SKRIPSI
Oleh
LOURENT MARIA OKTAVIA
NIM: 1610511005
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana
Oleh
BUKIT JIMBARAN
2021
i
SURAT PERNYATAAN
ii
RIWAYAT HIDUP
iv
Lourent Maria Oktavia. NIM 1610511005. 2020. Pengaruh Perbandingan Tepung
Millet (Panicum miiliaceum) dan Maizena Terhadap Karakteristik Cookies.
Dibawah bimbingan I Desak Putu Kartika Pratiwi, S.TP., M.P. sebagai
pembimbing I dan Ni Made Indri Hapsari A, S.TP.,M.P sebagai pembimbing II.
ABSTRAK
Cookies adalah jenis biskuit yang terbuat dari adonan lembut, tinggi lemak,
relatif renyah bila dipatahkan dan memiliki tekstur yang padat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingan tepung millet dengan maizena terhadap
karakteristik cookies serta perbandingan tepung millet dengan maizena yang tepat
sehingga menghasilkan cookies dengan karakteristik terbaik. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan yaitu perbandingan
tepung milet dan maizena yang terdiri dari 5 taraf yaitu 100%:0%; 90%:10%;
80%: 20%; 70%:30%; dan 60%:40%. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga
didapat 15 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan
apabila perlakuan berpengaruh terhadap variabel yang diamati maka dilanjutkan
dengan uji Duncan’s Multiple Range Test . Perbandingan tepung millet dengan
maizena berpengaruh terhadap kadar air, kadar serat kasar, kadar pati, warna, rasa,
tekstur, dan penerimaan keseluruhan (uji hedonik) dan tekstur (uji skoring).
Perbandingan tepung millet 90% dan maizena 10% menghasilkan cookies dengan
karakteristik terbaik dengan kadar air 4,31%, kadar serat kasar 2,86%, kadar pati
42,92%, warna suka, aroma suka, tekstur suka dan renyah, dan penerimaan
keseluruhan suka.
v
Lourent Maria Oktavia. NIM 1610511005. 2020. Pengaruh Perbandingan Tepung
Millet (Panicum miiliaceum) dan Maizena Terhadap Karakteristik Cookies.
Dibawah bimbingan I Desak Putu Kartika Pratiwi, S.TP., M.P. sebagai
pembimbing I dan Ni Made Indri Hapsari A, S.TP.,M.P sebagai pembimbing II.
ABSTRACT
Cookies are a type of biscuit made from soft dough, high in fat, relatively crunchy
when broken and has a solid texture. This research was aimed to find out the ratio
effect of millet flour and cornstarch to the characteristic of cookies and to
determine the exact ratio between millet flour and cornstarch to produce cookies
with the best characteristic. The experimental design used in this research was a
Completely Randomized Design with a treatment of ratio between millet flour and
cornstasch that consisted of 5 levels: 100%:0%; 90%:10%; 80 %:20%; 70%:30%;
and 60%:40%. The treatments were repeated three times to obtain 15
experimental units. The data obtained were analyzed by analisis of variance and if
the treatment had a significant effect then followed by duncan’s multiple range
test. The result of research showed that the ratio between millet flour and
cornstarch had a significant effect on water content, crude fiber content, starch
content, color, texture, taste and overall acceptance (hedonic test) and texture
(scoring test). The ratio 90%:10% of millet flour and maizena had the best
characteristic with moisture content of 4,31%, crude fiber content of 2,86 %,
starch content of 42,92%, color was liked, taste was liked, aroma was liked,
texture was liked and crunchy, and overall acceptance was liked.
vi
RINGKASAN
Cookies merupakan salah satu jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak,
berkadar lemak tinggi, relatif renyah bila dipatahkan dan bertekstur padat
(Anon.,1992). Pada umumnya bahan utama dari cookies adalah terigu dengan
penambahan bahan lain yang melalui proses pemanasan dan pencetakan. Akan
tetapi dewasa ini, marak dilakukan penggunaan tepung lainya untuk menurunkan
ketergantungan terhadap terigu dan juga untuk menghasilkan produk pangan yang
bebas gluten. Tepung millet merupakan alternatif pengganti terigu dalam
pembuatan cookies. Hussain et al., (2019) melaporkan tepung millet dapat
digunakan sebagai pengganti terigu dalam pembuatan cookies sampai dengan
100%.
Tepung millet berasal dari spesies proso millet (Panicum milliaceum)
Kelemahan dari millet sendiri ialah memiliki kandungan zat antigizi yaitu
tannin oleh karena itu pengolahan proso millet menjadi tepung menggunakan
metode kecambah-fermentasi dengan tujuan untuk menurunkan kadar tanin dari
tepung millet dengan proses perkecambahan dari 2,92% menjadi 0,59% dengan
proses perkecambahan terfermentasi (Mahendra et al., 2019). Penurunan kadar
tanin bertujuan mengurangi rasa pahit yang dapat mempengaruhi rasa akhir dari
produk. Selanjutnya Mahendra et al. (2019) melaporkan bahwa tepung
kecambah millet terfermentasi memiliki kadar air sebesar 12,36% kadar abu
sebesar 1,45%. Pratiwi dan Sugitha (2020) melaporkan tepung kecambah millet
terfermentasi memiliki kandungan pati sebesar 69,34% dan kandungan serat
pangan sebesar 12,55% (bk).
