesar
5.820%. Dengan nilai kadar air tertinggi terdapat pada campuran 100:0
sebesar 5.820% dan nilai kadar air terendah terdapat pada campuran 50:50
41
52
44
36
Kadar Abu (%)
28
20 Perekat 3,5%
Perekat 5%
12
4
50;50 60;40 70;30 80;20 90;10 100;0
Perekat 3,5% 24.26 27 31.69 29.99 31.48 52.66
Perekat 5% 28.67 35.14 33.02 32.55 35.5 53.79
SNI 8 8 8 8 8 8
Variasi Campuran
Gambar 5.7 Grafik hasil uji nilai kadar abu variasi campuran kulit singkong dan
tempurung kelapa menggunakan tepung tapioka 3.5%. dan 5%
Dari gambar 5.3 terlihat perbedaan hasil nilai kadar abu pada setiap
variasi campuran briket kulit singkong dan tempurung kelapa dengan
menggunakan perekat tepung tapioka 3.5% dan 5%. Nilai kadar abu briket
dengan perekat 3.5% untuk perlakuan campuran 50:50 sebesar 24.26 kal/g,
untuk campuran 60:40 sebesar 27 kal/g, untuk campuran 70:30 sebesar
31.69 kal/g , untuk campuran 80:20 sebesar 29,99 kal/g , untuk campuran
90:10 sebesar 31.48 kal/g dan untuk campura 100:0 sebesar 52.66 kal/g.
Nilai kadar abu rata-rata untuk perekat 5% dengan campuran 50:50 sebesar
28.67 kal/g, untuk campuran 60:40 sebesar 35.14 kal/g, untuk campuran
70:30 sebesar 33.02 kal/g, untuk campuran 80:20 sebesar 32.55 kal/g, untuk
campuran 90:10 sebesar 35.50 kal/g, dan untuk campuran 100:0 sebesar
53.79 kal/g. berdasarkan gambar 5.3 dapat di lihat terdapatnya perbedaan
nilai kadar abu briket dimana nilai kadar abu tertinggi terdapat pada
campuran 100:0 perekat 5% sebesar 53.79 kal/g dan nilai kadar abu
43
terendah terdapat pada campuran 50:50 dengan perekat 3,5 % sebesar 24.26
kal/g. Dari kedua variasi campuran bahan baku diatas, pada variasi
campuran briket kulit singkong dan tempurung kelapa menggunakan tepung
tapioka 3,5% dan tepung tapioka 5% belum ada yang memenuhi standar
mutu berdasarkan SNI 01-6235-2000 yaitu <8%. Dari gambar juga dapat
dilihat bahwa nilai kadar abu briket fluktuatif yaitu peningkatan dan
penurunan nilai yang dihasilkan. Hal ini di akibatkan oleh komposisi
campuran bahan yang digunakan tidak berpengaruh secara nyata terhadap
nilai kadar abu briket.
Kadar abu merupakan bagian yang menjadi sisa dari hasil
pembakaran, dalam peristiwa ini abu yang dimaksud adalah abu dari sisa
pembakaran briket (Putri dan Andasuryani, 2017). Kadar abu terdiri dari
salah satu susunan unsur silika yang memiliki pengaruh kurang baik
terhadap nilai kalor dan nilai karbon. Nilai kadar abu dipengaruhi oleh jenis
bahan yang digunakan beserta komposisi perekat. Penelitian ini
menggunakan dua bahan utama berupa kulit singkong dan tempurung
kelapa. Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai kadar
abu yang diperoleh tidak sesuai SNI karena memiliki nilai kadar abu yang
lebih besar dari nilai SNI yaitu 8%. Hal ini disebabkan karena kulit
singkong memiliki kandungan organik yang lebih tinggi sehingga akan
mudah terikat pada proses pembakaran dan menghasilkan banyaknya sisa
pembakaran yang mengakibatkan semakin besarnya nilai kadar abu briket
(Nurhudah, 2018). Nilai kadar abu dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang
digunakan, dimana semakin tinggi kadar abu yang terdapat dalam biobriket
maka akan semkain rendah kualitas dari biobriket karena kandungan abu
yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor (Sodiq, 2014) dalam (Nurhudah,
2018). Menurut Sodiq (2014) semakin banyak jumlah kulit singkong yang
digunakan dalam pembuatan briket maka akan menyebabkan meningkatnya
nilai kadar abu briket.
44
sifat perekat kanji dan arang yang tidak tahan terhadap kelembapan
sehingga mudah menyerap air dari udara. Penambahan konsentrasi perekat
yang semakin tinggi mengakibatkan air yang terkandung dalam perekat
masuk dan terikat dalam pori arang. Selain itu, pemberrian perekat yang
semakin tinggi akan menyebabkan briket akan mempunyai kerapatan yang
semakin tinggi juga sehingga pori-pori briket akan semakin kecil dan pada
saat dikeringkan air yang terperangkap dalam pori briket sukar menguap
(Maryono, et.al., 2013). Selanjutnya menurut Kurniawan, et.al., (2019) jenis
perekat dan konsentrasi perekat memberikan pengaruh terhadap kadar air
yang terkandung dalam briket. Kadar air sangat berpengaruh terhadap
kualitas briket yang dihasilkan, dimana kadar air yang tinggi akan
mengakibatkan briket susah dinyalakan pada saat proses pembakaran dan
akan banyak menghasilkan asap, selain itu, akan mengurangi temperatur
penyalaan dan daya pembakarannya (Hutasoit, 2012) dalam Putri dan
Andasuryani, 2017).
