SKRIPSI
Oleh:
MELLINDA YUNIETA
NIM 135100500111022
Oleh:
MELLINDA YUNIETA
NIM 135100500111022
i
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
iv
Puji Tuhan..... puji syukur aku naikkan untuk Tuhan Yesus
Karya ini aku persembahkan kepada
kedua Orang Tuaku, Kakakku, dan Adikku tercinta
serta sahabat-sahabat yang sudah mendukung dalam moral dan doa
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Menyatakan bahwa,
Skripsi dengan judul di atas merupakan karya asli penulis serta Dr. Ir. Aji Sutrisno,
M. Sc, Ph. D, selaku dosen pembimbing. Apabila dikemudian hari terbukti
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku.
Mellinda Yunieta
NIM 135100500111022
vi
MELLINDA YUNIETA. NIM: 135100500111022. Penggunaan Pasta Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crantz) sebagai Bahan Baku Pembuatan Cake (Kajian
Teknik Pembuatan Cake dan Jenis Lemak). SKRIPSI. Pembimbing : Dr. Ir. Aji
Sutrisno, M.Sc, Ph.D
RINGKASAN
Cake umumnya terbuat dari tepung terigu, namun permasalahan utama yang
muncul adalah gandum merupakan produk impor, dimana jumlah impor gandum
semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
pemanfaatan bahan baku lokal pengganti terigu, misalnya ubi kayu. Salah satu
cara untuk meningkatkan dan memperbesar porsi penggunaan ubi kayu sebagai
pangan subtitusi adalah dengan diolah menjadi produk bakery yang memiliki
potensi besar di Indonesia, misalnya cake.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik pembuatan
cake dan jenis lemak yang berbeda terhadap karakteristik fisikokimia dan
organoleptik dari cake berbahan dasar pasta ubi kayu, dan mengetahui daya
terima panelis terhadap cake dari pasta ubi kayu.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Rancangan Acak Kelompok
(RAK) yang disusun secara faktorial dengan faktor perlakuan teknik pembuatan
cake, yaitu pengocokan kuning dan putih telur secara langsung (sponge cake) dan
pengocokan kuning dan putih telur secara terpisah (chiffon cake) dan jenis lemak,
yaitu margarin, minyak goreng, dan tanpa lemak. Tiap perlakuan diulang sebanyak
tiga kali sehingga didapatkan 18 satuan percobaan. Analisa data yang dilakukan
meliputi analisa fisik (volume pengembangan, kekerasan, ukuran pori, dan warna),
kimia (kadar air, karbohidrat, protein, lemak, dan abu) dan organoleptik (hedonik).
Hasil analisa ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan teknik
pembuatan cake dan jenis lemak berpengaruh nyata terhadap volume
pengembangan, kekerasan, warna (L*, a*, b*) namun tidak berpengaruh nyata
terhadap kadar air dan ukuran pori. Hasil uji Friedman untuk uji hedonik
menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap parameter
aroma, warna, tekstur, dan rasa, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
parameter pori dan keseluruhan. Berdasarkan analisa Multiple Attribute Zeleny,
perlakuan terbaik didapatkan pada perlakuan teknik pembuatan chiffon cake dan
penambahan lemak minyak goreng dengan kadar air 19,87%, kadar karbohidrat
66,03%, kadar protein 3,28%, kadar lemak 9,63%, dan kadar abu 1,2%.
vii
MELLINDA YUNIETA. NIM: 135100500111022. The Use of Cassava Paste
(Manihot esculenta Crantz) as Cake Production Main Ingredient (Study of
Cake Making Technique and Type of Fat). Thesis. Supervisor : Dr. Ir. Aji
Sutrisno, M.Sc, Ph.D
SUMMARY
Cake is generally made from wheat flour, but the main problem that arises is
wheat is an imported product, where the amount of the import of wheat is
increasing for every year. Therefore, it is necessary to develop the use of local raw
materials for substitute wheat flour, for example cassava. One of the ways to
increase and enlarge the use of cassava is to be used for subtitution food for
bakery products that have great potential in Indonesia, for example cake.
The purpose of this research are to know the effect of different cake making
techniques and type of fats on the physicochemical and organoleptic
characteristics of cake based on cassava paste, and to know panelist acceptance
of cake from cassava paste.
This research used randomized block design method which was arranged
factorially with two factor, which are cake making technique factor, i.e. shuffle yolk
and egg whites directly (sponge cake) and shuffle yolk and egg whites separately
(chiffon cake) and type of fat, i.e. margarine, cooking oil and non fat. Each
treatment was repeated 3 times to obtain 18 units of experiment. The analyzes of
data include physical analysis (volume of development, hardness, pore size, and
color), chemistry (water content, carbohydrate, protein, fat, and ash) and
organoleptic (hedonic).
The result of variance analysis (ANOVA) showed that cake making technique
and type of fat treatment had significant effect on development volume, hardness,
and color (L*, a*, b*) but no significant effect on water content, and pore size.
Friedman test results for hedonic test showed that the treatment gave significant
effect on the parameters of flavor, color, texture, and taste, but no significant effect
on pore and overall parameters. Based on the analysis of Multiple Attribute Zeleny,
the best treatment was obtained in treatment of chiffon cake making technique with
addition of cooking oil with 19,87% water content, 66,03% carbohydrate, 3,28%
protein, 9,63% fat, and 1,2% ash.
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena berkat rahmatNya
penulis dapat menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul “Penggunaan
Pasta Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) sebagai Bahan Baku Pembuatan Cake
(Kajian Teknik Pembuatan Cake dan Jenis Lemak)” dengan baik sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar kesajarnaan pada Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
Pada penyusunan laporan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan, yaitu kepada:
1. Dr. Ir. Aji Sutrisno, M.Sc, Ph. D selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan selama penelitian dan
penulisan tugas akhir.
2. Prof. Dr. Teti Estiasih, STP., MP. selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian.
3. Kedua orang tua, kakak dan adik yang selalu memberikan doa, motivasi,
dukungan, serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir dengan baik.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dan kelancaran tugas akhir.
5. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2013 Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, rekan, sahabat serta semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu atas bantuan, kerja sama, kebersamaan, dan
kekeluargaan selama perkuliahan hingga terselesaikannya tugas akhir
dengan baik.
Mellinda Yunieta
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iv
LEMBAR PERUNTUKKAN........................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................................ vi
RINGKASAN…………………………………………………………………….... vii
SUMMARY..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR...................................................................................... ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….…. x
DAFTAR TABEL………………………………………….………………………. xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………….…………………….... xiv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….... 3
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………….. 3
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………………... 3
1.5 Hipotesis……………………………………………………………………..... 3
x
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Bahan Baku Cake Ubi Kayu…………………………………. 27
4.2 Karakteristik Cake Ubi Kayu…………………………………………………. 29
4.2.1 Volume Pengembangan…………………………………………….... 29
4.2.2 Kekerasan………………………………………………..................... 32
4.2.3 Ukuran Pori..................................................................................... 34
4.2.4 Warna………………………………………………............................ 37
4.2.4.1 Nilai Kecerahan (Lightness)......................................................... 38
4.2.4.2 Nilai Kemerahan (a*)………………………………………………... 40
4.2.4.3 Nilai Kekuningan (b*)……………………………………………….. 42
4.2.5 Kadar Air………………………………………………........................ 44
4.3 Karakteristik Organoleptik Cake Ubi Kayu…………………………………. 45
4.3.1 Uji Hedonik……………………………………………….................... 45
4.3.1.1 Warna………………………………………………......................... 45
4.3.1.2 Aroma………………………………………………......................... 47
4.3.1.3 Pori………………………………………………............................. 48
4.3.1.4 Tekstur………………………………………………........................ 49
4.3.1.5 Rasa............................................................................................ 50
4.3.1.6 Keseluruhan………………………………………………............... 51
4.4 Produk Cake Ubi Kayu Perlakuan Terbaik…………………………………. 52
DAFTAR PUSTAKA 57
LAMPIRAN 63
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Cake per 100 gram…………………………........ 6
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Ubi Kayu per 100 gram……………………........... 9
Tabel 2.3 Komposisi Telur Ayam per 100 gram............................................ 10
Tabel 2.4 Kandungan Gizi Susu Bubuk Full Cream...................................... 13
Tabel 2.5 Komposisi Kimia Margarin per 100 gram....................................... 14
Tabel 3.1 Kombinasi Dua Faktor.................................................................. 19
Tabel 3.2 Formulasi Bahan Pembuatan Cake Singkong.............................. 21
Tabel 4.1 Data Hasil Analisa Bahan Baku Pasta Ubi Kayu dibandingkan
dengan Literatur .......................................................................... 27
Tabel 4.2 Data Hasil Analisa Volume Pengembangan Cake Ubi Kayu
berdasarkan Perlakuan Teknik Pembuatan Cake........................ 30
Tabel 4.3 Data Hasil Analisa Volume Pengembangan Cake Ubi Kayu
berdasarkan Perlakuan Jenis Lemak........................................... 31
Tabel 4.4 Data Hasil Analisa Kekerasan Cake Ubi Kayu berdasarkan
Perlakuan Teknik Pembuatan Cake............................................ 32
Tabel 4.5 Data Hasil Analisa Kekerasan Cake Ubi Kayu berdasarkan
Perlakuan Jenis Lemak............................................................... 33
Tabel 4.6 Data Hasil Analisa Pori Cake Ubi Kayu berdasarkan Perlakuan
Teknik Pembuatan Cake dan Jenis Lemak.................................. 35
Tabel 4.7 Data Hasil Analisa Ukuran Pori Cake Ubi Kayu berdasarkan
Perlakuan Teknik Pembuatan Cake............................................ 36
Tabel 4.8 Data Hasil Analisa Ukuran Pori Cake Ubi Kayu berdasarkan
Perlakuan Jenis Lemak............................................................... 37
Tabel 4.9 Data Hasil Analisa Nilai Kecerahan Cake Ubi Kayu bagian Crust
berdasarkan Perlakuan Teknik Pembuatan Cake........................ 38
Tabel 4.10 Data Hasil Analisa Nilai Kecerahan Cake Ubi Kayu bagian Crust
berdasarkan Perlakuan Jenis Lemak........................................... 38
Tabel 4.11 Data Hasil Analisa Nilai Kecerahan Cake Ubi Kayu bagian
Crumb berdasarkan Perlakuan Teknik Pembuatan Cake............ 39
Tabel 4.12 Data Hasil Analisa Nilai Kecerahan Cake Ubi Kayu bagian
Crumb berdasarkan Perlakuan Jenis Lemak............................... 39
xii
Tabel 4.13 Data Hasil Analisa Nilai Kemerahan Cake Ubi Kayu bagian
Crust berdasarkan Perlakuan Teknik Pembuatan Cake.............. 40
Tabel 4.14 Data Hasil Analisa Nilai Kemerahan Cake Ubi Kayu bagian
Crust berdasarkan Perlakuan Jenis Lemak................................. 40
Tabel 4.15 Data Hasil Analisa Nilai Kemerahan Cake Ubi Kayu bagian
Crumb berdasarkan Perlakuan Teknik Pembuatan Cake............ 41
Tabel 4.16 Data Hasil Analisa Nilai Kemerahan Cake Ubi Kayu bagian
Crumb berdasarkan Perlakuan Jenis Lemak............................... 41
Tabel 4.17 Data Hasil Analisa Nilai Kekuningan Cake Ubi Kayu bagian
Crust berdasarkan Perlakuan Teknik Pembuatan Cake.............. 42
Tabel 4.18 Data Hasil Analisa Nilai Kekuningan Cake Ubi Kayu bagian
Crust berdasarkan Perlakuan Jenis Lemak................................. 43
Tabel 4.19 Data Hasil Analisa Nilai Kekuningan Cake Ubi Kayu bagian
Crumb berdasarkan Perlakuan Teknik Pembuatan Cake............ 43
Tabel 4.20 Data Hasil Analisa Nilai Kekuningan Cake Ubi Kayu bagian
Crumb berdasarkan Perlakuan Jenis Lemak............................... 43
Tabel 4.21 Data Hasil Analisa Kadar Air Cake Ubi Kayu berdasarkan
Perlakuan Teknik Pembuatan Cake............................................ 44
Tabel 4.22 Data Hasil Analisa Kadar Air Cake Ubi Kayu berdasarkan
Perlakuan Jenis Lemak............................................................... 44
Tabel 4.23 Perbandingan Parameter Fisik dan Kimia Cake Perlakuan
Terbaik dengan Cake Kontrol...................................................... 53
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Ubi Kayu………………………................................................ 7
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Pasta Ubi Kayu…………………….. 22
Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Sponge Cake Ubi Kayu................... 23
Gambar 3.3 Diagram Alir Pembuatan Chiffon Cake Ubi Kayu ……………. 24
Gambar 4.1 Pasta Ubi Kayu...................................................................... 27
Gambar 4.2 Hasil Analisis Volume Pengembangan Cake Ubi Kayu Hasil
Akibat Perlakuan Teknik Pembuatan Cake dan Jenis Lemak 30
Gambar 4.3 Perbandingan Pori Cake Ubi Kayu Hasil Scan dan Hasil
Analisis Akibat Perlakuan Teknik Pembuatan Cake dan
Jenis Lemak........................................................................... 36
Gambar 4.4 Grafik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Warna................ 46
Gambar 4.5 Grafik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Aroma................ 47
Gambar 4.6 Grafik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Pori.................... 48
Gambar 4.7 Grafik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Tekstur.............. 49
Gambar 4.8 Grafik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Rasa.................. 50
Gambar 4.9 Grafik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Keseluruhan...... 51
Gambar 4.10 Spider Chart Uji Hedonik...................................................... 52
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Prosedur Analisis Kimia, Fisik, dan Organoleptik……………… 63
Lampiran 2. Kuisioner Uji Hedonik Panelis………………............................. 69
Lampiran 3. Data Analisa Karakteristik Cake Ubi Kayu………………........... 70
Lampiran 4. Data Hasil Uji Hedonik………………......................................... 74
Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Volume Pengembangan Cake Ubi Kayu 79
Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Kekerasan Cake Ubi Kayu....................... 80
Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Ukuran Pori Cake Ubi Kayu…………….. 81
Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Nilai Kecerahan Crust Cake Ubi Kayu…. 82
Lampiran 9. Hasil Analisis Ragam Nilai Kecerahan Crumb Cake Ubi Kayu.. 83
Lampiran 10. Hasil Analisis Ragam Nilai Kemerahan Crust Cake Ubi Kayu 84
Lampiran 11. Hasil Analisis Ragam Nilai Kemerahan Crumb Cake Ubi
Kayu......................................................................................... 85
Lampiran 12. Hasil Analisis Ragam Nilai Kekuningan Crust Cake Ubi Kayu 86
Lampiran 13. Hasil Analisis Ragam Nilai Kekuningan Crumb Cake Ubi
Kayu…..................................................................................... 87
Lampiran 14. Hasil Analisis Ragam Kadar Air Cake Ubi Kayu………………. 88
Lampiran 15. Hasil Analisis Friedman Uji Hedonik………………................... 89
Lampiran 16. Penentuan Perlakuan Terbaik Metode Zeleny………………... 91
Lampiran 17. Data Uji T (Independent Simple T Test)……………….............. 95
Lampiran 18. Data Uji Kimia Pasta Ubi Kayu………………........................... 96
Lampiran 19. Data Uji Kimia Cake Ubi Kayu Perlakuan Terbaik…………….. 97
Lampiran 20. Data Uji Kimia Cake Kontrol………………............................... 98
Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian………………..................................... 99
xv
BAB I. PENDAHULUAN
1
penderita diabetes melitus karena memiliki nilai indeks glikemik yang tinggi, yaitu
70 (Hasan et al., 2011).
Peningkatan kebutuhan terigu untuk produk pangan yang semakin tinggi
akan mengancam ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Oleh karena itu,
perlu dikembangkan pemanfaatan bahan baku lokal, misalnya ubi kayu. Ubi kayu
atau singkong (Manihot esculenta Crantz atau Manihot utilisima) merupakan salah
satu sumber karbohidrat lokal Indonesia yang menduduki urutan ketiga terbesar
setelah padi dan jagung. Ubi kayu juga merupakan salah satu komoditas
penyumbang ekspor terbesar di Indonesia (Kementerian Pertanian, 2015).