Menurut Sayangbati et al., (2013) menyatakan bahwa keberhasilan cookies
non terigu, didukung oleh adanya kandungan pati dari bahan pengikat. Pati
mengandung amilosa dan amilopektin yang berguna dalam pembentukan tekstur
dari cookies sehingga membuat struktur cookies menjadi lebih kokoh. Oleh karena
itu, untuk menghasilkan cookies non terigu dengan karakteristik padat dan
renyah diperlukan penambahan tepung dengan kandungan amilopektin tinggi
untuk memperbaiki tekstur dari cookies, salah satunya dengan penggunaan
maizena.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan
vii
tepung millet dengan maizena terhadap karakteristik cookies dan mengetahui
perbandingan tepung millet dengan maizena yang tepat untuk menghasilkan
cookies dengan karakteristik yang terbaik. Rancangan Percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan yaitu
perbandingan maizena yang terdiri dari 5 taraf yaitu: 100%:0%, 90%:10%,
80%:20%, 70%:30%, dan 60%:40%. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali
sehingga didapat 15 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik
ragam dan apabila perlakuan berpengaruh terhadap variabel yang diamati maka
dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (Gomez dan Gomez,
1995). Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi kadar air (Sudamadji
et al., 1997), kadar serat kasar (AOAC, 1990), kadar pati (Apriyantono et al.,
1989), tingkat kerenyahan (uji skoring), rasa, warna, aroma, tekstur, dan
penerimaan keseluruhan (uji hedonik) (Soekarto,1985).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan tepung millet dengan
maizena berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar serat kasar, kadar pati,
hedonik warna, tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan serta tingkat
kerenyahan. Perbandingan tepung millet 90% dan maizena 10% menghasilkan
cookies dengan karakteristik terbaik dengan kadar air 4,31%, kadar serat kasar
2,86%, kadar pati 42,92%, warna suka, aroma suka, tekstur suka dan renyah, dan
penerimaan keseluruhan suka.
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia beliaulah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi yang
berjudul “Pengaruh Perbandingan Tepung Millet (Panicum miiliaceum) dan
Maizena Terhadap Karakteristik Cookies” disusun sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana. Skripsi ini dapat tersusun dengan baik berkat adanya
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. I Desak Putu Kartika Pratiwi, S.TP., M.P. sebagai Pembimbing I dan Ni Made
Indri Hapsari A, S.TP.,M.P sebagai Pembimbing II atas bimbingan, masukan
ataupun motivasi selama penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, M. T., selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Udayana.
3. Ni Luh Ari Yusasrini, S.TP., M. P., Ir. I Gusti Ayu Ekawati, M.S.,. Selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran yang membantu
menyempurnakan skripsiini.
4. Seluruh dosen dan staf pegawai yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membantu memberikan masukan dan dukungannya selama penulis
menempuh pendidikan.
5. Andi Udin Saransi, S.Pt., M.Pt selaku Laboran Fakultas Peternakan dan Pak
Yoga, Pak Suarta, Pak Surya, Pak Mang Eka selaku Laboran Fakultas
Teknologi Pertanian yang telah membantu melancarkan penelitian ini.
6. Orang tua, kakek dan nenek serta saudara saya yang selalu memberikan
dukungan terbesarnya, memberikan doa serta cinta kasih kepada penulis.
7. Sahabat tercinta Novita, Jasmine, Ucik, Elsa, Kak Vandry, yang telah
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
ix
Penulis telah berupaya dengan optimal untuk menyusun skripsi ini, namun kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis sebagai
penyempurnaan.