5.1.6 Pengaruh Kombinasi dari Jumlah Perekat Tepung Tapioka
Terhadap Nilai Kadar Abu
Penentuan nilai kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui bagian
yang tidak terbakar dan sudah tidak meiliki unsur karbon lagi setelah
dilakukannya proses pembakaran briket. Kadar abu berbanding lurus dengan
kandungan bahan anorganik yang terdapat dalam briket (Maryono, et.al.,
2013). Nilai kadar abu dapat menurunkan nilai kalor dan mengakibatkan
timbulnya kerak pada peralatan sehingga persentase abu yang diizinkan
tidak boleh terlalu besar (Anastasia, et al., 2020). Semakin tinggi nilai kadar
abu yang diperoleh maka akan semakin rendah kualitas dari briket yang
dihasilkan karena kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor
Sodiq (2014). Besar kecilnya nilai kadar abu briket dipengaruhi oleh jenis
perekat serta konsentrasi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan
perekat berupa tapioka dengan konsentrasi 3,5% dan konsentrasi 5%.
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai kadar abu
mengalami peningkatan seiring banyaknya konsentrasi tapioka yang
46
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka kesimpulan
dari penelitian ini adalah:
1. Pengaruh penambahan komposisi campuran kulit singkong dan tempurung
kelapa menjadi briket sangat berpengaruh terhadap parameter nilai kalor,
kadar air, dan kadar abu sesuai SNI 01-6325-2000 dimana semakin banyak
tempurung kelapa akan meningkatkan nilai kalor, semakin banyak
tempurung kelapa nilai kadar air dan nilai kadar abu akan semakin rendah.
2. Pengaruh kombinasi dari jumlah perekat tepung tapioka 3.5% dan tepung
tapioka 5% terhadap kualitas briket kulit singkong dan tempurung kelapa
terhadap parameter nilai kalor, kadar air, kadar abu sesuai SNI 01-6235-
2000 Berdasarkan hasil penelitian pemberian konsetrasi perekat yang
semakin kecil mengakibatkan semakin tingginya nilai kalor sedangkan
semakin kecil konsetrasi perekat yang digunakan mengakibatkan
semakin kecil nilai kadar air yang diperoleh, begitu juga dengan kadar
abu semakin kecil persentase perekat semakin kecil pula nilai kadar abu
yang diperoleh.
3. Komposisi terbaik dengan penambahan tempurung kelapa terhadap
kualitas briket kulit singkong didapatkan pada variasi kulit singkong 50%,
tempurung kelapa 50% dan perekat tapioka 3,5% yang memiliki nilai
kalor sebesar 5434 kal/g, kadar air sebesar 2.550 % dan kadar abu sebesar
24.26 %. Nilai kalor dan nilai kadar air telah memenuhi SNI 01- 6325-
2000, sedangkan nilai kadar abu belum memenuhi SNI 01- 6325-2000
<8%.
6.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat memberikan
beberapa saran, yaitu sebagai berikut:
48
Leny rumiyati dkk. 2018. “Analisis Proksimat Pada Briket Arang Limbah
Pertanian”. Jurnal Spektra Vol. 3 No. 1
Puri, Fitria Etika, dkk. 2022. “Biobriket Limbah Kulit Singkong (Manihot
Esculenta), Inovasi Sumber Energi Alternatif di Wonogiri”. Jurnal
JARLITBANG Pendidikan, Vol.8 No.2.
51
Putri, Renny Eka dan Andasuryani. 2017. “Studi Mutu Briket dengan
Bahan Baku Limbah Biomassa”. Jurnal Teknologi Pertanian Vol 21.
No. 2. (September 20217).
Syahrir Irmawati. 2017. Pemanfaatan Limbah Padat Hasil Hidrolis Dari Kulit
Singkong Menjadi Biobriket. Seminar Nasional Inovasi dan Aplikasi
Teknologi di Industri. 2017, ITN Malang. www.sumbar.bps.go.id
diakes tanggal 06 Januari 2023.
Tobing, F. S dan A.C. Brades. 2007. Pembuatan Briket Arang dari Eceng
Gondok dengan Sagu Sebagai Pengikat. Jurnal Teknik Kimia. Vol.
20 (6): 45 – 56.
Gambar 12. Proses Pencampuran Bahan Baku dengan Perekat Tepung Tapioka
Gambar 13. Proses Pencetakan Briket
NPM : 2010024428022
Program Studi : Teknik Lingkungan
Pembimbing I
NPM : 2010024428022
Program Studi : Teknik Lingkungan
Pembimbing II
(Andi Irawan., MT )
Lampiran 3. Tata Cara Pengujian
Sample ID ENTER
weight (berat contoh)
ENTER
Fuse ID ENTER
Acid ENTER
Sulfur ENTER
40. Maka Gross Heat yang sesungguhnya akan keluar pada printer.
41. Stop alat dengan cara merubah switch ke posisi off
No. Urut :
NPM : 2010024428022
Tanggal Lulus :
IPK : 3.33
Pedikat Lulus :
Email : noviaputri17.na@gmail.com