Tanaman ini merupakan bahan baku yang paling potensial untuk diolah menjadi
tepung, dengan kandungan pati sebesar 35% (Badan Litbang Pertanian, 2011).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2015 produksi ubi kayu
nasional mencapai 21,8 juta ton (Ladamay et al., 2014). Diperlukan cara
meningkatkan porsi penggunaan ubi kayu di Indonesia, salah satunya dengan
diolah menjadi produk bakery yaitu kue (cake).
Dalam pembuatan cake berbahan dasar pasta ubi kayu diperlukan formulasi
bahan baku serta metode pengolahan yang sesuai. Telur dan lemak merupakan
bahan baku penting dalam pembuatan cake. Fungsi telur pada pembuatan cake
adalah untuk menambah volume pengembangan, memberi warna, memberi
kelembapan, dan memberi tekstur yang lebih lembut (Winarno, 1993). Putih telur
dan kuning telur memiliki fungsi yang berbeda pada cake sehingga dapat dilihat
perbedaan antara teknik pembuatan cake, yaitu mengocok putih dan kuning telur
secara terpisah (chiffon cake) dan mengocok putih dan kuning telur bersamaan
(sponge cake). Lemak juga merupakan bahan penting dalam pembuatan cake
karena mempengaruhi warna, tekstur dan kelembutan cake. Margarin dan minyak
goreng memiliki struktur dan karakteristik yang berbeda sehingga mempengaruhi
cake yang dihasilkan. Berdasarkan uraian di atas, kedua faktor yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah teknik pembuatan cake dan jenis lemak yang
digunakan. Teknik pembuatan cake yang digunakan adalah pengocokan kuning
dan telur secara langsung (sponge cake) dan pengocokan kuning dan putih telur
secara terpisah (chiffon cake). Sedangkan jenis lemak yang digunakan adalah
minyak goreng dan margarin. Dari kedua faktor tersebut dapat dilihat
perbedaannya dan dapat menentukan perlakuan terbaik dengan uji fisikomia dan
organoleptik sehingga dihasilkan cake dari pasta ubi kayu yang bisa layak
dikonsumsi.
2
1.2 Rumusan Masalah
1.5 Hipotesis
Teknik pembuatan cake dan jenis lemak yang berbeda diduga akan
memberikan karakteristik cake yang berbeda dari segi sifat fisikokimia dan
organoleptik.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cake
Cake adalah adonan panggang yang terbuat dari tepung, gula, garam, bahan
pengembang, susu, telur dan bahan penambah aroma (Subagjo, 2007). Cake
adalah makanan yang sangat populer saat ini. Rasanya yang manis dan
bentuknya yang beragam menjadikannya banyak digemari oleh masyarakat. Cake
dapat disajikan sebagai dessert dan appetizer. Bahan dasar pembuatan cake pada
umumnya menggunakan tepung terigu, namun dapat juga dibuat dengan
menggunakan bahan baku selain tepung terigu. Perbandingan bahan baku dalam
pembuatan cake bisa berbeda, tergantung dari jenis cake yang dibuat. Kualitas
cake juga bergantung dari bahan yang digunakan. Pembuatan cake akan berhasil
apabila bahan bermutu tinggi, proses pencampuran adonan dan metode
pembuatannya benar, serta lama pemanggangan dan temperaturnya tepat
(Faridah et al., 2008).
Menurut Subagio (2003), dalam adonan cake, seluruh pengaruh
pengembangan diperoleh dari udara yang terbungkus putih telur selama
pengocokan. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan produk cake dititik beratkan
pada kemampuan pembentukan matrik protein, penyerapan dan pengikatan air,
pengemulsi dan pembentukan busa dari bahan yang ada dalam formula yang
selanjutnya akan terjadi ekspansi gas dalam adonan selama pemanggangan. Oleh
karena itu, beberapa penambahan bahan yang mempunyai kemampuan tersebut
diketahui dapat meningkatkan mutu cake yang dihasilkan. Dalam pembuatan cake
banyak menggunakan lemak dan gula sebagai pembentuk struktur cake, untuk itu
dalam pembuatan adonan harus diperoleh adonan yang lembut dan ringan. Untuk
membuat cake diperlukan ketelitian. Hal ini terkait dengan ketepatan dalam
penimbangan bahan, dan teknik pencampuran adonan.
Menurut Suhardjito (2003) dan U.S. Wheat Associates (1983), cake dapat
diklasifikasikan menjadi:
1) Chiffon cake adalah cake yang tinggi, ringan dan halus, yang dibuat dengan
mencampurkan kuning telur, minyak, tepung terigu, serta baking powder,
sedangkan putih telur dan gula dikocok terpisah hingga mengembang dan
kaku kemudian dicampurkan ke adonan kuning telur. Karakteristik chiffon
4
cake adalah cakenya tinggi, remah halus, kenyal (seperti busa, foam), tekstur
halus, enak dan gurih.
2) Butter cake dikenal dengan cake metode pengkreman lemak. Proses
pembuatan butter cake diawali dengan pengocokan mentega dan gula hingga
pucat dan lembut dan berbentuk krim, lalu telur dimasukkan satu persatu
sambil terus dikocok, kemudian bahan-bahan lain dimasukan kedalam
adonan. Cake ini ialah semua bahan yang digunakan seperti bahan utama
dan bahan pelengkap memiliki berat yang sama atau ukuran yang standar
yaitu 500 gram. Butter cake ini mengandung lemak yang tinggi dan
menggunakan bahan pengembang. Karakteristik butter cake ialah tekstur
volumenya padat, pendek, enak, seratnya sama besar, kurang lembut, dan
remahnya kasar.
3) Genoise cake ialah classic European style cake atau yang disebut juga
dengan sponge atau foam cake. Bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan Genoise cake ialah putih dan kuning telur yang dikocok bersama
gula sampai menjadi busa yang halus, ringan dan kental, tanpa bahan
pengembang serta hanya sedikit mengandung minyak atau mentega cair.
Dalam pembuatan genoise cake ini total cairan (telur dan susu cair) harus
lebih berat dibandingkan dengan berat gula dan berat tepung terigu lebih
sedikit dari berat telur. Karakteristik genoise cake ialah ringan, remahnya
lembut, dan cake sangat mengembang.
Berikut kandungan gizi cake per 100 gram menurut United States Departement
of Agriculture (USDA) dapat dilihat pada Tabel 2.1
5
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Cake per 100 g
Kandungan nutrisi Satuan Jumlah per 100 gram
Air g 29,40
Energi kkal 297,00
Energi kJ 1243
Protein g 7,30
Total lemak g 4,30
Abu g 1,30
Karbohidrat g 57,70
Kalsium, Ca mg 42,00
Zat besi, Fe mg 1,58
Magnesium, mg mg 9,00
Fosfor, P mg 100,00
Kalium, K mg 141,00
Natrium, Na mg 228,00
Seng, Zn mg 0,59
Mangan, Mn mg 0,167
Selenium, Se µg 18,5
Thiamin mg 0,159
Riboflavin mg 0,301
Niacin mg 1,204
Vitamin B6 µg 0,059
Folat, DFE µg 53,00
Vitamin A, IU µg 258
Kolestrol mg 170
Sumber: USDA (2016).
Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz atau Manihot utilissima) atau yang lebih
sering dikenal dengan nama singkong, adalah salah satu tanaman yang tersebar
luas dan familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Di benua Asia, ubi kayu
tersebar di Thailand, Vietnam, India, dan Cina sedangkan di benua Amerika
produksi ubi kayu terbesar ada di Brasil. Beberapa ahli botani menyatakan bahwa
6
tanaman ubi kayu berasal dari Amerika yang beriklim tropis dan seorang ahli botani
Rusia, Nikolai Ivanovick Vavilov, memastikan bahwa tanaman ubi kayu berasal
dari Brasil (benua Amerika bagian selatan) (Gardjito et al., 2013).
Ubi kayu merupakan tanaman tropis yang tumbuh pada 30º LU- 30º LS dan
membutuhkan iklim lembab. Pertumbuhan ubi kayu akan berhenti di bawah
temperatur 10oC. Pertumbuhan ubi kayu yang paling banyak di dataran rendah
tropis, di ketinggian 150 meter dari permukaan laut dengan temperatur rata-rata
25-27°C, tetapi ada beberapa varietas ubi kayu yang tumbuh sampai pada
ketinggian 1500 meter dari permukaan laut. Ubi kayu juga dapat tumbuh dengan
baik ketika curah hujan cukup melimpah. Curah hujan setiap tahun yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan ubi kayu sebesar 500-5000 mm. Ubi kayu dapat
tumbuh pada tanah liat berpasir atau tanah liat berpasir yang lembab dan subur
ataupun jenis tanah yang lain dengan tekstur tanah cukup gembur untuk
memungkinkan perkembangan umbi (Alves, 2002).
Ubi kayu merupakan jenis tanaman perdu yang dapat hidup sepanjang tahun.
Ubi kayu mudah ditanam dan dibudidayakan, dapat ditanam di lahan yang kurang
subur, resiko gagal panen 5% dan tidak memiliki banyak hama. Tanaman ini
mempunyai umur rata rata 7 hingga 12 bulan. Ubi kayu mempunyai umbi atau akar
pohon berdiameter rata-rata 5-10 cm lebih dan panjang 50-80 cm. Daging umbinya
ada yang berwarna putih atau kekuning-kuningan (Soemarjo, 1992). Varietas-
varietas ubi kayu unggul yang biasa ditanam penduduk Indonesia, antara lain:
7
Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1,
Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan Andira 4.
Berdasarkan data luas panen dari Badan Pusat Statistik, produktivitas ubi kayu
di Indonesia mencapai 21,8 juta ton pada tahun 2015. Hal ini dikarenakan hampir
seluruh provinsi di Indonesia memproduksi ubi kayu. Ubi kayu mudah
dibudidayakan, dapat tumbuh di lahan yang relatif tidak subur, tidak membutuhkan
banyak pupuk dan pestisida. Ubi kayu memiliki sifat yang tidak tahan lama dalam
keadaan segar, maka dalam pemasaran ubi kayu harus diolah menjadi bentuk lain
yang lebih awet, seperti gaplek, tepung tapioka, tapai, peuyeum, keripik singkong,
dan lain-lain (Lingga et al., 1992). Taksonomi tanaman ubi kayu menurut
Soelistijono (2006) adalah sebagai berikut:
Umbi ubi kayu tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin.
Dalam hal ini umbi ubi kayu mudah sekali rusak, ditandai dengan keluarnya warna
biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.
Kandungan sianida dalam ubi kayu sangat bervariasi. Kadar sianida rata- rata
dalam singkong manis dibawah 50 mg/kg berat asal, sedangkan ubi kayu pahit/
racun diatas 50 mg/kg. Menurut FAO, ubi kayu dengan kadar 50 mg/kg masih
aman untuk dikonsumsi manusia (Sulistyawati et al., 2012). Besarnya racun dalam
ubi kayu setiap varietas tidak konstan dan dapat berubah, hal ini disebabkan
adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu antara lain keadaan iklim,
keadaan tanah, cara pemupukan dan cara budidayanya (Winarno, 2002). Adapun
kandungan gizi ubi kayu segar per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 2.2
8
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Ubi Kayu per 100 g
Komponen Gizi Jumlah
Kalori (kal) 146,00
Protein (g) 1,20
Lemak (g) 0,30
Karbohidrat (g) 34,70
Kalsium (mg) 33,00
Fosfor (mg) 40,00
Zat besi (mg) 0,70
Vitamin A (SI) 0
Vitamin B1 (mg) 0,06
Vitamin C (mg) 30,0
Air (g) 62,50
Bagain dapat dimakan (%) 75,00
Sumber: Gardjito, 2013.
Pasta ubi kayu adalah umbi ubi kayu yang dimasak baik dengan cara direbus
atau dikukus yang kemudian dihaluskan atau digiling (Ginting et al., 2011).
Keuntungan dari adanya pengolahan umbi menjadi pasta diantaranya adalah
dapat diaplikasikan untuk pembuatan produk dikarenakan umbi memiliki tekstur
yang keras sehingga tidak bisa langsung digunakan, selain itu waktu yang
digunakan dan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar (Widyaningtyas dan
Hadi, 2015). Kelebihan lain dengan adanya pengolahan ubi kayu menjadi pasta
adalah kandungan gizi yang tidak banyak berkurang dibandingkan dengan
pengolahan ubi kayu menjadi tepung dikarenakan penggunaan suhu yang tinggi
dan waktu pengeringan yang lama. Selain itu, hasil rendemen ubi kayu menjadi
pasta jauh lebih tinggi dibandingkan tepung dikarenakan pada pasta kandungan
airnya masih tinggi. Namun, salah satu kelemahan pasta adalah umur simpan
yang tidak panjang (Richana dan Widaningrum, 2009).
9
2.3 Telur
Telur mempunyai dua unsur yaitu, kuning telur dan putih telur. Kuning telur
mengandung 50% air, sedangkan putih telur kadar airnya mencapai 87%. Dalam
kuning telur terdapat lesitin yang berfungsi sebagai emulsifier yang memiliki
kemampuan mengikat air dan lemak. Kuning telur juga berfungsi sebagai
pengawet alami, makin banyak kuning telur yang dipakai, cake akan terasa lebih
10
legit dan padat, sebaliknya makin banyak putih telur yang dipakai cake akan
lembek dan lekat di langit-langit mulut (Tarwotjo, 1998).
Putih telur juga sangat berperan dalam membentuk adonan yang lebih kompak
dan pembentukan cita rasa dan warna cake. Sedangkan kuning telur sangat
mempengaruhi kelembutan dan rasa yang dihasilkan serta sebagai pengemulsi
karena mengandung lesitin. Penggunaan salah satu bagian telur (putih atau
kuning) atau kombinasi keduanya disesuaikan dengan hasil akhir yang diinginkan
(Wibowo, 2012). Busa dari putih telur berfungsi untuk menjaga stabilitas udara
dalam adonan. Pembentukan busa dan stabilisasi oleh protein putih telur dapat
didukung oleh peranan emulsifier dari kuning telur yang membantu dalam
mencampurkan seluruh bahan dalam adonan sehingga menciptakan lebih banyak
gelembung udara dengan mengurangi volume udara. LDL pada kuning telur
merupakan kontributor utama dalam penggabungan udara ke adonan kue
sedangkan HDL menghambat aerasi namun membantu dalam menstabilkan
gelembung udara selama pengocokan dan pemanggangan (Nakane et al., 2001)
Fungsi telur dalam pembuatan bakery adalah membentuk warna dan flavour
yang khas, memperbaiki rasa dan kesegaran cake, meningkatkan
pengembangan, meningkatkan nilai gizi dan kelembutan cake. Selain itu,
digunakan untuk mengoles permukaan kue manis sehingga permukaan cake
mengkilap. Fungsi telur dalam adonan adalah membantu proses pengembangan
volume adonan serta menghasilkan flavour dan rasa yang gurih (Wahyudi, 2003).
2.4 Susu
Susu adalah suatu emulsi lemak dalam air yang mengandung beberapa
senyawa terlarut. Susu sapi segar mengandung air 87,5%, gula susu (laktosa)
sekitar 5%, protein sekitar 3,5%, dan lemak sekitar 3-4%. Susu juga merupakan
sumber kalsium, fosfor, dan vitamin A yang sangat baik. Mutu protein susu hampir
sama nilainya dengan protein daging dan telur, dan terutama sangat kaya akan
lisin, yaitu salah satu asam amino esensial yang sangat dibutuhkan tubuh
(Widodo, 2003). Susu merupakan sumber protein dengan mutu yang sangat tinggi,
dengan kadar protein dalam susu segar sebanyak 3,5 %, dan mengandung lemak
yang kira-kira sama banyaknya dengan protein. Karena itu, kadar lemak sering
dijadikan sebagai tolok ukur mutu susu, karena secara tidak langsung
menggambarkan juga kadar proteinnya (Wardana, 2012).
11
Pada produk bakery penambahan susu berfungsi untuk membentuk flavor,
mengikat air, sebagai bahan pengisi, mengontrol pH adonan, membentuk struktur
yang kuat dan berpori karena adanya protein berupa kasein, membentuk warna
karena adanya reaksi pencokelatan, menambah keempukan karena adanya
laktosa, serta menambah nilai gizi (Matz et al., 1978).
Pada pembuatan produk bakery, penggunaan susu harus mempertimbangkan
dua faktor yaitu kandungan air dan total padatan susu. Kandungan air pada susu
memiliki beberapa fungsi yaitu mempengaruhi kelezatan produk, melarutkan gula,
menahan gas, serta berkontribusi dalam membentuk struktur dan kelembapan.