Dengan ini penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah banyak
memberikan bimbingan, bantuan serta motivasi selama penulis melaksanakan
penelitian dan selama proses penyusun tugas akhir. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
RINGKASAN ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
GAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .……………………………………..................................1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………..............4
1.3 Hipotesis………………………………………………………………….4
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………................4
1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………………….....4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
2.1. Proso Milet……………………………………………………………….5
2.2 Maizena …………………………………………………………………..9
2.3 Cookies………………………………………………………………….10
III. METODE PENELITIAN....................................................................... ……14
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………...14
3.2 Bahan dan Alat………………………………………………………….14
3.2.1 Bahan………………………………………………………………..14
3.2.2 Alat………………………………………………………………….14
3.3 Rancangan Percobaan…………………………………………………...14
3.4 Pelaksanaan Penelitian………………………………………………….15
3.4.1 Pembuatan Tepung Millet…………………………………………..15
3.4.2 Pembuatan Cookies…………………………………………………16
3.5 Variabel yang diamati…………………………………………………..18
3.5.1 Kadar air…………………………………………………………….19
3.5.2 Kadar Pati…………………………………………………………...19
3.5.3 Kadar Serat Kasar…………………………………………………...20
3.5.4 Evaluasi Sensoris……………………………………………………20
xi
IV. HASIL DANPEMBAHASAN ...................................................................... 23
4.1 Hasil Analisis Bahan Baku……………………………………………...23
4.2 Hasil Analisis Cookies…………………………………………………..23
4.2.1 Kadar Air……………………………………………………………23
4.2.2 Kadar Serat Kasar…………………………………………………...24
4.2.3 Kadar Pati…………………………………………………………...24
4.3 Evaluasii Sensoris……………………………………………………….25
4.3.1 Warna……………………………………………………………….26
4.3.2 Aroma……………………………………………………………….27
4.3.3 Tekstur……………………………………………………………....27
4.3.4 Rasa………………………………………………………………….28
4.3.5 Penerimaan Keseluruhan……………………………………………28
V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………...29
5.1 Simpulan………………………………………………………………...29
5.2 Saran…………………………………………………………………….29
DAFTAR PUSTAKAN ........................................................................................ 29
LAMPIRAN .......................................................................................................... 33
xii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Kandungan gizi millet, jagung, beras, dan gandum dalam satuan % ................ 6
2. Komposisi gizi per 100 gram maizena .............................................................. 9
3. Formulasi bahan baku pembuatan cookies ...................................................... 17
4. Kriteria dan skala numerik uji hedonik terhadap warna, aroma, tekstur, rasa,
dan penerimaan keseluruhan cookies. .............................................................. 21
5. Kriteria dan skala numerik uji skoring terhadap tekstur cookies. .................... 22
6. Nilai rata-rata kadar air, kadar serat kasar, dan kadar pati bahan baku ........... 23
7. Nilai rata-rata kadar air, kadar serat kasar, dan kadar pati cookies .................. 23
8. Nilai rata-rata uji hedonik warna, aroma, tekstur, rasa, dan penerimaan
keseluruhan cookies .......................................................................................... 26
9. Nilai rata-rata uji skoring tekstur ...................................................................... 26
xiii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Diagram alir pembuatan tepung millet (Mahendra, 2019). .......................... 16
2 Diagram alir pembuatan cookies (Sumber : Ekawati et al., 2016)............... 18
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Hasil analisis kadar air cookies .................................................................... 33
2. Hasil analisis kadar serat kasar cookies ....................................................... 34
3. Hasil analisis kadar pati cookies .................................................................. 35
4. Hasil analisis sidik ragam warna (hedonik) ................................................. 36
5. Hasil analisis sidik ragam aroma (hedonik) ................................................. 38
6. Hasil analisis sidik ragam rasa (hedonik) .................................................... 40
7. Hasil analisis sidik ragam tekstur (hedonik) ................................................ 42
8. Hasil analisis sidik ragam tekstur (skoring) ................................................. 44
9. Hasil analisis sidik ragam penerimaan keseluruhan (hedonik) .................... 46
10. Daftar kuisioner pengujian tekstur cookies (skoring) ................................. 48
11. Daftar kuisioner pengujian tekstur cookies (hedonik) ................................ 49
12. Daftar kuisioner pengujian warna cookies (hedonik).................................. 50
13. Daftar kuisioner pengujian aroma cookies (hedonik) ................................. 51
14. Daftar kuisioner pengujian warna cookies (hedonik).................................. 52
15. Daftar kuisioner pengujian penerimaan keseluruhan cookies (hedonik) .... 53
16. Dokumentasi cookies .................................................................................. 54
17. Dokumentasi pengujian cookies.................................................................. 55
18. Tabel matrikulasi (penentuan karakteristik cookies terbaik) ...................... 56
xv
I. PENDAHULUAN
1
2
kadar tanin bertujuan mengurangi rasa pahit yang dapat mempengaruhi rasa akhir
dari produk. Selanjutnya Mahendra et al., (2019) melaporkan bahwa tepung
kecambah millet terfermentasi memiliki kadar air sebesar 12,36%, dan kadar abu
sebesar 1,45%. Pratiwi dan Sugitha (2019) melaporkan tepung kecambah millet
terfermentasi memiliki kandungan pati sebesar 69,34% dan kandungan serat
pangan sebesar 12,55% (bk). Beberapa penelitian telah melaporkan tepung
kecambah millet terfermentasi dalam pengolahan produk pangan seperti flakes,
biskuit mpasi, dan snackbar (Malinda et al., 2013; Pratiwi dan Hapsari, 2019;
Pratiwi dan Sugitha, 2020).
memiliki karakteristik yang disukai oleh panelis. Pertiwi et al., (2018) melaporkan
bahwa formulasi terpilih dalam pengolahan cookies kacang koro pedang dengan
maizena adalah 60:40. Perpaduan antara tepung non terigu dengan pati akan
memberikan hasil cookies yang dapat diterima secara sensoris, hal ini dikarenakan
pati diperlukan dalam proses pembentukan tekstur pada cookies. Penggunaan
maizena dalam pembuatan cookies millet belum pernah dilakukan, penggunaan
maizena yang terlalu tinggi akan meningkatkan kekerasan cookies sedangkan
penggunaan maizena yang terlalu rendah tidak memberikan pengaruh terhadap
kekerasan dan tingkat penerimaan cookies. Berdasarkan hal tersebut, untuk
menghasilkan cookies millet dengan karakteristik terbaik maka perlu diteliti
mengenai pengaruh perbandingan maizena dengan tepung millet yang tepat.
4
1.3 Hipotesis
1. Perbandingan tepung millet dengan maizena berpengaruh terhadap
karakteristik cookies.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis, yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat dijadikan
refrensi atau masukan bagi perkembangan ilmu dan teknologi pengolahan pangan
dan menambah kajian ilmu mengenai tepung millet serta proses pengolahan
cookies.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
masyarakat Indonesia agar dapat memanfaatkan millet sebagai pangan alternatif
yang berdaya guna dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sumber refrensi dan informasi bahwa penggunaan
tepung millet kecambah terfermentasi dan maizena dapat digunakan dalam proses
pengolahan cookies.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Proso millet adalah sejenis sereal berbiji kecil yang pernah menjadi
makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Tenggara sebelum mereka bercocok
tanam padi. Proso millet termasuk tanaman ekonomi minor namun memiliki nilai
kandungan gizi yang mirip dengan tanaman pangan lainnya seperti padi, jagung,
gandum, dan tanaman biji-bijian yang lain karena tanaman proso millet sendiri
adalah tergolong ke dalam jenis tanaman biji - bijian. Masyarakat belum
mengenal proso millet sebagai sumber pangan sehingga selama ini tanaman proso
millet hanya dijadikan sebagai pakan burung. Tanaman ini dapat diolah menjadi
sumber makanan oleh masyarakat guna mendukung ketahanan pangan dan
mengantisipasi masalah kelaparan. Proso millet mempunyai suatu lapisan yang
disebut aleuron, yaitu lapisan tunggal yang melapisi endosperma. Sel-sel
endopersma terdiri dari granula-granula tepung atau kanji yang menempel pada
5
6
Kandungan gizi yang terkandung di berbagai jenis proso millet tidak kalah
dengan biji-bijian lainnya seperti gandum, beras dan jagung. Perbedaan
kandungan gizi beberapa jenis millet dan serealia lainnya dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1 Perbandingan Komposisi Kandungan gizi millet, jagung, beras, dan
gandum dalam satuan %
Proso millet juga termasuk sumber penyedia energi, protein, vitamin dan
mineral, magnesium, fosfor dan kalium. Millet kaya akan vitamin B terutama
niacin, leusin, fenilalanin dan treonin serta mengandung senyawa nitrilosida yang
sangat berperan menghambat perkembangan sel kanker (anti kanker) dan juga
menurunkan resiko mengidap penyakit jantung (Nur’aini, 2011). Kandungan gizi
yang terdapat pada proso millet menjadikan proso millet sebagai bahan pangan
yang potensial, namun di Indonesia proso millet hanya digunakan sebagai bahan
pakan burung. Belum banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui bahwa
proso millet dapat digunakan sebagai bahan pangan.
Biji proso millet yang berukuran kecil resisten terhadap kerusakan oleh
serangga selama penyimpanan karena ukurannya yang terlalu kecil. Namun
embrionya tetap peka terhadap serangga. Biji millet yang lebih besar seperti pearl
dan finger lebih peka terhadap serangan serangga. Maka dari itu proso millet
diberikan perlakuan seperti penggilingan untuk dijadikan tepung agar saat
penyimpanan lebih awet dan lebih mudah diaplikasikan pada makanan.
Tepung millet berasal dari spesies proso millet(Panicum milliaceum) yaitu
7
salah satu jenis spesies millet yang banyak dikembangkan di Indonesia. Millet
memiliki nilai kandungan gizi yang mirip dengan tanaman pangan lainya seperti
gandum, padi, jagung, dan tanaman biji-bijian yang lain karena tanaman millet
sendiri memiliki kandungan zat antigizi yaitu tanin oleh karena itu pengolahan
proso millet menjadi tepung menggunakan metode kecambah-fermentasi
bertujuan untuk menurunkan kadar tanin dari tepung kecambah millet
terfermentasi dari 2,92% menjadi 0,59%. Mahendra et al., (2019). Penurunan
kadar tanin bertujuan mengurangi rasa pahit yang dapat mempengaruhi rasa akhir
dari produk.