Sedangkan zat padat pada susu berfungsi mengikat protein sehingga adonan
menjadi mengencang, mengatur warna kerak, meningkatkan rasa dan sebagai
bahan penahan cairan (Lakshmi, 2013). Pada produk bakery, jenis susu yang
paling sering digunakan adalah susu bubuk karena tahan lama dan lebih mudah
penyimpanannya, dapat membangkitkan rasa atau aroma dan merupakan bahan
penahan cairan yang baik.
Susu bubuk berasal dari susu segar baik dengan atau tanpa rekombinasi
dengan zat lain seperti lemak atau protein yang kemudian dikeringkan. Umumnya
pengeringan dilakukan dengan menggunakan spray dryer atau roller dryer. Umur
simpan susu bubuk maksimal adalah 2 tahun dengan penanganan yang baik dan
benar. Susu bubuk mempunyai daya tahan yang lebih lama daripada susu cair dan
tidak perlu disimpan di lemari es karena kandungan uap airnya sangat rendah.
Susu bubuk dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu susu bubuk berlemak
(full cream milk powder), susu bubuk rendah lemak (partly skim milk powder), dan
susu bubuk tanpa lemak (skim milk powder) (Astawan, 2005).
Susu bubuk full cream adalah produk susu berbentuk bubuk yang diperoleh
dari susu cair, atau susu hasil pencampuran susu cair dengan susu kental atau
susu bubuk, yang telah dipasteurisasi dan melalui proses pengeringan. Susu jenis
ini kadar lemak susunya tidak kurang dari 26% dan kadar airnya tidak lebih dari
15% (Utami, 2009). Pemilihan susu bubuk full cream untuk cake bertujuan untuk
menambah jumlah lemak pada cake. Penambahan lemak dalam jumlah yang kecil
sekalipun, akan membantu melembutkan crumb serta memberikan kelembapan
daripada susu tanpa lemak (Weinsten dan Mark, 2004).
Komposisi susu bubuk dapat bervariasi tergantung pada komposisi susu segar
yang digunakan dalam pembuatannya. Berikut adalah kandungan gizi susu bubuk
full cream dapat dilihat pada Tabel 2.4
12
Tabel 2.4 Kandungan Gizi Susu Bubuk Full Cream
Komponen Gizi Jumlah (%)
Air 4,00
Protein 27,20
Lemak 26,00
Laktosa 36,80
Abu 6,00
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan, Departemen Kesehatan RI, 2005.
2.5 Lemak
Menurut Ketaren dan Djatmiko (1985), tujuan penambahan lemak dalam bahan
pangan adalah memperbaiki rupa dan struktur fisik bahan pangan, menambah nilai
gizi dan kalori, serta memberi cita rasa yang gurih pada bahan pangan. Lemak
merupakan bahan utama yang memperkaya cake. Lemak untuk pembuatan cake
ini harus mempunyai kemampuan yang baik dalam pengkreman, rasa dan bau
yang netral, memiliki daya emulsi yang baik. Fungsi lemak dalam cake adalah
membantu dalam aerasi, melembutkan tekstur, memperbaiki rasa, memperbaiki
kualitas penyimpanan, membuat tidak kenyal, dan memberi warna pada
permukaan (Faridah et al., 2008). Lemak yang banyak digunakan dalam
pembuatan cake di Indonesia adalah margarin dari minyak kelapa. Sedangkan
lemak yang umum digunakan dalam pembuatan chiffon cake adalah minyak
goreng. Perbedaan dari kedua penggunaan jenis lemak dapat dilihat dari tekstur
dan aroma cake yang dihasilkan.
2.5.1 Margarin
Margarin merupakan emulsi dengan tipe emulsi water in oil (w/o) yang
dimaksudkan sebagai pengganti mentega dengan rupa, bau konsistensi rasa dan
nilai gizi yang hampir sama dengan mentega. Margarin mengandung 80 % lemak,
16 % air dan beberapa zat lain (Wahyuni et al., 1998).
Margarin merupakan lemak plastis yang dibuat dari proses hidrogenasi parsial
minyak nabati. Minyak nabati yang sering digunakan dalam pembuatan lemak
adalah minyak kelapa, minyak inti sawit, minyak biji kapas, minyak wijen, minyak
13
kedelai dan minyak jagung. Minyak nabati umumnya berwujud cair, karena
mengandung asam lemak tidak jenuh, seperti asam oleat, linoleat dan linolenat
(Budijanto et al., 2000). Karena minyak nabati umumnya dalam bentuk cair dan
untuk menjadi lemak padat maka harus dihidrogenisasi lebih dahulu, sehingga
asam lemak tak jenuh pada margarin berubah menjadi lemak jenuh yang tidak baik
untuk dikonsumsi secara berlebihan karena dapat meningkatkan kadar LDL dan
menurunkan kadar HDL dalam tubuh. Margarin harus bersifat plastis, padat pada
suhu ruang, agak keras pada suhu rendah dan segera dapat mencair dalam mulut.
Margarin kaya akan lemak tak jenuh dan mengandung omega-3 dan omega-6.
Meskipun demikian lemak nabati dalam margarin dibuat melalui proses
pemanasan minyak nabati pada suhu tinggi, kemudian dipompakan gas hidrogen.
Akibatnya ikatan asam lemak yang tadinya tidak jenuh akan menjadi jenuh
sehingga mengubah minyak nabati dari cair menjadi padat (Winarno, 2002).
Fungsi margarin dalam proses pembuatan cake adalah membantu dalam
aerasi, melembutkan tekstur, memperbaiki rasa, memperbaiki kualitas saat
penyimpanan, membuat tidak kenyal dan memberi warna pada permukaan
(Faridah et al., 2008). Margarin juga berfungsi sebagai shortening atau
pengempuk serta membentuk serabut yang baik dalam adonan (Ketaren et al.,
1985). Lemak pada margarin juga dapat mencegah terjadinya retrogradasi pati
dengan menghambat laju penguapan air dan terlepasnya CO2 sehingga produk
tetap mengembang dalam waktu yang cukup lama (Sunaryo, 1985). Namun
penambahan margarin yang berlebihan membuat tekstur cake menjadi lebih
lembek (tidak kekar) (Desrosier, 1988). Adapun komposisi kimia margarin per 100
gram dapat dilihat pada Tabel 2.5
14
2.5.2 Minyak Goreng
Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak, baik
yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng
adalah shortening yang berbentuk cair. Minyak goreng terdiri dari 100% minyak,
dan mempunyai titik leleh yang rendah. Pada suhu kamar dingin akan membeku.
Karena bentuk cairan maka tidak mempunyai kemampuan atau daya pengkriman.
Penggunaan minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar panas,
menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam makanan. Minyak
goreng tersusun dari beberapa senyawa seperti asam lemak dan trigliserida
(Ketaren et al., 1985). Pada pembuatan sponge cake maupun genoise, minyak
berfungsi sebagai enrichment agent (yang memperkaya), yang ditambahkan pada
adonan setelah telur dan gula dikocok terlebih dahulu (Faridah et al., 2008).
Pada pembuatan chiffon cake, lemak yang digunakan adalah minyak goreng.
Penggunaan minyak ini berkaitan dengan kemudahan penyatuan adonan
berlemak dan adonan busa. Berbeda dengan margarin, minyak tidak memberikan
aroma dan warna telah dinetralkan. Hal ini mengakibatkan chiffon cake
mempunyai rasa yang hambar walaupun pengembangannya bagus dan
teksturnya lembut (Ketaren et al., 1985).
2.6 Air
Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat
mempengaruhi penampilan, tekstur, serta cita rasa makanan. Bahkan dalam
bahan makanan yang kering sekalipun, seperti buah kering, tepung, serta biji-
bijian, terkandung air dalam jumlah tertentu. Air berfungsi sebagai pelarut, dan
berpengaruh pada kepadatan adonan. Kandungan air dalam bahan makanan
menentukan acceppability, kesegaran, dan daya tahan bahan itu. Dalam
pembuatan cake, air juga dapat mengembangkan protein dalam tepung yang
bertindak menahan gas dari baking powder (Faridah et al., 2008).
Gula pasir merupakan karbohidrat sederhana yang dibuat dari cairan (nira) tebu
yang mengandung sukrosa. Dimana setelah dikristalkan, nira tebu akan
15
mengalami kristalisasi dan berubah menjadi butiran gula berwarna putih bersih
atau putih agak kecoklatan. Gula pasir merupakan gula yang paling banyak
digunakan sebagai pemanis baik di skala industri maupun pemakaian rumah
tangga (Ananto, 2012).
Gula berfungsi memberi rasa manis, membantu pembentukan struktur produk,
memperbaiki tekstur dan keempukan, memperpanjang kesegaran dengan cara
mengikat air, merangsang pembentukan warna yang baik serta bekerjasama
dengan telur untuk menangkap udara sehingga telur dapat mengembang
(Astawan, 2009). Dalam pembuatan cake, gula yang digunakan adalah gula pasir
yang mempunyai butiran yang halus dengan tujuan agar gula mudah larut dalam
adonan sehingga dihasilkan cake dengan susunan yang rata dan empuk (Matz,
1992). Gula turut membantu meningkatkan lightness atau keringanan cake dengan
memasukkan udara ke dalam shorterning (margarin). Udara akan terjebak di
antara kristal gula yang tidak beraturan. Ketika gula dicampur dengan shorterning,
udara ini menjadi tergabung sebagai “sel udara” yang sangat kecil. Selama proses
memanggang, “sel-sel udara” ini membesar terisi dengan karbon dioksida dari
agen pengembang (Sugar Association, 2013).
Jumlah gula yang ditambahkan akan berpengaruh terhadap tekstur dan
penampakan cake. Meningkatnya kadar gula atau konsentrasi gula yang terlalu
tinggi akan membuat produk yang dihasilkan semakin keras akibat karamelisasi
gula di bagian permukaan yang membentuk crust (Sugar Association, 2013).
Waktu pembakaran juga harus sesingkat mungkin agar cake tidak hangus karena
gula yang terdapat dalam adonan dapat mempercepat proses pembentukan warna
(Matz et al., 1978).
16
Fungsi utama baking powder adalah sebagai agen aerasi/pengembang, selain
itu baking powder juga berperan dalam meningkatkan eating quality produk serta
memperbaiki warna remah cake menjadi lebih cerah. Baking powder biasanya
bereaksi pada saat pengocokan dan akan bereaksi cepat apabila dipanaskan
hingga 40-50°C (Faridah et al., 2008). Penggunaan bahan pengembang ini hanya
sedikit, karena pemakaian baking powder dalam jumlah banyak dapat
menyebabkan hasil akhir kering terlalu melebar (Raditrini et al., 2015). Menurut
McGee (2004), reaksi asam-basa yang terjadi lebih tepat dijelaskan sebagai
dekomposisi baking powder setelah diaktifkan oleh asam, sesuai persamaan
berikut:
NaHCO3 + H+ → Na+ + CO2 + H2O
17
BAB III. METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam proses pembuatan cake ubi kayu adalah
kompor gas, panci pengukus, oven listrik (Kirin), mixer (Phillips), meat grinder
(Geepas MG-380), timbangan analitik, baskom, loyang, pisau, sendok, solet,
plastik, kertas roti.
Alat yang digunakan untuk analisa adalah Colour Reader (Konica Minolta),
Tensile Strength (Imada ZR-200N), kompor listrik (maspion), spektrofotometer dan
kuvet (UNICO RRC UV 2100), oven listrik (WTB Binder), desikator (Scoot Duran),
Soxhlet (Behr), vortex (Turbo Mixer), vacuum pump (Rocker), distilator dan
destruktor (Buchi), neraca analitik, lemari asam, pendingin balik, bola hisap, kertas
saring, statip, rak tabung, dan glassware.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan cake ubi kayu adalah ubi kayu yang
didapatkan di pasar Belimbing, Malang, Jawa Timur, susu bubuk full cream
(Indomilk), margarin (Blue Band), minyak goreng (Sunco), telur, gula pasir
(Gulaku), dan baking powder.
Bahan yang digunakan untuk analisa adalah petroleum eter, tablet Kjeldahl,
Alkohol 10%, HCl 25%, NaOH 45%, HCl 0,1 N, NaOH 30%, H2SO4 pekat, H3BO3
4%, larutan asam borat 3%, Reagen Nelson A dan Nelson B, arseno molibdat,
petroleum eter, indikator methyl red, indikator PP dan aquades.
18
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Penelitian Pendahuluan
19
Dari Tabel 3.1 diperoleh perlakuan sebagai berikut:
T1L1 : Teknik sponge cake dan tanpa penambahan lemak
T1L2 : Teknik sponge cake dan margarin
T1L3 : Teknik sponge cake dan minyak goreng
T2L1 : Teknik chiffon cake dan tanpa penambahan lemak
T2L2 : Teknik chiffon cake dan margarin
T2L3 : Teknik chiffon cake dan minyak goreng
1. Persiapan alat dan bahan: seluruh alat yang akan digunakan disiapkan yaitu
mixer, sendok, garpu, pisau, solet, baskom, oven dan timbangan. Selain itu
disiapkan seluruh bahan dan ditimbang masing-masing yaitu telur (2 butir/100
gram), margarin (20 gram), minyak goreng (20 gram), air (20 gram), gula pasir
(40 gram), susu bubuk (25 gram), dan baking powder (1 gram).
2. Pembuatan pasta ubi kayu: ubi kayu dikupas seluruh kulitnya kemudian
dipotong dan dicuci bersih. Siapkan air dalam panci pengukus lalu dipanaskan
hingga mendidih (100°C), kemudian ubi kayu yang telah dipotong dan dicuci
dimasukkan ke dalam panci untuk dikukus hingga empuk (+ 45 menit) setelah
itu ditiriskan. Ubi kayu yang telah ditiriskan dihaluskan, setelah itu dimasukkan
ke dalam plastik lalu disimpan di dalam freezer selama 48 jam. Setelah satu
hari, pasta dikeluarkan dan dihaluskan dengan grinder kemudian disimpan
selama 24 jam di lemari pendingin. Saat akan digunakan, pasta ditimbang
sebanyak 120 gram dengan menggunakan timbangan.
3. Pembuatan cake:
a) Sponge cake: telur dan gula pasir dimasukkan ke dalam baskom lalu dimixer
dengan kecepatan rendah hingga tinggi hingga berwarna putih pucat.
Kemudian dimasukkan pasta ubi kayu dan susu bubuk secara perlahan ke
dalam adonan telur dan gula, kemudian ditambahkan lemak dan diaduk
perlahan menggunakan solet dan terakhir ditambahkan baking powder dan
diaduk secara cepat. Setelah itu adonan langsung dimasukkan dalam loyang
yang sudah dilapisi kertas roti dan di oven menggunakan oven listrik dengan
suhu 170°C selama 40 menit.
20
b) Chiffon cake: telur dipisahkan putih dan kuningnya. Bagian putih telur dikocok
dari kecepatan rendah ke kecepatan tinggi sembari gula pasir dimasukkan
sedikit demi sedikit. Pengocokan dilakukan hingga putih telur mengembang,
putih, dan halus/lembut. Kemudian dimasukkan ke dalam kuning telur yang
sudah dikocok dan diaduk perlahan menggunakan solet. Setelah itu bahan-
bahan lain seperti susu bubuk, pasta ubi kayu, lemak dan baking powder
dimasukan satu persatu dan diaduk hingga rata. Setelah itu adonan
dimasukkan dalam loyang yang sudah dilapisi kertas roti dan di oven
menggunakan oven listrik dengan suhu 170°C selama 40 menit.
Formulasi dari bahan-bahan untuk pembuatan cake Singkong bisa dilihat pada
Tabel 3.2
Susu 25 g 25 g 25 g 25 g 25 g 25 g
bubuk (8,0%) (8,0%) (8,0%) (8,0%) (8,0%) (8,0%)
Pasta 125 g 125 g 125 g 125 g 125 g 125 g
Ubi (40,2%) (40,2%) (40,2%) (40,2%) (40,2%) (40,2%)
Kayu
Tanpa Margarin Minyak Tanpa Margarin Minyak
lemak (air) (20 g) (20 g) lemak (air) (20 g) (20 g)
Lemak
(20 g) (6,4%) (6,4%) (20 g) (6,4%) (6,4%)
(6,4%) (6,4%)
Baking 1g 1g 1g 1g 1g 1g
Powder (0,3%) (0,3%) (0,3%) (0,3%) (0,3%) (0,3%)
311 g 311 g 311 g 311 g 311 g 311 g
TOTAL (100%) (100%) (100%) (100%) (100%) (100%)
21
3.4.2 Diagram Alir
Dikupas kulitnya
Dipotong-potong + 5 cm
Dicuci bersih
Ditiriskan
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Pasta Ubi Kayu (Modifikasi Kurniawati
et al., 2015)
22
Telur 110 g
Baking powder 1 g
Dimasukkan ke dalam loyang ukuran 17 x 6,5 cm
Adonan diratakan
Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Sponge Cake Ubi Kayu (Modifikasi
Yahyono et al., 2000)
23
Putih telur
Kuning telur
Gula pasir 40 g
Dimasukkan ke dalam baskom
Dimixer hingga mengembang
Baking powder 1 g
Dimasukkan ke dalam loyang 17 x 6,5 cm
Adonan diratakan
Gambar 3.3 Diagram Alir Pembuatan Chiffon Cake Ubi Kayu (Modifikasi
Anonim, 2014)
24
3.5 Pengamatan dan Analisa Data
3.5.1 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada produk cake ubi kayu meliputi :
a. Bahan Baku Ubi Kayu (Manihot esculenta C.)
- Kadar Air Metode Thermogravimetri (Sudarmadji dkk, 1996)
- Kadar Protein Metode Kjedahl (Sudarmadji dkk, 1996)
- Kadar Lemak Metode Soxhlet (AOAC, 2000)
- Kadar Abu Metode Pengabuan Kering (AOAC, 2000)
- Total Karbohidrat dengan metode perhitungan (by difference) (Fibri,
2016)
b. Cake Ubi kayu
1. Pengamatan Fisik meliputi :
- Kekerasan (Modifikasi Hartajanie et al., 2010)
- Volume Pengembangan (Hartajanie et al., 2010)
- Ukuran Pori (Reinking, 2007)
- Warna metode “Colour Reader Test” (Yuwono dan Susanto, 1998)
2. Pengamatan Kimia meliputi :
- Kadar Air Metode Thermogravimetri (Sudarmadji dkk, 1996)
3. Pengamatan Organoleptik meliputi (Rahayu, 2001) :
- Warna
- Aroma
- Pori
- Tekstur
- Rasa
- Keseluruhan
4. Pemilihan Perlakuan Terbaik (Zeleny, 1982)
5. Pengamatan Kimia Perlakuan Terbaik:
- Kadar Air Metode Thermogravimetri (Sudarmadji dkk, 1996)
- Kadar Protein Metode Kjedahl (Sudarmadji dkk, 1996)
- Kadar Lemak Metode Soxhlet (AOAC, 2000)
- Kadar Abu Metode Pengabuan Kering (AOAC, 2000)
- Total Karbohidrat dengan metode perhitungan (by difference)
(Fibri, 2016)
25
3.5.2 Analisa Data
26
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan cake ubi kayu adalah
pasta ubi kayu. Bahan baku tersebut dianalisis untuk mengetahui kondisi awal
bahan baku sebelum digunakan dalam proses pembuatan cake singkong, serta
untuk mengetahui pengaruh penambahannya terhadap karakteristik produk akhir
cake singkong yang meliputi parameter kimia, yakni kadar air, kadar lemak, kadar
protein, kadar abu, dan kadar pati. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan
literatur untuk memudahkan peneliti dalam mengoreksi analisis yang dilakukan.
Bahan baku pasta ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 4.1 sedangkan data hasil
analisa bahan baku pasta ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Data Hasil Analisa Bahan Baku Pasta Ubi Kayu dibandingkan dengan
Literatur
Parameter (%) Pasta Ubi Kayu* Ubi Kayu Segar**
27
Ubi kayu segar memiliki struktur yang keras, sehingga apabila digunakan
langsung untuk membuat cake akan menghasilkan cake yang liat untuk dimakan.
Oleh karena itu, dengan dibentuk menjadi pasta akan merubah strukturnya yang
keras menjadi lebih lunak dikarenakan adanya gelatinisasi pati. Gelatinisasi pati
terjadi dengan adanya penambahan sejumlah air pada pati dan dipanaskan pada
suhu tinggi, kemudian granula patinya akan menyerap air dan membengkak. Pati
dapat menyerap air secara maksimal jika suspensi air dipanaskan pada suhu 55oC
sampai 65oC (Ginting, 2014).
Komponen penyusun struktur pati tergelatinisasi adalah molekul amilopektin.
Terjadinya gelatinisasi pati ini bermula ketika pati direndam dalam air panas. Air
akan berpenetrasi masuk ke dalam granula pati secara perlahan dan bolak-balik,
sehingga menyebabkan rusaknya ikatan double helix pada amilopektin dan
putusnya ikatan hidrogen antar molekul dalam granula. Putusnya ikatan akan
membuat struktur dari pati terbuka dan diharapkan akan semakin lebih mudah
untuk berinteraksi dengan molekul lain saat proses pencampuran adonan cake
nantinya. Semakin tinggi suhu, maka ikatan hidrogen akan semakin banyak yang
terputus sehingga semakin banyak pula air yang terserap dalam granula pati.
Selanjutnya, granula akan pecah dan amilosa yang memiliki struktur pendek dan
bersifat larut air akan keluar dari granula sehingga struktur granula akan semakin
terbuka dan semakin banyak air lagi yang masuk dalam granula. Molekul air dalam
granula ini akan membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil gula dari
molekul amilopektin dan sebagian amilosa dalam granula pati (Imanningsih, 2012).
Hal ini juga yang menyebabkan kadar air dari pasta meningkat dibandingkan
dengan ubi kayu segar. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kadar air
pada pasta ubi kayu sebagai bahan baku dari penelitian ini memiliki kadar air
sebesar 64,54%, dimana kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan ubi kayu
segar (62,50%). Proses perebusan ubi kayu menyebabkan kadar air pada pasta
ubi kayu meningkat, namun selanjutnya ada proses pembekuan ubi kayu untuk
membentuk pasta, sehingga air akan mengalami dehidrasi karena sangat
dipengaruhi oleh temperatur dan kelembapan (Apriantono et al., 1989).
Kandungan karbohidrat pada pasta ubi kayu hasil analisis (33,44%) lebih
rendah dibandingkan dengan ubi kayu segar (34,70%). Perbedaan ini dikarenakan
kadar karbohidrat dihitung melalui metode by difference sehingga hasilnya
dipengaruhi oleh komponen lainnya seperti kadar air, lemak, protein, dan abu.
Protein pada pasta ubi kayu hasil analisis (1,03%) lebih rendah dibandingkan
28
dengan ubi kayu segar (1,20%). Hal ini dipengaruhi oleh adanya denaturasi protein
dan protein larut air pada saat proses perebusan ubi kayu. Denaturasi protein juga
akan menyebabkan molekul-molekul yang menyusun protein begerak dengan
sangat cepat, sehingga sifat protein yang hidrofobik menjadi terbuka dan memutus
ikatan hidrogen didalamnya (Widati, 2008).
Kadar lemak pada pasta ubi kayu yang dianalisis (0,29%) tidak jauh berbeda
dengan ubi kayu segar (0,30%). Kadar abu pada pasta ubi kayu yang dianalisis
lebih rendah (0,71%) dibandingkan dengan ubi kayu segar (1,30%). Hal ini
disebabkan karena pada proses perebusan, beberapa mineral pada ubi kayu
segar akan larut dalam air (Purnama et al., 2011).
29
Sponge, Minyak Goreng (T1L3) Chiffon, Minyak Goreng (T2L3)
Gambar 4.2 Hasil Analisa Volume Pengembangan Cake Ubi Kayu Akibat Perlakuan
Teknik Pembuatan Cake dan Jenis Lemak
Rerata nilai volume pengembangan cake ubi kayu yaitu 15,28 + 2,4%. Rerata
nilai volume pengembangan cake ubi kayu berdasarkan teknik pembuatan cake
dapat dilihat pada Tabel 4.2. Rerata nilai volume pengembangan cake ubi kayu
berdasarkan pengaruh jenis lemak dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.2 Data Hasil Analisa Volume Pengembangan Cake Ubi Kayu berdasarkan
Perlakuan Teknik Pembuatan Cake
Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa perlakuan teknik pembuatan cake yang
berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap volume pengembangan cake ubi
kayu.
Sponge cake memiliki volume pengembangan yang lebih rendah dibandingkan
dengan chiffon cake. Hal ini disebabkan karena pada teknik pembuatan chiffon
cake terbentuk busa/buih yang berpengaruh pada pengembangan volume. Protein
yang berpengaruh dalam pembentukan busa adalah ovalbumin (protein terbesar
yang menyusun putih telur, yang terdiri dari empat gugus –SH) dan globulin
(protein yang tidak larut air tetapi larut dalam garam). Pembentukan busa diawali
dengan terbukanya ikatan dalam molekul protein, sehingga rantai protein menjadi
30
lebih panjang. Kemudian udara masuk diantara molekul protein yang terbuka dan
bertahan sehingga volumenya mengembang. Jika pada kondisi volume
mengembang, busa yang terbentuk dipanasi maka akan terjadi denaturasi protein,
sehingga busa yang terbentuk menjadi lebih stabil dan terjadi pengembangan
adonan (Suhardi, 1988). Sedangkan pada sponge cake, karena kuning dan putih
telur dikocok bersama, maka pengembangan busa tidak akan maksimal karena
kuning telur mengandung lemak. Lemak akan menganggu pembentukan busa dan
menurunkan volume busa. Lapisan dibentuk oleh lemak umumnya tidak kuat dan
tidak elastis, sehingga gelembung udara yang terbentuk mudah pecah (Romanof
and Romanoff, 1993).
Tabel 4.3 Data Hasil Analisa Volume Pengembangan Cake Ubi Kayu berdasarkan
Perlakuan Jenis Lemak
Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa perlakuan teknik pembuatan cake yang
berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap volume pengembangan cake ubi
kayu.
Volume pengembangan antara cake dengan penambahan jenis lemak
margarin dan minyak goreng tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena sifat
plastis dari margarin yang memegang peranan penting dimana apabila lemak
plastis dicampur dengan adonan, maka adonan tersebut dapat membentuk sejenis
film. Adonan berlemak ini mempunya daya gabung dengan udara dan daya
pelumas lebih besar dibandingkan dengan minyak cair. Selain itu, perbandingan
antara jumlah penambahan lemak dan gula dalam adonan mempengaruhi jumlah
volume udara yang dapat diserap oleh lemak. Perbandingan berat optimum antara
gula dan lemak yang ditambahkan sebesar 3:2 akan menghasilkan daya gabung
udara dengan lemak yang maksimal. Makin halus partikel gula dan makin lama
pencampuran, maka jumlah udara yang terserap semakin besar (Winarno, 2002).
31
Minyak goreng memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh pada yang tinggi.
Semakin tinggi kandungan asam lemak tidak jenuh, daya gabung udara dengan
lemak semakin besar (Ketaren et al., 1985). Volume pengembangan juga erat
hubungannya dengan kadar air. Semakin tinggi nilai kadar air, maka nilai volume
pengembangan semakin tinggi pula. Hal ini terjadi karena daya serap air pada
tepung terigu yang tinggi dibandingkan pati atau tepung lainnya, dimana protein
gluten pada tepung terigu memiliki daya serap yang tinggi dikarenakan gluten
membutuhkan air lebih banyak untuk dapat menyimpan gas sebanyak-banyaknya.
Penggunaan bahan selain tepung terigu, akan mengurangi penyerapan daya air
dikarenakan tidak ada gluten (Adeleke dan Odedeji, 2010). Volume
pengembangan sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya lama
pengocokan telur, jumlah dan jenis tepung yang digunakan, dan keberadaan
molekul lain seperti lemak, kadar air serta keberadaan gluten (Basuki, 2016).
4.2.2 Kekerasan
Rerata nilai kekerasan cake ubi kayu yaitu 7,11 + 1,95 N. Rerata nilai kekerasan
cake ubi kayu berdasarkan teknik pembuatan cake dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Rerata nilai kekerasan cake ubi kayu berdasarkan pengaruh jenis lemak dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.4 Data Hasil Analisa Kekerasan Cake Ubi Kayu berdasarkan Perlakuan
Teknik Pembuatan Cake
Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa perlakuan teknik pembuatan cake yang
berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap kekerasan cake ubi kayu.
Sponge cake memiliki tekstur yang agak kasar, kurang lentur dan cenderung
beremah apabila dipotong (Rumini, 2010). Sedangkan chiffon cake memiliki
32
tekstur yang lembut (Issutarti, 2006). Nilai kekerasan berhubungan erat dengan
volume pengembangan. Semakin tinggi volume pengembangan, maka nilai
kekerasan akan semakin rendah (Sudaryati, 2013). Namun dalam penelitian ini,
tekstur yang dihasilkan chiffon cake lebih keras dibandingkan dengan tekstur dari
sponge cake. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa protein
ovomusin, ovoglobulin, dan konalbuminlah yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan busa. Protein akan berada pada permukaan udara-air dari
gelembung udara dan mengalami denaturasi (unfold) untuk mendukung struktur
busa. Denaturasi lebih lanjut terjadi ketika pemanasan (pemanggangan)
menyebabkan koagulasi protein sehingga menghasilkan struktur yang lebih stabil
(Ikeme, 2008). Penambahan gula ketika pengocokan meningkatkan pembentukan
busa karena sifat higroskopik dari gula yang menyimpan air. Gugus hidroksil pada
struktur gula akan membentuk ikatan hidrogen dengan air. Akan tetapi gula akan
memperlambat denaturasi. Oleh karenanya pengocokan harus lebih kuat agar
diperoleh busa yang sama banyak, terutama jika penambahan gula terlalu dini
pada pengocokan. Lemak yang digunakan dalam pengocokan sponge cake, juga
cenderung berada pada permukaan udara-air dari gelembung udara. Akan tetapi
berbeda dari protein, lemak tidak terdenaturasi tetapi akan mengalami koagulasi.
Sehingga adanya lemak dalam campuran akan menurunkan kemampuan protein
untuk mengalami denaturasi dan menstabilkan busa (Charley and Weaver, 2008).
Ketidaksesuaian ini mungkin disebabkan karena saat proses pembakaran, granula
pati akan membengkak dan lemak atau shortening akan menekan pembengkakan
pati ini. Selanjutnya, molekul pati yang membengkak akan berinteraksi dengan
lemak atau shortening sehingga ikatan silang pati dan protein menjadi lemah. Hal
ini yang mengakibatkan kekerasan roti menjadi berkurang (Mudjisihono, 2003).
Tabel 4.5 Data Hasil Analisa Kekerasan Cake Ubi Kayu berdasarkan Perlakuan
Jenis Lemak
33
Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa perlakuan jenis lemak yang berbeda
memberikan pengaruh nyata terhadap kekerasan cake ubi kayu.
Gluten pada tepung terigu akan membuat tekstur cake tidak keras. Hal ini
dikarenakan kemampuan gluten untuk memerangkap air, sehingga saat
pemanggangan, proses penguapan air dapat dicegah atau tidak banyak (Wang et
al., 2006). Dapat dilihat dari hasil penelitian, cake tanpa menggunakan lemak atau
dengan subtitusi air memiliki nilai tertinggi atau merupakan cake yang paling keras
teksturnya. Hal ini disebabkan karena penggunaan bahan baku pasta ubi kayu
yang mengandung pati. Air pada proses pemanggangan akan menguap lebih
banyak dikarenakan tidak adanya gluten yang dapat mengikat air lebih banyak
sehingga cake yang dihasilkan menjadi lebih keras setelah didinginkan (Murdani,
2010). Selain itu, cake tanpa penambahan lemak memiliki tekstur yang lebih keras
dibandingkan dengan cake yang diberi penambahan lemak karena lemak akan
membantu melembapkan dan mengempukkan produk. Cake dengan
penambahan minyak goreng memiliki tekstur yang paling empuk atau lembut
dikarenakan udara yang terperangkap dalam adonan tercampur bagus. Menurut
Ketaren dan Djatmiko (1985), semakin banyak kandungan asam lemak tidak
jenuh, daya gabung udara semakin dalam adonan akan semakin baik. Minyak
goreng memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan
dengan margarin. Pada margarin, asam lemak tidak jenuh telah diubah menjadi
asam lemak jenuh pada proses hidrogenasi. Selain itu, margarin yang
mengandung asam lemak jenuh yang tinggi akan menyebabkan pembentukan
matriks protein menjadi rapat sehingga tekstur cake yang dihasilkan menjadi lebih
keras.