Tepung merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang
dianjurkan karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur, diperkaya zat gizi
(difortifikasi) (Sulistyaningrum et al., 2017). Namun kandungan zat antigizi pada
proso millet merupakan kelemahan yang harus dihilangkan sebelum siap
dijadikan tepung. Zat antigizi pada proso millet meliputi asam pitat, dan tanin.
Tanin merupakan senyawa yang termasuk dalam golongan polifenol yang dapat
berikatan dengan protein membentuk senyawa kompleks sehingga mengurangi
daya cerna protein dan apabila berikatan dengan enzim pada sistem pencernaan
juga dapat mengurangi aktivitas enzim tersebut. Kandungan tanin yang terdapat
pada biji proso millet cukup tinggi yakni mencapai 2,7% - 10,2% (Schons et al.,
2012). Selain itu tanin juga menyebabkan rasa pahit sehingga menurunkan daya
terima terhadap konsumen.
Tanin dapat dijumpai pada hampir semua jenis tumbuhan seperti teh,
pinus, termasuk millet dengan kadar dan kualitas yang berbeda - beda. Fungsi
tanin pada tumbuhan yaitu sebagai pelindung pada saat masa pertumbuhan seperti
pada buah yang belum matang. Tanin merupakan senyawa polifenol yang unik
karena dapat memberikan efek positif sekaligus negatif bagi tubuh. Efek positif
dari tanin yaitu dapat mengikat radikal bebas sehingga tubuh dapat terhindar dari
kerusakan sel dan mencegah timbulnya berbagai penyakit karena tanin terma suk
senyawa antioksidan (Suarni dan Subagio, 2013). Efek negatif dari tanin yaitu
memiliki kemampuan untuk mengikat protein sehingga membentuk senyawa
kompleks dan tidak larut (Suarni, 2009).
8
Vitamin A (SI) 0
Vitamin B1 (mg) 0
Vitamin C (g) 0
Air (g) 14
Sumber : Astawan (2009)
2.1 Cookies
Cookies merupakan biskuit yang memilki citarasa manis dengan bahan yang
berasal dari tepung yang tidak mengandung protein tinggi yang diolah dan
dipanggang hingga keras disertai bahan pendukung menggunakan bahan-bahan
baku seperti gula, mentega, tepung terigu, dan telur, selain itu cookies atau biskuit
sangat diminati banyak kalangan terutama anak-anak karena adonan lunak atau
keras dan relatif renyah (Wijayanti, 2013). Cookies atau kue kering merupakan
salah satu jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi,
relatif renyah bila dipatahkan dan penampang potonganya bertekstur padat (SNI,
2011). Adapun bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan cookies
sebagai berikut:
1. Gula Halus
Gula halus yang disebut juga dengan tepung gula adalah gula pasir yang
telah digiling menjadi halus sehingga terbentuk menjadi bubuk gula. Dalam
pembuatan tepung gula, biasanya tepung gula ditambahkan dengan maizena agar
tidak menggumpal. Fungsi gula dalam proses pembuatan kue selain sebagai
pemberi rasa manis, juga berfungsi memperbaiki tekstur dan memberikan warna
pada permukaan kue. Jumlah gula yang ditambahkan biasanya berpengaruh
terhadap tekstur dan penampilan produk.
Gula atau sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, dan aren. Fungsi-fungsi
gula dalam produk antara lain: sebagai bahan penambah rasa dan sebagai bahan
perubah warna pada brownies, cookies, atau roti (Subagio, 2007). Selain itu gula
juga dapat berfungsi sebagai pengawet alami yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme (Astawan, 2009).
2. Kuning Telur
Telur dari berbagai jenis unggas memiliki fungsi yang sama , yaitu
menyediakan kebutuhan hidup makhluk baru. Oleh sebab itu komposisi telur-telur
11
unggas tersebut hampir sama. Perbedaan komposisi kimia telur antar spesies
terutama terletak pada jumlah dan proporsi zat-zat yang dikandungnya, yang
umumnya dipengaruhi oleh keturunan, makanan, dan lingkunganya. Telur
mengandung komponen utama yang terdiri atas air, protein, lemak ,karbohidrat,
vitamin, dan mineral. Putih telur mempunyai daya emulsi yang sedang, sedangkan
kuning telur adalah emulsifier yang kuat. Komponen zat pengelmusi pada kuning
telur adalah posfolipid, lipoprotein, dan protein. Bagian kuning telur yang
menyebabkan daya pengelmusinya kuat adalah lesitin (fosfolipid) yang berikatan
dengan protein kuning telur membentuk kompleks lesitoprotein, sedangkan
peranan lipoprotein adalah sebagai penstabil emulsi karena mampu berinteraksi
pada permukaan global lemak membentuk lapisan pelindung. Penambahan kuning
telur dalam adonan cookies menjadikan cookies, empuk, dan renyah. Kuning telur
juga dioleskan pada adonan yang sudah terbentuk agar tampilan kue kering
terlihat mengkilap (Koswara,2009).