Pengukuran pori menggunakan hasil scan dari cake ubi kayu yang telah
dipotong menjadi ukuran 3 x 3 cm kemudian dianalisa menggunakan software
Image J. Hasil analisa pori cake ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 4.6, sedangkan
gambar hasil scan analisa pori cake ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 4.3.
34
Tabel 4.6 Data Hasil Analisa Pori Cake Ubi Kayu berdasarkan Perlakuan Teknik
Pembuatan Cake dan Jenis Lemak
Perlakuan Jumlah Total Area Ukuran Rerata STDEV
Pori Pori (mm²)
Sponge, 155 73,015 0,471 0,391 0,161
Tanpa
Lemak 189 93,876 0,497
91 18,761 0,206
35
Sponge, Tanpa Lemak (T1L1) Chiffon, Tanpa Lemak (T2L1)
Gambar 4.3 Perbandingan Pori Cake Ubi Kayu Hasil Scan (Kiri) dan Hasil Analisis
(Kanan) Akibat Perlakuan Teknik Pembuatan Cake dan Jenis Lemak
Rerata nilai ukuran pori cake ubi kayu yaitu 0,349 + 0,12 mm2. Rerata nilai
ukuran pori cake ubi kayu berdasarkan teknik pembuatan cake dapat dilihat pada
Tabel 4.7. Rerata nilai ukuran pori cake ubi kayu berdasarkan pengaruh jenis
lemak dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.7 Data Hasil Analisa Ukuran Pori Cake Ubi Kayu berdasarkan Perlakuan
Teknik Pembuatan Cake
36
Tabel 4.8 Data Hasil Analisa Ukuran Pori Cake Ubi Kayu berdasarkan Perlakuan
Jenis Lemak
Pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa perlakuan teknik
pembuatan cake dan jenis lemak yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap ukuran pori cake ubi kayu.
Pori merupakan lubang-lubang kecil yang terbentuk karena adanya gas CO2
yang terperangkap dalam adonan saat dipanggang. Pori sangat dipengaruhi oleh
kemampuan pembentukan gas dan penahanan gas selama proses pengovenan
(Mudjisihono et al., 2000). Pori juga sangat dipengaruhi oleh udara yang
terperangkap dalam adonan. Apabila udara yang terperangkap dalam adonan
sangat bagus, maka pori yang dihasilkan sangat halus dan jumlahnya sangat
banyak. Penambahan lemak yang tidak tepat akan mengakibatkan udara tidak
dapat bercampur dengan baik dalam adonan sehingga memberikan ukuran pori
yang besar, sehingga tampak kasar. Menurut Ketaren dan Djatmiko (1985),
semakin banyak kandungan asam lemak tidak jenuh, maka daya gabung udara
semakin baik. Volume pengembangan juga erat hubungannya dengan rata-rata
diameter atau ukuran pori. Semakin tinggi nilai volume pengembangan, maka nilai
rata-rata diameter atau ukuran pori juga akan semakin meningkat. Banyaknya gas
CO2 yang terperangkap dalam struktur adonan menyebabkan diameter atau
ukuran pori menjadi semakin besar (Czernohorsky dan Hooker, 2008).
4.2.4 Warna
Pada penelitian ini, warna cake ubi kayu diukur pada bagian permukaan (crust)
dan bagian dalam (crumb) menggunakan alat color reader dengan 3 parameter
yang terukur yaitu lightness (L*), redness (a*), dan yellowness (b*).
37
4.2.4.1 Nilai Kecerahan (Lightness)
Rerata nilai kecerahan (lightness) cake ubi kayu bagian crust yaitu 54,63 ± 4,84
sedangkan rerata nilai kecerahan cake ubi kayu bagian crumb yaitu 69,16 + 2.
Untuk cake ubi kayu bagian crust, rerata nilai kecerahan cake ubi kayu
berdasarkan perlakuan teknik pembuatan cake dan jenis lemak masing-masing
dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10. Sedangkan untuk cake bagian crumb
rerata nilai kecerahan cake ubi kayu berdasarkan perlakuan teknik pembuatan
cake dan jenis lemak masing-masing dilihat pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.12.
Tabel 4.9 Data Hasil Analisa Nilai Kecerahan Cake Ubi Kayu bagian Crust
berdasarkan Perlakuan Teknik Pembuatan Cake
Tabel 4.10 Data Hasil Analisa Nilai Kecerahan Cake Ubi Kayu bagian Crust
berdasarkan Perlakuan Jenis Lemak
Pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa perlakuan teknik
pembuatan cake dan jenis lemak yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap nilai kecerahan cake ubi kayu bagian luar (crust).
Pada proses pemanggangan cake, terjadi perubahan baik pada kulit maupun
remah cake, yaitu terjadi reaksi pencoklatan akibat peristiwa karamelisasi dan
terbentuknya ikatan gula dan protein atau disebut dengan reaksi maillard. Selain
38
itu juga terjadi dekomposisi pati oleh panas dan pembentukan dekstrin (Pomeranz
dan Shellenberger, 2001).
Tabel 4.11 Data Hasil Analisa Nilai Kecerahan Cake Ubi Kayu bagian Crumb
berdasarkan Perlakuan Teknik Pembuatan Cake
Pada Tabel 4.11 menunjukkan bahwa perlakuan teknik pembuatan cake yang
berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kecerahan cake ubi kayu
bagian dalam (crumb).
Dapat dilihat bahwa teknik pembuatan chiffon cake memiliki nilai kecerahan
lebih tinggi dibandingkan dengan sponge cake. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan pengocokan telur dimana pada chiffon cake, putih telur dan kuning telur
dikocok secara terpisah. Putih telur yang mengembang membentuk busa dan
memberikan warna putih pucat sehingga warna crumb yang dihasilkan akan lebih
cerah dibandingkan dengan sponge cake. Sponge cake pada prosesnya langsung
mengocok telur utuh sehingga warna adonan yang dihasilkan sangat kuning dan
akan berpengaruh pada hasil cake setelah dipanggang (Suhardjito, 2003).
Tabel 4.12 Data Hasil Analisa Nilai Kecerahan Cake Ubi Kayu bagian Crumb
berdasarkan Perlakuan Jenis Lemak
39
Pada Tabel 4.12 menunjukkan bahwa perlakuan jenis lemak yang berbeda
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kecerahan cake ubi kayu bagian
crumb. Hal ini disebabkan karena penggunaan lemak yang tidak terlalu tinggi, yaitu
sekitar 6,4% dari total adonan sehingga tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap warna dari crumb yang dihasilkan.
Rerata nilai kemerahan (redness) cake ubi kayu bagian crust yaitu 12,14 ± 1,93
sedangkan rerata nilai kemerahan cake ubi kayu bagian crumb yaitu -0,80 + 0,87.
Untuk cake ubi kayu bagian crust, rerata nilai kemerahan cake ubi kayu
berdasarkan perlakuan teknik pembuatan cake dan jenis lemak masing-masing
dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Tabel 4.14. Sedangkan untuk cake bagian
crumb rerata nilai kemerahan cake ubi kayu berdasarkan perlakuan teknik
pembuatan cake dan jenis lemak masing-masing dilihat pada Tabel 4.15 dan
Tabel 4.16.
Tabel 4.13 Data Hasil Analisa Nilai Kemerahan Cake Ubi Kayu bagian Crust
berdasarkan Perlakuan Teknik Pembuatan Cake
Tabel 4.14 Data Hasil Analisa Nilai Kemerahan Cake Ubi Kayu bagian Crust
berdasarkan Perlakuan Jenis Lemak
40
Pada Tabel 4.13 dan Tabel 4.14 menunjukkan bahwa perlakuan teknik
pembuatan cake dan jenis lemak yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap nilai kemerahan cake ubi kayu bagian luar (crust).
Pada proses pemanggangan cake, terjadi perubahan baik pada kulit maupun
remah cake, yaitu terjadi reaksi pencoklatan akibat peristiwa karamelisasi dan
terbentuknya ikatan gula dan protein atau disebut dengan reaksi maillard. Selain
itu juga terjadi dekomposisi pati oleh panas dan pembentukan dekstrin (Pomeranz
dan Shellenberger, 2001).
Tabel 4.15 Data Hasil Analisa Nilai Kemerahan Cake Ubi Kayu bagian Crumb
berdasarkan Perlakuan Teknik Pembuatan Cake
Tabel 4.16 Data Hasil Analisa Nilai Kemerahan Cake Ubi Kayu bagian Crumb
berdasarkan Perlakuan Jenis Lemak
41
mengandung sedikit karoten, sedangkan cake tanpa penambahan lemak
menghasilkan cake dengan warna kuning pucat dikarenakan hanya ditambahkan
oleh air sebagai subtitusi dari lemak (Issurtati, 2006).
Rerata nilai kekuningan (yellowness) cake ubi kayu bagian crust yaitu 27,22 ±
5,57 sedangkan rerata nilai kekuningan cake ubi kayu bagian crumb yaitu 33,77 +
1,77. Untuk cake ubi kayu bagian crust, rerata nilai kekuningan cake ubi kayu
berdasarkan perlakuan teknik pembuatan cake dan jenis lemak masing-masing
dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan Tabel 4.18. Sedangkan untuk cake bagian
crumb rerata nilai kekuningan cake ubi kayu berdasarkan perlakuan teknik
pembuatan cake dan jenis lemak masing-masing dilihat pada Tabel 4.19 dan
Tabel 4.20.
Tabel 4.17. Data Hasil Analisa Nilai Kekuningan Cake Ubi Kayu bagian Crust
berdasarkan Perlakuan Teknik Pembuatan Cake
Teknik Pembuatan Nilai Kekuningan (b*)
Sponge cake 29,66 + 5,10 a
Chiffon cake 24,78 + 5,15 b
Keterangan : Setiap data merupakan rerata dari 3 ulangan p-value = 0,004.
Pada Tabel 4.17 menunjukkan bahwa perlakuan teknik pembuatan cake yang
berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kekuningan cake ubi kayu
bagian luar (crust).
Pada sponge cake, warna adonan yang dihasilkan jauh lebih kuning
dibandingkan dengan chiffon cake. Busa berwarna putih yang dihasilkan pada
teknik pembuatan chiffon cake akan menyebabkan warna adonan lebih cerah
dibandingkan dengan sponge cake sehingga akan berpengaruh terhadap crust
yang dihasilkan. Warna kuning yang dominan dari adonan berasal dari kuning
telur. Kuning telur mengandung beberapa pigmen antara lain xantofil, lutein, beta
karoten, dan kriptoxantin (Rumini, 2010).
42
Tabel 4.18 Data Hasil Analisa Nilai Kekuningan Cake Ubi Kayu bagian Crust
berdasarkan Perlakuan Jenis Lemak
Jenis Lemak Nilai Kekuningan (b*)
Tanpa Lemak 27,90 + 4,40
Margarin 25,18 + 5,49
Minyak Goreng 28,57 + 6,95
Keterangan : Setiap data merupakan rerata dari 3 ulangan p-value = 0,139.
Pada Tabel 4.18 menunjukkan bahwa perlakuan jenis lemak yang berbeda
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kekuningan cake ubi kayu bagian
luar (crust).
Tabel 4.19. Data Hasil Analisa Nilai Kekuningan Cake Ubi Kayu bagian Crumb
berdasarkan Perlakuan Teknik Pembuatan Cake
Teknik Pembuatan Nilai Kekuningan (b*)
Sponge cake 33,44 + 1,98
Chiffon cake 34,09 + 1,59
Keterangan : Setiap data merupakan rerata dari 3 ulangan p-value = 0,431.
Tabel 4.20. Data Hasil Analisa Nilai Kekuningan Cake Ubi Kayu bagian Crumb
berdasarkan Perlakuan Jenis Lemak
Jenis Lemak Nilai Kekuningan (b*)
Tanpa Lemak 32,98 + 1,69
Margarin 34,78 + 1,90
Minyak Goreng 33,53 + 1,49
Keterangan : Setiap data merupakan rerata dari 3 ulangan p-value = 0,209.
Pada Tabel 4.19 dan Tabel 4.20 menunjukkan bahwa perlakuan teknik
pembuatan cake dan jenis lemak yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap nilai kekuningan cake ubi kayu bagian dalam (crumb). Hal ini disebabkan
karena warna penggunaan lemak dalam jumlah yang sedikit, yaitu hanya 6,4%
dari total adonan sehingga warna kuning yang dihasilkan tidak jauh berbeda.
43
4.2.5 Kadar Air
Rerata kadar air (berat basah) pada cake ubi kayu yaitu 20,6 + 1,13%. Rerata
kadar air cake ubi kayu berdasarkan perlakuan teknik pembuatan cake dapat
dilihat pada Tabel 4.21. Rerata kadar air cake ubi kayu berdasarkan perlakuan
jenis lemak dapat dilihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.21 Data Hasil Analisa Kadar Air Cake Ubi Kayu berdasarkan Perlakuan
Teknik Pembuatan Cake
Tabel 4.22 Data Hasil Analisa Kadar Air Cake Ubi Kayu berdasarkan Perlakuan
Jenis Lemak
Pada Tabel 4.21 dan Tabel 4.22 menunjukkan bahwa perlakuan teknik
pembuatan cake dan jenis lemak yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap kadar air cake ubi kayu.
Menurut USDA (2016), cake memiliki kadar air yang cukup tinggi, yaitu sekitar
29,40%. Namun pada hasil penelitian menunjukkan kadar air jauh lebih rendah.
Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan bahan baku yang digunakan.
Tepung terigu mengandung protein yang akan membentuk adonan yang kuat
dengan penambahan air dan garam yang dinamakan dengan protein gluten
(deMan, 1999). Gluten pada tepung terigu dapat mengikat air jauh lebih kuat
dibandingkan dengan pati atau tepung-tepungan lainnya. Bahan baku yang
44
digunakan dalam penelitian ini merupakan pasta ubi kayu, dimana ubi kayu terdiri
dari 83% amilopektin. Amilopektin bersifat sukar menyerap air dan sukar melepas
air (Harzau et al., 2013). Hal ini menyebabkan air pada adonan akan menguap
lebih banyak pada proses pemanggangan dan mengakibatkan kadar air pada cake
jauh lebih rendah.
4.3.1.1 Warna
Tingkat kesukaan panelis terhadap warna cake ubi kayu pada berbagai
perlakuan teknik pembuatan cake dan jenis lemak dapat dilihat pada Gambar 4.4.
45
Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Warna
4,200
4,000
Tingkat Kesukaan
3,800
3,600
Sponge
3,400 Chiffon
3,200
3,000
Tanpa Lemak Margarin Minyak Goreng
Teknik Pembuatan Cake
46
dengan menggunakan margarin berwarna sangat kuning dikarenakan margarin
mengandung karoten yang sengaja ditambahkan saat pembuatan sedangkan
cake tanpa penambahan lemak menghasilkan cake dengan warna kuning pucat
dikarenakan hanya ditambahkan oleh air sebagai subtitusi dari lemak (Issurtati,
2006).
4.3.1.2 Aroma
Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma cake ubi kayu pada berbagai
perlakuan teknik pembuatan cake dan jenis lemak dapat dilihat pada Gambar 4.5.
3,500
3,000
2,500
2,000 Sponge
1,500 Chiffon
1,000
0,500
0,000
Tanpa Lemak Margarin Minyak Goreng
Teknik Pembuatan Cake
47
rasa dari bahan pangan sesungguhnya terdiri dari tiga komponen, yaitu bau, rasa
dan rangsangan mulut (Rampengan et al., 1985).
Aroma dari cake dengan teknik pembuatan chiffon cake dengan penambahan
margarin cenderung lebih disukai oleh panelis. Hal ini disebabkan karena pada
pembuatan margarin sengaja ditambahkan diasetil ((CH3CO)2) untuk membentuk
aroma seperti mentega. Senyawa ini memberikan aroma yang harum pada cake.
Sedangkan minyak goreng telah mengalami proses deodorisasi dalam proses
pembuatannya (Issutarti, 2006).
4.3.1.3 Pori
Tingkat kesukaan panelis terhadap pori cake ubi kayu pada berbagai perlakuan
teknik pembuatan cake dan jenis lemak dapat dilihat pada Gambar 4.6.
3,300
3,200
3,100
Sponge
3,000
Chiffon
2,900
2,800
2,700
Tanpa Lemak Margarin Minyak Goreng
Teknik Pembuatan Cake
48
4.3.1.4 Tekstur
Tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur cake ubi kayu pada berbagai
perlakuan teknik pembuatan cake dan jenis lemak dapat dilihat pada Gambar 4.7.
3,000
2,500
2,000
Sponge
1,500
Chiffon
1,000
0,500
0,000
Tanpa Lemak Margarin Minyak Goreng
Teknik Pembuatan Cake
49
4.3.1.5 Rasa
Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa cake ubi kayu pada berbagai
perlakuan teknik pembuatan cake dan jenis lemak dapat dilihat pada Gambar 4.8.
3,500
3,000
2,500
2,000 Sponge
1,500 Chiffon
1,000
0,500
0,000
Tanpa Lemak Margarin Minyak Goreng
Teknik Pembuatan Cake
50
Menurut Ketaren dan Djatmiko (1985), dalam proses pembuatan minyak,
komponen rasa dan aroma telah dinetralkan.
4.3.1.6 Keseluruhan
Tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur cake ubi kayu pada berbagai
perlakuan teknik pembuatan cake dan jenis lemak dapat dilihat pada Gambar 4.9.
3,000
2,500
2,000
Sponge
1,500
Chiffon
1,000
0,500
0,000
Tanpa Lemak Margarin Minyak Goreng
Teknik Pembuatan Cake
51
Warna
4,000
3,500
3,000
2,500
Keseluruhan 2,000 Aroma
T1L1
1,500
1,000 T1L2
0,500 T1L3
0,000
T2L1
T2L2
T2L3
Rasa Pori
Tekstur
Dari Gambar 4.10, dapat dilhat bahwa panelis menyukai warna dan
keseluruhan dari chiffon cake dengan penambahan minyak goreng (T2L3),
sedangkan untuk aroma, pori, dan tekstur dari chiffon cake dengan penambahan
margarin (T2L2) lebih disukai. Namun, rasa dari sponge cake dengan
penambahan margarin (T1L2) adalah yang paling disukai oleh panelis.
52
Tabel 4.23 Perbandingan Parameter Fisik dan Kimia Cake Perlakuan Terbaik
dengan Cake Kontrol
Parameter Fisik Cake Ubi Kayu Cake Kontrol
Perlakuan Terbaik
Warna Kecerahan Crust (L*) 49,90 + 6,81 52,7
Warna Kecerahan Crumb (L*) 69,43 + 1,70 77,2
Warna Kemerahan Crust (a*) 13,37 + 1,46 12,8
Warna Kemerahan Crumb (a*) -1,10 + 0,72 -0,6
Warna Kekuningan Crust (b*) 23,87 + 6,73 24,1
Warna Kekuningan Crumb (b*) 34,73 + 0,15 32,5
Kekerasan (Hardness) (N) 5,50 + 0,79 15,5
Volume Pengembangan (%) 18,77 + 0,98 19,35
Ukuran Pori (mm2) 0,438 + 0,132 0,297
Parameter Kimia Cake Ubi Kayu Cake Kontrol
Perlakuan Terbaik
Kadar Air (%) 19,87 + 2,05 23,48 + 1,6
Kadar Lemak (%) 3,28 + 0,55 3,72 + 0,21
Kadar Protein (%) 9,63 + 0,71 12,71 + 0,83
Kadar Abu (%) 1,2 + 0,24 0,78 + 0,1
Kadar Karbohidrat (%) 66,03 59,32
Dari hasil pengamatan, selanjutnya dicari perbedaan rata-rata dari cake ubi
kayu perlakuan terbaik dan cake kontrol dengan menggunakan uji T (independent
simple T test). Hasil dari uji T ini menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,876 lebih
besar dibandingkan tingkat signifikansi (α = 5% atau 0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara statistik kedua kelompok cake memiliki rata-rata
parameter yang hampir sama.
Dari Tabel 4.23 dapat dilihat bahwa warna crust dan crumb dari cake kontrol
jauh lebih cerah dibandingkan dengan perlakuan terbaik. Hal ini disebabkan
karena bahan baku yang digunakan yaitu tepung terigu yang berwarna putih dan
pasta ubi kayu yang berwarna kuning cerah sehingga akan mempengaruhi hasil
adonan dan cake.
53
Cake control memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
cake perlakuan terbaik, hal ini disebabkan karena penggunaan tepung terigu yang
terlalu banyak sehingga jumlah bahan kering terlalu tinggi dan menyebabkan
adonan terlalu pekat dan berat (Hartajanie et al., 2004). Cake kontrol memiliki
volume pengembangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan cake perlakuan
terbaik, hal ini disebabkan penggunaan tepung terigu. Nagao, Imari, Sato, Kambe,
Kaneko and Otsubo yang disitasi dari Choi, Harris and Byung-Kee (2012)
menyatakan bahwa tepung terigu apabila ditambah dengan air akan
mengembang, dikarenakan adanya kandungan gluten. Gluten merupakan protein
yang menggumpal yang memiliki zat elastis sehingga mampu menyerap gas CO 2
ketika dilakukan pengocokan. Peningkatan tekanan udara ini akan memperbesar
dinding sel, sehingga produk akan mengembang.
Cake kontrol memiliki ukuran pori yang lebih kecil dibandingkan dengan cake
ubi kayu perlakuan terbaik. Pori berkaitan erat dengan kemampuan adonan untuk
menahan gas karbondioksida selama proses pemanggangan. Semakin tinggi
kemampuan untuk menahan gas karbondioksida maka nilai porositas akan
semakin besar (Mudjisihono et al., 2000). Menurut Triawati (2014), busa dalam
telur menghasilkan udara dan bersatu dengan adonan yang akan dipanggang.
Sifat pembentukan dan kestabilan buih berperan penting dalam adonan cake
karena mempengaruhi kekokohan struktur cake dan pori yang dihasilkan.
Dari parameter kimia, dapat dilihat bahwa kadar air pada cake ubi kayu
perlakuan terbaik lebih rendah dibandingkan dengan cake kontrol. Hal ini
disebabkan daya pengikatan air pada tepung terigu sangat besar dalam proses
pembentukan gluten (Choi et al., 2012). Kadar lemak pada cake ubi kayu
perlakuan terbaik jauh lebih rendah dibandingkan dengan cake kontrol. Hal ini
disebabkan karena penggunaan bahan baku yang berbeda, cake ubi kayu
menggunakan pasta ubi kayu yang hanya mengandung lemak sekitar 0,29%
sedangkan cake kontrol menggunakan tepung terigu yang digunakan memiliki
kadar lemak sekitar 3% (b/b) (Warapsari, 2016). Lemak pada cake berasal dari
bahan-bahan pembuatan cake itu sendiri, misalnya kuning telur, susu bubuk dan
penambahan lemak berupa minyak goreng atau margarin. Lemak pada cake
bertujuan untuk melembapkan dan memberikan nilai gizi pada cake (Faridah et al.,
2008).
Cake kontrol memiliki kadar protein lebih tinggi dibandingkan dengan cake ubi
kayu perlakuan terbaik. Hal ini disebabkan karena bahan baku yang digunakan,
54
yaitu tepung terigu yang memiliki kandungan protein jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan pasta ubi kayu. Tepung terigu mengandung protein sebesar 14%
(Warapsari, 2016). Sedangkan pasta ubi kayu mengandung protein sekitar 1,03%.
Kandungan protein pada cake ubi kayu didapatkan dari penggunaan telur dan
susu bubuk yang bertujuan untuk mendapatkan kualitas cake yang diinginkan.
Kadar abu pada cake ubi kayu perlakuan terbaik adalah 1,20%, artinya hampir
mendekati kadar abu cake sesuai standar USDA (2016) yaitu 1,30%. Sedangkan
cake kontrol memiliki kadar abu jauh lebih rendah dibandingkan dengan standar
dan perlakuan terbaik, padahal cake kontrol menggunakan tepung terigu yang
memiliki kadar abu sekitar 1,5% (USDA, 2014). Penentuan kadar abu sendiri
bertujuan untuk mengetahui bersarnya kandungan mineral yang terdapat pada
suatu bahan pangan (PERSAGI, 2009).
Kandungan karbohidrat dari cake ubi kayu perlakuan terbaik adalah sebesar
66,03% dan kandungan karbohidrat cake kontrol dengan menggunakan tepung
terigu sebesar 59,32%. Kandungan karbohidrat sesuai standar USDA (2016)
adalah sebesar 57,70%. Perbedaan ini dikarenakan kadar karbohidrat dihitung
melalui metode by difference sehingga hasilnya dipengaruhi oleh komponen
lainnya seperti kadar air, lemak, protein, dan abu.
55
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya simpan pasta ubi kayu.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya simpan cake ubi kayu.
56
DAFTAR PUSTAKA
Adeleke, R.O., dan Odedeji, J.O. 2010. Functional Properties of Wheat and
Sweet Potato Flour Blends. Pakistan Journal of Nutrition 9(6): 535-538.
Alfons, J.B. dan W. Demas. 2013. Keragaman Karakter Morfologi dan
Agronomis Ubi Kayu Varietas Lokal Maluku. Pros. Seminar Nasional
Sumberdaya Genetik Pertanian. Komisi Nasional Sumber Daya Genetik
(KNSDG). Bali.
Alves, A. 2002. Cassava Botany and Physiology. In: Hillocks RJ, Thres M, Belloti
(eds). Cassava Bilogy Production and Utilization. CABI Publishers. Oxon.
Ananto, D. S. 2012. Membuat Aneka Bolu Gulung, Plus Tips Antigagal.
DeMedia Pustaka. Jakarta Selatan
Anonim, 2014. Resep: Chiffon Cake Simpel yang Lembut. Dilihat 3 Juli 2017.
<http://www.vemale.com/>.
AOAC. 1990. Official Methods of Analysis, 15th edition, Association Of
Official Analytical Chemist. AOAC int. Washington D.C.
AOAC. 2000. Official Methods of Analysis of the Association Of Official
Analytical Chemist. AOAC int. Washington D.C.
Apriantono, A. Dan D. Fardiaz. 1989. Analisa Pangan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Dirjen Pendidikan Tinggi PAU Pangan dan Gizi IPB.
Bogor.
Astawan, M. 2005. Proses UHT: Upaya Penyelamatan Gizi pada Susu.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Astawan, M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Penebar
Swadaya, Depok.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Inovasi Pengolahan Singkong Meningkatkan
Pendapatan dan Diversifikasi Pangan. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah Produksi Roti Tahun 2009-2015. Dilihat 22
Mei 2017. <http://www.bps.go.id/>.
Basuki, E. K. Rosida, dan P. Akhiriningsih. 2016. Kajian Kualitas Cake Pisang
Tanduk Kukus dengan Variasi Penggunaan Tepung Terigu dan Telur.
J. REKAPANGAN Vol. 10(1): hlm. 50-60
Budijanto, S., Andarwulan, Herawati D. 2000. Modul Praktikum Kimia dan
Teknologi Lipida. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
57
Charley, H., Weaver. C. 2008. Foods: A Scientific Approach. Prentice Hall. New
Jersey.
Choi, H. W., T. Harris, and Byung-Kee. 2012. Improvement of Sponge Cake
Baking Test Procedure for Simple and Reliable Estimation of Soft
White Wheat Quality. AACC International, Inc 89 (2).
Czernohorsky, J.H. and Hooker, R. 2008. The Chemistry of Baking. Dilihat pada
29 Maret 2018. <http:// www.nzic.org.nz>.
deMan. 1999. Principle of Food Chemistry. Connecticut: The Avi Publishing Co.
Inc., Westport.
Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 2005. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Estiasih, T., dan Ahmadi. 1998. Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi Aksara,
Jakarta.
Faridah, A., K. S. Pada, A. Yulastri, L. Yusuf. 2008. Patiseri Jilid I untuk SMK.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta.
Fibri, D.L.N. 2016. Analisa Karbohidrat. Laboratorium Ilmu Pangan dan Gizi,
Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Gardjito, dan Murdijati. 2013. Pangan Nusantara Karakteristik dan Prospek
untuk Percepatan Diversifikasi Pangan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Ginting, Erliana, J. S. Utomo, R. Yulifianti, dan M. Jusuf. 2011. Potensi Ubi Jalar
Ungu sebagai Pangan Fungsional. Iptek Tanaman Pangan Vol. 6 No 1
Ginting, M. H.S., R. Hasibuan, R.F. Sinaga, G. Ginting. 2014. Pengaruh Variasi
Temperatur Gelatinisasi Pati terhadap Sifat Kekuatan Tarik dan
Pemanjangan pada saat Putus Bioplastik Pati Umbi Talas. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi 2014. Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah, Jakarta.
Hartajanie, L., Retnaningsih, C. H., Noviani, C. 2004. Evaluasi Sifat Fisiko-
Kimiawi dan Sensoris Cake yang Disubtitusi dengan Tepung Kacang
Hijau (Vugra radiata). J. Dinamika Pengabdian Masyarakat Vol. 1 (1): 42-
56
58
Hartajanie, L. dan R. Anjarsari. 2010. Peningkatan Kualitas Roti Non Terigu
Berbasis Tepung Ubi Kayu (Manihot Utilissima) Menggunakan
Hidrokoloid dan Enzim. Program Studi Magister Teknologi Pangan.
Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.
Harzau, H., T. Estiasih. 2013. Karakteristik Cookies Umbi Inferior Uwi Putih
(Kajian Proporsi Tepung Uwi: Pati Jagung dan Penambahan
Margarin). Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.1(1): 138-147
Hasan, V., S. Astuti, dan Susilawati. 2011. Indeks Glikemik dari Umbi Garut,
Suweg, dan Singkong. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian
16(1): 34-50.
Ikeme, A.I. 2008. Poly-Functional Egg: How can it be replaced?. Inaugural
Lecture of the University of Nigeria.
Immaningsih, N. M. R. Maulana, R. Budiasih. 2012. Karakteristik Fisik dan Kimia
Rimpang dan Pati Garut (Marantha Arundinaceae L.) pada Berbagai
Umur Panen. Proceeding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan
Energi. Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo, Madura.
Issutarti. 2006. Pengaruh Penggunaan Lemak terhadap Sifat Fisik dan
Organoleptik Chiffon Cake. TIBBS Vol. 1(1): 12-23
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Rencana Strategis
Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. PERATURAN MENTERI
PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
19/Permentan/HK.140/4/2015
Ketaren, S., dan Djatmiko, B. 1985. Pemurnian Minyak. Agro Industri Press,
Bogor.
Kim, J N., S. Park, W.S. Shin. 2014. Textural and Sensory Characteristics of
Rice Chiffon Cake Formulated with Sugar Alcohols Instead of
Sucrose. Journal of Food Quality ISSN 1745-4557; p. 281-290
Kurniawati, Priyantini., Susanto, Wahono H. 2015. Pembuatan Mi Kering Ubi
Jalar Varietas Ase Kuning. Jurnal Pangan dan Agroindustri 13(2): 431-
442
Ladamay, N. A. dan Yuwono, S. S. 2014. Pemanfaatan Bahan Lokal dalam
Pembuatan Foodbars (Kajian Rasio Tapioka : Tepung Kacang Hijau
dan Proporsi CMC). Jurnal Pangan Dan Agroindustri Vol.2 No.1 P.67-78.
Lakshmi, J. 2013. Bakery and Confectionary Products. Food Science and
Technology. Bapatla
59
Lau, N.M., Green P.H.R., Taylor A.K. 2013. Markers of Celiac Disease and
Gluten Sensitivity in Children with Autism. PLOS One 8(6): e66155
Lingga, Pinus. 1992. Bertanam Umbi-umbian. Jakarta :PT. Penebar Swadaya
Matz, S.A., 1992. Bakery Technology and Engineering. Third Edition. Van
Nostrand Reinhold, New York.
Matz, S. A. dan T. D. Matz. 1978. Cookies and Crackers Technology. AVI
Publishing Company, Connecticut
McGee, Harold. 2004. On Food and Cooking : The Science and Lore of The
Kitchen. Scribner, United States of America.
Meilgaard, M., G. V. Civille, dan B. T. Carr. 1999. Sensory Evaluation Techiques
3rd Ed. CRC Press, Boca Raton.
Mudjisihono, R. S.J. Munarso, Z. Noor. 2003. Pengaruh Penambahan Tepung
Kacang Hijau dan Gliseril Monostearat pada Tepung Jagung terhadap
Sifat Fisik dan Organoleptik Roti Tawar yang Dihasilkan. Agritech Vol.