3. Margarin
Margarin merupakan lemak padat yang umumnya berwarna agak
kekuningan dan mempunyai titik cair, sifat plastis, dan kestabilan tertentu yang
diperoleh dari hasil pencampuran dua macam lemak atau lebih dengan cara
hidrogenisasi (Ketaren,1986). Selain itu lemak sebagai pelumas dapat menahan
air sehingga umur simpan lebih lama. Margarin merupakan emulsi dengan tipe
emulsi water in oil (w/o), yaitu fase air berada dalam fase minyak atau lemak.
Adapun fungsi margarin pada pembuatan cookies yaitu untuk menjaga cookies
agar tahan lama, dan memberi aroma pada cookies.
4. Susu Bubuk
Susu bubuk adalah produk susu berbentuk bubuk yang diperoleh dari susu
cair, atau susu hasil pencampuran susu cair dengan susu kental atau krim bubuk,
yang telah dipasteurisasi dan melalui proses pengeringan. Susu jenis ini kadar
lemak susunya tidak kurang dari 26% dan kadar airnya tidak lebih dari 5%
(Utami,2009). Susu merupakan emulsi lemak dalam air yang mengandung
garam- garam mineral, gula dan protein. Flavor pada susu sangat
ditentukan oleh lemak (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Susu juga dapat
12
bermanfaat sebagai penambah zat gizi, pembangkit selera dan aroma. Susu
dalam pembuatan roti berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi. Susu
mengandung protein (kasein), gula laktosa dan mineral kalsium. Susu juga
memberikan efek terhadap warna cookies dan memperkuat gluten karena
kandungan kalsiumnya (U.S. Wheat Associates, 1983).
14
Ditimbang biji
millet (500 g)
Dicuci
Ditiriskan
Aquades steril
dengan ratio 1:2 Diletakkan pada wadah steril
(w/v)
Fermentasi sub merge selama 24 jam
Ditiriskan
Tepung Millet
ditambahkan susu bubuk, tepung millet, dan maizena sesuai perlakuan, diaduk
dengan kecepatan rendah selama 5 menit sampai adonan kalis, didinginkan dalam
lemari es selama 15 menit adonan dingin, dicetak dengan panjang 3cm, tinggi
3cm, dan lebar 1cm, dipanggang dalam oven dengan suhu 180oC selama 20 menit.
Formulasi bahan baku dapat dilihat pada Tabel 3. dan diagram alir pembuatan
cookies dapat dilihat pada Gambar 2.
Tabel 3 Formulasi bahan baku pembuatan cookies
Gula halusdanMargarin
Cookies
Keterangan :
3.5.4.1 Warna
Pengujian terhadap warna dilakukan dengan menggunakan uji hedonik
(Soekarto,1985). Panelis diminta untuk memberikan penilaian sesuai dengan
kriteria. Kriteria dan skala numerik uji hedonik terhadap warna dapat dilihat pada
Tabel 4.
21
3.5.4.2 Aroma
Pengujian terhadap aroma dilakukan dengan menggunakan uji hedonik
(Soekarto, 1985). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan dan
aroma yang disajikan. Kesan yang diperoleh dinyatakan dengan skala numerik.
Kriteria dan skala numerik uji hedonik terhadap aroma dapat dilihat pada Tabel 4.
3.5.4.3 Tekstur
Pengujian terhadap tekstur dilakukan dengan menggunakan uji hedonik dan uji skoring
(Soekarto, 1985). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan jari, gigi, dan langit-
langit, faktor uji tekstur diantaranya adalah rabaan oleh tangan,kelembutan,dan kepadatan
cookies . Adapun kriteria dan skala numerik uji hedonik dapat dilihat pada Tabel 4.
Kriteria dan skala numerik uji skor dapat dilihat pada Tabel 5.
3.5.4.4 Rasa
Pengujian terhadap rasa dilakukan dengan menggunakan uji hedonik dan
(Soekarto, 1985). Diharapkan sebelum melakukan pengujian panelis tidak atau
sedang makan, uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan dan rasa dari
cookies yang disajikan. Kesan yang diperoleh dinyatakan dengan skala numerik.
Kriteria uji hedonik terhadap rasa dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 5 Kriteria dan skala numerik uji skoring terhadap tekstur (tingkat
kerenyahan) cookies.
Kriteria mutu Skala numerik
Sangat renyah 5
Renyah 4
Agak renyah 3
Tidak renyah 2
Sangat tidak renyah 1
23
tertinggi dihasilkan pada perlakuan P4 sebesar 62,81%. Kadar pati terendah dihasilkan
pada perlakuan P0 sebesar 35,14%.
Semakin tinggi konsentrasi maizena yang digunakan, kadar pati pada
cookies semakin tinggi, hal ini disebabkan oleh kadar pati tepung millet sebesar
48,98% sedangka kadar pati maizena sebesar 88,07%. Data tersebut menunjukkan
bahwa kadar pati maizena lebih tinggi dibandingkan kadar pati tepung millet.