13(4): hlm. 1-6
Murdani, H. 2010. Rahasia Membuat Roti Manis. Demedia Pustaka. Jakarta.
Nakane, S. Tokomura, A. Waku K. 2001. Hen Egg Yolk and White Contain High
Amounts odf Lysophosphatidic Acids, Growth Factor-like Lipids.
Lipids 26(4): 413-419
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. PT. Penebar Swadaya. Medan.
PERSAGI. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. PT Kompas
Media Nusantara, Jakarta.
Pomeranz, Y. dan Shellenberger. 2001. Bread Science and Technology. AVI
publishing Co. Inc. Westport. Connecticut.
Raditrini, R.H. 2015. 350 Resep Masakan Sehari-hari. DeMedia Pustaka,
Jakarta.
Rahayu, W. P. 2001. Penuntun Praktek Penilaian Organoleptik. Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pangan. IPB. Bogor.
Rampengan, V. J., Pontoh, dan D.T. Sembel, 1985. Dasar-dasar Pengawasan
Mutu Pangan. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia
Bagian Timur, Ujung Pandang.
Ratnawati, I., 2003. Pengayakan Kandungan β-karoten Mie Ubi Kayu dengan
Tepung Labu Kuning (Curcubita maxima Dutchenes). Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
60
Reinking, L. 2007. Examples of Image Analysis Using Image J. Departement of
Biology, Millersville University. Pennsylvania
Richana, N. dan Widaningrum. 2009. Penggunaan Tepung dan Pasta dari
Beberapa Varietas Ubi Jalar sebagai Bahan Baku Pembuatan Mie.
Jurnal Pasca Panen. 6 (1): 43-53
Romanof, A.L., A.J. Romanoff. 1993. The Avian Egg. New York: John Wiley and
Sons, Inc.
Rumini, E. 2010. Pengaruh Jumlah Kuning Telur terhadap Karakteristik
Sponge Cake. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Soelistijono. 2006. Tanaman Singkong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia (SNI).01-3840-1995. Syarat Mutu Roti Tawar.
Dewan Standar Nasional. Jakarta.
Subagio, A. 2003. Teknologi dan Industri Pangan. Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember. Jember.
Sudarmadji, S., H. Bambang dan Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Sudaryati. 2013. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugar Association. 2013. Sugar’s Functional Roles in Cooking and Food
Preparation. The Sugar Association, Inc. Washington.
Suhardjito. 2003. Pastry dalam Perhotelan. Andi. Yogyakarta.
Sulistyawati, Wignyanto, dan S. Kumalaningsih. 2012. Produksi Tepung Buah
Lindur (Bruguiera gymnorrhiza Lamk.) Rendah Tanin dan HCN
sebagai Bahan Pangan Alternatif. Jurusan Teknologi Pertanian Vol. 12
No. 3: 187-198
Sunaryo, E. 1985. Pengolahan Produk Serealia dan Biji-bijian. Diktat Jurusan
Teknologi Pengolahan Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tarwotjo, C. S. 1998. Dasar-dasar Gizi Kuliner. Gramedia Widiasarana, Jakarta.
U.S. Wheat Associates. 1983. Pedoman Pembuatan Kue dan Roti. Djambatan
USDA. 2016. USDA National Nutrient Database For Standard Reference. Full
Report: 18134, Cake, sponge, prepared from recipe. Dilihat pada
tanggal 1 Juni 2017. < http://www.ndb.nal.usda.gov.>
Utami, I. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu Mengenai Susu dan
Faktor Lainnya dengan Riwayat Konsumsi Susu selama Masa Usia
Sekolah Dasar pada Siswa Kelas I SMP Negeri 102 dan SMP PB
61
Sudirman Jakarta Timur. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia. Jakarta.
Wahyudi. 2003. Memproduksi Roti. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Wahyuni, A.M., Made, A. 1998. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat
Guna. CV Akademika Pressindo. Jakarta.
Wang, X. Bo, J. Bridges, T. Dugan, K.D. Pan, T.C. Chodosh, L.A. Montell, D.J.
2006. Analysis of Cell Migration Using Whole-Genome Expression
Profiling of Migratory Cells in the Drosophila Ovary. Dev. Cell 10(4): p.
483-495
Warapsari, D. 2016. Informasi Tepung Terigu Bogasari Kunci Biru. Dilihat pada
tanggal 2 Februari 2018. <http://www.aurodigo.com>
Wardana, A. S. 2012. Teknologi Pengolahan Susu. Universitas Slamet Riyadi.
Surakarta.
Wibowo, A. 2012. Uji Organoleptik Hasil Jadi Kue Bolu Menggunakan Telur
Ayam dan Telur Itik. Universitas Bina Nusantara. Jakarta
Widyaningtyas dan Hadi. 2015. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Hidrokoloid
(Carboxy Methyl Cellulose, Xanthan Gum, dan Karagenan) terhadap
Karakteristik Mie Kering Berbasis Pasta Ubi jalar Varietas Ases
Kuning. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p. 417-423.
Widati, A. S. 2008. Pengaruh Pelayuan, Temperatur Pembekuan dan Bahan
Pengemas terhadap Kualitas Kimia Daging Sapi Beku. J. Ilmu dan
Teknologi Hasil Ternak p. 39-49; ISSN: 1978-0303
Widodo. 2003. Teknologi Proses Susu Bubuk. Laticia Press. Yogyakarta.
Winarno, F. G., 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Winarno, F. G. 2002. Ilmu Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yahyono, S., Sufi. 2000. Kreasi Cake. PT Gramedia Pusraka Utama. Jakarta.
Zeleny, M. 1982. Multiple Criteria Decision Making. Mc.Graw-Hill Co. New York.
62
LAMPIRAN
1996)
63
(𝑚𝑙 𝐻𝐶𝑙−𝑚𝑙 𝐻𝐶𝑙 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜) ×𝑁 𝐻𝐶𝑙 ×14,007 ×100%
Kadar N (%) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×1000
64
5. Dilakukan ekstraksi selama 5 jam.
6. Labu lemak yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada
suhu 105oC selama 1 jam.
7. Didinginkan dalam desikator dan dilakukan penimbangan hingga
diperoleh bobot tetap (W2).
8. Dihitung kadar lemak dengan rumus:
𝑊2−𝑊1
%Kadar lemak = 𝑊 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100%
65
8. Ukuran pori (Image J Analysis, Reinking, 2007)
1. Iris sampel ukuran 3 x 3 cm
2. Sampel di scan
3. Hasil scan sampel diseleksi dan di crop menjadi 4 x 4 cm
4. Hasil seleksi diolah dengan software Image J dengan cara:
- Buka gambar dengan Image J
- Pilih Image > Type > 8 bit
- Pilih Image > Adjust > Threshold
- Plih Analyze > Set Scale
- Atur sebagai gambar berikut untuk mengganti hasil dalam bentuk
mm (1 mm= 3,779528 pixel):
- Pilih OK
66
9. Volume Pengembangan (Modifikasi Hartajanie et al., 2010)
1. Ukur volume adonan sebelum dioven dan ukur cake dengan mengukur
panjang (p) dan lebar (l) serta tinggi (t) menggunakan penggaris
2. Hitung volume cake singkong yang yang sudah dioven dan didinginkan
terlebih dahulu pada suhu ruang dengan mengukur panjang (p) bagian
bawah (l) dan lebar (l) serta tinggi (t) cake menggunakan penggaris
3. Lalu dihitung volume pengembangan dengan rumus:
(𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑘𝑒 − 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑑𝑜𝑛𝑎𝑛)
% 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑑𝑜𝑛𝑎𝑛
Ket: rumus volume balok (p x l x t)
67
Bila nilai ideal minimal maka:
68
Lampiran 2 : Kuisioner Uji Hedonik Panelis
Nama / Umur :
Jenis Kelamin : L / P
Tanggal :
Dihadapan ada telah disajikan 6 sampel cake ubi kayu dengan kode yang
berbeda. Anda diminta untuk mencicipi dan memberikan nilai terhadap
penerimaan keseluruhan (warna, pori, tekstur, rasa, aroma, dan secara
keseluruhan) berupa skor 1 sampai 5 sesuai dengan respon yang anda
rasakan. Lakukan penilaian berdasarkan kesukaan anda dan tuliskan
komentar di tempat yang tersedia. (Instruksi: setiap akan mencoba sampel,
bilaslah mulut dengan air mineral yang telah disediakan untuk menetralkan
lidah)
Warna
Aroma
Pori
Tekstur
Rasa
Keseluruhan
Keterangan penilaian:
Sangat suka :5
Suka :4
Cukup suka :3
Tidak suka :2
Sangat tidak suka :1
Saran/kritik :
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
69
Lampiran 3. Data Analisa Karakteristik Cake Ubi Kayu
3.1 Kekerasan
Teknik Jenis Ulangan Ulangan Ulangan
pembuatan Lemak 1 2 3 Rata-rata STDEV
Sponge Tanpa 8,9 8,1 7,8 8,27 0,57
Sponge Margarin 6,2 6,2 7,5 6,63 0,75
Sponge Minyak 3,9 4,6 4,4 4,30 0,36
Chiffon Tanpa 10,7 8,5 8,7 9,30 1,22
Chiffon Margarin 7,9 8,8 9,2 8,63 0,67
Chiffon Minyak 5,8 6,1 4,6 5,50 0,79
70
Teknik Jenis Volume pengembangan
Rata-rata STDEV
pembuatan Lemak Ulangan1 Ulangan 2 Ulangan 3
Sponge Tanpa 13,33 10,00 13,79 12,38 2,07
Sponge Margarin 15,38 14,71 13,64 14,58 0,88
Sponge Minyak 13,79 16,67 14,29 14,92 1,54
Chiffon Tanpa 14,81 13,79 13,33 13,98 0,76
Chiffon Margarin 17,86 17,14 16,13 17,04 0,87
Chiffon Minyak 19,23 17,65 19,44 18,77 0,98
3.4 Warna
3.4.1 Nilai Kecerahan
a) Crust
b) Crumb
71
3.4.2 Nilai Kemerahan
a) Crust
b) Crumb
b) Crumb
72
3.5 Kadar Air
Teknik Jenis Lemak Kadar Air Rata- STDEV
pembuatan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 rata
Sponge Tanpa 18,86 24,37 17,22 20,15 3,74
Sponge Margarin 22,18 20,50 21,92 21,53 0,91
Sponge Minyak 25,47 20,67 18,95 21,70 3,38
Chiffon Tanpa 20,63 20,41 18,98 20,01 0,89
Chiffon Margarin 24,30 22,20 24,36 23,62 1,23
Chiffon Minyak 23,59 23,15 22,12 22,95 0,75
73
Lampiran 4. Data Hasil Uji Hedonik
74
7 121 5 5 3 4 4 4
7 222 5 4 3 3 3 4
7 506 4 5 3 3 5 4
8 271 4 4 4 3 4 4
8 141 3 4 3 2 2 3
8 233 4 2 2 2 2 2
8 121 4 3 2 3 2 3
8 222 3 3 3 3 3 3
8 506 4 4 2 3 4 3
9 271 4 4 4 3 3 3
9 141 3 4 3 3 4 3
9 233 5 4 4 3 4 4
9 121 4 4 4 5 4 4
9 222 3 4 3 3 4 3
9 506 3 3 2 2 4 3
10 271 5 4 3 4 3 3
10 141 4 4 4 3 3 3
10 233 5 3 2 2 2 2
10 121 5 2 4 3 3 3
10 222 5 2 2 2 2 2
10 506 5 4 4 2 4 4
11 271 4 3 3 3 3 3
11 141 3 2 3 3 2 3
11 233 5 4 2 2 3 2
11 121 2 2 3 3 2 2
11 222 4 2 2 3 2 2
11 506 4 3 3 3 2 3
12 271 4 4 3 4 4 4
12 141 3 3 3 3 3 3
12 233 4 4 3 4 3 4
12 121 4 4 3 3 3 3
12 222 4 3 4 4 4 4
12 506 4 4 4 3 4 4
13 271 4 5 4 5 4 4
13 141 2 5 3 2 3 2
13 233 2 4 4 4 2 2
13 121 3 4 2 3 3 2
13 222 3 2 2 4 4 4
13 506 4 2 2 3 3 3
14 271 4 4 3 3 3 3
14 141 3 3 2 2 2 2
14 233 4 4 3 3 4 3
14 121 2 2 2 2 2 2
75
14 222 3 4 2 2 5 3
14 506 3 4 2 2 4 3
15 271 3 5 5 2 4 4
15 141 2 2 2 2 2 2
15 233 3 3 3 2 2 2
15 121 4 2 4 2 2 3
15 222 4 4 4 2 3 4
15 506 3 4 3 4 4 4
16 271 3 5 2 3 3 3
16 141 3 3 3 4 3 3
16 233 5 4 4 3 3 3
16 121 4 4 2 3 3 3
16 222 5 3 4 4 4 4
16 506 4 5 4 4 3 4
17 271 2 3 2 5 2 3
17 141 5 5 5 3 3 5
17 233 2 3 4 5 2 4
17 121 5 5 2 2 2 4
17 222 2 3 4 3 5 3
17 506 4 5 3 4 5 3
18 271 3 3 3 2 3 3
18 141 2 3 3 3 3 3
18 233 4 3 4 4 3 4
18 121 4 4 4 4 4 4
18 222 2 3 3 3 3 3
18 506 3 3 3 3 3 3
19 271 3 3 4 4 3 4
19 141 4 4 3 3 3 3
19 233 5 4 5 5 4 5
19 121 4 3 3 3 3 3
19 222 3 3 5 4 3 4
19 506 5 4 4 3 3 4
20 271 3 4 3 4 4 3
20 141 3 3 2 2 2 4
20 233 4 5 3 2 3 4
20 121 3 3 2 2 2 3
20 222 3 2 2 3 3 3
20 506 3 3 4 2 3 3
21 271 3 4 2 4 5 3
21 141 4 2 3 3 2 3
21 233 5 2 3 3 3 3
21 121 3 2 2 3 5 5
21 222 3 3 3 3 5 5
76
21 506 3 3 3 3 4 3
22 271 4 5 3 2 5 3
22 141 5 2 2 2 2 4
22 233 4 2 2 3 2 4
22 121 3 2 3 3 4 3
22 222 3 3 3 3 3 3
22 506 3 4 4 2 2 3
23 271 4 3 4 5 4 4
23 141 4 2 4 3 2 3
23 233 5 4 3 5 3 3
23 121 3 4 3 4 5 5
23 222 5 5 5 5 5 5
23 506 4 4 4 4 5 3
24 271 4 4 4 4 3 3
24 141 5 3 3 3 5 4
24 233 4 3 3 5 4 4
24 121 4 2 2 2 2 3
24 222 3 4 3 2 4 4
24 506 3 4 3 2 5 4
25 271 4 5 3 2 4 4
25 141 4 3 2 2 2 3
25 233 4 3 3 3 4 3
25 121 5 5 4 4 4 4
25 222 4 3 3 3 3 3
25 506 3 4 3 3 4 3
26 271 4 4 3 3 3 3
26 141 4 3 5 5 3 3
26 233 4 4 3 4 4 4
26 121 4 4 3 3 3 4
26 222 4 3 4 4 3 4
26 506 4 3 3 4 3 3
27 271 4 4 4 2 4 4
27 141 4 4 3 2 3 3
27 233 4 4 4 4 4 4
27 121 4 4 4 3 3 3
27 222 4 3 4 3 4 4
27 506 4 4 4 3 4 3
28 271 4 5 4 3 4 4
28 141 4 4 3 3 3 3