Maizena merupakan pati jagung. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat yakni
amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Umumnya, pati
mengandung lebih banyak amilopektin dibanding dengan kandungan amilosa. Pati
alami mengandung amilosa sebesar 15% dan amilopektin sebesar 85%. Amilosa
memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket.
Kandungan pati pada maizena terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisah dengan
air, yaitu fraksi terlarut disebut amilopektin. Pebandingan amilosa dan
amilopektin mempengaruhi sifat pati, makin kecil kandungan amilosa atau
semakin besar kandungan amilopektin maka tingkat kerenyahan cookies yang
dihasilkan akan semakin tinggi (Wardhani et al., 2016).
Tabel 8 Nilai rata-rata uji hedonik warna, aroma, tekstur, rasa, dan penerimaan
keseluruhan cookies
4.3.1 Warna
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan tepung millet dan
maizena berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap warna cookies dengan uji hedonik
(Lampiran 4). Tabel 8 menunjukkan nilai terendah pada P4 dengan nilai 5,20
(agak suka) dan tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan P1, P2, dan P3 ,
dan nilai tertinggi diperoleh pada P0 dengan nilai 6,10 (suka) dan tidak berbeda
nyata (P>0,05) dengan perlakuan P1, P2, dan P3. Hasil ini menunjukkan bahwa
perbandingan tepung millet dan maizena menghasilkan cookies dengan warna
agak suka sampai suka.
27
4.3.2 Aroma
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan tepung millet dengan
maizena tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap aroma cookies dengan uji
hedonik (Lampiran 5). Tabel 8 menunjukkan nilai terendah pada P4 dengan nilai
5,25 (agak suka), dan nilai tertinggi diperoleh pada P1 dengan nilai 5,80 (suka).
Tingkat perbedaan aroma pada setiap perlakuan cookies disebabkan karena
semakin tinggi konsentrasi maizena yang digunakan pada setiap perlakuan.
Aroma merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan tingkat
penerimaan konsumen, namun sangat sulit dinilai secara obyektif. Hal ini
didukung oleh pendapat (Utafiyani, 2018) bahwa uji sensoris pada aroma
merupakan sifat sensoris yang paling sulit dikualifikasikan.
4.3.3 Tekstur
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan tepung millet dan
maizena berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tekstur (uji hedonik) (Lampiran 7)
dari cookies. Tabel 8 menunjukkan tekstur (uji hedonik) terendah pada P4
dengan nilai 4 ,15 (biasa), dan nilai tertinggi diperoleh pada P2 dengan nilai
5,60 (suka) dan tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan P0, P1, dan P3.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan tepung millet dan
maizena berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tingkat kerenyahan cookies
(Lampiran 8). Tabel 9 menunjukkan kerenyahan terendah pada P0 dengan nilai
3,40 (agak renyah), dan nilai tertinggi diperoleh pada P4 dengan nilai 4,20
(renyah) dan tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan P1, P2, dan P3.
Perbandingan tepung millet dan maizena dengan konsentrasi maizena yang
semakin tingi menyebabkan tekstur cookies yang semakin renyah. Hal ini
didukung oleh pernyataan (Riskiani et al., 2014) bahwa kandungan amilosa
yang tinggi pada suatu tepung menghasilkan tekstur pada cookies semakin
kompak dan memiliki kerenyahan lebih baik. Menurut (Swinkles dalam
Kurniawati, 2006) maizena mengandung amilosa sebanyak 28%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maizena yang digunakan
menghasilkan cookies dengan tekstur renyah.
28
4.3.4 Rasa
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan tepung millet dengan
maizena berpengaruh nyata (P<0,05), terhadap rasa cookies dengan uji
hedonik(Lampiran 6). Tabel 8 menunjukkan rasa (uji hedonik) terendah pada P4
dengan nilai 4,75 (agak suka) dan tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan
P3, dan nilai tertinggi diperoleh pada P1 dengan nilai 5,70 (suka) dan tidak
berbeda nyata (P>0,05 ) dengan perlakuan P2, dan P3. Rasa adalah faktor yang
dinilai panelis setelah warna, aroma, dan tekstur yang dapat mempengaruhi
penerimaan produk pangan. Rasa timbul akibat adanya rangsangan kimiawi yang
dapat diterima oleh indera pencicip atau lidah. Rasa yang enak dapat menarik
perhatian sehingga konsumen lebih cenderung menyukai makanan dari rasanya
(Khasanah, 2003)
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Perbandingan tepungmillet dan maizena berpengaruh terhadap kadar air,
kadar serat kasar, kadar pati, warna, tekstur, rasa, dan penerimaan
kesluruhan
2. Perbandingan tepung millet 90% dan maizena 10% menghasilkan cookies
dengan karakteristik terbaik dengan kadar air 4,31%, kadar serat kasar
2,86%, kadar pati 42,92%, warna suka, aroma suka, tekstur suka dan
renyah, dan penerimaan keseluruhan suka.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk :
1. pengolahan cookies menggunakan tepung millet dan maizena sebaiknya
menggunakan konsentrasi 90 persen :10 persen
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait umur simpan dari cookies.