28 233 4 4 4 3 4 4
28 121 4 5 3 4 4 4
28 222 4 4 3 3 3 3
28 506 4 5 3 3 4 3
77
29 271 4 4 4 4 4 4
29 141 3 3 4 4 3 3
29 233 3 4 3 3 5 4
29 121 4 3 4 3 3 3
29 222 3 4 4 3 3 3
29 506 4 4 4 3 4 3
30 271 4 4 4 4 4 4
30 141 4 3 3 2 3 3
30 233 4 4 3 3 4 3
30 121 4 4 3 4 4 3
30 222 4 4 4 4 5 4
30 506 5 5 4 5 5 3
31 271 4 4 3 4 3 3
31 141 4 2 3 2 2 2
31 233 4 4 4 4 4 4
31 121 4 5 4 3 3 3
31 222 4 3 4 4 4 4
31 506 4 2 4 4 4 3
78
Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Volume Pengembangan Cake Ubi Kayu
General Linear Model: Volume pengembangan versus Teknik; Lemak;
Ulangan
79
Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Kekerasan Cake Ubi Kayu
General Linear Model: Kekerasan versus Teknik; Lemak; Ulangan
80
Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Ukuran Pori Cake Ubi Kayu
General Linear Model: Ukuran Pori versus Teknik; Lemak; Ulangan
81
Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Nilai Kecerahan Crust Cake Ubi Kayu
General Linear Model: Kecerahan (crust) versus Teknik; Lemak; Ulangan
82
Lampiran 9. Hasil Analisis Ragam Nilai Kecerahan Crumb Cake Ubi Kayu
General Linear Model: Kecerahan (crumb) versus Teknik; Lemak; Ulangan
83
Lampiran 10. Hasil Analisis Ragam Nilai Kemerahan Crust Cake Ubi Kayu
General Linear Model: Kemerahan (crust) versus Teknik; Lemak; Ulangan
84
Lampiran 11. Hasil Analisis Ragam Nilai Kemerahan Crumb Cake Ubi Kayu
General Linear Model: Kemerahan (crumb) versus Teknik; Lemak; Ulangan
85
Lampiran 12. Hasil Analisis Ragam Nilai Kekuningan Crust Cake Ubi Kayu
General Linear Model: Kekuningan (crust) versus Teknik; Lemak; Ulangan
86
Lampiran 13. Hasil Analisis Ragam Nilai Kekuningan Crumb Cake Ubi Kayu
General Linear Model: Kekuningan (crumb) versus Teknik; Lemak; Ulangan
87
Lampiran 14. Hasil Analisis Ragam Kadar Air Cake Ubi Kayu
General Linear Model: Kadar air versus Teknik; Lemak; Ulangan
88
Lampiran 15. Hasil Analisis Friedman Uji Hedonik
S = 7,59 DF = 5 P = 0,180
S = 11,82 DF = 5 P = 0,037 (adjusted for ties)
kode Sum of
sampel N Est Median Ranks
121 31 4,0000 115,5
141 31 4,0000 95,0
222 31 4,0000 92,5
233 31 4,0000 124,0
271 31 4,0000 118,0
506 31 4,0000 106,0
S = 25,66 DF = 5 P = 0,000
S = 32,68 DF = 5 P = 0,000 (adjusted for ties)
kode Sum of
sampel N Est Median Ranks
121 31 3,3333 102,5
141 31 3,0000 82,5
222 31 3,1667 82,5
233 31 3,6667 115,0
271 31 3,8333 138,0
506 31 4,0000 130,5
S = 3,75 DF = 5 P = 0,586
S = 4,97 DF = 5 P = 0,420 (adjusted for ties)
kode Sum of
sampel N Est Median Ranks
121 31 3,0000 98,0
141 31 3,0000 99,0
222 31 3,0000 117,0
233 31 3,0000 107,5
271 31 3,0000 120,0
506 31 3,0000 109,5
S = 10,55 DF = 5 P = 0,061
S = 14,01 DF = 5 P = 0,016 (adjusted for ties)
kode Sum of
sampel N Est Median Ranks
121 31 3,0833 110,5
141 31 2,5833 86,0
89
222 31 3,0833 108,0
233 31 3,2500 120,5
271 31 3,5833 128,0
506 31 2,9167 98,0
S = 18,10 DF = 5 P = 0,003
S = 23,78 DF = 5 P = 0,000 (adjusted for ties)
kode Sum of
sampel N Est Median Ranks
121 31 3,1667 98,0
141 31 2,6667 74,0
222 31 3,5000 114,5
233 31 3,5000 113,5
271 31 3,5000 122,0
506 31 3,6667 129,0
S = 6,40 DF = 5 P = 0,269
S = 8,77 DF = 5 P = 0,119 (adjusted for ties)
kode Sum of
sampel N Est Median Ranks
121 31 3,0000 111,5
141 31 3,0000 89,5
222 31 3,0000 112,0
233 31 3,0000 125,0
271 31 3,0000 110,5
506 31 3,0000 102,5
90
Lampiran 16. Penentuan Perlakuan Terbaik Metode Zeleny
1) Nilai
Parameter
Teknik Hedonik Warna
Jenis Lemak Nilai Nilai Nilai
Pembuatan
Volume kekuningan kecerahan kemerahan
Warna Aroma Tekstur Rasa Keseluruhan pengembangan Kekerasan (crust) (crumb) (crumb)
Tanpa lemak 95,00 82,50 86,00 74,00 80,00 12,38 8,27 26,97 67,87 -1,20
Sponge
Margarin 106,00 130,50 98,00 129,00 129,00 14,58 6,63 28,73 68,03 -0,10
cake
Minyak goreng 92,50 82,50 108,00 114,50 103,00 14,94 4,30 33,27 69,03 -1,17
Tanpa lemak 115,50 102,50 110,50 98,00 102,00 13,98 9,30 28,83 71,80 -1,47
Chiffon
Margarin 118,00 138,00 128,00 122,00 122,50 17,04 8,63 21,63 68,77 0,23
cake
Minyak goreng 124,00 115,00 120,50 113,50 114,50 18,77 5,50 23,87 69,43 -1,10
∑ Parameter = 10
lamda = 0,10
lamda2 = 0,01
2) dk
Perlakuan Parameter
Hedonik Warna
Warna Aroma Tekstur Rasa Keseluruhan Volume Kekerasan Nilai kekuningan Nilai kecerahan Nilai kemerahan
pengembangan (crust) (crumb) (crumb)
T1L1 0,77 0,60 0,67 0,57 0,62 0,66 0,52 0,81 0,95 1,23
T1L2 0,85 0,95 0,77 1,00 1,00 0,78 0,65 0,86 0,95 14,70
T1L3 0,75 0,60 0,84 0,89 0,80 0,80 1,00 1,00 0,96 1,26
91
T2L1 0,93 0,74 0,86 0,76 0,79 0,74 0,46 0,87 1,00 1,00
T2L2 0,95 1,00 1,00 0,95 0,95 0,91 0,50 0,65 0,96 -6,39
T2L3 1,00 0,83 0,94 0,88 0,89 1,00 0,78 0,72 0,97 1,34
3) 1-dk
Perlakuan Parameter
Hedonik Warna
Warna Aroma Tekstur Rasa Keseluruhan Volume Kekerasan Nilai kekuningan Nilai kecerahan Nilai kemerahan
pengembangan (crust) (crumb) (crumb)
T1L1 0,23 0,40 0,33 0,43 0,38 0,34 0,48 0,19 0,05 -0,23
T1L2 0,15 0,05 0,23 0,00 0,00 0,22 0,35 0,14 0,05 -13,70
T1L3 0,25 0,40 0,16 0,11 0,20 0,20 0,00 0,00 0,04 -0,26
T2L1 0,07 0,26 0,14 0,24 0,21 0,26 0,54 0,13 0,00 0,00
T2L2 0,05 0,00 0,00 0,05 0,05 0,09 0,50 0,35 0,04 7,39
T2L3 0,00 0,17 0,06 0,12 0,11 0,00 0,22 0,28 0,03 -0,34
4) (1-dk)2
Perlakuan Parameter
Hedonik Warna
Warna Aroma Tekstur Rasa Keseluruhan Volume Kekerasan Nilai kekuningan Nilai kecerahan Nilai kemerahan
pengembangan (crust) (crumb) (crumb)
T1L1 0,05 0,16 0,11 0,18 0,14 0,12 0,23 0,04 0,00 0,05
T1L2 0,02 0,00 0,05 0,00 0,00 0,05 0,12 0,02 0,00 187,69
T1L3 0,06 0,16 0,02 0,01 0,04 0,04 0,00 0,00 0,00 0,07
T2L1 0,00 0,07 0,02 0,06 0,04 0,07 0,29 0,02 0,00 0,00
92
T2L2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,25 0,12 0,00 54,63
T2L3 0,00 0,03 0,00 0,01 0,01 0,00 0,05 0,08 0,00 0,11
5) dk*λ
Perlakuan Parameter
Hedonik Warna
Warna Aroma Tekstur Rasa Keseluruhan Volume Kekerasan Nilai Nilai kecerahan Nilai
pengembangan kekuningan (crumb) kemerahan
(crust) (crumb)
T1L1 0,08 0,06 0,07 0,06 0,06 0,07 0,05 0,08 0,09 0,12
T1L2 0,09 0,13 0,11 0,14 0,14 0,11 0,09 0,09 0,09 1,47
T1L3 0,07 0,08 0,12 0,12 0,11 0,11 0,14 0,10 0,10 0,13
T2L1 0,09 0,10 0,12 0,11 0,11 0,10 0,06 0,09 0,10 0,10
T2L2 0,10 0,14 0,14 0,13 0,13 0,13 0,07 0,07 0,10 -0,64
T2L3 0,10 0,12 0,13 0,12 0,12 0,14 0,11 0,07 0,10 0,13
6) λ2*(1-dk)2
Perlakuan Parameter
Hedonik Warna
Warna Aroma Tekstur Rasa Keseluruhan Volume Kekerasan Nilai Nilai Nilai
pengembangan kekuningan kecerahan kemerahan
(crust) (crumb) (crumb)
T1L1 0,0005470 0,0016174 0,0010767 0,0018178 0,0014428 0,0011590 0,0023045 0,0003586 0,0000300 0,0005063
T1L2 0,0002107 0,0000295 0,0005493 0,0000000 0,0000000 0,0004983 0,0012351 0,0001862 0,0000276 1,8769000
T1L3 0,0006453 0,0016174 0,0002441 0,0001263 0,0004062 0,0004164 0,0000000 0,0000000 0,0000149 0,0006575
93
T2L1 0,0000470 0,0006618 0,0001869 0,0005775 0,0004381 0,0006512 0,0028905 0,0001781 0,0000000 0,0000000
T2L2 0,0000234 0,0000000 0,0000000 0,0000294 0,0000254 0,0000850 0,0025174 0,0012241 0,0000178 0,5463138
T2L3 0,0000000 0,0002778 0,0000343 0,0001444 0,0001263 0,0000000 0,0004760 0,0007983 0,0000109 0,0011314
7) λ*(1-dk)
Perlakuan Parameter
Hedonik Warna
Warna Aroma Tekstur Rasa Keseluruhan Volume Kekerasan Nilai Nilai Nilai
pengembangan kekuningan kecerahan kemerahan
(crust) (crumb) (crumb)
T1L1 0,0233871 0,0402174 0,0328125 0,0426357 0,0379845 0,0340437 0,0480048 0,0189360 0,0054735 -0,0225000
T1L2 0,0145161 0,0054348 0,0234375 0,0000000 0,0000000 0,0223229 0,0351433 0,0136459 0,0052507 -1,3700000
T1L3 0,0254032 0,0402174 0,0156250 0,0112403 0,0201550 0,0204049 0,0000000 0,0000000 0,0038579 -0,0256410
T2L1 0,0068548 0,0257246 0,0136719 0,0240310 0,0209302 0,0255194 0,0537634 0,0133454 0,0000000 0,0000000
T2L2 0,0048387 0,0000000 0,0000000 0,0054264 0,0050388 0,0092168 0,0501738 0,0349865 0,0042201 0,7391304
T2L3 0,0000000 0,0166667 0,0058594 0,0120155 0,0112403 0,0000000 0,0218182 0,0282537 0,0033008 -0,0336364
94
Lampiran 17. Data Hasil Uji T (Independent Simple T Test)
Group Statistics
95
Lampiran 18. Data Uji Kimia Pasta Ubi Kayu
Kadar Air
Sampel Berat W1 W2 Kadar Air Rerata STDEV
Sampel (akhir)
(g)
Pasta 2,1 5,107 1,896 62,8745 64,5389 2,0340
(ulangan 1)
Pasta 2,12 5,0327 1,815 63,9359
(ulangan 2)
Pasta 2,2 6,8552 2,2755 66,8062
(ulangan 3)
Kadar Protein
Berat V titrasi V titrasi %
Ulangan N HCl FP %N Rerata STDEV
(g) Blanko Sampel Protein
1 1,08 0,1 6,25 0,95 2,5 0,2010 1,2564
1,0225 0,3307
2 1,11 0,1 6,25 0,95 1,95 0,1262 0,7887
Kadar Lemak
Berat Berat Berat Labu Kadar
Ulangan Rerata STDEV
Sampel (g) Sampel+Labu (g) Lemak (g) Lemak (%)
1 3 55,9943 55,9881 0,2067
0,2917 0,1202
2 3 56,0134 56,0021 0,3767
Kadar Abu
Berat Berat Berat Kadar Abu
Ulangan Rerata STDEV
Sampel (g) Cawan+Sampel (g) Akhir (g) (%)
1 2 21,6337 21,6183 0,77
0,71 0,0849
2 2 22,0134 22,0004 0,65
Kadar Karbohidrat
% Karbohidrat = 100% - (Air + Protein + Lemak + Abu)%
= 100% - (64,5389 + 1,0225 + 0,2917 + 0,71)%
= 33,4369%
96
Lampiran 19. Data Uji Kimia Cake Ubi Kayu Perlakuan Terbaik
Kadar Air
Berat Berat Berat akhir Kadar air
Ulangan Rerata STDEV
sampel (g) awal (g) (g) (%)
1 2,07 5,3511 4,3817 18,1159
2 2,08 5,2845 4,2614 19,3604 19,8653 2,0491
3 2,24 4,2392 3,3015 22,1197
Kadar Protein
Berat V titrasi V titrasi %
Ulangan N HCl FP %N Rerata STDEV
(g) Blanko Sampel Protein
1 1,05 0,1 6,25 0,95 11,9 1,4607 9,1296
9,6310 0,7091
2 1,08 0,1 6,25 0,95 13,45 1,6212 10,1324
Kadar Lemak
Berat Berat Berat Labu Kadar
Ulangan Rerata STDEV
Sampel (g) Sampel+Labu (g) Lemak (g) Lemak (%)
1 3 28,6615 28,5748 2,89
3,28 0,5515
2 3 55,2853 55,1752 3,67
Kadar Abu
Berat Berat Berat Kadar Abu
Ulangan Rerata STDEV
Sampel (g) Cawan+Sampel (g) Akhir (g) (%)
1 2 21,671 21,6505 1,025
1,195 0,2404
2 2 21,4532 21,4259 1,365
Kadar Karbohidrat
% Karbohidrat = 100% - (Air + Protein + Lemak + Abu)%
= 100% - (19,8653 + 9,6310 + 0,5515 + 0,2404)%
= 66,0287%
97
Lampiran 20. Data Uji Kimia Cake Kontrol
Kadar Air
Berat Berat Berat akhir Kadar air
Ulangan Rerata STDEV
sampel (g) awal (g) (g) (%)
1 2,1 4,5026 3,4977 22,3182
23,4759 1,6372
2 2,06 4,6327 3,4915 24,6336
Kadar Protein
Berat V titrasi V titrasi %
Ulangan N HCl FP %N Rerata STDEV
(g) Blanko Sampel Protein
1 1,07 0,1 6,25 0,95 17,2 2,1272 13,2952
12,7068 0,8322
2 1,08 0,1 6,25 0,95 15,9 1,9389 12,1183
Kadar Lemak
Berat
Berat Berat Labu Kadar
Ulangan Sampel Rerata STDEV
Sampel+Labu (g) Lemak (g) Lemak (%)
(g)
1 3 36,0892 35,9822 3,5667
3,718 0,2145
2 3 36,1892 36,0731 3,87
Kadar Abu
Berat
Berat Berat Kadar Abu
Ulangan Sampel Rerata STDEV
Cawan+Sampel (g) Akhir (g) (%)
(g)
1 2 13,065 13,0481 0,845
0,775 0,0990
2 2 13,1438 13,1297 0,705
Kadar Karbohidrat
% Karbohidrat = 100% - (Air + Protein + Lemak + Abu)%
= 100% - (23,4759 + 12,7068 + 3,718 + 0,775)%
= 59,3240%
98
Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian
Ubi kayu yang sudah dikupas dan Ubi kayu rebus dibekukan selama
dicuci 48 jam kemudian dithawing
99
Pembuatan Cake Ubi Kayu
100
Ditambahkan baking powder, Adonan dimasukkan dalam
diaduk rata loyang yang sudah dilapisi
kertas roti dan margarin
kemudian dipanggang suhu
170oC selama + 40 menit
101