30
DAFTAR PUSTAKAN
Alam, N. dan Nurhaeni. 2008. Komposisi kimia dan sifat fungsional pati jagung
berbagai varietas diekstrak dengan pelarut natrium bikarbonat. J.
Agroland., 15 (2):89-94.
Apriwijaya, L.D. 2018. Pengaruh rasio tepung maizena dan tepung karagenan
terhadap nilai gizi dan sensoris nugget itik. Artikel Ilmiah. Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Mataram.
Badi, S.M. dan R.C. Hoseney. 1976. Use of Sorghum and Pearl Millet Flours in
Cookies. Cereal Chemistry 53 (5) : 733-738
Dewi, IG. A.A.S.P. 2018., I.G.A. Ekawati, ID.P.K. Pratiwi. Pengaruh Lama
Perkecambahan Millet (Panicum milliaceum) Terhadap Karakteristik
Flakes. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan 7 (4) : 175-183
Ekawati, I.G.A., P.T. Ina, dan ID.P.K. Pratiwi. 2016. Pemanfaatan Limbah Kulit
Buah Anggur Menjadi Tepung dan Aplikasinya Pada Pembuatan Biskuit
Fungsional. Laporan Usulan Penelitian. Unpublish. Fakultas Teknologi
Pertanian. Universitas Udayana.
30
30
Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian. Diterjemahkan oleh: E. Sjamsuddin dan J.S. Baharsjah. UI-
Press, Jakarta.
Haliza, W., S.I. Kailaku., dan S. Yuliani. 2012. Penggunaan Mixture Response
Surface Methodology pada Optimasi Formula Brownies Berbasis Tepung
Talas Banten (Xanthosoma undipes K. Koch) sebagai Alternatif Pangan
Sumber Serat. Jurnal Pasca Panen 9 (2) : 96-106
Hartika, W. 2009. Kajian Sifat Fisik dan Kimia Tepung Biji Nangka
(Artocarpusheterophyllus lamk) dan Aplikasinya Dalam Pembuatan Roti
Manis. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Fakultas Teknologi Pertanian.
Universitas Andalas. Padang.
Muchtadi, T.R., dan Sugiono, 1992, Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan, PAU
Pangan Dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nur’aini. A. 2011. Aplikasi Millet (Pennisetum Spp) Merah Dan Millet Kuning
Sebagai Substitusi Terigu Dalam Pembuatan Roti Tawar : Evaluasi Sif at
Sensoris Dan Fisikokimia. [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta
Prabowo, B. 2010. Kajian Sifat Fisikokimia Tepung Millet Kuning dan Tepung
31
Pratiwi, I.D.P.K dan I.M.Sughita. 2020. Kandungan Tanin dan Serat Pangan dari
Tepung Kecambah Millet dan Tepung Kecambah Millet Terfermentasi.
Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian, 5(1):34-38.
Singh, P. 2012. Finger Millet for Food and Nutritional Security. African Journal
of Food Science 6: 77-84
Suarni dan H. Subagio. 2013. Prospek pengembangan jagung dan sorgum sebagai
sumber pangan fungsional. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 32 (3):47-55.
Suarni. 2009. Potensi Tepung Jagung dan Sorgum sebagai Substitusi Terigu
dalam Produk Olahan. Iptek Tanaman Pangan, 4 (2):181-193.
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisis Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta
Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik (untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian). Penerbit Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Utafiyani., Ni, L.A.Y., dan I Gusti, A.E. 2018. Pengaruh Perbandingan Tepung
Kacang Hijau (Vigna radiata) dan Terigu Terhadap Karakteristik Bakso
32
Utami, Isni. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu Mengenai Susu dan
Faktor Lainnya dengan Riwayat Konsumsi SusuSelama Masa Usia
Sekolah Dasar pada Siswa Kelas I SMP Negeri 102 dan SMP I PB
Sudirman Jakarta Timur Tahun2009. Skripsi FKM UI
Utomo, L., Nuraly, E., Ludong, dan Maya. 2017. Pengaruh Penambahan Maizena
pada Pembuatan Biskuit Gluten Free Casein Free Berbahan Baku Tepung
Pisang Goroho (Musa Acuminate). Jurnal Chemica 1 (2)
United State Wheat Associates. 1983. Pedoman Pembuatan Roti Dan Kue.
Djambatan. Jakarta.
Winarno, F. G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
33
34
Nama Panelis :
Tanggal :
Nama Panelis :
Tanggal :
Nama Panelis :
Tanggal :
Komentar:
51
Komentar:
52
Komentar:
53
Komentar:
54
Sensoris
Serat
Perlakuan K.air Pati Warna Aroma Tekstur Rasa P.K Jumlah
kasar
Hed Hed skor hed Hed Hed
P0 6
P1 8
P2 7
P3 2
P4 1